Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan junk food
telah mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke
baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di
Amerika yang terkena serangan stroke. Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat
kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir.
Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Hal ini akan berdampak
terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial
ekonomi keluarga.Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di
Indonesia identik dengan wabah kegemukan akibat pola makan kaya lemak atau kolesterol yang
melanda di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan
kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah
di seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari
jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan
fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat
yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur.

Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan
kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke
otak. WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang
diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu. Stroke adalah
sindrome klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan
global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Doengoes, 2000:290).
Terapi dan perawatan di rumah juga dapat menurunkan risiko kematian atau kemunduran
dalam kemampuan melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari (Outpatient Service Trialist, 2003).
Untuk melakukan terapi dan perawatan pasien paska stroke di rumah perlu dilakukan pengelolaan/
manajemen keluarga. pengelolaan keluarga sering kali dianggap sebagai hal yang sepele dan hanya
menjadi tugas kaum wanita sebagai pengurus rumah tangga, padahal pengelolaan/ manajemen
keluarga lebih dari itu. Pengelolaan keluarga merupakan kunci untuk mencapai kehidupan yang
sukses dan memuaskan, atau merupakan alat yang kuat untuk proses regenerasi dalam masyarakat
dan untuk menciptakan populasi dunia yang lebih harmonis.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan, dan pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dan di dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Mubarok, 2006 dikutip Salvicion G. Bailon & Arcalis Magalaya, 1989) Sedangkan
berdasarkan PP No 21 tahun 1994, keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari suami-istri; atau suami, istri, dan anaknya; atau ayah dan anaknya; atau ibu dan anaknya.
Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanannya pada unit keluarga.
Penekanan utama diberikan pada pencegahan primer dan peningkatan kesehatan karena fokus ini
merupakan pokok utama dari keperawatan keluarga. Tujuan dari keperawatan keluarga adalah
memungkinkan keluarga untuk mengelola masalah kesehatan dan mempertahankan fungsi keluarga
dan melindungi serta memperkuat pelayanan masyarakat tentang perawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan keluarga terhadap penyakit degenerative
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian kepada keluaga dengan penyakit degenerative
seperti stroke
b. Mahasiswa dapat menentukan diagnosa berdasarkan penyakit degenerative seperti stroke
dalam keluarga
c. Mahasiswa dapat merencanakan intervensi bedasarkan penyakit degenerative seperti
stroke dalam keluarga
d. Mahasiswa dapat memnberikan intervensi yang sesuai dengan penyakit degenerative
seperti stroke dalam keluarga

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan studi pustaka
dan studi literatur melalui website.

D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II KONSEP DASAR STROKE terdiri dari konsep dasar keluarga, konsep dasar stroke
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA STROKE terdiri dari pengkajian,
diagnose keperawatan, intervensi / implementasi, dan evaluasi
BAB IV KESIMPULAN
BAB II
KONSEP DASAR STROKE

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Friedman (1998) mendefinisikan keluarga sebagai kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga. Pengertian keluarga yang lain sebagaimana dinyatakan oleh
Suprajitno (2004) yaitu suatu ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa
yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian
dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Sementara itu Effendi (1998:30) mendefinisikan keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih dari
dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya
masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Berdasarkan ketiga pengertian tersebut diambil kesimpulan (Suprajitno, 2004:14) bahwa
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang tinggal
disuatu tempat atau rumah dan berinteraksi satu sama lain, mempunyai perannya masing-masing-
masing-masing dan mempertahankan suatu kebudayaan. Maka untuk itu indonesia merupakan salah
satu negara yang menjunjung tinggi adat ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk
atas dasar perkawinan, seperti yang tertulis dalam peraturan pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994
bahwa keluarga dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah.

2. Tipe tipe keluarga menurut suprajinto (2004:2)


a. Keluarga inti ( Nuclear family )
Adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga besar ( Exstended family )
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, atau bibi.
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan
pasangannya
d. Orang tua tunggal (single parent family) yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang
tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (the unmarried teenage mother)
f. Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the
single adult living alone)
g. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital heterosecual
cohabiting family)
h. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian
family).
i. Tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan menurut Suprajitno (1004:3)
3. Tahaptahap perkembangan itu antara lain:
a. Tahap perkembangan keluarga baru menikah
1) Tugas ini dimulai dengan membina hubungan intim yang memuaskan pasangannya
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan keluarga sosial.
3) Membina rencana memiliki anak

b. Keluarga dengan anak baru lahir


1) Dimulai dengan mempersiapkan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual
dan kegiatan
3) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya
c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa
aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain yang lebih tua
juga harus terpenuhi,
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar keluarga
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah.
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih
luas
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota
keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja.
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat anak remaja adalah
sorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi
2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,hindarkan terjadinya
perdebatan kecurigaan dan permusuhan
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga mulai melepaskan anak sebagai dewasa
1) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjelaskan keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat
4) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan dirumah.
g. Keluarga dengan usia pertengahan.
1) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan
2) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
h. Keluarga usia tua.
1) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangan
2) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan
penghasilan keluarga
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
4) Melakukan life review masa lalu.
4. Struktur Keluarga menurut Suprajino (2004:7)
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi
keluarga di masyarakat, antara lain:
a. Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya
di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal
b. Nilai dan norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang
berhubungan dengan kesehatan

c. Pola komunikasi keluarga


Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu, orang tua dengan anak, anak
dengan anak dan anggota keluarga lain dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan
orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
5. Fungsi keluarga menurut Friedman (1998)
Secara umum fungsi keluarga (friedman, 1998) adalah:
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
e. Fungsi pemerliharaan kesehatan
Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi
6. Menurut Bailon dan Maglaya (1978), keluarga yang berfungsi sehat juga harus mampu
melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu antara lain :
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana lingkungan rumah yang sehat.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
7. Peranan Keluarga Terhadap Penderita Pasca stroke
Health care activities, health beliefs, dan health values merupakan bagian yang dipelajari dari
keluarga. Sehat dan sakit merupakan bagian dari kehidupan dan dapat dipelajari individu dari
keluarga. Friendman (1992) mengidentifikasi dengan jelas kepentingan pelayanan keperawatan
yang terpusat pada keluarga (family centered nursing care), yaitu :
a. Keluarga terdiri dari anggota yang saling ketergantungan satu sama lainnya (interdependent)
dan berpengaruh dengan yang lainnya. Jika salah satu sakit maka anggota keluarga lain juga
merupakan bagian yang sakit.
b. Adanya hubungan yang kuat antara keluarga dengan status kesehatan anggotanya, maka
anggota keluarga sangat penting peranannya dalam setiap pelayanan keperawatan.
c. Tingkat kesehatan anggota keluarga sangat signifikan dengan aktivitas di dalam promosi
kesehatannya.
d. Keadaan sakit pada salah satu anggota keluarga dapat sebagai indikasi masalah yang sama
pada anggota yang lain. (Awie, 2008)
8. Pentingnya peran keluarga dalam perawatan penderita pasca stroke dapat dipandang dari berbagai
segi yaitu :
a. Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan
lingkungannya.
b. Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka gangguan yang terjadi pada salah satu
anggota dapat mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya disfungsi keluarga dapat pula
merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan pada anggota.
c. Berbagai pelayanan kesehatan bukan tempat penderita seumur hidup tetapi hanya fasilitas
yang membantu pasien dan keluarga mengembangkan kemampuan dalam mencegah
terjadinya masalah, menanggulangi berbagai masalah dan mempertahankan keadaan adaptif.
d. Salah satu faktor penyebab terjadinya stroke berulang adalah keluarga tidak tahu cara
menangani perilaku penderita di rumah (Irdawati, 2009).
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga berperan penting dalam proses
pemulihan dan penyesuaian kembali setiap penderita stroke. Oleh karena itu, peran serta keluarga
dalam proses pemeliharaan dan pencegahan terjadinya serangan ulang sangat diperlukan. Keluarga
merupakan sistem pendukung utama memberi pelayanan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit)
anggota keluarga. Oleh karena itu, asupan pelayanan/perawatan yang berfokus pada keluarga bukan
hanya memulihkan keadaan pasien, tetapi juga bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga tersebut (Effendy, 1998).
Dari uraian diatas maka peranan keluarga terhadap penderita stroke adalah :
a. Berperan Sebagai Perawat
Ketika anggota keluarga mengalami sakit yang menimbulkan kecacatan, maka ada peran yang
menjadi primer yaitu perawat. Memberikan perawatan kepada penderita karena tidak dapat
mengurus dirinya sendiri dalam membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya seperti makan,
minum, berpakaian, berpindah, berjalan.
b. Berperan sebagai Pendukung
Keluarga memberi dorongan/dukungan agar penderita mempunyai motivasi yang kuat untuk
dapat segera memperoleh pemulihan kesehatan dengan sebaik-baiknya. Memberi dorongan pada
saat mulai latihan fisik yang merupakan hal yang cukup menyiksa penderita, namun demikian
penderita harus selalu didorong untuk berani berlatih. Kemudian memberi dorongan untuk tetap
aktif dalam kegiatan sehari-hari ditengah-tengah keluarga dan masyarakat.
c. Berperan Sebagai Penghubung/Komunikasi
Keluarga mengadakan komunikasi efektif dengan penderita, petugas kesehatan, sehingga terjalin
hubungan kerja sama yang baik sehingga tercipta suasana saling percaya dan keterbukaan antara
pasien dengan keluarga dan petugas kesehatan (dokter, perawat, fisioterapist, terapi wicara, dll).
Hubungan yang saling percaya antara pasien, keluarga dengan petugas kesehatan merupakan
dasar utama untuk membantu mengungkapkan dan mengenal perasaannya, mengidentifikasi
kebutuhan dan masalahnya, mencari alternatif pemecahan masalah serta mengevaluasi hasilnya.
Proses ini harus dilalui oleh pasien dan keluarga sehingga keluarga dapat membantu pasien
dengan cara yang sama pada saat dirumah.
d. Berperan Sebagai Pendidik
Dalam upaya belajar untuk hidup dengan kecacatan permanen, pasien diajarkan program
Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) agar penderita dapat melakukan aktifitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri atau tanpa bantuan orang lain, misalnya : tata cara makan, berpakaian,
mandi, tidur, juga melatih penderita dalam mobilisasi, berkomunikasi, melakukan latihan anggota
gerak atas dan bawah secara pasif sampai penderita mempu menggerakkan sendiri.
e. Berperan Sebagai Pengubah Lingkungan/Terapi Lingkungan
Menipulasi lingkungan, terdiri dari merubah lingkungan, pengaturan tata ruangan agar penderita
mudah melakukan aktivitas secara efisien. Ciptakan ruangan yang memberi ketenangan dan
menyenangkan, suara tidak ribut/berisik, cahaya yang terang benderang, banyak orang, kegiatan
dan kesibukan yang berlebihan dan menjauhkan fasilitas yang menimbulkan bahaya. Usahakan
mengurangi stimulus lingkungan yang mengakibatkan gangguan. Usahakan agar ciptakan waktu
untuk istirahat sehingga pasien rileks dan tenang.
f. Berperan Sebagai Pengambil Keputusan
Dalam peran ini keluarga menentukan pencarian sumber-sumber yang penting. Keluarga
mempunyai kontrol substansial terhadap keputusan apakah keluarga yang sakit akan mendapatkan
layanan kuratif atau preventif. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai pasien,
keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggotanya.
g. Berperan Sebagai Pencari Sumber Dana
Keluarga berperan mencari sumber dana untuk biaya pengobatan penderita dan untuk
menghindari ketiadaan dana untuk biaya pengobatan.

B. Konsep Dasar Stroke


1. Pengertian Stroke
Stroke atau cidera cerebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke otak (Suzanne). Stroke adalah kerusakan sirkulasi dalam satu
atau lebih pembuluh darah yang menyediakan darah pada otak. Penyediaan oksigen dan darah ke
otak menjadi kurang atau berhenti, yang kemudian merusak atau memusnahkan area-area tertentu
dalam jaringan otak (discases penyakit).
Cidera serebrovaskuler atau stroke adalah penyekit cerebrovaskuler menunjukkan adanya
beberapa kelainan otak baik secara fungsioanal maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan
patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak
(Doengoes:290). Stroke adalah gangguan aliran darah otak yang bersifat mendadak dan disertai
dengan defisit neuologik (Dr. H. Soedomo Hadinoto). Stroke adalah sindrome klinis yang awal
timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Doengoes, 2000:290).
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di
indonesia, serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara
cepat, tepat dan cermat. Menurut kriteria WHO stroke secara klinis didefinisikan sebagai
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang
disebabkan oleh karena gangguan peredaran dareh otak.

2. Klasifikasi Stroke
a. Transtient Iskemia Attack (TIA), yaitu gangguan neurologik setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja, gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke in evolution (SIE), yaitu stroke yang wujud kelainannya terjadi secara bertahap.
c. Completeted stroke iskemic (CSI), yaitu stroke yang wujud kelainannya bersifat menetap.
d. Reversible iscemic neurological defisit (RIND), yaitu stroke yang mirip dengan transient
iskemik attack hanya saja kelainan yang ada menghilang sesudah berlangsung lebih dari 24
jam.
Berdasarkan penyebabnya stroke dibedakan menjadi 2:
a. Stroke hemorhagic
Merupakan perdarahan cerebral dan mungkin perdarahan sub arachnoid. Disebabkan oleh
pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu biasanya kejadiannya saat melakukan aktifitas
atau saat aktif namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
b. Stroke non hemorhagic
Dapat berupa ischemia atau emboli dan trombosis cerebral, biasanya terjadi saat setelah
lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari tidak terjadi perdarahan namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksi dan selanjutnya dapat timbul oedema skunder. Kesadaran
umumnya baik.

3. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:
a. Trombosis cerebral
b. Emboli
c. Tumor otak
d. Hemorhagic
e. Tekanan darah tinggi
f. Kelemahan dinding arteri
g. Cidera kepala
4. Faktor resiko
Sedangkan faktor resiko dari stroke adalah kondisi atau penyakit atau kelainan yang
memiliki potensi untuk memudahkan seseorang mengalami serangan stroke pada suatu saat.
a. Faktor resiko yang tidak dapat diobati terutama
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Ras
4) Genetik
b. Faktor resiko yang dapat diubah atau dikendalikan diantaranya
1) Hipertensi
2) Diabetes mellitus
3) Penyakit jantung
4) Riwayat trans iskemik atau stroke sebelumnya
5) Merokok
6) Kolesterol tinggi
7) Obesitas
8) Obat-obatan (kokain, ampetamine, ekstasi dan heroin)
5. Patofisiologi
Pada keadaan fisiologis normal, aliran darah pada otak selalu tetap yaitu 50 ml/ menit /
100 gr otak. Hal ini terjadi karena auto regulasi yang mengembangkan arteri pada waktu hipotensi
yang menguncup waktu hipertensi. Apabila tekanan darah tinggi terus menerus terjadi maka dapat
menimbulkan perubahan atroklerotik karena perfusi dapat menyebabkan perdarahan intra kranial.
Ruptur arteri juga dapat menyebabkan perdarahan yang akan menimbulkan ekstavasasi darah ke
jaringan otak sekitarnya. Darah yang merembes ini dapat menekan, mengiritasi, dan
menimbulkan fase spasme arteri hemisfer otak.
Ruptur arteri juga dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah sehingga timbul iskemik
focal dan infark jaringan otak. Daerah ini akan mengalami defisit neurologis yang berupa
hemiparalisis. Keluarnya darah yang mendadak dari pembuluh darah otak dapat meningkatkan
tekanan darah cerebrospinalis, hilang kesadaran maupun gegar otak. Koma terjadi karena apabila
daerah ekstravasal terjadi hematoma yang menimbulkan penekanan pada seluruh isi kranial (Dr.
H. Soedomo).
6. Manifestasi klinis
Long (1996) menjelaskan gejala fokal yang paling sering terlihat akibat terputusnya
sirkulasi arteri cerebral adalah :
a. Kontralateral paralisis
b. Kehilangan penginderaan sensori dan memori
c. Disfasia atau afasia
d. Masalah spatial perceptual
7. Pemeriksaan diagnostis
a. Computerized tomografi Scan (CT Scan) dapat memperlihatkan adanya hematoma, infark dan
perdarahan. Scan ini baik untuk meneliti lesi yang letaknya dipermukaan.
b. Fungsi lumbal untuk menunjukkan kelainan cerebro spinalis fluid (CSF). Tekanan yang
meningkat dan adanya cairan darah menunjukkan adanya hemorhagic.
c. Elektro Encephalography (EEG) menggunakan gelombang untuk menentukan lesi spesifik.
d. Angiografi (arteriografi) sangat esensial untuk memperlihatkan penyebab dan letak ganguan
otak, biasanya menggunakan arteri femoralis. Ada tidaknya oklusi, rupture atau obstruksi
dapat difisualisasi dengan alat ini.
e. Magnetik Resonance Imaging (MRI) dapat menampakkan daerah patologis.

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
Untuk mengobati keadaan acut perlu diperhatikan faktor faktor kritis sebagai berikut:
1) Berusaha menstabilkan tanda tanda vital
2) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
3) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter
4) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien
harus dirubah posisi setiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif
b. Tindakan konservatif
1) Fasodilator yang meningkatkan aliran darah cerebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibutuhkan
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, acetazolamide, papaverin intra arterial
3) Anti agregasi trombosis seperti aspirin, digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan
agregasi. Trombosis yang terjadi ulcerasi ateroma. Tindakan pembedahan untuk
memperbaiki aliran darah cerebral, misalnya pada tindakan endarterectomy carotis.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA POST STROKE

1. Pengkajian
a. Nama kepala keluarga : Tn. S
b. Tanggal Pengkajian : 19 Nvember 2017
c. Umur : 68 tahun
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : S1
f. Pekerjaan : Wiraswasta
g. Alamat : Dusun Sawi, Desa Sawi, Kec. Jogoroto Jombang.
h. Komposisi Keluarga :

No Nama Hub. jk Umur Pend. Pekerjaan Agama Statsu TTV Imun

keluarga Gizi

(TB,

BB,

BMI).
1 Tn. S KK L 67 th SLTP Wiraswast Islam Post

a Stroke
2 Ny. S Istri P 59 th SLTP PNS Islam Baik

Genogram :
Analisis Masalah Kesehatan : Ny S mengatakan anggota gerak kiri Tn S Lemah sejak 4 bulan yang

lalu.

2. RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Pada saat ini keluarga Tn.S memasuki tahap perkembangan keluarga dengan keluarga lansia.
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar
Mempertahankan keintiman pasangan
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
Tn. S mengalami gejala stroke sejak 4 bulan yang lalu. Tidak dirawat di rumah sakit, tetapi

hanya berobat pada dokter swaasta dan menggunakan pengobatan tradisional.


d. Riwayat kesehatan sebelumnya (yang lalu)
Tn. S mengetahui bahwa ia menderita hipertensi dari tahun 2009 dan tidak melakukan

pengobatan secara teratur, dan seorang perokok berat sehari bisa menghabiskan 2-3 bungkus

rokok.

3. KEADAAN LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah

Luas bangunan yang di tempati sekitar 100 m dan bertingkat, di lantai bawah terdiri dari

1 ruang tamu, 2 kamar tidur,1 dapur dan 1 kamar mandi dan di depan ada teras rumah, kolam

ikan, taman. Dilantai atas terdiri dari 2 kamar untuk cucu dan dan anak yang kecil. Bangunan

rumah berbentuk segi empat. Lantai rumah terbuat dari keramik dengan keadaan cukup baik

dan penataan alat dan perabot rumah tangga tidak rapih, penerangan dan ventilasi kurang

baik. Dikamar tidur tidak ada sinar matahari masuk. Sumber air menggunakan sumur jet

pump, dan untuk minum menggunakan air minum galon, WC menggunakan septi tank.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Keluarga Tn.S hidup dilingkungan tempat tinggal yang sangat berdekatan (padat).

Sebagian besar dari tetengga di lingkungan tempat tinggal keluarga Tn.S adalah penduduk asli

dan pendatang yang bekerja wiraswasta dan mahasiswa. Interaksi antar warga banyak di

lakukan sore dan malam hari karena pada siang hari umumnya mereka bekerja.

c. Mobilitas geografis keluarga.

Mobilitas geografis keluarga Tn.S sudah menempati rumah yang di tempatinya secara

turun temurun dari orang tuanya, tempat tinggalnya berdampingan dengan saudara lainnya.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarkat

Tn. S dan anggota keluarga mengaku berinteraksi dengan tetangga sesekali dan

mengikuti kegiatan di masyarakat seperti kerja bakti membersihkan lingkungan.


e. Sistem pendukung keluarga

Tn.S dan keluarga memiliki fasilitas penunjang kesehatan dari askes, tetapi Tn. S lebih

memilih berobat ke dokter swasta di Bandung.

4. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi keluarga

Antar anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis, dalam menghadapi suatu

permasalahan, biasanya dilakukan musyawarah keluarga, sebelum memutuskan suatu

permasalahan. Komunikasi dilakukan dengan sangat terbuka.

b. Struktur kekuatan keluarga

Keluarga merupakan keluarga yg terdiri dari 1 kepala keluarga dan saling perhatian.

c. Struktur peran keluarga


Tn.S berperan sebagai kepala keluarga, pencari nafkah dan pengambil keputusan untuk

dirinya dan keluarga melalui musyawarah dan juga seorang pedagang.


d. Nilai dan norma keluarga

Nilai dan norma keluarga yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai

dalam agama Islam yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya. Keluarga ini

menganggap bahwa penyakit stroke yang pernah dialami oleh Tn.S adalah penyakit yang

disebabkan karena darah tinggi dan kolesterol yang tidak terkontrol sebelumnya ditambah

kebiasaan merokok. Upaya untuk mencegah kejadian stroke ulang dan peningkatan kolesterol

dengan periksa ke dokter swasta dan menjaga makanan sesuai anjuran dokter. Tetapi untuk

kebiasaan merokok, Tn.S tidak bisa menghentikannya.

5. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Afektif

Tiap keluarga cukup rukun dalam membina rumah tangga.

b. Fungsi Sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku social yang baik. Tetapi

keluarga hanya mengikuti kegiatan besar di masyarakat seperti kerja bakti.

c. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga mampu mengenal masalah kesehatannya, hal ini di tunjukan dengan Tn.S

berobat secara teratur ke dokter swasta, namun yang menjadi masalah Tn. S tidak bisa

menghentikan kebiasaan merokoknya.

d. Fungsi Reproduksi

Tn.S (68 tahun) dan Ny. S (59 tahun) merupakan usia yang sudah tidak produktif lagi dan

menurut Tn.S bahwa aktifitas seksual bukan lagi hal yang utama dalam hubungan suami istri.

Tetapi yang utama adalah memberikan kasih sayang kepada istri, anak dan cucunya.

e. Fungsi Ekonomi

Tn.S bekerja wiraswasta dan Ny. S sebagai ibu rmah tangga dan terkadang membantu

suaminya berdagang.

6. STRESS DAN FUNGSI KELUARGA


a. Stressor yang dimiliki

Stresor yang dirasakan oleh keluarga Tn.S adalah gejala penyakit stroke yang

dialaminya.

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

Keluarga sudah dapat beradaptasi dengan gejala penyakit stroke yang pernah diderita

oleh Tn.S karena sudah berobat secara teratur ke dokter swasta dan pasrah kepada Allah

terhadap situasi sakitnya.

c. Strategi koping yang digunakan

Dalam menghadapi masalah biasanya keluarga berdiskusi.


d. Strategi Adaptasi Disfungsional

Tn.S setelah mengalami stroke menyadari bahwa kemungkinan dapat terjadi stroke ulang.

7. Data Penunjang Keluarga

Rumah dan Sanitasi Lingkungan

Tipe Rumah Keluarga Tn.S Perman , Lantai Plester, terdapat ventilasi yaaitu 4 jendela.

Cahaya rumah cukup baik, sinar matahari ibsa masuk kedalam rumah, Salura limbah dibuang

di selokan, sumber air bersih berasal dari sumur, airnya bersihm tidak berbau, dan tidak

berwarna, jamban dirmah mengguakan jaman leher angsa dengan jarak setic thank dari sumur

+ 200m. didalam rumah terdapat tempat sampah, kemudian sampah d buang disamping rumah

untuk di bakar. Rasio luas rumah 8m x 16 m.\

PHBS Dirumah Tangga

Keluarga tampak menjaga lingkungan rumah sehingga tampak bersih, selalu mencuci tangan

dengan air bersih, terkadang pakai sabun, mengkonsumsi lauk pauk setiap hari, dan

mengguakan jamban sehat.

8. KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKA TUGAS PEMELIHARAAN KESEHATAN

ANGGOTA KELUARGA
Saat ada keluarga yang sakit, keluarga membawanya ke pelayanan kesehatan, karena keluarga

tahu tentang kosi kesehatan keluarga. Keluarga juga mengetahui peyebab, tanda dan gejala, dan

akibat masalah kesehatan di keluarga, keluarga meyakini jika penyakit Tn S Perlu diobati.
9. KEMANDIRIAN KELUARGA
Pada keluarga Tn. S, termasuk dalam kategori Kemandirian II, Karena :
1. Menerima petugas puskesmas
2. Meerima Yankes sesuai rencana
3. Menyatakan masalah secara benar
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
5. Melaksanaka perawatan sederhana sesuai anjuran

10. PEMERIKSAAN FISIK


Melakukan pemeriksaan fisik pada Tn. S yang di identifikasi sebagai klien atau sasaran asuhan

keperawatan keluarga.

Pemeriksaan Tn.S Ny.S


Fisik
Nyeri Tidak ada Tidak ada keluhan
Spesifik keluhan

Status mental Cemas denga Tidak ada keluhan


penyakitya
System Tidak ada Tidak ada keluhan
integumen keluhan
System Tidak ada Tidak ada keluhan
pernafasan keluhan
Sistem BAK 5-8 X BAK 5-7 x sehari
Perkemihan sehari
Sistem Terdapat Tidak ada keluhan
Muskoloskel Hemiparesis,
etal serta ROM
kurang. Kekuaan
tonus otot
0I3
0I5
System Tidak ada Tidak ada keluhan
pencernaan keluhan
Sistem Tidak ada Tidak ada
persyarafan keluhan. keluhan.
Riwayat Mecobalamin -.
Pengobatan
Laboratorium GDP = 107 -
Asam Urat 5,5
Colestrol = 156
HB = 11,8

11. ANALISA DATA

Data Problem Etiologi


DS : Pemeliharaan Ketidakmampuan
- Keluarga mengatakan, :dulu rajin kesehatan tidak keluarga merawat
membawa Ny.M ke rumah sakit atau dokter efektif anggota keluarga
praktek, karena tidak ada kemajuan (Tn. S yang menderita
ingin segera bisa jalan), Akhirnya ibu minta stroke
pengoobatan dihentikan

DO :

- Keluarga tidak pernah melatih klien untuk


mobilisasi
- Lantai terbuat dari plester
- Hemiparesis, serta
- ROM kurang.
- Kekuaan tonus otot
0I3
0I5
12. DIAGNOSA KEPERAWATAN
pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota kelarga yang sakit.

13. Skoring
Diagnosis keperawatan: Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan

ketidakmampuan akeluarga merawat anggota kelarga yang sakit

Kriteria Skor Total Pembenaran


5. Sifat Masalah : 3/3x1 1 Masalah pe,eliharaan
kesehatan tidak efektif adalah
Tidak sehat
aktual
2. Kemungkinan 1/2x2 1 Karena pengetahuan keluarga
tentang pemeiharaan
Masalah dapat diubah
kesehatan kurang, sementara
: sebagian sumber daya keluarga cukup
3. Kemungkinan 2/3x1 2/3 Penyakit sudah berjalan lama,
sudah mengalami gangguan
Masalah dapat dicegah
gerak, keluarga skarang tidak
: cukup mengupayakan kegiatan
mencari kesehatan

4. Menonjolnya Masalah 2/2x1 1 Keluarga mengaggap sakitnya


Tn S merupakan masalah, tapi
: tidak perlu segera
tidak memerlukan penanganan
ditangani segera karena sdah berjalan
lama.
Jumlah 3 2/3

14. RENCANA KEPERAWATAN

No. Tujuan Kriteria Standar Intervensi


DP

22
Setelah Verbal o Keluarga Ny. S 1. Kaji pengetahuan
tindakan Perlu mendapat
keperawatan, perhatian
pada akhir sewajarnya.
minggu ke 2. Berikan
2keluarga pendidikan kesehatan
mampu tentang Cara
mmelakukan perawatan Pasien
perawatan stroke
pada pasien Psikomotor 3. Jelaskan kepada
stroke keluarga tentang cara
mengatur
lingkungan: kamar
tidur alat makan dan
minum
4. Berikan pujian setiap
keberhasilan
keluarga.

15. EVALUASI

No Diagnosa Implementasi Evaluasi Waktu


1 Pemeliharaan Tgl ____ Jam _____ S: Tgl
kesehatan tidak Mengucapkan salam Keluarga
efektif Memvalidasi menjawab salam
berhubungan keadaan keluarga Tn.S
dengan Mengingatkan mengatakan Ny.s
ketidakmampuan kontrak masih mual, pahit di
akeluarga merawat Menjelaskan tujuan mulut, dan belum
anggota kelarga bisa sepenuhnya
yang sakit TUK menghabiskan porsi
1. Memberitahu kepada makannya.
pasien dan keluarga Keluarga
betapa pentingnya menyetujui
menjaga keseimbangan pertemuan saat ini
nutrisi walaupun saat selama 30 menit

23
sakit. tentang pentingnya
2. Memberitahu pasien pemenuhan nutrisi
dan keluarga tentang dan komposisi
komposisi nutrisi yang seimbangnya.
seimbang. Keluarga
3. Memberikan mengatakan sudah
kesempatan pada faham tentang
keluarga untuk bertanya proses membantu
dan mengulangi pemenuhan nutrisi T
penjelasan apa yang S
sudah kita ajarkan. O:
4. Memberitahu Keluarga
keluarga untuk lebih aktif kooperatif dan aktif
dalam membantu saat dijelaskan.
pemenuhan kebutuhan Keluarga
nutrisi secara parsial. mendengarkan
5. Memberikan penjelasan yang
motivasi pasien dan diberikan.
membantu anggota Keluarga
keluarga untuk membantu proses
membantu Tn S pemenuhan
perlahan-lahan kebutuhan nutrisi
memenuhi kebutuhan Ny. I sampai
nutrisi sampai tujuan akhirnya bisa makan
tercapai. dan minum.
Tn S belum
menghabiskan
seluruh porsi, tapi
2/3 porsi dan
minum kurang lebih
5 gelas/hari.
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi.

2 Hipertensi pada Tgl ____ Jam _____ S: Tgl


Tn. S keluarga Tn. Mengucapkan salam Keluarga
S berhubungan Memvalidasi menjawab salam
dengan keadaan keluarga Tn. S
ketidakmampuan Mengingatkan mengatakan Tn S
keluarga mengenal kontrak masih sedikit pusing
karakteristik Menjelaskan tujuan dan belum bisa
penyakit dan TUK sepenuhnya

24
perawatannya 1. Memberikan melakukan aktifitas.
pendidikan kesehatan Keluarga
tentang Hipertensi yang menyetujui
meliputi: pertemuan saat ini
- Pengertian hipertensi selama 30 menit
- Tanda dan gejala tentang pentingnya
- Penyebab dan aktifitas sehari-hari.
pencegahan Keluarga dan
2. Memeberikan pasien mengatakan
masukan /saran kepada belum sepenuhnya
keluarga untuk membawamemahami apa itu
Tn. S untuk berobat ke yang berkaitan
pelayan kesehatan dengan hipertensi.
sebagai keputusan yang Keluarga sudah
baik. membawa Tn. S ke
3. Mengajukan kontrak dokter yang biasa di
waktu pada akhir kunjungi.
pertemuan untuk di O:
lakukan evaluasi keadaan Keluarga
Tn. S dan keluarga. kooperatif dan aktif
saat dijelaskan.
Keluarga
mendengarkan
penjelasan yang
diberikan.
Tn. S masih
terlihat sedikit lemas
, tapi sudah agak
lebih baik.
TD:
130/90mmHg
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi.

25
BAB IV
KESIMPULAN

Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di
indonesia, serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara
cepat, tepat dan cermat. Ketika pasien dapat ditangani secara tepat, maka pasien akan terbebas
dari resiko kematian, tindakan selanjutnya adalah membatasi kecacatan, dan mengembalikan
pasien kekeadaan sebelum sakit seoptimal mungkin. Perawatan pasien stroke akan membutuhkan
waktu yang cukup lama, sehingga ketika keadaan pasien stabil, maka perawatan dapat
dilanjutkan di rumah.
Dalam keberhasilan perawatan di rumah, maka diperlukan koordinasi antara tim
kesehatan dan keluarga. Diperlukan suatu kesiapan dari anggota keluarga untuk dapat melakukan
perawatan pasien pasca stroke di rumah. Untuk itu perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling
sering berinteraksi dengan pasien dan keluarga harus mampu menyiapkan pasien dan keluarga
untuk dapat melanjutkan perawatan dirumah. Diperlukan suatu pendekatan asuhan keperawatan
dalam rangka menyiapkan pasien dan keluarga agar mampu melanjutkan perawatan dirumah.
Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah dengan adanya asuhan keperawatan
keluarga.
Dalam asuhan keperawatan keluarga, perawat diharapkan dapat menggali sumber-sumber
kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam keluarga dalam upaya perawatan pasien di rumah.
Untuk itu maka asuhan keperawatan keluarga dimulai dengan adanya pengkajian keluarga,
setelah diketahui sumber kekuatan dan masalah yang terdapat dalam keluarga maka dapat
ditegakan dalam bentuk diagnosa keperawatan keluarga. Dari diagnosa yang muncul perawat
dapat menyusun serangkaian rencana tindakan dan melaksanakan tindakan keperawatan keluarga

26
secara tepat. Evaluasi perlu dilakukan untuk menilai apakah keluarga dapat melakukan
perawatan secara tepat, hal ini dimaksudkan agar anggota keluarga yang mengalami stroke dapat
kembali kekeadaan semula secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica Ester.
Jakarta: EGC

Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosa. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester. (2001).
Jakarta: EGC

Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting Patient
Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2000. Jakarta: EGC

Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC

Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah R. Karnaen, Et. All, Edisi
ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.

Mubarok, Wahit Iqbal. 2006. Ilmu Keperawatan dan Komunitas: Teori dan Aplikasi dalam
Praktik. Jakarta : Ssagung Seto.

Smeltzer, Suzanne; Suzanne; and Benda G Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

Zendy. George. L. Pengelolaan Mutahir Stroke. 1992

27

Anda mungkin juga menyukai