Anda di halaman 1dari 47

i

MANAJEMEN KEBIDANAN KELUARGA NY.S DENGAN


KURANGNYA PEMAHAMAN IBU TENTANG HIPERTENSI DI DUSUN
NAMPU KIDUL RT 001 / RW 004 KELURAHAN SANGUBANYU
KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO

Laporan Individu Praktek Kebidanan Komunitas

Disusun oleh :

Nama : Umi Kultsum


NIM : 122019021

INSTITUT TEKNOLOGI BISNIS DAN KESEHATAN


BHAKTI PUTRA BANGSA INDONESIA
TAHUN 2022

i
ii

MANAJEMEN KEBIDANAN KELUARGA IBU S DI DUSUN NAMPU


KIDUL RT 001/RW 004KELURAHAN SANGUBANYU
KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO

Laporan Individu Praktek Kebidanan Komunitas ini Telah Disetujui


Tanggal Maret 2022

Mengesahkan

Koord Praktik Kebidanan Komunitas


Institut Teknologi Bisnis dan Kesehatan
Pembimbing,
Bhakti Putra Bangsa Indonesia

Nur Sholichah S.Si.T,M.Kes


Tri Puspa Kusumaningsih,S.S.T.,M.Kes
NIPY. 01032012047
NIPY.01062011041

Mengetahui

Rektor
Institut Teknologi Bisnis dan Kesehatan
Bhakti Putra Bangsa Indonesia

Nurma Ika Zuliyanti,S.S.T.,M.Kes


NIPY. 20052008027

ii
iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
atas segala rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan KK Intensif yang berjudul “Manajemen Kebidanan Keluarga Ny.S
dengan kurangnya pengetahuan Hipertensi di Dusun Nampu Kidul RT 001 RW
004 Kelurahan Sangubanyu Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo”. Laporan
individu ini diajukan untuk memenuhi tugas Praktik Kebidanan Komunitas
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa Institut Teknologi Bisnis dan
Kesehatan Bhakti Putra Bangsa Indonesia.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan individu KK Intensif ini diantaranya
kepada :
1. Nurma Ika Zuliyanti, S.S.T., M.Kes, selaku rektor Institut Teknologi Bisnis
dan Kesehatan Bhakti Putra Bangsa Indonesia.
2. Tri Puspa Kusumaningsih, S.S.T., M.Kes selaku koordinator PKMD Institut
Teknologi Bisnis dan Kesehatan Bhakti Putra Bangsa Indonesia.
3. Nur Sholichah, S.Si.,T.M.Kes dosen pembimbing Askeb praktek kebidanan
komunitas Institut Teknologi Bisnis dan Kesehatan Bhakti Putra Bangsa
Indonesia.
4. Sutinah, Amd. Keb selaku pembimbing lahan praktek kebidanan komunitas
Institut Teknologi Bisnis dan Kesehatan Bhakti Putra Bangsa Indonesia.
5. Keluarga Ny.S yang bersedia menjadi responden selama pelaksanaan PKMD
di UPT Puskesmas Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo.
6. Orang tua yang selalu memberikan bantuan dan dorongan kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Purworejo, Maret 2021

Penyusun

iii
iv

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat /tenang (Kemenkes, 2021).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas 2018) prevalensi hipertensi
di Indonesia 34,1%, ini mengalami peningkatan dibandingkan prevalensi
hipertensi pada Riskesdas Tahun 2013 sebesar 25,8%. Diperkirakan hanya 1/3
kasus hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis, sisanya tidak terdiagnosis
(Kemenkes, 2021).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukan 1,13
milyar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang
terkena hipertensi, dan di perkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang
meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (Kemenkes 2019).
Menurut Rikesdas (2018) dalam Hidayat, dkk (2021) Prevalensi
Hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18
tahun sebesar 34,1% tertinggi di Kalimantan Selatan (44,1%), sedangkan
terrendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur
31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).
Prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 31,7% yang berarti ampir 1 dari 3
penduduk usia dari 18 tahun keatas menderita hipertensi. Berbagai faktor
terkait dengan genetik dan pola hidup seperti aktivitas fisik yang kurang,
asupan makanan asin dan kaya lemak serta kebiasaan merokok dan minum
alcohol berperan dalam melonjaknya angka hipertensi.
Berdasarkan data hasil Riskesdas 2018, prevalensi penduduk di Provinsi
Jawa Tengah dengan hipertensi sebesar 37,57 persen. Prevalensi pada

1
2

perempuan (40,17%) lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (34,83


persen). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi (38,11) dibandingkan
dengan pedesaan (37,01%) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2019).
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 22-25 Februari 2022 di Desa
Sangubanyu, terdapat 17 jiwa menderita penyakit hipertensi. Dari 17 jiwa, 7
jiwa diantaranya adalah warga RT 001 RW 004 Desa Sangubanyu. Dari data
tersebut penulis tertarik untuk mengkaji keluarga dengan hipertensi
mengingat hipertensi merupakan penyakit silent killer karena seringkali
penderita hipertensi bertahun-tahun tanpa merasakan suatu gangguan atau
gejala. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ
vital seperti jantung, otak ataupun ginjal.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. MANAGEMENT ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA


1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah suatu proses pendekatan terhadap keluarga yang
meliputi identifikasi data demografi, sosiokultural, lingkungan rumah,
struktur keluarga, fungsi keluarga, perkembangan keluarga, strategi yang
digunakan keluarga apabila stress, mekanisme koping, budaya hidup
sehat yang diaktualisasikan sehari-hari oleh keluarga. Sumber informasi
dapat dari wawancara keluarga, observasi, pemeriksaan fisik anggota
keluarga, data sekunder : hasil lab, pap smear, dsb
a. Data Umum
1) Nama KK
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan KK
4) Pendidikan KK
5) Komposisi keluarga
Tabel 1. Contoh Komposisi Keluarga

No Nama L/p Umur Hub dgn Pendidikan Pekerjaan Status


kk kesehatan

Genogram : gambarkan sesuai hubungannya


Standar simbol genogram
Keterangan Hubungan :

Menikah : Anak yang masih dalam kandungan :

3
4

Pisah : Abortus :

Cerai : Meninggal :

Anak kandung : Kembar :

Anak angkat : Tinggal dalam satu rumah :

Catatan :
a) Orang tua laki-laki selalu disisi kiri, orang tua perempuan selalu
di sisi kanan gemogram
b) Anak tertua selalu digambarkan di kiri, disusul anak berikutnya
c) Umur anggota keluarga ditulis pada simbol laki-laki/perempuan,
Contoh : 15 th

d) Tahun dan penyebab kematian ditulis disebelah symbo;l laki-


laki/perempuan
Contoh : 1988
15 th
DHF
6) Tipe keluarga
Menjelaskan tipe keluarga dan kendala/ masalah yang terjadi
berkaitan dengan jenis/ tipe keluarga tsb.
5

