Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN MASALAH HIPERTENSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing : Induniasih, S.Kp., M. Kes

Disusun Oleh:
Anisa Supriyanti (P07120118030)

D-III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN YOGYAKARTA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga untuk
memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Keluarga disemester VI. Laporan ini
telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca.

  Yogyakarta, Januari 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian
Kesehatan tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga,
disingkat PIS-PK. Pada program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah
satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan
meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan
pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan akses keluarga
pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK
dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah keluarga, mengutamakan
upaya promotif-preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis
masyarakat, kunjungan rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan
siklus kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan
penyakit menular dan tidak menular yang salah satunya adalah penyakit
hipertensi (Sarkomo, 2016).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah
tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 14 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini
terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang
berusia 18 tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1
dari 2 orang dengan penderita hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandang
hipertensi. Oleh karena itu sering ditemukan penderita hipertensi pada tahap
lanjut dengan komplikasi seperti serangan jantung, stroke.
Di Indonesia data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjad
6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey
tahun 2014 menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian
terbesar nomor 3 di Indonesia dengan prosentasi sebesar 6,7% setelah stroke
dan penyakit jantung. Pelayanan kesehatan pada penyakit hipertensi di tingkat
keluarga dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga meliputi pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi
keperawatan yang bertujuan agar pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa
efektif dan komprehensif. Semua pelayanan itu diterapkan pada semua
tatanan puskesmas (Koes Irianto, 2014).

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah utama hipertensi?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama
hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kasus asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah utama hipertensi
b. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
utama hipertensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Definisi keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap
anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak,
2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi,
2012). Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari
masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya
dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga
atau unit layanan perlu di perhitungkan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga
yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah
ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta
saling ketergantungan.
2. Struktur keluarga
Friedman (1998) dalam Harmoko (2012) menyatakan struktur keluarga
antara lain sebagai berikut.
a. Struktur peran keluarga
Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang
menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu
situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka
sendiri atau harapan orang lain yang menyangkut peran-peran
tersebut
b. Sistem nilai dalam keluarga
Nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, sikap dan
kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara
sadar maupun tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota
keluarga dalam suatu budaya yang lazim.
c. Pola dan proses komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
d. Struktur kekuasaan dalam keluarga
Kekuasaan keluarga sebagai sebuah karakteristik dari sistem
keluarga adalah kemampuan, baik potensial maupun aktual dari
seorang individu untuk mengubah tingkah laku anggota keluarga.
3. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif
tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et all.,2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,
saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta
selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan
tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir
dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya.
Dalam hal ini keluarga dapat membina hubungansosial pada anak,
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan
tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan
tempat tinggal.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.
4. Tahap-tahap perkembangan keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga
dibagi menjadi 8 yaitu sebagai berikut.
a. Keluarga baru (Beginning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana
memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami
prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi
orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (Child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan,
membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post
partum 6 minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan
kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh
kembang,proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan
kelahiran berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan
keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan
terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (Middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih
banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan
waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta
persiapan masa tua.
h. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti
penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup,
menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta
melakukan life review masa lalu.
5. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat

B. Konsep Penyakit Hipertensi


1. Definisi hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan
darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit
darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara
kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes
Irianto, 2014).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan
kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung, infark
miokard, dan gangguan penglihatan (Andrian Patica, 2016).
2. Jenis hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi
sering dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas,
dan diabetes militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014) :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 % kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui
dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan
antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko
menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan stres
sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi
jenis ini adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan
faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas,
merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan darah.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Pada 5-10 % kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui,
yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal,
penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan.
Kasus yang sering terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal.
Garam dapur akan memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan
faktor penyebab.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
Sistolik Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Stadium 1
140-159 90-99
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 100-109
(Hipertensi sedang)
Stadium 3 180-209 110-119
(Hipertensi berat)
Stadium 4
201 atau 120 atau
(Hipertensi sangat
lebih lebih
berat/maligna)
Sumber : Heniwati, 2008
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi
a. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol
1) Jenis kelamin
Wanita diketahui mempunyai tekanan darah lebih rendah
dibandingkan pria ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan
mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun,sekitar
60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini
dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita setelah
menopause.
2) Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan
berubah di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih
meningkat secara cepat. Sehingga, semakin bertambah usia
seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi seorang
lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi
dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).
3) Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga
yang telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi
adanya peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya
rasio antara potasium terhadap sodium individu sehingga pada
orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi
dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang tidak
mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi.
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi
tekanan darah. Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan
yang rendah, kemungkinan kurangnya pengetahuan dalam
menerima informasi oleh petugas kesehatan sehinggaberdampak
pada perilaku atau pola hidup sehat.
b. Faktor risiko hipertensi yang dapat dikontrol
1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya
melakukan aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi
kebutuhan energi, sehingga akan terjadi peningkatan berat badan
atau obesitas dan akan memperburuk kondisi (Anggara, F.H.D.,
& N. Prayitno, 2013).
2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk
mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan
menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung untuk
terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya
kondisi tertentu.
3) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini
dikarenakan di dalam kandungan nikotik yang dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
4) Konsumsi garam berlebih
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat
mengurangi peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar
2,4gram sodium atau 6 gram).
5) Mengonsumsi alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah yang tergolong parah
karena dapat menyebabkan darah di otak tersumbat dan
menyebabkan stroke.
6) Mengonsumsi kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam
satu cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5-10
mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan
meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi
vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah.
Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30
mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di
hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini
dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan
mempengaruhi detak jantung semakin cepat sehingga jantung
memompa darah keseluruh tubuh akan semakin cepat.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang begerak kebawah melalui sistern
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor, seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstiktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. korteks
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan
angiotensin i yang kemudian diubah menjadi angiotensin ii,
vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi (Aspiani,
2016).

