Anda di halaman 1dari 12

Rangkuman Buku Al-Qur’an dan sains Modern

“Mengenal Kemukjizatan ayat-ayat Astronomi dalam Al-Qur’an”

Nama : Achmad Darojatulloh.Ys


NIM : 2017250015
Fak/Prodi : FKSP/Ilmu Politik 2017
Dosen : Bu Siti Robiah Al-Adawiyyah

BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang dijadikan sebagai pegangan umat islam sedunia
yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Untuk seluruh manusia. Ia berbicara kepada rasio
dan kesadaran manusia. Ia pun juga mengajarkan kepada manusia tentang aqidah tauhid.
Disamping itu, Al-Qur’an juga mengajarkan cara beribadah kepada Allah untuk
membersihkan sekaligus menunjukkan kepadanya (manusia) dimana letak kebaikan dalam
kehidupan pribadi maupun kemasyarakatannya.
“Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini.” (QS. Al-Jaatsiyah[45]:20).
Al-Quran berisi petunjuk bagi manusia agar ia mampu menepati janjinya kepada
tuhan. Karenanya Al-Quran menjadi pusat kehidupan Islam. Al-Quran adalah dunia dimana
orang muslim hidup. Dari mulai kita lahir Al-Quran sudah berperan sebagai landasan ideal,
yang keberadaannya bukan hanya sebagai pelengkap. Lebih dari itu, Al-Quran berperan
ganda untuk menata kepribadian dari lahir hingga menjelang ajalnya.
Banyak orang terutama non muslim yang merasa tercengang ketika membaca untuk
pertama kalinya. Sebab Al-quran tampak dimatanya sebagai suatu yang ingkoheren. Al-
Quran bukanlah suatu teks mistik tingkat tinggi dan bukan pula petunjuk logika
aristotelianistis, atau teks sains meskipun ia mengandung mistisme atau sains fenomena
tentang alam.
Ada tiga petunjuk dalam Al-Quran bagi manusia yaknidokterin pengetahuan tentang
struktur dan posisi manusia didalamnya. Doktrin tersebut berisi tentang pandangan petunjuk
moralitas dan hukum yang menjadi dasar syariat yang akan mengatur kehidupan manusia
sehari-hari. Selain itu, Doktrin yang sudah terkonsep oleh Al-Qur’an juga mengandung
metafisika tentang tuhan dengan segala kebesrannya, kosmologi tentang alam jagat raya serta
kedudukan berbagai makhluk dan benda-benda lain.
Lebih dari 750 ayat al-quran membahas tentang fenomena alam, yang notabene
merupakan objek kajian sains. Fenomena alam yang terkandung dalam Al-Quran memiliki
cakupan yang amat luas, yang dapat dijadikan sebagai sumber dan inspirasi bagi kajian sains
dan teknologi maupun social sains, salah satunya adalah ilmu Astronomi (Ilmu bintang).
Sesungguhnya semua disiplin ilmu pengetahuan itu merupakan interpretasi tentang
beragam aspek dari ciptaan dan fenomena alam, yang disebut dengan Terminologi Al-Qur’an
sebagai pertanda (ayat). Bahkan Fazrul Rahman mengungkapkan, alam semesta beserta
segala proses kausalnya merupakan pertanda dan bukti yang terpenting mengenai pencipta-
Nya. Disamping ayat-ayat yang khusus menggambarkan penciptaan, ada lebih dari 40 ayat A-
Qur’an yang menjelaskan tentang Astronomi.
Terdapat banyak ayat Al-Qur’an yang memberikan gambaran tentang banyaknya
jumlah langit dan bumi (Astronomi). Allah berfirman : “Maka apakah mereka tidak melihat
akan langit yang adadiatas mereka? Bagaimana kami meninggikannya dan menghiasinya
dan langit-langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun.” (QS. Qaf[50]:6). Juga ayat
tentang fakta bahwa langit itu tisdak memiliki tiang penyangga. Firman Allah mengatakan :
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan dia meletakkan gunung-
gunung (dipermukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu.” (QS. Luqman
[31]:10).
