Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA

Tn. N DENGAN PENYAKIT THYFOID

DISUSUN OLEH

ANIK HANDAYANI

( P1337420717018 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI SI TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG

2020
KONSEP KELUARGA

A. Definisi

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dan

keadaan saling ketergantungan ( Departemen Kesehatan )

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan – ikatan

kebersamaan, ikatan emosional dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian

dari keluarga ( Marilyn M Friedman, 2010 )

Keluarga adalah dua orang atau dua individu yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah

tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam peranya masing – masing

menciptakan serta mempertahankan kebudayaan ( Salvicion G Balion dan Aracelus

Maglaya, 2010 )

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau

lebih yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, ikatan darah yang tinggal dalam satu

rumah dan saling berinteraksi satu sama lain dalam perannya masing – masing untuk

menciptakan atau mempertahankan suatu budaya

Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui

praktik keperawatan dengan sasaran keluarga ( Suprajitna, 2004 )

B. Tipe atau Jenis Keluarga

1. Tipe keluarga tradisional terdiri dari :

a. Nuclear family atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang terdiri

dari suami, istri, dan anak kandung atau anak adopsi


b. Extendet family atau keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan

keluarga lain yang mempunyai ubungan darah, misalnya kakek, nenek,

bibi, dan paman

c. Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal

dalam satu rumah tanpa anak

d. Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu orang tua

dan anak ( kandung atau angkat ). Kondisi ini dapat disebabkan oleh

perceraian atau kematian

e. Single adult adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa

f. Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang

sudah lanjut usia

2. Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :

a. Keluarga communy yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian darah,

hidup dalam satu rumah

b. Orang tua ( ayah, ibu ) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup

bersama dalam satu rumah tangga

c. Homo seksual dan lesbian adalah dua individu sejenis yang hidup bersama

dalam satu rumah dan berperilaku layaknya suami istri

C. Struktur Keluarga

Menurut friedman struktur keluarga terdiri dari :

1. Pola dan proses komunikasi dapat dikatakan berfungsi apabila jujur, terbuka,

melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik keluarga serta adanya hierarki

kekuatan. Pola komunikasi dalam keluarga dikatakan akan berasil jika pengirim

pesan ( sender ) yakin mengemukakan pesanya, isi pesan jelas dan berkualitas,

dapat menerima dan member umpan balik, tidak bersifat asumsi, berkomunikasi
sesuai. Sebaliknya, seseorang menerima pesan ( receiver ) dapat menerima

pesan dengan baik jika dapat menjadi pandangan yang baik, memberi umpan

balik dan dapat memvalidasi pesan yang diterima

2. Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial

yang diberikan baik peran formal maupun informal

3. Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol dan

mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain yang terdiri dari legitimate

power ( hak ), referen power ( ditiru ), expert power ( keahlian ), reward power (

hadiah ), coercive power ( paksaan ), dan afektif power

4. Nilai keluarga dan norma adalah sistem ide – ide, sikap dan keyakinan yang

mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu sedangkan norma adalah pola

perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu

D. Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan

kegiatan yang berhubunga dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan

individu didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat. Berbagai peran yang

terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1. Peran Ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak – anaknya, berperan dari

pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala

keluarga, anggota kelompok sosial serta dari anggota masyarakat dari

lingkungannya

2. Peran Ibu

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peran mengurus

rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai

pencari nafkah tambahan dalam keluarga

3. Peran Anak

Anak – anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual

E. Tahap – tahap Perkembangan Keluarga

Menurut friedman tahap perkembangan keluarga berdasarkan siklus kehidupan

keluarga terbagi atas 8 tahap :

1. Keluarga baru ( beginning family ), yaitu perkawian dari sepasang insan yang

menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada tahap ini mempunyai

tugas perkembangan yaitu membina hubungan dan kepuasan bersama,

menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, teman,

kelompok sosial dan merencanakan anak atau KB

2. Keluarga sedang mengasuh anak ( child bearing family ), yaitu dimulai dengan

kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Mempunyai tugas

perkembangan seperti persiapan bayi, membagi peran dan tanggungjawab,

adaptasi pola hubungan seksual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan, dan

menjadi orang tua

3. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu keluarga dengan anak pertama

yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun. Mempunyai tugas

perkembangan yaitu membagi waktu, pegaturan keuangan, merencanakan

kelahiran yang berikutnya dan membagi tanggungjawab dengan anggota

keluarga yang lain


4. Keluarga dengan usia anak sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia 13

tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga ini yaitu menyediakan aktivitas

untuk anak, pengaturan keuangan, kerjasama akan menyelesaikan masalah,

memperhatikan kepuasan anggota keluarga dan sistem komunikasi keluarga

5. Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13 tahun sampai

dengan 20 tahun. Tugas perkembangan keluarga ini adalah menyelesaikan

fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda, menyertakan keluarga dalam

tanggungjawab dan mempertahankan filosofi hidup

6. Keluarga denga anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama

meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan keluarga yaitu menata

kembali sumber dan fasilitas, penataan yang tanggungjawab antar anak,

mempertahankan komunikasi terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan

menantu

7. Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir meninggalkan

rumah dan berakir pada pensiun. Adapun tugas perkembangan yaitu

mempertahankan suasana yang menyenangkan, bertanggungjawab pada semua

tugas rumah tangga, membina keakraban dengan pasangan, mempertahankan

kotak dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial

8. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus keidupan keluarga dimulai dari salah

satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu

pasangan meninggal dunia. Adapun tugas perkembangan keluarga ini yaitu

menghadapi pensiun, saling rawat, saling memberi arti hidup, mempertahankan

kontak dengan anak, cucu, dan masyarakat.


LAPORAN PENDAHULUAN TYPHOID

A. Definisi

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh

Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas diberbagai negara berkembang

yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropics. Penyakit ini juga merupakan

masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat

denga urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air, dan sanitasi

yang buruk serta higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah

( Simanjutak, C. H. 2010 ).

Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan

oleh kuman Salmonella thypi ( yang biasanya mengenai saluran pecernaan dengan

gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran

( Arief, M . 2009 ).

Tifoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan

oleh Salmonella thypi, penyakit ini dapat ditularkan melalui kuman, mulut atau

minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypi ( Aziz, H. A. 2011 ).

Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman

Salmonella thypi dan salmonella para thypi A, B, dan C. Sinonim dari penyakit ini

adalah Thypoid dan paratyphoid abdominalis ( Sudoyo, A. 2009 )

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam tifoid adalah

suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella tipe A, B, dan C

yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan da minuman yang terkontaminasi

B. Etiologi
Salmonella thypi dengan Salmonella yang lain adalah bakteri gram negative,

mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob.

Mempunyai antigen somatic ( O ) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar atigen ( H )

yang terdiri dari protein dan envelope antigen ( K ) yang terdiri dari poloskaraida.

Mempunyai makromolekuler lipopo lisakarida kompleks yang membentuk lapis luar

dari dinding sel dan diamakan endotoksin. Salmonella thypi juga dapat memperoleh

plasmid faktor – R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiplr antibiotic.

C. Tada dan Gejala

1. Gejala pada anak : inkubasi ntara 5- 40 hari dengan rata – rata 10 – 14 hari

2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama

3. Demam turun pada minggu ke – empat, kecuali demam tidak tertangani akan

menyebabkan shock, stupor, dan koma

4. Ruam muncul pada hari ke 7 – 10 dan bertahan selama 2 – 3 hari

5. Nyeri kepala

6. Nyeri perut

7. Kembung

8. Mual muntah

9. Diare

10. Konstipasi

11. Pusing

12. Nyeri otot

13. Batuk

14. Lidah yang berselaput ( kotor ditegah, tepid an ujung merah serta tremor )

D. Patofisiologi
Kuman Salmonella masuk bersama makanan / minuman setelah berada dalam

usus halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus ( terutama

plak peyer ) dan jaringan limfoid mesentrika. Setelah menyebabkan peradangan dan

nekrose setempat, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke aliran darah ( terjadi

bakteremi primer ) menuju ke organ – organ terutama hati dan limfa. Kuman yang

tidak difagosit akan berkembang biak dalam hati dan limfa sehingga organ tersebut

membesar disertai nyeri pada perabaan.

Pada akhir masa inkubasi ( 5 – 9 hari ) kuman kembali masuk dalam darah

( bakteremi sekunder ) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar

limfoid usus halus, menimbulka tukak berbentuk lonjong diatas plak peyer. Tukak

tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi

ini, kuman mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses

peradangan lokal dimana kuman ini berkembang.

Demam tifoid disebabkan karena Salmoella typhosa dan endotoksinya

merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang

meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan mempengaruhi pusat

termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejala demam. ( PPNI Klaten. 2009

E. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan

laboratorium yang terdiri dari :

1. Pemeriksaan Leukosit

Di dalam beberapa literature dinyatakan bahwa demam thyphoid terdapat

leukopenia dan limposistosis relative tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah

sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada pada batas – batas normal bahkan kadang – kadang

terdapat leukosit walaupun tidak dan komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh

karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam

typoid.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat

kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

3. Biakan Darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan

darah negative tidak menutup kemungkinan kan terjadi demam typhoid. Hal ini

dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

a. Teknik Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang

lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang

digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam

tiggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Biakan darah terhadap Salmonella thypi terutama positif pda minggu

pertama dan berkurang pada minggu – minggu berikutya. Pada waktu

kambuh biakan dara dapat positif kembali.

c. Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat meimbulkan

antibody dalam darah klien. Atibodi ini dapat menekan bakteremia seingga

biakan darah negative.


4. Pengobatan dengan antimikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat antimikroba

pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin

negative

5. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen da antibody ( aglutinin ).

Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella thypi terdapat dalam serum klien

dengan thyphoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen

yang digunakan pada uji widal adalah suspense salmonella yang sudah

dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk

menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid.

F. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan demam tifoid masih menganut trilogy penatalaksanaan

yang meliputi : istirahat dan perawatan, diet dan terapi penunjang ( baik simtomatik

maupun suportif ), serta pemberian antimikroba. Selain itu diperlukan pula

tatalaksana komplikasi demam tifoid yang meliputi komplikasi intestinal maupun

ektraintestinal.

1. Istirahat dan Perawatan

Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Tirah

baring dengan perawatan dilakukan sepenuhnya ditempat seperti makan,

minum, mandi, dan BAB / BAK. Posisi pasien diawasi untuk mencegah

dekubitus dan pneumonia orthostatic serta hygiene perorangan tetap perlu

diperhatikan da dijaga

2. Diet dan Terapi Penunjang

Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat


a. Memberikan diet bebas yang rendah serat pada pederita tanpa gejala

meteorismus, dan diet bubur saring pada penderita dengan meteorismus.

Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna

dan perforasi usus. Gizi penderita juga diperhatikan agar meningkatkan

keadaan umum dan mempercepat proses peyembuan.

b. Cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare

c. Primperan ( metoclopramide ) diberikan untuk megurangi gejala mual

muntah dengan dosis 3 x 5 ml setiap sebelum makan dan dapat dihentikan

kapan saja penderita suda tidak mengalami mual lagi.

3. Pemberian Antimikroba

Obat – obat antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan tatalaksana

tifoid adalah :

a. Pada demam typhoid, obat pilihan yang digunakan adalah

chloramphenicol dengan dosis 4 x 500 mg per hari dapat diberikan secara

oral maupun intravena, diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas.

Chlorampenicol bekerja dengan mengikat unit ribosom dari kuman

salmonella, menghambat pertumbuhanya degan menghambat sintesis

protein. Chlorampenicol memiliki spectrum gram negative dan positif.

Efek samping penggunaan chlorampenicol adalah terjadi agranulositosis.

Sementara kerugian penggunaan chlorampenicol adalah kekambuhan yang

tinggi ( 5 – 7 % ), penggunaan jangka panjang ( 14 hari ) dan seringkali

menyebabkan timbulnya karier.

b. Tiamfenikol, dosis dan efektifitasnya pada demam tifoid sama dengan

kloramfenikol yaitu 4 x 500 mg, dan demam rata – rata menurun pada hari
ke 5 – 6. Komplikasi hematologi seperti kemungkinan terjadinya anemia

aplastik lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol.

c. Ampisillin dan Amoksisillin, kemampuan untuk menurunkan demam lebih

rendah dibandingkan kloramfenikol, dengan dosis 50 – 150 mg / kgBB

selama 2 minggu.

d. Trimetropin – sulfamethoxazole ( TMP – SMZ ) dapat digunakan secara

oral atau intravena pada dewasa pada dosis 160 mg TMP ditambah 800 mg

SMZ dua kali tiap hari pada dewasa. Sefalosporin generasi ketiga yaitu

ceftriaxon dengan dosisi 3 – 4 gram dalam dekstrosa 100 cc diberikan

selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan selama 3 – 5 hari.

G. Pengkajian

1. Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.RM, status

perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal RM.

2. Keluhan utama, pada pasien typoid biasanya mengeluh perut mual dan

kembung, nafsu makan menurun, panas, dan demam.

3. Riwayat kesehatan sekarang, pada umunya penyakit pada pasien typhoid adalah

demam, anoreksia, mual, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat ( anemia ),

nyeri kepala, pusing, nyeri otot, lidah tifoid kotor, gangguan kesadaran berupa

somnolen sampai koma.

4. Riwayat kesehatan dahulu, apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit

dan dirawat dengan sakit yang sama atau apakah menderita penyakit lainya.

5. Riwayat kesehatan keluarga, apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah

menderita yang sama atau sakit yang lainya.

6. Riwayat psikososial, dapat berupa intrapersonal ( perasaan yang dirasakan klien

cemas / sedih ), dan interpersonal ( berhubugan dengan orang lain )


7. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola Nutrisi dan Metabolisme

Biasanya nafsu makan klien berkurang karena adanya mual muntah selama

sakit, lidah kotor, dan terasa pahit waktu makan sehingga dapat

mempengaruhi status nutrisi berubah karena terjadi gangguan pada usus

halus.

b. Pola Istirahat dan Tidur

Selama sakit pasien merasa tidak dapat beristirahat karena pasien

merasakan sakit pada perutnya, mual muntah, kadang diare. Kebiasaan

tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat

sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.

c. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan

Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang menimbulkan masalah dalam

kesehatannya.

d. Pola Aktifitas dan Latihan

Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta

pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya

e. Pola Eliminasi

Kebiasaan dalam BAK akan terjadi referesi bila dehidrasi karena panas

yang meninggi, konsumsi cairan tidak sesuai dengan kebutuhan.

f. Pola Reproduksi dan Seksual

Mengalami perubahan pada pasien yang telah menikah

g. Pola Persepsi dan Pengetahuan

Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi

pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.


h. Pola Persepsi dan Kognisi

Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah

penyakitnya.

i. Pola Koping Stress

Stress timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi

masalah penyakitnya

j. Pola Hubungan Interpersonal

Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap berhubungan

interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan

perannya selama sakit.

k. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Timbulnya distress dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi

cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

H. Pemeriksaan Fisik

1. Kesadaran dan Keadaan Umum Pasien

Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar ( composmentis – coma )

untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.

2. Tanda - tanda Vital dan Keadaan Umum

TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan

umum pasien / kondisi pasien. Disamping itu juga penimbangan BB untuk

mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang

terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan. Biasanya

pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak

enak, anorexia.

3. Kepala dan Leher


Kepala tidak ada benjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva

anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat / bibir kering, lidah kotor,

ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid.

4. Dada dan Abdomen

Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan

nyeri tekan.

5. Sistem Respirasi

Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping

hidung.

6. Sistem Kardiovaskuler

Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang

meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami

peningkatan suhu tubuh.

7. Sistem Integument

Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.

8. Sistem Muskuloskoletal

Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan anoreksia,

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik.


4. Gangguan keseimbangan cairan ( kurang dari kebutuhan ) berhubungan dengan

pengeluaran cairan yang berlebihan ( mual / muntah ).

5. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pencernaan.

6. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun.

7. Resiko integritas kulit berhubungan dengan program terapi bedrest total.

8. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang

informasi.

J. Intervensi

1. Diagnosa Keperawatan 1 : Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella

thypi.

Tujuan : Suhu tubuh normal

Intervensi :

a. Observasi suhu tubuh klien

R / mengetahui perubahan suhu tubuh.

b. Beri kompres dengan air hangat pada daerah axila, lipat paha, temporal bila

terjadi panas

R / melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.

c. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat

menyerap keringat seperti katun

R / menjaga kebersihan badan, agar klien merasa nyaman, pakaian tipis

akan membantu mengurangi penguapan tubuh

d. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan suhu

tubuh.

R / klien dan keluarga mengetahui sebab dari peningkatan suhu dan

membantu mengurangi kecemasan yang timbul.


e. Observasi TTV tiap 4 jam sekali.

R / tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum

pasien.

f. Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum.

R / peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat

sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak (2,5 liter / 24

jam).

g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiuretik

R / menurunkan panas dengan obat.

2. Diagnosa Keperawatan 2. : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,

Tujuan : Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi.

Kriteria hasil :

- Nafsu makan meningkat

- Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan

Intervensi :

a. Kaji pola nutrisi klien

R / mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.

b. Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai

R / meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian

makan yang tidak disukai.

c. Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut

R / penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.

d. Timbang berat badan tiap hari


R / mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan.

e. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.

R / mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.

f. Hindari pemberian laksatif.

R / penggunaannya berakibat buruk karena digunakan sebagai pembersih

makanan/kalori tubuh oleh pasien.

g. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi.

R / untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi

untuk makan meningkat.

h. Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, tidak

merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih

hangat.

R / untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.

i. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi parenteral.

R / antasida mengurangi rasa mual dan muntah. Nutrisi parenteral

dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang.

j. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet

R / mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak

boleh dikonsumsi.

3. Diagnosa keperawatan 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan metabolik.

Tujuan : Pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari ( AKS ) optimal.

Intervensi :

a. Beri motivasi pada pasien dan keluarga untuk melakukan mobilisasi sebatas

kemampuan ( misal : Miring kanan, miring kiri ).


R/ pasien dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang

bedrest.

b. Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas ( makan, minum ).

R / untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi.

c. Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya.

R / untuk mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas.

d. Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang.

R / untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus.

2. Diagnosa Keperawatan 4 : Gangguan keseimbangan cairan ( kurang dari

kebutuhan ) berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan ( mual /

muntah ).

Tujuan : Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.

Kriteria hasil :

- Turgor kulit meningkat

- Wajah tidak nampak pucat

Intervensi :

a. Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan

keluarga.

R / untuk mempermudah pemberian cairan ( minum ) pada pasien.

b. Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan.

R / untuk mengetahui keseimbangan cairan, 2,5 liter / 24 jam.

c. Anjurkan pasien untuk banyak minum.

R / untuk pemenuhan kebutuhan cairan.

d. Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif /

diuretik.
R / membantu pasien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan/atau

penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut.

e. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan ( oral / parenteral ).

R / untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi ( secara

parenteral ).

3. Diagnosa Keperawatan 5 : Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi

pencernaan.

Tujuan : Nyeri tidak dirasakan.

Kriteria hasil :

- Individu akan menyampaikan kepuasan setelah tindakan pereda nyeri

diberikan.

Intervensi :

a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas ( skala 0 – 10 ).

R / membantu diagnosa keluhan nyeri.

b. Kaji faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

R / membantu menegakkan diagnosa dan kebutuhan terapi.

c. Kolaborasi dalam pemberian obat yang diresepkan (analgesik)

R / menghilangkan nyeri.

4. Diagnosa Keperawatan 6 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan

respon imun.

Tujuan : Mencegah infeksi dialami oleh klien.

Kriteria hasil :

- Individu dapat menyebutkan faktor resiko yang berkaitan dengan infeksi

dan kewaspadaan yang dibutuhkan.


Intervensi :

a. Kaji adanya faktor prediktif.

R / Faktor prediktif adalah factor terkontrol yang sudah teridentifikasi

mampu meningkatkan resiko infeksi dan menurunkan pertahanan hospes.

b. Kaji adanya faktor penyulit.

R / faktor penyulit dapat memperbesar resiko infeksi.

c. Kurangi masuknya kuman ke dalam tubuh.

R / mengurangi kontaminasi resiko infeksi silang.

d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotic

R / mengurangi infeksi secara farmakologis

5. Diagnosa Keperawatan 7 : Resiko integritas kulit berhubungan dengan

program terapi bedrest total.

Tujuan : Mencegah terjadinya gangguan integritas kulit.

Kriteria hasil :

- Individu dapat mempertahankan kebersihan kulit ( personal hygiene)

Intervensi :

a. Kaji faktor penyebab.

R / menetapkan terapi yang dapat dilakukan.

b. Beri kesempatan klien beradaptasi dalam aktivitas perawatan diri.

R / Meningkatkan kemampuan klien dalam aktivitas perawatan diri.

c. Observasi tanda-tanda gangguan integritas kulit.

R / Melindungi klien dari resiko integritas kulit.

d. Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk

mempertahankan aktivitas.
R / Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dan mencegah tekanan lama

pada jaringan.

6. Diagnosa Keperawatan 8 : Kurangnya pengetahuan tentang penyakit

berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga meningkat

Intervensi :

a. Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya

R / Mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.

b. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien

R / pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit

typhoid.

c. Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang

belum dimengerti

R / Mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah

di beri penjelasan tantang penyakitnya.

d. Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat

R / Memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan sakitnya.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. N DENGAN DIAGNOSA

TYPOID DI BOYOLALI

I. Data Umum

1. Nama Kepala Keluarga (inisial) : Tn. N

2. Umur : 57 th

3. Pendidikan : SLTA

4. Pekerjaan : Petani

5. Agama : Islam

6. Alamat lengkap : Gunungsari, Dlingo, Mojosongo, Boyolali

7. Komposisi keluarga

No Nama Jenis Umu Hubungan Agam Pendidika Pekerjaa KET

Kelamin r dengan a n n

KK
1. Tn. N L 57 th Kepala Islam SLTA Petani

Keluarga
2. Ny. S P 52 th Istri Islam SLTA IRT
3. Sdr. S P 32 th Anak Islam SMA Swasta

Kandung
4. Nn. I P 18 th Anak Islam SMA Swasta

Kandung

Genogram
Keterangan

= Laki-laki

= Perempuan

= Klien

= Cerai

= Tinggal serumah

8. Tipe keluarga

Tipe keluarga Tn. N adalah traditional nuklear yang terdiri dari , istri dan 3 orang

anak, namun anak keduanya sudah menikah dan sekarang tinggal bersama suaminya
9. Budaya

Jawa, Indonesia. Tidak ada kebiasaan memasak tertentu seperti hobi masak bersantan,

tidak ditemukan pantangan makan ikan, atau yang lainnya. Bahasa sehari-hari

menggunakan bahasa jawa

10. Agama

Islam. Keluarga menjalankan ibadah menurut ketentuan agama islam. Keluarga juga

aktif dalam kegiatan keagamaan di dusun maupun desa, bahkan Nn. I juga aktif dalam

organisasi irmas maupun karang taruna di dusun setempat

11. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Keluarga tidak mau menyebutkan penghasilan perbulan, Tn.N yang swhari-hari

bekerja di sawah. Ny. S seorang ibu rumah tangga dan sering membantu Tn. N di

sawah , anak pertama yaitu Sdr. S bekerja di salah satu pabrik di Boyolali sedangkan

Sdr. I saat ini juga sudah bekerja di salah satu pabrik di Boyolali. Hubungan keluarga

dengan tetangga cukup baik, dan sering mengikuti kegiatan seperti pengajian. Bila

ada tetangga yang sakit atau meninggal, keluarga datang mengunjungi begitu pula

sebaliknya.

12. Kebutuhan Rekreasi Keluarga

Keluarga jarang melakukan kegiatan rekreasi bersama, hanya kadang nonton telivisi

secara bersama-sama. Bapak N sering berkumpul dengan keluarganya apalagi kalau

hari minggu, anak kedua dan cucunya sering berkunjung kerumah tetapi kalau untuk

hari-hari biasa jarang karena anak-anaknya yang bekerja. Tidak ada jadwal khusus

untuk pergi ke tempat rekreasi khusus.

II. Riwayat Tumbuh Kembang Keluarga

1. Tahap Perkembangan Keluarga Ini


Keluarga pada tingkat perkembangan dengan keluarga usia dewasa muda. Saat

interaksi dengan keluarga saya tidak pernah bertemu dengan Tn. N karena

sering di sawah atau mencari rumput untuk hewan peliharaan

2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi

Keluarga mengatakan cukup senang tinggal dirumah sendiri, disamping itu

hubungan dengan tetangga juga cukup baik, saling tolong menolong dan

saling menghargai.

3. Riwayat Keluarga Inti

Keluarga mengatakan tinggal bersama dengan istri dan 2 orang anaknya.

Tidak ada riwayat penyakit keturunan baik dari pihak suami maupun istri.

Keluarga sebelunya belum pernah ada yang dirawat di rumah sakit, pelayanan

kesehatan yang biasa digunakan adalah berobat ke dokter terdekat

III. Lingkungan

a. Karekteristik Rumah

Rumah yang ditempati adalah rumah sendiri terdiri dari teras di bagian depan

ruang tamu sekaligus ruang keluarga yang terdapat televisi, 3 kamar tidur

terdapat tempat tidur dan lemari pakaian, ruang tengah terdapat meja makan,

dibagian belakang terdiri dari dapur, kandang sapi, kamar mandi dan sumur

didekat kamar mandi, jarak septic tank dengan sumber air tidak terlalu jauh

tetapi tidak terlalu dekat juga. Sumber air yang digunakan adalah air dari sumr

pribadi dan dari PDAM . Rumah nampak rapi dan bersih. Jendela ada pada

depan dan bisa dibuka

Denah rumah
KM

Kamar Kamar Kamar Ruang Tamu

Kandang Teras

Rang Tengah

Dapur

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas

Penduduk RT 23 / 5 tidak terlalu padat karena kondisi yang masih di

pedesaan , jarak antara rumah tidak merata ada yang sebagian dekat dan ada

yang sebagian jaraknya jauh, Rumah Tn. N berada di samping pos kampling

dan perempatan sehingga dekat dengan jalan utama desa. Tetangga berasal

dari daerah sekitar Boyolali. Pekerjaan beragam dari petani, pedagang, dan

karyawan swasta, juga wiraswasta. Dalam RT dan RW ada kegiatan pengajian

dan diikuti warganya. Tidak ada peraturan atau budaya dari lingkungan tempat

tinggal yang mempengaruhi kesehatan

c. Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga mengatakan tidak pernah berpindah rumah selama ini. Sarana

transportasi yang digunakan keluarga adalah sepeda motor

d. Interaksi Dengan Masyarakat

Keluarga tidak ada masalah dengan tetangga yang lain, keluarga selalu

mendapat dukungan dari keluarga yang lain dan bila ada masalah selalu

dibicarakan bersama-sama. Rumah keluarga tidak terlalu dekat dengan praktik

dokter, bidan swasta dan jauh dari Puskesmas.


e. Sistem Pendukung Keluarga

Dalam keluarga Tn. N anggota yang sakit hanya satu yaitu Nn. I sehingga

jumlah anggota keluarga yang sehat adalah tiga orang, keluarga tidak memiliki

fasilitas yang dapat menunjang kesehatan seperti alat-alat kesehatan pribadi

tetapi jika sakit biasanya membeli obat di warung atau menggunakan minyak

angin.

IV. Struktur Keluarga

a. Pola Komunikasi Keluarga

Keluarga selalu berkomunikasi secara terbuka antar anggota keluarga, setiap

anggota keluarga bebas menyampaikan keluhan. Pengambil keputusan adalah

Tn. N sebagai KK dan atas pertimbangan Ny. S sebagai istrinya. Anggota

keluarga bertemu setiap hari, waktu yang tersering adalah malam hari dan

jarang digunakan untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga karena

kesibukan masing-masing anggota keluarga

b. Struktur Kekuatan Keluarga

Dalam membuat keputusan selalu dibicarakan terlebih dulu dengan anggota

keluarga, tetapi dalam pengambilan keputusan yang tersering diambil oleh

Tn.N

c. Struktur Peran Keluarga

Tn.N sebagai kepala keluarga bertanggung jawab untuk mencari nafkah, dan

dalam pengelolaan dana diserahkan kepada istrinya. Ny. S bertugas untuk

mengurus rumah seperti memasak, menyapu, mencuci baju dan piring serta

membersihkan halaman. Anak Tn. N ada tiga orang, anak pertama Tn.N

sudah pernah menikah namun sekarang sudah bercerai dan bekerja untuk

membantu pemasukkan dana keluarga, anak keduanya sudah menikah dan


sekarang tinggal bersama suaminya, sdangkan anak ketiganya belum menikah

dan bekerja untuk membantu pemasukkan keluarga juga

d. Nilai dan Norma Budaya

Keluarga menganut agama islam dan dalam keluarga diajarkan norma agama

islam yang dianut kepada seluruh anggota keluarga dan saling menghargai

sesama anggota keluarga

V. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Dalam keluarga satu sama lain saling menghormati dan menyayangi. Bila ada

masalah selalu dibicarakan bersama-sama

b. Fungsi Sosialisasi

Keluarga berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain dan juga tetangga

sekitarnya. Seluruh anggota keluarga juga sering mengikuti acara pengajian

atau acara di dusunnya begitu juga dengan Ny. S yang aktif dalam kegiatan

PKK di dusun tersebut. Keluarga juga diberi kebebasan untuk bergaul dengan

tetangga dilingkungan rumahnya

c. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga mengatakan Nn. I sering sakit panas atau batuk pilek. Nn. I

mengatakan hanya menganggap sakitnya sebagai kecapekan karena sering

lembur bekerja dan tidak tahu kalau sakit tifus. Keluarga mengatakan hanya

memberi obat warung kalau Nn. I panas. Sakit dirasakan sudah 2 minggu

terakhir. Keluarga mengatakan Nn. I sering panas ketika malam hari. Sdr. I

mengatakan bila panas hanya diobati dengan minum obat warung atau diberi

minyak angin dan istirahat saja. Nn. I mengatakan jarang berobat ke


Puskesmas karena jauh. Keluarga menyatakan ada riwayat sakit tifus

sebelummya dalam keluarganya.

d. Fungsi Reproduksi

Keluarga Tn. N mempunyai anak 3 dan semuanya berjenis kelamin perempuan.

Tn. N dan Ny. S tidak pernah mendiskusikan jumlah anak ketika menikah dulu.

Untuk menjaga jarak kelahiran antar anak dan untuk mengendalikan jumlah

anak Ny. S menggunakan alat kontrasepsi berupa suntik dari anak pertama

sampai ketiga, dan setelah anak ketiganya lahir Ny. S menggunakan alat

kontrasepsi spiral sampai saat ini

e. Fungsi Ekonomi

Keluarga memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari dan masih bisa digunakan untuk menabung

VI. Stres dan koping Keluarga

a. Stresor Jangka pendek

Nn. I mengatakan sering mengalami panas dan juga kepala pusing sehingga

menghambat kegiatannya ketika dirumah maupun di tempat kerja

b. Stresor jangka Panjang

Nn. I mengatakan hanya diberi minyak angin , istirahat, dan minum obat

warung dan tidak pernah berobat ke Puskesmas karena jauh.

c. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah

Saat Nn. I sakit keluarga membelikan obat diwarung dan memintanya untuk

banyak beristirahat.

d. Strategi Koping Yang Digunakan


Bila ada masalah dalam keluarga biasanya dibicarakan secara bersama-sama

untuk memecahkan masalahnya. Ny. S mengatakan kalau Nn. I sudah capek

istirahat saja.

e. Strategi Adaptasi Disfungsional

Nn. I mengatakan bila sedang kesal sering hanya diam bila masalahnya tidak

terlalu penting kadang-kadang juga bercerita kepada Ny. S tentang perasaan

kesalnya.

VII. Harapan Keluarga

Keluarga berharap sakit yang dialami oleh Nn. I akan segera sembuh dan tidak

kambuh lagi, keluarga berharap agar petugas kesehatan dapat berfungsi dengan

baik dan tepat kepada siapa saja yang membutuhkan dan juga bisa meningkatkan

derajat kesehatan keluarga.

VIII. Data Tambahan

a. Nutrisi

IX. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Anggota Keluarga


Tn. N Ny. S Sdr. S Nn. I
Kepala Rambut Rambut Rambut Rambut

sebagian sebagian bersih, bersih, rapi,

sudah sudah berwarna berwarna

beruban, beruban, hitam, tidak hitam, tidak

bersih bersih, rapi ada bekas luka ada bekas luka


TTV TD : 130/70 TD : 140/90 TD : 120/80 TD : 110/80

mmHg mmHg mmHg mmHg

S : 36○C S : 36,3○C S : 36○C S : 36,4○C

RR : 21x / RR : 22x / RR : 22x / RR : 23x /

menit menit menit menit


N : 80x / N : 82x / N : 81x / N : 78x /

menit menit menit menit


BB / TB BB : BB : BB : BB :

TB : TB : TB : TB :
Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva

tak anemis, tak anemis, tak anemis, tak anemis,

sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera tidak

ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, tidak

ada keluhan ada keluhan ada keluhan ada keluhan

penurunan penurunan penurunan penurunan

penglihatan. penglihatan. penglihatan. penglihatan.


Hidung Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

sekret, tidak sekret, tidak sekret, tidak sekret,

mengeluh mengeluh mengeluh mengeluh

pilek pilek pilek pilek


Mulut Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

keluhan, gigi keluhan, gigi keluhan, gigi keluhan, gigi

geraham bersih, tidak bersih, tidak geraham

sudah tanggal bau nafas bau nafas belum

tumbuh, tidak

bau nafas, gigi

rapi dan

bersih
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran

kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid


Dada Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada

simetris, simetris, simetris, simetris,


bunyi nafas bunyi nafas bunyi nafas bunyi nafas

vesikuler, vesikuler, vesikuler, vesikuler,

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

keluhan sesak keluhan sesak keluhan sesak keluhan sesak

dan nyeri. dan nyeri. dan nyeri. dan nyeri.

Ronkhi atau Ronkhi atau Ronkhi atau Ronkhi atau

wheezing wheezing wheezing wheezing

tidak tidak tidak tidak

ditemukan. ditemukan. ditemukan. ditemukan.

Tidak Mengatakan

mengeluh masih batuk

batuk
Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

pembesaran, pembesaran, pembesaran, pembesaran,

bising usus bising usus bising usus bising usus

terdengar, terdengar, terdengar, terdengar,

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan,

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran

hepar hepar hepar hepar


Tangan Ekstremita Ekstremita Ekstremita Ekstremita

baik, tidak ada baik, tidak ada baik, tidak ada baik, tidak ada

edema edema edema edema


Kaki Ekstremita Ekstremita Ekstremita Ekstremita

baik, tidak ada baik, tidak ada baik, tidak ada baik, tidak ada

edema edema edema edema


Kondisi Baik Baik Baik Baik

Umum

X. Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan


1. Ds Nutrisi Kurang dari Kebutuhan

- Nn. I mengatakan bahwa masih Tubuh

belum nafsu makan sejak pulang

dari RS. Makan 2x sehari dengan

Komposisi nasi,lauk Dengan

jumlah ½ porsi

- Nn. I mengatakan bahwa berat

badannya turun sejak sakit.

Sebelum sakit Sdr I mengatakan

BB 46kg dan saat sakit BB turun

menjadi 43kg

- Nn. I mengatakan bahwa dirinya

jarang minum. Sehari hanya minum

air putih 1 botol (± 500ml)

Do :

- Klien tampak masih lemas dan

pucat

- TD : 110/80 mmHg

S : 36,4○C

RR : 23x/menit

N : 78x/menit
- Bibir masih agak kering
2. Ds Defisit pengetahuan

- Nn. I mengatakan awalnya tidak

mengetahui tentang sakit yang

dialaminya dan mengganggap

hanya masuk angin biasa

- Nn. I mengatakan hanya minum

obat warung ketika sakit

DO :

- Klien dan keluarga tidak dapat

menjelaskan tentang penyakit yang

dialami oleh Nn. I

- Klien dan keluarga tidak mampu

menjawab pertanyaan yang

diberikan terkait penyakit Nn. I

XI. Skoring

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Nn. I di keluarga Tn. N

berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat dari Nn. I

NO Kriteria Score Pembenaran


1 Sifat masalah Adanya masalah kesehatan

Skala : yang timbul

 Tidak/kurang sehat :3 3

 Ancaman kesehatan :2

 Keadaan sejahtera :1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah Masalah dapat diatasi

Skala : dengan mudah karena


 Mudah :2 2 keluarga mau diberikan

 Sebagian :1 pendidikan kesehatan oleh

 Tidak dapat : 0 perugas kesehatan


3 Potensial masalah untuk dicegah Masalah dapat di ubah

Skala : 2 karena keluarga

 Tinggi :3 mempunyai kemauan dan

 Cukup :2 kemampuan untuk

 Rendah :1 mengubah kebiasaan tidak

sehatnya
4 Menonjolnya masalah Keluarga menyadari

Skala : 2 betapa pentingya

 Masalah berat, harus segera ditangani

:2

 Ada masalah, tetapi tidak perlu segera

ditangani :1

 Masalah tidak dirasakan. :0

2. Kurang pengetahuan Nn. I berhubungan dengan kurang terpaparnya

informasi mengenai sehat – sakit yang didapatkan Nn. I

NO Kriteria Score Pembenaran


1 Sifat masalah Risiko timbulnya masalah

Skala : yang dapat mengganggu

 Tidak/kurang sehat :3 2 kesehatan

 Ancaman kesehatan :2

 Keadaan sejahtera :1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah Masalah dapat diatasi

Skala : dengan mudah karena

 Mudah :2 2 keluarga mau diberikan


 Sebagian :1 pendidikan kesehatan oleh

 Tidak dapat : 0 perugas kesehatan


3 Potensial masalah untuk dicegah Masalah dapat di ubah

Skala : 2 karena keluarga

 Tinggi :3 mempunyai kemauan dan

 Cukup :2 kemampuan untuk

 Rendah :1 mengubah kebiasaan tidak

sehatnya

XII. Diagnosa Keperawatan

1. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

asupan makanan tidak adekuat

2. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Intervensi Keperawatan

No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional Paraf

Dx Hasil
1. Setelah dilakukan 1. 1. Anik

tindakan selama 2 x 24 umum klien kondisi umum

jam di harapakan 2. klien

masalah pemenuhan untuk makan 2.

nutisi kurang dari sedikit tapi nutrisi klien

kebutuhan tubuh dapat sering terpenuhi

teratasi dengan kriteria 3. 3.

hasil : untuk makan dengan

1. mengingatkan teratur
meningkat klien makan 4.

2. 4. pentingnya

3. pendidikan makan yang

habiskan kesehatan sehat dan

tentang teratur

pentingnya

makan sehat

dan teratur
2. Setelah dilakukan 1. 1. Anik

tindakan selama 2 x 24 pengetahuan dalam

jam diharapkan klien dan memberikan

masalah kurang keluarga penjelasan pada

pengetahuan pasien 2. klien

dapat teratasi dengan proses 2.

kriteria hasil : penyakit, pengetahuan

1. identifikasi klien tentang

menyatakan kemungkinan penyakitnya

paham dengan penyebab 3.

penyakit, kondisi, 3. terjadinya

dan tentang keparahan

pengobatannya perubahan 4.

2. gaya hidup mengetahui dan

mampu yang mungkin mau melakukan

menjelaskan digunakan gaya hidup

kembali apa yang untuk sehat

telah di mencegah
sampaikan komplikasi

4.

pendidikan

kesehatan

tentang cara

hidup sehat

terkait

penyakit

Catatan Keperawatan

Tanggal No Implementasi Evaluasi Paraf

Dx
7 Maret 1. 1. Mengkaji kondisi S : Klien mengatakan Anik

2020 umum klien nafsu makannya belum

2. Meminta klien untuk membaik

makan sedikit tapi O : Kondisi Umum : baik

sering TD : 110/80 mmHg

3. Mendorong keluarga S : 36,4○C

untuk mengingatkan RR : 23x/menit

klien makan N : 78x/menit

4. Memberikan Klien masih tampak

pendidikan kesehatan lemas

tentang pentingnya A : Pemenuhan nutrisi

makan sehat dan teratur kurang dari kebutuhan

tubuh belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi
- Kaji kondisi umum

klien

- Minta klien untuk

makan sedikit tapi

sering

- Dorong keluarga

untuk

mengingatkan klien

makan

- Berikan pendidikan

kesehatan tentang

pentingnya makan

sehat dan teratur

2. 1. S : Klien mengatakantidak Anik

pengetahuan klien dan mengetahui tentang

keluarga penyakit yang

2. dialaminya

proses penyakit, O : Kondisi Umum : baik

identifikasi TD : 110/80 mmHg

kemungkinan S : 36,4○C

penyebab RR : 23x/menit

3. N : 78x/menit

perubahan gaya hidup Klien dapat menjawab

yang mungkin pertanyaan tentang


digunakan untuk penyakit yang

mencegah komplikasi dialaminya

4. A : Defisit pengetahuan

kesehatan tentang cara P : Lanjutkan Intervensi

hidup sehat terkait - Kaji tingkat

penyakit pengetahuan klien

dan keluarga

- Diskusikan

tentang perubahan

gaya hidup yang

mungkin

digunakan untuk

mencegah

komplikasi

- Berikan

pendidikan

kesehatan tentang

cara hidup sehat

terkait penyakit
15 Maret1. 1. Mengkaji kondisi S : Klien mengatakan Anik

2020 umum klien nafsu makannya

2. Meminta klien untuk sudah membaik

makan sedikit tapi O : Kondisi Umum : baik

sering TD : 120/70 mmHg

3. Mendorong keluarga S : 36,1○C

untuk mengingatkan RR : 21x/menit


klien makan N : 80x/menit

4. Memberikan Klien sudah tampak

pendidikan kesehatan sehat

tentang pentingnya A : Pemenuhan nutrisi

makan sehat dan teratur kurang dari kebutuhan

tubuh teratasi

P : Pertahankan kondisi

umum

Motivasi klien

untuk menjaga pola

makannya
3. 1. S : Klien mengatakan Anik

tingkat pengetahuan masih ingat dengan

klien dan keluarga penjelasan yang telah

2. diberikan minggu lalu

perubahan gaya hidup O : Kondisi Umum : baik

yang mungkin TD : 120/70 mmHg

digunakan untuk S : 36,1○C

mencegah komplikasi RR : 22x/menit

3. N : 80x/menit

kesehatan tentang cara Klien dapat menjawab

hidup sehat terkait pertanyaan tentang

penyakit penyakit yang

dialaminya

Klien dapat mengingat

penjelasan yang telah


dijelaskan

A : Defisit pengetahuan

teratasi

P : Pertahankan kondisi

umum

Motivasi klien agar

tetap menerapkan

pola hidup sehat

Dokumentasi Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai