PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes militus dikenal dengan silent killer karena sering tidak disadari oleh
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang merupakan suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di
atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat
kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. Ada dua tipe diabetes
melitus yaitu tipe I (Diabetes Juvenile) yaitu diabetes yang umumnya didapat
sejak kanak-kanak dan diabetes tipe II yaitu diabetes yang diperoleh setelah
Gejala yang umum ditimbulkan oleh penyakit Diabetes militus yaitu Poliuria,
dimana volume air berkemih dalam 24 jam meningkat melebihi batas normal.
Poliuria timbul sebagai gejala diabetes militus dikarenakan kadar gula dalam
tubuh relatif tinggi sehingga tibuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha
untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin yang lebih sering
2011). Polidipsia adalah rasa haus yang timbul karena kadar glukosa terbawa oleh
1
uri sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009).
Polifagia merupakan peningkatan rasa lapar. Pada pasien diabates militus akan
merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan karena glukosa dalam
tubuh semakin habis sedangkan glukosa dalam darah cukup tinggi (PERKENI,
2011). Penyusutan berat badan pada pasien diabates militus disebabkan karena
(Subekti, 2009).
gula darah akibat gangguan pada pankreas dan insulin. Di Indonesia, data
Indonesia dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar sekitar 9,1 juta pada
Sama halnya di dunia, diabetes kini menjadi salah satu penyebab kematian
Indonesia dengan persentase sebesar 6,7%, setelah Stroke (21,1%) dan penyakit
Jantung Koroner (12,9%). Bila tak ditanggulangi, Kondisi ini dapat menyebabkan
Pravalensi diabetes di Provinsi Bali 5,9 % dan diperkirakan jumlah ini akan
terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat
(Suastika et al., 2012). Hal yang senada ditemukan di Kabupaten Tabanan, hasil
2
terbanyak di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 dengan
diperoleh jumlah kasus Diabetes militus yaitu 32 orang dari bulan Januari sampai
akan muncul, salah satunya adalah resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah.
Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah resiko terhadap variasi kadar
glukosa darah dari rentang normal. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
patuh pada rencana manjemen diabetes, stres berlebihan dan lain-lain.. (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017). Menurut penelitian Fahmiyah dan Latra (2016) faktor
yang mempengaruhi kadar gla puasa pasein diabetes militus yaitu dapat dilihat
berdasarkan karakteristik pasien yaitu usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga.
(Fahmiyah & Latra, 2016). Senada dengan hasil penelitian Fahmiayah dan Latra
faktor yang mempengaruhi kadar gula dalam darah diungkapkan juga oleh Rudi
(2017) yang menyatakan selain faktor karakteristik yaitu usia, jenis kelamin dan
riwayat keluarga, faktor lain yang memepngaruhi kadar glukosa dalam darah yaitu
kepada pasien diabetes militus untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami
3
oleh pasien baik secara mandiri maupun kolaborsi dengan tenaga kesehatan yang
lain. Perawat juga sebagai educator yang dapat memberikan pendidikan kesehatan
mengenai diabetes militus, penyebab, proses terjadinya penyakit, akibat dan untuk
penyakit yang dideritanya sehingga muncul sikap dan perilaku pasien untuk
B. Rumusan Masalah
Tabanan?”
1. Tujuan umum
4
2. Tujuan khusus
Daerah Tabanan
Manfaat yang diperoleh pasien dan keluarga diabetes militus yaitu mendapat
Manfaat lain yang dapat diperoleh yaitu meningkatkan pengetahuan dan sikap
5
2. Bagi institusi
glukosa darah. Referensi ini dapat digunakan bahan ajar atau sebagai
3. Bagi penulis
bermutu.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Militus
a. Pengertian
insulin atau kedua-duanya. Diabetes tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan tubuh
cukup jumlah insulin untuk metabolisme glukosa (gula), tetapi tubuh tidak
insulin dan kadar glukosa darah meningkat (Tama, S., & Hermansyah, 2013).
diabetes pada orang dewasa. Ini adalah istilah yang digunakan untuk individu
yang relatif terkena diabetes (bukan yang absoult) defisiensi insulin. Orang
dengan jenis diabetes ini biasanya resisten terhadap insulin. Ini adalah diabetes
sering tidak terdiagnosis dalam jangka waktu yang lama karena hiperglikemia ini
sering tidak berat cukup untuk memprovokasi gejala nyata dari diabetes. Namun
7
b. Etiologi
Yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya kelainan sekresi insulin yang
yang kuat. NIDDM ditandai dengan adanya kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya kelihatan terdapat resistensi dari sel-
sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
dengan NIDDM terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Ini
kompleks reseptor insulin dengan sistem transport glukosa. Kadar glukosa normal
dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dengan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin menurun, dan jumlah insulin yang
dan diabetes mellitus yang pada akhirnya terjadi pada pasien-pasien NIDDM
(Rakhmadany, 2010).
8
c. Patofisiologi
Pada DM tipe 2, sekresi insulin di fase 1 atau early peak yang terjadi dalam 3-
10 menit pertama setelah makan yaitu insulin yang disekresi pada fase ini adalah
insulin yang disimpan dalam sel beta (siap pakai) tidak dapat menurunkan glukosa
darah sehingga merangsang fase 2 adalah sekresi insulin dimulai 20 menit setelah
stimulasi glukosa untuk menghasilkan insulin lebih banyak, tetapi sudah tidak
Gangguan sekresi sel beta menyebabkan sekresi insulin pada fase 1 tertekan,
kadar insulin dalam darah turun menyebabkan produksi glukosa oleh hati
hubungan antara kadar glukosa darah puasa dengan kadar insulin puasa. Pada
kadar glukosa darah puasa 80-140 mg/dl kadar insulin puasa meningkat tajam,
akan tetapi jika kadar glukosa darah puasa melebihi 140 mg/dl maka kadar insulin
tidak mampu meningkat lebih tinggi lagi; pada tahap ini mulai terjadi kelelahan
Pada saat kadar insulin puasa dalam darah mulai menurun maka efek
fungsi sel beta diduga merupakan faktor yang didapat (acquired) antara lain
9
menurunnya massa sel beta, malnutrisi masa kandungan dan bayi, adanya deposit
amilyn dalam sel beta dan efek toksik glukosa (glucose toXicity) (Indraswari,
2010)
kadar glukosa darah dari rentang normal. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
e. Gambaran klinis
Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah (Subekti,
2009)
Keluhan Klasik atau keluhan yang sering dijumpai pada penderita diabetes militus
tipe II adalah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan
tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan
lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan
2) Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu
10
c. Banyak minum
Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikira sebab
rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk
3) Banyak makan
dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.
Keluhan lain:
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu
penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap dapat melihat
dengan baik.
2) Gatal / Bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah
lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan
timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal
yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.
3) Gangguan Ereksi
secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya
11
masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi
4) Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan
f. Faktor risiko ketidakstabilan glukosa darah pada pasien diabetes militus tipe II
dalam darah pada pasien diabetes militus tipe II (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016):
5) Stres berlebihan
a) Kelainan Genetik
12
b) Usia
menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah
seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada
mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap
insulin.
1) Stress
manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin
ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan stress, tetapi gula dan
lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko terkena diabetes mellitus.
resistensi insulin).
dan energi, yang biasa dilakukan atau aktivitas sehari-hari sesuai profesi atau
4) Obesitas
13
5) Merokok
menyelidiki hubungan antara merokok dan diabetes yang disiarkan antara 1992
dan 2006, dengan sebanyak 1,2 juta peserta yang ditelusuri selama 30 tahun.
Mereka mendapati resiko bahkan lebih tinggi bagi perokok berat. Mereka yang
diabetes 62% lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
Merokok dapat mengakibatkan kondisi yang tahan terhadap insulin, kata para
peneliti tersebut. Itu berarti merokok dapat mencampuri cara tubuh memanfaatkan
Diabetes tipe 2.
6) Hipertensi
a. Pengkajian
14
1) Biodata
dengan pasien)
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama, biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat dilakukan
yaitu poli dipsi, poli fagia dan poli uri serta di sertai dengan keluhan cepat
lelah.
Adalah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita pleh pasien tersebut
seperti pernah operasi berapa kali dan dirawat di rumah sakit berapa kali
keturunan.
15
b) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari-hari, jumlah
waktu berapa kai sehari, nafsu makan menurun/tidak, jenis makanan yang
c) Pola eliminasi: mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama sakit,
mencatat konsistensi warna, bau dan berapa kali sehari konstipasi, beser.
e) Pola tidur dan istirahat: berpa jam sehari, terbiasa tidur siang, gangguan
g) Pola persepsi dan konsep diri: adalah perasaan terisolasi diri atau perasaan
cara berkomunikasi.
16
4) Pemeriksaan fisik
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah
dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi
dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi
infeksi.
b) GCS :15
d) Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi
e) Pemeriksaan Leher
Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan
dan dalam.
h) Pemeriksaan Abdomen
k) Pemeriksaan Muskuloskeletal
17
l) Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan
m) Pemeriksaan Ekstremitas
n) Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa
baal
o) Pemeriksaan Neurologi
d) Elektrolit :
Fosfor : menurun
j) Insulin darah : menurun sampai tidak ada (pada tipe I) dan meninggi pada
tipe II
l) Urine : gula dan aseton positif, peningkatan berat jenis dan osmolalitas
18
b. Diagnosa Keperawatan (Nanda, 2015) :
c. Intervensi Keperawatan
Definisi : resiko variasi dari glukosa darah atau tingkat gula dari rentang
normal
1) keadaan dimana tingkat glukosa di plasma dan urin dalam rentang normal
1) Managemen Hiperglikemia
Aktifitas ;
kelelahan.
19
d) Memberikan insulin yang sesuai
g) Membatasi gerakan ketika gula darah diatas 250 mg/dl, terutama apabila
2) Manajemen hipoglikemia
Aktivitas :
i) Mempertahankan akses IV
pencegahan hipoglikemia
20
d. Implementasi keperawatan
membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008).
Tahap ini akan muncul bila perencanaan diaplikasikan pada pasien. Tindakan
yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda denga urutan yang dibuat
e. Evaluasi
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008).
Evaluasi dikatakan berhasil jika sesuai dengan kriteria hasil dalam perencanaan
21
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
: Tidak diteliti
22
B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan kriteria yang diamati dari suatu yang didefinisikan tersebut karakteristik yang dapat
diamati (diukur) memungkinkan peneliti melakukan obeservasi atau pengukuran secara cermat atas fenomena (Nursalam, 2008)
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional
sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengertikan makna penelitian (Setiadi, 2013)
Tabel 1
Definisi Operasional Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Militus dengan Risiko Ketidakstabilan Glukosa Darah di Badan
Rumah Sakit Umum Daerah Tabanan
23
1 2 3 4 5 6 7
2 Diagnosa Diagnosis yang ditegakkan adalah Risiko SDKI (Standar
Ketidakstabilan GlukosaDarah diagnosis Kepera-
watan Indonesia
NIC dan NOC
Intervensi Tindakan yang direncanakan oleh perawat
untuk pasien untuk mengatasi masalah
keperawatan yang dialami, intervensi
yang akan dilakukan yaitu :
Berikan pendidikan kesehatan
Memantau kadar glukosa darah
Manajemen diabetes secara mandiri
Manajemen nutrisi
Manajemen pengobatan
4 Implemen- Tindakan yang dilakukan perawat pada NIC dan NOC
tasi pasien yang sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah disusun
sebelumnya, implementasi yang
dilakukan yaitu :
24
1 2 3 4 5 6 7
Berikan pendidikan kesehatan
Memantau kadar glukosa darah
Manajemen diabetes secara mandiri
Manajemen nutrisi
Manajemen pengobatan
5 Evaluasi Tindakan yang dilakukan untuk menilai Lembar observasi
keberhasilan tindakan yang telah
dilakukan apakah kadar glukosa normal,
pengobatan teratur, dan diit teratur.
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah deskriprif
suatu metode yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau
Studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian yang permasalahan melalui
suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal yang menjadi kasus
tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan
khusus yang muncul sehubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi kasus
Meskipun didalam studi kasus ini yang meneliti hanya berbentuk unit tunggal
pasien diabetes militus dengan risiko ketidaksatabilan kadar gula darah di Badan
Penelitian ini akan dilakukan di Badan Rumah Sakit Umum Daerah Tabanan..
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Juli 2019
26
C. Subjek Studi Kasus
Subjek penelitian adalah sumber dari mana data dapat diperoleh. Pada
militus tipe 2 dengan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah. yang memenuhi
Kriteria inklusi:
Kreteria eksklusi
D. Fokus Studi
Fokus studi merupakan kajian utama dari permasalahan yang dijadikan titik
acuan studi kasus. Dalam studi kasus ini yang menjadi fokus studi adalah risiko
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data
yang didapatkan secara tidak langsung biasanya berupa data dokumentasi atau
data laporan yang telah tersedia (Setiawan A., 2010). Dalam penelitian ini data
27
2. Teknik dan Metode pengumpulan data
atau sumber yang akan digunakan sebagai bahan penelitian. Adapun teknik
berdasarkan catatan yang telah dibuat. Informasi diperoleh lewat fakta yang
tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata,
jurnal kegiatan dan sebagainya. Pada penelitian ini menggunakan rekam medik
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis, sehingga lebih mudah
diolah (Arikunto, 2013). Dalam penelitian ini instrument pengumpulan data yang
sampai dengan keseluruhan data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara
digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang
28
menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan dengan
teori yang sudah ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam
a. Mereduksi data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan, disajikan dalam
satu transkrip dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis
b. Penyajian data
Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskriptif yang dipilih
untuk studi kasus. Data disajikan secara terstruktur atau narasi dan dapat disertai
dengan cuplikan ungkapan verbal dari subjek studi kasus yang merupakan data
pendukungnya. Penyajian data juga dapat dilakukan dengan tabel, gambar dan
grafik.
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
G. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang terlibat antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek
29
dahulu mendapatkan rekomendasi dari indtitusi untuk mengajukan permohonan
persetujuan untuk enjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek
tidak bersedia maka peneliti kharus menghormati hak pasien. Beberapa informasi
yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi responden,
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Untuk
menjaga kerahasiaan pada lembar yang telah diisi oleh responden, peneliti tidak
30
3. Kerahasiaan (Cofidentiality)
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. Peneliti menjelaskan bahwa
data yang diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaanya oleh peneliti.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan (2nd ed.).
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setiawan A., dan S. (2010). Metodologi Penelitian kebidanan. Jakarta: Nuha
Medika.
Suastika, K., Dwipayana, P., Saraswati, M. R., Gotera, W., Budhiarta, A. A. G.,
Sutanegara, N. D., … Taniguchi, H. (2012). Underweight is an important risk
factor for coronary heart disease in the population of Ceningan Island, Bali.
Diabetes and Vascular Disease Research, 9(1).
https://doi.org/10.1177/1479164111422828
Subekti, I. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Millitus Terpadu. Jakarta: fakultas
Kedokteran Universita Indonesia.
Tama, B. A., S., R. F., & Hermansyah, H. (2013). An Early Detection Method of
Type-2 Diabetes Mellitus in Public Hospital. TELKOMNIKA
(Telecommunication Computing Electronics and Control), 9(2), 287–294.
https://doi.org/10.12928/telkomnika.v9i2.699
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
33