Anda di halaman 1dari 30

Mini Project

“APAKAH ADA HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERUBAHAN PERILAKU


PASIEN DM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DAMAI”

Disusun oleh:

dr. Ajeng Puspitasari

Pendamping:

dr. Auliansyah Aldisela Januar Sukamto

Program Internship Dokter Indonesia

Periode I Tahun 2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia menduduki peringkat keempat kasus diabetes melitus tipe 2 dengan prevalensi
8,6% dari total populasi, diperkirakan meningkat dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Prevalensi diabetes melitus yang terdiagnosis pada
tahun 2018, penderita terbesar berada pada kategori usia 55 sampai 64 tahun yaitu 6,3% dan
65 sampai 74 tahun yaitu 6,03%.1
Berdasarkan data diatas, maka diperlukan adanya suatu program seperti Prolanis yang
bertujuan untuk menekan adanya komplikasi dari penyakit kronis dengan pemeriksaan yang
spesifik di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Penyakit hipertensi pada diabetes
melitus yang tidak ditangani dengan baik maka sangat berpotensi menyebabkan sakit
lainnya salah satu yang paling banyak terjadi adalah penyakit stroke, khususnya tipe
penyakit stroke thrombolik.2
Pemerintahan Kesehatan mengeluarkan suatu program kesehatan yang dapat membantu
melayani masyarakat yang memiliki berbagai penyakit kronis dengan Prolanis dengan dasar
hukum UU No. 40/2004 tentang SJSN Pasal 22 ayat 1. Manfaat jaminan Kesehatan bersifat
pelayanan perseorangan berupa pelayanan Kesehatan yang mencakup pelayanan promotive,
preventif, kuratif dan rehabilitative, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang
diperlukan.3
PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) adalah sistem pelayanan kesehatan
dan pendekatan proaktif yang dilakukan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas
Kesehatan dan BPJS Kesehatan (BPJS Kesehatan, 2014). Prolanis merupakan program yang
spesifik melayani peserta JKN dengan penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi. Prolanis
bertujuan untuk menjaga kesehatan dan mencapai kualitas hidup yang optimal pada pasien
penyakit kronis melalui pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien untuk mencegah
komplikasi penyakit. 2

2
Penyakit kronis menurut World Health Organization (WHO) merupakan penyakit dengan
durasi panjang yang pada umumnya berkembang secara lambat dan merupakan akibat faktor
genetik, fisiologis, lingkungan dan perilaku. 4
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat menyebabkan
komplikasi dan penurunan kualitas hidup penderita. Kualitas hidup yang tinggi merupakan
tujuan akhir dan hasil penting dari intervensi medis kepada penderita diabetes, namun pada
penderita diabetes yang tidak terkontrol diketahui memiliki kualitas hidup yang lebih
rendah6. Penderita diabetes melitus lanjut usia memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang
lebih tinggi daripada penderita kelompok dewasa muda dan paruh baya yang berpengaruh
pada kualitas hidup 7. Kelompok Studi tentang Diabetes Eropa melaporkan jika kualitas
hidup rendah telah meningkatkan angka mordibitas dan mortalitas secara keseluruhan. 5
Berdasarkan latar belakang diatas, perlu dilakukan pre test dan post test untuk
mengetahui pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes dan juga pemerikssaan
pengecekan gula darah untuk mengevaluasi perubahan perilaku pasien diabetes untuk
mencegah mortilitas dan morbiditas yang diakibatkan karena penyakit diabetes yang tidak
terkontrol.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Apakah ada hubungan pengetahuan dengan perubahan perilaku pasien DM di wilayah kerja
Puskesmas Damai?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengobservasi apa benar ada hubungan pengetahuan dengan perubahan perilaku
pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Damai Balikpapan
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang berkaitan dengan hubungan
pengetahuan dan perubahan perilaku pasien DM.
b. Mengevaluasi hasil intervensi yang diberikan pada pasien DM.
1.4 Manfaat
a. Bagi Puskesmas Damai
Diharapkan mampu memberikan outcome yang baik dalam pengobatan DM

