PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, pola penyakit yang diderita
masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi dan kekurangan gizi ke arah
penyakit degeneratif salah satunya adalah Diabetes Mellitus. Diabetes
Mellitus merupakan penyakit sillent killer yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah dan kegagalan sekresi insulin atau penggunaan insulin
dalam metabolisme yang tidak adekuat. Hal ini yang menyebabkan
metabolisme terganggu yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan
dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin
atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati (Sudoyo dkk, 2009).
Diabetes merupakan penyakit kronis yang disebutkan oleh Resolusi
PBB No. 61 tahun 2006 sebagai pandemi global yang mengancam kesehatan
dunia secara serius, tidak hanya karena efek komplikasinya seperti kerusakan
pembuluh darah dan syaraf, ketoasidosis diabetik (KAD) dan Status
Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Beberapa faktor yang berkaitan dengan
DM dan peningkatan kadar glukosa darah adalah obesitas, riwayat keluarga
dan pola hidup yang kurang beraktivitas. Kadar glukosa darah yang tidak
terkontrol pada pasien diabetes akan menyebabkan berbagai komplikasi, baik
yang bersifat akut maupun kronis. Kadar glukosa darah yang sangat tinggi
(pada KAD 300 – 600 mg/dL, pada SHH 600 – 1200 mg/dL), komplikasi akut
pasien biasanya tidak sadarkan diri dengan angka kematiannya yang tinggi,
dan komplikasi akut seperti makroangiopati, mengenai jantung, stroke,
retinopati diabetika (mengenai retina mata) dan nefropati diabetika (mengenai
ginjal), mata, glaukoma, penciuman menurun, mudah terjangkit Tuberculosis
(TB), dan kaki/ulkus diabetika (diabetic foot). Oleh karena itu, sangatlah
penting bagi para pasien untuk memantau kadar glukosa darahnya secara
rutin.
Setiap tahun, tren jumlah penderita diabetes kian meningkat.
Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Kesehatan Dunia atau World
Health Organization (WHO) tahun 2011 jumlah penderita DM di dunia 200
juta jiwa, dan Indonesia kini menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah
penderita Diabetes Mellitus di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.
Dari jumlah tersebut, terdapat penderita Diabetes Mellitus (50%) yang sadar
mengidapnya dan diantara mereka baru sekitar 30% diantaranya melakukan
pengobatan secara teratur. Penelitian Masfufah yang dilaksanakan pada tahun
2013 menuturkan bahwa dari 36 penderita yang melakukan pemeriksaan
kadar glukosa darah puasa secara teratur terdapat sebanyak 16.7% dimana
penderita memiliki kadar glukosa darah baik yaitu kurang dari 100 mg/dl,
sebanyak 5.5% penderita memiliki kadar glukosa darah antara 100 – 126
mg/dl, dan sebanyak 77.8% memiliki kadar glukosa darah buruk atau tidak
terkontrol yaitu lebih dari 126 mg/dl.
DM tipe 2 menjadi masalah kesehatan dunia karena prevalensi dan
insiden penyakit ini terus meningkat, baik di negara industri maupun negara
berkembang, termasuk juga Indonesia. DM tipe 2 merupakan suatu epidemi
yang berkembang, mengakibatkan penderitaan individu dan kerugian ekonomi
yang luar biasa. Meningkatnya prevalensi DM tipe 2 di beberapa negara
berkembang harus diantisipasi oleh pembuat kebijaksanaan dalam upaya
menentukan rencana jangka panjang kebijakan pelayanan kesehatan. Dalam
hal ini sangat diperlukan tindakan preventif dan promotif yang dapat
membantu masyarakat dalam memahami dan menjalankan perilaku hidup
sehat.
Penderita DM tipe 2 mempunyai risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah dua sampai empat kali lebih tinggi dibandingkan orang tanpa
diabetes, mempunyai risiko hipertensi dan dislipidemia yang lebih tinggi
dibandingkan orang normal. Kelainan pembuluh darah sudah dapat terjadi
sebelum diabetesnya terdiagnosis, karena adanya resistensi insulin pada saat
prediabetes.
Diabetes melitus tipe 2 meliputi lebih 90% dari semua populasi
diabetes. Prevalensi DMT2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3-6% pada
populasi dewasa.International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2011
mengumumkan 336 juta orang di seluruh dunia mengidap DMT2 dan
penyakit ini terkait dengan 4,6 juta kematian tiap tahunnya, atau satu kematian
setiap tujuh detik. Penyakit ini mengenai 12% populasi dewasa di Amerika
Serikat dan lebih dari 25% pada penduduk usia lebih dari 65 tahun. World
Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM
di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada
tahun 2030. International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya
kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014
menjadi 14,1 juta pada tahun 2035.
DM Tipe 2 memegang 90-95% dari keseluruhan populasi penderita
diabetes. DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi
karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara
normal (Depkes RI, 2005). Penderita diabetes mellitus tipe 2 ini semakin lama
semakin bertambah disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Banyak
penderita diabetes mellitus yang tidak mengetahui bahwa mereka menderita
diabetes mellitus sehingga penderita tersebut terlambat mengendalikan kadar
glukosa darah, dan akibatnya terjadi komplikasi. Serta ada yang memandang
bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit yang dapat langsung sembuh
dalam satu kali pemeriksaan.
Standar pemeriksaan kadar glukosa darah idealnya dilakukan minimal
sebulan sekali setelah kunjungan pertama, yang meliputi pemeriksaan kadar
glukosa darah puasa, kadar glukosa darah 2 jam setelah makan, dan kadar
glukosa darah sewaktu. Rutin melakukan kunjungan berobat (kontrol) di
Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu cara pencegahan komplikasi yang
mampu dilakukan oleh penderita diabetes mellitus. Dengan melakukan
pemeriksaan kadar glukosa darah secara teratur dapat memperlihatkan
berhasil atau tidaknya pelaksanaan olahraga, diet makan, usaha pengobatan,
dan usaha menurunkan berat badan yang dilakukan oleh penderita DM. Salah
satu indikator keberhasilan dalam pengobatan dipengaruhi oleh kepatuhan
pasien terhadap pengoabatan yang merupakan faktor utama dari outcome
terapi (Morello,2011)
Kepatuhan merupakan hal yang sangat penting terutama pada
pengobatan jangka panjang, salah satunya dalam pemeriksaan kadar gula
darah pada penderita diabetes. Kepatuhan pemeriksaan kadar gula darah
adalah kemampuan atau perilaku pasien dalam melakukan pemeriksaan gula
darah secara teratur 2 kali sebulan baik dilakukan/diobservasi dengan
menggunakan tabel monitoring, skala nominal. Kondisi kadar gula yang
drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri
bahkan memasuki tahapan koma, dimana hal ini dikenal dengan hipoglikemia
dimana suatu kondisi seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah
dibawah normal. Dan seseorang dapat mengalami hiperglikemia apabila kadar
gula dalam darah jauh diatas nilai normal. Kadar gula ini tentu dapat terjadi
peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari
bangun tidur.
Kepatuhan pemeriksaan kadar gula darah dapat diukur dengan
menggunakan skala delapan item Morisky Medication Adherence (MMAS-8),
merupakan suatu alat dari WHO yang sudah divalidasi dan digunakan untuk
menilai kepatuhan pengobatan pasien dengan penyakit kronik, salah satunya
yaitu Diabtes Mellitus. Alfian, R. 2015 melakukan penelitian sebelumnya
yang menggunakan instrument MMAS-8 menunjukkan bahwa pasien diabetes
melitus dengan tingkat kepatuhan tinggi 20 pasien (18,2%), tingkat kepatuhan
sedang 43 pasien (39,1%), dan tingkat kepatuhan rendah 47 pasien (42,7%).