7) Tipe bangsa
Suku bangsa dan budaya yang terkait dengan kesehatan.
8) Agama
Agama yang dianut oleh keluarga dan kepercayaan yang
berhubungan dengan kesehatan. Jika ada anggota keluarga yang
berbeda agama sebutkan disini.
9) Status sosial ekonomi keluarga
Pendapatan baik dari KK maupun anggota keluarga. Kaji pila
kebutuhan yang dikeluarkan keluarga serta barang-barang yang
dimiliki yang menunjukan setatus sosial ekonom keluarga.
10) Aktivitas reaksi keluarga
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan anggota keluarga
b. Riwayat tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini : ditentukan dari anak
tertua keluarga inti
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi (kendalanya
mengapa belum terpenuhi) :
3) Riwayat kesehatan keluarga inti ; menjelaskan riwayat kesehatan
pada keluarga inti, riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota, perhatian terhadap pencegahan penyakit
(imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga serta pengalamannya terhadap sarana kesehatan
4) Riwayat keluarga lainnya ; riwayat kesehatan keluarga dari pihak
suami dan istri
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah ; luas rumah, tipe, jumlah, jumlah runga,
jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan, jenis
WC, jarak septik tank dengan sumur, sumber air minum yang
digunakan. Gambarkan denah rumah
6

2) Karakteristik tetangga dan komunitas ; kebiasaan setempat,


lingkungan fisik, aturan/ kesepakatan, budaya yang
mempengaruhi kesehatan
3) Mobilitas geografis keluarga ; kebiasaan berpindah tempat
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat ; waktu
yang digunakan keluarga untuk berkumpul perkumpulan
keluarga, sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki
untuk menunjang kesehatan (fisik, psikologis, atau dukungan dari
keluarga dan fasiitas sosial setempat)
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga : bahasa, waktu komunikasi, bentuk
komunikasi.
2) Struktur kekuatan keluarga ; kemampuan anggota keluarga baik
formal maupun informal
3) Struktur peran ; peran masing-masing anggota keluarga baik
formal maupun informal
4) Nilai atau norma keluarga ; nilai dan norma keluraga yang
berhubungan dengan kesehatan
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif ; gambaran diri anggota, perasaan saling memiliki,
menghargai, dukungan keluarga terhadap anggota lain
2) Fungsi sosial ; interaksi dalam keluarga, sejauh mana anggota
belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku
3) Fungsi perawatan kesehatan
a) Kemampuan mengenal masalah kesehatan
b) Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan yang
tepat
c) Kemampuan merawat anggota yang sakit, termasuk hamil,
nifas, merawat bayi dan balita
7

d) Kemampuan memelihara lingkunagan rumah yang sehat


e) Pengunaan fasilitas kesehatan di masyarakat
4) Fungsi reproduksi ; jumlah anak, perencanaan jumlah anak,
metode yang digunakan
5) Fungsi ekonomi ; sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan, papan, : sejauh mana keluarga memanfaatkan
sumber yang ada di masyarakat berdasarkan kondisi ekoniminya.
f. Stres dan koping keluarga
1) Stresor jangka pendek (< 6 bulan) dan stresor jangka panjang (> 6
bulan)
2) Kemampuan merespon terhadap situasi stresor :
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional ; apakah keluarga menggunakan
strategi adaptasi yang negatif
g. Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
h. Pemeriksaan fisik ; pada semua anggota keluarga dengan metode yang
sesuai dengan situasi/kondisi
2. DIAGNOSA KEBIDANAN
Diagnosa kebidanan komunitas yang dikembangakan ada tiga
komponen yaitu masalah, etiologi, serta tanda dan gejala. Diagnosa ini
bersifat potensial merupakan diagnose bahwa keluarga tersebut memiliki
potensi memadai untuk berkembang lebih baik.
a. Analisis masalah
Tabel 2. Contoh Analisis Data
DATA (S & O) PENYEBAB MASALAH
Kelompokan disini data- Tuliskan penyebab Pernyataan problem/
data yang saling dari munculnya masalahnya
berhubungan yang data S & O
merupakan manifestasi
adanya masalah.
Pengelompokan data
berdasarkan data subyektif
dan data obyektif
8

b. Perumusan Masalah
Komponen :
1) Masalah (problem) P, adalah suatu pernyataan tidak terpenuhi
kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota
(individu) keluarga.
2) Penyebab (etiologi) E, adalah suatu pernyataan yang dapat
menyebabkan masalah
3) Tana (Sign) S, adalah sekumpulan data subyektif dan obyektif
yang diperoleh dari keluarga secara langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab
4) Minimal harus ada 2 komponen yaitu P&E dalam diagnose
Tipologi diagnosa keperawatan keluarga :
1) Diagnosa aktual
2) Diagnosa resiko/resiko tinggi
Tabel 3. Contoh tipologi diagnosa keperawatan keluarga

DIAGNOSA CONTOH
AKTUAL 1. Kurang nutrisi pada anak W
Adalah masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketidak
sedang dialami keluarga dan tahuan keluarga tentang
memerlukan bantuan dengan pemberian nutrisi pada balita
cepat 2. Perubahan peran menjadi
orang tua tunggal (single
parent) pada Tn.M yang b/d
ketidak mampuan keluarga
mengenali masalah peran
orang tua tunggal setelah
istrinya meninggal.
RESIKO/RESTI 1. Resiko terjadinya kelahiran
Adalah masalah yang belum prematur, bayi kecil. Penyulit,
terjadi, tetapi masalah actual persalinan/nifas pada NY.A
dapat terjadi dengan cepat b/d kondisi anemia sedang
apabila tidak segera mendapat yang dialami
bantuan/ ditangani 2. Resiko tinggi gangguan
9

perkembangan balita pada


An.U yang b/d ketidak
mampuan keluarga stimulasi
pada balita

c. Penentuan prioritas dan skoring


Skoring dilakukan apabila ditemukan diagnosis lebih dari satu,
proses scoring menggunakan skala yang dirumuskan oleh ballon &
maglaya (1978)
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosis, yang terdiri dari :
a. Tentukan sekornya untuk setiap criteria
b. Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
Skor yang diperoleh BOBOT
Skor tertinggi
c. Jumlahkan sekor untuk semua kriteria
Tabel 4. Skoring masalah

NO KRITERIA SKOR BOBOT


1. Sifat masalah
Skala ;
a) Tidak/kurang sehat 3 1
b) Ancaman 2
c) Keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah
dapat diatasi
Skala ; 2 2
d) Mudah 1
e) Sebagian 0
f) Tidak dapat
3 Potensial masalah untuk
dicegah
Skala ;
g) Tinggi 3 1
h) Cukup/ 2
i) Randah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala :
j) Masalah berat, harus 2 1
segera ditangani
10

k) Ada masalah, tetapi 1


tidak perlu segera ditangani
l) Maslaha tidak 0
dirasakan
(Balion&maglaya, 1978)
d. Untuk prioritas sesuai dengan kriteria skala :
Untuk kriteria skala ;
a) Untuk kriteria pertama (sifat masalah), prioritas utama diberikan
pada tidak/kurang sehat karena perlu segera dan biasanya masalah
disadari oleh keluarga.
b) Untuk kriteria kedua (kemungkinan masalah dapat diatasi) perlu
diperhatikan dalam menentukan skor :
(1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan
yang dapat dilakukan untuk menangani masalah
(2) Sumber daya keluarga ; fisik, keuangan , tenaga
(3) Sumber daya petugas kesehatan ; pengetahuan, ketrampilan
dan waktu
(4) Sumber daya masyarakat ; fasilitas kesehatan, organisasi
masyarakat, dan dukungan sosial masyarakat
c) Untuk kriteria ketiga (potensial masalah untuk dapat dicegah
perlu diperhatikan:
(1) Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit
(2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan penyakit
(3) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak
aktual dan menjadi parah
d) Untuk kriteria keempat (menonjolnya masalah), kita perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah keperawatan
tersebut.
3. PERENCANAAN TINDAKAN
Perencanaan tindakan mencakup perumusan tujuan yang didasarkan
pada masalah, dilengkapi denhan kriteria mengacu pada penyebab, serta
merumuskan rencana tindakan yang berorientasi pada kriteria tujuan.
11