3
c. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah referensi sarana baca dan pustaka sebagai pengetahuan dan informasi bagi
rekan sejawat
d. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan, pengalaman, serta masukan penulis selanjutnya.
e. Bagi Masyarakat
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan perubahan perilaku dalam
meningkatkan keberhasilan pengobatan DM agar menurukan risiko morbiditas dan
mortalitas yang tinggi.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS)

2.1.1 Definisi

PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif


yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan
BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan
yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan
biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. 2,3

2.1.2 Tujuan

Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal


dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama
memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan
Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya
komplikasi penyakit. 2,3
2.1.3 Sasaran

Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis (Diabetes Melitus


Tipe 2 dan Hipertensi). 2,3

2.2 Diabetes Mellitus


2.2.1 Definisi
Merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. 6
2.2.2 Klasifikasi
1) DM Tipe 1 : Destruksi sel beta pancreas, umumnya berhubungan dengan defisiensi
insulin absolut.

5
- Autoimun
- Idiopatik
2) DM Tipe 2 : Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relative sampai yang dominan defek insulin disertai resistensi insulin.
3) DM Gestasional : Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga
kehamilan dimana sebelumnya kehamilan tidak didapatkan diabetes
4) Tipe spesifik yang berkaitan dengan penyebab lain :
- Sindroma diabetes monogenik (diabetes neonatal, maturity onset diabetes of the
young (MODY))
- Penyakit eksokrin pankreas (fibrosis kistik, pankreatitis)
- Disebabkan oleh obat atau zat kimia (penggunaan glukokortikoid pada terapi
HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ) 6,7,8
2.2.3 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar gula darah dan HbA1c.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan secara glucometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya
glucosuria. Berbagai keluhan dapat ditemukan pada pasien DM. kecurigaan adanya
DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti : 6,7,8
- Keluhan Klasik DM : Poliuria, polidipsi, polifagi, dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
- Keluhan lain : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada
pria, serta pruritus vulva pada vagina.

6
Kriteria Diagnosis

2.2.4 Kelompok Risiko Tinggi


1. Kelompok dengan berat badan lebih (IMT ≥23 kg/m2) yang disertai dengan salah
satu atau lebih factor risiko berikut : 6,7,8
a. Aktivitas fisik yang kurang
b. Faktor keturunan
c. Kelompok ras/etnis tertentu
d. Perempuan yang memiliki riwayar melahirkan bayi dengan BBL > 4kg atau
mempunyai Riwayat DM gestasional
e. Hipertensi atau sedang mendapat terapi untuk hipertensi
f. HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida >250mg/dL
g. Wanita dengan polikistik ovarium
h. Riwayat prediabetes
i. Obesitas berat, akantosis nigricans
j. Riwayat penyakit kardiovaskuler
2. Usia >45 tahun tanpa faktor risiko di atas
Catatan :

7
kelompok risiko tinggi dengan hasil pemeriksaan glukosa plasma normal sebaiknya
diulang setiap 3 tahun. Kecuali pada kelompok prediabetes pemeriksaan diulang tiap
1 tahun. 6,7,8
2.2.5 Penatalaksanaan
2.2.5.1 Tujuan :
1. Jangka pendek : menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup,
dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Jangka Panjang : mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah,


tekanan darah, berat badan, dan profil lipid melalui pengelolaan pasien secara
komprehensif. 6,7,8

2.2.5.2 Langkah-Langkah Penatalaksanaan Khusus


Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi
nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis
dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Obat anti
hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada
keadaan emergensi dengan dekompensasi metabolic berat, misalnya ketoasidosis,
stress berat, berat badan yang menurun dengan cepat, atau adanya ketonuria,
harus segera dirujuk ke pelayanan Kesehatan sekunder atau tersier. 6,7,8
Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia
dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pengetahuan tentang
pemantauan mandiri tersebut dapat dilakukan setelah mendapat pelatihan khusus.
6,7,8

2.2.6 Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari
upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM

8
secara holistik. Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan tingkat
lanjutan. 6,7,8,9
a. Materi edukasi pada tingkat awal di Pelayanan Kesehatan Primer yang meliputi :
 Materi tentang perjalanan penyakit DM
 Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan
 Penyulit DM dan risikonya
 Intervensi non farmakologi dan farmakologi serta target pengobatan
 Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat antihiperglikemia oran
atau insulin serta obat-obatan lain
 Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin
mandiri (hanya jika alat pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia)
 Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia
 Pentingnya Latihan jasmani yang teratur
 Pentingnya perawatan kaki
 Cara menggunakan fasilitas perawatan Kesehatan

b. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan


Sekunder/Tersier, yang meliputi : 6,7,8,9
 Mengenal dan mencegah penyulit akut DM
 Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM
 Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain
 Rencana untuk kegiatan khusus (contoh : olahraga prestasi)
 Kondisi khusus yang dihadapi (contoh : hamil, puasa, rawat inap)
 Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang DM
 Pemeliharaan/ perawaran kaki

2.3 PENGETAHUAN

2.2.1 Definisi

9
Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang dimilikinya. Pengetahuan bisa
dijadikan sebagai alat untuk memperoleh kesadaran sehingga seseorang bisa berperilaku
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan perilaku seseorang yang
didasarkan pengetahuan, kesadaran dan sifat positif akan konsisten karena tidak ada
paksaan dari pihak lain. 10,11

2.2.2 Tahapan

a. Tahu (know)
Pengetahuan yang dimiliki hanya sebatas ingatan saja, sehingga tahapan ini
merupakan tahapan paling rendah dalam pengetahuan.
b. Memahami ( Comprehension)
Pengetahuan definisikan menjadi kecakapan untuk menerangkan sesuatu dengan
benar. Seseorang dapat memberikan penjelasan, menyimpulkan, dan
menginterprestasikan pengetahuan tersebut.
c. Aplikasi (Application)
Pengetahuan yang dimiliki dapat diaplikasikan atau diterapkan pada kehidupan
nyata.
d. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan penjabaran dari materi ke dalam komponenkomponen yang
saling berkaitan. Analisis dapat digunakan untuk menggambarkan, memisahkan,
mengelompokkan, serta membangdingkan sesuatu
e. Sintesis (Sinthesis)
Keterampilan seseorang dalam menghubungkan berbagai elemen pengetahuan
yang ada membentuk model baru yang lebih komprehensif. Kemampuan yang
dimaksud dalam hal ini adalah menyusun, merencanakan, mengkatagorikan,
menggambarkan serta menciptakan sesuatu
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan terhadap penilaian terhadap suatu materi atau objek. 10,11

2.2.3 Pengukuran

10
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara dengan subjek penelitian sesuai dengan
materi yang akan diukur. 10,11

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010) faktor-faktor yang


mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut : 10,11

1. Faktor Internal

a. Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju impian atau cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan agar tercapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi berupa hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku akan pola
hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berpesan serta dalam
pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
mudah menerima informasi.
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu keburukan yang harus dilakukan demi menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan tidak diartikan sebagai
sumber kesenangan, akan tetapi merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang, dan memiliki banyak tantangan. Sedangkan bekerja
merupakan kagiatan yang menyita waktu.
c. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matangdalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya.
d. Faktor Lingkungan

11
Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan pengaruhnya
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau kelompok.
e. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan pengaruh dari sikap
dalam menerima informasi.

2.3 PERUBAHAN PERILAKU

2.3.1 Definisi

Perubahan perilaku adalah proses perubahan yang dialami oleh seseorang

berdasarkan apa yang telah didapatkan dan dipelajari melalui berbagai sumber seperti

keluarga, teman, lingkungan ataupun diri sendiri. Proses perubahan pada diri seseorang

ditentukan oleh kondisi dan kebutuhan dirinya. 10,11

2.3.2 Bentuk Perubahan Perilaku

Menurut WHO, Perubahan perilaku terbagi menjadi tiga yaitu : 10,11

1. Perubahan Alamiah (natural Change)

Perilaku manusia dapat berubah-ubah. Sebagian dari perubahan perilaku manusia

itu disebabkan oleh kejadian alamiah. Ketika dalam masyarakat sekitar terjadi suatu

perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota

masyarakat di dalamnyapun akan mengalami perubahan.

2. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan terencana terjadi karena direncanakan oleh diri individu sendiri.

Contohnya, individu adalah perokok berat, suatu saat terserang batuk yang sangat

mengganggu. Individu tersebut memutuskan untuk mengurangi merokoknya sedikit

demi sedikit, kemudian pada akhirnya individu berhenti merokok sama sekali.

3. Kesediaan untuk Berubah (Readiness to Change)

12
Apabila adanya inovasi atau program-program pembangunaan di dalam

masyarakat, maka yang terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima

inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya), dan sebagian orang lagi

sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini terjadi karena

setiap orang memiliki kesediaan untuk berubah (readiness to change) yang berbeda-

beda. Setiap orang di dalam masyarakat memiliki kesediaan untuk berubah yang

berbeda-beda meskipun kondisinya sama.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku

1. Emosi

Emosi merupakan reaksi kompleks yang berhubungan dengan kegiatan atau

perubahan secara mendalam dan hasil dari rangsangan eksternal dan keadaan

fisiologis. Melalui emosi seseorang dapat terstimulus untuk memahami sesuatu atau

perubahan yang disadari sehingga memungkinkannya mengubah sifat atau

perilakunya. Bentuk dari emosi yang berhubungan dengan perubahan perilaku adalah

rasa marah, gembira, senang, sedih, cemas, benci, takut dan lain sebagainya. 10,11

2. Persepsi

Persepsi merupakan pengalaman yang dihasilkan melalui indra penglihatan,

penciuman, pendengaran dan sebagainya. Melalui persepsi seseorang dapat

mengetahui atau mengenal objek berdasarkan fungsi pengindraan. Persepsi

dipengaruhi oleh minat, kepentingan, kebiasaan yang dipelajari, bentuk, latar

belakang, kontur kejelasan atau kontur letak. 10,11

3. Motivasi

13
Motivasi merupakan dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Hasil dari motivasi akan diwujudkan dalam bentuk suatu perilaku, karena

melalui motivasi individu terdorong untuk memenuhi kebutuhan fisiologis,

psikologis serta sosial. 10,11

4. Belajar

Belajar merupakan dasar untuk memahami perilaku manusia, karena belajar

berhubungan dengan kematangan dan perkembangan fisik, emosi, motivasi, perilaku

sosial serta kepribadian. Melalui belajar orang mampu mengubah perilaku dari

perilaku sebelumnya serta menampilkan kemampuannya sesuai kebutuhannya. 10,11

5. Intelegensi

Inteligensi merupakan seuatu kemampuan seseorang dalam membuat kombinasi

berpikir abstrak, atau kemampuan menentukan kemungkinan dalam perjuangan

hidup. Kemampuan

seseorang tersebut membuatnya dapat menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara

cepat dan efektif serta memahami berbagai interkonektif dan belajar menggunakan

konsep-konsep abstrak secara efektif. 10,11

2.3.4 Tahapan Perubahan Perilaku

Menurut Irwan 2017 : 10,11

1. Pengetahuan

Individu akan mengadopsi perilaku apabila ia mengetahui terlebih dahulu arti dan

manfaat perilaku tersebut. Contohnya, ibu hamil akan memeriksakan kandungannya

apabila ia mengetahui tujuan dan manfaat dari periksa kandungan bagi ibu, janin dan

keluarga.

14
2. Sikap

Sikap adalah perilaku tertutup, setelah individu diberi stimulus atau objek,

selanjutnya individu akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut.

3. Praktik (Tindakan)

Praktik (tindakan) dalam perilaku terjadi apabila individu telah melewati terlebih

dahulu tahapan dari pengetahuan dan sikap. Setelah melewati kedua tahap

sebelumnya, maka individu akan mempraktikkan atau melaksanakan apa yang

diketahui dan disikapinya.

Menurut Roger dan Shoemakercit (dalam pakpahan, et.al., 2021) :

1. Tahap awareness

Tahap awarness adalah tahapan individu mengetahui atau menyadari tentang

adanya ide baru.

2. Tahap Interest

Tahap interest adalah tahap individu menaruh perhatian pada ide baru tersebut.

3. Tahap Trial

Tahap trial adalah tahap saat individu mulai mencoba memakai ide baru tersebut.

4. Tahap Adoption

Tahap adoption adalah apabila individu tertarik maka ia akan menerima ide baru

tersebut. Tahap ini bukan berarti setelah suatu inovasi diterima atau ditolak, situasi ini

akan dapat berubah akibat pengaruh lingkungan.

2.3.5 Strategi Perubahan Perilaku

Menurut Irwan 2017 : 10,11

1. Inforcement

15
Perubahan perilaku yang dilakukan dengan paksaan, atau menggunakan peraturan

atau perundangan. Model perubahan ini akan menghasilkan perubahan perilaku yang

cepat tetapi dalam jangka sementara atau tidak lama.

2. Education

Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian

informasi atau penyuluhan. Model perubahan akan menghasilkan perilaku yang tidak

sementara, tetapi membutuhkan waktu yang lama.

Menurut WHO 2021 :

1. Memberikan Kekuatan, Kekuasaan atau Dorongan

Perubahan perilaku dalam hal ini dipaksakan kepada sasaran atau masyarat

sehingga individu mau (berperilaku) seperti yang diharapkan. Cara ini dapat

dilakukan dengan misalnya menerapkan peraturan-peraturan atau undang-undang

yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat.

2. Pemberian Informasi

Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara mencapai hidup sehat, cara

menerapkan hidup sehat, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan

meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai hal tersebut. Pengetahuan-

pengetahuan yang di dapatkan itu selanjutnya akan menimbulkan kesadaran pada

masing-masing individu sehingga individu akan berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya.

3. Diskusi Partisipasi

Diskusi partisipasi merupakan peningkatan dari cara kedua yang dalam

memberikan informasi tentang kesehatan fisik bersifat searah saja, tetapi dua arah.

16
Hal ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi tetapi juga

harus aktif dalam diskusi mengenai informasi yang diterimanya.

2.4 METODE FISHBONE ANALYSIS

Fishbone diagram merupakan konsep analisis sebab akibat yang dikembangkan oleh Dr.

Kaoru Ishikawa, pada dasarnya menggambarkan sebuah model sugestif dari hubungan

antara sebuah kejadian (dampak) dan berbagai penyebab kejadiannya. Struktur dari diagram

tersebut membantu para pengguna untuk berpikir secara sistematis Desain fishbone terlihat

seperti tulang ikan. Representasi dari diagram tersebut adalah sebuah garis horizontal yang

melalui berbagai garis sub penyebab permasalahan. 12

Gambar 2. Fishbone Diagram

2.3 Metode USG untuk Penentuan Prioritas Masalah

Penetapan masalah dengan teknik kriteria matriks, yakni sebagai berikut: 12


a. Seberapa mendesak isu itu harus dibahas dan diselesaikan (U = Urgency)
b. Seberapa serius, kaparahan akibat yang ditimbulkan jika tidak diselesaikan (S = Severity)
c. Seberapa besar kemungkinan akan memburuk jika isu atau masalah dibiarkan saja (G =
Growth)
Skor = U + S + G

17
Untuk semua variabel (unsur-unsur U, S dan G) diberikan nilai antara 1 (sangat tidak

penting), 2 (tidak penting), 3 (sedikit penting), 4 (penting), 5 (sangat penting).12

NO MASALAH U S G TOTAL

1 Masalah A

2 Masalah B

3 Masalah C

18
BAB III

ANALISIS MASALAH

3.1 Mencari Akar Penyebab Masalah menggunakan Fishbone Analysis

Man Methode

1.Kurang SDM Nakes -


2.Kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang penyakit DM
3.Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
perubahan perilaku agar mengurangi
angka morbiditas dan mortalitas penyakit
DM