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi


Proses keperawatan merupakan suatu proses pemecahan masalah yang
sistematis, yang digunakan ketika bekerja pada individu, keluarga, kelompok
dan komunitas. Pada keperawatan keluarga perawat dapat
mengkonseptualisasikan keluarga sebagai konteks dimana fokus dan proses
perawatannya berorientasi pada anggota keluarga secara individu (Prastanti,
2012).
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan
dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota
keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan,
berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibina.
Untuk mendapatkan data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan
keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa
yang digunakan setiap hari), lugas dan sederhana. Asuhan keperawatan
keluarga menurut teori aplikasi model pengkajian Friedman (2013)
dalam kasus keluarga dengan penyakit Hipertensi yaitu:
a. Data umum
Data umum yang perlu dikaji adalah nama kepala keluarga, usia,
pendidikan, pekerjaan, alamat, daftar anggota keluarga.
b. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau faktor
bawaan yang sudah ada pada diri manusia untuk timbulnya penyakit
hipertensi.
c. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
d. Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cerebrovaskuler, episode palpitasi.
Tanda: kenaikan tekanan darah, nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda.
e. Integritas ego
Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress
multipel (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
f. Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu).
g. Makanan/cairan
Gejala: makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam,
lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan berat badan
(meningkat/menurun), riwayat penggunaan diuretik
Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
h. Neurosensori
Gejala: keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, sub oksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa
jam), gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).
Tanda: status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, efek, proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan.
i. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit
kepala.
j. Pernapasan
Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea,
ortopnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda: distress pernapasan/penggunaan otot aksesori pernapasan
bunyi napas tambahan (krakles/mengi), sianosis.
k. Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
l. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak
tertua dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu
menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat perkembangan keluarga inti yaitu menjelaskan
mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat perkembangan keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan
mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan
istri.
m. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
n. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing
anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan
kesehatan.
o. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi
atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu menjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan
keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan
perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat.
4) Pemenuhan tugas keluarga
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana kemampuan keluarga
dalam mengenal, mengambil keputusan dalam tindakan,
merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
p. Stres dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stresor yang dialami
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
b) Stressor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
3) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
4) Strategi adaptasi fungsional yang digunakan bila menghadapi
permasalahan
q. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan fisik di klinik
2. Analisa data

Data Masalah Penyebab


DS: Nyeri akut Agen pencedera
Pasien mengeluh nyeri kepala (SDKI 2017, hal fisiologis
172)
DO:
1. Pola napas berubah
2. Tekanan darah meningkat
3. Warna kulit pucat
4. Akral teraba dingin
5. Adanya edema

DS: Penurunan curah Perubahan irama


Pasien mengeluh jantung jantung dan frekuensi
berdegup kencang (palpitasi) (SDKI 2017, hal jantung, perubahan
34) afterload
DO:
1. Tekanan darah meningkat
2. Kulit pucat/sianosis
3. Takikardi
4. Edema

DO: Perfusi perifer Penurunan aliran


1. Warna kulit pucat tidak efektif arteri dan/atau
2. Akral teraba dingin (SDKI 2017, hal vena
3. Adanya edema 37)

DO: Manajemen Kompleksitas


1. Gejala penyakit hipertensi kesehatan program
anggota keluarga semakin keluarga tidak perawatan/pengob
memberat efektif atan
2. Aktivitas keluarga untuk (SDKI 2017, hal
mengatasi masalah hipertensi 254)
tidak tepat