Rencana tindakan pada keluarga meliputi :


a. Menstimulasi kesadaran/ penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan, dengan cara : memberikan informasi ; mengidentifikasi
kebutuhan keluarga, mendorong sikap keluarga untuk mendukung
upaya kesehatan.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara : mengidentifikasi konsekuensi bila tidak melakukan,
mengidentifiksi sumber yang dimili keluarga, diskusikan tentang tipe
tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan cara ; demonstrasi menggunakan alat dan fasilitas
dirumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk memelihara (modifikasi) lingkungan.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatlkan fasilitas kesehatan yang
ada di sekitar.
Hal penting dalam menyusun rencana :
a. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka
waktu yang sesuai dengan kondisi klien.
b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan
diobservasi dengan panca indera yang obyektif.
c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang
dimiliki oleh keluarga dan mengarah ke kemandirian klien sehingga
tingkat ketergantungan dapat diiminimalisasi.
4. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini bidan diharapkan tidak melakukan tindakan sendiri,
melainkan bekerjasama dengan keluarga, tim lain, melakukan kontak, agar
keluarga mempunyai kesiapan fisik dan psikis. Materi dan media yang
disediakan akan diberikan sesuai dengan rencana implementasi jangan
sampai lupa.
5. EVALUASI
12

a. Evaluasi respon ; keluarga terhadap tindakan bidan perlu dilakukan


segera setelah melakukan suatu tindakan. Evaluasi respon ini dapat
ditulis pada kolom sebelah kanan pada form implementasi

b. Evaluasi hasil/pencapaian tujuan menggunakan metide SOAP :


S : Hasil pengkajian terhadap data subyektif berupa ungkapan
perasaan an keluhan yang dirasakan oleh keluarga
O : Hasil pengkajian data obyektif yang dapat diidentifikasi oleh
bidan melaluai pengamatan dan pemeriksaan
A : Merupakan analisa bidan setelah mengetahui respon subyektif
dan obyektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria tujuan
P : Adalah perencanaan selanjutnya setelah bidan melakukan
Analisa
B. MANAGEMENT KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam
masyarakat. Secara historis, keluarga terbentuk paling tidak dari satuan
yang merupan organisasi terbatas dan tidak memiliki ukuran yang
minimum, terutama dari pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan
suatu ikatan. Dengan kata lain keluarga tetap merupakan bagian dari
masyarakat total yang lahir dan berada dalam masyarakat yang secara
berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya
mereka kearah pendewasaan.
Sedangkan menurut Bailon dan Maglaya (1978) dalam Senja dan
Prasetyo (2019) keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah; hubungan perkawinan; atau
pengangkatan; dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berintraksi
satu sama lain dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan.
Menurut Kemenkes (2016), mendefinisikan keluarga sebagai unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
13

orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah atu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :


a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang terkait oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi
b. Umumnya tinggal dan hidup bersama atau jika terpisah tetap saling
memperhatikan
c. Anggotanya saling berinteraksi
d. Masing-masing mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak,
adik, ibu, bapak, dsb
e. Mempunyai tujuan yaitu
1. Menciptakan dan mempertahankan budaya, dan
2. Meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial
anggotanya
2. Tipe Keluarga
Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Bidan perlu mengetahui berbagai tipe keluarga agar dapat
mengenal dan mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
drajat kesehatannya. Menurut Mubarak, dkk (2009) dalam Senja dan
Prasetyo (2019) Ada beberapa tipe keluarga sebagai berikut :
a. Keluarga inti/nuclear family rumah tangga terdiri dari ayah, ibu dan
anak (kandung/angkat)
b. Keluarga besar/extended family keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
keponakan, paman, dsb.
c. Reconstitutad nuclear pembentukan keluarga baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam satu rumah
dengan anak-anaknya baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun
hasil perkawinan baru.
14

d. Ageing Couple (keluarga usia lanjut) suami-istri dimana anak-


anaknya sudah meningalkan rumah karena sekolah/ perkawinan/
bekerja
e. Keluarga “dyadic” terdiri dari suami dan istri tanpa anak
f. Single parent terdiri dari satu orangtua (ayah/ibu) karena
perceraian/kematian pasangannya dan anak (kandung/angkat) yang
dapat tinggal serumah / di luar rumah
g. Single adulth hanya terdiri dari seorang dewasa, tinggal sendiri
h. Dual carrier suami-istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak
i. Commuter merried suami-istri atau keduanya orang karier dan
tinggal terpisah, keduanya saling bertemu pada waktu tertentu
j. Three generation tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah
k. Institusional anak-anak atau orang dewasa yang tinggal dalam satu
panti
l. Communal family satu rumah terdiri dari dua atau lebih keluaga
(tanpa pertalian darah) dengan anak-anaknya dan bersama-sama
dalam penyediaan/penggunaan fasilitas
m. Cohibing couple satu pasang yang tinggal bersama tanpa perkawinan
3. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilkau dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang
terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan sosialnya.
b. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peran
15

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,


disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
c. Anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
4. Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada selapan tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada didalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggota sesuai dengan
kedudukannya masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Mengembangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
5. Fungsi Keluarga Menurut Friedman (1988)
a. Fungsi Afektif
1) Berhubungan dengan fungsi interna keluarga, merupakan basis
kekuatan keluarga
2) Anggota keluarga mempunyai gambaran dari yang positif,
perasaan dimiliki, perasaan berarti, mendapat kasih sayang,
dukungan dan penguatan yang semuanya dipelajari dan
dikembangkan melelui interaksi keluarga
3) Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial
4) Tampak dari kebahagiaan / kegembiraaan dari seluruh anggotanya
5) Merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan
keluarga
b. Fungsi sosialisasi
1) Keluarga merupakan tempat individu melakukan sosialisasi sejak
lahir, termasuk internalisasi norma/nilai yang sesuai bagi setiap
individu sesuai dengan tahap perkembangannya
16

2) Anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, perilaku


melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu
berperan di masyarat
c. Fungsi reproduktif
Untuk memenuhi kebutuhan seperti makanan, pakaian, rumah,
maka keluarga fungsi ini sedikit terkontrol. Disisi lain banyak
kelahiran yang tidak diharapkan sehingga lahirlah keluarga baru
dengan satu orang tua.
d. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan seperti makanan, pakaian, rumah,
maka keluarga membutuhkan sumber keuangan. Fungsi ini sulit
dipenuhi oleh keluarga miskin
e. Fungsi perawatan kesehatan
Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi.
6. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Berikut
akan diuraikan tahap-tahap perkembangannya:
a. Tahap I, Pasangan baru/keluarga baru (beginning family)
Dimulai saat masing-masing individu membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah
Tugas perkembangan pada tahap ini :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
sosial
4) Merencanakan anak/KB
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orang tua
b. Tahap II, Keluarga child-bearing/mengasuh anak
17

1) Keluarga menantikan kelahiran (hamil) sampai lahirnya anak


pertama dan berlangsung sampai anak pertamanya berusia 30
bulan (2,5 tahun). Pada tahap ini sering terjadi perubahan besar
dalam keluarga karena pasangan harus beradaptasi dengan
perananya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Kadang pasangan
merasa diabaikan karena perhatian terfokus pada bayi, suami
merasa belum siap atau istri belum siap menjadi ibu.
2) Tugas perkembangan :
a) Persiapan menjadi orang tua
b) Membagi peran dan tanggung jawab
c) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana
rumah yng menyenangkan
d) Mempersiapkan biaya
e) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
f) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi
g) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
c. Tahap III, Keluarga dengan anak prasekolah
Dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun hingga anak berusia 5
tahun.
Tugas perkembangan :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti : tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisai
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
yang lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap
paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
18

7) Meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan stimulasi tumbuh


kembang anak
d. Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (Famillies with scoll
children)
1) Saat anak tertua measuki sekolah pada usia 6 tahun hingga 12
tahun
2) Umumnya keluarga sangat sibuk, selain aktivitas sekolah,
masing-masing anak memiliki aktivitas sendiri demikian pula
orang tua
3) Keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan
4) Tugas perkembangan :
a) Memberikan perhatian pada kegiatan sosial anak, pendidikan
dan semangat belajar
b) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan
c) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual
d) Menyediakan aktifitas untuk anak
e) Menyesuaikan dengan aktivitas komuniti dengan
mengikutsertakan anak
e. Tahap V, Keluarga dengan anak remaja (Famillies with teenagers)
1) Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berahr
sampai usia 10/20 tahun
2) Tujuan keluarga ; melepas anak renaja dan memberi tanggung
jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa
3) Sering muncul konflik orang tua- remaja
4) Tugas perkembangan keluarga :
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab mengingat remaja sudah mulai tambah dewasa dan
b) Meningkat otonominya
19

c) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga


d) Mempertahankan komunikasi terbukan antara anak dan orang
tua, menghindari perdebatan dan kecurigaan dan permusuhan
e) Perubahan sistem peran dan peraturan tumbuh kembang
keluarga
f. Tahap VI, Keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (Launcing
center families)
1) Dimulai saat anak pertama meninggalkan rumah dan lamanya
tergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika ada anak
yang belum berkeluarga tetap tinggal bersama ornag tua
2) Tujuan utama keluarga ini : mengorganisai kembali keluarga
untuk tetap berperan dalam melepas anak untuk hidup mandiri.
3) Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan
merasa kosong karena anak sudah tidak lagi tinggal serumah.
4) Tugas perkembangan :
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b) Mempertahankan keintiman pasangan
c) Membantu orang tua suami/istri yang sakit dan memasuki
masa tua
d) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anak
e) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
f) Berperan suami-istri, kakek-nenek
g) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh
bagi anak-anaknya
g. Tahap VII, Keluarga usia pertengahan (Middle age famillies)
Dimulai saat anak terahir meninggalkan rumah dan berahir saat
pensiun atau satu pasangan meninggal. Seringkali dirasakan sulit
berkaitan dengan masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak atau
perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan :
20

1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam hal
mengolah minat sosial & waktu santai
3) Memulihkan hubungan antara gemerasi muda-tua
4) Keakraban dengan pasangan
5) Memelihara hubungan dengan anak dan keluarga
6) Persiapan masa tua atau pansiun an meningkatkan keakraban
pasangan
h. Tahap VIII, Keluarga lanjut usia
Tahap terahir, dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut
hingga salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal.
Stressor : berkurangnya pendapatan, berbagai relasi sosial, pekerjaan,
menurunnya produktifitas dan kesehatan.
Tugas perkembangan :
1) Mempertahankan suasana rumah yang yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
kemsyarakatan
5) Melakukan filereview dengan mengenang pengalaman hidup dan
keberhasilan masa lalu
6) Menerima kematian pasangan, teman, dan mempersiapkan
kematian
C. HIPERTENSI
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat /tenang (Kemenkes, 2021).
21

Menurut Hastuti (2022) Hipertensi adalah suatu keadaan dimana


tekanan darah menjadi naik yaitu tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg karena gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplay oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya.
2. Klasifikasi Hipertensi
WHO dan International Society of Hypertention Working Group
(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal,
normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan
hipertensi berat (Sani,2008 dalam Hastuti, 2022).
Tabel 5. Nilai Tekanan Darah Nomal (WHO 2005)
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik
(mmHg)
.
1. Optimal <120 <80
2. Normal <130 <85
3. Normal tinggi 130-139 85-89
4. Hipertensi derajat satu 140-159 90-99
(ringan)
5. Hipertensi derajat 2 160-179 100-109
(sedang)
6. Hipertensi derajat 3 ≥180 ≥110
(berat)
7. Hipertensi sistolik ≥140 <90
140-149 <90
(Sumber: Sani,2008 dalam Hastuti,2022).

3. Penyebab hipertensi
a. Hipertensi Essensial
1) Heredileter atau faktor genetic.
Lingkungan, termasuk asaupan garam, obesitas, pekerjaan,
kurang olahraga, asupan alcohol, stress psikososial, jenis kelamin
dan usia.
2) Sistem rennin, angiotensin, dan aldosteron.
22

