Dalam penelitian, kriteria yang harus diperhatikan adalah valid dan objektif. Validitas adalah derajat
ketepatan antara data yang terdapat di lapangan dan data yang dilaporkan oleh peneliti. Kalau dalam
objek penelitian terdapat bola hijau, peneliti akan melaporkan bola hijau. Bila peneliti membuat
laporan yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada objek, data tersebut dapat dinyatakan tidak
valid. Hasil penelitian yang baik hanya bisa diperoleh dari pengambil keputusan yang objektif, dan
didasarkan atas data yang baik.
Paham Positivis
Positivisme lahir atau dirintis oleh August Comte (1798-1857) yang dianggap sebagai Bapak Ilmu
Sosiologi Barat. Positivisme adalah Suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik.
Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Positivisme sendiri adalah
paham yang mempercayai bahwa untuk memandang dunia/memahami dunia harus berdasarkan
sains. Pandangan ini menganggap bahwa sesuatu yang bisa dipelajari adalah sesuatu yang nyata
(positif).
Kevalidan penelitian positivisme dengan cara mengandalkan studi empiris. Data diambil
berdasarkan rancangan yang telah matang, seperti kuesioner, inventori, sosiometri, dan sebagainya.
Paham positivistik akan mengejar data yang terukur, teramati, dan menggeneralisasi berdasarkan
rerata tersebut.
Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang di dalamnya melibatkan manipulasi
terhadap kondisi subjek yang diteliti, disertai upaya kontrol yang ketat terhadap faktor-faktor luar
serta melibatkan subjek pembanding atau metode ilmiah yang sistematis yang dilakukan untuk
membangun hubungan yang melibatkan fenomena sebab akibat
Sampel yang digunakan pada penelitian ini sampel yang dipilih baik sebagai kelompok eksperimen
maupun kontrol tidak dipilih secara random melainkan dipilih secara sengaja oleh peneliti sebagai
kelompk eksperimen dan kelompok kontrol yang akan diperbandingkan
Definisi Pada Validitas
Suatu eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh variabel bebas
yang dimanipulasi, dan jika hasil tersebut dapat digeneralisasikan pada situasi di luar setting
eksperimental. Selanjutnya, responden, menyadari bahwa mereka sedang diuji, dapat memberikan
tanggapan berdasarkan apa yang menurut mereka dirasakan oleh peneliti.
Untuk menjamin penelitian menghasilkan laporan yang valid, maka keseluruhan ancaman validitas
di atas harus dapat dikontrol oleh peneliti. Cara yang dilakukan beragam, tergantung kebutuhan dan
tergantung tingkat ancaman yang muncul. Bila ancaman-ancaman ini diabaikan, sangat
dimungkinkan hasil penelitian tidak valid dan tidak memberikan kesimpulan yang berarti.
Mengukur Validitas, berikut ini jenis validitas ditinjau dari pengujiannya validitasnya
Content Validity
Valditas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus
diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang
hendak diukur. Misalnya test bidang studi IPS, harus mampu mengungkap isi bidang studi tersebut,
pengukuran motivasi harus mampu mengukur seluruh aspek yang berkaitan dengan konsep
motivasi, dan demikian juga untuk hal-hal lainnya. Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi
terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini Dia berpendapat bahwa validitas
isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih
lanjut dia menyatakan bahwa sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai
validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar.
Construct Validity
Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan
dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya.
Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas
cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk
validasi isi dan validasi kriteria.
Criterion Validity
(Concurent-Bandingan) Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas
bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat mampu
menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya.
Face Validity
Adalah validitas yang menunjukan apakah alat pengukur/instrumen penelitian dari segi rupanya
nampak mengukur apa yang ingin diukur, validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan penampilan
instrumen. Validitas rupa amat penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengukuran
kejujuran, kecerdasan, bakat dan keterampilan.
Ancaman Pada Validitas
Ada sejumlah ancaman pada validitas yang biasanya membuat orang mempertanyakan hasil ?
outcome yang disimpulkan oleh peneliti: apakah hasil tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor utama,
atau justru ada intervensi peneliti di dalamnya. Untuk itu para peneliti harus mengidentifikasikan
beberapa hal yang berpotensi mengancam validitas dalam eksperimennya. Setelah berhasil
diidentifikasi peneliti harus merancang dan mengantisipasi sedemikian rupa agar ancaman-ancaman
ini tidak lagi muncul atau setidaknya dapat diminimalisasi. Terdapat dua jenis ancaman validitas:
ancaman dalam dan ancama luar.
1. Historis, berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang kadang-kadang
dapat berpengaruh terhadap variabel dependent (variabel terikat). Oleh karena itu
terjadinya perubahan variabel terikat, kemungkinan bukan sepenuhnya disebabkan karena
perlakuan atau eksperimen, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sejarah atau pengalaman
subjek penelitian terhadap masalah yang dieksperimen, atau masalah-masalah lain yang
berhubungan dengan eksperimen tersebut.
