Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ISU DAN ETIK KEPERAWATAN KELUARGA

MENGENAI ISPA

DOSEN PENGAMPU: MUHAMMAD RAUF,N.,M.KEP

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANI SURIYANI

NPM : 171420110004

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2019/2020

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULAUAN

A.Latar Belakang

Masalah Kesehatan adalah aset terpenting dalam kehidupan. Masalah kesehatan merupakan
masalah yang utama dan yang paling pokok dalam kehidupan. Tanpa kesehatan semuanya
tidak bisa berjalan dengan baik. Kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional,
karena tanpa kesehatan pembangunan nasional tidak akan berjalan dengan lancar. Di
Indonesia di perkirakan 20 juta orang Indonesia mempunyai gangguan paru – paru atau
sistem pernapasan lainya. Sementara dari data biro pusat statistik kesehatan berdasarkan
laporan kerja sama Ditjen pemberantasan penyakit menular dan penyebab lingkungan
P2MPL,di Indonesia Penyakit Infeksi pernapasan merupakan penyebab kematian no 3 setelah
kardiovaskule dan tuberkulosis. Faktor ekonomi yang rendah juga mempertinggi angka
kematian.(Misnadiarly, 2008)

Salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi
Saluran Pernafasan Akut) yaitu meliputi infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi akut
saluran pernafasan bagian bawah. ISPA merupakan suatu infeksi saluran pernafasan yang
berlangsung sampai 14 hari. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru beserta orga disekitarnya( Benih, 2000).

2.Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Jhonson L & Leny R (2010), adalah

a.Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

b.Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c.Matrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

d.Patrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suamie.Keluarga kawinan
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara
yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan.

3.Tipe keluarga

Friedman ( 2010), Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang
yang mengelompokan. Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi 2 yaitu :

a.Keluarga Inti ( nuclear family )

adalah keluarga yang hanya terdiri dari Ayah, Ibu,dan anak yang diperoleh dari
keturunannyaatau adopsi atau keduanya.

b.Keluarga besar ( ektended family)

adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan
darah (kakek – nenek, paman – bibi)

Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme,


pengelompokan tpie keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi :

1). Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya. Keadaan ini di Indonesia juga
menjadi trenkarena adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada zaman dahulu jarang sekali
ditemui sehingga orang yang cerai atau ditinggal mati pasangannya cenderung hidup sendiri
ubtuk membesarkan ank – anaknya.

2). Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang
tua dengan anak – anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.

3). Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried tenage mother)

4). Orang dewasa laki – laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the
single adult living alone). Kecenderungan di Indonesia juga meningkat dengan dalih tidak
maudirepotkan oleh pasangan atau anaknya kelak jika telah menikah.

5). Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexsual
cohabiting family). Biasanya dijumpai pada daerah kumuh perkotaan (besar), tetapi pada
akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah (kabupaten / kota) meskipun usia
pasangantersebut telah tua demi status anak –anaknya.

6). Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian
family)

4.Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga

Freidman ( 2010 ), Pemegang kekuasaan dalam keluarga antara lain:

a.Patrikal Yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah di pihak ayah.
b.Matrikal Yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ibu.
c.Equalitarian Yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu, tak ada
dominasi.

5.Peranan dalam Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang


berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Peranan dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku keluarga, kelompok dan
masyarakat.

Berbagai peranan dalam keluarga menurut Jhonson R – Leny R (2010) adalah sebagai
berikut:
a.Peranan ayahAyah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b.Peranan ibuNy. Sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai pernan
penting untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak, pelindung dan
sebagai salah satu anggota kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping peranan sosialnya serta sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga.

c.Peranan anakAnak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat


perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

6.Fungsi Keluarga

Jhonson L & Leny R (2010), Ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan keluarga
yaitu sebagai berikut:

a.Fungsi afektif

Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatunya untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

b.Fungsi sosialisasi dan temat bersosialisasi

Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c.Fungsi reproduksi

Fungsi untuk mempertahankan generasi dan manjaga kelangsungan keluarga.

d.Fungsi ekonomi Keluarga

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. e.Fungsi perawataFungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan
anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi dan kebutuhan fisik, pangan, papan
dan pemenuhan kesehatan.
7.Tahap Perkembangan Keluarga

