Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN HIPERTENSI DI DESA CAKARAYAM KECAMATAN


PRAJURITKULON KABUPATEN MOJOKERTO

Dosen Pembimbing :
Rina Nur H, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :
Whynne Insan Setyaningroem
202003038

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini diajukan oleh :


Nama : Whynne Insan S
NIM : 202003038
Program Studi : Profesi Ners
Judul Asuhan Keperawatan : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan Hipertensi Di Desa Cakarayam Kecamatan Prajurit Kulon Kabupaten Mojokerto

Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik keperawatan keluarga.

Mojokerto, April 2021

Pembimbing Akademik, Mahasiswa,

(Rina Nur H, M.Kep., Sp.Kep.Kom) (Whynne Insan S)

BAB I
BAB II

PENDAHULUAN

II.1 Latar Belakang Masalah


Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka
perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, Tahu tingkat
pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya dan Perlu paham setiap tahap
perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya.
Pada keluarga terdapat tahap perkembangan dan tugas perkembangan.
Tahap perkembangan keluarga menurut teori Duval 1985 dalam Setiadi (2008)
dibagi dalam delapan tahap perkembangan, yaitu keluarga baru (Berganning
Family), keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Childbearing), keluarga
dengan anak pra sekolah, keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun), keluarga
dengan anak remaja (13-20 tahun), keluarga dengan anak dewasa (anak pertama
meninggalkan rumah), keluarga usia pertengahan (Midlle Age Family), dan
keluarga lanjut usia.
Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama lain.
Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya
mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status kesehatan anggota. Keluarga
cenderung dalam pembuatan keputusan dan dan proses terapeutik pada setiap tahap
sehat dan sakit pada para anggota keluarga. Keluarga merupakan para anggota
sebuah keluarga baiasanya hidup bersama- sama dalam satu rumah tangga, atau jika
mereka hidup secra terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut
sebagai rumag tangga mereka.
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar
1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di
dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya (Situmorang, 2019). Prevalensi Hipertensi yang
tinggi tidak hanya terjadi di negara maju tetapi juga di negara berkembang seperti
di Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018
menunjukkan angka prevalensi Hipertensi hasil pengukuran mencapai 34,1%
meningkat tajam dari 25,8% pada tahun 2013, dengan angka prevalensi tertinggi di
Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 44,1% dan terendah di provinsi Papua sebesar
22,2%. Provinsi Gorontalo sendiri pada hasil Riskesdas 2013 mencapai 29,0% dan
pada Riskesdas tahun 2018 menjadi 31,0% dan berada pada urutan ke 20 dari 34
Provinsi (Kemenkes RI, 2018) dikutip dalam (Adam, 2019). Hasil wawancara pada
puskesmas di Kabupaten kepulauan ARU pada yang menderita hipertensi 40%
lansia mengalami Hipertensi karenakan factor gaya hidup dan 40% pada lansia
dan usia produktif, genetic 40% yang aktif ke serta puskemas untuk kontor tekanan
darah dan 20% dikarenakan takut puskemesmas disebakan takut tertular covid-19.
Pada umummya semakin bertambahnya usia maka semakin besar pula
risiko terjadinya Hipertensi. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan struktur
pembuluh darah seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah
menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang sehingga meningkatkan tekanan darah.
(Adam, 2019). Faktor yang dapat menyebabkan Hipertensi antara lain kebiasaan
hidup atau perilaku kebiasaan mengkonsumsi natrium yang tinggi, kegemukan,
stres, merokok, dan minum alkohol (Padila, 2013). Adapun tingginya prevalensi
Hipertensi menurut dikarenakan gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya
olahraga/aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan mengkonsumsi makanan yang
tinggi kadar lemaknya (Ainun, Sidik, & Rismayanti, 2014) dikutip dalam (Adam,
2019). . Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi.
Darah tinggi sering diberi gelar the silent killer karena merupakan pembunuh
tersembunyi yang menyebabkan kematian yang tanda-tanda awalnya tidak
diketahui atau tanpa gejala sama sekali (Larasiska A & Priyantari W, 2017)
Hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang bisa diatasi dengan
perilaku hidup sehat. Seorang dapat menghindari penyakit tersebut apabila dapat
mengontrol pola makan, pola istirahat, pola aktivitas dengan baik dan juga
menghindari hal-hal yang dapat merusak kesehatan semisal merokok, begadang,
maupun makan makanan yang dapat memacu penyakit Hipertensi (Adam, 2019).
Salah satu upaya untuk menciptakan sikap penderita patuh dalam
pengobatan adalah dengan adanya dukungan keluarga. Hal ini karena keluarga
sebagai individu terdekat dari penderita. Tidak hanya memberikan dukungan dalam
bentuk lisan, namun keluarga juga harus mampu memberikan dukungan 4 dalam
bentuk sikap. Misalnya, keluarga membantu penderita untuk mencapai suatu
pelayanan kesehatan (Elmiani, 2012). Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat
juga menemukan tentang program pengobatan yang dapat individu atau penderita
terima. Dukungan yang dibutuhkan klien bukan hanya dari perawat, tetapi juga
dukungan dari keluarga. Bentuk dukungan keluargalah yang mempunyai pengaruh
besar terhadap kesehatan klien. Untuk memenuhi kebutuhan klien terhadap
dukungan keluarga ini maka perawat dapat menjalankan perannya sebagai
fasilitator yang memfasilitasi klien dengan keluarganya. Selain itu perawat perlu
melibatkan peran serta keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan (Elmiani,
2012)

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum
Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatan sendiri.

