Anda di halaman 1dari 21

TUGAS FILSAFAT ILMU DALAM KEPERAWATAN

(Ujian Akhir Semester)

Knowing the Relationship Between Creator, Creation, Sources of

Knowledge, Nature and Discovery with Ethical Aspects in Nursing

“Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Filsafat Ilmu
Sekaligus untuk UAS yang diampuh oleh Ibu Dr. Wida Kusuma Bhakti”

Disusun Oleh

THOSIMAH
M23144009

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MUHAMMADIYAH

KALIMANTAN BARAT

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan

kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan

hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Mengetahui Hubungan Antara Pencipta, Ciptaan, Sumber Ilmu, Alam dan

Penemuan dengan Aspek Etika Dalam Keperawatan” tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ibu Dr. Wida Kusuma Bhakti

pada mata kuliah Filsafat Ilmu di ITIKES Muhammadiyah Kalimantan Barat.

Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan

bagi pembaca mengenai peran kebangsaan muhammadiyah di indonesia.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Wida

Kusuma Bhakti, selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu. Tugas yang telah

diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang

ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang

telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 06 Desember 2023

Thosimah

2
POKOK BAHASAN DALAM PAPER INI SEBAGAI BERIKUT

A. Pencipta

Allah SWT merupakan sang Pencipta, Allah yang menciptakan Bumi

dam segala isinya. Seperti dalam surah Al-Ikhlas, Secara garis besar pokok

pokok pembahasan surah Al Ikhlas adalah tentang konsep ketuhanan dan

keesaan Allah Ta’ala. Dengan kata lain, surat al ikhlas berisikan tentang

penegasan atas keesaan Allah Azza Wa Jalla dan menolak segala jenis dan

bentuk kesyirikan yang menyekutukan Allah kepada selain-Nya. Dalam surah

Al-Ikhlas dijelaskan tentang Pencipta:

‫َّل‬
‫ِبْس ِم ال ـِه الَّر ْح َم ٰـ ِن الَّر ِحيِم‬
‫ َو َلْم َيُك ن َّلُه ُكُفًو ا َأَح ٌد‬.‫ َلْم َيِلْد َو َلْم ُيوَلد‬.‫ الَّلـُه الَّص َم د‬. ‫ُقْل ُهَو الَّلـُه َأَح ٌد‬

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang

bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula

diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".

B. Ciptaan Allah

1. Terciptanya Manusia dalam Al-Quran

Allah SWT's perfect creation is man. Humans are creatures that have

various potentials, equipped with the privilege of reason that Allah SWT

does not give to other creatures. As the Holy Book, the Qur'an is the main

source of information, and the hadith is the explanation. Through the

development of technology and science, the content in the Quran

regarding the process of human creation has begun to be explained by

scientific theories. This research is motivated by a theoretical review of

3
how the actual creation of humans from the perspective of the Qur'an and

its relationship with science that is developing today. This research is a

type of literature review, also known as library research. By conducting

research based on literature review of literature sources in the form of the

Quran, journals related to the research topic. The process of human

creation in the Qur'an is in line with scientists in the field of embryology.

Modern scientists recognize the authenticity and content contained in the

Qur'an.

Ciptaan Allah SWT yang sempurna adalah manusia. satu-satunya

makhluk yang dipuja dan dihormati, menurut mayoritas yang telah

diinformasikan melalui kitab suci. Manusia adalah makhluk yang rumit

juga, dengan jiwa, tubuh, dan roh. Ketika sperma ayah dan sel telur ibu

bergabung di dalam rahim ibu, ia mulai berkembang. Saat tumbuh,

akhirnya mengambil bentuk bayi manusia (Afkarina et al., 2022).

Kesempurnaannya terletak pada kualitas yang dimilikinya dibandingkan

dengan ciptaan Allah lainnya. Predikat ciptaan terbaik dan makhluk

utama, wajar bila manusia diberi tugas sebagai wakil Allah atau khalifah

di bumi ini (Alhaddad, 2022).

Informasi penciptaan manusia ada dalam kitab suci. Umat Islam

menemukan informasi ini pada ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi.

Sebagai kitab Suci, Al-Qur’an adalah sumber utama informasi, dan hadis

adalah penjelasnya (Baihaqi, 2020). Pada hakikatnya sesuai yang tertera

dalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur’an, manusia tercipta dari setetes

4
mani yang tersimpan di dalam rahim wanita kemudian menjadi segumpal

darah dan segumpal daging kemudian tumbuhlah tulang-tulang yang

dibalut oleh daging tersebut lalu ditiupkanlah ruh.

Manusia adalah makhluk hidup satu-satunya yang memiliki akal dan

sangat berperan besar di muka bumi ini, baik sebagai subjek yang sangat

berpengaruh dalam roda kehidupan sehari-hari yang dapat mencari

kebutuhan yang diperlukannya. Banyak Istilah dalam penyebutan manusia

seperti al-basyar, al-Insan, al-Ins, an-Nas, al-Unas dan Bani Adam.

Namun, hal itu tidak mengurangi sedikitpun dari eksistensi manusia itu

sendiri. Seiring perkembangan zaman, sains dan teknologi menemukan

teori-teori tentang proses penciptaan manusia yang sedikit banyaknya

berhubungan dengan apa yang telah tertulis di dalam al-Qur’an dan

Hadits (Kurniawati, 2022).

Al-Quran merupakan tolak ukur kebenaran, dikarenakan ia bersumber

dari Dzat Yang Maha benar sebagaimana semua kandungannya adalah

kebenaran, sehingga sangat masuk di akal karenanya Al-Quran memiliki

tingkat ketepatan dalam pemilihan kata, kalimat dan maknanya. Tidak kita

dapatkan dalam Al-Quran, satu kata pun yang diulang hanya untuk tujuan

pengulangan minus makna, malainkan pengulangan itu terjadi untuk

tujuan tertentu dan sangat akurat pada tempatnya, di samping makna yang

tepat pula pada konteksnya. Tidak kita temukan dalam Al-Quran satu

hurufpun, melainkan huruf-huruf tersebut mempunyai arti yang tepat, dan

akan menjadi bias makna apabila huruf tersebut digantikan

5
keberadaannya dengan huruf-huruf selainnya. Al-Quran diturunkan

dengan tujuan memberikan petunjuk bagi manusia, dalam semua lini

kehidupan manusia, sebagaimana yang difirmankan dalam surah al-

Baqarah [2]: 2 (Fauzan, 2022).

Al-Qur'an adalah kitab suci yang dapat menawarkan pengetahuan

tentang berbagai topik, termasuk yang berkaitan dengan iman, muamalah,

tasawuf, dan bahkan asal-usul manusia. dimulai dengan ciptaan pertama

di bumi dan diakhiri dengan ciptaan yang ideal. Al-Quran diturunkan

lebih dari 14 abad yang lalu, Allah SWT telah membuat referensi fakta

biologis yang kemudian dikonfirmasi oleh sains modern.

Melalui perkembangan teknologi dan sains isi Kandungan di dalam

Al-Quran mengenai proses penciptaan manusia, mulai dapat dijelaskan

dengan teori-teori ilmiah. Banyak bidang ilmu sudah mengkaji tentang

dari mana asal usul manusia dan bagaimana manusia itu dapat tercipta di

muka bumi. Para ilmuwan baik dari peradaban islam maupun Eropa

mengkaji tentang bagaimana manusia dapat tercipta. Sejatinya Al-Quran

melalui firman-firman ayatnya telah menjelaskan jauh sebelum ilmu

pengetahuan dan sains dikembangkan (Kurniawati, 2018).

2. Alam

Penciptaan alam semesta ini tidak hanya dibahas di dalam Al-Qur’an,

melainkan juga dibahas di dalam kitab-kitab suci lainnya, salah satunya

adalah kitab Tanakh. Demikian halnya, bahwa penciptaan alam semesta

adalah salah satu bagian penting yang menunjukkan eksistensi keberadaan

6
Tuhan. Secara umum, kedua kitab ini memiliki kesamaan dalam hal lama

waktu alam semesta ini diciptakan. Keduanya sama-sama menyebutkan

bahwa alam semesta ini diciptakan selama enam hari berturut-turut.

Hanya saja, Tanakh di sini berperan sebagai hiporgam atau teks referen

menurut istilah Julia Kristeva, yaitu teks yang muncul lebih awal daripada

Al-Qur’an (Muslimah, 2015).

Dari sinilah penulis akan menggali tentang bagaimana persamaan dan

perbedaan narasi kedua kitab tersebut, sehingga jelas letak perbedaan dan

persamaan antara Al-Qur’an dan Tanakh dalam menjelaskan terkait

penciptaan alam semesta ini. Untuk mempermudah dalam menganalisis,

maka pembahasan ini akan dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu:

Pertama, alam semesta tercipta karena adanya Allah Sang

Pencipta. Pada hakikatnya, diciptakannya alam semesta ini adalah

merupakan pembuktian bahwa Tuhan semesta alam adalah wujud, karena

alam semesta dan seisinya tidak mungkin ada jika tanpa adanya peran

Allah sebagai pencipta, begitu pula di dalam kitab Tanakh, bahwasanya

adanya alam adalah sebab dari adanya Allah sebagai pencipta dan

penguasa alam semesta. Tidak mungkin alam tercipta begitu saja tanpa

ada yang menciptakan, sama halnya dengan sebuah kursi, maka tidak

mungkin kursi dibentuk dari bahan-bahan kayu, kaca, dan lainnya, tanpa

ada yang membuat dan membentuknya.

Penciptaan alam tercantum dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah (2) ayat

117:

7
“(Allah) pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu,

Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu”.

Ayat di atas menginformasikan bahwa eksistensi keberadaan Allah

dibuktikan dengan adanya alam semesta yang diciptakan. Dia-lah Tuhan

semesta alam yang menciptakan langit dan bumi, dan segala isinya. Selain itu

pada ayat lain, juga dijelaskan bahwa alam semesta diciptakan dalam kurun

waktu 6 masa. Namun, penting untuk diketahui, bahwa proses penciptaan

alam di dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan berurutan dalam satu ayat atau satu

surah dan juga tidak dipaparkan tentang apa-apa saja yang diciptakan dari

hari pertama hingga hari ke enam (Nafisah, 2019).

C. Sumber Ilmu Dalam Al-Quran

Ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan

kitab suci Al Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam Al Qur’an

sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali

(Nasution, 2020) yang memang merupakan salah satu kebutuhan agama

Islam. Menurut Quraish Shihab dalam bukunya wawasan Al Qur’an beliau

menyebutkan bahwa terdapat 854 kali kata ilmu terulang dalam Al Qur’an.

Kata ilmu ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan. Jika

dilihat dari segi bahasa, kata ilmu ini berarti kejelasan. Ilmu ialah

pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Sedangkan pengetahuan merupakan

informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dapat diartikan bahwa

8
ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan atau informasi yang jelas tentang

sesuatu yang diketahui atau disadari seseorang. Sekalipun demikian, kata

ilmu berbeda dengan kara ‘arafa (mengetahui), a’rif (yang mengetahui), dan

ma’rifah (pengetahuan) (Nurdin, 2018).

Dalam al-Qur`an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia

dipandang lebih unggul ketimbang makhluk lain guna menjalankan fungsi

kekhalifahannya. Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang

dijelaskan al-Qur`an pada surat al-Baqarah, 31-32: “Dia mengajarkan

kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada

para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda

itu jika kamu mamang benar orangorang yang benar!”. Mereka menjawab:

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah

Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Yang dimaksud dengan nama-nama pada

ayat di atas adalah sifat, ciri dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia

berpotensi mengetahui rahasia alam raya.

Manusia menurut al-Qur`an, memiliki potensi untuk menyiduk ilmu dan

mengembangkannya dengan seizin Allah. Karena itu, bertebaran ayat yang

memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal

tersebut. Salah satu contohnya ialah setiap kali umat Islam ingin

melaksanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang

tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan,

pelaksanaan haji, semuanya punya waktu-waktu tertentu (Raharusun, 2021).

