Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN KASUS

KEDOKTERAN KELUARGA

SEORANG WANITA 67 TAHUN DENGAN


HIPERTENSI GRADE I DAN DIABETES MELLITUS TIPE 2

Diajukan guna memenuhi tugas Kedokteran Keluarga


Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh :
Lutfi Aulia Rahman
22010116220278

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Seorang Wanita 67 Tahun dengan Diabetes


Mellitus tipe 2 dan Hipertensi telah disajikan guna melengkapi tugas Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro pada tanggal 12 Oktober
2018.

Semarang, 12 Oktober 2018

Mengesahkan,
Pembimbing

dr. Helmia Farida, M.Kes, Sp.A, Ph.D


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan
karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi
akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Secara
epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes
Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004).
Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh
bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54
tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah
pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.1
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang
disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup.
Secara umum, hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini
berarti gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya
prevalensi DM.1
WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan
secara terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan
lintas sektor termasuk swasta. Dengan demikian pengembangan kemitraan
dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan
DM di setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan. Oleh
karena itu, pemahaman faktor risiko DM sangat penting diketahui, dimengerti
dan dapat dikendalikan oleh para pemegang program, pendidik, edukator
maupun kader kesehatan di masyarakat.2
Tujuan program pengendalian DM di Indonesia adalah terselenggaranya
pengendalian faktor risiko untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan
kematian yang disebabkan DM. Pengendalian DM lebih diprioritaskan pada
pencegahan dini melalui upaya pencegahan faktor risiko DM yaitu upaya

1
promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
Menurut American Society of Hypertension (ASH), hipertensi adalah suatu
sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat
dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan. Hipertensi
merupakan masalah kesehatan dunia dimana lebih dari satu dari empat orang
dewasa di dunia mengalami hipertensi. Pada tahun 2025, diperkirakan
prevalensinya akan meningkat menjadi 60%, dengan 2/3 penderitanya tinggal
di negara berkembang.1 Di Indonesia, hipertensi merupakan penyebab
kematian nomor ketiga setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7%
dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi
secara nasional mencapai 31,7%.2,3
Keadaan hipertensi yang berlangsung kronis dapat menyebabkan
kerusakan organ yang bersifat serius dan merupakan faktor risiko mortalitas
yang disebabkan gangguan serebrovaskular, kardiovaskular ataupun gagal
ginjal terminal. Pada penelitian klinis, terapi pengendalian hipertensi
menunjukkan pengurangan insiden stroke sebesar 35-40%, infark miokard 20-
25% dan gagal jantung sebesar lebih dari 50%.4
Untuk itu, diperlukan kemampuan dokter dalam mengenali kondisi klinis
penderita dan memberikan terapi yang tepat, serta memberikan pembinaan
pada penderita DM dan keluarga. Upaya untuk memiliki keterampilan yang
baik pada kondisi tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan
tinjauan kasus kedokteran keluarga melalui kunjungan rumah seperti yang
dilakukan dalam laporan kasus ini.

2
1.2 Tujuan
Pada laporan kasus ini dibahas seorang wanita 67 tahun dengan Hipertensi
grade I dan Diabetes Melitus tipe II. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah
untuk mengetahui penatalaksanaan dan pembinaan penderita Hipertensi dan
Diabetes Melitus tipe II melalui pendekatan keluarga.
1.3 Manfaat
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran
kedokteran keluarga dan praktek secara langsung kepada penderita Hipertensi
dan Diabetes Melitus tipe II.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DIABETES MELITUS


Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna
penentuan diagnosis DM pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler tetap dapat
dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang
berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan
hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa
darah kapiler.3
Pada penyandang DM dapat ditemukan berbagai keluhan. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti: 4
- Keluhan klasik DM : poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
- Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Berdasarkan konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus
tipe 2 oleh perkumpulan endokrinologi indonesia, diagnosis DM ditegakan
atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah dengan kriteria diagnosis DM
sebagai berikut:4
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi
tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.
atau

Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah tes toleransi


Glukosa oral (TTGO) dengan beban 75 gram.
atau

Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik

4
atau

Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode High


Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang terstandarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarization program

Tabel 5. Kadar Glukosa Darah sebagai Uji Diagnostik Diabetes dan


Prediabetes

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM


digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi: toleransi glukosa
terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).4
• Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa
plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa
plasma 2-jam <140 mg/dl;
• Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2
-jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa <100
mg/dl
• Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4%.
A. PILAR PENATALAKSANAAN DM
Pilar penatalaksanaan Diabetes Mellitus antara lain:4
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi Farmakologis

5
Pengelolaan DM dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani
selama beberapa waktu (2-4 minggu). Pengetahuan tentang pemantauan
mandiri tanda dan gejala hipoglikemi dan cara mengatasinya harus diberikan
kepada pasien, sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan
secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku
telah terbentuk dengan mapan. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri
membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim
kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk
mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang
komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang:
1. Perjalanan penyakit DM
2. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
3. Penyulit DM dan risikonya
4. Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target
perawatan
5. Interaksi antara asupan makanan, aktifitas fisik, dan obat
hipoglikemik oral atau insulin serta obat-obatan lain.
6. Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa
darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah
mandiri tidak tersedia)
7. Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau
hipoglikemia
8. Pentingnya latihan jasmani yang teratur
9. Masalah khusus yang dihadapi (misalnya: hiperglikemia pada
kehamilan)
10. Pentingnya perawatan diri
11. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

6
Edukasi dapat dilakukan secara individual dengan pendekatan
berdasarkan penyelesaian masalah. Seperti halnya dengan proses edukasi,
perubahan perilaku memerlukan perencanaan yang baik, implementasi,
evaluasi dan dokumentasi.
2. Terapi Gizi Medis
Prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada diabetisi
perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,
jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin.
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :
 Karbohidrat : 45-65% total asupan energi
 Lemak : 20-25 % kebutuhan kalori
 Protein : 15 - 20% total asupan energi
3. Latihan Jasmani untuk penderita Diabetes
Jenis olah raga yang baik untuk pengidap DM adalah olah raga yang
memperbaiki kesegaran jasmani. Oleh karena itu harus dipilih jenis olah raga
yang memperbaiki semua komponen kesegaran jasmani yaitu yang memenuhi
ketahanan, kekuatan, kelenturan tubuh, keseimbangan, ketangkasan, tenaga
dan kecepatan.
Contoh jenis-jenis olah raga yang di anjurkan utuk penderita DM, adalah :
1) Senam diabetes
2) Jogging
3) Bersepeda
4) Berenang
5) Jalan santai
6) Senam kesehatan jasmani (SKJ)

7
Tabel 1. Aktivitas Fisik untuk Penderita Diabetes
Kurangi aktifitas Misalnya, menonton televise, menggunakan
Hindari aktifitas sedenter internet, main game computer
Persering Aktifitas Misalnya, jalan cepat, golf, olah otot, bersepeda,
Mengikuti olahraga rekreasi sepak bola
dan beraktifitas fisik tinggi
pada waktu liburan
Aktifitas Harian Misalnya, berjalan kaki ke pasar (tidak
Kebiasaan bergaya hidup sehat menggunakan mobil), menggunakan tangga
(tidak menggunakan lift), menemui rekan kerja
(tidak hanya melalui telepon internal), berjalan-
jalan

4. Intervensi Farmakologis4
Intervensi farmokologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan TGM dan latihan jasmani
a) Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:
 Pemicu sekresi insulin (insulin secretogogue): sulfonilurea
 Penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion
 Penghambat glukoneogenesis : metformin
 Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
 OHO dimulai dengan dosis kecif dan ditingkatkan secara bertahap sesuai
respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis hampir
maksimal
 Sulfonilurea generasi I & II: 15 -30 menit sebelum makan
 Glimepiride: sebelum/sesaat sebelum makan
 Hepaglinid, Nateglinid: sesaat/ sebelum makan
 Metformin: sebelum /pada saat/ sesudah makan karbohidrat
 Penghambat glukosidase a (Acarbose): bersama suapan pertama makan