2. Tujuan Khusus
Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam :

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga


b) Merumuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
keluarga.
c) Melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota keluarga yang
sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan atau yang membutuhkan
bantuan asuhan keperawatan.
d) Memelihara lingkungan " fisik, psikis dan sosial ' sehingga dapat menunjang
peningkatan kesehatan keluarga.
e) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat, misalnya Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Kartu Sehat, dan Posyandu untuk memperoleh
pelayanan kesehatan.

1.3 Manfaat
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam bidang keperawatan

keluarga tentang asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi.


BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan Keluarga


III.1 Definisi Keluarga
Pengertian keluarga akan berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini bergantung
kepada orientasi dan cara pandang yang digunakan seseorang dalam mendefinisikan.
Ada beberapa pengertian keluarga yang perlu diketahui, antara lain adalah :
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Menurut Harmoko (2012) keluarga terdiri atas kelompok orang yang mempunyai
ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil adopsi, anggota tinggal
bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan komunikasi dalam peran sosial,
serta mempunyai kebiasaan/kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai
keunikan tersendiri
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman
keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya
dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan
perlu di perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu
atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
III.2 Tujuan Dasar Keluarga
1. Mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi
kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran masyarakat.
2. Membentuk anggota keluarga sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsikososial
spiritual
3. Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat
4. Memperhatikan secara total segi-segi kehidupan anggotanya
5. Membentuk identitas dan konsep dari individu-individu yang menjadi anggotanya
III.3 Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan
dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
a) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antar anggota keluarga.
b) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat memulai
hidup baru.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan
orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan
7 sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah
meneruskan keturunan
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu
untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.
III.4 Tahap – Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap I (Keluarga pasangan baru / Beginning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Keluarga baru dimulai
pada saat masing-masing individu, yaitu suami istri membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis
keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru. (Harmoko, hal 52; 2012).
Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan
dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan
menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan
dan menjadi orangtua).
b) Tahap II (Keluarga dengan kelahiran anak pertama/ Child Bearing Family)
Tahap II mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi
berusia 30 bulan. Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Transisi ke masa menjadi orangtua adalah salah satu
kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama, keluarga
menjadi kelompok trio, membuat sistem yang permanen pada keluarga untuk
pertama kalinya yaitu, sistem berlangsung tanpa memerhatikan hasil akhir dari
pernikahan (McGoldrick, Heiman, & Carter, 1993 dalam Marilyn M. Friedman, hal
108: 2010)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi
perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.
c) Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah / Families With Prescholl)
Tahap III siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 21 /
2 tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari
tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara
laki-laki, dan putrisaudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan
berbeda (Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman, hal 111: 2010)
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, 9 proses belajar dan kontak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
d) Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah / Families With Children)
Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah
anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas sekolah,
masing-masing anak memiliki aktifitas di sekolah, masing-masing akan memiliki
aktifitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas
berbeda dengan anak (Harmoko, hal 56; 2012)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga
seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak
untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
e) Tahap V (Keluarga dengan anak remaja / Families With Teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh
tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meningglakan keluarga lebih awal atau
lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun.
Anak lainnya yang tinggal di rumah biasanya anak usia sekolah. Tujuan utama
keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggrakan kebebasan remaja yang lebih
besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda. (Duvall & Miller,
1985 dalam Marilyn M. Friedman, hal 115: 2010)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap
remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran
dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang
anggota keluarga.
f) Tahap VI (Keluarga dengan anak dewasa / Launching Center Families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lama tahap
ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan utama pada tahap ini adalah
mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepaskan anaknya
untuk hidup sendiri (Harmoko, hal 59; 2012)
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarganya.
g) Tahap VII (Keluarga usia pertengahan / Middle Age Families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meningglakan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan pada
fase ini akan dirasakan sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan
perasaan gagal sebagai orang tua. Pada tahap ini semua anak meninggallkan rumah,
maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas
(Harmoko, hal 60; 2012).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak
waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan
hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.
h) Tahap VIII (Keluarga Usia Lanjut)
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu
atau kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan lainnya (Duvall &
Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman, hal 122: 2010).
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap
masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan
mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu.
III.5 Tugas Keluarga
Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Kelurga mampu mengenal masalah Kesehatan
2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
3. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat
III.6 Tipe – Tipe Keluarga
1. Tipe Keluarga/ Bentuk Keluarga
a. Tradisional
a) The Nuclear Family (keluarga Inti)
Keluarga yang teridiri dari suami,istri dan anak
b) The Dyad Family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah
c) Keluarga Usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri
d) The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya, yang disebakan karena mnegejar karir/pendidikan
yang terjadi pada wanita
e) The Extended Family (Keluarga Luas/Besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai : paman,tante,nenek,kakek,keponakan
dll
f) The Single Parent Family (Keluarga Duda/Janda )
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal
ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan)
g) Commuter Family
Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pecan (Week-end)
h) Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah
i) Kin-network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan, dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telfon
j) Blended Family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan yang sebelumnya
k) The Single Adult Living Alone/ Single Adult Family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yangh hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti: perceraian atau ditinggal mati
b. Non Tradisional
a) The Ummarried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah
b) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri
c) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara,yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kleompok/ membesarkan anak bersama
d) The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan
e) Gay and Lesbian Families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
pasangan suami istri (marital partner)
f) Cohabitating Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu
g) Group Marriage Family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama
yang merasa telah saling menikah satu dengan lainnya, berbagi sesuatu,
termasuk sexsual dan membesarkan anaknya
h) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
i) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam
waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
j) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental
k) Gang
Sebuah bntuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupan
III.7 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaiman keluarga melaksanakan fungsi
keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya
adalah :
1. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga Kawin
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau
istri.
III.8 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Freeman (1981) membagi 5
tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari
adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi
dan seberapa besar perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan
keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyoganya
meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu
dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk
memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah terjadi
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan
(pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada).
III.9 Peranan Keluarga
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam situasi
sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah
laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan
keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan “setiap orang
berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
perorangan, keluarga, dan lingkungan”. Dari pasal di atas jelas bahwa keluarga
berkewajiban menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya meningkatkan
tingkat derajat kesehatan yang optimal. Setiap anggota keluarga mempunyai peran
masing-masing, antara lain adalah:
1. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan
juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
2. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,
pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga
sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
3. Anak
Anak berperan sebagai perilaku psikososial sesuai dengan perkembangan
fisik, mental, dan spiritual.
2.1 Konsep Teori Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik seikitnya


140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan semakin tinggi tekanan
darah, maka semakin besar resikonya (Sylvia A.Price) dikutip dalam (Nuratif .
H. A & Kusuma . H, 2015)
Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian
dalam arteri saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran darah. Tekanan
darah tidak pernah konstan. Tekanan darah dapat berubah drastis dalam hitungan
detik dan menyesuaikan diri dengan tuntutan pada saat itu (Herbert B. Dkk,
2012).
Hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang bisa diatasi dengan
perilaku hidup sehat. Seorang dapat menghindari penyakit tersebut apabila dapat
mengontrol pola makan, pola istirahat, pola aktivitas dengan baik dan juga
menghindari hal-hal yang dapat merusak kesehatan semisal merokok,
begadang, maupun makan makanan yang dapat memacu penyakit Hipertensi.

2. Jenis-jenis Hipertensi

Jenis-jenis hipertensi adalah :

a. Hipertensi ringan: Jika tekanan darah sistolik antara 140 – 159 mmHg dan atau
tekanan diastolik antara 90 – 95 mmHg

b. Hipertensi sedang: Jika tekanan darah sistolik antara 160 – 179 mmHg dan
atau tekanan diastolik antara 100 – 109 mmHg

c. Hipertensi berat: Jika tekanan darah sistolik antara 180 – 209 mmHg dan atau
tekanan diastolik antara 110 – 120 mmHg
Klasifikasi Systole Diastole
Normal <130 <85
Normal Tinggi 130 - 139 85 – 89
HT. Ringan 140 - 159 90 – 99
HT. Sedang 160 - 209 110 – 119
Sangat Berat >210 >120

3. Etiologi

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.


Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:

 Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi


atautransport Na.

 Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang


mengakibatkantekanan darah meningkat.

 Stress Lingkungan.

 Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua


sertapelabaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Hipertensi Esensial (Primer)


Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
4. Penyebab

1. Asupan garam yang tinggi

2.    Strees psikologis

3.    Faktor genetik (keturunan)

4.    Kurang olahraga

5.    Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alkohol

6.    Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi

7.    Peningkatan usia

8.    Kegemukan

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :

1) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui


mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30
tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun,
sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan
dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause (Endang Triyanto,
2014).

2) Umur

Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia 20-
40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat. Sehingga,
semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin meningkat.
Jadi seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi
dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).

3) Keturunan (genetik)

Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang telah
menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
individu sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita
hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang tidak
mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah.


Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan
kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi oleh petugas kesehatan
sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia
H, Amirudin R., 2007).

Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol

1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan
aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan
terjadi peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk kondisi
(Anggara, F.H.D., & N. Prayitno, 2013).

2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi
peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer,
sehigga melatih otot jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih
berat karena adanya kondisi tertentu.
3) Kebiasaan merokok

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di dalam


kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

4) Konsumsi garam berlebihan


WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi
peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono
Kris Pranaka, 2014-2015).
5) Minum alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat menyebabkan
darah di otak tersumbat dan menyebabkan stroke.
6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu cangkir
kopi dapat meningkatakan tekanan darah 510 mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan meningkatkan
frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini akan
meningkatkan tekanan darah. Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan
darah sebesar 30 mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di
hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini dikarenakan
kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi detak jantung semakin
cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh tubuh akan semakin cepat.
6. Patofisiologi Hipertensi
Proses atau patofisiologi terjadinya hipertensi diawali dari meningkatnya
tekanan darah atau hipertensi bisa terjadi melalui beberapa cara, yaitu :

a. jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak


darah pada setiap detiknya atau stroke volume.

b. arteri besar kehilangan kelenturannya maka menjadi kaku,


sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung
memompa darah melalui arteri tersebut, karenanya darah pada
setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang
sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan
darah. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding
arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis.

c. tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi,


yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkuilasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah, hal ini terjadi jika terdapat kelainan
fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh, volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga
tekanan darah juga meningkat, kondid akan lebih buruk pada usia
lanjut, karena penyempitan pembuluh darah yang disebabkan
arterioklerosis, Sebaliknya jika : aktivitas memompa jantung
berkurang, arteri mengalami pelebaran, karena tekanan darah tidak
tinggi, sehingga banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan
darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf
otonom (bagian dari system saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh
secara otomatis). Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui
beberapa cara : jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah
pengeluaran garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan
tekanan darah kembali normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal
akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah
bertambah dan tekanan darah tetap normal. Ginjal juga bisa
meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
rennin, yang memicu pembentukan hormone angiotensin, yang
selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal
merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena
itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan
terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang
menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan
hipertensi. Perdangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga
bisa menyebabkan naiknya tekanan darah. Sistem saraf simpatis
merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara
waktu akan : meningkatkan tekanan darah selama respon fight – or –
flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar). Meningkatkan
kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian
besar arteriola, tetapi memperlebar arteteriola di daerah tertentu
(misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih
banyak). Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga
akan meningkatkan volume darah dalam tubuh. Melepaskan hormon
epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang
merangsang jantung dan pembuluh darah.
2.1.2 PATHW
AY
Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, stress, Aliran darah makin cepat
Beban kerja jantung
kurang olahraga, genetik, konsentrasi garam. keseluruh tubuh sedangkan
nutrizi dalam sel sudah

