PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan junk food
telah mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke
baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di
Amerika yang terkena serangan stroke. Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat
kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir.
Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Hal ini akan berdampak
terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial
ekonomi keluarga.Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di
Indonesia identik dengan wabah kegemukan akibat pola makan kaya lemak atau kolesterol yang
melanda di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan
kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah
di seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari
jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan
fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat
yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur.
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan
kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke
otak. WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang
diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu. Stroke adalah
sindrome klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan
global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Doengoes, 2000:290).
Terapi dan perawatan di rumah juga dapat menurunkan risiko kematian atau kemunduran
dalam kemampuan melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari (Outpatient Service Trialist, 2003).
Untuk melakukan terapi dan perawatan pasien paska stroke di rumah perlu dilakukan pengelolaan/
manajemen keluarga. pengelolaan keluarga sering kali dianggap sebagai hal yang sepele dan hanya
menjadi tugas kaum wanita sebagai pengurus rumah tangga, padahal pengelolaan/ manajemen
keluarga lebih dari itu. Pengelolaan keluarga merupakan kunci untuk mencapai kehidupan yang
sukses dan memuaskan, atau merupakan alat yang kuat untuk proses regenerasi dalam masyarakat
dan untuk menciptakan populasi dunia yang lebih harmonis.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan, dan pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dan di dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Mubarok, 2006 dikutip Salvicion G. Bailon & Arcalis Magalaya, 1989) Sedangkan
berdasarkan PP No 21 tahun 1994, keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari suami-istri; atau suami, istri, dan anaknya; atau ayah dan anaknya; atau ibu dan anaknya.
Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanannya pada unit keluarga.
Penekanan utama diberikan pada pencegahan primer dan peningkatan kesehatan karena fokus ini
merupakan pokok utama dari keperawatan keluarga. Tujuan dari keperawatan keluarga adalah
memungkinkan keluarga untuk mengelola masalah kesehatan dan mempertahankan fungsi keluarga
dan melindungi serta memperkuat pelayanan masyarakat tentang perawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan keluarga terhadap penyakit degenerative
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian kepada keluaga dengan penyakit degenerative
seperti stroke
b. Mahasiswa dapat menentukan diagnosa berdasarkan penyakit degenerative seperti stroke
dalam keluarga
c. Mahasiswa dapat merencanakan intervensi bedasarkan penyakit degenerative seperti
stroke dalam keluarga
d. Mahasiswa dapat memnberikan intervensi yang sesuai dengan penyakit degenerative
seperti stroke dalam keluarga
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan studi pustaka
dan studi literatur melalui website.
D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II KONSEP DASAR STROKE terdiri dari konsep dasar keluarga, konsep dasar stroke
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA STROKE terdiri dari pengkajian,
diagnose keperawatan, intervensi / implementasi, dan evaluasi
BAB IV KESIMPULAN
BAB II
KONSEP DASAR STROKE
2. Klasifikasi Stroke
a. Transtient Iskemia Attack (TIA), yaitu gangguan neurologik setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja, gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke in evolution (SIE), yaitu stroke yang wujud kelainannya terjadi secara bertahap.
c. Completeted stroke iskemic (CSI), yaitu stroke yang wujud kelainannya bersifat menetap.
d. Reversible iscemic neurological defisit (RIND), yaitu stroke yang mirip dengan transient
iskemik attack hanya saja kelainan yang ada menghilang sesudah berlangsung lebih dari 24
jam.
Berdasarkan penyebabnya stroke dibedakan menjadi 2:
a. Stroke hemorhagic
Merupakan perdarahan cerebral dan mungkin perdarahan sub arachnoid. Disebabkan oleh
pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu biasanya kejadiannya saat melakukan aktifitas
atau saat aktif namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
b. Stroke non hemorhagic
Dapat berupa ischemia atau emboli dan trombosis cerebral, biasanya terjadi saat setelah
lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari tidak terjadi perdarahan namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksi dan selanjutnya dapat timbul oedema skunder. Kesadaran
umumnya baik.
3. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:
a. Trombosis cerebral
b. Emboli
c. Tumor otak
d. Hemorhagic
e. Tekanan darah tinggi
f. Kelemahan dinding arteri
g. Cidera kepala
4. Faktor resiko
Sedangkan faktor resiko dari stroke adalah kondisi atau penyakit atau kelainan yang
memiliki potensi untuk memudahkan seseorang mengalami serangan stroke pada suatu saat.
a. Faktor resiko yang tidak dapat diobati terutama
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Ras
4) Genetik
b. Faktor resiko yang dapat diubah atau dikendalikan diantaranya
1) Hipertensi
2) Diabetes mellitus
3) Penyakit jantung
4) Riwayat trans iskemik atau stroke sebelumnya
5) Merokok
6) Kolesterol tinggi
7) Obesitas
8) Obat-obatan (kokain, ampetamine, ekstasi dan heroin)
5. Patofisiologi
Pada keadaan fisiologis normal, aliran darah pada otak selalu tetap yaitu 50 ml/ menit /
100 gr otak. Hal ini terjadi karena auto regulasi yang mengembangkan arteri pada waktu hipotensi
yang menguncup waktu hipertensi. Apabila tekanan darah tinggi terus menerus terjadi maka dapat
menimbulkan perubahan atroklerotik karena perfusi dapat menyebabkan perdarahan intra kranial.
Ruptur arteri juga dapat menyebabkan perdarahan yang akan menimbulkan ekstavasasi darah ke
jaringan otak sekitarnya. Darah yang merembes ini dapat menekan, mengiritasi, dan
menimbulkan fase spasme arteri hemisfer otak.
Ruptur arteri juga dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah sehingga timbul iskemik
focal dan infark jaringan otak. Daerah ini akan mengalami defisit neurologis yang berupa
hemiparalisis. Keluarnya darah yang mendadak dari pembuluh darah otak dapat meningkatkan
tekanan darah cerebrospinalis, hilang kesadaran maupun gegar otak. Koma terjadi karena apabila
daerah ekstravasal terjadi hematoma yang menimbulkan penekanan pada seluruh isi kranial (Dr.
H. Soedomo).
6. Manifestasi klinis
Long (1996) menjelaskan gejala fokal yang paling sering terlihat akibat terputusnya
sirkulasi arteri cerebral adalah :
a. Kontralateral paralisis
b. Kehilangan penginderaan sensori dan memori
c. Disfasia atau afasia
d. Masalah spatial perceptual
7. Pemeriksaan diagnostis
a. Computerized tomografi Scan (CT Scan) dapat memperlihatkan adanya hematoma, infark dan
perdarahan. Scan ini baik untuk meneliti lesi yang letaknya dipermukaan.
b. Fungsi lumbal untuk menunjukkan kelainan cerebro spinalis fluid (CSF). Tekanan yang
meningkat dan adanya cairan darah menunjukkan adanya hemorhagic.
c. Elektro Encephalography (EEG) menggunakan gelombang untuk menentukan lesi spesifik.
d. Angiografi (arteriografi) sangat esensial untuk memperlihatkan penyebab dan letak ganguan
otak, biasanya menggunakan arteri femoralis. Ada tidaknya oklusi, rupture atau obstruksi
dapat difisualisasi dengan alat ini.
e. Magnetik Resonance Imaging (MRI) dapat menampakkan daerah patologis.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
Untuk mengobati keadaan acut perlu diperhatikan faktor faktor kritis sebagai berikut:
1) Berusaha menstabilkan tanda tanda vital
2) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
3) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter
4) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien
harus dirubah posisi setiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif
b. Tindakan konservatif
1) Fasodilator yang meningkatkan aliran darah cerebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibutuhkan
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, acetazolamide, papaverin intra arterial
3) Anti agregasi trombosis seperti aspirin, digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan
agregasi. Trombosis yang terjadi ulcerasi ateroma. Tindakan pembedahan untuk
memperbaiki aliran darah cerebral, misalnya pada tindakan endarterectomy carotis.
BAB III
1. Pengkajian
a. Nama kepala keluarga : Tn. S
b. Tanggal Pengkajian : 19 Nvember 2017
c. Umur : 68 tahun
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : S1
f. Pekerjaan : Wiraswasta
g. Alamat : Dusun Sawi, Desa Sawi, Kec. Jogoroto Jombang.
h. Komposisi Keluarga :
keluarga Gizi
(TB,
BB,
BMI).
1 Tn. S KK L 67 th SLTP Wiraswast Islam Post
a Stroke
2 Ny. S Istri P 59 th SLTP PNS Islam Baik
Genogram :
Analisis Masalah Kesehatan : Ny S mengatakan anggota gerak kiri Tn S Lemah sejak 4 bulan yang
lalu.
pengobatan secara teratur, dan seorang perokok berat sehari bisa menghabiskan 2-3 bungkus
rokok.
3. KEADAAN LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah
Luas bangunan yang di tempati sekitar 100 m dan bertingkat, di lantai bawah terdiri dari
1 ruang tamu, 2 kamar tidur,1 dapur dan 1 kamar mandi dan di depan ada teras rumah, kolam
ikan, taman. Dilantai atas terdiri dari 2 kamar untuk cucu dan dan anak yang kecil. Bangunan
rumah berbentuk segi empat. Lantai rumah terbuat dari keramik dengan keadaan cukup baik
dan penataan alat dan perabot rumah tangga tidak rapih, penerangan dan ventilasi kurang
baik. Dikamar tidur tidak ada sinar matahari masuk. Sumber air menggunakan sumur jet
pump, dan untuk minum menggunakan air minum galon, WC menggunakan septi tank.
Keluarga Tn.S hidup dilingkungan tempat tinggal yang sangat berdekatan (padat).
Sebagian besar dari tetengga di lingkungan tempat tinggal keluarga Tn.S adalah penduduk asli
dan pendatang yang bekerja wiraswasta dan mahasiswa. Interaksi antar warga banyak di
lakukan sore dan malam hari karena pada siang hari umumnya mereka bekerja.
Mobilitas geografis keluarga Tn.S sudah menempati rumah yang di tempatinya secara
turun temurun dari orang tuanya, tempat tinggalnya berdampingan dengan saudara lainnya.
Tn. S dan anggota keluarga mengaku berinteraksi dengan tetangga sesekali dan
Tn.S dan keluarga memiliki fasilitas penunjang kesehatan dari askes, tetapi Tn. S lebih
4. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi keluarga
Antar anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis, dalam menghadapi suatu
Keluarga merupakan keluarga yg terdiri dari 1 kepala keluarga dan saling perhatian.
Nilai dan norma keluarga yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai
dalam agama Islam yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya. Keluarga ini
menganggap bahwa penyakit stroke yang pernah dialami oleh Tn.S adalah penyakit yang
disebabkan karena darah tinggi dan kolesterol yang tidak terkontrol sebelumnya ditambah
kebiasaan merokok. Upaya untuk mencegah kejadian stroke ulang dan peningkatan kolesterol
dengan periksa ke dokter swasta dan menjaga makanan sesuai anjuran dokter. Tetapi untuk
5. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Afektif
b. Fungsi Sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku social yang baik. Tetapi
Keluarga mampu mengenal masalah kesehatannya, hal ini di tunjukan dengan Tn.S
berobat secara teratur ke dokter swasta, namun yang menjadi masalah Tn. S tidak bisa
d. Fungsi Reproduksi
Tn.S (68 tahun) dan Ny. S (59 tahun) merupakan usia yang sudah tidak produktif lagi dan
menurut Tn.S bahwa aktifitas seksual bukan lagi hal yang utama dalam hubungan suami istri.
Tetapi yang utama adalah memberikan kasih sayang kepada istri, anak dan cucunya.
e. Fungsi Ekonomi
Tn.S bekerja wiraswasta dan Ny. S sebagai ibu rmah tangga dan terkadang membantu
suaminya berdagang.
Stresor yang dirasakan oleh keluarga Tn.S adalah gejala penyakit stroke yang
dialaminya.
Keluarga sudah dapat beradaptasi dengan gejala penyakit stroke yang pernah diderita
oleh Tn.S karena sudah berobat secara teratur ke dokter swasta dan pasrah kepada Allah
Tn.S setelah mengalami stroke menyadari bahwa kemungkinan dapat terjadi stroke ulang.
Tipe Rumah Keluarga Tn.S Perman , Lantai Plester, terdapat ventilasi yaaitu 4 jendela.
Cahaya rumah cukup baik, sinar matahari ibsa masuk kedalam rumah, Salura limbah dibuang
di selokan, sumber air bersih berasal dari sumur, airnya bersihm tidak berbau, dan tidak
berwarna, jamban dirmah mengguakan jaman leher angsa dengan jarak setic thank dari sumur
+ 200m. didalam rumah terdapat tempat sampah, kemudian sampah d buang disamping rumah
Keluarga tampak menjaga lingkungan rumah sehingga tampak bersih, selalu mencuci tangan
dengan air bersih, terkadang pakai sabun, mengkonsumsi lauk pauk setiap hari, dan
ANGGOTA KELUARGA
Saat ada keluarga yang sakit, keluarga membawanya ke pelayanan kesehatan, karena keluarga
tahu tentang kosi kesehatan keluarga. Keluarga juga mengetahui peyebab, tanda dan gejala, dan
akibat masalah kesehatan di keluarga, keluarga meyakini jika penyakit Tn S Perlu diobati.
9. KEMANDIRIAN KELUARGA
Pada keluarga Tn. S, termasuk dalam kategori Kemandirian II, Karena :
1. Menerima petugas puskesmas
2. Meerima Yankes sesuai rencana
3. Menyatakan masalah secara benar
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
5. Melaksanaka perawatan sederhana sesuai anjuran
keperawatan keluarga.
DO :
13. Skoring
Diagnosis keperawatan: Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
22
Setelah Verbal o Keluarga Ny. S 1. Kaji pengetahuan
tindakan Perlu mendapat
keperawatan, perhatian
pada akhir sewajarnya.
minggu ke 2. Berikan
2keluarga pendidikan kesehatan
mampu tentang Cara
mmelakukan perawatan Pasien
perawatan stroke
pada pasien Psikomotor 3. Jelaskan kepada
stroke keluarga tentang cara
mengatur
lingkungan: kamar
tidur alat makan dan
minum
4. Berikan pujian setiap
keberhasilan
keluarga.
15. EVALUASI
23
sakit. tentang pentingnya
2. Memberitahu pasien pemenuhan nutrisi
dan keluarga tentang dan komposisi
komposisi nutrisi yang seimbangnya.
seimbang. Keluarga
3. Memberikan mengatakan sudah
kesempatan pada faham tentang
keluarga untuk bertanya proses membantu
dan mengulangi pemenuhan nutrisi T
penjelasan apa yang S
sudah kita ajarkan. O:
4. Memberitahu Keluarga
keluarga untuk lebih aktif kooperatif dan aktif
dalam membantu saat dijelaskan.
pemenuhan kebutuhan Keluarga
nutrisi secara parsial. mendengarkan
5. Memberikan penjelasan yang
motivasi pasien dan diberikan.
membantu anggota Keluarga
keluarga untuk membantu proses
membantu Tn S pemenuhan
perlahan-lahan kebutuhan nutrisi
memenuhi kebutuhan Ny. I sampai
nutrisi sampai tujuan akhirnya bisa makan
tercapai. dan minum.
Tn S belum
menghabiskan
seluruh porsi, tapi
2/3 porsi dan
minum kurang lebih
5 gelas/hari.
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi.
24
perawatannya 1. Memberikan melakukan aktifitas.
pendidikan kesehatan Keluarga
tentang Hipertensi yang menyetujui
meliputi: pertemuan saat ini
- Pengertian hipertensi selama 30 menit
- Tanda dan gejala tentang pentingnya
- Penyebab dan aktifitas sehari-hari.
pencegahan Keluarga dan
2. Memeberikan pasien mengatakan
masukan /saran kepada belum sepenuhnya
keluarga untuk membawamemahami apa itu
Tn. S untuk berobat ke yang berkaitan
pelayan kesehatan dengan hipertensi.
sebagai keputusan yang Keluarga sudah
baik. membawa Tn. S ke
3. Mengajukan kontrak dokter yang biasa di
waktu pada akhir kunjungi.
pertemuan untuk di O:
lakukan evaluasi keadaan Keluarga
Tn. S dan keluarga. kooperatif dan aktif
saat dijelaskan.
Keluarga
mendengarkan
penjelasan yang
diberikan.
Tn. S masih
terlihat sedikit lemas
, tapi sudah agak
lebih baik.
TD:
130/90mmHg
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi.
25
BAB IV
KESIMPULAN
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di
indonesia, serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara
cepat, tepat dan cermat. Ketika pasien dapat ditangani secara tepat, maka pasien akan terbebas
dari resiko kematian, tindakan selanjutnya adalah membatasi kecacatan, dan mengembalikan
pasien kekeadaan sebelum sakit seoptimal mungkin. Perawatan pasien stroke akan membutuhkan
waktu yang cukup lama, sehingga ketika keadaan pasien stabil, maka perawatan dapat
dilanjutkan di rumah.
Dalam keberhasilan perawatan di rumah, maka diperlukan koordinasi antara tim
kesehatan dan keluarga. Diperlukan suatu kesiapan dari anggota keluarga untuk dapat melakukan
perawatan pasien pasca stroke di rumah. Untuk itu perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling
sering berinteraksi dengan pasien dan keluarga harus mampu menyiapkan pasien dan keluarga
untuk dapat melanjutkan perawatan dirumah. Diperlukan suatu pendekatan asuhan keperawatan
dalam rangka menyiapkan pasien dan keluarga agar mampu melanjutkan perawatan dirumah.
Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah dengan adanya asuhan keperawatan
keluarga.
Dalam asuhan keperawatan keluarga, perawat diharapkan dapat menggali sumber-sumber
kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam keluarga dalam upaya perawatan pasien di rumah.
Untuk itu maka asuhan keperawatan keluarga dimulai dengan adanya pengkajian keluarga,
setelah diketahui sumber kekuatan dan masalah yang terdapat dalam keluarga maka dapat
ditegakan dalam bentuk diagnosa keperawatan keluarga. Dari diagnosa yang muncul perawat
dapat menyusun serangkaian rencana tindakan dan melaksanakan tindakan keperawatan keluarga
26
secara tepat. Evaluasi perlu dilakukan untuk menilai apakah keluarga dapat melakukan
perawatan secara tepat, hal ini dimaksudkan agar anggota keluarga yang mengalami stroke dapat
kembali kekeadaan semula secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica Ester.
Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosa. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester. (2001).
Jakarta: EGC
Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting Patient
Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2000. Jakarta: EGC
Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC
Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah R. Karnaen, Et. All, Edisi
ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.
Mubarok, Wahit Iqbal. 2006. Ilmu Keperawatan dan Komunitas: Teori dan Aplikasi dalam
Praktik. Jakarta : Ssagung Seto.
Smeltzer, Suzanne; Suzanne; and Benda G Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC
27