8
 Tiazolidindion: tidak bergantung pada jadwal makan.
b) Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
 Penurunan berat badan yang cepat
 Hiperglilkemia berat yang disertai ketosis
 Ketoasidosis diabetik
 Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
 Hiperglikemla dengan asidosis laktat
 Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
 Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
 Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali dengan TGM
 Gangguan fungsi ginjai atau hati yang berat
 Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi lima jenis, yakni :
o insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
o insulin kerja pendek (short acting insulin)
o insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
o insulin kerja panjang (long acting insulin)
o insulin campuran tetap (premixed insulin)
Efek samping terapi insulin
 Efek samping utama dari terapi insulin adalah teriadinya hipoglikemi
 Penatalaksanaan hipoglikemi dapat dilihat dalam bab komplikasi akut
DM
 Efek samping yang lain berupa reaksi imun terhadap insulin yang dapat
menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.

9
Gambar 1. Alur Penatalaksanaan DM Tipe II Perkeni 2015.4
Tabel 2. Mekanisme kerja, efek samping utama dan pengaruh terhadap
penurunan A1C (Hb-glikosilat)
Cara kerja utama Efek samping Penurunan A1C
utama
Sulfonilurea Meningkatkan sekresi BB naik, 1,5-2%
Insulin hipoglikemia

Glinid Meningkatkan sekresi BB naik,


Insulin hipoglikemia

Metformin Menekan produksi Diare, dispepsia, 1,5-2%


glukosa hati & asidosis laktat
menambah
sensitivitas terhadap
insulin
Penghambat Menghambat absorpsi Flatulens, tinja 0,5-1,0%
glukosidase glukosa lembek
alfa
Tiazolidindion Menambah Edema 1,3%
sensitivitas terhadap
insulin
Insulin Menekan produksi Hipoglikemia, BB Potensial sampai
glukosa hati, stimulasi naik normal
pemanfaatan glukosa

10
c) Terapi kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar
glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani bila diperlukan
dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini.
Terapi dengan OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok
yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah
beium tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok
yang berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai
dengan alasan klinik di mana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai,
dipilih terapi dengan kombinasi tiga OHO. (lihat bagan 2 tentang algoritma
pengelolaan DM tipe-2).
Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah
kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja sedang/panjang) yang
diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi
tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik
dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja
menengah/panjang adalah 10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00,
kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan meniiai kadar glukosa
darah puasa keesokan harinya.
Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih
tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan dan diberikan
insulin saja.

B. KRITERIA PENGENDALIAN DM
Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan
pengendalian DM yang baik yang merupakan target terapi. Diabetes
terkendali baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang diharapkan
serta kadar lipid dan A1C juga mencapai kadar yang diharapkan. Demikian
pula status gizi dan tekanan darah.4

11
Tabel 3. Kriteria pengendalian DM
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah puasa (mg/dL) 80-100 100-125 ≥ 126
Glukosa darah 2 jam PP (mg/dL) 80-144 145-179 ≥180
HbA1C (%) < 6,5 6,5-8 >8
Kolesterol total (mg/dL) < 200 200-239 ≥ 240
Kolesterol LDL (mg/dL) < 100 100-129 ≥ 130
Kolesterol HDL (mg/dL) > 45
Trigliserida (mg/dL) < 150 150-199 ≥ 200
IMT (kg/m2) 18.5-2.3 23-25 >25
Tekanan darah (mmHg) ≤ 130/80 130-140 / 80-90 >140/90

Keterangan:
Angka di atas adalah hasil pemeriksaan plasma vena.
Untuk diabetisi berumur lebih dari 60 tahun, sasaran kendali kadar glukosa
darah dapat lebih tinggi dari biasa (puasa 100-125 mg/dL, dan sesudah makan
145-180 mg/dL). Demikian pula kadar lipid, tekanan darah, dan Iain-Iain,
mengacu pada batasan kriteria pengendalian sedang. Hal ini dilakukan
mengingat sifat-sifat khusus diabetisi usia lanjut dan juga untuk mencegah
kemungkinan timbulnya efek samping dan interaksi obat.

C. PROMOSI PERILAKU SEHAT


Promosi perilaku sehat merupakan faktor penting pada kegiatan
pelayanan kesehatan. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan diabetes yang
optimal dibutuhkan perubahan perilaku. Perlu dilakukan edukasi bagi
diabetisi dan keluarga untuk pengetahuan dan peningkatan motivasi. Hal
tersebut dapat terlaksana dengan baik melalui dukungan tim educator yang
terdiri dari dokter, ahli diet, perawat dan tenaga kesehatan lain
Perilaku sehat bagi penyandang DM
Tujuan dari perubahan perilaku adalah agar penyandang DM dapat
menjalani pola hidup sehat. Perilaku yang diharapkan adalah :
 Mengikuti pola makan sehat Meningkatkan kegiatan jasmani
 Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus
secara aman, teratur

12
 Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan
memanfaatkan data yag ada
 Melakukan perawatan kaki secara berkala
 Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan
sakit akut dengan tepat
 Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana dan
mau bergabung dengan kelompok diabetisi serta mengajak keluarga
untuk mengerti pengelolaan diabetes.
 Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
 Lakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat
diterima
 Berikan motivasi dengan memberikan penghargaan
 Libatkan keluarga/ pendamping dalam proses edukasi
 Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan
pasien dan keluarganya
 Gunakan alat bantu audio visual
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan
sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat
penting dari pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terdiri dari
materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi. Materi edukasi pada tingkat
lanjut adalah :
 Mengenal dan mencegah penyulit akut DM
 Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM
 Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain
 Makan di luar rumah
 Rencana untuk kegiatan khusus
 Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir
tentang DM
 Pemeliharaan/Perawatan kaki

13
Edukasi perawatan kaki harus diberikan secara detail pada semua
penyandang DM dengan ulkus maupun neuropati peripheral dan penyakit
arteri perifer
 Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir.
 Periksa kaki setiap hari, dan laporkan pada dokter apabila ada kulit
terkelupas atau daerah kemerahan atau luka.
 Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya.
 Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, dan mengoieskan iosion
pelembab ke kulit yang kering
 Edukasi perawatan kaki harus dilakukan secara teratur tingkat
lanjutan.
2.2 Hipertensi
Definisi dan Klasifikasi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
atau diastolik 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit
dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure sebagai tekanan lebih dari 140/90 mmHg.5
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII
Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
mmHg mmHg
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 ≥160 ≥100

Menurut The Eight Report of The Joint National Committee on Prevention,


Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII),
klasifikasi hipertensi ditampilkan pada tabel dibawah5

14
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah dari JNC-VIII

Hipertensi merupakan suatu penyakit multifaktorial yang timbul karena interaksi


faktor risiko tertentu antara lain; 1. Life style (diet, stress, merokok); 2. Sistem
saraf simpatis (tonus simpatis, variasi diurnal); 3.Keseimbangan modulator
vasokonstriksi dan vasodilatasi; 4.Sistem otokrin yang berperan pada sistem
RAA.