9
Dalam menentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka

dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah sains mengenai waktu-

waktu tertentu (Rohim, 2019). Banyak lagi ajaran agama yang

pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains dan teknologi, seperti

menunaikan ibadah haji, berdakwah, semua itu membutuhkan kendaraan

sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan

ilmu pengetahuan dalam Al Qur’an, manusia hanya tinggal menggali,

mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain sebagaimana

terdapat dalam QS. Ar-Rahman ayat 33 yang artinya Hai jama'ah jin dan

manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,

Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.

D. Aspek Etika Dalam Keperawatan

Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala

berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,

sehingga makalah dengan judul “ETIKA HUBUNGAN PETUGAS

KESEHATAN DENGAN PASIEN MENURUT HUKUM ISLAM” dapat

terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis

berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca. Jadi walaupun

seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan

masih besar, disebabkan faktor eksternal yang diluar kemampuannya

menghindari.

10
Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan,

pengobatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan

individual antara para ahli pelayanan medis dengan individu yang

membutuhkannya. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah

untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Religi. Menjadi petugas

kesehatan profesional dengan bertindak sesuai fungsi dan tujuan dari asuhan

keperawatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah

dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan

agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan

apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu

penentu sehat tidaknya seseorang.

Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu baik bagi

kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi Muhammad Saw adalah

memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus proporsional, yakni

masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara (HR. Jadi walaupun

seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, resiko kesakitan

masih besar, disebabkan faktor eksternal yang di luar kemampuannya

menghindari.

Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit dan kesakitan, maka

profesi keperawatan tidak bisa dihindari. Di dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, pelayanan kesehatan diartikan sebagai pelayanan yang diterima

seseorang dalam hubungannya dengan pencegahan, diagnosis dan pengobatan

suatu gangguan kesehatan tertentu (KBBI, l990: 504). Pelayanan medis ini

11
merupakan kegiatan mikrososial yang berlaku antara orang perorangan

(Lumenta, l989: l5). Dengan demikian, pelayanan kesehatan lebih bersifat

hubungan antarlembaga atau institusi kesehatan dengan kelompok masyarakat

yang lebih bersifat massal, sedangkan pelayanan medis lebih bersifat

hubungan individual antara pemberi layanan medis, dalam hal ini dokter,

paramedis dan perawat dengan pengguna, pasien atau orang yang

membutuhkan pelayanan medis, dengan lebih menekankankan kepada ethos

kerja profesional dan tidak materialistis.

Dalam tulisan ini, perbedaan istilah di atas tidak terlalu dipersoalkan,

karena muaranya juga sama, yakni mencegah penyakit dan peningkatan

derajat kesehatan. Di tengah tingginya tuntutan kepada profesionalisme kerja

sekarang serta daya kritis masyarakat yang juga meningkat, setiap pekerjaan

harus dijalankan secara professional. Perintah untuk berobat, peringatan

terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan diri terhadap penyakit

menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh, dll, menunjukkan

bahwa baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut hadirnya

para perawat di tengah masyarakat manusia. Di dalam Islamic Code of

Medical Ethics diterangkan bahwa pengobatan dan keperawatan merupakan

profesi mulia.

Di masa-masa awal perkembangan Islam dikenal sejumlah wanita yang

mengabdikan dirinya di bidang keperawatan, di antaranya Rufaidah, ia

berjasa mendirikan rumah sakit pertama di zaman Nabi Muhammad Saw

guna menampung dan merawat orang-orang sakit, baik karena penyakit

12
maupun terluka dalam peperangan Kalau di Eropa dikenal nama Jean Henry

Dunant, dokter Swiss yang melalui Konferensi Jenewa l864 diakui sebagai

Bapak Palang Merah Interasional, diikuti oleh Florence Nightingale sebagai

Ibu Perawat Dunia pertama, maka Rufaidah-lah yang dianggap sebagai

“Nightingale” dalam Islam. Para Khalifah Abbasiyah juga banyak memiliki

dokter dan perawat istana yang mendapatkan kedudukan istimewa turun

temurun.

Ketika sudah memantapkan hati menjadi perawat, haruslah all out

menggeluti bidang ini sampai akhir dengan motivasi yang tulus ikhlas dan

penuh pengabdian. Profesi juga memiliki organisasi dan kode etik tertentu, ini

berarti para perawat mestilah merasakan bahwa dirinya merupakan bagian

dari institusi dan organisasi yang mewadahinya, sekaligus sadar untuk

menaati kode etik yang berlaku. Sebuah profesi pada dasarnya memiliki

otonomi, tapi juga tetap terbuka menjalin kerjasama dengan pihak lain yang

terkait. Ini berarti para perawat, meskipun di satu sisi yakin akan

kemampuannya, tapi untuk efektivitas pekerjaannya, ia harus tertap terbuka

dan proaktif bekerjasama dengan para pihak yang dapat menunjang

kesuksesan layanan keperawatan. Kedua, dalam menjalankan tugas

keperawatan hendaknya dibarengi dengan kecermatan, kehati-hatian dan

kewaspadaan guna meminimalisasi risiko negatif yang mungkin timbul.

13
Salah satu contoh / implikasi dari materi ini sebagai berikut:

Perjuangan Palestina dan Harapan Akhir Zaman: Perspektif Filsafat Islam

Allah, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menciptakan manusia, alam,

dan segala isinya dengan kebijaksanaan yang tak terhingga. Manusia, sebagai

khalifah, ditugaskan untuk memelihara dan menjaga keberlanjutan alam semesta,

menggunakan akal pikiran sebagai alat utama. Al-Quran menegaskan bahwa

manusia dan jin diciptakan untuk beribadah kepada-Nya, menegaskan eksistensi

manusia sebagai makhluk yang memiliki akal dan tanggung jawab moral (QS.

Adh-Dhariyat: 56).

Sifat kasih sayang, ajaran Islam yang fundamental, menekankan

pentingnya berlaku adil dan penuh kasih sayang terhadap sesama. Nabi

Muhammad SAW., sebagai rahmat bagi seluruh alam, diutus untuk membawa

ajaran ini kepada umat manusia. Allah berfirman, "Dan Kami tidak mengutus

engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi semesta" (QS. Al-Anbiya:

107).

Namun, keindahan penciptaan alam tak dapat mengaburkan perjuangan di

Palestina. Israel, dengan keahlian dan kelihaiannya, menduduki dan menyusutkan

wilayah Palestina, melanggar hak asasi manusia dan norma etika perang.

14
Pembantaian terhadap warga sipil, terutama wanita dan anak-anak yang rentan,

adalah pelanggaran yang tak termaafkan terhadap etika perang. Ayat Al-Quran

mengingatkan kita akan pentingnya melindungi kehidupan, "Dan janganlah kamu

membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu

(alasan) yang benar..." (QS. Al-Isra: 33).

Pendudukan Israel mencerminkan pelanggaran etika Islam, yang

menekankan perlunya menjaga hak asasi manusia dan menghormati fasilitas

kesehatan. Penyerangan terhadap fasilitas ini menciptakan tragedi kemanusiaan

yang mencoreng norma etika perang. Al-Quran menyeru umat Islam untuk

menjaga keadilan dan menentang penindasan, "Dan hendaklah ada di antara kamu

segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf,

dan melarang dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS.

Al-Imran: 104).

Ketatnya iman umat Palestina tercermin dalam keteguhan hati mereka.

Meskipun dihadapkan pada penindasan, kehilangan, dan pelanggaran hak asasi

manusia yang mengerikan, mereka tetap teguh dalam keyakinan dan semangat

perjuangan. Iman ini menjadi pendorong utama untuk memperjuangkan keadilan

dan mempertahankan hak-hak mereka. Allah menjanjikan bantuan bagi orang-

orang yang bersabar dan bertakwa, "Sesungguhnya Allah beserta orang-orang

yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. An-Nahl: 128).

Dalam perspektif Islam, solidaritas antar sesama, terlepas dari perbedaan

agama atau suku, adalah nilai yang esensial. Konflik Israel-Palestina memanggil

15
umat manusia, khususnya umat Islam, untuk bersatu dalam menjaga nilai-nilai

etika, keadilan, dan kasih sayang. Rasulullah saw. bersabda, "Perumpamaan umat-

umat sebelum kamu adalah seperti seorang yang membuat bangunan besar,

kemudian ketika sudah sempurna dan bagus, tinggal menempatkan satu batu lagi

pada sudutnya. Orang-orang bertanya kepadanya, 'Mengapa kamu tidak

meletakkan batu itu?' Ia menjawab, 'Aku tidak melihat batu itu.' Maka hilanglah

satu batu, dan bangunan pun rusak. Itulah perumpamaan orang-orang yang tidak

menyambungkan silaturahmi." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).

Dalam dunia yang terus berubah, ajaran Islam mendorong umatnya untuk

berjuang demi keadilan dan memperkuat solidaritas. Semoga bersama-sama kita

merajut kembali benang keadilan yang terputus, termasuk di Palestina yang lama

berjuang untuk hak-haknya. Hanya dengan mengamalkan nilai-nilai kasih sayang,

keadilan, dan solidaritas, umat manusia dapat mengharapkan kedamaian hakiki

dan harmoni, sesuai dengan ciptaan Allah yang Maha Pengasih.

Dalam konteks harapan akhir zaman, Al-Quran memberikan keyakinan

bahwa umat Islam akan meraih kemenangan. Terdapat harapan akan kehancuran

bagi kezaliman, termasuk yang dilakukan oleh Israel, yang telah ditetapkan dalam

ayat-ayat Al-Quran. Semua ini mengajarkan kita untuk tetap kuat dalam iman dan

berusaha menjalankan nilai-nilai kebenaran, karena kemenangan akhir akan

menghampiri mereka yang berjuang atas dasar keadilan dan kasih sayang. "Dan

berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman, bahwa bagi mereka

(ada) kedudukan yang tinggi di sisi Tuhannya." (QS. Al-Baqarah: 155).

16
Tanda-tanda ketakutan di hati Israel semakin tampak dengan berbagai

upaya mereka yang diam-diam menanam "Pohon Gorgot" di wilayah perbatasan.

Pohon ini, yang dikenal sebagai pohon yang mencerminkan ketakutan, seolah

menjadi simbol rahasia yang tersimpan di hati Israel. Meski tampak gagah,

langkah ini menunjukkan bahwa ketidakpastian merayapi hati mereka, dan

kebenaran sejati dalam Al-Quran menjadi sesuatu yang mereka sadari.

Namun, terlepas dari rahasia yang tersembunyi, kebenaran dan keadilan

tetap bersinar dalam ajaran Islam. Pembantaian terhadap wanita, anak-anak, dan

penyerangan terhadap fasilitas kesehatan adalah bukti nyata pelanggaran etika

perang yang tidak dapat diabaikan. Al-Quran menekankan pentingnya melindungi

kehidupan dan menghormati hak asasi manusia, "Barangsiapa membunuh seorang

manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena

membuat kerusakan dimuka bumi, maka seolah-olah dia telah membunuh

manusia seluruhnya..." (QS. Al-Ma'idah: 32).

Dalam melangkah menuju akhir zaman, Al-Quran memberikan panduan

tentang kondisi umat Islam. Dalam surat Al-Baqarah (2:197), Allah berfirman,

"Dan ambillah (persiapan) untuk berperang terhadap mereka sebisa-bisanya.

Sesungguhnya perang itu adalah suatu bencana besar, tetapi lebih besar lagi dosa

di sisi Allah; dan mereka adalah tidak lain daripada orang-orang yang tidak

beriman." Ayat ini mencerminkan persiapan dan peringatan tentang perang, sambil

menegaskan bahwa perang memiliki risiko dan dampak yang besar. Meskipun

demikian, Allah menekankan bahwa dosa besar adalah tidak beriman, sehingga

perang harus dihindari sebisa mungkin.

17
Dalam surat Al-Furqan (25:31), Allah juga menyampaikan bahwa hari

kiamat akan datang tiba-tiba, tanpa pemberitahuan sebelumnya. "Dan Dia

memberi tahu kepada mereka bahwa hari (kiamat) itu datang dengan mendadak,

sedang mereka tidak menyadarinya." Hal ini mengajarkan umat Islam untuk

senantiasa siap dan berusaha meningkatkan kualitas iman, karena saat terakhir

akan tiba tanpa pemberitahuan.

Dengan melihat kondisi umat Islam di akhir zaman, Al-Quran memberikan

arahan untuk tetap berpegang teguh pada ajaran Islam, berbuat kebajikan, dan

senantiasa menjaga iman. Dalam surat Al-Imran (3:200), Allah berfirman, "Wahai

orang-orang yang beriman, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu dan bersiap

siagalah (untuk menghadapi musuh) dan bertakwalah kepada Allah, agar kamu

mendapat keberuntungan." Ayat ini menegaskan pentingnya kesabaran,

ketaqwaan, dan kesiapan dalam menghadapi cobaan di akhir zaman.

Dalam melangkah menuju kedamaian hakiki dan kemenangan Islam di

akhir zaman, perlu bagi umat Islam untuk memperkuat kesadaran akan nilai-nilai

kemanusiaan dan etika Islam. Dengan menjunjung tinggi keadilan, menjaga

solidaritas, dan menolak segala bentuk penindasan, kita dapat bersama-sama

merajut benang keadilan yang terputus, membawa harapan akan sebuah masa

depan yang adil dan damai. "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat

yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan melarang

dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Imran: 104).

18
DARTAR PUSTAKA

Afkarina, R. H., & Kurniawan, R. R. (2022). Proses Penciptaan Manusia

Menurut Ilmu Sains Dan Al-qur’an.

Alhaddad, B. A., Haddade, H., & Damis, R. (2022). Proses Penciptaan Manusia

Dan Implikasinya Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Prodi

Kedokteran UNKHAIR. Jurnal Pendidikan Islam

Baihaqi, Y. (2020). Dimensi Sains Dalam Kisah Al-Qur’an Dan Relevansinya

Dengan Keakuratan Pemilihan Kata. Aqlam: Journal of Islam and Plurality,

3(2). https://doi.org/10.30984/ajip.v3i2.725

Eka Kurniawati, E. K., & Nurhasanah Bahtiar, N. B. (2022). Manusia Menurut

Konsep Al-Quran dan Sains. JNSI: Journal of Natural Science and

Integration, 1(1), 78-94.

Fauzan, M., Hitami, M., & Yusuf, K. M. (2022). Proses Penciptaan Manusia

Perspektif Al-Qur’an dan Kontekstualitasnya dalam Materi Pelajaran Biologi.

Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, 351–358.

http://jpion.org/index.php/jpi/article/download/77/49

19
Kurniawati, E., & Bakhtiar, N. (2018). Manusia Menurut Konsep Al-Qur`an dan

Sains. Journal of Natural Science and Integration, 1(1), 78–94.

https://doi.org/10.24014/jnsi.v1i1.5198

Muslimah dkk. (2015). Fakta Ilmiah Kebenaran Al-Qur’an dalam Berbagai

Bidang Ilmu Pengetahuan. Retrieved from Islam dan Sains Modern:

http://mujahidah213.blogspot.com/2015/03/fakta-ilmiahkebSenaran-al-

qurandalam.html

Nafisah, Z. (2019). Penjelasan Penciptaan Manusia secara Biologis dalam

Alquran dan Hadis. Retrieved from Bincang Syariah:

https://bincangsyariah.com/kalam/penjelasan-penciptaan-manusia-secara-

biologis-dalamalquran-dan-hadis/

Nasution, A. H. (2020). Embriologi Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an.

Nizhamiyah, 10 (1).

Nasution, B. I. (2022). Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an dan

Sains. Book Chapter of Proceedings Journey-Liaison Academia and Society,

1(1), 109-118.

Nurdin, R. (2018). Manusia dalam Sorotan Al-Qur‟an (Suatu Tinjauan Tafsir

Maudhui). Tahkim, 9(1), 155–171.

https://jurnal.iainambon.ac.id/index.php/THK/artic

Raharusun, A. S. (2021). Kajian Psikosufistik terhadap penciptaan manusia dalam

Islam. Syifa Al-Qulub, 6(1), 1-9.

20
Rohim, A., & Dini, S. S. T. (2019). Pengayaan Pembelajaran Reproduksi Manusia

Dalam Pandangan Islam. Intelektual: Jurnal Pendidikan Dan Studi

Keislaman, 9(2), 253-262.

21

Anda mungkin juga menyukai