Money
Kurangnya
- pengetahuan
masyarakat
Material tentang
penyakit DM

1. Media promosi tentang


penyakit DM kurang Marketing Environment

- 1.Kurang mendapatkan
support dari keluarga dalam
pengobatan DM

3.3 Tabel USG Penyebab Kurangnya Capaian SPM Penyakit Tidak Menular Tahun 2022

Masalah U S G
Man 1. Kurang SDM Nakes 2 2 2
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang 5 5 5
penyakit DM
3. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk 4 4 4
perubahan perilaku agar mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas penyakit DM
Material 1. Media promosi tentang penyakit DM kurang 5 4 4

19
Environtmen 1. Kurang mendapatkan support dari keluarga 4 3 3
dalam pengobatan DM
t

3.4 Prioritas Masalah

No Prioritas Masalah Penyebab Masalah Pemecahan Masalah


1. Kurangnya pengetahuan masyarakat Kurangnya informasi Memberikan
tentang penyakit DM yang didapatkan penyuluhan tentang
oleh pasien tentang penyakit DM
penyakit DM
2. Media promosi tentang penyakit DM Nakes belum Membuat media
kurang memproduksi media promosi berupa leaflet
promosi yang baru
tentang DM
3. Kurangnya kesadaran masyarakat Masyarakat belum Mengingatkan kepada
untuk perubahan perilaku agar mengerti akan masyarakat mengenai
mengurangi angka morbiditas dan pentingnya dalam komplikasi penyakit
mortalitas penyakit DM perubahan perilaku DM
hidup sehat
4. Kurang mendapatkan support dari Kurangnya rasa Memberikan
keluarga dalam pengobatan DM peduli keluarga pemahaman kepada
tentang kesehatan keluarga tentang
pasien dalam penyakit DM
pengobatan DM
5. Kurang SDM Nakes Keterbatasan jumlah Penambahan jumlah
SDM petugas

20
3.5 Rekomendasi Intervensi

Judul PELITA DIA (Peduli Penderita Penyakit Diabetes Mellitus)


Rumusan Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit DM
Masalah
Penyebab Kurangnya informasi yang didapatkan oleh pasien tentang penyakit DM
Masalah
Tujuan Untuk menganalisis apa benar ada hubungan pengetahuan dengan perubahan
perilaku pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Damai Balikpapan
Rincian - Koordinasi dengan PJ Program terkait kegiatan observasi pada pasien
Kegiatan DM di Prolanis
- Pembuatan materi yang akan sampaikan kepada peserta prolanis
- Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan saat
melakukan penyuluhan
- Melakukan Pre test kepada peserta prolanis DM
- Melakukan Penyuluhan kepada peserta prolanis
- Implementasi terkait apa yang sudah di sampaikan
- Melakukan Post test kepada peserta prolanis DM
- Mengobservasi hasil pemeriksaan gula darah pada pasien prolanis
yang menderita DM
Tempat Masjid Al-Aman (belakang Puskesmas Damai)
Waktu Mei - Juli 2023
Indikator Mampu memberikan outcome yang baik dalam pengobatan DM
Keberhasilan
Kegiatan