Jhonson L & Leny R (2010) tahapan perkembangan keluarga dengan anak dewasa
(pelepasan):

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meniggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergntung dari jumlah anak dalam keluarga
atau jika anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua :

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

b.Mempertahankan keintiman pasangan.

c.Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.

d.Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat.

e.Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

8.Tugas – tugas Keluarga

Pada dasarnya tugas pokok keluarga menurut Jhonson L & Leny R (2010) ada 8 yaitu:
a.Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

b.Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

c.Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.

d.Sosialisasi antara anggota keluarga.

e.Pengaturan jumlah anggota keluarga.

f.Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g.Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

h.Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

B.Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan ISPA


Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan kepada klien
sebagai anggota keluarga, pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan,
dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan

1.Pengkajian

Fokus utama pada pengkajian pernafasan adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari
pernafasan yaitu :

a. Pola, cepat (tachynea) atau normal.

b. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati
melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.

c. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.

d. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.

e. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada
rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.

Pengkajian yang dilakukan terhadap keluarga meliputi: indentifikasi data, demografi, dan
sosialkultural. Lingkungan rumah, struktur keluarga, fungsi keluarga, perkembangan
keluarga, strategi yang digunakan keluarga bila stres, mekanisme koping, budaya hidup sehat
yang diaktualisasikan sehari-hari oleh keluarga, lingkungan fisik-sombilik-sosial keluarga
dan bahasa yang digunakan.

Cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data adalah:

a.WawancaraWawancara merupakan suatu pertemuan tatap muka dengan anggota keluarga.


Teknik wawancara digunakan untuk data yang tidak dapat diobservasi. Teknik wawancara
dilakukan untuk memperoleh data-data antara lain ; data umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, stressdan mekanisme koping
keluarga dalam menyelesaikan masalah serta harapan kelurga terhadap petugas kesehatan.

b.Obeservasi
Obsevasi dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap lingkungan rumah yang meliputi
karakteristik rumah, fasilitas-fasilitas di dalamnya dan sitem pendukung keluarga serta
pemeriksaan fisik.

c.Studi Dokumentasi

Didapatkan melalui informasi tertulis maupun lesan yang diperoleh dari instansi lain seperti
Puskesmas, desa dan lain sebagainya.Fokus pengkajian pada penderita ISPA antara lain :
a.Wawancara1)Kelemahan umum, nafas pendek, kesulitan tidur malam hari,
menggigil/keluar keringat malam, mimpi buruk dan demam.

2)Adanya faktor stress dan perasaan tidak berdaya.

3)Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan.

4)Nyeri dada meningkat karena batuk berulang-ulang.

5)Batuk produktif/non produktif, nafas pendek dan riwayat Tuberculosis/terpajan pada


individu terinfeksi.

6)Perasaan terisolasi/penolakan karena pemyakit menular dan perubahan peran.

7)Riwayat keluarga ISPA, status kesehatan buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya ISPA
dan tidak berpartisipasi dalam terapi.

b.Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik di fokuskan pada pengkajian sistem pernapasan :


Pengkajian tanda – tanda vital dan kesadaran klien Inspeksi :

1). Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan

2). Tonsil tanpak kemerahan dan edema

3). Tampak batuk tidak produktif

4). Tidak ada jaringna parut pada leher

5). Tidak tampak penggunaan otot - otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung,
tachypnea, dan hiperventilasi Palpasi :

a.Adanya demam
b.Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis

c.Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid Perkusi :

 Suara paru normal (resonance)


Auskultasi :
 Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
Pengkajian lainnya :

1)Takhikardi,Takipnea/dispnea, kelemahan otot dan nyeri.

2)Penurunan berat badan, turgor kulit buruk, kulit kering/bersisik.

3)Nyeri dada, demam.

4)Bunyi nafas tidak normal(ronchi, mengi) dan pengembangan pernafasan tidak simetris.
Untuk mengetahui keluarga melakukan pemenuhan lima fungsi perawatan kesehatan
keluarga perlu dikaji lima fungsi perawatan kesehatan keluarga) ,yaitu:

a.Mengenal masalah kesehatan : Sejauhmana kemampuan keluarga mengenal masalah ISPA,


apakah keluarga merasa takut akan akibat yang akan dihadapi, sejauh mana keluarga
mengetahui keadaan penyakit (pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penularan,
pencegahan).

b.Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat : Apakah masalah


kesehatan dirasakan oleh anggota keluarga, sejauhmana keluarga mengenal situasi dan
masalah, apakah keluarga menyerah terhadap masalah yang dihadapi.

c.Merawat anggota keluarga yang sakit : Sejauhmana anggota keluarga mengetahui tentang
sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, sejauhmana anggota keluarga
mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga, bagaimana anggota keluarga
mengetahui sifat dan perkembangan peralatan yang dibutuhkan, bagaimana sikap keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit.

d.Memodifikasi lingkungan yang sehat : Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber


keluarga yang dimiliki, sejauhmana keluarga melihat keuntungan pemeliharaan kesehatan,
sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit, sejauhmana keluarga
mengetahui pentingnya kebersihan lingkungan, sejauh mana sikap atau pandangan keluarga
terhadap kebersihan lingkungan.

e.Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada : Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan


dan keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, sejauhmana keluarga
memahami keuntungan keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, sejauhmana
kepercayaan keluarga terhadap pelayanan kesehatan, apakah fasilitas kesehatan yang ada
terjangkau keluarga.

2.Diagnosa keperawatan

a.Analisa Data

analisa data atau pengelompokan data pengkajian asuhan keperawatan keluarga tidak berbeda
jauh dengan analisa dan sintesa pada asuhan klinik, yaitu dengan mengelompokan data hasil
pengkajian dalam data subjektif dan objektif setiap kelompok diagnosa keperawatan.
Perumusan analis data dan diagnosa data diarahkan kepada sasran individu dan atau keluarga,
dengan komponen meliputi masalah (problem), penyebab(etiologi), dan tanda (sign). Analisa
data dibuat dengan memprioritaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan prioritas
masalah adalah : Sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensial masalah dapat
dicegah, menonjolnya masalah.

b.Perumusan Diagnosa Keperawatan

Dalam merumuskan diagnosa keperawatan keluarga harus ada data, problem atau masalah,
dan etiologi. Data tersebut diperoleh melalui pengkajian baik secara subjektif maupun
objektif. Sedangkan problem atau masalah di dapatkan dari pengkajian berdasarkantipologi
diagnosis keperawatan, yaitu:

1)Aktual (terjadi defisit gangguan kesehatan) Dari pengkajian didapatkan data mengenai
tanda dan gejala dari gangguan kesehatan.

2)Resiko (ancaman kesehatan)Sudah ada data yang penunjang namun belum terjadi
gangguan, misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih.

3)Potensial (keadaan sejahtera/wellness).Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan


sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Etiologi diagnosa keperawatan
keluarga berdasarkan hasil pengkajian dan dari lima tugas perawatan kesehatan keluarga.
Khusus diagnosa potensial boleh tidak menggunakan etiologi. Dalam satu keluarga dapat
menentukan lebih dari satu diagnosa keperawatan kelurga. Untuk menentukan prioritas
masalah, dihitung menggunakan cara skoring.

Skala untuk menentukan prioritas Diagnosa Asuhan Keperawatan Keluarga

No Kriteria Skore Bobot1. Sifat masalah: Skala : a. Tidak atau kurang sehat 3 b. Ancaman
Kesehatan 2 1 c.Keadaan sejahtera 1 2. Kemung

No Kriteria Skore Bobot


1. Sifat masalah:
Skala : a. Tidak atau kurang sehat 3
b. Ancaman Kesehatan 2 1
c.Keadaan sejahtera 1
2. Kemung kinan masalah dapat diubah
Skala : a. Mudah 2
b. Sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0
3. Potensial masalah dapat dicegah
Skala : a. Tinggi 3
b. Sedang 2 1
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala: a. Masalah berat harus 2
segera ditangani
b.Ada masalah tetapi 1 1
tidak perlu ditangani
c. Masalah tak dirasakan 0
Skoring

a.Tentukan skor tiap criteria

b.Skor dibagi angka tertinggi dan dikalikan bobot.

c.Jumlah skor untuk semua criteria Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala :

Skore

Angka tertinggi X Bobot

1)Untuk kriteria pertama, prioritas utama deberikan pada tidak atau kurang sehat karena perlu
tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga.

2)Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :

a)Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah.

b)Sumber daya kelurga : fisik, keuangan dan tenaga.

c)Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan dan waktu.

d)Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan.

3)Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :

a)Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.

b)Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu.

c)Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah.

d)Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah.
4)Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana kelurga menilai
masalah keperawatan tersebut.
C.Konsep dasar ISPA

1.Pengertian

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) sering disalah artikan sebagai infeksi saluran
pernafasan atas. ISPA yang sebenarnya merupakan sinkatan dari Saluran Pernafasan Akut.
ISPA meliputi saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran
pernafasan diatas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan
bawah secara simultan dan berurutan. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah proses
inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal, (atipikal plasma) atau aspirasi
substansi asing yang melibatkan suatu atau semua bagian pernafasan. Pendapat lain dari
Kristian (2005), Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi disaluran
pernafasan atas atau bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman berupa bakteri atau virus
ke dalam organ saluran pernafasan.

Dari pengertian – pengertian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA) adalah penyakit infeksi yang mengenai saluran pernapasan bagian
atas dan bawah yangdi sebabkan oleh masuknya kuman berupa virus, bakteri, atipikal
(atipikal plasma) atau aspirasi subtansi asing yang menyerang organ pernapasan.

2.Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA
antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetelladan
Korinobakterium.Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Mikosovirus,
Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. Kebanyakan Infeksi
Saluran Pernapasan Atas (ISPA) di sebabkan oleh virus dan mikoplasma, kecuali epiglotitis
akut. Organisme dan difteria merupakan organ bakteri utama yang mampu menyebabkan
penyakit faring primer : bahkan pada kasus tonsilo faringitis akut sebagian besar penyakit
berasal dari non bakteri. Virus Sinsisial Pernapasan (VSP) merupakan suatu penyebab utama
Bronkhiolitis, kira – kira meliputi sepertiga dari semua kasus. Virus ini merupakan penyebab
yang lazim penyakit pneumonia, croup dan Bronkhiolitis juga penyakit demam saluran
pernapasan atas yang tidak terdiferesiasi.

Virus para influensamenyebabkan sebagian besar kasus sindrom Crouptetapi dapat


menimbulkan Bronkhitis, Bronkhiolitis dan penyakit demam saluran pernapasan atas.
Virus ini lebih menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas dari pada penyakit saluran
pernapasan bawah.Adenovirus menyebabkan kurang dari 10 % penyakit pernapasan sebagian
besar darinya bersifat ringan atau tidak bergejala. Rhinovirus dan koronavirus biasanya
menimbulkan gejala yang terbatas pada saluran pernapasan atas, paling sering hidung dan
merupakan bagian yang berarti dari syndrom “ common cold “.Koksakivirus A dan B
terutama menimbulkan penyakit nasofaring. Mikoplasmadapat menyebabkan penyakit
saluran pernapasan atas dan bawah termasuk Bronkhiolitis, Pneumonia, Bronkhitis,
Faringotonsilitis, Miningitis dan Otitis Media.Pada balita sulit untuk ditegakkan karena dahak
biasanya sukar diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan imunologibelum memberikan
hasil yang memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab ISPA. Hanya
biakan spesimen fungsi atau aspirasi paru serta pemeriksaan spesimen darah yang dapat
diandalkan untuk membantu menegakkan diagnosis etiologi ISPA. Pemeriksaan cara ini
sangat efektif untuk mendapatkan dan menentukan jenis bakteri penyebab pnemonia pada
balita, namun disisi lain dianggap prosedur yang berbahaya dan bertentangan dengan etika
terutama jika semata untuk tujuan penelitian. Dengan pertimbangan tersebut, diagnosa bakteri
penyebab ISPA bagi balita di Indonesia mendasarkan pada hasil penelitian asing (melalui
publikasi WHO), bahwa Streptococcus, Pnemonia dan Hemophylus influenzae merupakan
bakteri yang selalu ditemukan pada penelitian etiologi di negara berkembang. Di negara maju
ISPA pada balita disebabkan oleh virus . Berikut ini adalah faktor-faktor yang meningkatkan
resiko berjangkitnya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) :

a.Jenis kelamin laki-laki

b.Umur dibawah 2 bulan

c.Gizi kurang

d.Berat badan lahir rendah

e.Tidak mendapat ASI memadai

f.Polusi udara

g.Kepadatan tempat tinggal

h.Imunisasi yang tidak memadai

i.Membedong bayi
j.Defisiensi vitamin A

3.Patofisiologi

Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam
tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa
oksidasi dari dalam tubuh. Virus, bakteri danmikoplasma terinspirasi melalui hidung terjadi
edema dan vasodilatasi pada submukosa. Infiltratsel monokuler menyertai, yang dalam 1 – 2
hari, menjadi polimorfonuklear perubahan struktural dan fungsional silia mengakibatkan
pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat epitel superfisial
mengelupas.

Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula – mula encer, kemudian mengental dan
berupa purulen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran pernapasan atas, termasuk
oklusi dan kelainan rongga sinus. Organisme streptokokus dan difteria merupakan agen
bakteri utama yang mampu menyebabkan penyakit faring primer bahkan pada kasus
tonsilofaringitis akut sebagian besar penyakit berasal nonbakteri. Walaupun ada banyak hal
yang tumpang tindih, beberapa mikroorganisme lebih mungkin menimbulkan sindrom
pernapasan tertentu dari pada yang lain, dan agen tertentu mempunyai kecenderungan lebih
besar dari pada yang lain untuk menimbulkan penyakit yang berat.

Beberapa virus (misalnya campak) dapat di hubungkan dengan banyak sekali variasi gejala
saluran pernapasan atas dan bawah sebagai bagian dari gambaran klinis umum yang
melibatkan sistem organ lainya.Virus Sinisial Pernapasan ( VSP ) merupakan penyebab
utama Bronkhiolitis. Virus Para influenza menyebabkan penyakit syindrom croup .
Adenoviruspenyebab penyakit faringitis dan demam faringokonjungtivitis dan koksakivirus
A dan B menyebabkan penyakit nasofaring, sedangkan mikoplasma menyebabkan penyakit
bronkiolitis, pneumonia, bronkitis, faringotonsilitis, meningitis dan otitis media.

Sebagian besar infeksi saluran nafas akut disebabkan oleh virus, walaupun bakteri juga dapat
terlibat, baik sejak awal atau yang bersifat sekunder terhadap infeksi virus. Virus atau bakteri
tersebut dapat masuk melalui perantara lingkungan seperti udara, debu, dan air ke dalam
saluran nafas mulai dari hidung atau mulut sampai ke paru-paru. Infeksi tersebut
mengaktifkan respon imun dan peradangan sehingga terjadi pembengkakan dan edema
jaringan yang terinfeksi. Reaksi peradangan menyebabkan peningkatan pembentukan mukus
yang berperan menimbulkan gejala-gejala infeksi saluran nafas yaitu hidung tersumbat,
sputum berlebihan dan pilek. Nyeri kepala, demam ringan dan malaise juga timbul akibat
reaksi peradangan.

4.Manifestasi Klinis

Pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Atas tanda gejala klinis yang dapat muncul:
a.Pilek (common cold; nasofaringitis; selesma)

Pilek dapat menyebabkan demam, discharge hidung dapat menyebabkan sumbatan pada
hidung dan kesulitan bernafas. Discharge hidung sering dimulai sebagai discharge yang
jernih kemudian menjadi kental, berwarna kuning dan terlihat purulen. Kemudian bisa

muncul batuk sebagai reflek fisiologis dari sumbatan discharge pada saluran nafas.

b.Otitis media akut

Gendang telinga berwarna kemerahan (diteliti dengan otoskop), penurunan mobilitas, juga
terdapat demam. Bisa keluar discharge dari telinga selama kurang dari 2 minggu, atau
terdapat nyeri telinga yang mendadak.

c.Faringitis

(faringotonsilitis, nyeri tenggorok) Pada anak di bawah 5 tahun terdapat pembesaran kelenjar
limfe leher yang lunak, eksudat faring berwarna putih.Pada dewasa terdapat nyeri
tenggorokan. Pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Bawah terdapat tanda klinis:

1). Epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis bisa muncul stridor atau bunyi nafas kasar, dan
croup (sputum purulen, tarikan dinding dada berlebihan saat bernafas dan stridor).

2). Bronkitis dan bronkiolitis Batuk produktif tanpa sianosis, penarikan dinding dada, mengi,
atau pernafasan cepat.

3). Pneumonia Pneumonia pada anak usia 2 bulan hingga 5 tahun dibagi menurut berat
tidaknya penyakit.

a). Pneumonia sangat berat, tanda klinisnya batuk atau kesulitan bernafas yang disertai
dengan sianosis sentral, tidak dapat minum dan penarikan dinding dada.

b). Pneumonia berat, tanda klinisnya batuk atau kesulitan bernafas dan penarikan dinding
dada.
c). Bukan penumonia, ditandai dengan batuk, tanpa pernafasan cepat atau penarikan dinding
dada. Pernafasan kurang dari 50 x/menit pada anak usia 2 bulan hingga 12 bulan, dan kurang
dari 40 x/menit pada anak usia 12 bulan hingga 5 tahun. Penyakit ini biasanya
dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hisung dengan sekret yang
encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau
bahkan sama sekali tidak mau minum.Tanda dan Gejala Anak Terserang ISPA :

a. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda
ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

b.Kesulitan bernafas.

c.Sakit tenggorokan

d.Pilek, demame.Sakit telinga, anak rewel.

f.Kehilangan nafsu makan

g.Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat
infeksi virus.

h.Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis
mesenteric.

i.Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

j.Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan.

5.Pemeriksaan Penunjang Laboratorium dan test diagnostik ISPA menurut (Betz dan
Souwden (2000):

a.Pemeriksaan Radiologi ( foto torak ) adalah untuk mengetahui penyebab dan mendiagnosa
secara tepat

b.Pemeriksaan RSV yaitu untuk mendiagnosis RSV (Respiratori Sinitial Virus)

c.Gas darah Arteri yaitu untuk mengkaji perubahan yang terjadi pada sistem pernapasan
kandungan Oksigen dalam darah.
d.Jumlah sel darah putih normal atau meningkat.

6. Penatalaksanaan

Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti
hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung
maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin
hidrokloridatetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik.
Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret. Penatalaksannan
Khusus ISPA :

a.Pemberian O2, jika terjadi distres pernapasan intervenous

b.Berikan Nebuleizer untuk mengisi kelembaban udara dalam rongga hidung sampai batang
tenggorok dan mencegah penyebaran organisme, khususnya Gram negatif seperti Pneumonia.

c.Batuk efektif dengan teknik vibrasi, perkusi dan drainase postural.

d.Suction, dengan menggunakan teknik aseptik dan steril.

7. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi

2. Proses firus berlanjut berhubungan dengan daya tahan tubuh

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk produktif

8.Fokus interfensi keprawatan


fokus intervensi dengan fokus ISPA adalah sebagai berikut:
a.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, dan nyeri.
Tujuan:
- jalan nafas tetap bersih-Pernafasan dalam batas normal ( RR: 30-40X/ menit ) Intervensi:
1) Pastikan masukan cairan adekuat untuk mengencer Kan sekresi
2) Bantu anak untuk batuk efektif.
3) Buang mukus yang terakumulasai, hisap bila perlu, beri nebuleser dengan larutan yang
tepat sesuai keten tuan.
4). Lakukan perkusi, vibrasi dan drainase postural

b. Proses firus berlanjut berhubungan dengan daya tahan tubuh.


Tujuan: anak menunjukan penurunan gejala infeksi
Intervensi:
1). Pertahankan lingkungan yang aseptik dan tehnik men Cuci tangan yang baik.
2). Kolaborasi pemberian antibiotik.
3). Ciptakn temapat tinggal yang bersih

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk produktif.


Tujuan:
tidur tidak terganggu Pola tidur lebih baik
Intervensi:
1)Kaji kebiasaan istirahat
2)Kaji kebiasaan tidur
3)Anjurkan posisi yang nyaman saat tidur.
4)Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk istirahat

9. Implementasi

 Mengukur tanda tanda vital


 Memberikan obat penurun panas sesuai dengan dosis dan tepat waktu
 Membantu jenis dan makanan yang dimakan klien
 Membuat catatan makanan harian
  Monitor lingkungan selama klien makan.
 Monitor intake nutrisi
 Tingkatkan istirahat
 Monitor vital sign seb
 sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali.
 Membatasi pengunjung
  Mempertahankan teknik isolasi
  Memperbanyak istirahat

Anda mungkin juga menyukai