PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
khas, yakni urin yang berasa manis dalam jumlah yang besar. Istilah “Diabetes”
berasal dari bahasa yunani yang berarti “shipon”, ketika tibuh menjadi suatu
saluran untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan, dan “Mellitus” berasal dari
bahasa yunani dan latin ynag berarti madu. Kelainan yang menjadi defisiensi
relatif atau absolut dari hormon insulin. Insulin merupakan satu-satunya hormone
yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah (Bilous & Donelly, 2014).
Diabetes Melitus yaitu diabetes melitus tipe I, diabetes melitus tipe II, diabetes
melitus gestasional, dan diabetes melitus tipe lain. Jenis diabetes melitus yang
paling umum yaitu diabetes melitus tipe I dan diabetes melitus tipe II.
bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Defisiensi absolut dari insulin
menyebabkan ketoasidosis dan koma yang diikuti dengan kematian (Bilous &
Donelly, 2014).
Diabetes Melitus tipe II adalah diabetes melitus yang tidak bergantung
insulin. Diabetes Melitus Tipe II masih mampu mensekresi insulin namun dalam
sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam
rentang normal karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas.
merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan gula darah akibat
penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin
insulin dalam kejadian diabetes melitus tipe II, viskositas darah membatasi
oksigen jadi terhambat. Hal ini dapat menyebabkan penyakit lain seperti stroke
6,6% atau 36.400 ribu jiwa dan pada perempuan sebesar 7,3% atau 63.000 ribu
jiwa, dengan umur 30-69 tahun sebanyak 20.100 dan umur >70 tahun sebanyak
16.300 pada laki-laki dan umur 30-69 tahun sebanyak 28.000 dan umur >70
tahun terjadi perubahan angka yaitu perempuan lebih sering terkena diabetes
melitus. Prevalensi diabetes lebih tinggi pada laki-laki, tetapi ada pula data yang
menunjukkan lebih banyak kasus pada perempuan yang sering terkena diabetes
melitus, hal ini dikarenakan perempuan cenderung memiliki berat badan lebih
(obesitas), aktivitas fisik yang kurang, serta adanya pengaruh faktor hormonal
yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang
kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok
alkohol, indeks massa tubuh, lingkar pinggang dan umur (Lumingkewas, 2014).
Prevalensi keseluruhan yang sesuai usia untuk diabetes melitus tipe II
terjadi pada jumlah populasi dari 246 menjadi 380 dan 308 menjadi 418 juta
2012 angka kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa,
dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe II adalah 95% dari populasi dunia
melitus tipe II pada semua umur adalah 2,5%, sedangkan di Kabupaten Kubu
Menurut Tanto dan Hustrini (2014) diabetes melitus yang ditandai dengan
endotel dan faktor protrombotik yang kesemuanya itu akan memicu dan
diabetes dapat terjadi karena perubahan kadar gula darah, gula darah yang tinggi
terjadi, dimana gula darah bereaksi dengan protein dari dinding pembuluh darah
berikatan. Keadaan ini merusak dinding bagian dalam dari pembuluh darah, dan
menarik lemak yang jenuh atau kolesterol menempel pada dinding pembuluh
darah, sehingga reaksi inflamasi terjadi. Sel darah putih (leukosit) dan sel
pembekuan darah (trombosit) serta bahan-bahan lain ikut menyatu menjadi satu
bekuan plak yang membuat dinding pembuluh darah menjadi keras, kaku dan
Peran perawat pada penderita dengan penyakit diabetes melitus tipe II adalah
sebagai care giver, kolaborator, edukator dan lainnya bagi pasien dan keluarga.
Seorang perawat peran care giver yang berkualitas sangat penting untuk dimiliki
guna pencapaian asuhan keperawatan yang optimal. Peran perawat harus mampu
penderita diabetes melitus tipe II memiliki kadar gula darah yang terkontrol
aspek aktivitas fisik atau olahraga, perawatan diri/kaki, dan monitoring gula
darah masih kurang. Hal ini diperlukan adanya pengetahuan dan kesadaran yang
baik bagi penderitanya, sehingga sikap dan perilaku sejalan. Meidikayanti (2017)
melitus tipe II. Disiplin, professional, dan optimis dalam upaya pemberian
hidup dapat dicapai. Berdasarkan paparan diatas maka penulis tertarik untuk
membahas penulisan karya tulis ilmiah ini dengan tema gambaran asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem endokrin (studi kasus pada
B. Rumusan Masalah
bergantung insulin. Diabetes melitus tipe II diawali dengan gejala utama yang
dialami pasien yaitu sering kencing (poliuri), cepat lapar (polifagi), sering haus
(polidipsi), dan gejala tambahan, serta peningkatan kadar gula darah. Hal ini
yang semestinya diketahui bagi setiap individu baik yang belum mengalami,
yang sudah sakit, maupun yang berisiko untuk mengalami sakit diabetes melitus.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis merumuskan masalah dalam karya tulis
ilmiah ini yaitu bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada Ny. D dengan
gangguan sistem endokrin: (studi kasus pada Ny. D dengan gangguan sistem
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui
sistem endokrin (studi kasus pada Ny. D dengan gangguan sistem endokrin:
2. Tujuan Khusus
Karya tulis ilmiah ini memfokuskan untuk membahas tentang gambaran asuhan
keperawatan pada Ny. D dengan gangguan sistem endokrin (studi kasus pada Ny.
E. Manfaat Penulisan
Karya tulis ilmiah ini dapat menjadi sumber referensi atau bahan masukan
tipe II.
Karya tulis ilmiah ini dapat menambah wawasan bagi tenaga keperawatan
Karya tulis ilmiah ini dapat menjadi referensi ilmiah yang dapat memberikan
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan studi kasus ini, terdiri dari lima bab dengan
sistematika penulisan yaitu pada BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar
belakang berisi alasan mengangkat kasus, jumlah kasus, tujuan penulisan, ruang
terdiri dari konsep masalah keperawatan, tinjauan teori terdiri dari pengertian,
perencanaan, tujuan, intervensi dan rasional intervensi. BAB III Laporan studi
terdiri dari, pembahasan dan keterbatasan, kelemahan karya tulis ilmiah. BAB V
Penutup, berisi kesimpulam yang didapatkan dari asuhan keperawatan yang telah
saran.