BAB II
ASTRONOMI DAN KEMUKJIZATAN SAINTIFIK AL-QUR’AN
A. Pengertian astronomi
Menurut Afzalur Rahman, astronomi adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan
denganb gerakan, penyebaran, dan kareakteristik benda-benda langit. Ilmu ini bisa
jadi merupakan yang paling tua dari kelompok ilmu-ilmu fisik. Astronomi secara
umum adalah ilmu yang mengkaji tentang ilmu perbintangan, menjelaskan sesuatu
yang berlaku diluar bumi dan atmosfer bumi. Ilmu Astronomi boleh juga diartikan
dengan ilmu falak, ilmu nujum dan ilmu hayyah. Dan merupakan ilmu tertua dari
kelompok ilmu-ilmu fisik.
B. Mukjizat saintifik Al-Qur’an
Mukjizat dalam KBBI diartiakan sebagai kejadian ajaib yang sukar dijangkau
oleh kemampuan akal manusia. Secara etimologi, Mukjizat terambil dari kata Bahasa
arab “a’jaza” yang berarti “melemahkan” atau “menjadikannya tidak mampu”,
Pelakunya disebut mu’jiz. Pada dasarnya Mu’jiz adalah Allah SWT. Dia-lah yang
maha kuasa, sementara manusia diciptakan bersifat lemah.
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat
lemah.” (QS. An-Nisaa’ [4]:28)
Sebagai bentuk mubalaghah (penegasan), ditambahkan huruf ta’ marbhutah
pada kata mu’jiz sehingga menjadi mu’jizah yang kemudian di serap ke Bahasa
Indonesia menjadi mukjizat.
Secara Terminologi, Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam Al-Itqan fi Ulum al-
Qur’an menyatakan, bahwa Mukjizat merupakan kejadian yang melampaui batas
kebiasaan, didahului oleh tantangan dan tanpa ada yang mampu menandingi.
Dengan Demikian pada prinsipnya, mukjizat adalah hal-hal luar biasa atau
kejadian supranatural yang berasal dari Allah SWT melalui para utusan-Nya dan tidak
tertandingi oleh makhluk-Nya, guna menegaskan kekuasaan mutlak-Nya dan
kepemilikan absolut-Nya terhadap alam semesta beserta segala isinya. Mukjizat
berfungsi untuk memperlihatkan bahwa Dia-lah satu-satunya pencipta, pemilik dan
pengatur alam semesta.
Namun Demikian, eksistensi mukjizat ilmiah dalam al-quran tidaklah hanya
dimaksudkan untuk sekedar memperlihatkan kemahakuasaan tuhan, tetapi tujuan
akhirnya adalah menegaskan kemahaesaan-Nya (tauhid).
Sedangkan yang dimaksud dengan istilah Mukjizat saintifik Al-Quran
disamping menunjukkan bahwa Al-Qur’an merupakan Mukjizat aqliyyah yang
membenarkan risalah Nabi Muhammad SAW, sumber utama ajaran Islam tersebut
juga mengandung isyarat-isyarat yang semuanya terbukti benar. Sejumlah fakta
ilmiah dan berita masa depan yang tak mungkin diungkap melalui penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi masa, dinyatakan dengan indah dalam ayat-ayatnya.
Meskipun pokok bahasan yang dicakupnya sangat luas, tetapi Al-Qur'an
terbebas dari segala kesalahan. Terdapat banyak pengungkapan yang disampaikan
secara ringkas dan padat dalam Al-Qur'an, sehingga kita harus menggunakan ilmu
pengetahuan yang dikumpulkan selama ribuan tahun agar dapat memahami makna
tersembunyi di dalamnya. Sebuah contoh, ayat yang berkaitan dengan penciptaan dan
perkembangan alam semesta. Hanya dengan jasa teleskop supercanggih, mikroskop
modern, observasi sistematis, analisis computer, sumber daya riset yang besar, serta
dana yang tak terhingga banyaknya, barulah kita dapat mengetahuinya sekarang.
Kita pun menyaksikan bahwa penemuan-penemuan mutakhir yang telah
dicapai sains modern kini ternyata telah diungkap oleh Al-Qur'an 1.500 tahun
sebelumnya. Di sinilah terletak kemukjizatan ilmiah Al-Qur'an (al-i'jaz al- 'ilmî fi al-
Qur'ân). Informasinya disajikan dalam format yang berbeda dari buku-buku sains,
seperti fisika, kimia, biologi, atau astronomi. Al-Qur'an mengikuti garis lurus dalam
menyampaikan informasi. Sementara ilmu yang disampaikan buku-buku sains kepada
kita diperoleh setelah akumulasi data yang sangat lama. Sumber Al-Qur'an adalah
Sang Pencipta alam semesta. Dia tidak membutuhkan akumulasi pengetahuan karena
Dia Maha Tahu segala sesuatu. Sementara buku sains dimaksudkan untuk
menunjukkan tesis yang diajukan serta hal-hal yang menjadi rujukan.
Fakta bahwa informasi pokok tentang alam semesta dalam Al-Qur'an
ditakdirkan untuk tersingkap setelah selang waktu lebih dari satu millennium, bahwa
pernyataan yang berhubungan dengan pelbagai masalah ilmiah dan tidak satu pun
mengandung kesalahan. Memperlihatkan bahwa Al-Qur'an adalah firman Sang
Pencipta semesta. Berbeda dengan risalah ilmiah yang berusaha menemukan jawaban
atas pertanyaan "mengapa" dan "bagaimana." serta mencari bukti-bukti nyata bagi
teori yang dikemukakan. Al-Qur'an justru mengeluarkan pernyataan akhir. Metode
ilmiah harus mengikuti jalur yang sudah baku sebelum menjadi sebuah postulat,
sedangkan Al-Qur'an membuat jalan yang langsung ke tujuannya.
Dewasa ini, deduksi kita berdasarkan pada pengamatan sistematis yang
dimungkinkan dengan bantuan teleskop super canggih, akumulasi data stronomis,
serta perhitungan dan evaluasinya.
Lalu, apa tujuan dari penelitian ini? Menurut Muhammad Kamil
Abdushshamad, tujuan kajian ilmu mukjizat Al-Qur'an (al-i'jaz al-'ilmi fi Al-Quran)
adalah untuk memperluas cakupan fakta ayat-ayat Al-Qur'an. sebuah. Kemudian
memperdalam makna-makna yang terkandung di dalamnya, hingga mengakar dalam
jiwa dan pemikiran manusia dengan mengambil hikmah dari eksplorasi ilmu
pengetahuan kontemporer yang tercakup dalam makna-makna tersebut. 10 Sementara
itu, Ibrahim Muhammad Sirsin berpendapat bahwa kajian mukjizat ilmiah Al-Qur'an
bertujuan untuk memperdalam makna melalui proses analisis terhadap variabel-
variabel yang detail. Juga melalui perbandingan mendalam atas kritik para ahli yang
profesional di bidangnya, serta peneliti alam dan kehidupan di berbagai disiplin ilmu.
C. Sains Modern
Secara teoritik, sains adalah ilmu pengetahuan yang didapat melalui riset
empirik yang memenuhi kriteria: ada objek, metodologi dan sistematika. Menurut
Osman Bakar, sains modern adalah model pengkajian alam semesta yang
dikembangkan oleh para filosof dan ilmuan Barat sejak abad ketujuh belas, termasuk
seluruh aplikasi praktisnya di wilayah teknologi. Secara signifikan, kurang dari empat
abad setelah kelahirannya, sains modern tiba-tiba berada dalam keadaan yang sangat
kritis, paling tidak berkenaan dengan pondasi filosofisnya."
