Anda di halaman 1dari 48

STRATEGI EPIDEMIOLOGI DAN

KONSEP KAUSALITAS
SESI 2 (PERTANYAAN PEMICU)
EPIDEMIOLOGI INTERMEDIET
Anggota Kelompok

KELOMPOK 2
Jimmy Sakti Nanda Berguna NPM.2106677672

Ni Made Nujita Mahartati NPM.2206003822


Siti Pujiwati Permata Rima NPM 2206003955

Hesty Lusinta NPM.2206117111


Indri Rizkiyani NPM 2206003715
Strategi Epidemiologi
●Strategi Epidemiologi merupakan pola pendekatan berupa serangkaian upaya dan langkah-langkah untuk
mencapai suatu hal yang diinginkan melalui studi Epidemiologi.

●Informasi yang nantinya didapat diharapkan dapat menjawab faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi
frekuensi, distribusi, penyebab, dan timbulnya kejadian (penularan penyakit).

●Studi kasus adalah proses mengumpulkan informasi secara mendalam dan terperinci pada suatu peristiwa tertentu.
●Studi survei dilakukan untuk mendapatkan gambaran kondisi kesehatan dan faktor risiko kesehatan di suatu
populasi.

●Seri kasus (studi kasus berturut-turut) dijalankan guna menilai karateristik suatu penyakit yang terjadi pada suatu
populasi.

●Studi Ekologi merupakan studi yang melakukan pengkajian suatu kelompok sebagai unit analisis. Pendekatan
Ekologi berbeda dari kebanyakan desain studi, yang menggunakan individu sebagai unit analisis.
Langkah-Langkah dalam Strategi Epidemiologi

Dalam strategi Epidemiologi terdapat 3 langkah pokok, yakni sebagai berikut.


1. Deskripsi distribusi kejadian atau masalah kesehatan
2. Pengembangan model teoritis dan formulasi hipotesis
3. Pengujian hipotesis dan analisis melalui eksperimen dan observasi
Tujuan Epidemiologi
1. Mengidentifikasi penyebab penyakit dan faktor risiko terkait
2. Menentukan seberapa luas atau banyak penyakit ditemukan di populasi. Tujuannya yaitu
untuk memprediksi beban (burden) penyakit di masyarakat yang pada gilirannya agar dapat
mengoptimalkan perencanaan pelayanan dan fasilitas kesehatan
3. Mempelajari riwayat penyakit alamiah dan prognosis penyakit
4. Mengevaluasi pelayanan dan pencegahan kesehatan yang sudah ada dan yang terbarukan
5. Menyediakan basis dalam upaya pengembangan kebijakan kesehatan terkait dengan
masalah lingkungan, isu genetik, dan pertimbangan lain menyangkut pencegahan penyakit
dan promosi kesehatan.
Siklus Empirik dalam Epidemiologi

Siklus empiris dalam penelitian  menurut A.D. de Groot.

1. Observasi   : Pengumpulan data, pengorganisasian fakta empiris, dan membentuk


hipotesis.

2. Induksi       : Merumuskan hipotesis.

3. Deduksi      : Mengurangi konsekuensi hipotesis sebagai prediksi yang dapat diuji.

4. Pengujian   : Menguji hipotesis dengan materi empiris baru.

5. Evaluasi     : Mengevaluasi hasil pengujian atau lainnya.


Penelitian Observasional
Penelitian observasional merupakan penelitian yang dilakukan hanya untuk
mengamati fenomena yang ada dan tidak melakukan intervensi apapun pada subjek
dan lingkungan penelitian.

❖ Penelitian Deskriptif
Desain penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk melihat
gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu.
❖ Studi Kasus (Case Report)
Studi epidemiologi yang bersifat observasional dimana unit
pengamatan/analisisnya adalah individual yang merupakan laporan
kasus-kasus penyakit dengan diagnosis yang diduga sama.
❖ Case Series
Case series merupakan studi epidemiologi yang bersifat
observasional yang merupakan kumpulan subjek dengan
karakteristik umum yang digunakan untuk menggambarkan beberapa
aspek klinis, patofisiologis, atau operasional suatu penyakit,
pengobatan, paparan, atau prosedur diagnostik.

❖ Studi Ekologi
Studi epidemiologi yang bersifat studi observasional dimana unit
pengamatan/analisisnya adalah populasi dengan tujuan
mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dengan faktor-
faktor yang diduga sebagai determinan.
Penelitian Analitik
Desain penelitian analitik merupakan suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana
dan mengapa suatu fenomena terjadi melalui sebuah analisis statistik seperti
korelasi antara sebab dan akibat atau faktor risiko dengan efek serta kemudian dapat
dilanjutkan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dari sebab atau faktor risiko
tersebut terhadap akibat atau efek.

❖Cross Sectional
❖Kasus Kontrol
❖Kohort
Cross Sectional Study
● Penelitian potong lintang (cross-sectional) atau biasa disebut survei prevalens
adalah desain studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan
paparan (determinan) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit
serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada suatu periode.
Kelebihan Cross Sectional
● Desain ini relatif mudah, murah dan hasilnya cepat dapat diperoleh
● Dapat digunakan untuk meneliti sekaligus banyak variabel
● Jarang terancam drop out
● Dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya seperti kohort atau eksperimen
Kelemahan Cross Sectional
● Memerlukan jumlah sampel yang banyak, terutama apabila
variabel yang diteliti banyak.
● Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara
akurat.
● Kurang tepat untuk memprediksi suatu kecenderungan.
● Kesimpulan korelasi faktor risiko dengan efek paling lemah
bila dibandingkan dengan dua rancangan analitik lainnya.
Kasus Kontrol (Case Control Study)

● Penelitian kasus kontrol yang merupakan bagian dari penelitian epidemiologi observasional yang merupakan
pengamatan epidemiologis untuk mempelajari hubungan serta besarnya risiko, antara tingkat keterpaparan
dengan kejadian penyakit.
Kelebihan Desain Kasus Kontrol
● Desain ini merupakan salah satu cara dan atau bahkan satu –
satunya cara untuk meneliti kasus yang jarang atau langka
● Hasil dapat diperoleh dengan cepat
● Biaya yang diperlukan relatif murah
● Dapat menggunakan sampel penelitian yang lebih sedikit
● Dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor
risiko sekaligus dalam satu penelitian
Kelemahan Desain Kasus Kontrol
● Pengambilan data faktor risiko secara retrospektif lebih mengandalkan
daya ingat sehingga ada kemungkinan responden lupa atau tidak ingat
terhadap apa yang pernah dialaminya apalagi yang ditanyakan sudah
lama sekali. Hal ini dapat menimbulkan recall bias.

● Pengambilan data sekunder juga dapat dilakukan misalnya dengan


melihat catatan pada dokumen rekam medis, namun dalam hal ini rekam
medis seringkali kurang dapat memberikan informasi yang akurat karena
isinya kurang lengkap.

● Kadang – kadang sulit memilih sampel kontrol yang benar – benar


sebanding dengan kelompok kasus karena banyaknya faktor risiko yang
harus dikendalikan.