Penelitian lain juga menunjukan dengan menggunakan metode yang sama
yaitu MMAS-8, diperoleh bahwa tingkat kepatuhan pasien sebagian besar
masih rendah (Ramadhan dkk., 2015).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes Mellitus dapat
dipicu oleh pengetahuan dan kepatuhan pasien untuk melakukan pemeriksaan
glukosa darah sebagai indikator pada keberhasilan pengobatannya untuk
menjaga kadar glukosa darah dalam rentang normal. Oleh karena itu, penulis
memandang perlunya penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan dan
Kepatuhan Pemeriksaan Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit PMI Kota Bogor”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, peneliti merumuskan
masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Gambaran Pengetahuan dan
Kepatuhan Pemeriksaan Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit PMI Kota Bogor”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
pengetahuan dan kepatuhan pemeriksaan glukosa darah pada pasien
diabetes mellitus tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
PMI Kota Bogor.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang
meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Mengetahui gambaran pengetahuan pasien Diabetes Mellitus
Tipe II.
c. Mengetahui gambaran kepatuhan pemeriksaan glukosa darah
pasien Diabetes Mellitus Tipe II.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Karya ilmiah ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu
pengetahuan, wawasan dan memberikan pengalaman berharga untuk
peneliti dalam melaksanakan penelitian ilmiah.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Karya ilmiah ini dapat dijadikan bahan rujukan dalam
pengembangan ilmu keperawatan, serta sebagai bahan acuan bagi
mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa keperawatan tentang
Medikal Bedah terutama mengenai gambaran pengetahuan dan
kepatuhan pemeriksaan kadar glukosa darah pada pasien diabetes
mellitus tipe II sebagai data dasar penelitian selanjutnya.
3. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukan bagi
seluruh tenaga kesehatan, khususnya perawat untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan mengenai pengetahuan dan kepatuhan
pemeriksaan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe II.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Penyakit Diabetes Mellitus
a. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan
oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin
atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Sudoyo dkk, 2009)
Diabetes Melitus (DM) atau disingkat Diabetes adalah
gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang
disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan ataupun resistensi insulin. Penyakit ini sudah lama
dikenal, terutama di kalangan keluarga, khususnya keluarga
‘berbadan besar’ (kegemukan) bersama dengan gaya hidup
‘tinggi’. Kemudian, DM menjadi penyakit masyarakat umum,
menjadi beban kesehatan masyarakat, meluas dan membawa
banyak kematian (Bustam, 2007; 100)
Diabetes mellitus (DM) merupakan sebuah penyakit, dimana
kondisi kadar glukosa di dalam darah melebihi batas normal. Hal
ini disebabkan karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara adekuat. Insulin adalah hormon yang
dilepaskan oleh pankreas dan merupakan zat utama yang
bertanggungjawab untuk mempertahankan kadar gula darah dalam
tubuh agar tetap dalam kondisi seimbang. Insulin berfungsi
sebagai alat yang membantu gula berpindah ke dalam sel sehingga
bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi
(Mahdiana, 2010)
Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit
metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi
(hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin,
dan resistensi insulin atau keduanya. Hiperglikemia yang
berlangsung lama (kronik) pada Diabetes Melitus akan
menyebabkan kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai
organ, terutama mata, organ, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh
darah lainnya (Suastika K., et al., 2011)
Diuresis osmotik Vikositas darah meningkat Syok hiperglikemik Kerusakan pada antibodi
Poliuri → Retensi Urine Aliran darah lambat Koma diabetik Kekebalan tubuh menurun
Polidipsia
Polipalgia
Asam lemak Ureum
Keton
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan Ketoasidosis
tubuh
f. Manifestasi Klinis
Selain melihat garis turunan dari anggota keluarga yang
menderita diabetes dapat dideteksi dari timbulnya beberapa gejala,
yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria
(sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia
(banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering pula muncul
keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh
terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal
yang seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan
menurun tanpa sebab yang jelas.