Kemunculan sains modern tidaklah terlepas dari pengaruh sains Islam yang
telah lahir terlebih dahulu. Sains Islam merupakan faktor terpenting bagi kelahiran
dan pertumbuhan sains Modern. Dalam perkembangan berikutnya, sains modern
melepaskan diri dari sains Islam dan mengalami sekularisasi dengan menyeterilkan
ilmu pengetahuan dari unsur-unsur keislaman. Menurut Osman Bakar (2008: 331),
sejak sains modern Eropa ini berkembang selama empat abad terakhir melalui apa
yang oleh sejarahwan sains Barat abad kedua puluh disebut sebagai "revolusi
saintifik, ia memisahkan diri dari sains Islam, mengambil suatu semangat penelitian
yang baru dan sikap-sikap filosofis yang baru terhadap pengetahuan, dan pandangan
dunia religius.
BAB III
KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN TENTANG ASTRONOMI DALAM PERSPEKTIF
SAINS MODERN
A. Prinsip-prinsip Astronomi
Astronomi berasal dari kata Yunani artinya bintang (star), atau bintang di
langit (heavenly body). Astronomi, yang dalam khazanah pengetahuan Islam dikenal
dengan ilmu falak ini, merupakan ilmu yang mempelajari tentang benda-benda langit,
matahari, bulan, bintang, dan planet- planetnya." Asal usul, evolusi, sifat fisik dan
kimiawi benda- benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar bumi), juga proses yang
melibatkan mereka. Dengan kata lain, astronomi adalah ilmu yang berkaitan dengan
pergerakan, penyebaran, dan karakteristik benda-benda langit.
Pengetahuan mengenai astronomi awalnya merupakan pengamatan atas
pergerakan benda langit yang dilakukan secara berulang-ulang dengan mata telanjang.
Pengamatan ini dimulai sejak ± 3.000 tahun SM (sebelum masehi) di Kerajaan
Babylonia yang terletak di antara sungai Tigris dan Efrat (kini sebelah selatan Irak).
Para ahli Kerajaan Babylonia menemukan 12 gugusan besar bintang-bintang di
cakrawala yang mereka bayangkan sebagai satu lingkaran. Setiap gugusan bintang
(zodiac) akan berlalu setelah 30 hari. Setiap satu bagian mereka namakan derajat (°).
Penemuan mereka tentang gugusan bintang ini, melahirkan ilmu geometri dan
matematika, ilmu ukur, dan ilmu hitung. Dengan menghitung jalan bulan, dihasilkan
hari, dengan menghitung jalan matahari, dihasilkan tanggal, bulan, serta tahun. Dari
sini, lahirlah ilmu penanggalan.
Penelitian astronomi hampir berhenti pada abad pertengahan.16 Kecuali
penelitian yang dilakukan oleh para astronom Arab. Pada akhir abad ke-9 astronom
Muslim, Al-Farghani (Abu al-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani)
banyak menulis tentang pergerakan benda langit. Karyanya diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin pada abad ke-12. Pada akhir abad ke-10, sebuah observatorium yang
sangat besar dibangun di dekat Teheran Iran oleh Al-Khujandi. Seorang astronom
yang mengamati rangkaian transit meridian Matahari, yang memungkinkannya
menghitung sudut kemiringan gerhana. Di Persia, Umar Khayyam (Ghiyath al-Din
Abu al-Fath Umar ibn Ibrahim al-Nisaburi al-Khayyami) menyusun banyak tabel
astronomi dan melakukan reformasi kalender yang lebih tepat dari Kalender Julian
dan mirip Kalender Gregorian. Kebudayaan Islam pun tampil sebagai center of
excellence di semua bidang, termasuk ilmu astronomi.
Dalam khazanah intelektual Islam klasik, ilmu falak merupakan salah satu ciri
kemajuan peradaban Islam. Namun dalam perjalanannya ilmu falak hanya mengkaji
persoalan-persoalan ibadah, seperti arah kiblat, waktu shalat, awal bulan, dan
gerhana.¹" Dr. Yahya Syami dalam bukunya Ilmu Falak Safhat Min at-Turats al-
Arabiy wa al-Islamiy, memetakkan sejarah perkembangan Ilmu Falak menjadi dua
fase, yaitu fase pra-Islam (Mesir Kuno, Mesopotamia, Cina, India, Perancis, dan
Yunani) dan fase Islam.18
Fase Islam ditandai dengan proses penerjemahan karya- karya monumental
dari bangsa Yunani ke dalam bahasa Arab. Karya-karya bangsa Yunani yang sangat
mempengaruhi perkembangan falak di dunia Islam adalah The Sphere in Movement
(Al-Kurrah al-Mutaharrikah) karya Antolycus, Ascentions of The Signs (Matali' al-
Buruj) karya Aratus, Introduction to Astronomy (Al-Madkhal ila Ilmi al-Falak) karya
Hipparchus, dan Almagesty karya Ptolomeus.
Di Indonesia, ilmu astronomi juga berkembang pesat. Ulama yang pertama
kali terkenal sebagai ahli astronomi Indonesia adalah Syekh Taher Jalaluddin al-
Azhari (1286H-1377H/1869M-1957M).25 Dengan karyanya antara lain Hakikat
Berhitung dalam Menentukan Lima Masa, Natijatul Ummi. Selain Syekh Taher
Jalaluddin, pada masa itu juga terdapat tokoh-tokoh ilmu astronomi yang sangat
berpengaruh, seperti Syekh Akhmad Khatib Minangkabau.26 Karya-karyanya di
bidang astronomi antara lain Al-Jawahir an-Naqiyah fi A'mal al-Jaibiyah, dan Raudah
al-Husab fi 'llmi al-Hisab, Ahmad Rifa'i, dan KH. Sholeh Darat. Kemudian
dilanjutkan oleh KH. Ahmad Dahlan.27 Syekh Muhammad Djamil Djambek (1826-
1947) dengan karyanya Diya'al Nirin fi Ma Yata'allaqu bil Kawakibin, rangkaian
tabel perhitungan waktu.
Sebenarnya, kebudayaan masyarakat Indonesia pun sejak dahulu kala sudah
menaruh perhatian kepada langit. Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki membuat
kebanyakan pengamatan dilakukan hanya untuk keperluan astrologi. 30 Pada saat
pengamatan terhadap langit ketika itu lebih digunakan untuk keperluan pertanian dan
pelayaran. Dalam masyarakat Jawa, misalnya, dikenal istilah pranatamangsa, yaitu
ramalan musim yang didasarkan pada gejala-gejala alam dan umumnya berhubungan
dengan tata letak bintang di langit.
Nama-nama asli daerah untuk penyebutan objek-objek astronomi juga
memperkuat fakta, bahwa pengamatan langit telah dilakukan oleh masyarakat
tradisional sejak lama. Lintang Waluku misalnya, sebutan masyarakat Jawa
tradisional untuk menyebut tiga bintang dalam sabuk Orion. la digunakan sebagai
pertanda dimulainya musim tanam. Gubuk Penceng, nama lain untuk rasi Salib
Selatan, digunakan nelayan Jawa tradisional dalam menentukan arah selatan. Joko
Belek, merupakan sebutan untuk planet Mars. Sementara Lintang Kemukus adalah
sebutan untuk komet. Dan sebuah bentangan nebula raksasa dengan fitur gelap di
tengahnya, mereka sebut Bima Sakti.
B. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Astronomi
Lebih dari 750 ayat Al-Qur'an yang membahas tentang fenomena alam yang
menjadi objek kajian ilmiah. Dan lebih dari 40 ayat Al-Qur'an yang menjelaskan
tentang Astronomi.
1. Salah satu Ayat tentang penciptaan Langit dan Bumi
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan langit dan bumi dan segala
yang ada di antara keduanya dalam enam masa, dan Kami tidak mengalami
kelelahan sedikit pun” (QS. Qaf [50]: 38).
“Sesungguhnya Tuhanmu adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di ‘Arsh. Dia menutupi malam untuk
siang berikutnya dengan cepat, dan (Dia juga menciptakan) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk pada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Tuhan. Maha Suci Tuhan, Tuhan
semesta alam." (QS. Al-A'raf [7]: 54).
2. Salah satu ayat tentang penciptaan Galaksi dan Bintang
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan langit dari gugusan bintang
(di langit) dan Kami menghiasi langit bagi orang-orang yang memandang
(kepada-Nya).” (QS. Al-Hijr [15]:16)
“Tidak tahukah kamu, bahwa segala sesuatu yang ada di langit, yang ada
di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pepohonan, binatang-binatang yang
bergerak dan sebagian besar manusia bersujud kepada Allah? telah disiksa
atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan oleh Allah, maka tidak ada
seorangpun yang akan memuliakan dia. Sesungguhnya Allah melakukan apa yang
dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Haj [22]:18).
3. Salah satu ayat tentang penciptaan Matahari dan Bulan
“Dan matahari berjalan pada tempat peredarannya. Demikianlah
ketetapan Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui. Dan Kami tetapkan bagi
bulan manzilah-manzilah, hingga (setelah ia mencapai manzilah yang terakhir)
Dia kembali seperti sekumpulan tua .Tidak mungkin matahari menemukan bulan
dan malam tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada
peredarannya.” (QS. Yasin [36]:38-40).
“Maha Suci Allah yang menciptakan gugusan bintang di langit dan Dia
juga menciptakan di dalamnya matahari dan bulan yang bersinar.” (QS. Al-
Furqan [25]:61).
“Kemudian ketika dia melihat bulan terbit, dia berkata: “Inilah
Tuhanku”. Namun setelah bulan terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika
Tuhanku tidak memberi petunjuk padaku, niscaya aku termasuk orang-orang
yang sesat." (QS. Al-An'am [6]:77).
BAB IV
AL-QUR’AN BERTUTUR TENTANG ALAM RAYA (MAKROKOSMOS)
A. Sistem tata surya
Tata surya terdiri dari Matahari, Sembilan Pelanet, dan benda langit seperti
Asteroid, komet, dan satelit. Planet-planet berevolusi mengelilingi matahari dengan
orbit elips. Beberapa planet memiliki satelit. Satelit-satelit ini berputar mengelilingi
planet-planet dan bersama-sama dengan planet-planet mengelilingi matahari. Jadi tata
surya merupakan sistem perputaran yang berpusat pada matahari.
Ada dua teori tentang system tata surya
1. 1. Sistem Ptolomeus menempatkan bumi sebagai pusat peredaran planet-
planet dan matahari. Sistem seperti ini disebut sistem Geosentrik.
2. Sistem Copernicus67 menempatkan matahari sebagai pusat tata surya.
Sistem ini disebut Heliosentrik. 68 Secara konseptual Tata surya menurut
Copernicus lebih sederhana dari pada model Ptolomeus. Di dalam model
ini, Copernicuus menyatakan dengan tepat bahwa makin jauh sebuah
planet dari matahari, maka jalannya (planet) semakin lambat. Teori
Copernicus ini didukung ole hasil penelitian para pakar lainnya
diantaranya Galileo Galillei (972-1052 H/ 1564-1642 M), Tycho Brache
(953-1010 H/1546-1601 M) dan Johannes Kepler (979-1040 H/ 1571-1630
M).
B. Rahasia dibalik sumpah Allah SWT dengan tempat beredarnya Bintang
Terdapat bukti ilmiah tentang Sumpah Al-Qur'an pada tempat beredarnya
bintang-bintang, seperti letak bumi yang termasuk tempat yang sangat sesuai dalam
penempatannya karena beberapa alas an.