3) Defek membrane sel dalam ekskresi Na, yaitu penurunan


pengeluaran Na dari dalam sel yang disebabkan oleh kelainan
pada sistem Na+K+ATPase dan Na+H+excharger.
4) Resistensi insulin atau hiperinsulinemia mengakibatkan retensi
natrium ginjal, meningkatkan aktivitas syaraf simpatis,
meningkatkan aerteri, dan hipertrofi otot polos (Harison, 2000
dalam Hastuti, 2022)
b. Hipertensi sekunder
1) Penggunaan estrogen.
2) Penyakit ginjal.
3) Hipertensi vaskuler renal.
4) Hiperaldoteronisme primer.
5) Sindrom chushing.
6) Koarktasio aorta
7) Kehamilan ( Manjoer, 2000 dalam Hastuti, 2022)
4. Faktor resiko hipertensi
a. Riwayat keluarga
Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat
penyakit hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi
didapatkan dari kedua orang tua maka dugaan hipertensi lebih besar
(Triyanto, 2014).
b. Gen atau keturunan
Hipertensi juga banya ditemukan pada penderita kembar
monozigot, apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini
menyokong bahwa faktor genetika juga merupakan masalah yang
memicu hipertensi. Hipertensi cenderung penyakit keturunan
(Triyanto, 2014).
c. Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensikarena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko
hipertensi. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah didalam
23

tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon


(Triyanto, 2014).
d. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya dengan hipertensi dimana
pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi
pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun,
ketika seorang wanita mengalami menopause (Triyanto, 2014).
e. Stress
Faktor lingkungan seperti stres berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi esensial (Triyanto, 2014).
f. Obesitas/Kegemukan
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari
populasi hipertensi dan dibuktikan faktor ini mempunyai kaitan erat
dengan kejadian hipertensi dikemudian hari (Triyanto, 2014).
Menurut Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular faktor
risiko hipertensi yang tidak ditangani dengan baik di bagi menjadi
dua kelompok. Yaitu faktor risiko yang dapat diubah yaitu obesitas,
merokok, kurang aktivitas fisik, konsumsi garam berlebih,
dislipidemia, konsumsi alkohol berlebih, stres dan faktor risiko yang
tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin dan keturunan (Depkes
RI, 2013).
Rokok mempunyai zat kimia yang berbahaya seperti nikotin dan
karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang akan merusak
melalui aliran darah dan dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.
Merokok akan meningkatkan denyut jantung, sehingga kebutuhan
oksigen otot-otot jantung akan bertambah (Depkes RI,2013).
Menurut Prasetyaningrum (2014) Contohnya aktivitas fisik yang
dapat dilakukan adalah dengan berkebun, berenang, menari,
bersepeda, atau yoga. Aktifitas fisik sangat bermanfaat bagi
kesehatan tubuh, khususnya organ jantung dan paru-paru. Aktifitas
fisik juga menyehatkan pembuluh darah dan mencegah hipertensi.
24

usaha pencegahan hipertensi akan optimal jika aktivitas fisik dengan


menjalankan diet sehat dan berhenti merokok.
Olahraga secara teratur dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Dengan
melakukan olahraga aerobik yang teratur tekanan darah dapat turun,
meskipun berat badan belum turun (Depkes RI,2013). Garam
menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik
cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan
volume tekanan darah (Depkes RI,2013).
Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya
aterosklerosis, yang kemudian mengakibatkan peningkatan tahanan
pembuluh darah perifer sehingga dapat menyebabkan tekanan darah
meningkat (Depkes RI, 2013). Pengaruh kenaikan tekanan darah
meningkat telah dibuktikan. Diduga peningkatan kadar kortisol,
peningkatan volume sel darah merah dan peningkatan kekentalan
darah berperan dalam kenaikan tekanan darah (Depkes RI, 2013).
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, marah, dendam,
rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal
melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih
cepat dan kuat, sehingga tekanan darah
dapat meningkat (Depkes RI, 2013).
5. Gejala hipertensi
Gejala-gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing individu
dan hamper sama dengan gejala penyakit lainnya, adapun menurut
Sustrani dan Alam (2004) dalam Hastuti (2022) gejala hipertensi
tersebut antara lain :
a. Sakit kepala.
b. Jantung berdebar-debar.
c. Sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat.
d. Mudah lelah
e. Penglihatan kabur
25

f. Wajah memerah
g. Hidung berdarah
h. Sering buang air kecil, terutama di malam hari
i. Telinga berdenging (tinnitus)
j. Dunia terasa berputar (vertigo)
Tidak semua penderita hipertensi mengenali gejala, sehingga
hipertensi sering disebut pembunuh diam-diam (silent killer). Keluhan
yang tidak spesifik antara lain: sakit kepala, gelisah, jantung berdebar-
debar, pusing, penglihatan kabur, sakit didada dan mudah lelah
(Depkes RI,2013).
6. Komplikasi hipertensi
Menurut Muhammadun (2010) dalam Kurniati dan Alfaqih (2022)
komplikasi hipertensi sering dirujuk sebagai kerusakan akhir organ
karena kerusakan pada organ-organ ini adalah hasil akhir dari tekanan
darah tinggi kronis. Oleh karena itu, diagnosis dari tekanan darah tinggi
sangat penting sehingga usaha-usaha dapat dibuat untuk membuat
tekanan darah menjadi normal dan mencegah terjadinya komplikasi.
Tekanan darah tinggi yang berkepanjangan sangat berbahaya, karena
penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi yang sering kali mematikan
antara lain serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal (Carlson, W, 2016)
Namun menurut Muhammadun (2010) dalam Kurniati dan Alfaqih
(2022), hipertensi bisa diatasi dengan memodifikasi gaya hidup salah
satunya adalah degan mengatur pola makan atau diet, karena
bagaimanapun juga itu merupakan salah satu faktor yang berperan besar
dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, sambil
meningkatkan efek anti hipertensi.
7. Penanganan Hipertensi
Menurut Ramayulis, dkk (2016) Strategi utama dalam penanganan
hipertensi adalah dengan memodifikasi gaya hidup dan diet.
Memodifikasi gaya hidup meliputi peningkatan aktivitas fisik, stop
merokok dan penurunan berat badan. Untuk diet yang dianjurkan
26

mencakup banyak hal, yaitu yang disusun berdasarkan penelitian


klinis. Penelitian klinis merupakan suatu penelitian yang hasilnya
mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi.
a. Membatasi asupan natrium (terbukti dengan banyak penelitian
klinis)
Maksudnya membatasi penggunaan garam dapur, semua makanan
yang diolah atau di kemas atau instan (makanan kaleng, botol, roti,
biscuit, kue-kue) dan semua bumbu yang mengandung garam
(taoco, petis, saos, trasi, kecap, dan lain-lain)
b. Meningkatkan asupan kalium (terbukti dengan banyak penelitian
klinis)
Maksudnya mengutamakan konsumsi kentang sebagai pengganti
nasi, mengutamakan mengkonsumsi kacang-kacangan sebagai
sumber protein, konsumsi sayuran hijau serta konsumsi buah-
buahan.
c. Meningkatkan asupan magnesium (terbukti dengan banyak
penelitian klinis)
Mengutamakan konsumsi kacang-kacangan sebagai sumber
protein, dan meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
d. Meningkatkan asupan kalsium (terbukti dengan banyak penelitian
klinis)
Mengutamakan konsumsi kacang-kacangan sebagai sumber
protein, dan meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
e. Menurunkan asupan lemak jenuh (terbukti dengan banyak
penelitian klinis)
Dengan mengkonsumsi goring-gorengan, santan kental, ayam
dengan kulit, kuning telur, sosis, daging babi, kornet daging sapi,
bebek.
f. Meningkatkan asupan lemak tidak jenuh ganda Omega 3 (terbukti
dengan banyak penelitian klinis)
27

