Anda di halaman 1dari 6

Nama

: Anggiria Lestari Megasari

NIM / Prodi : F040107027 / Pendidikan Matematika

VALIDITAS & RELIABILITAS

1. Validitas Validitas atau kesahihan (Nurul Huda Evy, 2007) menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur. Dalam suatu penelitian yang melibatkan variabel/konsep yang tidak bisa diukur secara langsung, masalah validitas menjadi tidak sederhana, di dalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis sampai tingkat empiris (indikator), namun bagaimanapun tidak sederhananya suatu instrumen penelitian harus valid agar hasilnya dapat dipercaya. Mengingat pentingnya masalah validitas, maka tidak mengherankan apabila para pakar telah banyak berupaya untuk mengkaji masalah validitas serta membagi validitas ke dalam beberapa jenis, terdapat perbedaan pengelompokan jenis-jenis validitas. Elazar Pedhazur menyatakan bahwa validitas yang umum dipakai tripartite classification yakni Content, Criterion dan Construct. Sementara Kenneth Bailey mengelompokan tiga jenis utama validitas yaitu : Face validity, Criterion Validity, dan construct validity, dengan catatan face validity cenderung dianggap sama dengan content validity. Berikut ini akan dikemukakan beberapa jenis validitas (Nurul Huda Evy, 2007) yaitu : a. Validitas Rupa (Face validity) Validitas rupa (Face validity) adalah validitas yang menunjukan apakah alat pengukur/instrumen penelitian dari segi rupanya nampak mengukur apa yang ingin diukur, validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen. Menurut Djamaludin Ancok validitas rupa amat penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengukuran kejujuran, kecerdasan, bakat dan keterampilan.

b. Validitas isi (Content Validity) Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Misalnya test bidang studi IPS, harus mampu mengungkap isi bidang studi tersebut, pengukuran motivasi harus mampu mengukur seluruh aspek yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian juga untuk hal-hal lainnya. Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini Dia berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar. c. Validitas kriteria (Criterion validity) Validitas kriteria adalah validasi suatu instrumen dengan

membandingkannya dengan instrumen-pengukuran lainnya yang sudah valid dan reliabel dengan cara mengkorelasikannya, bila korelasinya signifikan maka instrumen tersebut mempunyai validitas kriteria. Terdapat dua bentuk Validitas kriteria yaitu : Validitas konkuren (Concurrent validity), Validitas ramalan (Predictive validity). Validitas konkuren adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran untuk mengukur gejala tertentu pada saat sekarang kemudian dibandingkan dengan instrumen pengukuran lain untuk konstruk yang sama. Validitas ramalan adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran memprediksi secara tepat dengan apa yang akan terjadi di masa datang. Contohnya apakah test masuk sekolah mempunyai validitas ramalan atau tidak ditentukan oleh kenyataan apakah terdapat korelasi yang signifikan antara hasil test masuk dengan prestasi belajar sesudah menjadi siswa, bila ada, berarti test tersebut mempunyai validitas ramalan.

d. Validitas konstruk (Construct Validity) Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.

Validitas (Suryabrata, dalam Amalia Putri Pratiwi, 2009: 74) memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur tes dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat. Suatu tes yang validitasnya tinggi tidak hanya menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat akan tetapi dengan kecermatan yang tinggi, yaitu kecermatan dalam mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang diukurnya. Apabila dalam penelitian digunakan kuesioner sebagai alat pengukur, maka pernyataanpernyataan di dalamnya harus benar-benar mengukur variabel yang akan diukur. Uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total melalui teknik correlation product moment. Angka korelasinya adalah:

Pearson Product Moment korelasi koefisien (r) oleh Karl Pearson (18571936) dimana: r x y N = korelasi koefisien Pearson Product Moment = nilai rata-rata harian siswa = nilai hasil uji coba tes = banyaknya peserta tes

Kemudian, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan kriteria korelasi. Berdasarkan kriteria korelasi menurut Guilford (M. Subana & Sudrajat, 2005: 132) yaitu : Tabel 1 Interpretasi nilai r Korelasi Koefisien Pearson Product Moment (r) Interval Koefisien 0,00 0,199 0,20 0,399 0,40 0,699 0,70 0,899 0,90 1,000 Tingkat hubungan Tidak ada korelasi Korelasi rendah Korelasi sedang Korelasi tinggi Korelasi sangat tinggi

2. Reliabilitas Reliabilitas atau keandalan (Azuar Juliandi, 2009) adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.

Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas instrument dengan menggunakan Cronbach Alpha adalah sebagai berikut (Azuar Juliandi, 2009): [ ][ ]

Koefisien reliabilitas instrument (cronbach alpha) Lee Joseph Cronbach (1916 - 2001) dimana: r k b2 i2 = koefisien reliabilitas instrument (cronbach alpha) = banyaknya butir pertanyaan atau soal = total varians setiap soal = varians total

Varians dapat dihitung berdasarkan rumus dibawah ini: dimana: i2 = varians total skor yang diperoleh siswa N = jumlah subyek (siswa) ( )

Interpretasi nilai r dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2 Interpretasi nilai r Korelasi Koefisien reliabilitas instrument(r) Interval Koefisien r < 0, 2 0, 2 r < 0, 4 0, 4 r < 0, 6 0, 6 r < 0, 8 0, 8 r 1 Tingkat reliabilitas Tidak ada reliabilitas Reliabilitas rendah Reliabilitas sedang Reliabilitas tinggi Reliabilitas sangat tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Amalia Putri Pratiwi. (2009). Hubungan antara Kecemasan Akademik dengan Self-Regulated Learning pada siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri 3 Surakarta. (Skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro. Azuar Juliandi. (2009). Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian dengan Cronbach Alpha (Manual). (Online). (http://www.azuarjuliandi.com/ cronbachalphamanual.pdf, diakses 28 April 2010). M. Subana & Sudrajat. (2005). Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia. Nurul Huda Evy. (2007). Jenis-jenis Validitas. (Online).

(http://nurulhudaevy.wordpress.com/2007/10/02/tugas4-jenis-jenisvaliditas/, diakses 17 Mei 2010).

Anda mungkin juga menyukai