Studi tentang tempat beredarnya bintang-bintang merupakan studi yang
memiliki rahasia yang mendalam. Sementara para ilmuwan masih belum mampu
menelitinya. Seorang astronom, James Jeans, berkata: "Studi tentang letak beredarnya
bintang-bintang akan memberikan kita kunci pemandangan terindah yang dilihat oleh
mata manusia. Juga akan memungkinkan kita untuk memandang ke langit yang luas
dan menakjubkan. Sehingga kita memahami arti-arti yang tidak kita pahami.
arena jarak yang memisahkan bintang dengan bumi kita ini sangat jauh sekali,
maka ia sama sekali tidak dapat kita lihat dari permukaan bumi dengan cara dan alat
apapun. Semua yang dapat kita lihat hanya posisi yang pernah dilaluinya, lalu
menghilang. Baik karena geraknya sangat cepat kilat atau meledak atau bercerai berai
atau redup dan sirnanya. Matahari sebagai bintang yang paling terdekat dengan bumi
mempunyai jarak kurang lebih 150.000.000 km. Jika dari posisi tertentu, sinar
terpancar dari matahari merambat dengan kecepatan kira-kira 300.000 km perdetik,
maka sinar tersebut akan sampai ke bumi setelah memakan waktu kira- kira 8 menit
20 detik. Sementara matahari bergerak dengan kecepatan kira-kira 19 km perdetik
menuju bintang Vega. Maka matahari telah menjauh kurang lebih 10.000 km dari
posisi, dimana sinar terpancar darinya.
Setelah matahari, bintang yang terdekat dengan bumi adalah "Nearest
Centauri" yang cahayanya sampai ke bumi dengan memakan waktu 4.3 tahun sejak
lepasnya dari bintang tersebut atau setelah lebih dari 50 bulan, dimana bintang
tersebut telah menjauh dengan jarak kurang lebih jutaaan km dari posisi, dimana sinar
terpancar daripadanya.
Demikanlah, maka bagi kita yang berada di atas permukaan bumi sama sekali
tidak akan melihatnya, tapi kita dapat melihat gambar bintang kuno yang bertolak dari
posisi yang dilaluinya. Posisi ini berubah dari waktu ke waktu dengan kecepatan yang
sejalan dengan kecepatan gerak orbitnya dan rata-rata perluasan kosmos, dan jarak
berbagai galaksi dengan kita, yang geraknya ada yang mendekati kecepatan cahaya.
Bintang terjauh di dalam tata galaksi kita, cahayanya sampai kepada kita setelah
80.000 tahun sejak waktu terpancar dari bintang tersebut, semenatara ada bintang jauh
yang cahayanya sampai kepada kita setelah milyaran tahun. Jarak sangat jauh ini
selalu bertambah seiring zaman, karena berlanjutnya jarak saling menjauh antar
bintang sesuai dengan fenomena perluasan kosmos. Bintang di langit yang berkelap-
kelip di malam bumi, bisa saja telah meledak dan sirna atau redup dan menghilang
sejak milyaran tahun, karena sinar terakhir terpancar dari bintang sebelum meledak
belum sampai kepada kita, sementara sinar yang datang daripadanya merupakan masa
lalu yang diperkirakan sejak milyaan tahun yang silam.
BAB V
ALQUR’AN BERTUTUR TENTANG MATAHARI
Al-Quran telah mengisyaratkan bahwa matahari senantiasa dalam kondisi bergerak
dan berjalan dalam garis edarnya hingga akhirnya sampai di tempat awal ia bergerak. Fakta
ini baru dicapai oleh ilmu pengetahuan pada awal abad ke-19. Hal ini mematahkan pendapat
yang mengatakan bahwa matahari itu diam di tempatnya. Padahal ia bergerak mengelilingi
pusat galaksi berserta anggota tata surya. Allh SWT berfirman:
“Dan matahari bergerak pada orbitnya, demikianlah ketetapan Yang Maha Kuasa lagi Maha
Mengetahui.” (QS.Yasin [36]:38)
“Allahlah yang meninggikan langit tanpa tiang (seperti yang kamu lihat), lalu Dia
bersemayam di atas Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar
hingga waktu yang telah ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), jelasnya tanda-
tanda (kebesaran-Nya), agar kamu beriman akan pertemuan (kamu) dengan Tuhanmu.” (QS.
Ar-Ra'du [13]:2).
"Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului
siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya." (QS. Yasin [36]:40)
Matahari adalah bola gas berpijar yang menyala terang. Usia matahari sekitar 5 miliar
tahun. Diameternya lebih dari 1,3 juta km. Bulatan matahari 325 kali bulatan bumi. Beratnya
mencapai 332 kali berat bumi. Temperatur di pusat matahari mencapai 15 juta sampai 20 juta
derajat Celcius, sedangkan pada bagian permukaannya tercatat 60.000 derajat Celcius.
Struktur matahari pada dasarnya terdiri; 1). Inti (core), 2). Zona Radiatif (radiation zone), 3).
Zona Konvektif (convection zone), 4). Fotosfer (photosphere), 5). Kromosfer
(chromospheres) 6). Granulasi (granulation), 7). Filamen (filament), 8). Fakula (faculae), 9).
Spikul (spikuce), 10). Noda Hitam (sunpot), 11). Prominensa (prominence), dan 12). Korona
(corona).
Apa penjelasan ilmiah mengenai gerakan matahari ini? Matahari adalah bintang biasa
yang terletak di sepertiga terluar tepi galaksi Bima Sakti. Seperti yang disebutkan dalam
Encyclopedia Americana, matahari berputar dengan kecepatan 220 km/detik mengelilingi
pusat galaksi Bima Sakti yang berjarak 2,7 X 1017 km dari matahari bersama dengan planet-
planet yang mengikutinya. Matahari memerlukan waktu 250 juta tahun untuk menempuh satu
kali putaran (mengelilingi pusat galaksi).
"Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului
siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS. Yasin [36]:40).
Pertanyaannya, dimanakah al-mustaqarr (batas akhir yang menjadi tempat menetap)
matahari yang disinggung di dalam surah Yasin (36) ayat 38 itu?
Para ilmuwan Astronomi memperkirakan bahwa matahari akan terus berputar sampai
bahan bakar dan energinya habis lalu padam. Inilah makna ilmiah al-mustaqarr yang
diberikan oleh para ilmuwan. Ditambah lagi dengan sebuah penemuan pada abad ke-20
bahwa bintang-bintang (termasuk di dalamnya matahari), seperti halnya makhluk- makhluk
lain, mengalami proses lahir, tumbuh dewasa, tua, kemudian mati. Para ilmuwan Astronomi
di Badan Antariksa NASA menyebutkan bahwa jika matahari kehabisan energi, ia akan
masuk ke dalam bintang Katai kemudian mati. Dengan matinya matahari, kemungkinan
kehidupan di planet bumi pun akan lenyap. Hanya saja, waktu terjadinya hal itu hanya
diketahui oleh Allah SWT yang berfirman dalam kitab suci- Nya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang Hari Kiamat: “Kapankah terjadinya?” Katakanlah:
“Sesungguhnya ilmu tentang Hari Kiamat ada di sisi Tuhanku; tidak ada yang dapat
menjelaskan waktu kedatangannya kecuali Dia. Kiamat itu sangat dahsyat (kekacauan bagi
makhluk) di langit dan di bumi. Tidak akan datang kepadamu kiamat kecuali secara tiba-
tiba.” Mereka bertanya kepadamu seolah-olah kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:
“Sesungguhnya ilmu tentang Kiamat itu ada di sisi Allah, namun kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya.” (QS. Al-A'raf [7]:187).
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyebutkan bahwa matahari berputar
(berotasi) searah dengan rotasi bumi dan rotasi Carrington (Carrington Rotation) karena
dinisbatkan kepada Richard Christopher Carrington. Astronom yang pertama kali mengamati
berputarnya bintik matahari (sunspot) sekali dalam setiap 27, 28 (27.2753) hari.

Anda mungkin juga menyukai