a) Poliuria
Umumnya tubuh mengeluarkan urine sebanyak 1.5 liter
per hari, tetapi pada penderita diabetes dapat mengeluarkan
urine hingga lima kali lipat. Pengeluaran urine tersebut
mengakibatkan dehidrasi dan hanya dapat diganti dengan
minum dalam jumlah banyak. Sering buang air kecil yang
dialami penderita diabetes diakibatkan oleh konsumsi air
berlebih karena haus.
b) Polidipsia
Pada penderita diabetes volume urine yang besar akan
mengakibatkna kehausan. Pada tahap awal, kehausan
biasanya ringan dan kebanyakan orang tidak menyadari arti
pentingnya rasa haus tersebut. Seseorang dengan diabetes
yang tidak terdiagnosis akan sering membawa tempat air
sampai ke tempat tidur, bangun di malam hari untuk
memuaskan dahaga mereka dan buang air kecil, dan masih
belum menyadari bahwa ada sesuatu yang salah.
c) Polifagia
Sumber energi tubuh berasal dari glukosa yang
diperoleh dari pencernaan gula atau makanan yang
mengandung pati. Penderita diabetes yang tidak diobati tidak
mampu menggunakan dan menyimpan glukosa dalam tubuh.
Glukosa yang tidak terpakai berada di aliran darah dan
dibuang melalui urine. Seseorang yang sudah terkena diabetes
parah akan kehilangan glukosa sebanyak 500g dalam waktu
24 jam, yakni setara dengan kehilangan 2000 kalori per hari.
d) Gatal
Perempuan penderita diabetes akan mengalami rasa
gatal di sekitar vagina yang disebut Prutus Vulva. Hal ini
dapat pula terjadi pada pria. Mereka akan merasa gatal
disekitar ujung penis yang disebut balanitis. Kulup penis yang
terasa gatal dapat mengeras (fimosis) sehingga kulit tidak
elastis dan sulit dibersihkan. Masalah tersebut disebabkan
oleh adanya infeksi, terutama oleh jamur kulit, Candida, yang
berkembang karena adanya penumpukan glukosa disekitar
alat kemaluan. Obat antujamur hanya dapat mengurangi
pertumbuhan jamur dan cara yang paling efektif ialah dengan
menghilangkan gula dalam urine.
e) Gangguan Mata
Umumnya penglihatan yang rabun dapat diatasi
penggunaan kaca mata. Akan tetapi, hal tersebut tidak dapat
diterapkan pada rabun yang disebabkan oleh diabetes.
Diabetes dapat mengakibatkan lensa mata membengkak dan
penglihatan menjadi rabun. Hal ini disebabkan karena
rusaknya retina yang disebut retinopathy. Retina telah rusak
selama bertahun – tahun karena diabetes yang tidak disadari.
Dalam kasus yang sangat jarang, lensa mata dapat rusak
secara permanen atau disebut katarak karena diabetes yang
tidak terkontrol. Kondisi ini dapat diatasi dengan melakukan
operasi katarak. Lensa mata ini akan kembali normal setelah
diabetes dapat dikendalikan.
g. Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan
komplikasi akut dan kronis. Berikut ini akan diuraikan beberapa
komplikasi yang sering terjadi dan harus diwaspadai.
a) Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis
penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan
berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar
keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai hilang
kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi
kerusakan otak dan akhirnya kematian.
Pada hipoglikemia, kadar glukosa plasma penderita
kurang dari 50 mg/dl, walaupun ada orang-orang tertentu
yang sudah menunjukkan gejala hipoglikemia pada kadar
glukosa plasma di atas 50 mg/dl. Kadar glukosa darah yang
terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat
pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat
rusak. Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita
diabetes tipe 1, yang dapat dialami 1 – 2 kali perminggu.
Dari hasil survei yang pernah dilakukan di Inggris
diperkirakan 2 – 4% kematian pada penderita diabetes tipe 1
disebabkan oleh serangan hipoglikemia.
Pada penderita diabetes tipe 2, serangan hipoglikemia
lebih jarang terjadi, meskipun penderita tersebut mendapat
terapi insulin. Serangan hipoglikemia pada penderita
diabetes umumnya terjadi apabila penderita:
Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang
atau malam)
Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang
disarankan oleh dokter atau ahli gizi
Berolah raga terlalu berat
Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih
besar dari pada seharusnya
Minum alkohol
Stress
Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat
meningkatkan risiko hipoglikemia
h. Penalataksanaan
2) Faktor Eksternal
a) Informasi atau Media Massa
Informasi adalah sesuatu yang diketahui. Dimana
informasi ini diartikan sebagai suatu teknik untuk
mengumpulkan dan menyiapkan, menyimpan dan
memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan
menyebarkan informasi yang diperoleh baik dari pendidikan
formal maupun nonformal dan dapat memberikan pengaruh
jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan.
b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada di masyarakat dapat
mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.
c) Lingkungan
Lingkungan adalah sesuatu yang ada disekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
d) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan mengulang kembali pengetahuan
yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012), yaitu:
1) Cara Tradisional atau Non Ilmiah
a) Cara Coba Salah
Cara coba – coba ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lainnya sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan.
b) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena
tidak disengaja.
c) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Pengetahuan dapat diperoleh berdasarkan pada
pemegang otoritas, yakni orang yang mempunyai wibawa
dan kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas
pemimpin, otoritas agama, maupun ahli ilmu pengetahuan
atau ilmuan.
d) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Megulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang
lalu.
e) Melalui Wahyu
Ajaran dan agama adalah suatu kebeneran yang
diwahyukan dari tahun ke tahun melalui nabi. Kebenaran
ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut – pengikut
agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran
tersebut rasional atau tidak.
f) Kebenaran Secara Intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh oleh manusia
secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran tanpa
melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang
diperoleh melaui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran
ini tidak menggunakan cara – cara rasional dan sistematis.
g) Melalui Jalan Pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia
telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun dedukasi.
2) Cara Ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan
dengan lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut
metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut dengan
Metodologi Penelitian (Notoatmodjo,2012)
4. Cara Mengkukur Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyenangkan tentang
materi yang ingin diukur dalam subjek penelitian atau responden.
Menurut Sujearweni (2014), mengatakan bahwa teknik skala mengukur
pengetahuan adalah teknik skala Guttman. Skala pengukuran Guttman
akan didapatkan jawaban yang tegas, diantaranya ya atau tidak, benar
atau salah.
Menurut Arikunto dan Notoatmodjo (2011), hasil pengukuran dapat
diproses dengan cara menjumlahkan dan membandingkan dengan
jumlah yang diharapkan, dapat dinilai dengan rumus:
Skema 2.1 Formula Pengukuran Pengetahuan
Jumlah jawaban yang benar
x 100%
Jumlah soal total
D. Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka Teori
Pasien DM Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Terapi Antidiabetes Oral Pekerjaan
Jumlah Obat
Efek Samping
Obat
Mengontrol Durasi DM
Glukosa Darah Diet
Olahraga
Evaluasi
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
A. Kerangka Konsep
2. Definisi Operasional
Menurutt Setiadi (2013), definisi operasional adalah penjelasan
semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian
secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam
mengartikan makna penelitian, pada definisi operasional akan
dijelaskan secara padat mengenai unsur penelitian yang meliputi
bagaimana caranya menetukan variaber dan mengukur suatu variabel.