DS: Kesiapan -
1. Anggota keluarga peningkatan
menetapkan tujuan untuk manajemen
meningkatkan gaya hidup kesehatan
sehat (SDKI 2017, hal
2. Anggota keluarga 199)
mengidentifikasi pengalaman
yang mengoptimalkan
kesejahteraan
3. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (SDKI 2017, hal 172)
b. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama dan frekuensi jantung,
perubahan afterload (SDKI 2017, hal 34)
c. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri dan/atau vena
(SDKI 2017, hal 37)
d. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d kompleksitas
program perawatan/pengobatan (SDKI 2017, hal 254)
e. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan (SDKI 2017, hal 249)
4. Penetapan prioritas
Dalam berbagai kasus, skala prioritas selalu dibutuhkan untuk
meminimalisir risiko, memaksimalkan perawatan dan pengobatan, serta
untuk pengambilan keputusan yang tepat. (Bakrie, 2017) telah
merumuskan skala prioritas sebagai berikut.
Tabel 2. Skala Prioritas
No Kriteria Nilai Bobot
1. Sifat masalah
a. Tidak/kurang sehat 3
b. Ancaman kesehatan 2 1
c. Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Mudah 2
b. Sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
a. Masalah yang harus benar-benar 2
ditangani
b. Ada masalah tetapi tidak segera 1 1
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0
Skoring
Skor
X Bobot
Angka Tertinggi
a. Tentukan angka dari skor tertinggi terlebih dahulu
b. Skor yang diambil dari skala prioritas. Tentukan skor pada setiap
kriteria
c. Skor dibagi dengan angka tertinggi
d. Kemudian dikalikan dengan bobot skor
e. Jumlahkan skor dari semua kriteria
Dengan adanya skor diatas, kita dapat mengetahui tingkat kedaruratan
pasien yang membutuhkan penanganan cepat atau lambat.
5. Rencana tindakan keperawatan
Intervensi atau rencana keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapakan. Kriteria dan
standar dapat dirumuskan sebagaimana pernah ditulis oleh (Bakrie 2017)
sebagai berikut.
Tabel 3. Kriteria dan Standar Intervensi
No Kriteria Standar
1. Pengetahuan Keluarga mampu menjelaskan kembali
kepada perawat tentang pengertian suatu
penyakit.
Keluarga mampu menjelaskan kembali
kepada perawat tentang tanda dan gejala
suatu penyakit.
2 Sikap Keluarga mampu memutuskan tindakan
untuk diikuti pasien
Keluarga mampu mengatur waktu
pengobatan ke pusat layanan kesehatan.
3 Psikomotor Keluarga menghidangkan makanan sesuai
kebutuhan pasien.
Keluarga sudah mulai melakukan
pengobatan ke pusat layananan.
Rencana tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul
adalah sebagai berikut (SLKI, 2019; SIKI, 2018):

Perencanaan
Diagnosa
No
keperawatan
Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Intervensi utama: Manajemen nyeri
agen pencedera tindakan keperawatan, Observasi
fisiologis diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi skala nyeri
(SDKI 2017, pasien menurun, dengan 2. Identifikasi faktor yang
hal 172) kriteria hasil: memperberat dan memperingan nyeri
1. Keluhan nyeri Terapeutik
menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis
2. Tekanan darah untuk mengurangi nyeri
membaik 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Pola napas Edukasi
membaik 1. Jelaskan penyebab, periode, dan
(SLKI 2019, hal 145) pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
(SIKI 2018, hal 201)

Intervensi pendukung: Perawatan


kenyamanan
Observasi
Identifikasi pemahaman keluarga tentang
kondisi, situasi dan perasaan pasien
Terapeutik
Dukung keluarga dan pengasuh terlibat
dalam terapi/pengobatan
Edukasi
Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan
terapi/pengobatan
(SIKI 2018, hal 326)

2. Penurunan Setelah dilakukan Perawatan jantung


curah jantung tindakan keperawatan, Observasi
b.d perubahan diharapkan curah jantung 1. Monitor tekanan darah
irama dan meningkat dengan kriteria 2. Periksa tekanan darah dan frekuensi
frekuensi hasil: nadi sebelum dan sesudah aktivitas
jantung, 1. Palpitasi menurun Terapeutik
perubahan 2. Tekanan darah Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
afterload membaik modifikasi gaya hidup sehat
(SDKI 2017, 3. Takikardi menurun Edukasi
hal 34) (SLKI 2019, hal 20) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
(SIKI 2018, hal 317)