2. Maturasi, berkaitan dengan perubahan fisik atau mental individu seperti perubahan menjadi
lebih termotivasi, tidak termotivasi atau bosan dan sebagainya. Perubahan mental atau fisik
ini dapat mempengaruhi performa subyek, sedangkan eksperimen berupaya mengetahui
hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat semata. Maturasi ini pada
umumnya dapat terjadi karena penelitian dilakukan terlalu lama. Oleh karena itu, sama
seperti history, hal ini tidak dapat dikendalikan oleh peneliti namun dapat dikontrol dengan
melakukan randomisasi.
3. Testing, berkaitan dengan pengaruh pre-test terhadap peningkatan post-test. Adanya pre-
test terlebih dahulu sebelum perlakuan ternyata menimbulkan kerancuan. Karena pre-test
dapat diduga menjadi pengaruh terhadap perubahan hasil post-test. Melalui adanya pre-test
terlebih dahulu, subyek akan memahami dan mempelajari materi yang akan diujikan
berdasarkan hasil pre-test. Sehingga peningkatan yang diperoleh dapat diduga bukan hanya
terjadi karena perlakuan.
4. Instrumentasi, berkaitan dengan kurang konsistennya instrumen atau tidak reliabel.
Sebagaimana dipahami realibilitas berkaitan dengan kekonsistenan instrumen pengukuran
yang digunakan pada waktu tertentu. Permasalahan terkait instrumen ini dapat muncul
ketika adanya kesulitan yang berbeda antara pre-test dan post-test. Maka, peneliti perlu
memperhatikan penyusunan instrumen berdasarkan validitas, reliabilitasnya.
5. Regresi Statistik, berkaitan dengan adanya subyek yang memperoleh hasil pre-test yang
sangat baik namun, ketika post-test mendapat hasil yang sangat buruk atau dapat terjadi
sebaliknya, subyek dengan hasil pre-test yang paling rendah mendapat hasil post-test yang
sangat baik. Padahal yang diharapkan subyek dengan pre-test yang paling baik dapat
memperoleh hasil yang paling baik pula pada post-test. Sedangkan subyek dengan skor pre-
test paling rendah, dapat memperoleh hasil yang lebih baik pada post-test. Maka, peneliti
harus menggunakan desain penelitian yang mampu mengendalikan hal ini.
6. Seleksi subyek yang berbeda, berkaitan dengan penggunaan dua atau lebih kelompok yang
tidak dirandom, sehingga dipahami bahwa kelompok dari awal sudah menunjukan
perbedaan. Sehingga apabila dilakukan perbandingan perbedaan antara dua kelompok
bukan hanya dapat terjadi karena adanya perlakuan.
7. Mortalitas, berkaitan ketika proses dilakukan eksperimen, atau pada waktu antara pretes dan
postes sering terjadi subjek yang ”dropout” baik karena pindah, sakit ataupun meninggal
dunia. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil eksperimen.
8. Interaksi seleksi Maturasi, Ancaman ini terjadi karena adanya nilai-nilai ekstrem tinggi
maupun ekstrem rendah dari hasil pretes (pengukuran pertama), cenderung untuk tidak
ekstrem lagi pada pengukuran kedua (postes), namun biasanya melewati nilai rata-rata.
Perubahan yang terjadi pada variabel terikat tersebut adalah bukan perubahan yang
sebenarnya, tetapi merupakan perubahan semu. Oleh sebab itu, regresi ke arah nilai rata-rata
ini juga disebut regresi semu (regression artifact).
1. Efek dari Tes : Jika peneliti mengenakan kegiatan pretest yang dapat mempengaruhi para
responden yang sedang diteliti dalam suatu penelitian eksperimental, maka dampak
perlakuan dapat dipengaruhi oleh sebagian kegiatan pretest tersebut. Jika pretest tidak
dilakukan, maka dampak perlakukan tidak akan sama.
2. Efek lnteraksi dari Seleksi : Jika peneliti membuat kesalahan dalam penarikan sampel yang
mengakibatkan sampel tersebut tidak mewakili populasi yang lebih besar, maka peneliti akan
mengalami kesulitan dalam menggeneralisasi penemuan-penemuan studinya dari tingkatan
sampel ke populasi. Contoh: jika peneliti mengambil sampel dari suatu bagian kota A, maka
hasilnya tidak akan valid jika diterapkan ke bagian yang lain di kota tersebut.
3. Efek dari Pengaturan eksperimen, mengacu pada faktor-faktor yang diasosiasikan dengan
cara bagaimana penelitian dilakukan dan perasaan serta sikap subjek yang dilibatkan.
4. Interferensi Perlakuan Jamak, biasanya sering muncul bila subjek yang sama menerima lebih
dari satu perlakuan dalam pergantian. Inferensi Perlakuan Jamak (ganda). Dalam melakukan
studi peneliti memberikan beberapa perlakuan secara bersamaan kepada para responden
dimana perlakuan-perlakuan tersebut dapat berupa perlakukan yang bersifat eksperimental
atau bukan eksperimental; perlakuan-perlakuan tersebut dapat berinteraksi dengan
berbagai cara sehingga dapat menyebabkan keterwakilan dampak perlakukan tersebut
berkurang.