BAB IV

21
PEMBAHASAN
Hasil pengamatan menggambarkan bahwa mayoritas responden memberikan jawaban
yang salah mengenai penyakit DM. Berdasarkan hal tersebut sebagian besar responden belum
mengetahui betul tentang penyakit DM. Seperti yang diketahui bahwa pengetahuan merupakan
hal mendasar untuk menyadarkan masyarakat berprilaku sehat sehingga mampu mencegah
komplikasi penyakit DM. Hal ini membutuhkan perhatian khusus dari pelayanan kesehatan
untuk memberikan edukasi mengenai seluruh aspek tentang penyakit DM.
Pengetahuan responden mengenai penyakit DM menunjukkan hasil yang variatif.
Pedoman mengenai penatalaksanaan DM perlu diberikan kepada penderita DM agar memiliki
pengetahuan yang lebih baik. Selain itu, edukasi kepada keluarga juga diperlukan agar keluarga
senantiasa mendukung dan membantu penderita dalam melaksanakan diet DM yang dianjurkan
serta mengawasi penderita dalam minum obat sehari-hari secara rutin agar kadar gula darah bisa
terkontrol. Hal ini membutuhkan media promosi tentang penyakit DM yang bisa menjadi
alternatif untuk dapat menyampaikan informasi kepada responden maupun kepada keluarga
responden terkait penyakit yang sedang diderita oleh responden, sehingga bisa meningkatkan
pengetahuan responden dan keluarga dalam pengelolaan penyakit DM.
Responden memahami jika aktivitas fisik mampu menjaga kebugaran dan kadar gula
darah, serta memiliki kepuasan terhadap diri sendiri yang menghasilkan kualitas hidup yang baik
bagi responden. Hanya saja responden kurang mengetahui durasi dan juga frekuensi yang tepat
bagi penyandang DM. Salah satu faktor yang dapat menghambat melakukan aktivitas fisik
responden adalah cuaca, yaitu keadaan cuaca yang tidak mendukung dapat menghambat
responden untuk tidak beraktivitas fisik diluar ruangan. Faktor lainnya yaitu kurangnya motivasi
untuk melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kebutuhan, hasil pemeriksaan gula darah yang
baik juga dapat membuat responden terlena sehingga responden enggan untuk beraktivitas fisik
seperti yang dianjurkan. Sehingga responden harus sering diingatkan dan diberi motivasi untuk
bisa konsisten menjaga pola hidup sehat.
Sebagian besar responden telah menerima keadaan sebagai penderita DM dan tidak
menutupi hal tersebut dari orang lain. Responden juga setuju bahwa DM bukan suatu masalah
karena dapat dikendalikan. Hal ini merupakan sebuah sikap positif yang dan dapat membantu
penderita untuk mengubah pola makan dan pola hidup yang lebih baik untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas pada DM.

22
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

23
5.1 Kesimpulan

1. Belum adanya kegiatan mengobservasi apakah ada hubungan pengetahuan dengan


perubahan perilaku pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Damai Balikpapan
2. Prioritas masalah pada program tersebut adalah kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang penyakit DM untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
3. Program “PELITA DIA (Peduli Penderita Penyakit Diabetes Mellitus” merupakan usulan
yang diangkat sebagai solusi masalah dari akar permasalahan yang menjadi prioritas

5.2 Saran
Diharapkan adanya program lanjutan untuk mengevaluasi program mini project yang
sudah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

24
1. Kemenkes. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2018. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes. Jakarta: 2019
2. Info BPJS Kesehatan, Implementasi Prolanis. Ed. 100. BPJS Kesehatan. Jakarta:
2021

3. BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Praktis Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit


Kronis). Available from: https://www.bpjskesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/06-
PROLANIS.pdf [26 Januari 2018].
4. IDF, IDF Diabetes Atlas 9th, edn, Belgium: International Diabetes Federation, 2019,
2019.
5. Kementerian Kesehatan RI, "Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018," Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI, Jakarta Selatan, 2019.
6. PERKENI. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2021.
PB PERKENI. Jakarta: 2021
7. Spasic, A and dkk, "Quality of Life in Type 2 Diabetic Patients," Scientific Journal of
the Faculty Medicine, vol. 3, no. 31, pp. 193-200, 2014.
8. Twito, O., Frankel, M., & Nabriski, D., "Impact of glucose level on morbidity and
mortality in elderly with diabetes and pre-diabetes," World Journal of Diabetes, vol.
2, no. 6, p. 345, 2015.
9. World Health Organization. Global status report on noncommunicable diseases
2014. Geneva: WHO, 2014
10. Ikha Widyastuti, ETC. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kualitas Hidup
Penderita DM Tipe 2 di Surakarta. The Indonesian Journal of Public Health.
Semarang: 2021
11. Desak Putu Y. K. Modul Kerangka Kerja Perubahan Perilaku. Udayana. Bali: 2016
12. Arizona State University. Journal of Social and Administrative Sciences, “The
Fishbone Diagram to Identify, Systematize, and Analyze the Sources of General
Purpose Technology”. USA: 2017

Lampiran

25
Dokumentasi Kegiatan Mini Project

26
27
28
29
30

Anda mungkin juga menyukai