Kerusakan vaskuler pembuluh mengcukupi kebutuhan


Tekanan sistemik
darah Hipertensi
darah

Perubahan struktur Perubahan situasi Krisis situasional Metode koping tidak efektif

Penyumbatan pembuluh Informasi yang minim Ketidak tidak efektif koping


Defisit pengetahuan
darah
ansietas

vasokonstriksi Retensi pembuluh


darah Nyeri kepala
otak

Supali O2 ke otak Resiko ketidak efektifan


Gangguan sirkulasi Otak perfusi jaraingan otak

Ginjal Retina pembuluh darah

23
Vasokontruksi pemb
darah Ginjal
Sistemik
Spasme arteriol

Blood flow darah

Resiko cidera
Respon RAA
vasokonstriksi

Penurunan curah
Merasangsang jantung afterload
aldesteron

Kelebihan volume Fatigue


cairan
Intoleransi aktifitas

Edema
Retensi NA

(Nuratif . H. A & Kusuma . H, 2015)


7. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena
tekanan darah.
b. Dapat terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang
aterosklerotik tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh tersebut.
c. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomelurus. Dengan rusaknya
glomelurus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal,
nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan
kematian.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna. Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
interstisium di seluruh susunan saraf pusat (Nuratif . H. A &
Kusuma
. H, 2015)

Komplikasi / Bahaya yang dapat ditimbulkan pada penyakit hipertensi


a. Pada Mata : penyempitan pembuluh darah pada mata karena
penumpukan kolesterol dapat mengakibatkan retinopati, dan efek
yang ditimbulkan pandangan mata kabur.
b. Pada Jantung : jika terjadi vasokonstriksi vaskuler pada jantung
yang lama dapat menyebabkan sakit lemah pada jantung, sehingga
timbul rasa sakit dan bahkan menyebabkan kematian yang
mendadak.
c. Pada Ginjal : suplai darah vaskuler pada ginjal turun mentbabkan
terjadi penumpukan produk sampah yang berlebihan dan bisa
menyebabkan sakit pada ginjal.

d. Pada Otak : jika aliran darah pada otak berkurang dan suplai
O2 berkurang bisa menyebabkan pusing. Jika penyempitan
pembuluh darah sudah parah mengakibatkan pecahnya pembuluh
25
darah pada otak ( Stroke )
8. Discharge Planning
a. Berhenti merokok
b. Pertahankan gaya hidup
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress
d. Batasi komsumsi alkhol
e. Penjelasan mengenai hipertensi
f. Jika sudah menggunakan oabat hipertensi teruskan penggunaan secara
rutin
g. Diet garam serta pengendalian
h. Periksa tekanan darah secara rutin (Nuratif . H. A & Kusuma . H, 2015)
9. Pencegahan Cerdik
1. Cek kesehatan secara rutin
2. Enyalah asap rokok
3. Rajin aktifitas fisik
4. Diet seimbang
5. Istrirahat cukup
6. Kelola stress
10. Pemerikaan Penunjang
1. Pemerikaan Laboratorium
 Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagubilita, anemia.

 BUN /kreatinin : memberikaan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.


 Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. 4. Urinalisa : darah,
protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
2. CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
5. Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung (Nuratif . H. A & Kusuma . H, 2015)

26
11. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi :
a. Sumber karbohidrat seperti biscuit, singkong, roti, tepung, mie,
tapioca, nasi
b. Sumber protein nabati seperti tahu, temped an kacang-kacangan
c. Sumber vitamin (buah dan sayuran) seperti buah jeruk, pisang,
melon, tomat, dll
2. Makanan yang dibatasi
a. Garam dapur
b. Makanan yang diawetkan dengan garam seperti ikan asin, asinan
c. Makanan yang tinggi lemak dan kolesterol

12. Makanan Apakah Yang Diperbolehkan


Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam seperti ;
1. Beras, ketan, ubi, mie tawar, maizena, terigu, gula pasir.
2. Kacang – kacangan dan hasil olahannya seperti : kacang hijau, kacang
merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu, oncom.
3. Minyak goreng, margarin tanpa garam.
4. Semua sayuran dan buah – buahan tanpa garam
5. Semua bumbu – bumbu segar dan kering yang tidak mengandung garam
dapur.
13. Makanan Yang Tidak Diperbolehkan
Semua makanan yang diberi garam natrium pada pengolahan seperti ;

1. Roti, biskuit, kraker, cale dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur
dan atau soda.
2. Jerohan, dendeng, abon, corned beaf, daging asap, ikan asin, telur
pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang.
3. Keju, keju kacang tanah.
4. Semua sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur.
5. Garam dapur, vetsin soda kue, kecap maggi, terasi, saos tomat, petis,
taoco.
6. Coklat.
7. Minuman berkafein, kopi , dan bercarbon atau mengandung soda