Diagnosis Hipertensi
Pada umumnya penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Hipertensi adalah
the silent killer. Penderita baru mempunyai keluhan setelah mengalami
komplikasi. Secara sistematik anamnesa dapat dilakukan sebagai berikut:
Anamnesa meliputi:15
- Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
- Indikasi adanya hipertensi sekunder
- Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal.
- Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat-
obatan analgesik dan obat/ bahan lain.
- Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi.
- Episode lemah otot dan tetani.
- Faktor-faktor risiko:
o Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga
pasien.
o Riwayat hyperlipidemia pada pasien atau keluarganya.
o Riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarganya.
o Kebiasaan merokok
o Pola makan, kegemukan, intensitas olahraga

15
- Gejala kerusakan organ
o Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,
transcients ischaemic attack, defisit sensoris atau motoris.
o Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki, tidur
dengan bantal tinggi (lebih dari 2 bantal).
o Ginjal: haus, poliuria, nokturia, hematuria, hipertensi
yangdisertai kulit anemis.
o Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio intermitten.
- Pengobatan anti hipertensi.
- Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan.

Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan
mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya
organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar.
Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke,
transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal
ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-
faktor risiko kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan mortalitas dan
morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut. Menurut Studi
Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan risiko yang
bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer dan gagal
jantung.14

Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan utama terapi hipertensi adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas yang
berhubungan dengan hipertensi serta berkaitan dengan kerusakan organ target
(seperti kardiovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal). Target tekanan darah
adalah <140/90 mmHg untuk hipertensi tanpa komplikasi dan <130/80 mmHg
untuk pasien diabetes melitus dan gagal ginjal kronis.18

16
Berikut merupakan algoritma tatalaksana menurut acuan yang telah dibuat oleh
JNC VIII:
- Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-20
mmHg/penurunan 10 kg. Rekomendasi ukuran pinggang <94 cm
untuk pria dan <50 cm untuk wanita indeks massa tubuh 25 kg/m2.
Rekomendasi penurunan berat badan meliputi nasihat mengurangi
asupan kalori dan juga meningkatkan aktivitas fisik.
- Adopsi pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension) dapat menurunkan tekanan darah sistolik 8-14
mmHg. Lebih banyak makan buah sayur-sayuran dan produk susu
rendah lemak dengan kandungan lemak jenuh dan total lebih sedikit,
kaya potassium dan calcium.
- Restriksi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik
2-8 mmHg. Konsumsi sodium chloride <6 g/hari (100 mmol
sodium/hari). Rekomendasikan makanan rendah garam sebagai
bagian pola makan sehat.
- Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9
mmHg lakukan aktivitas fisik intensitas sedang pada kebanyakan
atau setiap hari pada 1 minggu total harian dapat diakumulasikan
misalnya 3 sesi (@10 menit).
- Pembatasan konsumsi alcohol dapat menurunkan tekanan darah
sistolik 2-4 mmHg. Maksimum 2 minuman standar/hari: 1 oz atau
30 ml ethanol misalnya bir 24 oz, wine 10 oz atau 3 oz 80-proof
whiskey untuk pria dan 1 minuman standar/hari untuk wanita.
- Berhenti merokok untuk mengurangi risiko kardiovaskuler secara
keseluruhan.

17
2.3 Kedokteran Keluarga5
D. Hakikat Kedokteran Keluarga
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu
pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga.
Dokter harus memahami manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik,
tetapi juga makhluk sosial. Dalam hal ini harus memahami hakikat
biologik, psikologik, sosiologik, ekologik, dan medik.
1. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika
kehidupan keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya
seseorang anggota keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari
proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai lahirnya anak, atau
bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia kemudian
meninggal, atau anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga
berkurang jumlah anggota keluarga. Untuk lebih terinci menilai
permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup keluarga serta
fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga perihal yang
berkenaan dengan organ sistem terpadu dari individu dan anggota
keluarga lainnya yang mempunyai risiko, meliputi: adanya faktor
keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi keluarga; yang
semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup keluarga.

2. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah
laku yang merupakan gambaran sikap manusia yang menentukan
penampilan dan pola perilakuk dan kebiasaannya.
3. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik
lingkup keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang
menimbulkan berbagai proses dan gejolak.

18
Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang
berorientasikan penyakit/ permasalahan yang berhubungan dengan:
- Proses dinamika dalam keluarga
 Potensi keluarga
 Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
- Pendidikan dan lingkungannya
4. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya
dalam interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga
hubungannya dengan lingkungan fisik dalam rumah tangganya.
5. Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga
mempengaruhi ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku
dan pola penyakit, akan mempengaruhi pola pelayanan kedokteran.
Karena itu, kedokteran keluarga sebagai ilmu akan berkembanga
dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan
kebahagiaan keluarga.
E. Pendekatan Kedokteran Keluarga
Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga.
Pendekatan keluarga merupakan serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang terencana, terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan
mengarahkan peran serta keluarga agar dapat memanfaatkan potensi yang
ada guna menyembukan anggota keluarga dan menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan ini
diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk
menyembukan dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat
dilakukan bila memahami profil dan fungsi keluarga.
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat
komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Materi kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan
kepedulian dunia kedokteran perihal masalah-masalah ekonomi dan sosial,

19
di samping masalah organobiologik, yaitu ditujukan terhadap pengguna
jasa sebagai bagian dalam lingkungan keluarga. Demikian pula
pemanfaatan ilmunya yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan terhadap
masalah organ, mental-psikologikal dan sosial keluarga.

20
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

3.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Wanita
Tempat/tanggal lahir : Semarang, 12 Februari 1951
Umur : 67 tahun
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : Tidak Tamat SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku bangsa : Jawa
Agama : Kristen
Kedudukan dalam keluarga : Istri
: Jl. Parang Kusumo IV/27,
Alamat lengkap Tlogosari, Pedurungan, Kota
Semarang
3.2 Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Sudah Dilakukan
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 Oktober 2018
pukul 11.00 WIB di rumah pasien
Keluhan Utama : Kontrol rutin dan cek tekanan darah
Riwayat Penyakit Sekarang:
± Sejak 40 tahun yg lalu, pasien meransa sering kencang dan pegal-
pegal di leher seperti tertarik, kencang-kencang dirasakan terus menerus
sehingga aktifitas pasien terganggu. Pasien juga sering merasakan pusing
berputar. Pusing diperberat dengan aktivitas berlebih atau tiba-tiba dan
membaik dengan istirahat. Pasien kemudian memeriksakan diri ke klinik
terdekat saat itu dan didiagnosis menderita tekanan darah tinggi yaitu
sebesar 180/100 mmHg. Pasien diberi obat Furosemide dan rutin kontrol ke
dokter serta mengatur pola nakan dan gaya hidup. Tekanan darah terakhir
diukur saat kontrol pada 9 Oktober 2018 sebesar 130/80 mmHg.

16
± 3 tahun setelahnya pasien mengeluh sering lemas, lemas dirasakan
terus menerus sehingga pasien sulit beraktifitas dan sering berbaring di
tempat tidur. Lemas diperberat dengan aktivitas berlebih. Lemas disertai
sering buang air kecil pada malam hari, sering haus dan sering lapar. Pasien
kemudian berobat ke rumah sakit di Semarang dan dikatakan menderita
kencing manis dengan kadar gula darah 300 mg/dl. Kemudian pasien diberi
obat penurun gula darah Glimepiride. Hingga saat ini pasien selalu kontrol
rutin di klinik pratama Citra Medika yang dekat rumah pasien. Pasien
mengikuti program Prolanis di klinik tersebut setiap bulannya. Pasien
mengkonsumsi obat gula secara teratur. Minggu lalu pasien melakukan cek
lab didapatkan gula darah 2 jam post prandial 255 mg/dl.
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat DM (+) sejak tahun 1980, rutin minum obat glimepirid
- Riwayat hipertensi (+) sejak tahun 1983, rutin minum obat furosemid
- Riwayat penyakit jantung (+) Juni 2018, minum obat ISDN 1x1 tab,
saat ini masih rutin minum obat.
- Riwayat operasi (-)
- Riwayat kolesterol tinggi (+) (283 mg/dL pada pemeriksaan 12
September 2018)
- Riwayat stroke disangkal
- Riwayat batu ginjal disangkal
- Riwayat tumor disangkal
- Riwayat merokok disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat dislipidemia disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal

17
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal bersama suami.
Pasien memiliki 3 anak yang bekerja sebagai pegawai swasta. Anak kedua
pasien tinggal berbeda rumah namun masih di jalan yang sama dan setiap
hari rutin menengok pasien dan suami untuk memastikan kabar, memantau
kondisi kesehatan dan memberikan makanan dan obat. Anak pertama pasien
sudah menikah dan tinggal diluar kota Semarang. Anak ketiga pasien belum
menikah dan tinggal diluar Semarang. Suami pasien adalah pensiunan
pegawai swasta. Penghasilan pensiunan suami pasien kurang lebih Rp
4.500.000,00 per bulan dipakai untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari
seperti makan, obat, dan kebutuhan lainnya. Pasien menggunakan JKN Non
PBI. Kondisi rumah datar terdiri dari satu lantai. Pasien menggunakan WC
duduk.
Kesan : sosial ekonomi cukup
b. Pemeriksaan Fisik
Seorang perempuan, usia 57 tahun,
Keadaan umum : Baik Kesadaran : composmentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg RR : 22x / menit
Nadi : 84x/menit, isi dan tegangan cukup Suhu : 36,5oC
Status Gizi
BB = 65 kg, TB = 155 cm, BMI = 27,055 kg/m2 (pre-obesitas)
Lingkar perut : 86 cm
Status Generalis
Mata : Conjunctiva palpebra anemis -/- , sklera ikterik -/-
Hidung : Nafas cuping (-), discharge (-)
Telinga : Discharge -/-
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran nnll (-), pembesaran thyroid (-)
Dada :

18
Paru : I : Simetris statis dinamis, retaksi suprasternal (-), retraksi
epigastrial (-)
Pal : Stem fremitus kanan=kiri, tidak ada bagian yang tertinggal
saat bernapas
Per : Sonor seluruh lapangan paru
A : Suara dasar vesikuler
Suara tambahan -/-
Jantung : I : iktus kordis tidak tampak
Pal : iktus kordis teraba di spatium intercostal V 2 cm lateral
linea medioclavikularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak
melebar
Per : batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
batas jantung kanan : Linea parasternal dextra
batas jantung kiri : SIC V di linea midclavicular sinistra
Pinggang jantung : cekung
A : Suara jantung I, II normal, bising (-), Gallop (-)
Abdomen : I : datar, venektasi (-)
Au : bising usus (+) normal
Pa : supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)
Pe : timpani
Ekstremitas Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary refill <2” <2”
Sensoris N/N N/N
Motorik 5/5/5│5/5/5 5/5/5│5/5/5
Refleks Fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks Patologis -/- -/-

19
c. Pemeriksaan Penunjang

No Nilai Nilai Normal


1 GD 2PP (12 September 255 <125mg/dL
2018)
2 Kolesterol (12 September 283 <200mg/dL
2018)
3 Asam Urat (12 September 6.9 P: 2.6-6.0 mg/dL
2018) L: 3.5-7.2 mg/dL
4 HbA1C (12 September 9.5 4.6-6.4%
2018) Pengendalian DM:
- 6.5-7.0 : optimal
- 7.1-8.0 : suboptimal
- >8.0 : unacceptable

d. Diagnosis Kerja
Hipertensi Grade 1, DM tipe II, Hiperkolesterolemia,
e. Rencana Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa:
Klinik Citra Medika Semarang
Jl. Ratu Ratih II No 28, Semarang

Semarang, 12 Oktober 2018

R/ Furosemid tab 20 mg no XXX


S 1 dd tab 1

R/ Bisoprolol tab 5 mg no XXX


S 1 dd tab 1

R/ Glimperide tab 1 mg no XXX


S 1 dd tab 1 p.c o.n
R/ Simvastatin tab 40mg tab no. XXX
S 1 dd tab 1 p.c o.n

Pro: Ny S (67 tahun)


Ttd
dr. X

20
Terapi edukasi penderita:
 Memberikan edukasi tentang perjalanan penyakit DM, terapi yang
akan diberikan dan cara melakukan pencegahan terhadap komplikasi
 Memberikan edukasi tentang penyakit hipertensi, terapi yang akan
diberikan dan pencegahan komplikasi.
 Memberikan edukasi tentang penyakit hiperkolesterolemia, terapi
yang akan diberikan, dan pencegahan komplikasi.
 Menyarankan untuk melakukan pola makan dengan pengaturan
jadwal, jumlah dan jenis yang sesuai dengan kebutuhan kalori.
 Atur jadwal makan dalam 3x jadwal makan besar dan 2x snack
dalam sehari dengan kalori sesuai kebutuhan pasien.
 Kurangi konsumsi garam.
 Mengurangi konsumsi makanan sarat lemak (gorengan dan jeroan)
dan diganti dengan makanan yang direbus, dikukus atau dipanggang.
 Mengganti sumber gula dari konvensional menjadi gula khusus
untuk penderita diabetes.
 Mengganti sumber karbohidrat dari yang simpleks (nasi, roti, biskuit,
permen, dll) menjadi bentuk kompleks (kentang, ubi, beras merah,
roti gandum)
 Tingkatkan konsumsi sayur dan buah. Lebih baik dikonsumsi
sebelum makan besar.
 Menyarankan untuk meningkatkan aktivitas fisik aerobik, misalnya
seperti olahraga ringan, sepeda statis, senam atau berjalan selama ±
30 menit. Renang, jogging, bermain volly diperbolehkan dalam
intensitas sedang.
 Menyarankan untuk minum obat yang diberikan oleh dokter dengan
teratur dan sesuai petunjuk dokter dalam meminum obat. Jika obat
habis atau pasien merasakan gejala semacam efek samping obat,
segera hubungi dokter.
 Menyarankan untuk melakukan istirahat cukup

21
 Anjuran untuk kontrol rutin satu bulan sekali untuk mengevaluasi
efek samping terapi yang bisa ditimbulkan serta agar menghindari
komplikasi lebih lanjut

3.3 Data Tambahan


a. Profil Anggota Keluarga
Tabel 1. Daftar anggota keluarga dalam satu rumah
No Nama Kedudukan JK Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
dalam Keluarga (tahun)
1. Tn. J KK L 73 Tamat SLTA Pensiunan Sehat
Swasta
2. Ny. S Istri P 67 Tidak Tamat Ibu Rumah DM tipe 2,
SD Tangga Hipertensi

Ny. S menikah dengan Tn. J dan memiliki tiga orang anak, laki-laki
yang berusia 48 tahun dan perempuan yang berusia 46 dan 43 tahun. Anak
pertama dan kedua sudah menikah dan tidak tinggal dalam satu rumah.
Anak terakhir belum menikah namun tidak tinggal serumah. Anak pertama
dan ketiga tinggal diluar Kota Semarang. Anak kedua masih tinggal di
Semarang dan beralamat di jalan yang sama dengan rumah pasien.

