Anda di halaman 1dari 21

Oleh: Nunuk Mulandari

Secara

umum, pengertian validitas menyangkut:


1. Validitas alat ukur Seberapa besar alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (terkait dengan hasil analisis statistik) 2. Validitas penelitian Terkait dengan hubungan sebab akibat yang dihasilkan dari suatu penelitian (sangat ditentukan oleh kontrol terhadap variabel sekunder)

1.

Validitas internal
Berkaitan dengan sejauh mana hubungan sebab-

akibat antara VB-VT yang ditemukan dalam penelitian. Semakin kuat hubungan VB-VT, semakin besar validitas internal.
2.

Validitas eksternal
Berkaitan dengan sejauh mana hasil penelitian

dapat diterapkan pada subjek, situasi, dan waktu di luar situasi penelitian.

Beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi validitas internal adalah:


1. Proactive History Merupakan faktor perbedaan individual yang dibawa ke dalam penelitian, seperti usia, jenis kelamin, kepribadian, sikap, inteligensi, dsb. Faktor ini merupakan variabel sekunder yang perlu dikenai kontrol dengan menggunakan teknik kontrol konstansi.

2. Retroactive History Ditemukan dalam penelitian yang menggunakan desain pretest-posttest dengan interval waktu di antara kedua pengukuran tersebut. Perubahan yang dialami subjek dalam interval waktu tersebut diduga dapat mempengaruhi VT. Teknik kontrol konstansi merupakan salah satu teknik kontrol yang dapat digunakan untuk mengontrol VS ini. 3. Maturation Maturation adalah perubahan biologis atau psikologis yang sistematis pada organisme dalam suatu waktu tertentu. Ditemukan dalam penelitian longitudinal dan penelitian yang menggunakan anak-anak sebagai subjeknya. Faktor ini dapat diatasi dengan penggunaan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan.

4. Testing Ditemukan dalam penelitian yang menggunakan desain pretest-posttest dengan alat ukur yang sama. Cara untuk mengatasi faktor ini adalah tidak menggunakan pretest atau menggunakan alat ukur yang paralel. 5. Statistical Regression Ditemukan dalam penelitian yang menggunakan desain pretest-posttes, karena pengukuran yang berulang menyebabkan munculnya nilai ekstrem (nilai tertinggi dan nilai terendah cenderung mendekati nilai rata). Dapat diatasi dengan menggunakan subjek yang berasal dari satu kelompok ekstrem saja.

6. Experimental Mortality Berkaitan dengan berkurangnya jumlah subjek pada akhir penelitian karena ada subjek yang meninggal, menderita sakit, mengalami kecelakaan, atau tidak bersedia mengikuti penelitian hingga selesai. Berkurangnya jumlah subjek penelitian menyebabkan rendahnya validitas internal. Tidak ada cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor ini. 7. Interaction Effect atau Sequencing Effect Perbedaan urutan perlakuan yang diberikan kepada subjek dapat menyebabkan timbulnya perbedaan hasil pengukuran VT. Faktor ini dapat diatasi dengan melakukan counterbalancing, yaitu memberikan urutan perlakuan yang berbeda pada subjek penelitian.

8. Instrumentation Effect Alat ukur yang tidak akurat dan rendahnya keterampilan tester dalam menyajikan alat ukur akan dapat menurunkan validitas internal. Faktor ini dapat diatasi dengan melakukan uji coba alat ukur dan pemberian pelatihan kepada tester sebelum melakukan pengambilan data. 9. Experimenter Effect Berkaitan dengan perilaku atau karakteristik eksperimenter yang dapat menimbulkan bias sehingga mempengaruhi hasil penelitian. Bias eksperimenter dapat dibedakan atas
a. Atribut eksperimenter b. Harapan eksperimenter

10. Efek Partisipan Berkaitan dengan demand characteristics yang menyebabkan subjek termotivasi untuk memunculkan respon tertentu saat pengukuran berlangsung. 11. Participant Sophistication Pengetahuan dan familiaritas subjek penelitian terhadap topik penelitian atau metode eksperimental yang dilakukan dapat mempengaruhi hasil penelitian. Kareanya, penelitian psikologi sering dilakukan pada mahasiswa tingkat awal atau orang awam yang pengetahuannya masih terbatas mengenai penelitian eksperimental.

Beberapa

aspek pembentuk validitas eksternal adalah (Christensen, 2001):


1. Validitas populasi 2. Validitas ekologis 3. Validitas temporal

Validitas

populasi berkaitan dengan kemampuan hasil suatu penelitian untuk digeneralisasikan dari sampel penelitian kepada populasi yang lebih besar. Validitas populasi sangat terkait dengan teknik pengambilan sampel. Sampel yang didapat melalui random sampling akan menghasilkan validitas populasi yang lebih tinggi.