27
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. PENGKAJIAN
1. Identitas kepala keluarga
2. Komposisi keluarga
Komposisi keluarga biasanya nama, jenis kelamin, hubungan
dengan kepala keluarga, dan imunisasi bagi balita dan disertai
genogram keluarga tersebut
3. Tipe keluarga
Tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut
4. Suku bangsa (etnis)
Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga, tempat
tinggala keluarga, dan kegiatan keagamaan
5. Agama dan kepercayaan
Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktek keyakinan
beragama mereka
6. Status social ekonomi
Status social ekonomi keluarga ditentukan berdasarkan tingkat
kesejahteraan keluarga.
7. Aktifitas rekreasi keluarga
Menonton tv bersama, kadang pergi sekeluarga untuk makan
bakso , dll
2. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga
berdasarkan tahap perkembangan keluarga berdasarkan duvall
b. Tahap perkembangan keluarga yang belu terpenuhi
Tahap ini ditentukan sampai dimana perkembangan keluarga
saat ini dan tahap apa yang belum dilakukan oleh keluarga serta
kendalanya
c. Riwayat kesehatan inti
Yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masinganggota dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga
28
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Disini diuraikan riwayat kepala keluarga sebelum membentuk
keluargasampai saat ini
2. DATA LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal yang lebih luas
c. Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e. System pendukung keluarga
Yang termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat
3. STRUKTUR KELUARGA
a. Struktur peran
Peran masing – masing anggaota keluarga baik secara formal
maupun informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan
keluarga
b. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang dianut keluarga yang berhubungan
dengan kesehatan
c. Pola komunikasi keluarga
Cara komunikasi antar anggota keluarga, bahasa, frekuensi dan
kualitas komunikasi
d. Strukur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga dalam mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilakunya
4. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi ekonomi
b. Fungsi mendapatkan status sosial
c. Funsi pendidikan
d. Fungsi sosialisasi
e. Fungsi perawatan kesehatan
1) Mengenal masalah kesehatan
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
29
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
4) Memelihara, memodifikasi lingkungan keluarga yang sehat
5) Menggunakan fasilitas kesehatan atau pelayanan kesehatan di
masyarakat
f. Fungsi religious
Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan
dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
g. Stress dan Koping Keluarga
1. STRESSOR JANGKA PENDEK DAN PANJANG
Stressor jangka pendek pendek keluarga dan stressor jangka
panjang
2. KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERESPON SITUASI
DAN STRESSOR
System dukungan keluarga sangat kuat .keluarga besar
saling medukung dan saling membantu dalam menyelesaikan
masalah keluarga
3. STRATEGI KOPING YANG DIGUNAKAN
Strategi koping yang di gunakan Dalam mengatasi suatu
permasalahan yang di hadapi keluarga di lakukan musyawarah
terlebih dahulu antar anggota keluarga. Jadi sebelum kepala
keluarga mengambil keputusan menanyakan pendapat terlebih
dahulu dari anggota keluarga
4. STRATEGI ADAPTASI DISFUNGSIONAL
tidak pernah menggunakan kekerasan atau ancaman jika
sedang da masalah, yang terjadi sekarang adalah karena orang tua
mungkin kurang banyak waktu.
h. Pemeriksaan
fisik TTV
Pemeriksaan fisik (head to toe)
1) Kepala : terdapat nyeri tekan pada kepala bagian belakang, ada
tidaknya oedema dan lesi, serta adakah kelainan bentuk kepala.
2) Mata : biasanya terdapat conjungtivitis, anemis.
3) Hidung : biasanya dapat dijumpai epistaksis jika sampai terjadi
kelainan vaskuler akibat dari hipertensi.

30
4) Mulut : biasanya ada perdarahan pada gusi.
5) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau pembesaran
tonsil.
6) Dada : sering dijumpai tidak ditemukan kelainan, inspeksi
bentuk dada, simetris atau tidak serta ictus cordis nampak atau
tidak. Palpasi didapatkan vocal fremitus hasilnya positif
disemua kuadran. Perkusi hasilnya sonor, dan auskultasi tidak
terdengar suara nafas tambahan.
7) Perut : sering dijumpai tidak ditemukan kelainan. Inspeksi
meliputi bentuk perut. Palpasi didapatkan teraba kenyal atau
supel, tidak terdapat distensi. Perkusi hasilnya tympani, dan
auskultasi terdengar bising usus normal.

8) Ekstremitas atas dan bawah : pada pasien dengan hipertensi


tidak terjadi kelainan tonus otot, terkecuali jika sudah terjadi
komplikasi dari hipertensi itu sendiri seperti stroke, maka akan
terjadi penurunan tonus otot atau hemi parase
I. HARAPAN KELUARGA
Keluarga berharap supaya anggota keluarga selalu diberikan
kesehatan, dan diberikan kemudahan dalam menjaga kesehatan.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnose keperawatan adalah keputusan klinik mengenai
individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu
pengumpulan data dan analisa cermat dan sistematis, memberikan
dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertangun
jawab melakukannya. Diaganosa keperawatan keluarga dianalisis
dari pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan
keluarga, lingkuang keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi
keluarga dan koping keluarga baik yang bersifat actual, resiko
maupun sejatera dimana perawat memiliki kewenangan dan tangung
jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan
keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga
(Riasmini M N Dkk, 2017)

1) 00188 perilaku kesehatan cenderung beresiko


31
2) 00146 kecemasan (DX individu)

4. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atas
individu untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi masalah
kesehatan klien yang telah ditentifikasi dan divalidasi pada tahap
perumusan diagnose keperawatan (Riasmini M N Dkk, 2017).