3. Perfusi perifer Setelah dilakukan Intervensi utama: Perawatan sirkulasi


tidak efektif b.d tindakan keperawatan, Observasi
penurunan diharapkan perfusi perifer Periksa sirkulasi perifer
aliran arteri meningkat dengan kriteria Terapeutik
dan/atau vena hasil: Hindari pengukuran tekanan darah pada
(SDKI 2017, 1. Warna kulit pucat ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
hal 37) menurun Edukasi
2. Akral membaik 1. Anjurkan berolahraga rutin
3. Edema perifer 2. Anjurkan menggunakan obat
menurun penurun tekanan darah
(SLKI 2019, hal 176) 3. Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
(SIKI 2018, hal 345)

Intervensi pendukung: Dukungan


kepatuhan program pengobatan
Observasi
Identifikasi kepatuhan menjalani program
pengobatan
Terapeutik
1. Buat komitmen menjalani program
pengobatan
2. Buat jadwal pendampingan keluarga
untuk bergantian menemani pasien
selama menjalani program
pengobatan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk mendukung
program pengobatan yang dijalani
Edukasi
1. Informasikan program pengobatan
yang harus dijalani
2. Anjurkan keluarga untuk
mendampingi dan merawat pasien
selama menjalani program pengobatan
3. Anjurkan pasien dan keluarga
melakukan konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat, jika perlu
(SIKI 2018, hal 26)

4. Manajemen Setelah dilakukan Dukungan keluarga merencanakan


kesehatan tindakan keperawatan, perawatan
keluarga tidak diharapkan manajemen Observasi
efektif b.d kesehatan keluarga Identifikasi tindakan yang dapat dilakukan
kompleksitas meningkat, dengan keluarga
program kriteria hasil: Terapeutik
perawatan/peng 1. Kemampuan Gunakan sarana dan fasilitas yang ada di
obatan (SDKI menjelaskan dalam keluarga
2017, hal 254) masalah kesehatan Edukasi
yang dialami 1. Informasikan fasilitas kesehatan
2. Aktivitas keluarga yang ada di lingkungan keluarga
mengatasi masalah 2. Anjurkan menggunakan fasilitas
kesehatan tepat kesehatan yang ada
3. Tindakan untuk 3. Ajarkan cara perawatan keluarga
mengurangi faktor yang bisa dilakukan keluarga
resiko meningkat (SIKI 2018, hal 26)
(SLKI 2019, hal 63)

5. Kesiapan Setelah dilakukan Edukasi kesehatan


peningkatan tindakan keperawatan, Observasi
manajemen diharapkan manajemen Identifikasi kesiapan dan kemampuan
kesehatan kesehatan meningkat. menerima informasi
(SDKI 2017, Dengan kriteria hasil: Terapeutik
hal 249) 1. Melakukan 1. Sediakan materi dan media
tindakan untuk pendidikan kesehatan
mengurangi faktor 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
risiko meningkat sesuai kesepakatan
2. Menerapkan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
program Edukasi
perawatan Jelaskan faktor risiko yang dapat
meningkat mempengaruhi kesehatan
3. Aktivitas hidup (SIKI 2018, hal 65)
sehari-hari efektif
memenuhi tujuan
kesehatan
meningkat
4. Verbalisasi
kesulitan dalam
menjalani program
perawatan/pengob
atan
(SLKI 2019, hal 62)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah
tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Faktor risiko yang dapat
mempengaruhi hipertensi, salah satunya yaitu keturunan (genetik). Asuhan
keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik
keperawatan dengan sasaran keluarga yang bertujuan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, ,
implementasi, dan evaluasi.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada asuhan keperawatan
keluarga dengan masalah hipertensi adalah nyeri akut b.d agen pencedera
fisiologis, penurunan curah jantung b.d perubahan irama dan frekuensi
jantung, perubahan afterload, perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan
aliran arteri dan/atau vena, manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d
kompleksitas program perawatan/pengobatan, dan kesiapan peningkatan
koping keluarga. Untuk itu, perlu dilakukannya asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah hipertensi dengan adanya tindakan atau implementasi
keperawatan keluarga didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah
disusun. Selanjutnya evaluasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang
telah diberikan, kemudian dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya.

B. Saran
Diharapkan adanya laporan asuhan keperawatan lebih lanjut guna
mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai asuhan keperawatan
keluarga dengan masalah hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, FHD dan Prayitno, N. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Bakrie, M. H. (2017). Asuhan Keperawata Keluarga. Yogyakarta: Pustaka
Mahardika
Gusti, Salvari. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans
Info Media
Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga: Riset, Teori, dan
Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Irianto Koes. (2014). Ilmu Kesehatan Masyarakat.Bandung: Alfabet.
Mubarak, W. (2011). Promosi Kesehatan Masyarakat untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.
Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori
dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(I).
Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia(I).
Jakarta.
Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi
Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
World Health Organization (WHO).(2014). Commission on Ending Childhood
Obesity. Geneva, World Health Organization, Departement of
Noncommunicable Disease Surveillance.

Anda mungkin juga menyukai