22
b. Genogram
Tn. S Tn. S Ny. S
D 1964 Ny. T
D 1980 D 1995
Jantung D 1960
Stroke Jantung
Stroke

Tn. J Ny. S
73 th 67 th
1945 1951

M. 1968

Tn. I Tn. M Ny. I


48 th 46 th 43 th
1970 1972 1975

M. 1968 M. 1968

Gambar 1. Genogram Keluarga Kandung Pasien

Keterangan :
- Tanggal pemberian informasi : 10 Oktober 2018
- Pemberi Informasi : Ny. S
- Jenis Keluarga : Keluarga inti
- M = Tahun menikah
- D = Tahun meninggal

- = Meninggal

- = Pasien dengan DM dan HT

- = Keluarga yang tinggal dalam satu rumah

23
c. Family Map

Tn. J

Gambar 2. Family Map

Keterangan:

: pasien (ny. S)
: fungsional
Hubungan antara pasien (Ny. S) dan anggota keluarga yang tinggal
dalam satu rumah dalam keadaan yang fungsional.

d. Family Life Line


Berikut garis riwayat hidup pasien ditinjau dari aspek psikologis yang
mempengaruhi kesehatan :
Tabel 2. Family Life Line
Tahun Usia Life Event Severity of Illness
1951 0 Lahir di Semarang
1958 7 th Masuk SD
1959 8 th Putus sekolah
1968 17 th Menikah
1970 19 th Melahirkan anak pertama
1972 21 th Melahirkan anak kedua
1975 24 th Melahirkan anak ketiga
1978 27 th Pasien terdiagnosis Hipertensi
1981 30 th Pasien terdiagnosis DM tipe II
2018 67 th Hingga saat ini pasien selalu
kontrol dan minum obat secara
teratur. Pasien mengikuti
kegiatan Prolanis di klinik Citra
Medika

24
e. Family Life Cycle
Keluarga berada pada siklus ke-7 yaitu “Retirement or Senior Stage of
Life”. Siklus ini adalah masa pelepasan anak, saat anak-anak pasien telah
meninggalkan rumah dan keluarga memasuki usia pensiun untuk
beristirahat dari pekerjaan. Hubungan antar anggota keluarga dan antar
generasi baik. Pasien mengalami keterbatasan aktivitas akibat penurunan
fungsi fisik, terutama akibat sakit jantung yang diderita. Namun pasien
masih mampu menjalankan aktivitas sehari-hari seperti memasak, mencuci
baju, dan membersihkan rumah walaupun frekuensi dan intensitasnya tidak
sebanyak dulu. Sumber finansial dari pensiunan suami dan anak-anak.

f. APGAR
Tabel 3. Family APGAR Score

No Pertanyaan Hampir Kadang- Hampir tidak


selalu (2) kadang (1) pernah (0)
1 Addaptation: Saya puas dengan keluarga
saya karena masing-masing anggota

keluarga sudah menjalankan kewajiban
sesuai dengan seharusnya
2 Partnership: Saya puas dengan keluarga
saya karena dapat membantu memberikan

solusi terhadap permasalahan yang saya
hadapi
3 Growth: Saya puas dengan kebebasan
yang diberikan keluarga saya untuk

mengembangkan kemampuan yang saya
miliki
4 Affection: Saya puas dengan
kehangatan/kasih sayang yang diberikan √
keluarga saya
5 Resolve: Saya puas dengan waktu yang
disediakan keluarga untuk menjalin √
kerjasama

Dari tabel di atas, bila dijumlahkan mempunyai total 10 poin yang berarti
fungsi dalam keluarga ini baik.

25
g. SCREEM
Tabel 4. Family SCREEM
Variabel Resource Pathology
Social Komunikasi pasien dengan suami dan anak dalam
keadaan baik dan harmonis. Anak pertama dan
ketiga tinggal di kota yang berbeda namun masih
rutin menghubungi pasien via telpon dan
mengunjungi minimal 1 bulan sekali. Anak kedua
tinggal di Semarang dan beralamat di jalan yang
sama dengan pasien. Anak kedua rutin
mengunjungi pasien setiap hari untuk bertukar
kabar, mengantar obat dan makanan.
Komunikasi pasien dengan tetangga dalam
keadaan yang baik dan kondusif. Pasien rutin
mengikuti kegiatan sosial dengan tetangga pasien
seperti arisan dan rapat dasawisma.
Cultural Pasien merupakan suku Jawa. Pasien tidak
cenderung dengan hal yang berbau mistis.
Religion Pasien dan suami pasien menganut agama Kristen.
Anak, menantu dan cucunya juga menganut agama
yang sama dan taat beribadah.
Economic Pasien masih bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Suami pasien adalah seorang pensiunan pegawai
swasta. Semua anak pasien sudah tidak tinggal satu
rumah. Penghasilan perbulan pasien dan suami
kurang lebih Rp. 4.500.000 per bulan dipakai
untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari seperti
makan, obat, dan kebutuhan lainnya. Pasien
menggunakan JKN Non PBI.
Education Pendidikan terkahir pasien adalah tidak tamat SD.
Pasien mampu membaca dan memahami operasi
hitung aritmatika sederhana. Pasien mampu
melakukan transaksi uang. Pasien mampu
mengoperasikan ponsel sederhana, bukan gawai.
Medical Apabila ada keluarga yang sakit, harus
diperiksakan ke tenaga medis.

26
3.4 Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
Dari hasil wawancara dengan pasien diperoleh informasi bahwa
pasien sejak tahun 1978 didiagnosis hipertensi dan 1981 menderita
diabetes melitus. Selain itu pasien memiliki riwayat penyakit jantung pada
bulan Juni 2018 kemarin. Pasien juga mengidap hiperkolesterolemia
berdasarkan hasil laboratorium tanggal 12 September 2018. Pasien rutin
kontrol ke dokter dan minum obat. Pola hidup penderita menunjang faktor
risiko untuk terjadinya diabetes melitus diantaranya kebiasaan kurangnya
aktifitas fisik dan kurangnya kepatuhan pasien mengikuti program prolanis
yang diadakan klinik. Kurangnya aktivitas fisik pasien disebabkan
kemampuan pasien yang terbatas dalam berolahraga. Pasien mengaku
merasa sesak dadanya dan cepat kelelahan saat berolahraga walaupun
dalam intensitas yang ringan. Hal ini juga menyebabkan pasien malas
datang ke Prolanis.
Pasien mengalami keterbatasan aktivitas akibat penurunan fungsi
fisik, terutama akibat sakit jantung yang diderita. Namun pasien masih
mampu menjalankan aktivitas sehari-hari seperti memasak, mencuci baju,
dan membersihkan rumah walaupun frekuensi dan intensitasnya tidak
sebanyak dulu.
Penyakit yang sering dialami adalah batuk pilek dan pegal-pegal di
badan. Tidak ada anggota keluarga lain yg sakit.Secara genetik, ditinjau
dari genogram dan riwayat pasien didapatkan data bahwa tidak ada
anggota keluarga yang menderita penyakit serupa. Orang tua pasien dan
suami meninggal dunia dengan sebab penyakit yang tidak diketahui
pasien.
Perencanaan kesehatan dilakukan bersama antara suami dan anak
pasien.
Pola Konsumsi Makanan Pasien
Pasian makan 2-3 kali dalam sehari dengan menu makanan yang
berganti ganti seriap hari, namun pasien bisanya makan dengan nasi, sayur

27
dan lauk seperti ikan, telur, tahu dan tempe. Pasien jarang makan makanan
cepat saji yang dibeli di luar. Pasien jarang makan gorengan dan jeroan.
Pasien juga jarang makan makanan ringan di luar jam makan. Pasien
sudah menggunakan gula khusus diabetes untuk konsumsi sehari-hari.
b. Fungsi Psikologis
Penderita tinggal di rumah bersama suami. Anak pertama dan kedua
sudah menikah dan mempunyai anak serta tidak tinggal satu rumah lagi.
Anak ketiga belum menikah Semua anak pasien sering berkunjung ke
rumah pasien. Anak pertama dan ketiga rutin mengunjungi pasien minimal
sebulan sekali. Anak kedua tinggal berdekatan rumah pasien dan setiap
hari rutin mengunjungi pasien untuk menanyakan kabar dan mengantar
obat serta makanan. Hubungan penderita dengan seluruh anggota keluarga
baik.
Waktu luang pasien digunakan untuk menonton TV, memasak,
membersihkan rumah, dan mencuci baju. Sesekali pasien mengunjungi
rumah anaknya untuk mengasuh cucu. Bila terdapat masalah, diselesaikan
dengan diskusi bersama suami dan anak serta diambil keputusan akhir
bersama. Hubungan dengan keluarga baik dan rutin menyediakan waktu
untuk berkumpul bersama.
c. Fungsi Ekonomi
Penderita sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Suami pasien
adalah pensiunan pegawai swasta. Penghasilan pensiunan suami pasien
kurang lebih Rp 4.500.000,00 per bulan dipakai untuk kebutuhan rumah
tangga sehari-hari seperti makan, obat, dan kebutuhan lainnya. Pasien
menggunakan JKN Non PBI.
d. Fungsi Pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir penderita penderita adalah tidak tamat
SD. Pasien mampu membaca dan memahami operasi hitung aritmatika
sederhana. Pasien mampu melakukan transaksi uang. Pasien mampu
mengoperasikan ponsel sederhana, bukan gawai. Pasien sangat mengerti

28
pentingnya menjaga kesehatan dan selalu berobat teratur ke dokter.
Tingkat pendidikan suami pasien adalah tamat SLTA.
e. Fungsi Religius
Penderita beragama Kristen. Penderita rajin melakukan ibadah di
gereja, dan sering mengikuti kegiatan-kegiatan gereja.
f. Fungsi Sosial Budaya
Penderita bersosialisasi dengan lingkungan di sekitar rumah dengan
baik. Hubungan dengan tetangganya terjalin cukup baik. Pasien juga
mengikuti kegiatan rutin RT maupun RW seperti arisan atau acara-acara di
tingkat dasawisma.
g. Fungsi Penguasan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Penderita dalam menghadapi masalah selalu bercerita dan meminta
pendapat atau bantuan kepada suami dan anaknya.

29
3.5 Perilaku Hidup Sehat
Tabel. Keluarga Sehat
Pertanyaa Ayah Ibu Nilai
No. n Rumah (73 (67 Keluarg
Indikator
Tangga th) th) a
Keluarga mengikuti program
1 N Y N
KB
Ibu hamil melahirkan di
2 N
fasyankes
Bayi usia 0-12 bulan diberikan
3 N
imunisasi lengkap
Pemberian ASI eksklusif bayi 0-
4 N
6 bulan
5 Pemantauan pertumbuhan balita N
Penderita TB paru yang berobat
6 N N N
sesuai standar
Penderita hipertensi yang
7 Y 1
berobat teratur
Tidak ada anggota keluarga
8 T T 1
yang merokok
Sekeluarga sudah menjadi
9 Y Y 1
anggota JKN
Mempunyai dan menggunakan
10 Y Y Y 1
sarana air bersih
11 Menggunakan jamban keluarga Y Y Y 1
Penderita gangguan jiwa berat
12 Y N
berobat dengan benar
5 /
(12-7)
1,00

Kategori keluarga berdasarkan Indeks Keluarga Sehat:


- Keluarga Sehat : IKS > 0,80
- Keluarga Pra-Sehat : IKS 0,50-0,80
- Keluarga Tidak Sehat : IKS < 0,50
Keluarga pasien termasuk keluarga sehat dengan nilai IKS 1,0.

30
3.6 Lingkungan Rumah
a. Komponen Rumah

Langit-langit Ada
Dinding Tembok sudah diplester dan di cat
Lantai Keramik
Jendela kamar tidur Ada
Jendela ruang keluarga Ada
Ventilasi Ada luas ventilasi > 10% dari luas lantai
Lubang asap dapur Ada
Pencahayaan Terang, dan tidak silau sehingga dapat
membaca normal
Hewan ternak Tidak ada

Jendela di rumah selalu dibuka setiap hari. Rumah dan halaman


dibersihkan setiap hari. Kebiasaan memasak dengan kompor gas. Terdapat
ventilasi dari dapur yang langsung keluar sehingga asap memasak bisa
langsung terbuang keluar rumah.
b. Sarana sanitasi
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) di rumah keluarga ini dialirkan
ke selokan tertutup, yang mengalir menuju sungai kecil di tepi jalan.
Pembuangan sampah pada keluarga ini adalah tempat sampah dalam rumah
kedap air dan tertutup. Setiap hari sampah dibuang di tempat pembuangan
di depan gang rumah pasien. Sarana air bersih didapat dari sumur artetis.
Jarak antara sarana air bersih dan pembuangan kotoran lebih dari 10 meter.
Jamban keluarga ini adalah jamban duduk. Tempat penampungan air
dikuras 2 kali dalam seminggu, barang-barang bekas biasanya dijual dan
penampungan air tidak ditutup.

31
c. Akses ke Sarana Kesehatan
Jarak dari rumah ke Klinik Citra Medika kurang lebih 5-10 menit
dengan kendaraan motor. Jarak dari rumah ke RS Panti Wiloso Citarum 10-
15 menit dengan kendaraan motor.
d. Denah Rumah

Dapur Kamar
Ruang Tidur
Makan

Kamar
Mandi
Ruang
Keluarga

Kamar
Tidur
Ruang
Tamu Kamar
Tidur

Teras

Gambar 2. Denah Rumah


3.7 Lingkungan Pekerjaan
Pasien saat ini bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien memiliki
banyak kegiatan dengan tetangga sekitar. Hubungan dengan tetangga pasien
baik.

32
3.8 Pengetahuan Kedokteran Wisata
Pasien dan keluarga merencanakan terlebih dahulu apabila akan
berwisata, biasanya dengan mengendarai kendaraan roda empat. Pasien dan
keluarga sudah mengerti pentingnya keamanan dalam bepergian. Pasien
biasanya tidak membawa makanan sebagai bekal di perjalanan maupun di
tempat wisata. Pasien selalu membeli makanan di perjalanan atau di tempat
wisata. Keluarga biasanya mengajak saudara-saudara saat akan berwisata.
Pasien memiliki penyakit darah tinggi, kencing manis, dan jantung sehingga
selalu membawa obat-obatan tersebut. Namun keluarga kurang mengetahui
dan tidak mencari tahu ada tidaknya fasilitas kesehatan di tempat-tempat
wisata yang dikunjungi. Selama berwisata, anggota keluarga jarang menjadi
sakit, biasanya paling sering infeksi saluran nafas saja.
3.9 Diagram Realita pada Keluarga

Tidak terdapat riwayat keluarga dengan


hipertensi dan DM

Genetik

Yan.Kes Status Kesehatan Lingkungan

Pelayanan kesehatan : Hipertensi dan Kebersihan cukup,


DM tipe II
jarak rumah dengan klinik ventilasi dan
pratama cukup dekat penerangan cukup

Perilaku

 Penderita tidak pernah berolah raga

33
3.10 Diagnosis Holistik
1. Personal
Keluhan : sejak tahun 1978 pasien menderita hipertensi, sejak 1981
menderita diabetes melitus tipe II, sejak 2018 menderita hiperkolesterolemia
dan penyakit jantung iskemik.
Kekhawatiran : tidak ada
Harapan : penyakit bisa sembuh, tidak semakin memburuk dan tidak terjadi
komplikasi
2. Klinis
Diagnosis pasien : hipertensi grade I, diabetes tipe II, hiperkolesterolemia
3. Internal
- Usia: 67 tahun
- Jenis kelamin: perempuan
- Genetik: tidak ada anggota keluarga dengan riwayat hipertensi dan DM.
- Pekerjaan: ibu rumah tangga
- Pendidikan: tidak tamat SD
- Perilaku olahraga: Pasien jarang olahraga.
- Pola makan: Kebiasaan makan sehari 2-3 kali, makan sesuai jam makan
- Pola istirahat: cukup
- Kebiasaan: Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol.
- Spiritual: Penderita beragama kristen dan taat beribadah.
4. Eksternal
- Kebiasaan keluarga: Interaksi pasien dengan keluarga baik.
- Kondisi ekonomi: cukup
- Edukasi dari keluarga: Jika pasien sakit, keluarga akan merawat pasien
dan membawa ke fasilitas kesehatanyang terdekat dan mengikuti kegiatan
prolanis di layanan kesehatan
5. Fungsional
Pasien masih aktif secara mandiri dan tidak membutuhkan bantuan
dalam aktivitas sehari hari.