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif yang
dilakukan untuk membuat deskripsi atau gambaran tentang suatu keadaan
yang terjadi didalam suatu populasi tertentu. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai masing – masing variabel,
baik satu variabel atau lebih sifatnya independen tanpa membuat hubungan
atau perbandingan dengan variabel lain. Variabel tersebut dapat
menggambarkan secara sistematik dan akurat mengenai populasi atau
mengenai bidang tertentu (Sujarweni,2014)
Kelebihan dari penelitian deskriptif relatif mudah dilaksanakan, tidak
membutuhkan kelompok, kontrol atau pembanding, memperoleh banyak
informasi penting, dan dapat ditentukan apakah temuan yang diperoleh
membutuhkan penelitian lanjut atau tidak. Kekurangan dari penelitian
deskriptif ini, pengamatan pada subjek hanya satu kali, diibaratkan potret
hingga tidak dapat diketahui perubahan – perubahan yang terjadi dengan
berjalannya waktu, dan tidak dapat menentukan hubungan sebab – akibat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan
kepatuhan pemeriksaan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe
2, selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk penelitian
selanjutnya. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui
pertanyaan terstruktur atau kuesioner penelitian, setalah itu data mengenai
pengetahuan dan kepatuhan pemeriksaan kadar glukosa darah pada pasien
diabetes mellitus tipe 2 diolah dengan analisa dan perhitungan statistik
kemudian disimpulan dalam sebuah laporan karya tulis imiah.
Tabel 4.1
Waktu Penelitian
No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1 Pembuatan proposal KTI 02 Agustus 2019 s/d 23 September
2019
2 Uji Proposal 26 September 2019 s/d 31
September 2019
3 Pengumpulan Data 23 Oktober 2019 s/d 28 Oktober
2019
4 Sidang Hasil KTI 04 November 2019 s/d 09 Juni 2019
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PMI Kota Bogor
tepatnya di Poliklinik Penyakit Dalam. Adapun alasan pemilihan tempat
ini adalah karena Rumah Sakit PMI Kota Bogor merupakan salah satu
rumah sakit rujukan dan rumah sakit besar di Kota Bogor.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Elfindri, 2011). Pada
penelitian ini yang akan dijadikan sampel penelitian adalah pasien
diabetes mellitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di Poliklinik
Penyakit Dalam Rumah Sakit PMI Kota Bogor yang sampelnya sebagai
berikut:
a. Jumlah sampel yang dihitung berdasarkan rumus perhitungan
sampel minimal
b. Kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan peneliti
c. Teknik yang akan dipakai dalam pengambilan sampel
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai jumlah sampel, kriteria
sampel, dan teknik yang akan dipakai, yaitu sebagai berikut:
a. Jumlah sampel
Menurut Notoatmodjo (2012) jumlah sampel penelitian
tergantung pada dua hal yaitu pertama, adanya sumber – sumber
yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dati
besarnya sampel. Kedua, kebutuhan dari rencana analisis yang
menentukan batas minimal dari besarnya sampel. Dalam
menghitung minimum besarnya sampel yang dibutuhkan bagi
ketepatan dalam membuat perkiraan atau estimasi proporsi,
maka perlu diketahui perkiraan proporsi untuk sifat tertentu yang
terjadi dalam populasi, presisi atau derajat ketetapan yang
diinginkan.
Untuk menghitung jumlah sampel peneliti menggunakan rumu
sebagai berikut:
Z 1−α x P(1−P)
n=
d
Keterangan:
n = Besar sampel
Z1- α = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1 – α, dengan
derajat kemaknaan / α tertentu
Α 1% 5% 10%
Z1- α 2.57 1.96 1.64
P = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila
tidak diketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0.50)
D =Derajat penyimpangan terhadap populasi yang
diinginkan 10% (0.10), 5% (0.05) atau 1% (0.01)
n’ = 54.4 = 54 orang
D. Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
2. Teknik Pengumpulan Data
3. Prosedur Penelitian
E. Pengolahan Data
F. Analisa Data
G. Interpretasi Data