Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus merupakan kondisi kroonis yang ditandai dengan

peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala utama yang

khas, yakni urin yang berasa manis dalam jumlah yang besar. Istilah “Diabetes”

berasal dari bahasa yunani yang berarti “shipon”, ketika tibuh menjadi suatu

saluran untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan, dan “Mellitus” berasal dari

bahasa yunani dan latin ynag berarti madu. Kelainan yang menjadi defisiensi

relatif atau absolut dari hormon insulin. Insulin merupakan satu-satunya hormone

yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah (Bilous & Donelly, 2014).

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2016, klasifikasi

Diabetes Melitus yaitu diabetes melitus tipe I, diabetes melitus tipe II, diabetes

melitus gestasional, dan diabetes melitus tipe lain. Jenis diabetes melitus yang

paling umum yaitu diabetes melitus tipe I dan diabetes melitus tipe II.

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2016).

Diabetes menjadi masalah kesehatan masyarakat utama karena komplikasinya

bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Defisiensi absolut dari insulin

menyebabkan ketoasidosis dan koma yang diikuti dengan kematian (Bilous &

Donelly, 2014).
Diabetes Melitus tipe II adalah diabetes melitus yang tidak bergantung

insulin. Diabetes Melitus Tipe II masih mampu mensekresi insulin namun dalam

kondisi kurang sempurna karena adanya resistensi insulin dan keadaan

hiperglikemia. Hiperglikemia dan resistensi insulin yang terjadi secara

berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas koagulasi dari sistem hemostasis.

Perubahan hemostasis ini menyebabkan penderita diabetes melitus berada dalam

keadaan hiperkoagulasi. Keadaan ini menyebabkan kelainan trombosit yaitu

perubahan patologi pada pembuluh darah yang mengakibatkan penyumbatan

arteria dan abnormalitas trombosit sehingga memudahkan terjadinya adhesi dan

agregasi di dalam darah (Benyamin, 2016).

Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas

sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam

rentang normal karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas.

Diabetes melitus tipe II disebut sebagai noninsulin dependent. Diabetes melitus

merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan gula darah akibat

penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin

(resistensi insulin) (Fatimah, 2015).

Faktor viskositas darah sangat berpengaruh terhadap terjadinya resistensi

insulin dalam kejadian diabetes melitus tipe II, viskositas darah membatasi

pengiriman glukosa, insulin oksigen, dan jaringan aktif secara metabolik.

Viskositas darah juga merupakan faktor penyebab disfungsi endotel. Perubahan

viskositas darah berpotensi kuat sebagai mediator resistensi vaskuler perifer.


Meningkatnya viskositas darah menyebabkan pengiriman glukosa, insulin, dan

oksigen jadi terhambat. Hal ini dapat menyebabkan penyakit lain seperti stroke

dan bahkan menyebabkan kematian (Lumingkewas, 2014).

Kematian karena diabetes melitus di Indonesia yaitu pada laki-laki sebesar

6,6% atau 36.400 ribu jiwa dan pada perempuan sebesar 7,3% atau 63.000 ribu

jiwa, dengan umur 30-69 tahun sebanyak 20.100 dan umur >70 tahun sebanyak

16.300 pada laki-laki dan umur 30-69 tahun sebanyak 28.000 dan umur >70

tahun sebanyak 34.000 pada perempuan (WHO, 2016).

Penderita diabetes melitus dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 31 orang

(43,1%) dan perempuan berjumlah 41 orang (56,9%). Pada usia dibawah 60

tahun terjadi perubahan angka yaitu perempuan lebih sering terkena diabetes

melitus. Prevalensi diabetes lebih tinggi pada laki-laki, tetapi ada pula data yang

menunjukkan lebih banyak kasus pada perempuan yang sering terkena diabetes

melitus, hal ini dikarenakan perempuan cenderung memiliki berat badan lebih

(obesitas), aktivitas fisik yang kurang, serta adanya pengaruh faktor hormonal

yang merupakan faktor risiko terjadinya diabetes (Lumingkewas, 2014).

Tingginya prevalensi diabetes melitus tipe II disebabkan oleh faktor risiko

yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang

kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok

tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi

alkohol, indeks massa tubuh, lingkar pinggang dan umur (Lumingkewas, 2014).
Prevalensi keseluruhan yang sesuai usia untuk diabetes melitus tipe II

dilaporkan meningkat secara berturut-turut dari tahun 2007-2025, mulai 6%

menjadi 7,3% dan 7,5% menjadi 8% sepanjang 18 tahun. Peningkatan absolut

terjadi pada jumlah populasi dari 246 menjadi 380 dan 308 menjadi 418 juta

populasi (Bilous & Donelly, 2014).

Prevalensi diabetes melitus di Indonesia membesar sampai 57%, pada tahun

2012 angka kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa,

dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe II adalah 95% dari populasi dunia

yang menderita diabetes melitus (Fatimah, 2015). Berdasarkan laporan data

Riskesdas Kalimantan Barat tahun 2018 tercatat bahwa penderita diabetes

melitus tipe II pada semua umur adalah 2,5%, sedangkan di Kabupaten Kubu

Raya sebesar 0,98% (RISKESDAS, 2018).

Menurut Tanto dan Hustrini (2014) diabetes melitus yang ditandai dengan

adanya hiperglikemia merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi.

Cheung, et al (2012) menyebutkan bahwa hiperglikemia sering disertai dengan

timbulnya sindrom metabolik yaitu hipertensi, dislipidemia, obesitas, disfungsi

endotel dan faktor protrombotik yang kesemuanya itu akan memicu dan

memperberat komplikasi kardiovaskuler. Salah satu komplikasi makroangiopati

diabetes dapat terjadi karena perubahan kadar gula darah, gula darah yang tinggi

akan menempel pada dinding pembuluh darah. Proses oksidasi selanjutnya

terjadi, dimana gula darah bereaksi dengan protein dari dinding pembuluh darah

yang menimbulkan Advanced Glycosylated Endproducts (AGEs). AGEs


merupakan zat yang dibentuk dari kelebihan gula dan protein yang saling

berikatan. Keadaan ini merusak dinding bagian dalam dari pembuluh darah, dan

menarik lemak yang jenuh atau kolesterol menempel pada dinding pembuluh

darah, sehingga reaksi inflamasi terjadi. Sel darah putih (leukosit) dan sel

pembekuan darah (trombosit) serta bahan-bahan lain ikut menyatu menjadi satu

bekuan plak yang membuat dinding pembuluh darah menjadi keras, kaku dan

akhirnya timbul penyumbatan yang mengakibatkan perubahan tekanan darah

yang dinamakan hipertensi (Mutmainah, 2012).

Peran perawat pada penderita dengan penyakit diabetes melitus tipe II adalah

sebagai care giver, kolaborator, edukator dan lainnya bagi pasien dan keluarga.

Seorang perawat peran care giver yang berkualitas sangat penting untuk dimiliki

guna pencapaian asuhan keperawatan yang optimal. Peran perawat harus mampu

diselaraskan dengan upaya pemberian pelayanan yaitu upaya promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif.

Hasil penelitian Hidayah (2019) menunjukkan bahwa sebagian besar

penderita diabetes melitus tipe II memiliki kadar gula darah yang terkontrol

dengan tingkat self-management baik meliputi pengaturan pola makan, dan

kepatuhan konsumsi obat, namun mayoritas penderita diabetes melitus tipe II

aspek aktivitas fisik atau olahraga, perawatan diri/kaki, dan monitoring gula

darah masih kurang. Hal ini diperlukan adanya pengetahuan dan kesadaran yang

baik bagi penderitanya, sehingga sikap dan perilaku sejalan. Meidikayanti (2017)

hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara


dukungan keluarga dan komplikasi dengan kualitas hidup penderita diabetes

melitus tipe II. Disiplin, professional, dan optimis dalam upaya pemberian

asuhan keperawatan menentukan keberhasilan upaya promotif, preventif, kuratif,

dan rehabilitatif pada penderita diabetes melitus tipe II.

Penulis memandang bahwa pasien diabetes melitus tipe II memiliki

kesempatan mengoptimalkan kesembuhannya sehingga komplikasi dan kualitas

hidup dapat dicapai. Berdasarkan paparan diatas maka penulis tertarik untuk

membahas penulisan karya tulis ilmiah ini dengan tema gambaran asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem endokrin (studi kasus pada

Ny. D dengan gangguan sistem endokrin: ketidakstabilan kadar glukosa darah

berhubungan dengan resistensi insulin) di Jalan Adisucipto Asrama Sudirman

Kartika 9 Nomor 3 Kubu Raya.

B. Rumusan Masalah

Diabetes melitus tipe II merupakan noninsulin dependent artinya tidak

bergantung insulin. Diabetes melitus tipe II diawali dengan gejala utama yang

dialami pasien yaitu sering kencing (poliuri), cepat lapar (polifagi), sering haus

(polidipsi), dan gejala tambahan, serta peningkatan kadar gula darah. Hal ini

yang semestinya diketahui bagi setiap individu baik yang belum mengalami,

yang sudah sakit, maupun yang berisiko untuk mengalami sakit diabetes melitus.

Asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus tipe II memerlukan

kedisiplinan dalam melakukan upaya pencegahan maupun pengobatan.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis merumuskan masalah dalam karya tulis
ilmiah ini yaitu bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada Ny. D dengan

gangguan sistem endokrin: (studi kasus pada Ny. D dengan gangguan sistem

endokrin: ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi

insulin) di Jalan Adisucipto Asrama Sudirman Kartika 9 Nomor 3 Kubu Raya?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui

bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada Ny. D dengan gangguan

sistem endokrin (studi kasus pada Ny. D dengan gangguan sistem endokrin:

ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin)

di Jalan Adisucipto Asrama Sudirman Kartika 9 Nomor 3 Kubu Raya.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui hasil asuhan keperawatan mulai dari pengkajian hingga

evaluasi pada Ny. D di Jalan Adisucipto Asrama Sudirman Kartika 9

Nomor 3 Kubu Raya.

b. Diketahui analisa perbandingan antara konsep teori dan asuhan

keperawatan pada Ny. D di Jalan Adisucipto Asrama Sudirman Kartika 9

Nomor 3 Kubu Raya.

c. Diketahui kekuatan dan kelemahan dari asuhan keperawatan pada Ny. D

di Jalan Adisucipto Asrama Sudirman Kartika 9 Nomor 3 Kubu Raya.


D. Ruang Lingkup Penulisan

Karya tulis ilmiah ini memfokuskan untuk membahas tentang gambaran asuhan

keperawatan pada Ny. D dengan gangguan sistem endokrin (studi kasus pada Ny.

D dengan gangguan sistem endokrin: ketidakstabilan kadar glukosa darah

berhubungan dengan resistensi insulin) di Jalan Adisucipto Asrama Sudirman

Kartika 9 Nomor 3 Kubu Raya.

E. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Karya tulis ilmiah ini dapat menjadi sumber referensi atau bahan masukan

bagi institusi pendidikan kesehatan dalam pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya pada proses pembelajaran guna memberikan pengalaman belajar

klinik khususnya bagi mahasiswa Diploma III di STIK Muhammadiyah

Pontianak tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus

tipe II.

2. Bagi Tenaga Keperawatan

Karya tulis ilmiah ini dapat menambah wawasan bagi tenaga keperawatan

tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes

melitus tipe II.

3. Bagi Keluarga dan Masyarakat

Karya tulis ilmiah ini dapat menjadi referensi ilmiah yang dapat memberikan

informasi bagi keluarga dan masyarakat tentang asuhan keperawatan pada

pasien dengan diabetes militus tipe II sehingga mampu memberikan stimulus


peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam melakukan upaya

promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif secara mandiri.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan studi kasus ini, terdiri dari lima bab dengan

sistematika penulisan yaitu pada BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar

belakang berisi alasan mengangkat kasus, jumlah kasus, tujuan penulisan, ruang

lingkup penulisan, dan sistematika penulisan. Pada BAB II Tinjauan Pustaka

terdiri dari konsep masalah keperawatan, tinjauan teori terdiri dari pengertian,

penyebab, manfestasi klini, anatomi fisiologi, patofisiologi, pathway,

pemeriksaan penunjang, komplikasi dan penatalaksanaan pada diabetes militus

tipe II. Asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, tujuan, intervensi dan rasional intervensi. BAB III Laporan studi

kasus yang membahas pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. BAB IV Pembahasan

terdiri dari, pembahasan dan keterbatasan, kelemahan karya tulis ilmiah. BAB V

Penutup, berisi kesimpulam yang didapatkan dari asuhan keperawatan yang telah

dilakukan serta saran-saran dari penulis membahas tentang kesimpulan dan

saran.

Anda mungkin juga menyukai