34
3.11 Penatalaksanaan Komprehensif
Berpusat pada pasien
1. Promotif
- Edukasi pasien mengenai penyakit yang diderita oleh pasien dan
komplikasi yang akan terjadi apabila tidak diobati
- Edukasi agar pasien menjaga pola makan dengan menghindari makanan
tinggi gula, tinggi garam, tinggi lemak dan makan secara teratur dan
tidak berlebihan.
- Mengedukasi pasien untuk mengkonsumsi makanan dengan jadwal,
jenis rendah kalori, namun padat gizi mikro dan makro, jumlah yang
sesuai untuk pasien DM.
- Mengedukasi pasien untuk berolahraga 3 kali dalam 1 minggu masing-
masing berdurasi ± 30 menit. Jika tidak mampu, durasi bisa dikurangi
namun frekuensinya lebih sering.
- Memberikan alternative senam jantung sehat dan senam diabetes untuk
dilakukan.
- Mengedukasi pasien untuk berinteraksi dengan keluarga dan komunitas
untuk menghilangkan kejenuhan.
2. Preventif
- Melakukan konseling kepada pasien untuk selalu teratur mengikuti
program prolanis yang diadakan dilayanan kesehatan melakukan
edukasi untuk rutin melakukan konrol rutin dilayanan kesehatan
- Konseling untuk minum obat teratur.
- Mengedukasi pasien cara mengontrol gula darah melalui jadwal, jenis,
jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi, alternatif jenis yang
boleh dikonsumsi, dan contoh menu
- Mengedukasi pasien mengenai indikator yang dapat digunakan untuk
menentukan kualitas kontrol gula darah.
- Mengedukasi pasien mengenai tanda-tanda hiperglikemia dan
hipoglikemia dan tatalaksana awal yang dapat dilakukan.

35
- Mengedukasi pasien untuk melakukan senam kaki diabetes untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut
- Mengedukasi pasien agar mencari fasilitas kesehatan saat berwisata
sehingga mengetahui informasi kesehatan yang perlu diperhatikan di
tempat wisata tersebut dan akses terdekat untuk pelayanan kesehatan
wisata.
3. Kuratif
- Pemberian obat penurun tekanan darah yang sesuai untuk pasien
dengan dosis yang sesuai
- Pemberian obat penurun gula darah yang sesuai untuk pasien dengan
dosis yang sesuai
- Pemberian obat penurun kadar kolesterol darah dengan dosis yang
sesuai
4. Rehabilitatif
- Menyarankan pasien ke dokter spesialis untuk memeriksakan mata dan
tanda komplikasi lain

Berpusat pada keluarga


1. Promotif
- Memberitahu keluarga untuk mendukung pasien mengenai sakitnya dan
mengedukasi untuk mau berobat
- Memotivasi suami dan anak untuk membantu menyiapkan makanan
dan minuman dengan jadwal, jenis rendah kalori, namun padat gizi
mikro dan makro, jumlah yang sesuai untuk pasien DM serta
mengedukasi bahan makanan yang dianjurkan, dibatasi dan dihindari
untuk makanan pasien
- Memotivasi keluarga untuk mendukung pasien dalam berolahraga dan
istirahat yang cukup
- Memberi tahu keluarga bahwa pasien bergantung pada keluarga untuk
pergi kelayanan kesehatan.

36
2. Preventif
- Mengedukasi keluarga mengenai pentingnya rutin kontrol dan
mengingatkan jadwal periksa kepada pasien.
- Memotivasi keluarga untuk ikut berpartisipasi mengantar pasien
berobat atau kontrol rutin ke layanan kesehatan dan turut memotivasi
pasien agar mau mengikuti prolanis secara rutin.
- Mengedukasi keluarga mengenai pasien cara mengontrol gula darah
melalui jadwal, jenis, jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi,
alternatif jenis yang boleh dikonsumsi, dan contoh menu.
- Mengedukasi keluarga mengenai indikator yang dapat digunakan untuk
menentukan kualitas kontrol gula darah agar dapat mengingatkan dan
ikut memantau kadar gula darah pasien.
- Mengedukasi keluarga pasien mengenai tanda-tanda hiperglikemia dan
hipoglikemia dan tatalaksana awal yang dapat dilakukan.
- Memotivasi keluarga untuk waspada dan ikut mengingatkan perawatan
kaki diabetes yang dilakukan pasien.
3. Kuratif
- Memotivasi dan mengingatkan pasien untuk minum obat secara teratur
4. Rehabilitatif
- Memotivasi suami dan keluarga untuk memberi dukungan pada pasien
apabila keluhan memburuk dan membantu pasien untuk mengatasi
komplikasi yang sudah terjadi.

Berpusat pada komunitas


1. Promotif
- Tetangga, lingkungan pasien agar mendukung pasien dalam
kesembuhan penyakit pasien.
- Memberi edukasi pada lingkungan sekitar untuk mempersiapkan
makanan yang baik dan bergizi, bahan dan cara pengolahan makanan
yang sehat dan aman untuk orang dengan hipertensi dan diabetes
- Mengedukasi masyarakat untuk pola hidup sehat.

37
- Mengadakan senam diabetik, dan senam jantung sehat di lingkungan
tempat tinggal pasien.

2. Preventif
- Memotivasi tetangga serta kader untuk ikut berpartisipasi dalam
mengetahui pentingnya pemeriksaan tekanan darah dan gula darah
secara rutin.
- Memberikan edukasi pada tetangga dan lingkungan kerja agar bersama-
sama waspada mengenai tanda-tanda bahaya pada hipertensi dan
diabetes melitus.
- Mengedukasi masyarakat mengenai indikator yang dapat digunakan
untuk menentukan kualitas kontrol gula darah agar dapat mengingatkan
dan ikut memantau kadar gula darah pasien.
- Mengedukasi masyarakat mengenai tanda-tanda hiperglikemia dan
hipoglikemia dan tatalaksana awal yang dapat dilakukan.
- Memotivasi masyarakat dan komunitas pasien untuk waspada dan ikut
mengingatkan perawatan kaki diabetes yang dilakukan pasien.
3. Kuratif
- Mengedukasi kepada teman-teman pada lingkungan agar mengingatkan
pasien untuk kontrol dan minum obat teratur serta mengikuti kegiatan
prolanis.
4. Rehabilitatif
- Memotivasi tetangga dan teman-teman lingkungan untuk memberi
dukungan pada pasien agar tidak khawatir akan komplikasi dari
hipertensi dan diabetes.

3.12 Tindak Lanjut

Risiko dan Intervesi Follow up


Masalah
Kesehatan
Kurangnya 10/10/2018 - Pasien dan keluarga
pengetahuan Kontrol Diabetes Mellitus memahami
mengenai DM, - Mengedukasi mengenai DM, mengenai DM, penyebab,
penyebab, gejala, penyebab, gejala, pengelolaan, gejala, pengelolaan, dan
pengelolaan, komplikasi

38
komplikasi dan komplikasi - Pasien dan keluarga
- Mengedukasi pentingnya memahami
kontrol gula darah, indikator pentingnya kontrol gula
yang digunakan untuk menilai darah,
kualitas kontrol gula darah indikator yang digunakan
- Mengedukasi pentingnya pola untuk
makan dan olahraga dalam menilai kualitas kontrol gula
menyelesaikan masalah darah
kesehatan pasien - Pasien dan keluarga
- Memberikan contoh jadwal, memahami
jenis, jumlah, daftar bahan pentingnya pola makan dan
makanan yang dianjurkan, olahraga dalam
dibatasi, dan dihindari menyelesaikan
- Mengedukasi pentingnya masalah kesehatan pasien
makan buah-buahan setiap hari - Pasien dan keluarga
dan mengganti cemilan melakukan
menjadi air putih dan buahbuahan contoh jadwal, jenis, jumlah,
- Mengedukasi pentingnya daftar bahan makanan yang
berolahraga secara rutin 5x dianjurkan, dibatasi, dan
seminggu, durasi 30-60 menit, dihindari
memberikan alternative senam - Pasien dan keluarga makan
diabetes dan senam jantung buah-buahan setiap hari dan
sehat mengganti cemilan menjadi
air
putih dan buah-buahan
- Pasien dan keluarga
berolahraga
secara rutin 5x seminggu,
durasi
30-60 menit
Kurangnya 10/10/2018 - Pasien dan keluarga
pengetahuan - Mengedukasi mengenai hipertensi, memahami
mengenai penyebab, gejala, pengelolaan, dan mengenai hipertensi,
hipertensi, komplikasi. penyebab,
penyebab, gejala, - Mengedukasi pentingnya memantau gejala, pengelolaan, dan
pengelolaan, tekanan darah dan indikator komplikasi
komplikasi keberhasilan terapi hipertensi secara - Pasien dan keluarga
rutin. memahami
- Mengedukasi pentingnya pola makan pentingnya kontrol tekanan
rendah garam, rendah kalori, dan rendah darah sebagai indikator
lemak dalam menyelesaikan masalah keberhasilan terapi.
kesehatan pasien. - Pasien dan keluarga
- Memberikan contoh jadwal, jenis, memahami pentingnya pola
jumlah, dan daftar bahan makanan yang makan dan olahraga dalam
dianjurkan, dibatasi, dan dihindari. menyelesaikan masalah
- Mengedukasi untuk meningkatkan kesehatan pasien
konsumsi sayur dan buah setiap hari. - Pasien dan keluarga
- Mengedukasi pentingnya berolahraga melakukan contoh jadwal,
secara rutin 5x seminggu, durasi 30-60 jenis, jumlah,
menit, memberikan alternative senam daftar bahan makanan yang
hipertensi dianjurkan, dibatasi, dan
dihindari
- Pasien dan keluarga makan
buah-buahan setiap hari
- Pasien dan keluarga

39
berolahraga secara rutin 5x
seminggu, durasi 30-60
menit
Kurangnya 10/10/2018 - Pasien dan keluarga
pengetahuan - Mengedukasi mengenai memahami mengenai
mengenai hiperkolesterolemia, penyebab, gejala, hiperkolesterolemia,
hiperkolesterolemia, pengelolaan, dan komplikasi. penyebab, gejala,
penyebab, gejala, - Mengedukasi pentingnya memantau pengelolaan, dan
pengelolaan, kadar kolesterol darah secara rutin komplikasi
komplikasi sebagai indikator keberhasilan terapi. - Pasien dan keluarga
- Mengedukasi pentingnya pola makan memahami pentingnya
rendah kalori, dan rendah lemak dalam kontrol kadar kolesterol
menyelesaikan masalah kesehatan pasien. darah secara rutin sebagai
- Memberikan contoh jadwal, jenis, jumlah, indikator keberhasilan
dan daftar bahan makanan yang terapi.
dianjurkan, dibatasi, dan dihindari. - Pasien dan keluarga
- Mengedukasi untuk meningkatkan memahami pentingnya
konsumsi sayur dan buah setiap hari. pola makan dan olahraga
- Mengedukasi pentingnya berolahraga dalam menyelesaikan
secara rutin 5x seminggu, durasi 30-60 masalah kesehatan pasien
menit, memberikan alternative senam - Pasien dan keluarga
hipertensi melakukan contoh jadwal,
jenis, jumlah, daftar
bahan makanan yang
dianjurkan, dibatasi, dan
dihindari
- Pasien dan keluarga
makan buah-buahan
setiap hari.
- Pasien dan keluarga
berolahraga secara rutin
5x seminggu, durasi 30-
60 menit

Kesimpulan tindak lanjut:


- Tingkat pemahaman : Baik
- Faktor pendukung : Pasien dan keluarga memahami penyakit yang
dialami pasien dan keluarga sangat mendukung pengobatan pasien.
- Faktor penghambat : Saat Prolanis berlangsung terkadang pasien tidak
bisa mengikuti karena berbenturan jadwal kegiatan pasien yang lain.
Pasien sering malas untuk berolahraga, karena merasa sering cepat lelah.
- Indikator keberhasilan : Pasien dan keluarga sudah memahami mengenai
penyakit dan komplikasinya serta keluarga pasien berkomitmen untuk
mengajak dan membawa pasien untuk berobat.berobat.

40
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penatalaksanaan pasien wanita usia 67 tahun dengan hipetensi dan
diabetes melitus tipe II dengan pendekatan kedokteran keluarga adalah
sebagai berikut:
Terapi medikamentosa
- Furosemid tab 20 mg 1x1
- Bisoprolol tab 5 mg 1x1
- Glimepirid 1 mg 1x1
- Simvastatin tab 40 mg 1x1
Terapi edukasi
- Edukasi pasien mengenai penyakit yang diderita oleh pasien dan
komplikasi yang akan terjadi apabila tidak diobati
- Edukasi agar pasien menjaga pola makan dengan menghindari makanan
tinggi kadar gula, tinggi garam, tinggi lemak dan makan dengan jumlah
yang sedikit namun sering
- Mengedukasi pasien untuk berolahraga 3 kali dalam 1 minggu
Pembinaan terhadap pasien dan keluarga
- Melakukan konseling untuk rutin melakukan konrol rutin di layanan
kesehatan dan minum obat teratur
- Memberitahu keluarga untuk mendukung pasien mengenai sakitnya dan
mengedukasi untuk mau berobat
- Mengingatkan pasien untuk mengatur pola makan dan rutin berolahraga
- Memotivasi keluarga untuk ikut berpartisipasi mengantar pasien berobat
atau kontrol rutin ke layanan kesehatan
- Memotivasi suami dan keluarga untuk memberi dukungan pada pasien
apabila keluhan memburuk dan membantu pasien untuk mengatasi
komplikasi yang sudah terjadi.

41
4.2 Saran
Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat hipertensi dan
diabetes serta komplikasinya diperlukan pendekatan keluarga dalam
menatalaksana pasien secara komprehensif. Sehingga diperlukan pemantauan
atau peningkatan terhadap keluarga yang memiliki risiko diabetes.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Chernecky, Schumacher . 2005. Critical care & emergency nursing. USA.


Elsevier Science
2. American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes-
2006. Diabetes care 2006:29:S94-S102
3. DR. Paul Belchetic & DR. Peter J Hammond. 2005. Diabetes and
Endokrinology. Mosby
4. Soelistijo SA, Dkk. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia. I. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia;
2015.
5. Anies. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran Yang Berprinsip
Pencegahan. 2003. Semarang: IKM dan Kedokteran Pencegahan FK
UNDIP

43
LAMPIRAN

Foto Kunjungan Rumah

44
45
46

Anda mungkin juga menyukai