Mengutamakan konsumsi kacang-kacangan sebagai sumber


protein, mengutamakan minyak yang mengandung lemak tidak
jenuh ganda seperti minyak jagung, minyak biji matahari.
g. Meningkatkan asupan lemak tidak jenuh tunggal (terbukti dengan
banyak penelitian observasional dan beberapa penelitian klinis)
Seperti menggunakan minyak zaitun, minyak kacang tanah, atau
minyak biji kapas.
h. Meningkatkan asupan protein dan sayur (terbukti dengan banyak
penelitian observasional dan beberapa penelitian klinis)
i. Meningkatkan asupan serat (terbukti dengan banyak penelitian
observasional dan beberapa penelitian klinis)
j. Menurunkann asupan kolesterol (terbukti dengan penelitian klinis
terbatas)
k. Menerapkan diet vegetarian (terbukti dengan banyak penelitian
penelitian klinis)
l. Menerapkan diet DASH (terbukti dengan banyak penelitian
penelitian klinis)
Dengan mengurangi konsumsi bahan makanan suber energi dan
natrium serta meningkatkan asupan kalium, magnesium, kalsium
dan serat. Ketika seseorang mengkonsumsi 2.200 kkal, harus
mengkonsumsi minimal 4.700 mg kalium, 500 mg magnesium,
1.240 mg kalsium, 30 g serat, dan mengkonsumsi 2.400 mg
natrium.
m. Menurunkan atau stop asupan alkohol (terbukti dengan banyak
penelitian penelitian klinis)
Berdasarkan kajian ilmiah disusunlah “Pola Diet Hipertensi”
1) Makan utama 2-3 kali sehari dan salah satu jenis makanan
pokoknya adalah kentang, protein hewaninya adalah ikan
maksimal 2 porsi dan salah satunya adalah ikan tuna atau
salmon, sumber protein lainnya adalah kacang-kacangan
terutama kacang kedelai dan hasil olahanya seperti tempe,
28

setiap kali makan minimal ada 1 mangkuk sayur hijau, dan 1


porsi buah.
2) Makan selingan 2 kali, yaitu diantara waktu makan pagi dan
siang serta malam hari. Jenis makanan selingan yaitu pisang,
apel, ataupun avokad.
3) Tidak boleh mengkonsumsi semua makanan olahan pabrik
yang dikemas kaleng, botol dan lain-lain.
4) Tidak boleh mengolah makanan dengan cara digoreng dan
disantal kental.
Contoh menu :
a. Pagi sup kentang, sayuran (wortel dan buncis), smoothie
avokad.
b. Selingan pukul 10.00 pisang
c. Siang : nasi, pepes ikan tuna, tumis tempe, bening bayam,
buah potong nanas.
d. Sore : nasi, tumis ikan kembung, nasi, pepes tahu kemangi,
cah kangkung tomat, buah potong kiwi.
e. Malam papaya.
Pola diet hipertensi juga dapat dilakukan dengan mengurangi
asupan garam dan lemak tinggi merupkan diet yang wajib dilakukan
penderita hipertensi. Disamping itu perlu meningkatkan makan buah
dan sayur. Secara garis besar, ada empat macam diet untuk
menanggulangi tekanan darah yakni diet rendah garam, diet rendah
kolesterol, lemak terbatas serta serat tinggi, dan rendah kalori apabila
kelebihan berat badan. (Triyanto, 2014)
Menurut Depkes RI (2013) takaran garam untuk penderita
hipertensi yaitu :
a. Hipertensi ringan : ½ sendok teh per hari
b. Hipertensi sedang : ¼ sendok teh per hari
c. Hipertensi berat : tanpa garam
8. Penanganan Hipertensi dengan tanaman herbal
29

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alfaqih dan


Kurniati pada tahun 2021, terapi alternative herbal yang sering
dikonsumsi oleh pasien yang mengalami hipertensi antara lain : buah
belimbing, daun alpukat, daun seledri dan mentimun. Berikut adalah
beberapa tanaman obat yang bisa digunakan:
a. Mengkudu, mengandung protein, mineral dan vitamin yang cukup
dalam buah dan daunnya, salah satunya adalah mineral selenium
yang bermanfaat sebagai antioksidan.
b. Daun salam , memiliki kandungan minyak atsiri, tannin, dan
flavonoid yang berkhasiat untuk memperlancar peredaran darah,
menurunkan kolestrol tinggi, menurunkan kadar gula darah,
mengatasi radang lambung, gatal-gatal dan lain-lain.
c. Murbei buahnya mengandung cyaniding, isoquercetin, skarida,
vitamin B1, B2 dan C. Dengan kandungan tersebut murbei dipercaya
dapat mengurangi penggumpalan darah dan memperlancar peredaran
darah mencegah stroke dan kanker.
d. Ciplukan, dipercaya dapat mengatasi berbagai penyakit seperti asma,
demam, dan menurunkan tekanan darah.
e. Belimbing wuluh, dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masakan juga
dimanfaatkan sebagai obat tradisional, dapat dipercaya mengatasi
hipertensi dan diabetes (Yanita, 2017 dalam Alfaqih dan Kurniati,
2022).
Pengolahan obat tradisional hipertensi juga dapat dilakukan dengan
cara:
a. Dua buah timun dimakan pagi dan sore atau diparut, diperas, diambil
airnya diminum pagi dan sore.
b. Dua buah belimbing dimakan pagi dan sore atau diparut, diperas dan
diambil airnya diminum pagi dan sore.
c. Sepuluh lembar daun salam direbus dalam 2 gelas air sampai
rebusannya tinggal 1 gelas, diminum pagi dan sore hari
d. Sepuluh lembar daun alpukat direbus dalam 2 gelas air sampai airnya
tinggal satu gelas.
e. Satu genggam daun seledri ditumbuk dengan sedikit air diperas lalu
diminum pagi dan sore. (Triyanto, 2014)

BAB III

PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA NY.S


DENGAN HIPERTENSI DI RT 01 RW 04 DESA
SANGUBANYU KECAMATAN GRABAG
KABUPATEN PURWOREJO

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama KK : Ny. S
b. Alamat : RT 01 RW 04 Desa Sangubanyu
Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo
c. Pekerjaan KK : Ibu Rumah Tangga
d. Pendidikan KK : Tamat SD/Sedrajat
e. Komposisi keluarga :

Tabel 6. Komposisi Keluarga


No. Nama Umu L/P Hub. Pendidikan Pekerjaan Agama
r Keluarga
1. Ny. S 63 th P Istri Tamat SD IRT Islam

30
31

Gambar 1. Genogram:

63 thn

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Cerai

f. Tipe Keluarga
Keluarga ini termasuk tipe Single parent terdiri dari satu orangtua
(ayah/ibu) karena perceraian/kematian pasangannya dan anak
(kandung/angkat) yang dapat tinggal serumah / di luar rumah
g. Tipe bangsa
Seluruh anggota keluarga berasal dari suku Jawa.
h. Agama
Seluruh anggota keluarga beragama islam dan taat menjalankan
ibadah.
i. Status sosial ekonomi keluarga/ penghasilan
Penghasilan > Rp.1.000.000 / bulan. Penghasilan keluarga berasal dari
tabungan istri dan dari anak-anak Ny.S cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
j. Aktifitas rekreasi keluarga
32