Ada

dua sumber sampel (populasi) yang dapat dibedakan:


1. Populasi target Populasi target adalah sekelompok subjek yang cukup besar jumlahnya dimana hasil penelitian akan digeneralisasikan. 2. Experimentally accessible population Populasi ini seringkali disebut sebagai populasi yang dapat dijangkau peneliti, yaitu sekelompok subjek dengan jumlah yang lebih kecil dari populasi target yang tersedia untuk peneliti.

Karena

terkait dengan pengambilan sampel, maka validitas populasi dipengaruhi oleh bias seleksi, yaitu kesalahan dalam pengambilan sampel yang tidak sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. yang tidak representatif tidak dapat digeneralisasikan pada populasinya (validitas populasinya rendah). populasi yang rendah menyebabkan rendahnya validitas eksternal.

Sampel

Validitas

Validitas

ekologi berkaitan dengan kemampuan hasil penelitian untuk digeneralisasikan pada situasi atau kondisi lingkungan yang berbeda dari situasi penelitian. manipulasi VB yang tidak terkait dengan setting penelitian akan dapat meningkatkan validitas ekologi.

Pengaruh

Faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi validitas ekologi, meliputi:


1. Multiple-treatment enterference Faktor ini berkaitan dengan pengaruh perlakuan yang diberikan sebelumnya terhadap perlakuan lain yang akan diberikan kemudian. Selain mempengaruhi validitas internal, urutan perlakuan juga mempengaruhi validitas eksternal, karena generalisasi hasil penelitian ini terbatas hanya pada situasi dimana urutan perlakuan sama seperti kondisi dilakukannya penelitian.

2. Hawthorne effect Faktor ini terjadi ketika subjek menyadari bahwa ia sedang diteliti sehingga ia menampilkan tingkah laku tertentu. VT yang muncul bukan akibat perlakuan yang diberikan sehingga validitas eksternal menjadi rendah. Faktor ini dapat dicegah dengan single-blind procedure, yaitu membatasi pengetahuan subjek mengenai perlakuan yang diberikan atau subjek penelitian tidak mengetahui jika ia sedang diteliti.

3. Experimenter effect Faktor ini berpengaruh, baik terhadap validitas internal maupun validitas eksternal, karena hasil penelitian hanya dapat diterapkan pada situasi yang mirip dengan situasi saat penelitian dilakukan. 4. Pretesting effect Faktor ini berpengaruh pada validitas internal maupun eksternal. Dapat dicegah dengan menggunakan alat ukur yang paralel.

Validitas

temporal berkaitan dengan kemampuan hasil penelitian untuk digeneralisasikan pada waktu yang berbeda. Ada tiga variasi waktu yang dapat mempengaruhi validitas eksternal, yaitu:
1. Seasonal variation (variasi musiman) 2. Cyclical variation (variasi siklus) 3. Personological variation (variasi personal)

1.

Variasi musiman

Variasi ini berkaitan dengan kejadian yang secara umum atau biasa terjadi sepanjang waktu dalam populasi. Bentuk variasi musiman:
a. Fixed-time variation
Bila perubahan terjadi hanya waktu yang dapat diramalkan. Misal: kemacetan di Malioboro terjadi pada setiap akhir pekan. Bila perubahan itu tidak dapat diramalkan kapan akan terjadi, namun dapat diketahui kejadiannya. Misal: relaksasi dapat menurunkan kecemasan, namun kapan kecemasan itu menurun tidak dapat diramalkan waktunya.

b. Variable-time variation

2.

Variasi siklus

Variasi ini serupa dengan variasi musiman hanya saja terjadi di dalam diri manusia. Siklus yang terjadi dalam diri manusia dapat berinteraksi dengan VB sehingga mempengarui VT. Misal: pengaruh musik terhadap konsentrasi yang dilakukan pada siang hari. Pada siang hari, biasanya kondisi fisik dan kognitif manusia menurun.

3.

Variasi personal

Variasi ini merupakan variasi dari karakteristik individu sepanjang waktu. Walaupun secara umum karakteristik seseorang cenderung stabil, namun beberapa karakteristik cenderung berubah pada waktu tertentu. Misal: pengaruh media kampanye terhadap partisipasi mengikuti pemilu yang dilakukan menjelang masa pemilu. Padahal kesadaran berpolitik masyarakat cenderung meningkat menjelang masa pemilu dan cenderung menurun beberapa waktu setelah pemilu.

Anda mungkin juga menyukai