Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN KELUARGA

TREN DAN ISSUE DALAM KEPERAWATAN KELUARGA , DAN MANAJEMEN


SUMBER DAYA KELUARGA

OLEH

AGUS DWI PRIMANTARA 17089014001


PUTU APRILIA PRATAMA 17089014006
PUTU ITA WIJAYANTI 17089014040
KADEK MELIN PRIYATNA 17089014053
NI LUH GEDE MELDA ROSITA 17089014054

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Om swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan
Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Keluarga.
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan, serta
peran dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari makalah Keperawatan Keluarga masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sumbangan pemikiran dari para
pembaca berupa kritik dan saran agar lebih sempurna. Penulis berharap dengan
dibuatnya makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi banyak pihak

Singaraja 14 Maret 2020

Penulis
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima
asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang
diperlukan anggota keluarga yang sakit.
Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak
dilanjutkan oleh keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota
keluarga dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau
signifikan.
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua
keuntungan sekaligus.
Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan
yang kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan
kesehatan perawat harus memperhatikan nilai-nilai dan budaya keluarga sehingga
dapat menerima.
Seiring dengan era reformasi dan era globalisasi di Indonesia saat ini,
juga  diikuti dengan perubahan pemahaman terhadap konsep sehat-sakit, kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta penyebaran informasi tentang determinan
kesehatan yang bersifat multifaktorial.
Kondisi ini mendorong pembangunan kesehatan nasional ke arah paradigma
baru yaitu paradigma sehat. Dalam perkembangannya keperawatan mengalami pasang
surut sekaligus babak baru bagi kehidupan profesi keperawatan di Indonesia.
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”. Jadi dari pengertian perawat tersebut dapat artikan bahwa seorang dapat
dikatakan sebagai perawat dan mempunyai tanggungjawab sebagai perawat
manakalah yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa dirinya telah menyelesaikan
pendidikan perawat baik diluar maupun didalam negeri yang biasanya dibuktikan
dengan ijazah atau surat tanda tamat belajar. Dengan kata lain orang disebut perawat
bukan dari keahlian turun temurun, malainkan dengan memalui jenjang pendidikan
perawat.
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematis dan ilmiah yang
digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau
mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang optimal,
melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana
keperawatan, melaksananakan tindakan keperawatan, serta evaluasi tindakan
keperawatan
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Tren dan issue dalam keperawatan keluarga
1.2.1.1 Trend dan Isu Keperawatan Keluarga di Indonesia
1.2.1.2 Permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang
muncul di Indonesia
1.2.1.3 Trend dan Isu Keperawatan Keluarga di Global
1.2.1.4 Isu Terbaru Dalam Keperawatan Keluarga
1.2.2 Manajemen sumber daya keluarga
1.2.2.1. Konsep Dasar Sumber Daya Keluarga
1.2.2.2. Pengertian Manajemen Sumber Daya Keluarga
1.2.2.3. Fungsi Manajemen Sumber Daya Keluarga
1.2.2.4. Tujuan Manajemen Sumber Daya Keluarga
1.2.2.5. Factor Yang Mempengaruhi Manajemen Sumber Daya Keluarga
1.2.2.6. Sistem Manajemen Sumber Daya Keluarga
1.2.2.7. Sifat Manajemen Sumber Daya Keluarga
1.2.2.8. Proses Manajemen Sumber Daya Keluarga
1.2.2.9. Klasifikasi Manajemen Sumber Daya Keluarga
1.2.2.10. Penggunaan Sumber Daya Keluarga
1.2.2.11. Cara Mengukur Sumber Daya Keluarga
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Trend dan Isu Keperawatan Keluarga di Indonesia
1.3.2 Untuk Mengetahui Permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan
keluarga yang muncul di Indonesia
1.3.3 Untuk Mengetahui Trend dan Isu Keperawatan Keluarga di Global
1.3.4 Untuk Mengetahui Isu Terbaru Dalam Keperawatan Keluarga
1.3.5 Untuk Mengetahui Konsep Dasar Sumber Daya Keluarga
1.3.6 Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Sumber Daya Keluarga
1.3.7 Untuk Mengetahui Fungsi Manajemen Sumber Daya Keluarga
1.3.8 Untuk Mengetahui Tujuan Manajemen Sumber Daya Keluarga
1.3.9 Untuk Mengetahui Factor Yang Mempengaruhi Manajemen Sumber Daya
Keluarga
1.3.10 Untuk Mengetahui Sistem Manajemen Sumber Daya Keluarga
1.3.11 Untuk Mengetahui Sifat Manajemen Sumber Daya Keluarga
1.3.12 Untuk Mengetahui Proses Manajemen Sumber Daya Keluarga
1.3.13 Untuk Mengetahui Klasifikasi Manajemen Sumber Daya Keluarga
1.3.14 Untuk Mengetahui Penggunaan Sumber Daya Keluarga
1.3.15 Untuk Mengetahui Cara Mengukur Sumber Daya Keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tren dan issue dalam keperawatan keluarga
Trend adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat
diperbincangkan oleh banyak orang saat ini dan kejadian berdasarkan fakta.
Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi
atau tidak terjadi di masa mendatang, menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik,
hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun
tentang krisis. Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang
namun belum jelas faktanya atau buktinya.
Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga adalah sesuatu yang sedang di
bicarakan banyak orang tentang praktik atau mengenai keperawatan baik itu
berdasarkan fakta ataupun tidak , trend dan issue keperawatan tentunya menyangkut
aspek legal dan etis keperawatan.
2.1.1. Trend dan Isu Keperawatan Keluarga di Indonesia
Perkembangan keperawatan di Indonesia sejak tahun 1983 sangat pesat,
di tandai dengan bukanya Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di
Universitas Indonesia Jakarta sejak tahun 1985 dan tahun 1985 telah menjadi
fakultas keperawatan, kemudian disusul PSIK di Universitas Padjadjaran
Bandung, berkembang lagi di 7 Universitas Negeri di Indonesia pada tahun
1999, serta mulai berkembang pada sekolah tinggi ilmu kesehatan dengan
jurusan keperawatan yang pengelolaannya dimiliki oleh masyarakat.
Perkembangan tersebut juga ditunjang oleh Departemen Kesehatan
pada tahun 90-an dengan program pokok Perawatan Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas yang sasarannya adalah keluarga. Namun, perkembangan jumlah
keluarga yang menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang rawan
kesehatan (risiko), keperawatan komunitas mungkin tidak dapat menjangkau
meskipun salah satu sasarannya adalah keluarga yang rawan
(berisiko).Dengan keadaan demikian keperawatan komunitas (masyarakat)
memfragmentasi menjadi keperawatan yang spesifik diantaranya keperawatan
keluarga.Akibatnya, jelas sekali bahwa keperawatan keluarga menjadi sasaran
yang spesifik dengan masalah keperawatan (kesehatan) yang spesifik pula.
Sesuai dengan perkembangan terjadi pula perubahan yang di motori oleh
Dirtjen Dikti Pendidikan Nasional dengan Konsorsium Ilmu Kesehatan yang
menyajikan secara tersendiri mata kuliah perawatan keluarga pada kurikulum
D-3 keperawatan dan pendidikan ners di Indonesia sejak tahun 1999.
Tuntutan professional yang tinggi sebenarnya tidak berlebihan, keadaan ini
sesuai tuntutan pemerintah di bindang kesehatan untuk membangun
“Indonesia Sehat 2010” dengan strategi :
1. pembangunan berwawasan kesehatan
2. desentralisasi
3. profesionalisme
4. jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM)
Asuhan keperawatan keluarga dapat segera dilakuakan oleh perawat
dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Telah menyelesaikan pendidikan formal Ners (perawat) yang diakui.
Pendidikan formal di Indonesia adalah D-3 keperawatan yang
menghasilkan perawat professional “pemula” dan PSIK yang
menghasilkan Ners, yang memiliki kemampuan professional yang tinggi,
yaitu (1) keterampilan intelektual, (2) keterampilan teknis, dan (3)
keterampilan interpersonal dengan berlandaskan etik dan melaksanakan
profesinya sesuai dengan standar praktik keperawatan.
2. Telah melakukan proses registrasi sebagai ners (perawat). Perawat yang
telah menyelesaikan secara formal pendidikannya harus melalui proses
legislasi sebagai ners (perawat) dengan tahap :
a. Registrasi adalah proses pendaftaran seorang ners (perawat) yang telah
lulus pendidikan formal di dinas kesehatan provinsi, sesuai dengan
keputusan Menkes No 1239 tahun 2001.
b. Sertifikasi adalah proses penilaian terhadap kemampuan seorang ners
(perawat)untuk dinyatakan cakap melaksanakan kewenangan
(kompetensi) yang dimiliki. Namun, belum dilalui sehingga setelah
tahap registrasi seorang ners (perawat) akan memperoleh lisensi.
c. Lisensi adalah proses pembelian bukti tertulis setelah seorang ners
(perawat) dinyatakan cakap untuk dapat melaksanakan
kewenangannya. Di Indonesia disebut dengan surat izin perawat (SIP).
3. Memiliki institusi yang mempunyai kewenangan untuk memberikan
asuhan keperawatan keluarga. Meskipun telah mempunyai SIP, kegiatan
keperawatan keluarga yang diberikan kepada kliennya harus mempunyai
institusi berbadan hukum yang secara legal bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan keperawatan, mutu asuhan yang diberikan, dan untuk
meningkatkan kepercayaan publik, serta dapat dilakukan upaya tanggung
gugat oleh klien bila tidak sesuai standar asuhan.
4. Mematuhi standar praktik dan etik profesi yang ditetapkan oleh PPNI atau
pemerintah. Standar praktik yang ada bertujuan agar asuhan yang
diberikan ners (perawat) mempunyai mutu sesuai dengan kaidah profesi.
Etik profesi yang dapat mengendalikan bagaimana seorang ners (perawat)
berperilaku yang santun kepada klien dan tidak merugikan klien atau
publik.
Bentuk pelayanan yang dapat diberikan oleh perawat keluarga
adalah perawatan kesehatan dirumah. Agar mempunyai arah yang pasti
terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga, Departemen
Kesehatan telah menerbitkan surat keputusan No. HK.00.06.5.1.311 bulan
januari 2012 tentang penerapan pedoman perawatan kesehatan dirumah.
Dengan gambaran situasi diatas, kesempatan sangat besar dimiliki
oleh seorang ners (perawat) untuk mewujudkannya, dan hal ini merupakan
tantangan yang cukup berat bila seorang professional tidak mampu
mewujudkannya.Karena bagaimanapun juga tidak ada alasan bahwa tidak
mendapat dukungan secara profesi dan pemerintah.
2.1.2. Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan
keluarga yang muncul di Indonesia
 Sumberdaya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global
serta belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita.
 Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para
tenaga kesehatan.
 Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat
pasif.
 Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana.
 Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas baik.
 Pengetahuan dan keterampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan.
 Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat
system yang belum berkembang.
 Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun
telah disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum
disosialisaikan secara umum.
 Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan
fasilitas transportasi yang cukup.
 Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
 Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
 Lahan praktek yang terbatas, sarana dan prasarana pendidikan juga
terbatas.
 Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
 Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga
kurang.
Trend dan Isu Nasional :
 Semakin tingginya tuntutan profesionalitas pelayanan kesehatan.
 Penerapan desentralisasi yang juga melibatkan bidang kesehatan.
Peran serta masyarakat yang semakin tinggi dalam bidang kesehatan.
 Munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah
kesehatan masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga
miskin serta asuransi kesehatan lainnya bagi keluarga yang tidak
mampu.
2.1.3. Trend dan Isu Keperawatan Keluarga di Global
Isu praktik globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan
kesempatan baru yang menarik bagi perawat keluarga. Dengan makin
kecilnya dunia akibat proses yang dikenal sebagai globalisasi, perawat
keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan menarik untuk belajar
mengenai intervensi serta program yang telah diterapkan oleh negara lain
guna memberikan perawatan yang lebh baik bagi keluarga. Globalisasi
adalah proses bersatunya individu dan keluarga karena ikatan ekonomi,
politis dan profesional, globalisasi mempunyai damfak negatif yang
bermakna bagi kesehatan yaitu ancaman epidemi diseluruh dunia seperti
human imunodeficiency virus/ aquired immune deficiency syndrome
(HIV/AIDS) menjadi jauh lebih besar. Akan tetapi sisi positifnya,
pembelajaran yang diperoleh perawat amerika dari perawat diseluruh
dunia melalui konferensi internasional, perjalanan dan membaca literatur
kesehatan internasional memberikan pemahaman yang sangat
bermanfaat.Sebagai contoh, di jepang, pertumbuhan keperawatan keluarga
sangat mengesankan. Disana, perawat telah mengembangkan kurikulum
keperawatan keluarga disekolah keperawatan dan telah menghasilkan teori
keperawatan yang berfokus pada keluarga dan sesuai dengan nilai dan
konteks jepang. Keperawatan keluarga mengalami pertumbuhan yang
pesat di jepang yang ditandai dengan publikasi dan upaya penelitian yang
dilakukan di jepang (sugisita,1999). Negara lain, seperti denmark, swedia,
israel, korea, chili, meksiko, skotlandia dan inggris juga mengalami
kemajuan bermakna dibidang kesehatan keluarga dan keperawatan
keluarga. Kita mesti banyak berbagi dan belajar dari perawat di beberapa
negara ini.
2.1.4. Isu Terbaru Dalam Keperawatan Keluarga

Menurut Friedman dkk (2013,hal. 41-42 yang diaskses pada


https://samoke2012.files.wordpress.com/2015/10/trend-dan-isue-
keluarga.pdf 8 isu penting dalam keperawatan keluarga saat ini:
1. Isu Praktik:
A. Kesenjangan bermakna antara teori dan penelitian serta
praktik klinis.
Kesenjangan antara pengetahuan yang ada dan penerapan
pengetahuan ini jelas merupakan masalah di semua bidang dan
spesialisasi di keperawatan, meskipun kesenjangan ini lebih tinggi
dikeperawatan keluarga. Keperawatan yang berpusat pada keluarga
juga masih dinyatakan ideal dibanding praktik yang umum dilakukan.
Wright dan Leahey mengatakan bahwa faktor terpenting yang
menciptkan kesenjangan ini adalah “ cara perawat menjabarkan
konsep masalah sehat dan sakit. Hal ini merupakan kemampuan
“berfikir saling memengaruhi”: dari tingkat individu menjadi tingkat
keluarga (saling memengaruhi)”. Penulis lain yaitu Bowden dkk
menyoroti bahwa kecenderungan teknologi dan ekonomi seperti
pengurangan layanan dan staf, keragaman dalam populasi klien yang
lebih besar. Sedangkan menurut Hanson kurangnya alat pengkajian
keluarga yang komperehensif dan strategi intervensi yang baik,
perawat terikat dengan model kedokteran (berorientasi pada individu
dan penyakit), dan sistem pemetaan yang kita lakukan serta sistem
diagnostik keperawatan menyebabkan penerapan perawatan yang
berfokus pada keluarga sulit diwujudkan.
B. Kebutuhan untuk membuat perawatan keluarga menjadi lebih
mudah untuk di integrasikan dalam praktik.
Dalam beberapa tahun ini, terjadi restrukturisasi pelayanan
kesehatan besar-besaran, yang mencakup perkembangan pesat sistem
pengelolaan perawatan berupa sistem pemberian layanan kesehatan
yang kompleks, multi unit, dan multi level sedang dibentuk. Sebagian
dari restruturisasi ini juga termasuk kecenderungan pasien
dipulangkan dalam “keadaan kurang sehat dan lebih cepat” dan
pengurangan jumlah rumah sakit, pelayanan dan staf, serta
pertumbuhan pelayanan berbasis komunitas. Perubahan ini me
nyebabkan peningkatan tekanan kerja dan kelebihan beban kerja
dalam profesi keperawatan. Waktu kerja perawat dengan klien
individu dan klien keluarga menjadi berkurang. Oleh karena itu,
mengembangkan cara yang bijak dan efektif untuk mengintegrasikan
keluarga ke dalam asuhan keperawatan merupakan kewajiban perawat
keluarga.
Menurut Wright dan Leahey, mengatasi kebutuhan ini
dengan menyusun wawancara keluarga selama 15 menit atau kurang.
Pencetusan gagasan dan strategi penghematan waktu yang realistik
guna mempraktikan keperawatan keluarga adalah isu utama praktik
dewasa ini.
C. Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan
kesehatan kepada keluarga.
Berdasarkan pembincangan dengan perawat dan tulisan yang
disusun oleh perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum bahwa
peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan ke
pasien atau keluarga perlu dilakukan. Kami percaya hal ini masih
menjadi sebuah isu penting pada pelayanan kesehatan saat ini.
Menurut Wright dan Leahey dalam Robinson, mengingatkan
kita bahwa terdapat kebutuhan akan kesetaraan yang lebih besar dalam
hubungan antara perawat dan keluarg, hubungan kolaboratif yang
lebih baik, dan pemahaman yang lebih baik akan keahlian keluarga.
Perkembangan penggunaan Internet dan email telah memberikan
banyak keluarga informasi yang dibutuhkan untuk belajar mengenai
masalah kesehatan dan pilihan terapi mereka. Gerakan konsumen telah
memengaruhi pasien dan keluarga untuk melihat diri mereka sebagai
konsumen, yang membeli dan mendaptkan layanan kesehatan seperti
layanan lain yang mereka beli. Dilihat dari kecenderungan ini, anggota
keluarga sebaiknya diberikan kebebasan untuk memutuskan apa yang
baik bagi mereka dan apa yang mereka lakukan demi kepentingan
mereka sendiri.
D. Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang
kebudayaannya beragam.
Kemungkinan, isu ini lebih banyak mendapatkan perhatian
dikalangan penyedia pelayanan kesehatan, termasuk perawat,
dibandingkan isu lainnya pada saat ini. Kita tinggal di masyarakat yang
beragam, yang memiliki banyak cara untuk menerima dan merasakan
dunia, khusunya keadaan sehat dan sakit. Dalam pengertian yang lebuh
luas, budaya (termasuk etnisitas, latarbelakang agama, kelas sosial,
afiliasi regional dan politis, orientasi seksual, jenis kelamin, perbedaan
generasi) membentuk persepsi kita, nilai, kepercayaan, dan praktik.
Faktor lainnya, seperti pengalaman sehat dan sakit, membentuk cara
kita memandang sesuatu. Meskipun terdapat semua upaya tersebut
guna dapat bekerja lebih efektif dengan keluarga yang beragam,
memberikan perawatan yang kompeten secara budaya tetap menjadi
tantangan yang terus dihadapi.
E. Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan
baru yang menarik bagi perawat keluarga.
Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang dikenal
sebagai globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan
baru dan menarik utnuk belajar mengenai intervensi serta program
yang telah diterapkan oleh negara lain guna memberikan perawatan
yang lebih baik bagi keluarga. Globalisasi adalah proses bersatunya
individu dan keluarga karena ikatan ekonomi, politis, dan profesional.
Globalisasi mempunyai dampak negatif yang bermakna bagi
kesehatan yaitu ancaman epidemi diseluruh dunia seperti HIV/AIDS
menjadi jauh lebih besar. Akan tetapi sisi positifnya, pembelajaran
yang diperoleh perawat amerika dari perawat diseluruh dunia melalui
konferensi internasional, perjalanan, dan membaca literatur kesehatan
internasional memberikan pemahaman yang bermanfaat. Sebagai
contoh, di Jepang, pertumbuhan keperawatan keluarga sangat
mengesankan. Disana, perawat telah mengembangkan kurikulum
keperawatan keluarga disekolah keperawatan dan telah menghasilkan
teori keperawatan yang berfokus pada keluarga dan sesuai dengan
nilai dan konteks Jepang. Menurut Sugishita Keperawatan keluarga
mengalami pertumbuhan yang pesat di Jepang, yang ditandai dengan
publikasi dan upaya penelitian yang dilakukan di Jepang. Negara lain,
seperti Denmark, Swedia, Israel, Korea, Chili, Meksiko, Skotlandia,
dan Inggris juga mengalami kemajuan bermakna di bidang kesehatan
keluarga dan keperawatan keluarga. Kita harus banyak berbagi dan
belajar dari perawat dibeberapa negara ini.
2. Isu Pendidikan:
Muatan apa yang harus diajarkan dalam kurikulum
keperawatan keluarga dan bagaimana cara menyajikannya.
Menurut Hanson dan Heims, yang melaporkan sebuah survei
pada sekolah keperawatan di Amerika Serikat yang mereka lakukan
terkait cakupan keperawatan keluarga di sekolah tersebut, terdapat
perkembangan pemaduan muatan keperawatan keluarga dan
ketrampilan klinis kedalam program keperawatan pascasarjana dan
sarjana.
Masih belum jelas muatan apa yang tepat diberikan untuk
program sarjana dan pascasarjana dan bagaimana cara mengajarkan
ketrampilan klinis. Tidak kesepakatan mengenai fokus program sarjana
dan pascasarjana terkait dengan Keperawatan keluarga. Akan tetapi,
terdapat beberapa konsensus bahwa praktik keperawatan tingkat lanjut
pada keperawatan keluarga melibatkan pembelajaran muatan dan
ketrampilan yang dibutuhkan untuk bekerja dengan seluruh keluarga
dan individu anggota keluarga secara bersamaan. Perawat keluarga
dengan praktik tingkat lanjut dapat bekerja sebagai
terapis keluarga pada keluarga yang bermasalah. Akan tetapi, masih
belum jelas muatan dan ketrampilan apa yang dibutuhkan dalam
keperawatan keluarga untuk para perawat yang dipersiapkan di
program praktik tingkat lanjut lainnya (program perawat spesialis klinis
dan praktisi). Bahasa lebih lanjut mengenai cakupan dan level muatan
dan ketrampilan klinis perlu dilakukan.
3. Isu Penelitian:
Kebutuhan untuk meningkatkan penelitian terkait intervensi
keperawatan keluarga.
Dibidang keperawatan keluarga, perawat peneliti telah
membahas hasil kesehatan dan peralihan keluarga yang terkait dengan
kesehatan. Teori perkembangan, teori stres, koping, dan adaptasi, teori
terapi keluarga, dan teori sistem telah banyak memandu penilitian para
perawat penilti keluarga. Penelitian dilakukan lintas disiplin, yang
menunjukkan bahwa “tidak ada satupun disiplin yang memiliki
keluarga” menurut Gillis da Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42).
Kelangkaan penelitian keperawatan yang nyata terletak dibidang studi
interveni. Menurut Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42)
kurangnya studi intervensi dalam keperawatan keluarga
“mengejutkan.” Menurut Janice Bell dalam editor journal of family
nursing, dalam editorial “Wanted :Family Nursing Intervention,”
mengeluhkan mengenai kurangnya naskah penelitian intervensi
keperawatan yang ia terima untu dikaji. Dengan tidak
memadainya jumlah studi intervensi,kita mengalami kekurangan bukti
ilmiah yang dibutuhkan untuk mendukung evikasi strategi dan program
keperawatan keluarga. Selain itu,dibutuhkan penelitian keperawatan
keluarga yang sebenarnya: sebagian besar penelitian keperawatan
keluarga sebenarnya merupakan penelitian yang terkait dengan
keluarga ( yang berfokus pada anggota keluarga),bukan penelitian
keluarga (yang berfokuspada seluruh keluarga sebagai sebuah unit).
4. Isu kebijakan:
Kebutuhan akan lebih terlibatnya perawat keluarga dalam
membentuk kebijakan yang memengaruhi keluarga.
Hanson, dalam bahasanya mengenai reformasi pelayanan
kesehatan, mendesak perawat keluarga lebih terlibat di tiap level sistem
politis guna menyokong isu keluarga. Kami setuju dengan beliau.
Praktisnya, semua legislasi domestik yang dikeluarkan ditingkat lokal,
negara bagian atau nasional mempunyai dampak pada keluarga.
Sebagai advokat keluarga, kita perlu baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama menganalisis isu dan kebijakan yang tengah
diusulkan dan membantu merumuskan dan mengimplementasikan
kebijakan dan regulasi yang positif. Mendukung calon dewan yang
mendukung calon keluarga dan menjadi relawan untuk melayani
komisi kesehatan dan komisi yang terkait dengan kesehatan dan
dewan organisasi adalah jalan penting lain untuk “ membuat suatu
perbedaan” kita perlu mendukung keluarga agar mempunyai hak
mendapatkan informasi, memahami hak dan pilihan mereka, serta lebih
cakap dalam membela kepentingan meraka sendiri.
2.2 Manajemen sumber daya keluarga
2.2.1. Konsep Dasar Sumber Daya Keluarga
Sumber daya adalah alat atau bahan yang tersedia dan diketahui
potensinya untuk memenuhi keinginan. Terdapat 3 asumsi dasar memepelajari
Sumber Daya Keluarga yaitu:
a. SDK tidak hanya terdapat di dalam keluarga sendiri tetapi juga terdapat
diberbagai lingkungan sekitar keluarga.
b. Kondisi dari sumber daya merupakan elemen dari sistem yang dapat
mendorong  atau menghambat pencapaian tujuan keluarga
c. Perubahan salah satu sumber daya akan berpengaruh pada sumber daya
lainnya dalam sistem keluarga
2.2.2. Pengertian Manajemen Sumber Daya Keluarga
Manajemen adalah perencanaan dan pelaksanaan penggunaan sumber
daya untuk mencapai keinginan atau tujuan.
Sumber daya adalah alat atau bahan yang tersedia dan diketahui
potensinya untuk memenuhi keinginan atau tujuan keluarga. Manajmen
sumber daya keluarga meliputi perencanaan, pelaksanaan , dan evaluasi
penggunaan sumber daya keluarga untuk mencapai keinginan atau tujuan
keluarga.
Manajemen sumber daya keluarga adalah penggunaan sumber daya
keluarga dalam usaha atau proses mencapai suatu tujuan yang dianggap
penting oleh keluarga.
Manajemen sumber daya keluarga merupakan suatu bidang ilmu atau
pengetahuan yang memasalahkan dan member petunjuk tentang cara -cara
mengendalikan dan menyelesaikan segala macam pekerjaan rumah tangga
sehari-hari.
2.2.3. Fungsi Manajemen Sumber Daya Keluarga
Fungsi manajemen sumber daya keluarga adalah untuk mengukur
sumber-sumber keluarga dan pekerjaan rumah tangga, agar hidup lebih
teratur, lebih tertib, lebih aman dan tentram. Untuk itu semua harus dilakukan
oleh keluarga yaitu setiap anggota keluarga melaksanakan fungsi dan
kewajiban dengan penuh tanggung jawab.
2.2.4. Tujuan Manajemen Sumber Daya Keluarga
Tujuan manajemen perencanaan dan pelaksanaan penggunaan sumber
daya untuk mencapai keluarga sejahtera dengan mengelola, mengatur
kehidupan keluarga agar terpenuhinya kebutuhan anggota keluarga secara
seimbang baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan mental dan sosial
psikologis atau kebutuhan materil dan non materil.
Tujuan khusus manajemen sumber daya keluarga:
a. Pekerja rumah tangga menjadi efektif dan efesien.
b. Hidup menjadi lebih sehat.
c. Adanya kerjasama dalam keluarga dan terbinanya hubungan intra
keluarga dengan baik.
d. Mengenal kemampuan anggota keluarga.
e. Rumah tangga lebih kreatif dan produktif.
2.2.5. Factor Yang Mempengaruhi Manajemen Sumber Daya Keluarga
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi manajemen sumber daya
keluarga yaitu:
1. Kompleksitas kehidupan keluarga. Kehidupan keluarga yang sangat
kompleks memerlukan gaya manajemen yang berbeda daripada keluarga
yang memiliki masalah tidak terlalu kompleks
2. Stabilitas/ketidakstabilan keluarga. Keluarga yang stabil cenderung dapat
melakukan manajemen sumber daya keluarga dengan lebih baik karena
semua anggota keluarga dapat difokuskan untuk melakukan kegiatan untuk
mencapai tujuan.
3. Peran dan Perubahan Keluarga. Manajemen sumber daya keluarga juga
dipengaruhi oleh peran masing-masing anggota keluarga di masyarakat
dan juga oleh perubahan dalam keluarga, misalnya adanya keluarga yang
meninggal atau baru lahir.
4. Teknologi. Dengan teknologi yang sudah semakin canggih, keluarga dapat
melakukan manajemen sumber dayanya dengan lebih terarah.
2.2.6. Sistem Manajemen Sumber Daya Keluarga
Sistem manajemen sumber daya keluarga tergantung pada sistem
keluarga itu sendiri. Sistem Keluarga terdiri dari 2 subsistem yaitu :
1. Sistem personal. Sistem ini berperan dalam menerima masukan dari
kekuatan eksternal dan mengklarifikasi nilai, menumbuhkan kapasitas
individual dari seluruh anggota keluarga.
2. Sistem manajerial yang terdiri dari masukan, proses, keluaran dan umpan
balik
2.2.7. Sifat Manajemen Sumber Daya Keluarga
a. Interdisiplin
b. Unik
c. Aplikasi lintas budaya dan internasional.
2.2.8. Proses Manajemen Sumber Daya Keluarga
Proses manajemen sumberdaya keluarga terdiri dari masukan, proses,
keluaran, dan umpan balik.
1. Input (masukan) Input dalam sumber daya keluarga meliputi benda,
energi, dan atau informasi yang memasuki sistem dalam berbagai bentuk
untuk mempengaruhi proses dalam mencapai hasil atau keluaran. Input
atau Masukan untuk keluarga adalah:
a.  Tuntutan: tujuan atau kejadian yang memerlukan tindakan
b. Sumber-sumber: alat atau kemampuan yang dimiliki untuk memenuhi
tuntu yang terdapat pada keluarga karena adanya tujuan dan kejadian
2. Proses adalah transformasi benda, energi dan atau informasi oleh suatu
sistem dari masukan sampai keluaran.
3. Output, meliputi benda, energi dan atau informasi yang dihasilkan oleh
suatu sistem dalam respon terhadap input dari proses transformasi. Output
dari sistem manajerial adalah respon terhadap tuntutan dan perubahan
sumber-sumber
4. Umpan Balik  adalah bagian dari output yang memasuki suatu sistem
sebagai input untuk mempengaruhi output yang telah ada
2.2.9. Klasifikasi Manajemen Sumber Daya Keluarga
Berdasarkan jenisnya terdiri dari:
1) Sumber daya manusia
Mempunyai 2 ciri : Personal dan Interpersonal
a. Ciri personal : kognitif, afektif, psikomotor; status kesehatan,
bakat, tingkat intelegensia, minat, sensitivitas
b. Ciri interpersonal : HAM, kerjasama/gotong royong dan
keterbukaan antar personal dalam kaitannya dengan pengembangan
Aspek Kognitif
Penguasaan pengetahuan, tahapan;
a. mengetahui
b. memahami
c. menganalisis
d. mensintesis
e. mengevaluasi
Kegunaan Sumberdaya Kognitif
a. Mengidentifikasi hal-hal yang menyangkut sumber daya
b. Menganalisis alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan
c. Mengevaluasi kemungkinan yang relistis untuk mencapai tujuan
Kegunaan Sumber Daya Afektif
a. Menumbuhkan rasa percaya
b. Meningkatkan kerjasama & gotong royong
c. Menciptakan rasa berguna
Mutu Modal Manusia
Mutu modal manusia ditentukan oleh :
a. pendidikan formal
b. kesehatan
c. keterampilan dan kemampuan mencari nafkah
Faktor yang Mempengaruhi Mutu Modal Manusia Variabel antara
Variabel antara terdiri dari:
a. pendidikan
b. kesehatan
c. keamanan
d. Variabel lain
e. pendapatan
f. kekayaan
Variabel pengontrol
Variabel pengontrol terdiri dari usia, jenis kelamin, suku bangsa.
2) Sumber Daya Non Manusia atau Materi
Sumber daya non manusia atau sumber daya materi merupakan
benda-benda yan mempunyai kegunaan pada individu dan keluarga
dalam mencapai tujuan. Sumber daya materi in dapat berupa:
a. Benda / barang serta aset keluarga (barang tahan lama , barang
habis pakai)
b. Jasa
3) Sumber Daya Waktu
a. Bersifat unik : tidak dapat ditambah atau dikurangi, diakumulasi
atau disimpan
b. SDW yang dimiliki manusia sama : 24 jam
2.2.10. Penggunaan Sumber Daya Keluarga
Terdapat beberapa cara dalam menggunakan sumber daya keluarga, antara
lain melalui:
a. Pertukaran
a) antar keluarga atau dengan orang lain
b) sumber daya bisa berkurang, tetap atau bertambah
b. Konsumsi
untuk peningkatan kualitas kehidupan keluarga
c. Proteksi
Pengurangan SD untuk mengurangi faktor risiko yang tidak diharapkan
d. Transfer
e. Produksi
f. Tabungan
g. Investasi
2.2.11. Cara Mengukur Sumber Daya Keluarga
Sumber daya keluarga dapat diukur dengan ukuran:
a. Uang : untuk mengukur Sumber daya materi & potensi manusia (gaji,
pekerjaan)
b. Waktu : untuk mengukur berapa banyak waktu yang tersedia dan
dimanfaatkan oleh keluarga
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
trend dan isu keperawatan keluarga adalah sesuatu yang sedang di bicarakan
banyak orang tentang praktik atau mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta
ataupun tidak , trend dan issue keperawatan tentunya menyangkut aspek legal dan etis
keperawatan. Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga
yang muncul di Indonesia sumberdaya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing
secara global serta belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara
kita,penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga
kesehatan,pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat
pasif,masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana,sarana pelayanan
kesehatan yang memiliki kualitas baik,pengetahuan dan keterampilan perawat yang
masih perlu ditingkatkan,rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga
akibat system yang belum berkembang.
Manajemen adalah perencanaan dan pelaksanaan penggunaan sumber daya
untuk mencapai keinginan atau tujuan.
Sumber daya adalah alat atau bahan yang tersedia dan diketahui potensinya
untuk memenuhi keinginan atau tujuan keluarga. Manajmen sumber daya keluarga
meliputi perencanaan, pelaksanaan , dan evaluasi penggunaan sumber daya keluarga
untuk mencapai keinginan atau tujuan keluarga.
3.2 Saran
Pelayanan keperawatan keluarga harus dikembangkan karena keperawatan
keluarga dapat mengurangi kejadian atau penderitaan akibat penyakit dengan
perubahan paradigma dari cure menjadi care melalui tindakan preventif.
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/32356937/TREN_DAN_ISU_KEPERAWATAN_KELUARGA_KELOMPOK_3.
docx

https://samoke2012.files.wordpress.com/2015/10/trend-dan-isue-keluarga.pdf

https://id.scribd.com/document/390015368/MANAJEMEN-SUMBER-DAYA-KELUARGA-docx

Anda mungkin juga menyukai