Tahap-tahap penyusunan perencanaan keperawatan keluarga


adalah sebagai berikut :

Menetapkan prioritas masalah/diagnose keperawatan keluarga


dengan menggunkan skala menyusun prioritas dari Maglaya(2009)
dikutip dalam (Riasmini M N Dkk, 2017)

NO Kriteria Skoring Bobot

Sifat Masalah
1 a. Wellness
3
(Keadaan
sejahtera)
b. Aktual
(Tidak/Kurang 3 1
Sehat)
c. Resiko (Ancaman
Kesehatan) 2
d. Potensial
1
Kemungkinan
2 masalah untuk
diubah

2
a. Mudah
b. Sebagian
c. Tidak 1 2
dapat
Diubah 0
Potensi
3 masalah untuk
dicegah

32
a. Tinggi 1
3
b. Cukup
c. Rendah 2
1
Menonjolnya
Masalah
4
a. Segera 2 1
b. Tidak
perluh 1
c. tidak
dirasakan 0

TOTAL

𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑋 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

33
TABEL PERENCANAANKEPERAWATAN

Data Diagnosa NOC NIC

keperawatan
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
00188 perilaku Keluarga mampu Keluarga mampu mengenal masalah

kesehatan mengenal kesehatan


cenderung Pengetahuan
beresiko Kesehatan
1803 Pengetahuan tentang 5606 Pengajaran individu
1602 proses penyakit 5604 Pengajaran kelompok
1603 Perilaku peningkatan 5602 Pengajaran proses penyakit
Kesehatan 1100 Manajemen nutrizi
1827 Mencari informasi 1120 Terapi nutrizi
masalah kesehatan 5246 Konseling nutrizi
1411 Status nutrizi 1160 Monitoring nutrizi

Keluarga mampu Keluarga mampu memutuskan :


memutuskan tindakan Memperkuat atau meningkatkan

34
dan keyakinan keuarga kognitif yang diinginkan atau

untuk meningkatkan mengubah kognitif yang tidak


atau memperbaiki Diinginkan
kesehatan.
1606 Berpartisipasi dalam 5250 Dukungan membuat keputusan
Memutuskan 5310 Membantu harapan
perawatan kesehatan 5270 Dukungan emosi
1700 Keyakinan kesehatan
2202 Berpartisipasi dalam
menutuskan perawatan
Keluarga
2605 Kesiapan caregiver
dalam perawatan
Dirumah
2609 Partisipasi keluarga
dalam perawatan
Professional

Keluarga mampu Keluarga mampu merawat dalam


merawat/membantu membantu melaksanakan ADL
ADL
Kualitas hidup
2004 4360 Modifikasi perilaku
Manajemen diri
1617 1400 Manajemen nyeri
penyakit jantung
Coroner
5. IMPLEMENTASI
Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan
pada individu dalam keluarga dan pada anggota keluarga lainnyan
(Riasmini M N Dkk, 2017). Implementasi pada individu meliputi :
1. tindakang keperawatan langsung
2. tindakan kalaboratif dan pengobatan dasar
3. tindakan observasi
4. tindakan pendidikan kesehatan
6. EVALUASI
Sesuai dengan dengan rencana tindakan yang telah diberikan
penilainan dan evaluasi diperlukan untuk menilai keberhasilan (Riasmini
M N Dkk, 2017)
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

IV.1Pengkajian Keperawatan Keluarga Hipertensi


1. Identitas Umum Keluarga
1. Nama KK : Ny. H
2. Alamat : Desa CakarAyam Kec.Prajuritkulon Kab.
Mojokerto
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Umur : 68Tahun
5. Status perkawinan : Menikah
6. Agama : Islam
7. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
8. Pendidikan terakhir : SD
9. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
10. Tanggal Pengkajian : 15 April 2021
2. Komposisi Keluarga
No Nama Jenis Umur Hubungan Pendidikan Agama Pekerjaan
Kelamin Keluarga

1. Ny.H P 68 thn KK SD Islam IRT


2. Sdr.W P 25 thn Cucu SMA Islam Karyawan Swasta
3. Genogram :

X X

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal dalam satu rumah

: Meninggal

4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny.L merupakan The Single Parent Family Keluarga yang terdiri dari
satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak,
5. Suku Bangsa
Keluarga klien berasal dari suku Jawa atau Indonesia kebudayaan yang dianut tidak
bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu
bahasa Jawa.
6. Agama
Agama seluruh anggota keluarga adalah agama islam
7. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari cucunya yang bekerja sebagai karyawan
swasta
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah :
Ny. H mengatakan yang bekerja mencari nafkah yaitu Sdr.W sendiri.
b) Penghasilan :
Ny.H mengatakan untuk penghasilan setiap bulannya yaitu Rp.4.000.000/bulan.
c) Pengeluaran :
Untuk sandang, pangan, papan dari hasil kerja Sdr.W Mempunyai BPJS mandiri..
d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)
Televisi, kipas angin, sepeda motor 1, 1 set kursi tamu, dll.
8. Aktivitas Rekreasi Keluarga:
Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton televisi
bersama dirumah, rekreasi di luar rumah kadang – kadang
IV.2Riwayat Kesehatan
1. Tahap Perkembangan Saat Ini
Keluarga mencapai tahap perkembangan ke VI yaitu keluarga dengan anak dewasa
(Launching Center Families)
a. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tahap perkembangan keluarga Ny.H merupakan tahap VI keluarga dengan anak
dewasa. Ny.H mempersiapkan cucunya untuk hidup mandiri dan bisa menerima
kepergian cucunya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga.
b. Riwayat kesehatan keluarga inti:
No Nama Umur Keadaan Kesehatan Masalah Tindakan yang
Kesehatan telah dilakukan
1. Ny.H 68 Thn a. Ny.H Hipertensi Beli obat di
mengatakan apotik dan
tidak bisa tidur
berobat ke
karena
merasakan dokter jika
kepalanya pusing merasakan sakit
b. Terdapat
lingkaran
hitaman disekitar
mata klien
c. Klien tampak
sering menguap
d. Ny.Hmengatakan
bahwa dirinya
mempunyai
riwayat
hipertensi
e. Ny.H
mengatakan
bahwa beliau
suka makan-
makanan asin
dan bersantan

2. Sdr.W 25 Thn Sdr.W jarang sakit, Beli obat di


tidak mempunyai apotik
masalah kesehatan
yang serius, tidak
ada masalah makan
maupun kebutuhan
dasar yang lain,
tetapi Sdr. W satu
tahun yang lalu
pernah menjalani
oprasi benjolan
dikaki sebelah
kanan.

c. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya


Ny. H menderita hipertensi, Ibunya Ny.H dahulunya juga mempunyai riwayat
hipertensi. Ny.H menderita penyakit hipertensi sejak 3 tahun yang lalu.
d. Pengkajian Lingkungan
 Karakteristik Rumah
Keluarga Ny. H tinggal di rumah permanen dengan luas tanah 150 m2 dan luas
bangunan 100 m2 terdiri dari 75 % berlantai keramik. Ventilasi baik cahaya
matahari bisa masuk melalui jendela maupun pintu. Penerangan dengan
menggunakan listrik. Sedangkan air bersih diperoleh dari sumur bor. Pengelolaan
sampah dilakukan dengan penempatan di tempat tertutup yang selanjutnya diambil
oleh petugas sampah.
 Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Hubungan antar tetangga saling membantu, bila ada tetangga yang membangun
rumah dikerjakan saling gotong royong.
 Mobilitas Geografis Keluarga
Sebagian penduduk Desa CakarAyam RT 05 RW 02 tidak pernah melakukan
transmigrasi maupun imigrasi
 Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Ny.H mengatakan sudah tidak bekerja tetapi beliau membantu anaknya yaitu ibu
dari Sdr.W untuk memasak sehari-harinya pada waktu sore mulai jam 15.00 sampai
jam 18.00 malam.
 System Pendudukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga Ny.H adalah 2 orang dan mereka saling membatu anggota
keluarga yang sakit.
IV.3Struktur Keluarga
a. Pola/cara Komunikasi Keluarga:
Anggota keluarga menggunakan bahasa jawa dalam berkomunikasi sehari-harinya
dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan televisi.
b. Struktur Kekuatan Keluarga:
Ny.H menderita Hipertensi dan anggota keluarga lainnya dalam keadaanya sehat
c. Struktur Peran (peran masing/masing anggota keluarga)
Ny.H berperan sebagai kepala rumah tangga tetapi beliau tidak mencari nafkah
untuk keluarganya. Sedangkan Sdr.W sebagai cucu yang berperan untuk mencari
nafkah dalam keluarganya.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur demikian pula dengan
sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada obatnya, bila ada
keluarga yang sakit dibawa ke petugas kesehatan yang terdekat. Keluarga Ny.H
percaya bahwa kesehatan sangat penting sehingga berusaha mempertahankan
kondisi sehat.
IV.4Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit langsung dibawa ke
petugas kesehatan terdekat atau rumah sakit. Anggota keluarga saling menyayangi
dan memperhatikan. Tapi kadang karena kesibukan masing-masing hal itu susah
dilakukan. Persoalan dalam keluarga sering dibicarakan sehingga terjalin
komunikasi yang baik.
b. Fungsi sosialisasi
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik dan
selalu mentaati norma yang baik. Sosialisasi dilakukan dengan mengikuti kegiatan
di lingkungan seperti arisan, pengajian, kebersihan lingkungan.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Keluarga sebenarnya sudah mengetahui jika Ny.H mengalami hipertensi saat
sakit pernah dibawa ke klinik dokter terdekat tapi setelah itu tidak pernah
melakukan cek rutin ke puskesmas maupun ke RS. Dan keluarga juga tidak
mengetahui apa penyebab dari hipertensi itu sendiri dan tanda-tandanya orang
terkena hipertensi.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat :
Setelah keluarga mengetahui bahwa Ny.H ini mengalami hipertensi saat
diperiksakan ke dokter dekat rumahnya. Ny.H ini diberitahu oleh dokter bahwa
untuk periksa rutin ke puskesmas atau RS tapi Ny.H tidak mau dan menganggap
tekanan darah yang tinggi ini biasa-biasa saja karena jika kepalanya pusing hanya
dibuat tidur atau istirahat saja. Keluarga juga tidak mengetahui akibat dari
hipertensi yang apabila tidak ditangani lebih lanjut.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :
Jika ada salah satu keluarganya yang sakit Sdr.W mengatakan keluarga yang lain
juga ikut khawatir dan ikut merawat anggota keluarganya dengan pengetahuan
seadanya
4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat :
Keluarga menyadari bahwa manfaat lingkungan yang bersih dapat mencegah
berbagai penyakit, karenanya lingkungan rumah sudah terlihat bersih ventilasi
juga baik.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat :
Ny.H mengatakan jika ada salah satu anggota keluarganya yang sakit dibawa ke
dokter yang dekat dengan rumahnya terlebih dahulu setelah itu jika kondisinya
jelek butuh rawat inap baru dirujuk ke RS dan Ny.H mengatakan seluruh anggota
keluarganya sudah memiliki kartu jaminan kesekatan yaitu BPJS.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga Ny.H merupakan keluarga pra sejahtera, dimana bisa memenuhi makan 3
kali sehari, ibadah, berpakaian berbeda untuk berbagi keperluan

IV.5Stres Dan Koping Keluarga


1. Stressor jangka pendek dan panjang
Menurut Ny.H stressor jangka pendeknya adalah takut kondisinya memburuk atau
drop lagi. Sedangkan stressor jangka panjangnya adalah jika saat stress dan
kondisinya memburuk karena memikirkan keadaan yang tak kunjung sembuh serta
biaya pengobatan yang semakin mahal.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga telah berusaha untuk bekerja keras demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Sedangkan Sdr.W selalu khawatir dengan kondisi kesehatan neneknya karena
usianya yang semakin tua.
3. Strategi koping yang digunakan
Ny. H cenderung melampiaskan kesedihan atau kebingungannya dengan bercerita
kepada cucunya. Sedangkan Sdr.W yang selalu melampiaskan kesedihanya dengan
berkumpul bersama tetangga.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak mampu untuk beradaptasi dengan permasalahan yang dihadapi.
Menyadari masalah, kurang mampu mengambil tindakan, dan keterbatasan ekonomi.
IV.6Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Nama Anggota Keluarga


No.
Fisik Ny.H Sdr.W
1. Keadaan Umum Baik Baik
TD (mmHg) 150/100 mmHg 110/70 mmHg
N (x/menit) 80 x/menit 86 x/menit
RR (x/menit) 18 x/menit 22 x/menit
BB (kg) 58 kg 70 kg
TB (cm) 155 cm 165 cm
2. Kepala
Rambut Rambut lurus, Rambut sedikit lurus,
persebaran persebaran merata
merata dan
beruban
Mata Penglihatan Penglihatan normal
sedikit kabur
dimata sebelah
kiri
Konjungtiva Merah muda Merah muda
Sklera Putih Putih
Hidung Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
benjolan benjolan
Mulut Kondisi mulut Kondisi mulut bersih,
bersih, mukosa mukosa bibir lembab
bibir kering, gigi
ompong
Telinga Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
benjolan benjolan
3. Leher
Kelenjar Tiroid Tidak ada Tidak ada pembesaran
pembesaran kelenjar tiroid
kelenjar tiroid
4 Paru-paru Inspeksi : Inspeksi :
ekspansi dada ekspansi dada kanan
kana dan kiri dan kiri simetris, tidak
simetris, tidak ada penggunaan otot
ada penggunaan bantu nafas, tidak ada
otot bantu nafas, lesi
tidak ada lesi Palpasi :
Palpasi : tidak ada nyeri tekan,
tidak ada nyeri vokal fremitus dada
tekan, vokal kanan dan kiri sama
fremitus dada Perkusi :
kanan dan kiri sonor
sama Auskultasi :
Perkusi : vesikuler, tidak ada
sonor suara nafas tambahan
Auskultasi :
vesikuler, tidak
ada suara nafas
tambahan
5 Jantung Inspeksi : Inspeksi :
Tidak terlihat Tidak terlihat denyut
denyut jantung jantung di IS ke-5
di IS ke-5 Palpasi :
Palpasi : teraba denyut jantung
teraba denyut di IS ke-5
jantung di IS ke- Perkusi :
5 pekak
Perkusi : Auskultasi :
pekak tunggal reguler (S1
Auskultasi : lub dan S2 dub)
tunggal reguler
(S1 lub dan S2
dub)
5. Abdomen Inpeksi : Inpeksi :
bentuk perut bentuk perut buncit,
buncit, tidak ada tidak ada lesi
lesi Auskultasi :
Auskultasi : bising usus 10 x/menit
bising usus 13 Perkusi :
x/menit timpani
Perkusi : Palpasi :
timpani tidak ada nyeri tekan,
Palpasi : tidak ada pembesaran
tidak ada nyeri hepar
tekan, tidak ada
pembesaran
hepar
7. Ekstremitas Tidak ada Tidak ada fraktur,
fraktur, turgor turgor kulit lembab,
kulit lembab, CRT < 2 dtk, warna
CRT < 2 dtk, kulit kuning langsat,
warna kulit sawo tidak ada odema,
matang, tidak tidak ada luka, kaki
ada odema, tidak dan tangan kesemutan
ada luka,
kekuatan otot
IV.7Analisa Data

No Data Penyebab Masalah


1. Data Subjektif : Ketidakefektifan Perilaku
a. Ny.H mengatakan bahwa beliau Manajemen kesehatan
mempunyai riwayat darah tinggi Kesehatan cemderung
sudah 3 tahun yang lalu dalam keluarga beresiko:
b. Ny.H mengatakan tidak bisa tidur hipertensi
karena merasakan kepalanya pada Ny H di
pusing dan tidur hanya 5 jam RT 05 RW 02
saja. Desa
c. Keluarga mengatakan bahwa Cakarayam
Ny.H sudah tidak pernah kontrol Kec Prajurit
karena dirasa sudah membaik kulon Kab
d. Selama sakit ini Ny.H masih Mojokerto
sering makan-makanan asin, dan
sudah jarang periksa atau kontrol
ke pelayanan kesehatan.
Data Objektif :
a. Ny.H terdapat lingkaran hitaman
disekitar mata Klien
b. Tampak sklera pada konjungtiva
kemerahan
c. Klien tampak sering menguap
d. Klien tampak kurang
berkonsentrasi saat dilakukan
pengkajian
e. Hasil pemeriksaan fisik :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 18x/menit
f. Kekuatan kotot saat pemeriksaan

5 5

5 5
2. Data Subjektif : Kurang Perilaku
a. Sdr. W mengatakan ia biasanya memahami kesehatan
mengantar neneknya berobat ke dampak stress cenderung
dokter dekat rumahnya berisiko
Data Objektif :
a. Tampak sedikit pusing karena habis
kerja masuk shift malam
b. Pemeriksaan fisik :
TD : 110/70 mmHg
N : 86x/menit
RR : 22x/menit

Anda mungkin juga menyukai