Semua anggota keluarga setiap hari menonton TV sebagai saranan dan


bentuk rekreasi keluarga.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap VIII, keluarga lanjut usia
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan yang belum terpenuhi pada keluarga Tn. K yaitu
keduanya masih bekerja karena untuk mencukupi kesehariannya.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
Ny.S memiliki riwayat penyakit menurun yaitu penyakit hipertensi.
d. Riwayat keluarga lainya
1) Dari pihak keluarga asal KK: Tidak ada.
2) Dari pihak keluarga asal keluarga: Hipertensi.
3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Luas rumah: 12x9 m, tipe rumah: permanen (tembok semen, lantai
keramik), jumlah ruangan: 6 ruangan (1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1
dapur, 1 tempat sholat, 1 WC), jumlah jendela: 8 buah, pemanfaatan
ruangan: tidak ada ruangan yang tidak dimanfaatkan, peletakan
perabotan: tertata rapi, jenis WC angsatrine, sumber air minum yang
digunakan: air gallon, pencahayaan dan ventilasi udara baik. Kandang
ternak terletak jauh dari rumah akan tetapi jaraknya kurang dari 10 m.
DENAH RUMAH

Gambar 2. Denah rumah

6 4
U

5 3

2
1
33

Keterangan:
1 : Ruang Tamu
2 : Tempat Sholat
3 : Dapur
4 : WC
5 : Kamar 1
6 : Kamar 2
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga tinggal di lingkungan pedesaan dengan jarak antar rumah
cukup dekat. Lingkungan sekitar Ny.S cukup bersih, cukup rapi dan
masih banyak ada pepohonan yang rindang. Sebagian tetangga adalah
penduduk asli setempat. Mayoritas warga bekerja sebagai petani.
Warga memiliki kebiasaan pengajian malam jum’at dirumah warga
serta gotong royong atau kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar
setiap sebulan sekali. Warga memiliki kesepakatan apabila ada warga
baru atau tamu yang menginap wajib melapor RT/RW.
c. Mobilitas geografi keluarga
Keluarga Ny.S membuat sendiri rumah yang ditinggali dan telah
menetap sejak pernikahan dengan suaminya serta keluarga Ny.S tidak
pernah berpindah-pindah tempat tinggal.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny.S sering berkumpul bersama anaknya karena jarak rumah Ny.S dan
anaknya berdekatan. Ny.S aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan
dan taat agama.
e. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga termasuk KK ada 1 orang. Tempat berobat
keluarga adalah puskesmas dengan jarak yang mudah dijangkau.
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
34

Keluarga menggunakan bahasa jawa untuk berkomunikasi, bentuk


komunikasi langsung.
b. Struktur kekuatan keluarga
Ny.S merupakan pengambil keputusan utama dalam keluarga
meskipun melalui musyawarah/kesepakatan keluarga terlebih dahulu
dengan anak-anaknya.
c. Struktur peran
Ny. S sebagai istri dan kepala keluarga, bekerja sebagai ibu rumah
tangga.
d. Nilai atau norma keluarga
Ny.S sangat memperhatikan kesehatannya, jika ada yang sakit
langsung dibawa ke tenaga kesehatan yang dianggap cocok dengan
keluarganya.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Affektif
Keluarga memandang diri mereka sebagai keluarga sederhana dan pas-
pasan. Saling menghormati, mendukung dan menyayangi satu sama
lain.
b. Fungsi sosial
Interaksi dalam keluarga berjalan dengan baik dan jarang terjadi
konflik antar keluarga maupun tetangga. Keluarga selalu membina
hubungan baik dengan tetangga dan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan.
c. Fungsi perawatan keluarga
Keluarga selalu berupaya untuk selalu mengenal apabila dalam
keluarga ada anggota yang sakit dan berkeyakinan bahwa kesehatan itu
sangat penting. Apabila dalam keluarga ada anggota yang sakit, KK
selalu berusaha mengambil keputusan yang tepat untuk segera dibawa
ke tenaga kesehatan terdekat.
35

d. Fungsi reproduksi
Ny.S mempunyai 3 anak dari pernikahannya dengan suaminya yang
sudah meninggal.
e. Fungsi ekonomi
Ny.S merasa cukup mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan yang dapat dilihat dari kondisi rumah, perabotan yang dimiliki.
6. Stres dan Koping Keluarga
a. Stresor jangka pendek dan panjang
Stresor jangka pendek Ny.S yaitu kecemasan jika sewaktu-watu sakit
parah dan keluarga tidak mengetahuinya seperti hipertensi yang
diderita Ny. S stresor jangka panjang keluarga Tn. K tidak
teridentifikasi.
b. Kemampuan merespon terhadap situasi stresor
Ketenangan dalam menyikapi keadaan apapun.
c. Strategi koping yang digunakan
Menyibukkan diri dengan melakukan berbagai aktifitas dan melakukan
kegiatan positif dan beristirahat yang cukup serta tidak memikirkan
hal-hal yang dialami.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Tidak ditemukan adanya strategi adaptasi yang negatif dalam
menghadapi stressor
7. Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
Ny.S berharap petugas kesehatan dapat melayani pasien dengan baik dan
berlaku adil/ tidak membedakan antara pasien miskin dan kaya.
8. Pemeriksaan fisik
Tabel 7. Pemeriksaan fisik
PEMERIKSAAN Ny. S
FISIK
UMUM:
Keadaan umum Baik
Kesadaran Composmentis
Tekanan darah 160/100 mmHg
36

Suhu badan 36,5˚C


Denyut nadi 80x/menit
Pernapasan 20x/menit
STATUS PRESENT :
Rambut dan kulit Rambut (warna hitam sedikit beruban, ikal),
kepala kulit berminyak, benjolan (-), lesi (-), tidak
mudah rontok.
Mata Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, katarak (-), bersih
Hidung Polip (-), sedikit kotor
Mulut Bibir pucat kemerahan, lidah bersih, gigi
lengkap, karies (-), karang gigi (-), stomatitis
(-)
Telinga Sedikit kotor, serum (-), pendengaran (+)
Leher Simetris, pembendungan vena jugularis (-),
pembesaran kelenjar thyroid (-)
Dada Simetris, normal
Paru-paru Tidak ada bunyi vesikuler
Jantung Denyut teratur
Abdomen Normal, bekas operasi (-), nyeri tekan (-)
Ekstermitas Atas : simetris, tidak oedem, jari lengkap,
fungsi normal
Bawah : simetris, tidak oedem, jari lengkap,
fungsi normal, varises (-)
Punggung Kelainan tulang belakang (-), nyeri tekan (-)

B. Analisis Data
37

Tabel 8. Analisis Data


Data (S dan O) PENYEBAB MASALAH
DS: .
1. Ny.S Kurangnya pengetahuan Resiko tinggi terhadap
mengatakan Ny. S tentang hipertensi. komplikasi penyakit
berusia 63 akibat hipertensi
tahun
mengatakan
dirinya
memiliki
penyakit
hipertensi.
DO:
KU : baik
KS : Composmentis
TD : 160/100 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5˚C

C. Perumusan masalah
a. Masalah (problem) P:
Ny. S umur 63 tahun memiliki penyakit hipertensi.
b. Penyebab (etiologi) E:
Riwayat hipertensi dalam keluarga, kurangnya perhatian Ny. S tentang
kesehatan diri dan kurangnya pengetahuan Ny. S tentang hipertensi.
c. Tana (sign) S:
1) NY.S umur 63 tahun dengan hipertensi berat
TD : 160/100 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5˚C
38

D. Penentuan prioritas dan skoring


Tabel 9. Prioritas masalah hipertensi pada Ny. S
No KRITERIA SKOR PEMBENARAN
.
1. Sifat masalah 3/3x1 = 1 Hipertensi yang tidak
Skala : tidak/kurang sehat ditangani dapat
menyebabkan
komplikasi bahkan
hingga kematian .
2. Kemungkinan masalah 1/2x2 = 1 Hipertensi primer tidak
dapat diatasi dapat disembuhkan
Skala: sebagian tetapi dapat
dikendalikan dengan
pengobatan dan pola
hidup sehat
3. Potensi masalah untuk 2/3x1 = Ny. B berusaha untuk
dicegah 2/3 menghindari makanan
Skala: cukup yang dipantang oleh
tenaga kesehatan
4. Menonjolnya masalah 1/2x1 = Ny. B mengatakan
Skala: Ada masalah, tetapi 1/2 penyakit hipertensi yang
tidak perlu segera diderita telah
ditangani berlangsung lama,
walau merasa terganggu
tetapi Ny. B merasa
penyakitnya ini tidak
harus segera ditangani
karena akan sembuh
dengan sendirinya. Jika
gejalnaya semakin parah
baru perlu ditangani
segera.
Total score 3 1/6
(19/6)
39

E. Perencanaan Tindakan
Tabel 10. Perencanaan Tindakan Hipertensi
Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan
Untuk mencegah terjadi
komplikasi akibat hipertensi dan
mencegah hipertensi menjadi
lebih parah
Kriteria: 1. Konseling dan diskusikan tentang
(aspek pengetahuan) penyakit hipertensi (apa itu
1. Ny. S dapat mengetahui lebih hipertensi, bagaimana tanda dan
lanjut menegenai penyakit gejalanya, apa saja yang
hipertensi (apa itu hipertensi, menyebabkan hipertensi,
bagaimana tanda dan bagaiamana cara mencegah
gejalanya, hal apasaja yang hipertensi agar tidak menjadi lebih
menyebabkan hipertensi, parah, bagaimana diet untuk
bagaiamana cara mencegah penderita hipertensi, apasaja
hipertensi agar tidak menjadi komplikasi dari hipertensi bila
lebih parah, bagaimana diet dibiarkan, pengobatan tradisional
untuk penderita hipertensi, unbtuk hipertensi)
apasaja komplikasi dari 2. Anjurkan dan motivasi agar Ny. S
hipertensi bila dibiarkan, mampu memutuskan untuk lebih
bagaimana pengobatan peduli tentang kesehatan diri serta
tradisional unbtuk hipertensi) hidup sehat terutama lebih sadar
(aspek sikap) dengan penyakit hipertensi dan
2. Ny. S mampu memutuskan anjurkan ibu untuk rajin mengikuti
untuk lebih peduli tentang posbindu guna mengontrol tekanan
kesehatan diri serta hidup darahnya secara berkala
sehat terutama lebih sadar 3. Ajurkan kepada kelurga untuk
akan penyakit hipertensi dan melakukan pencegahan/ tindakan
keluarga diharapkan pengobatan agar penyakit
mendukung kegiatan hidup hipertensi yang diderita tidak
sehat Ny. B bertambah parah
(aspek psikomotor) 4. Anjurkan keluarga untuk
3. Menstabilkan hipertensi menyediakan lingkungan rumah
4. Menyediakan lingkungan yang ramah dan aman bagi
rumah yang ramah dan aman keluarga baik yang sakit maupun
bagi keluarga baik yang sakit yang sehat
maupun yang sehat
40

F. Pelaksanaan
Tabel 11. Pelaksanaan Tindakan
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
& Respon
Waktu
41

12 Kurangnya 1. Memberikan konseling Ny. S dapat


Maret pengetahuan tentang penyakit hipertensi menerima
2022 NY.S tentang (apa itu hipertensi, konseling yang
Pukul hipertensi bagaimana tanda dan diberikan dan
08.00 gejalanya, apa saja yang mampu
WIB menyebabkan hipertensi, menjelaskan
bagaiamana cara mencegah kembali tentang
hipertensi agar tidak penyakit
menjadi lebih parah, hipertensi dan
bagaimana diet untuk bersedia untuk
penderita hipertensi, apasaja melakukan
komplikasi dari hipertensi semua yang
bila dibiarkan, bagaimana dianjurkan saat
pengobatan tradisional konseling
untuk hipertensi)
2. Menganjurkan dan
memberikan motivasi agar
Ny.S dan keluarga mampu
memutuskan untuk lebih
peduli tentang kesehatan
diri serta hidup sehat
terutama lebih sadar dengan
penyakit hipertensi dan
menganjurkan ibu untuk
rajin mengikuti posbindu
guna mengontrol tekanan
darahnya secara berkala
3. Mengajurkan kepada Ny.S
untuk melakukan
pencegahan/ tindakan
pengobatan agar penyakit
hipertensi yang diderita
tidak bertambah parah
4. Menganjurkan keluarga
untuk menyediakan
lingkungan rumah yang
ramah dan aman bagi
keluarga baik yang sakit
maupun yang sehat

G. Evaluasi
Tabel 12. Evaluasi

Tanggal Diagnosa Evaluasi


& waktu
42

12 Maret Kurangnya 1. Ny. S telah mengerti tentang hipertensi


2022 pengetahuan 2. Ny.S telah mengerti dan bersedia
Pukul NY.S tentang melakukan semua anjuran yang telah
08.00 hipertensi diberikan
WIB
43

DAFTAR PUSTAKA

Alfaqih, K. d. 2022. Terapi Herbal Anti Hipertensi. Bogor: Geupedia.

Depkes RI. 2013. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Badan Penelitian Dan


Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Hastuti, A. 2022. Hipertensi. Klaten: Penerbit Lakeisha.

Hendra, d. 2021. Teori dan Kasus Manajemeb Terapi Hipertensi. Yogyakarta:


Sanata Dharma University Press.
Kemenkes RI.2016. Definisi Keluarga. Diakses pada tanggal 01 Maret 2022.

. 2021. Hipertensi Penyebab Utama Penyakit Jantung, Gagal


Ginjal dan Stroke. Diakss tanggal 28 Februar 2022.

.2021. Apa yang dimaksud Hipertensi, Penyakit Jantung dan


Pembuluh Darah. Diakses pada tanggal 28 Februari 2022.

Senja, A dan Prasetyo, T. 2019. Perawatan Lansia Oleh Keluarga dan Care Giver.
. Jakarta: Bumi Medika.
Triyanto, E.2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai