Anda di halaman 1dari 26

DIABETES

MELITUS (DM)
KELOMPOK 3:
ELIZABETH WULANDARI (2106775713)
HARIYONA FITRIN (2206003702)
I N D R I R I Z K I YA N I (2206003715)
N O O R I D H A F E B R I YA N T I (2206003835)
WA N H A R (2206003961)
OUTLINE

1. Epidemiologi
2. Fisiologi
3. Faktor Risiko
4. Diagnosis
5. Program Pengendalian DM di Indonesia dan negara lain
6. One Page Concept
EPIDEMIOLOGI
DM WORLDWIDE
EPIDEMIOLOGI
DM DI INDONESIA
• Laporan RISKESDAS tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi DM pada tahun 2018
diperkirakan sebesar 10,9%, dan prevalens obesitas yang merupakan salah satu faktor
risiko diabetes juga meningkat, yaitu 14,8% pada tahun 2013 menjadi 21,8% pada tahun
2018.
• Badan kesehatan WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien DM tipe 2 di Indonesia dari
8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
• Prediksi dari International Diabetes Federation (IDF) juga menjelaskan bahwa pada
tahun 2013-2017 terdapat kenaikan jumlah pasien DM dari 10,3 juta menjadi 16,7 juta
pada tahun 2045.
• Pusdatin Kemenkes RI melaporkan bahwa persentase komplikasi diabetes melitus di
RSCM pada tahun 2011 adalah neuropati (54%), retinopati (33,4%), proteinuria (26,5%),
penyakit pembuluh darah arteri perifer (10,9%), ulkus kaki (8,7%), angina (7,4%), stroke
dan infark miokard (5,3%), gagal jantung (2,7%), amputasi (1,3%) dan dialisis (0,5%).
FISIOLOGI

• Pada proses digesti/pencernaan dan penyerapan nutrisi, terjadi proses :


1. pengubahan dan penyerapan glukosa dari makanan masuk ke dalam aliran darah. Glukosa
adalah sumber energi untuk sel-sel tubuh.
2. organ pancreas menghasilkan hormone insulin yang berfungsi menurunkan kadar gula
darah dengan cara : meningkatkan jumlah glukosa yang disimpan dalam hati (glikogen),
merangsang sel-sel tubuh agar menyerap glukosa darah, mencegah hati mengeluarkan terlalu
banyak gula (glikogen menjadi glukosa).
FISIOLOGI

Insulin bekerja seperti anak kunci


yang membuka pintu reseptor dan
memasukkan glukosa dari darah
ke dalam jaringan-jaringan seperti
otot, lemak, dll.
PATOFISIOLOGI DM

• Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya.
• Hal ini terjadi karena pancreas tidak memproduksi cukup insulin (hormon yang mengatur
kadar gula darah), biasa disebut Diabetes tipe-1, atau ketika tubuh tidak mampu
menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif, disebut diabetes tipe-2.
DIABETES TYPE 1
Pada Diabetes type 1, produksi insulin di pancreas mengalami
gangguan sehingga jumlahnya kurang dari yang dibutuhkan
atau bahkan tidak menghasilkan sama sekali, yang disebabkan
oleh gangguan autoimun atau idiopatik.
Biasanya kondisi ini terjadi pada usia anak dan remaja.
Prevalensi 10% dari kasus diabetes.
Terapi : dosis harian insulin
DIABETES TYPE 2

Pada Diabetes type 2 pancreas


memproduksi insulin namun
insulin tidak bekerja
sebagaimana seharusnya
(resistensi insulin).
• Prevalensi sekitar 90% dari semua
kasus diabetes.
FAKTOR RISIKO DM
FAKTOR RISIKO DM TIPE 2
Faktor risiko yang tidak Faktor risiko yang bisa Faktor lain yang dengan
bisa dimodifikasi dimodifikasi risiko DM
1. Ras, Etnik 1. Berat Badan Lebih 1. Keadaan klinis lain yang
2. Umur 2. Obesitas Abdominal/ terkait dengan resistensi
3. Jenis Kelamin Central insulin
4. Riwayat Keluarga 3. Kurangnya Aktifitas 2. Pasien sindrom
dengan DM Fisik metabolik yang
4. Dislipidemia memiliki riwayat
5. Riwayat Melahirkan toleransi glukosa
Bayi > 4000gr 5. Diet Tidak Sehat dan terganggu (TGT)
6. Riwayat Lahir dengan Tidak Seimbang
3. Pasien yang memiliki
BB Lahir Rendah riwayat penyakit
(<2500gr) kardiovaskular, seperti
stroke, PJK, atau
peripheral arterial
diseases (PAD)
DIAGNOSIS DM
PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT DM DI
INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/603/2020
TENTANG
PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN
KEDOKTERAN TATA LAKSANA
DIABETES MELITUS TIPE 2 DEWASA

Sebanyak 90-95% kasus


diabetes adalah DM tipe 2, yang
sebagian besar dapat dicegah
karena disebabkan oleh gaya
hidup yang tidak sehat.
Sumber: Presentasi Kemenkes RI 2018
PENCEGAHAN DIABETES MELITUS TIPE 2
1. Pencegahan Primer DM Tipe 2
Upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki
faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi
berpotensi untuk mendapat DM dan kelompok intoleransi
glukosa  dalam bentuk promosi Kesehatan dan
penyuluhan.
2. Pencegahan Sekunder DM Tipe 2
 Upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit
pada pasien yang telah terdiagnosis DM, yaitu dengan
pemberian pengobatan yang cukup, pengendalian kadar
glukosa darah, dan deteksi dini penyulit, yang
dilakukan sejak awal pengelolaan penyakit DM.
 Program penyuluhan memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani
program pengobatan dan dalam menuju perilaku hidup
sehat.
 Pengobatan terhadap tingginya kadar glukosa darah
merupakan hal yang utama, disertai pengendalian berat
badan, tekanan darah, profil lipid dalam darah serta
pemberian antiplatelet untuk menurunkan risiko
timbulnya kelainan kardiovaskular pada pasien
diabetes.
3. Pencegahan Tersier DM Tipe 2
 Upaya yang ditujukan pada kelompok
pasien DM yang telah mengalami
penyulit dalam upaya mencegah
terjadinya kecacatan lebih lanjut.
 Pada upaya pencegahan tersier tetap
dilakukan penyuluhan pada pasien dan
keluarga. Materi penyuluhan termasuk
upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal.
 Pencegahan tersier memerlukan
pelayanan kesehatan komprehensif dan
terintegrasi antar disiplin yang terkait,
terutama di rumah sakit rujukan.
PERAN POSBINDU (POS BINAAN TERPADU) PTM
 Posbindu PTM merupakan kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor resiko PTM terintegrasi yang
dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu yang dilakukan 1 bulan sekali.
 Tujuannya adalah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan
dini faktor risiko PTM (termasuk DM).
 Posbindu dapat dilakukan di tingkat rumah tangga, sekolah, tempat kerja, KBIH, terminal bus,
tempat umum / mall, dll.
 Fungsi posbindu diantaranya:
1) Mengetahui / mendeteksi faktor resiko PTM: anamnesa Riwayat PTM, pengukuran TD,
penimbangan BB, pengecekan gula darah, pengukuran lingkar perut, dll.
2) Melakukan upaya intervensi faktor resiko PTM dengan modifikasi perilaku: konseling dan
edukasi.
3) Melakukan rujukan bagi individu berisiko tinggi yang memerlukan layanan pengobatan lebih
lanjut.
PROGRAM PENGENDALIAN DM DI INDIA
• Program pemerintah india untuk mencegah DM yaitu National Programme for Prevention and Control of
Cancer, Diabetes, Cardiovascular Diseases and Stroke (NPCDCS) untuk intervensi hingga tingkat Distrik di
bawah Misi Kesehatan Nasional (NHM).

• Strategi yang dimodifikasi adalah sebagai berikut:


 Promosi kesehatan melalui perubahan perilaku dengan melibatkan masyarakat, masyarakat sipil, organisasi
berbasis masyarakat, media dll.
 Kamp Penjangkauan dipertimbangkan untuk skrining oportunistik di semua tingkatan dalam sistem pemberian
perawatan kesehatan dari sub-pusat dan di atasnya untuk deteksi dini diabetes, hipertensi dan kanker umum.
 Penatalaksanaan Penyakit Tidak Menular kronis khususnya Kanker, Diabetes, CVD dan Stroke melalui
diagnosis dini, pengobatan dan tindak lanjut melalui pendirian klinik PTM.
 Membangun kapasitas di berbagai tingkat pelayanan kesehatan untuk pencegahan, diagnosis dini, pengobatan,
KIE/BCC, riset operasional dan rehabilitasi.
 Memberikan dukungan untuk diagnosis dan perawatan yang hemat biaya di tingkat perawatan kesehatan
primer, sekunder dan tersier.
 Memberikan dukungan untuk pengembangan database PTM melalui Sistem Surveilans yang kuat dan untuk
memantau morbiditas, mortalitas dan faktor risiko PTM.
PROGRAM PENGENDALIAN DM DI FILIPINA
Rencana Pencegahan dan Pengendalian Diabetes Nasional:
a. Pengembangan strategi dan program, termasuk kampanye kesadaran dan pendidikan kesehatan yang
berkelanjutan personel dan individu terkait, untuk mencegah diabetes mellitus dan komplikasinya.
b. Penerapan penyaringan yang hemat biaya dan tepat metode untuk mendeteksi diabetes mellitus pada tahap awal
atau presimptomatik.
c. Penyelidikan epidemiologi, etiologi, diagnosis, pengobatan, pencegahan dan pengendalian diabetes mellitus.
d. Evaluasi tindakan yang digunakan, termasuk obat-obatan dan terapi diet, dalam pengendalian diabetes mellitus.
e. Pembentukan mekanisme untuk mengurangi dampak sosial ekonomi diabetes mellitus pada individu yang
terkena dan keluarga.
f. Pemberian insentif dan dukungan bagi organisasi individu dan keluarga yang terkena dampak.
g. Pembentukan sistem kesehatan terkoordinasi, yang: harus melibatkan dokter, peneliti, profesional kesehatan,
petugas kesehatan berbasis masyarakat dan relawan awam, untuk menangani dengan diabetes mellitus dan
komplikasinya.
h. Partisipasi unit pemerintah daerah, di samping dengan instansi pemerintah terkait dan non-pemerintah
organisasi, dalam pelaksanaan program diabetes pencegahan dan pengendalian.
i. Tinjauan berkala terhadap kebutuhan dan potensi penelitian di pengendalian diabetes mellitus.
j. Pemanfaatan sumber daya publik dan swasta secara sistematis untuk mencapai tujuan yang disebutkan di atas.
PROGRAM PENGENDALIAN DM DI
MALAYSIA
Beberapa ‘key point’ dalam management DM di Malaysia, adalah sebagai berikut :
1. Support terkait edukasi pasien DM >> Terdapat SDM yang terlatih untuk menangani pasien DM
yang dilakukan kolaborasi oleh nakes di RS.
2. Diet, health lifestyle, and physical activity
3. Pharmacologic treatment
4. Mengembangkan kembali 6 poin terkait Innovative Care for Chronic Conditions framework di
Fasyankes >> Mendorong agar pasien DM rutin mendapatkan pengobatan DM.
5. Dukungan komunitas dan Policy >> Taxation on sugar-sweetened beverages (SSBs)
>>Menurunkan konsumsi gula dan secara tidak langsung akan membuat industri berubah untuk
menciptkan sesuatu yg lebih sehat.
PROGRAM PENGENDALIAN DM DI
ARAB SAUDI
 Melaksanakan Sugar-sweetened beverage (SSB) yang telah sukses
menurunkan angka konsumsi gula, menurunkan angka obesitas dan
tentunya menurunkan resiko DM.

 Hal ini juga telah dilaksanakan di banyak Negara seperti Finland,


Hungary, France, Chile, Mexico, Spain, dan United States of
America (USA).
P R O G R A M P E N G E N D A L I A N D M D I C HI N A

1. Perilaku hidup sehat adalah fondasi, dengan melakukan advokasi dan menghimbau masyarakat agar
melakukan gaya hidup sehat, yang menekankan bahwa individu memiliki tanggung jawab utama atas
Kesehatan tubuhnya.
2. Deteksi dan intervensi dini adalah kunci utama, dengan menekankan bahwa individu harus
memperhatikan kadar glukosa pribadi mereka, individu berisiko tinggi harus secara teratur menguji glukosa
mereka.
3. Standarisasi manajemen kesehatan, dengan menyoroti penerapan standar diagnosis dan pengobatan
berjenjang dan institusi medis yang memberikan panduan diet, olahraga, pemantauan gula darah sendiri,
dan manajemen kesehatan diri untuk pasien diabetes. Pemerintah dan masyarakat harus mempromosikan
skrining standar diabetes di tingkat pelayanan kesehatan primer.
4. Menjamin peningkatan kapasitas pelayanan dasar, dengan memperkuat kapasitas pelayanan tingkat
dasar dengan meningkatkan kemampuan skrining, intervensi dini, diagnosis standar, dan pengobatan
diabetes dan komplikasinya bagi staf medis untuk menunda komplikasi dan mengurangi tingkat kecacatan,
kematian, dan kematian dini.
5. Model layanan kesehatan dan inovatif,  penggunaan teknologi informasi untuk mempromosikan layanan
" internet plus public health" dan meningkatkan manajemen kesehatan dengan mengandalkan platform
informasi kesehatan masyarakat regional.
6. Selain melakukan pengobatan medis, umumnya masyarakat di China juga melakukan pengobatan
tradisional (TCM) dan akupuntur.
DATA IDEATION FILIPINA
• Pengembangan strategi dan program, termasuk kampanye kesadaran dan pendidikan kesehatan.
• WHO memprediksi INDONESIA
• Upaya promotif dan preventif  CERDIK. Dan juga • Penyaringan yang hemat biaya dan tepat metode untuk mendeteksi DM pada tahap awal atau
adanya peningkatan presimptomatik.
penyuluhan dalam tiap tingkat pencegahan.
jumlah pasien DM tipe 2 • Penyelidikan epidemiologi, etiologi, diagnosis, pengobatan, pencegahan dan pengendalian DM.
• Pelibatan masyarakat dengan penguatan kegiatan POSBINDU
yang cukup besar pada • Evaluasi tindakan yang digunakan, termasuk obat-obatan dan terapi diet, dalam pengendalian DM.
PTM, yang di dalamnya terdapat pemeriksaan gula darah
tahun-tahun mendatang. • Pembentukan mekanisme untuk mengurangi dampak sosial ekonomi DM pada individu yang
• International Diabetes rutin, edukasi, konseling, penimbangan BB, dll.
• Pendekatan berjenjang dari masyarakat sampai fasyankes terkena dan keluarga.
Federation (IDF) • Pemberian insentif bagi organisasi atas dukungan individu dan keluarga yang terkena
tersier dalam pendekatan berdasar siklus kehidupan.
memperkirakan dampak.
sedikitnya terdapat 463 • Pembentukan sistem kesehatan terkoordinasi yang melibatkan tenaga kesehatan berbasis
juta orang pada usia CHINA
masyarakat
20-79 tahun di dunia • Perilaku hidup sehat adalah fondasi
• Partisipasi unit pemerintah daerah, di samping dengan instansi pemerintah terkait dan NGO.
menderita diabetes • Deteksi dan intervensi dini adalah kunci utama
• Tinjauan berkala terhadap kebutuhan dan potensi penelitian di pengendalian DM.
pada tahun 2019 atau • Standarisasi manajemen Kesehatan
setara dengan angka • Menjamin peningkatan kapasitas pelayanan dasar
ARAB SAUDI
prevalensi sebesar 9,3%. • Model layanan kesehatan dan inovatif
Melaksanakan Sugar-sweetened beverage (SSB) yang telah sukses menurunkan angka konsumsi gula,
• WHO memprediksi • Masyarakat di China juga melakukan pengobatan menurunkan angka obesitas dan tentunya menurunkan resiko DM. Hal ini juga telah dilaksanakan di
kenaikan jumlah pasien tradisional (TCM) dan akupuntur. banyak Negara seperti Finland, Hungary, France, Chile, Mexico, Spain, dan United States of
DM tipe 2 di Indonesia America.

ONE PAGE
dari 8,4 juta pada tahun INDIA
2000 menjadi sekitar • Promosi kesehatan melalui perubahan perilaku dengan melibatkan masyarakat.
21,3 juta pada tahun • Kamp Penjangkauan untuk skrining oportunistik.
2030. • Penatalaksanaan Penyakit Tidak Menular kronis.
• Prevalens DM di • Memberikan dukungan untuk diagnosis dan perawatan yang hemat biaya di

CONCEPT
Indonesia tahun 2018 tingkat perawatan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
diperkirakan sebesar • Memberikan dukungan untuk pengembangan database PTM melalui Sistem
10,9%. (Riskesdas 2018) Surveilans yang kuat.

MALAYSIA CONCLUSION
• Support terkait edukasi pasien DM >> Terdapat SDM yang terlatih untuk menangani pasien DM yang dilakukan
kolaborasi oleh nakes di RS.
• Diet, health lifestyle, and physical activity DM Tipe 2 merupakan PTM dengan beberapa faktor risiko yang
• Pharmacologic treatment mampu dicegah dan dikendalikan dengan beberapa cara.
• Mengembangkan kembali 6 poin terkait Innovative Care for Chronic Conditions framework di Fasyankes >>
Mendorong agar pasien DM rutin mendapatkan pengobatan DM. Pencegahan DM Tipe 2 dapat dilakukan dengan modifikasi gaya
• Dukungan komunitas dan Policy >> Taxation on sugar-sweetened beverages (SSBs) >>Menurunkan konsumsi gula hidup. Tujuan pengendaliannya adalah untuk mencegah komplikasi
dan secara tidak langsung akan membuat industri berubah untuk menciptkan sesuatu yg lebih sehat. dan disabilitas.

Anda mungkin juga menyukai