● Tidak dapat digunakan untuk menentukan lebih dari satu variabel


dependen, jadi hanya dihubungkan dengan satu kasus atau efek.
Kohort Study
Desain penelitian cohort merupakan suatu penelitian yang mempelajari
hubungan antara faktor risiko dengan efek, yang dilakukan secara
propektif atau kedepan sebelum terjadinya efek.
Kelebihan Desain Kohort
● Desain ini merupakan desain yang paling baik untuk menerangkan
hubungan antara faktor risiko dengan efek, menentukan insiden dan
perjalanan penyakit.
● Sangat baik dilakukan terhadap kasus yang bersifat fatal dan
progresif.
● Dapat digunakan untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu
faktor risiko tertentu.
● Memiliki kekuatan yang paling baik untuk meneliti berbagai
masalah kesehatan, karena penelitian dilakukan secara longitudinal
Kelemahan Desain Cohort:
● Biasanya memerlukan waktu yang lama.
● Lebih rumit dan memerlukan sarana dan biaya yang mahal.
● Kemungkinan ada subyek yang drop out dan dapat mengganggu analisis data.
● Penelitian pada kasus yang jarang terjadi kurang efisien.
● Kurang etis karena mengamati faktor risiko pada subyek sampai terjadinya efek.
Penelitian Eksperimental

● Pada penelitian eksperimental merupakan penelitian yang dilakukan dengan


memberikan intervensi atau memberikan perlakuan yang akan diteliti terhadap
subjek penelitian.
● Kemudian, hasil intervensi tersebut dibandingkan dengan kelompok yang tidak
diberikan intervensi (kontrol).
Karakteristik Kejadian Epidemiologi
❖Karakteristik Orang
Variabel orang disini meliputi umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik,
status perkawinan, besarnya keluarga dan paritas.
❖Karakteristik Tempat
Merupakan variabel yang mendeskripsikan dimana penyakit/masalah kesehatan terjadi
yang berhubungan dengan geografi.
❖Karakteristik Waktu
Waktu erat kaitannya dengan penyakit, karena dengan perubahan penyakit menurut waktu
dapat menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis penyakit.
FORMULASI HIPOTESIS
Hipothesis : Hypo → sementara

Thesis → Pernyataan / teori

Pernyataan sementara → belum pasti kebenarannya → perlu diuji dengan pengujian


hipotesis → kesimpulan : Menerima atau menolak hipotesis

Dapat ditentukan berdasarkan hasil penelitian atau pengalaman

Langkah awal dari pengujian hipotesis : Membuat formulasi hipotesis


Terdapat 2 jenis formulasi hipotesis:

1. Hipotesis nol ( Ho ) : Menyatakan tidak ada perbedaan kejadian dalam 2 kelompok atau
tidak ada hubungan antara 2 variabel yang diuji

contoh:

- Tidak ada hubungan antara kepatuhan pemakaian masker dengan kejadian tertular covid-19
- Tidak ada perbedaan kejadian tertular covid-19 antara kelompok yang memakai masker
dengan yang tidak memakai masker
2. Hipotesis alternatif ( Ha ) : Pernyataan kebalikan dari Hipotesis nol → terdapat perbedaan

antara 2 kelompok dan terdapat hubungan antara 2 variabel yang diuji

contoh:

- Terdapat hubungan antara kepatuhan pemakaian masker dengan kejadian tertular covid-19
- Terdapat perbedaan kejadian covid-19 antara kelompok yang memakai masker dengan yang
tidak memakai masker
Menolak hipotesis alternative → pasti menerima hipotesis nol
Menolak hipotesis nol → terdapat 3 kemungkinan menerima hipotesis alternative, yaitu:
- Tidak sama dengan hipotesis nol,
Kejadian covid-19 pada kelompok patuh ≠ Kelompok tidak patuh
- Lebih besar dari hipotesis nol atau
Kejadian covid-19 pada kelompok patuh > Kelompok tidak patuh
- Lebih kecil dari hipotesis nol
Kejadian covid-19 pada kelompok patuh < Kelompok tidak patuh
CARA FORMULASI HIPOTESIS BESERTA CONTOH
1. Formulasi Hipotesis Penelitian
3. Formulasi Hipotesis Stastistik
● Hipotesis penelitian merupakan hipotesis kerja
Hipotesis yang diterjemahkan ke dalam bentuk statistik
Contoh : terdapat hubungan antara diabetes dan tingat depresi

1. Formulasi Hipotesis Operasional


● Hipotesis operasional adalah hipotesis yang bersifat objektif
yang bersifat sebagai pembanding
● Pembanding yang berisfat netral. Pembanding yang
bersifat tidak netral
contoh :
H1: ada hubungan antara diabetes dengan tingkat depresi
4. Pengujian Hipotesis
H0 : tidak ada hubungan anatara diabetes dengan tingkat depresi
CONTOH PERNYATAAN HIPOTESIS
Jenis Hipotesis Pertanyaan Penelitian H0 H1

Hipotesis Deskriptif
Seberapa besar angka kematian pada TB Angka kematian pada TB
milier di negara X tahun 2020? Milier di negara X tahun 2020
adalah 10%

Hipotesis Asosiasi
Apakah terdapat hubungan antara angka Tidak terdapat hubungan antara Terdapat hubungan antara
pengkonsumian rokok perkapita penduduk pengkonsumian rokok perkapita pengkonsumian rokok perkapita
dengan peningkatan kasus kanker paru di penduduk dengan peningkatan penduduk dengan peningkatan
Negara X? kanker paru di negara X kanker paru di negara x

Hipotesis Komparatif
Apakah ada perbedaan hasil antara terapi tidak terdapat perbedaan hasil Terdapat perbedaan hasil antara
obat Y dengan terapi obat Y? antara terapi obat Y dengan terapi obat Y dengan terapi
terapi obat Y obat Y
UJI HIPOTESIS
1. Menentukan Formulasi Hipotesis
2. Menentukan Taraf Nyata
3. Menentukan Kriteria Pengujian
4. Menentukan Nilai Uji Statistik
5. Membuat Kesimpulan
UJI HIPOTESIS - MENETUKAN TARAF NYATA
1. Kesalahan Tipe 1 ( Alpha Error)

kesalahan menolak H0 padahal H0 benar / menyimpulkan ada perbedaan tapi tidak ada perbedaan

peluang kesalahan tipe 1 (alpha) = Significant level

peluang untuk tidak membuat kesalahan (1 - alpha) = confidence level

2. Kesalahan Tipe 2 (Type II error/ Beta Error)

menerima H0 padahal H0 salah/ menyimpulkan tidak ada perbedaan padahal ada perbedaan

peluang membuat kesalahan tipe 2 = (beta)

peluang untuk tidak membuat kesalahan tipe 2 (1-Beta) = power of the test
UJI HIPOTESIS - KRITERIA PENGUJIAN
UJI HIPOTESIS
4. Menentukan Nilai Uji Statistik
Rumus-rumus yang berhubungan dengan distribusi tertentu perhitungan untuk menduga parameter data sampel

5. Menentukan Kesimpulan
Penetapan keputusan dalam hal penerimaan atau penolakan hipotesis nol (Ho)

- Penerimaan Ho jika nilai uji statistik berada di luar nilai kritisnya


- Penolakan Ho jika nilai uji statistik berada di dalam nilai
Konsep sebab
- Penyakit pada populasi manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak,
namun ada faktor penyebab dan upaya pencegahan yang dapat dilakukan → Ilmu
Epidemiologi
- Fokus utama dari epidemiologi adalah dalam hal
- upaya pencegahan dan pengendalian penyakit, dan
- promosi kesehatan.
- Untuk dapat mencapai tujuan tersebut → mengetahui penyebab dan perjalanan
alamiah dari penyakit → dapat diketahui hubungan kausal suatu penyakit
Terdapat 2 jenis model hubungan kausal dalam epidemiologi:

1. Model Kausal Tunggal : Model tunggal (monokausal) yaitu konsep penyakit dimana
penyakit dianggap hanya disebabkan oleh satu penyebab.

→ Postulat Koch

2. Model Kausal Majemuk : Model kausal majemuk (multikausal) adalah konsep


penyebab penyakit dengan penyakit memiliki lebih dari satu penyebab
Konsep penyebab tunggal
- Konsep model klasik (Pure Determinism Model)
- 2 elemen penting dalam konsep ini, yaitu:
- Kausa/penyebab X harus mendahului timbulnya efek/penyakit Y
- Efek/penyakit Y tidak akan muncul jika tidak ada kausa/penyebab X
- X sebagai kausa spesifik → Y efek (penyakit) spesifik
- Kausa X : kausa yang diperlukan (necessary cause) dan kausa yang menentukan
(sufficient cause)
- Jika faktor X merupakan suatu kausa yang menentukan (sufficient cause) dari faktor
akibat Y, maka sel C akan selalu kosong. Sedangkan

- Jika faktor X merupakan kausa yang diperlukan (necessary cause) dari faktor akibat
Y, maka sel B akan selalu kosong.
Postulat Koch
1. Organisme harus ditemukan pada setiap kasus
2. Organisme tersebut tidak menyebabkan penyakit lain
3. Organisme tersebut dapat diisolasi dan tumbuh kultur murni
4. Isolat dari kultur murni tersebut jika diinokulasi pada hewan coba atau pasien yang
rentan akan menyebabkan penyakit yang sama
Konsep penyebab ganda
- Model Determinisme Modern
- Penyakit mempunyai lebih dari satu faktor penyebab (faktor risiko) dan faktor-faktor
tertentu dapat mengakibatkan lebih dari satu keadaan patologi → Konsep penyebab
ganda
- Model konsep penyebab ganda:
- Segitiga epidemiologi (triangle of epidemiology)
- Model Roda (Wheel Model)
- Model Jaring-Jaring Sebab Akibat (The Web of Causation)
- Model pie (Rothman)
Penyebab Ganda dalam Epidemiologi Klasik
(Segitiga Gordon)
Timbulnya penyakit pada masyarakat adalah akibat adanya interaksi pada tiga faktor utama yaitu agent
(penyebab penyakit), host (manusia), dan environment (lingkungan).
● Ketiga faktor utama yang dikemukakan pada teori Gordon harus berinteraksi secara seimbang agar
tidak timbul penyakit pada masyarakat.
● Ada 4 gambaran model interaksi antara ketiga faktor tersebut dalam keadaan tidak seimbang
sehingga memunculkan penyakit:
1. Agent atau bibit penyakit lebih berat daripada host. Kemampuan agent meningkat sehingga
lebih mudah menimbulkan penyakit. Biasanya terjadi pada penyakit infeksi, yaitu munculnya
strain baru dari agent, misalnya mutasi pada virus influenza.

2. Host jauh lebih berat daripada agent. Kepekaan host meningkat terhadap suatu penyakit,
sehingga host mudah terinfeksi penyakit. Misalnya adalah peningkatan jumlah usia rentan.

3. Pergeseran lingkungan yang menyebabkan agent menjadi lebih berat. Perubahan kualitas
lingkungan mempermudah penyebaran agent, sehingga mengakibatkan agent mudah
membuat host menjadi sakit. Misalnya terjadinya banjir menyebabkan air kotor yang
terkontaminasi kuman mudah masuk ke tubuh.

4. Pergeseran lingkungan yang menyebabkan host menjadi lebih berat yang mengindikasikan
bahwa host jauh lebih peka dan mudah terkena bibit penyakit. Perubahan kualitas lingkungan
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh. Misalnya pencemaran udara yang
menyebabkan sesak nafas dan mudah terkena infeksi.
Penyebab Ganda dalam Epidemiologi dengan Konsep Jaring

● Suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai
akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat / konsep multifaktorial.

● Dengan demikian timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata
rantai pada berbagai titik determinan.

● Model ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup
individu. Misalnya penyakit jantung coroner (PJK) yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
riwayat PJK keluarga, hipertensi, diabetes mellitus, kebiasaan merokok, obesitas, serta gaya hidup.
Penyebab Ganda dalam Epidemiologi dengan Konsep Rothman
(Konsep Pie / Pizza / Serabi)
● Sebagian besar penyakit disebabkan oleh efek kumulatif dari beberapa komponen penyebab yang
berinteraksi bersama dan memiliki kontribusi masing-masing
● Interaksi kausal terjadi ketika dua atau lebih faktor penyebab bertindak bersama-sama untuk menghasilkan
suatu efek / outcome

● Suatu faktor penyebab dikatakan necessary (pada gambar di atas sebagai A) jika merupakan komponen
penyebab dari setiap mekanisme yang memadai (sufficient) untuk terjadinya penyakit. Penyakit tidak akan
terjadi tanpa ada komponen necessary (penyebab yang diperlukan) tersebut.
● Misalnya: M.TB penyebab terjadinya TB, tapi ada faktor lain yang mempengaruhi spt daya tahan tubuh,
ventilasi rumah, dsb.
Konsep Hill dalam Menyimpulkan Kausalitas
● Bradford Hill menyajikan kerangka kerja untuk mempertimbangkan apakah asosiasi yang
diamati berasal dari epidemiologi dapat disimpulkan sebagai hubungan sebab-akibat (causal
inference)
● Causal inference adalah proses memperoleh kesimpulan sebab-akibat dengan penalaran
dari pengetahuan dan bukti faktual.
Ada 9 elemen kasualitas:
1. Kekuatan asosiasi / hubungan, semakin kuat hubungan paparan dan penyakit maka
semakin kuat keyakinan hubungan kausal. Dilakukan analisis statistik.
2. Konsistensi, menunjukkan asosiasi yang konsisten di seluruh studi menggunakan beragam
metode studi dalam populasi yang berbeda. Semakin konsisten dengan studi yang lain pada
populasi dan lingkungan yang berbeda, makin kuat keyakinan hubungan kausal. Misalnya
desain studi kohort maupun case control menghasilkan hubungan yang sama antara
kebiasaan merokok terhadap terjadinya kanker paru, baik pada laki-laki maupun perempuan.
3. Spesifisitas, suatu faktor penyebab yang mengarah ke outcome tertentu memberikan bukti yang lebih
kuat daripada yang terhubung ke banyak. Makin spesifik efek paparan, makin kuat hubungan kausal.

4. Temporalitas / kronologi waktu, yaitu kemampuan untuk mengetahui sebuah faktor merupakan
kausa penyakit, sehingga perlu dipastikan bahwa paparan terhadap faktor itu berlangsung sebelum
terjadinya penyakit.

5. Biological gradient / hubungan basis-respon, dilakukan untuk melihat hubungan peningkatan


exposure dengan peningkatan outcome (penyakit). Misalnya mengetahui hubungan banyaknya konsumsi
rokok dengan kejadian kanker paru.

6. Biological plausibility, untuk melihat asosiasi kejadian outcome masuk akal secara ilmu biologis
yang ada. Misalnya estrogen dan kanker payudara
7. Koherensi, bukti yang tersedia mengenai riwayat perjalanan alamiah, biologis, dan epidemiologi
penyakit harus selaras (koherens) untuk menjadi satu kesatuan yang utuh dalam membentuk
pemahaman yang sama. Misalnya kebiasaan merokok dapat menyebabkan kanker paru yang sesuai
dengan alamiah penyakit, biologi, dan epidemiologi.

8. Eksperimen, mendukung asosiasi yang diamati dengan data eksperimen dari studi pada subjek
manusia dan eksperimen laboratorium. Jika suatu penelitian yang berasal dari eksperimen maka
hubungan kemungkinan kausalitas menjadi lebih besar.

9. Analogi, jika suatu kausalitas sudah ada sebelumnya pada kondisi yang relatif sama, maka hasil
penelitian yang memiliki karakteristik yang hampir sama dapat dianalogikan memiliki tingkat kausalitas
yang sama.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai