Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN.

S DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL : REUMATIK DI DESA BANJARWUNGU TARIK
SIDOARJO

Untuk Memenuhi Tugas Praklinik Keperawatan Komunitas

Dosen Pengampu: Umi Azizah KN, S.Kep, Ns., M.Kep

Disusun Oleh:
TOMI WAHYU HERLAMBANG
NIM: 201701103

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah-masalah kesehatan akibat penuaan usia terjadi pada berbagai sistem tubuh salah
satunya adalah rematik. Rematik adalah penyakit inflamasi non bakterial yang bersifat
sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara
simetris (Chairuddin, 2011). Salah satu cara untuk mengendalikan nyeri sendi pada penderita
rematik adalah dengan melakukan senam rematik. Rematik tidak diketahui penyebab secara
pasti tetapi dapat dibagi kedalam 3 (tiga) bagian yaitu imunitas, faktor metabolik, dan infeksi
dengan kecendrungan virus (Lilik azizah 2011).
Rematik dapat disebabkan oleh kegemukan, usia, jenis kelamin, genetik, suku
(Soumya,2011). Manifestasi rematik yaitu nyeri sendi, inflamasi, deformitas (Roehadi 2010).
Nyeri dapat dibagi kedalam 3 tingkatan yaitu nyeri ringan dengan skala nyeri 1-3, nyeri
sedang dengan skala nyeri 4-7, nyeri berat dengan skala nyeri 8-10 (Soeroso 2010). Adanya
nyeri pada sendi membuat penderita rematik mengalami ganguan aktivitas sehari-hari sehinga
dapat menurunkan produktivitas. Disamping itu dengan mengalami nyeri pada sendi sehinga
membuat pasien rematik menjadi frustasi dalam menjalani kehidupannya sehari-hari serta
dapat mengangu kenyamanan pasien rematik.
Penatalaksanaan rematik terdiri dari 2 yaitu secara farmakologis seperti obat-obatan
analgetik, anti inflamasi dan non farmakologis seperti kompres panas, kompres dingin, tarik
nafas dalam, hipnosis dan senam rematik untuk menghilangkan rasa nyeri pada sendi serta
inflamasi pada sendi (Lemone dan Burke, 2010).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang komprehensif pada Tn.S dengan kasus gangguan sistem
muskuloskeletal : reumatik di desa banjarwungu tarik sidoarjo
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada Tn.S dengan kasus gangguan
sistem muskuloskeletal : reumatik
2. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada Tn.S dengan kasus gangguan
sistem muskuloskeletal : reumatik
3. Menyusun rencana keperawatan keluarga pada Tn.S dengan kasus gangguan
sistem muskuloskeletal : reumatik
4. Melakukan Implementasi keperawatan keluarga pada Tn.S dengan kasus
gangguan sistemmuskulo skeletal : reumatik
5. melakukan Evaluasi keperawatan keluarga pada Tn.S dengan kasus gangguan
sistem muskuloskeletal : reumatik
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap- tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman
keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya
dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit
layanan perlu di perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu
atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.

2.1.2 Tipe Keluarga

Menurut friedman, 2010 pembagian tipe tergantung pada konteks keilmuan


dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan
menjadi dua yaitu :

a. Keluarga inti (nuclear family) adalaah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu anak yang diperoleh dari keturunaannya atau keduanya

b. Keluarga besar (axtended family) adalah keluarga inti yang ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, bibi,
paman)

c. Keluarga Adopsi sebuah cara lain untuk membentuk keluarga dengan


menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orangtua seterusnya dari
orangtua kandung ke orangtua adopsi dengan menimbulkan suatu keadaan
saling menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak.

d. Keluarga Asuh sebuahlayanan kesejahteraan anak yaitu anak ditempatkan


dirumah terpisah dari salah satu orang tua atau kedua orang tua kandung untuk
menjaminkeamanan dan kkesejahteraan fisik serta emosional mereka

e. Keluarga orangtua Tunggal keluarga dengan ibu atau ayah sebagai kepala
rumah

f. Dewasa Lajang yang tinggal sendiri

g. Keluarga dengan Orang Tua Tiri keluarga yang menikah lagi yang dapat
terbentuk atau tanpa anak dan keluarga yang terbentuk kembali

h. Keluarga binuklir keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak


merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah
inti maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama
dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga.

i. Cohabiting Family pasangan kumpul kebo

j. Keluarga Homo Seksual dua atau lebih individu yang berbagai orientasi
seksual yang sama atau minimal ada satu orang homoseksual yang memelihara
anak

2.1.3 Peran Dan Fungsi Keluarga

Menurut Ali, Z (2010) keluarga memiliki peran formal dalam keluarga tersebut,
yaitu :

1. Peran sebagai ayah. Ayah sebagai suami dari isteri dan ayah dari anak
anaknya berperan sebagai pencari nafkah, pendidikan, pelindung, dan
pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga, anggota kelompok
sosial, serta anggota masyarakat dan Lingkungan

2. Peran sebagai ibu, ibu sebagai istri dari suami dan ibu dari anak- anaknya
berperan untuk mengurus rumah tangga sebagia pengasuh dan pendidik
bagi anak- anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial,
serta sebagai anggota kelompok masyarakat dan lingkungan disamping
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga

3. Peran sebagai anak. Anak melaksankan peran psikososial sesuai tingkat


perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2.1.4 Tahap Dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada


sistem keluarga meliputi : pola perubahan interaksi dan hubungan antara
anggotanya sepanjang waktu. Adapun tahapan perkembangan keluarga menurut
Mubarak.dkk (2011), yaitu:
a. Tahap 1 pasangan baru atau keluarga baru
Keluarga baru dimulai pada saat masing- masing individu yaitu suami istri membentuk
keluarga meliputi perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing,
dalam artian secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru.
Adapun tugas perkembangan pada tahap ini :
1. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama

2. Menetapkan tujuan bersama

3. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman atau kelompok


sosial
4. Merencanakan nak- KB

5. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri


menjadi orangtua.
b. Tahap II keluarga kelahiran anak pertama
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dengan kelahiran sampai kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (3,2 tahun). Adapun
tugasperkembangan pada tahap ini :
1. Persiapan menjadi orangtua
2. Membagi peran dan tanggungjawab
3. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan
4. Mempersiapkan biaya untuk kelahiran aanak pertama
5. Memfasilitasi role learning anggota keluarga
6. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampaai balita
c. Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia
5 tahun. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini :
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa nyaman
2. Membantu anak bersosialisasi

3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara, kebutuhan


anak yang juga harus terpenuhi
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun di luar
keluarga

5. Dapat membagi waktu antara individu, pasangan dan anak


6. Pembangian tanggung jawab anggota keluarga

7. Kegiatan dan waktu untuk simulasi tumbuh dan kembang anak


d. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai saat anak tertua mulai memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini :
1. Memeberikan perhatian tentang kegiatan tentang kegiatan sosial
anak, pendidikan, dan semangat belajar
2. Tetap mempertahankan keharmonisan
3. Mendorong anak untuk mencapai pengembangkan daya intelektual
4. Menyediakan aktifitasuntuk anak
5. Meneysuaikan dengan aktifitas komuniti dengan mengikutsertakan
anak
e. Tahap v keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir pada usia
19/20 tahun. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini :
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah tumbuh dewasa
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka dengan anak dan orang
tua
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
f. Tahap VI Keluarga dengan Anak Dewasa ataau Pelepasan
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak padaa keluarga atau jika
nak belum memilki keluarga atau tetap tinggal bersama orangtua. Tugas
perkembangan pada tahap ini:
1. Memperluaskeluarga inti menjadi keluarga besar
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Membantu orangtua suami dan istri yang sedang sakit dan memasuki usia tua
4. Mempersiapkan anak untuk mandiri dan menerima kepergian anak
5. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6. Berperan suami- istri atau kakek- nenek
g. Tahap VII Keluarga Usia Pertengahan
Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tugas perkembangan pada taahap
ini :
1. Mempertahankan kesehatan
2. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam artian mengolah minat
sosial dan waktu santai
3. Memulihkan hubungan antara generasi muda tua
4. Keakraban dalam pasangan
5. Memelihara hubungan dengan anak dan keluarga
6. Persiapan masa tua atau pension dan meningkatkan keabraban pasangan
h. Tahap VIII Keluarga Lanjut Usia
Tahapan ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu
pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Tugas perkembangan pada taahap
ini :
1. Mempertahankan suasana rumah yang meneynangkan.

2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,


kekuatan fisik pendapatan.
3. Memepertahankan keabraban pasangan suami- istri dan saling
merawat
4. Mempertahaankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat
5. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan
kematian
2.1.5 Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri atas :
1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun
melalui garisketurunan ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun
melalui garisketurunan ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah dari istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah dari suami.
5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
dari keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.

2.1.6 Tugas Kesehatan Keluarga


Adapun tugas keluarga menurut ballon dan maglaya, dalam mushlisin
(2012), yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehataanlah kadang seluruh
kekuatan sumber dayaa dan dana kesehatan habis. Orangtua perlu menegnal keadaan
kesehatan dan perubahan- perubahan yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua.
2. Membuat Keputusan tindakan kesehatan masyarakat Sebelum
keluarga dapat memebuat keputusan yang tepat mengenai maslah
kesehatan yang dialaminya. Perawat harus mampu mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi kelurga dalam
membuat keputusan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Ketika
memberikan perawatan pada anggota keluarganya yang
sakit, keluargaharus memperhatikan hal- hal sebagai
beriku: keadaan penyakitnya, sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, dan sikap keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat. Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal- hal
sebagai berikut: sumber- sumber keluarga yang dimiliki,
keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, upaya
pencegahan penyakit, dan kekompakan antara anggota keluarga
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus menegtahui
hal- hal sebagai berikut: keberadaan fasilitas keluarga, keuntungan-keuntungan yang
dapat di peroleh dari fasilitas dan kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga

2.2 Konsep Reumatik


2.2.1 Definisi Reumatik
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris
(Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165). Artritis rhemathoid (AR)
merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun manifestasi utamanya
adalah Poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ
tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien Artritis Rhemathoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progesifitasnya. Pada umumnya selain gejala
artikular, Artritis Rhemathoid dapat pula menunjukkan gejala konstitusional berupa
kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan organ non-ertikular lainnya (Nugroho, 2012).
Artritis adalah inflamasi dengan nyeri, panas, pembengkakan, kekakuan dan kemerahan pada
sendi. Akibat Artritis, timbul inflamasi umum yang dikenal sebagai Artritis Rhemathoid yang
merupakan penyakit autoimun (Nugroho, 2012).
Artritis adalah inflamasi dengan nyeri, panas, pembengkakan, kekakuan dan
kemerahan pada sendi. Akibat Artritis, timbul inflamasi 15 umum yang dikenal sebagai
Artritis Rhemathoid yang merupakan penyakit autoimun (Nugroho, 2012). Artritis
rhemathoid (AR) dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi
Darmojo, 1999). Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial
yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin
Tucker, 1998).

2.2.2 Jenis sendi


Ada tiga jenis sendi pada manusia dan gerakan yang dimungkinkannya yaitu, sendi
fibrosa, kartilaginosa dan sinovial (Roger, 2002).
1. Sendi fibrosa atau sendi mati Terjadi bila batas dua buah tulang bertemu
membentuk cekungan yang akurat dan hanya dipisahkan oleh lapisan tipis
jaringan fibrosa. Sendi seperti ini terdapat di antara tulang-tulang kranium.
2. Sendi kartilaginosa atau sendi yang bergerak sedikit (sendi tulang rawan) Sendi
tulang rawan terjadi bila dua permukaan tulang dilapisi tulang rawan hialin dan
dihubungkan oleh sebuah bantalan fibrokartilago dan ligamen yang tidak
membentuk sebuah kapsul sempurna disekeliling sendi tersebut. Sendi tersebut
terletak diantara badan-badan vertebra dan antara manubrium dan badan
sternum.
3. Sendi sinovial atau sendi yang bergerak bebas Terdiri dari dua atau lebih tulang
yang ujung-ujungnya dilapisi tulang rawan hialin sendi. Terdapat rongga sendi
yang mengandung cairan sinovial, yang memberi nutrisi pada tulang rawan
sendi yang tidak mengandung pembuluh darah dan keseluruhan sendi tersebut
dikelilingi kapsul fibrosa yang dilapisi membran sinovial. Membran sinovial ini
melapisi seluruh interior sendi, kecuali ujung-ujung tulang, meniskus, dan
diskus. Tulang-tulang sendi sinovial juga dihubungkan oleh sejumlah ligamen
dan sejumlah gerakan selalu bisa dihasilkan pada sendi sinovial meskipun
terbatas, misalnya gerak luncur (gliding) antara sendi-sendi metakarpal.
Adapun jenis-jenis Sendi Sinovial :
1) Sendi pelana (hinge) memungkinkan gerakan hanya pada satu arah; misalnya
sendi siku.
2) Sendi pivot memungkinkan putaran (rotasi), misalnya antara radius dan ulna
pada daerah siku dan antara vertebra servikalis I dan II yang memungkinkan
gerakan memutar pada pergelangan tangan dan kepala.
3) Sendi kondilar merupakan dua pasang permukaan sendi yang memungkinkan
gerakan hanya pada satu arah, tetapi permukaan sendi bisa berada dalam satu
kapsul atau dalam kapsul yang berbeda, misalnya sendi lutut.
4) Sendi bola dan mangkuk (ball and socket) sendi ini dibentuk oleh sebuah kepala
hemisfer yang masuk kedalam cekungan berbentuk mangkuk; misalnya sendi
pinggul dan bahu.
5) Sendi plana merupakan gerakan menggelincir dibatasi oleh ligamen dan
tonjolan tulang, misalnya sendi-sendi tulang karpal dan tarsal. Di beberapa sendi
sinovial, kavum dapat dibagi oleh sebuah diskus atau meniskus artikularis, yang
terdiri dari fibrokartilago yang membantu melumasi sendi, mengurangi keausan
permukaan artikular, dan memperdalam sendi.
Pergerakan Sendi Gerakan sendi bisa dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1) Gerakan meluncur, seperti yang diimplikasikan namanya, tanpa gerakan
menyudut atau memutar.
2) Gerakan menyudut menyebabkan peningkatan atau penurunan sudut diantara
tulang. Gerakan ini mencakup fleksi (membengkok) dan ekstensi (melurus), dan
juga abduksi (menjauhi garis tengah) dan aduksi ( mendekati garis tengah).
3) Gerakan memutar memungkinkan rotasi internal (memutar suatu bagian pada
porosnya mendekati garis tengah) dan rotasi eksterna (menjauhi garis tengah).
Sirkumduksi adalah gerakan ekstremitas yang membentuk suatu lingkaran.
Istilah supinasi dan pronasi merujuk pada gerakan memutar telapak tangan
keatas dan kebawah. supinasi dan pronasi merujuk pada gerakan memutar
telapak tangan keatas dan kebawah.

2.2.3 Etiologi

Penyebab Artritis Rhemathoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan beberapa
faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini (Nugroho, 2012).
Kecendrungan wanita untuk menderita Artritis Rhemathoid dan sering dijumpainya remisi
pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan
hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian
karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan
sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor
hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini (Nugroho, 2012).

Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab Artitis Rhemathoid.
Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab Artritis Rhemathoid juga timbul karena umumnya
onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran
inflamasi yang mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu
mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa
terdapat suatu komponen peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme yang dapat
mencetuskan terjadinya Artritis Rhemathoid. Agen infeksius yang diduga merupakan
penyebab Artritis Rhemathoid antara lain adalah bakteri, mikroplasma atau virus (Nugroho,
2012).

2.2.4 Patofisiologi

Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan degenerasi
yang terlihat pada penyakit rematik. Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis.
Pada penyakit rematik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang
terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi
jaringan synovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun (Nugroho, 2012). Pada
penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder. Sinovitis ini
biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif. Sinovitis dapat berhubungan
dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari kartilago artikuler yang
mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat (Nugroho, 2012).

Artritis Rhemathoid merupakan manifestasi dari respon sistem imun terhadap antigen
asing pada individu-individu dengan predisposisi genetik (Nugroho, 2012). Suatu antigen
penyebab Artritis Rhemathoid yang berada pada membran sinovial akan memicu proses
inflamasi. Proses inflamasi mengaktifkan terbentuknya makrofag. Makrofag akan
meningkatkan aktivitas fagositosisnya terhadap antigen dan merangsang proliferasi dan
aktivasi sel B untuk memproduksi antibody. Setelah berikatan dengan antigen, antibody yang
dihasilkan akan membentuk komplek imun yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang
sendi. Pengendapan komplek imun ini akan mengaktivasi sistem komplemen C5a (Nugroho,
2012). Komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan
permiabilitas vaskuler, juga dapat menarik lebih banyak polimorfonukler (PMN) dan monosit
kearah lokasi tersebut (Nugroho, 2012). Fagositosi komplek imun oleh sel radang akan
disertai pembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrin, prostaglandin yang
akan menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan
terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas
cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan
sendi (Nugroho, 2012).
Pengendapan komplek imun akan menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang
menyebabkan terjadinya pembebasan histamin dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi
jalur asam arakidonat yang akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial dan akhirnya terbentuk pannus (Nugroho, 2012). Masuknya sel radang ke
dalam membran sinovial akibat pengendapan komplek imun menyebabkan terbentuknya
pannus yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam pathogenesis Artritis
Rhemathoid. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblast yang
berproliferasi, mikrovaskuler dan berbagai jenis sel radang. Secara histopatologis pada daerah
perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai
kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan (Nugroho, 2012).

2.2.5 Manifestasi Klinis


Menurut Nugroho (2012), ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada
penderita Artritis Rhemathoid. Gejala ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang
bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran yang sangat bervariasi. Gejala-gejala
konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam. Terkadang
kelelahan dapat demikian hebatnya
a. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi ditangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua
sendi artrodial dapat terserang.
b. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada Osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selalu kurang dari 1 jam.
c. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat
dilihat pada radiogram.
d. Deformitas : kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapra
deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat
protusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi
metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan
kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
e. Nodula-nodula Rhemathoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita Artritis Rhemathoid. Lokasi yang paling
sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau disepanjang
permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat
juga timbul pada tempattempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya
merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
f. Manifestasi ekstra-artikular : Artritis Rhemathoid juga dapat menyerang organ-
organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru- paru (pleuritis), mata dan
pembuluh darah dapat rusak. Menurut Banton, 1998 dalam dr Setiawan
dalimartha bahwa tanda dan gejala dari rheumatoid artritis adalah nyeri pada
sendi, kaku pada pagi hari, kedudukan sendi tidak stabil dan permukaannya
tidak rata, sendi tidak dapat bergerak, nodul reumatoid (benjolan kecil), dan
bercak merah dikulit.

2.2.6 Pemeriksaan Diaknostik

Menurut Nugroho (2012), tidak banyak berperan dalam diagnosis Artritis


Rhemathoid, namun dapat menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis
pasien. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat :

a. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien Artritis
Rhemathoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien
Lepra, Tuberkulosis paru, Sirosis Hepatis, Hepatitis Infeksiosa, Endokarditis
Bakterialis, penyakit kolagen, dan Sarkoidosis.
b. Protein C-reaktif biasanya positif.
c. LED meningkat.
d. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
e. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
f. Trombosit meningkat.
g. Kadar albumin serum menurun dan globulin naik. Pada pemeriksaan rontgen,
semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah sendi metatarsofalang dan
biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga sering terkena. Pada awalnya terjadi
pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian
terjadi penyempitan sendi dan erosi (Nugroho, 2012).

2.2.7 Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering di jumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau
obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumathoid drugs, DMARD)
yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada Artritis Rhemathoid
(Nugroho, 2012). Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga
sukar di bedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan meilopati akibat ketidakstabilan iskemik akibat vaskulitis (Nugroho, 2012).

2.2.8 Penatalaksanaan

Setelah diagnosis Artritis Rhemathoid dapat di tegakkan, pendekatan pertama yang


harus dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antar pasien
dengan keluargannya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan
yang baik ini agaknya akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap
berobat dalam suatu jangka waktu yang cukup lama (Nugroho, 2012).

a) Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan


dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk
tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
b) OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi.
c) DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses
destruksi akibat Artritis Rhemathoid.
d) Riwayat penyakit alamiah Pada umumnya 25% pasien akan mengalami
manifestasi penyakit yang bersifat monosiklik ( hanya mengalami satu episode
dan selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Pada pihak lain sebagian
besar pasien akan menderita penyakit ini sepanjang hidupnya dengan hanya
diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian
kecil lainnya akan menderita Artritis Rhemathoid yang progresif yang disertai
dengan penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada setiap eksaserbasi.
e) Rehabilitasi pasien Artritis Rhemathoid
f) Merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan pasien Artritis
Rhemathoid dengan cara:
1) Mengurangi rasa nyeri.
2) Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi.
3) Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot.
4) Mencegah terjadinya deformitas.
5) Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri .
6) Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada orang
lain.
g) Pembedahan Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil
serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan.
Jenis pengobatan ini pada pasien Artritis Rhemathoid umumnya bersifat
ortopedik, misalnya sinovektomi, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki
deviasi ulnar, dan sebagainya.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Data Dasar
a. Identitas Kepala Keluarga
b. Klien bernama Tn S, berjenis kelamin laki-laki, umur 52 tahun, status kawin,
bertempat tinngal di dusun Klinter desa Banjarwungu, beragama Islam,
pekerjaan sebagai pekerja pabrik. Pengkajian dilakukan dirumah Tn.S pada hari
Rabu 07 Juli 2021 jam 16.00 WIB. Keluhan utama yang dirasakan klien adalah
nyeri pada bagian punggung dan lutut. Riwayat penyakit sudah di rasakan sejak
empat bulan yang lalu. Nyeri bertambah saat beraktivitas fisik yang berat dan
terasa kaku saat habis bersila lama. Keluhan yang menyertai adalah rasa panas
pada bagian yang sakit.
c. Komposisi Anggota Keluarga Ny.K sebagai istri Tn.S berumur 43 tahun dengan
pendidikan terakhir SMA. Pekerjaan Ny.K setiap hari sebagai PNS. Tn.S
memiliki 2 orang anak. An.T sebagai anak pertama berumur 20 tahun, jenis
kelamin laki-laki dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan. Sedangkan
An.M sebagai anak kedua berumur 15 tahun, jenis kelamin laki-laki, dan
sementara bersekolah SMP.
d. genogram

Ket :
= Laki-laki
= Perempuan

= 1 rumah

e. Tipe Keluarga Keluarga Tn.S termasuk kedalam tipe keluarga inti, karena dalam
keluarga ini terdiri dari ayah, ibu dan anak.
f. Suku Bangsa Keluarga Tn.S termasuk suku bangsa Jawa, bahasa yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari keluarga Tn.S adalah bahasa Jawa . Tn.
S memiliki pantangan makanan.
g. Agama Agama yang dianut oleh keluarga Tn.S adalah agama Islam dan
menjalankan shalat 5 waktu.Keluarga Tn.S selalu aktif mengikuti pengajian
majelis taklim setiap malam jumat.
h. Status Sosial Ekonomi Tn.S dan Ny.K sebagai pencari nafkah keluarga.
Keluarga Tn.S memiliki penghasilan rata-rata Rp. 4.000.000,- per bulan, yang
diperoleh dari penghasilan Tn.S. Keluarga Tn.S menganggap pendapatannya
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.Dalam hal ini keluarga Tn.S
memiliki pengeluaran untuk membayar uang pendidikan anaknya, pembayaran
listrik, dan kebutuhan makan dirumah. Tn.S dan Ny.K memiliki tabungan
keluarga
i. Aktifitas Rekreasi Keluarga Keluarga Tn.S melakukan aktivitas rekreasi
keluarga 1-2x dalam setahun, dan biasanya fleksibel dalam keikutsertaan
anggota keluarga.Lokasi yang sering dikunjungi keluarga biasanya di pantai
atau pemandian. Keluarga Tn.S menghabiskan waktu luang dengan menonton
TV dan An.T dengan bermain bersama teman-temannya.

2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Keluarga Tn.S berada pada tahap
perkembangan V, keluarga dengan remaja karena anak pertama pasangan Tn.S
dan Ny.K telah berada pada rentang usia 13 – 20 tahun yaitu 19 tahun. Tugas
perkembangan keluarga yang seharusnya dilalui oleh keluarga diantaranya
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab yang sejalan dengan
maturitas remaja, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, dan
berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak-anak Dengan
tugas mengimbangi tugas remaja dengan tanggung jawab yang sejalan dengan
maturitas remaja, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, dan
melakukan komunikasi yang terbuka diantara orang tua dengan anak-anak
remaja.
b. Tugas Perkembangan Keluarga
1. Tugas Perkembangan Keluarga yang Sudah Terpenuhi Tahap
perkembangan keluarga Tn.S sudah terpenuhi, dimana keluarga Tn.S
dengan tugas mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab
yang sejalan dengan maturitas remaja yaitu dengan cara keluarga
memberikan kebebasan anak untuk menentukan pilihannya sendiri dan
anak mengenyam pendidikan dengan baik, memfokuskan kembali
hubungan perkawinan dengan menjalin hubungan romantis antara Tn.S
dan Ny.K, dan melakukan komunikasi yang terbuka diantara orang tua
dengan anak-anak remaja dengan cara mendiskusikan solusi dan
keputusan untuk menyelesaikan masalah
2. Tugas Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi Tidak
ditemukannya tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Anak
pertama berusia 20 th dan yang kedua berusia 14 th. Anak pertama 20 th
sudah kuliah sedangkan anak kedua 15 th di SMP. Tn.S dan Ny.K
mengatakan komunikasi dengan anak-anaknya bersifat terbuka dan
masing-masing anak tahu akan tugas dan kewajibannya sebagai anak.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti Dalam keluarga Tn.S, Tn.S memiliki
penyakit rematik yang sudah diderita selama 4 bulan.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya tidak ada Riwayat kesehatan keluarga
sebelumnya.

3. Data Lingkungan
a. Karakteistik Rumah Keluarga Tn.S memiliki rumah pribadi yang berukuran 63
m2 dengan kondisi semi permanen dan berlantai semen, mempunyai 3
ventilasi berukuran 0,2 m2 pada masing-masing ventilasi, dan atap genting.
Luas pekarangan rumah keluarga Tn.S adalah 2400 m2 . Rumah Tn.S
memiliki 2 kamar, 1 ruang tamu sekaligus ruang keluarga, 1 ruang dapur, dan
1 kamar mandi/WC.Lingkungan rumah terlihat kurang bersih, matahari dapat
masuk kedalam rumah melalui kaca dan pintu rumah, namun perputaran udara
bagus.
1. Pengolahan Sampah Keluarga Tn.S mengelola sampah dengan cara bersih
dan tertutup, kemudian sampah akan dikumpulkan kemudian dibakar.
Dipekarangan terlihat daun kering yang berserakan.
2. Sistem Drainage Air Keluarga Tn.S memiliki saluran pembuangan air
limbah yang terbuka kemudian dialirkan ke selokan.
3. Penggunaan Jamban Keluarga Tn.S memiliki WC sendiri dengan jenis
jamban WC jongkok.Kondisi kamar mandi keluarga Tn.S cukup sinar
matahari, dan bersih.Jarak penampungan MCK (septic tank) dangan
sumber air >10 meter.
4. Kondisi Air Keluarga Tn.S memiliki sumber air berupa PDAM.Sumber
air digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti minum, masak, dan
MCK.Kondisi airnya baik, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, dan
tidak ada pengendapan.
b. Karakeristik tetangga dan komunitas tempat tinggal Karakteristik tetangga
sekitar tempat tinggal keluarga Tn.S bersifat sosial. Keluarga Tn.S berbaur
dengan tetangga-tetangga lain yang suku Jawa.. Di daerah sekitar tempat
tinggal keluarga Tn.S terdapat komunitas ibu-ibu arisan dan komunitas
pengajian yang sering melakukan kegiatan pengajian.
c. Mobilitas geografis keluarga Keluarga Tn.S menempati rumah yang saat ini
dan tidak pernah berpindah rumah.
d. Hubungan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarkat Keluarga Tn.S aktif
mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga Keluarga Tn.S menggunakan cara komunikasi
langsung dan terbuka dalam membicarakan masalah untuk mencari solusi
bersama. Tn.S merupakan anggota keluarga yang paling dominan berbicara,
dan bahasa yang sering digunakan dalam berkomunikasi yaitu bahasa
Jawa.Interaksi dan komunikasi keluarga paling sering terjadi ketika malam
hari dan dalam situasi nonton TV.
b. Struktur Kekuatan Keluarga Keluarga Tn.S akan membantu dan mensuport
bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah dimana yang menjadi
power dan paling banyak mengambil keputusan dalam keluarga adalah kepala
keluarga yaitu Tn.S
c. Struktur Peran (Formal dan Informal) Tn.S sebagai kepala keluarga berperan
sebagai pencari nafkah, panutan dan pelindung kerja. Ny.K sebagai istri
berperan merawat anak-anak, sebagai pengatur rumah tangga.An.T sebagai
anak pertama berperan sebagai anak yang mengenyam pendidikan kuliah.Anak
kedua berperan sebagai anak yang sekolah.
d. Nilai dan Norma Budaya di Keluarga Keluarga Tn.S hidup dalam nilai dan
norma budaya Jawa dimana tutur kata dan sopan santun di keluarga sangat
diperhatikan. An.T dan An.M diajarkan untuk selalu bersalaman dengan orang
yang lebih tua apabila bertemu, dan Tn.S dan Ny.K juga mendidik anak
mereka dengan nilai dan norma yang berlaku di sekitar.

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif Tn.S dan Ny.K sangat menyayangi keluarga dan anak-anaknya,
saling menjaga dan mendukung antara anggota keluarga satu dengan anggota
keluarga yang lain. Ny.K dan Tn.S berusaha membagi rata kasih sayangnya
kepada kedua anaknya.
b. Fungsi Sosialisasi Keluarga Tn.S telah menjalankan fungsi sosialisasinya
dalam keluarga, dengan berinteraksi dengan penduduk setempat, mengikuti
kerja bakti.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit dan
Penanganannya .
1. Mengenal Masalah Kesehatan Saat dikaji keluarga Tn.S mengatakan
bahwa mereka mengetahui bahwa Tn.S terkena Rematik dan tidak
mengetahui tentang penyakit rematik. Kesimpulan: Keluarga dapat
mengenal masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarganya, yaitu
Rematik pada Tn.S
2. Mengambil Keputusan Keluarga Tn.S mengatakan jika punggung dan lutut
Tn.S nyeri/pegal, biasanya Tn.S pergi ke Mantri atau dokter praktik dekat
rumahnya. Kesimpulan: Keluarga dapat mengambil keputusan pengobatan
untuk Tn.S yaitu dengan pergi ke mantri atau dokter.
3. Merawat anggota keluarga yang sakit Keluarga Tn.S mengatakan apabila
Tn.S sedang nyeri pinggang dan kaki, hanya disuruh isirahat dan minum
jamu. Kesimpulan : Keluarga Tn.S tidak mampu merawat anggota
keluarga yang sakit Rematik, yaitu Tn.S
4. Memelihara/Memodifikasi Lingkungan Tn.S dan Ny.K tidur tidak di
kamar dan tidurnya di ranjang berkasur. Kesimpulan : Keluarga Tn.S
mampu memodifikasi lingkungan.
5. Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang Ada Keluarga Tn.S sudah
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada yaitu Puskesmas. Dan
memanfaatkan fasilitas kartu JKN dan BPJS.

6. Stress Dan Koping Keluarga


a. Stresor Jangka Pendek dan Jangka Panjang Stresor jangka pendek keluarga
Tn.S dan Ny.K yaitu apabila banyak kerjaan yang harus dikerjakan dan
penyakitnya, dan stressor jangka panjang adalah ketika memikirkan
pendidikan dan masa depan anak-anak dan kekambuhan penyakit yang
dialaminya.
b. Respon Keluarga terhadap Stres Respon keluarga Tn.S menghadapi stressor
yaitu dengan tetap menghadapi stressor yang datang dengan santai, namun
kadang terjadi perubahan perilaku anggota keluarga yang berubah menjadi
cemas.Apabila menghadapi masalah, keluarga selalu memecahkan masalahnya
secara untuk mencari solusi yang tepat.
c. Strategi Koping Keluarga Tn.S menggunakan strategi koping tetap santai, dan
tetap menghadapi masalah yang terjadi.
d. Strategi Adaptasi Disfungsional Bila Tn.S sedang mengalami masalah
kesehatan, keluarga cenderung berobat ke pelayanan kesehatan terdekat dan
istirahat.

7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaa Tn.S Ny.K An.T An.M


n fisik

TD 110/80 110/80 110/70 100/60 mmHg


Nadi mmHg mmHg mmHg 78x/mnt
Suhu 65x/mnt 72 x/mnt 72 x/mnt 36 C
RR 36,5 C 36.8 C 36.0 C 18x/mnt
18 x/mnt 18 x/mnt 20x/mnt

BB 57 kg 63 kg 45 kg 30 kg
TB 165 cm 153 cm 155 cm 140 cm

Rambut Hitam,bersih Hitam,bersih Hitam,bersih Hitam


, tidak , tidak , tidak kecoklatan,bersih
mudah mudah mudah , tidak mudah
rontok dicabut dicabut, dicabut
lurus

Hidung normal normal normal normal

Mata Mata tidak Mata tidak Mata tidak Mata tidak


enemis, tidak enemis, tidak enemis, tidak enemis, tidak
pakai pakai pakai pakai kacamata
kacamata kacamata kacamata

Telinga Pendengaran Pendengaran Pendengaran Pendengaran


normal, normal, normal, normal, serumen
serumen serumen serumen tidak ada
tidak ada tidak ada tidak ada

Leher normal normal normal normal

Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir


lembab lembab lembab lembab

Gigi Tidak pakai Tidak pakai Tidak ada Tidak ada gigi
gigi palsu, gigi palsu, gigi berlubang, bersih
ada gigi ada gigi berlubang,
berlubang berlubang bersih

Dada Normal Normal Normal Normal


Paru Normal Normal Normal Normal
Jantung Normal Normal Normal Normal
Abdomen Normal Normal Normal Normal
Ekstremitas Punggung Normal, Normal, Normal, tidak ada
atas terasa kaku, tidak ada tidak ada keluhan, CRT < 3
CRT < 3 keluhan, keluhan, detik
detik CRT < 3 CRT < 3
detik detik

Ekstremitas Nyeri lutut Tidak ada Tidak ada Tidak ada


bawah sampai keluhan keluhan keluhan
pangkal
paha, telapak
kaki terasa
tebal

8. HARAPAN KELUARGA
Harapan keluarga Tn.S adalah meningkatkan status kesehatan setiap anggotanya,
pendidikan An.T dan An.M lancar dan berkualitas, dan juga dapat meningkatkan
status ekonomi keluarga untuk kesejahteraan keluarga Tn.S lancar.

A. DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

- Klien mengatakan nyeri pada - Klien tampak sering memijat


punggung dan persendian kaki kakinya
terutama dilutut - Lutut klien tampak kemerahan
- Klien mengatakan nyeri - Suhu sekitar lutut klien teraba
bertambah saat aktifitas berat hangat
- Klien mengatakan kekakuan - Tanda-tanda vital
sendi saat setelah bersila lama TD = 110/80 mmHg
- Klien mengatakan belum N = 65x/mnt
mengetahui tentang penyakit S = 36,5 C
yang dideritannya P = 18 x/mnt
- Klien mengatakan jalan depan
Halaman depan rumah tampak kotor
rumahnya licin pada musim
hujan

B. Skoring Masalah Kesehatan

NO KRITERIA SKOR BOBOT

1 Sifat masalah
Skala : wellness 3
Aktual 3 1

Resiko 2
Potensial 1

2 Kemungkinan masalah
dapat diubah
Skala : Mudah 2 2

Sebagian 1

Tidak dapat 0

3 Potensi masalah untuk


dicegah 3
Skala : Tinggi 2 1

Cukup 1
Rendah

4 Menonjolnya masalah
Skala : Segera 2
Tidak perlu 1 1

Tidak dirasakan 0

C. Perumusan Masalah
Nama klien : Tn.S
Nama Mahasiswa : Tomi Wahyu Herlambang
NIM : 201701103

No Masalah Kemungkinan Penyebab Data


1 Ketidakefektifan Proses menua DS
manajemen kesehatan
a. Klien mengatakan
keluarga b.d kurang Penurunan daya ingat
belum mengetahui
pengetahuan keluarga
tentang
tentang reumatik Keterbatasan informasi
penyakitnya

Kurang pengetahuan DO
tentang reumatik
a. Klien bertanya
tentang
Manajemen kesehatan tidak
penyakitnya
efektif
-

2 Nyeri akut b.d Proses menua DS


ketidakmampuan keluarga a. Klien mengatakan
merawat anggota keluarga Perubahan hormonal nyeri pada
yang sakit persendian kaki
Permukaan tulang dan sendi terutama di lutut
tidak lagi licin b. Klien mengatakan
nyeri bertambah
Tulang mengalami gesekan jika beraktifitas
pada persendiaan berat
c. Klien mengatakan
Nyeri
kekakuan sendi
saat habis bersila
lama
DO

a. Klien tampak
memegangi
kakinya
b. Lutut klien tampak
kemerahan
c. Tanda-tanda vital
TD = 110/80
mmHg
N = 65x/menit
S = 36,5 C
P =18x/menit

3 Resiko cedera b.d Proses menua DS


ketidakmampuan keluarga a. Klien mengatakan
memodifikasi lingkungan Lantai licin lantai licin apabila
habis hujan
Resiko cedera
DO

a. Klien tampak
memegangi
kakinya
b. Lutut klien tampak
kemerahan
c. Suhu sekitar lutut
teraba hangat

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b.d kurang pengetahuan
keluarga tentang reumatik
2. Nyeri akut b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
3. Resiko cedera b.d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan

E. Rencana Tindakan

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan obyektif

Ketidakefektifan TUK 1 1. Kaji tingkat 1. Memudahkan


manajemen Keluarga mampu pengetahuan dalam
kesehatan mengenal masalah keluarga menentukan
keluarga b.d kurang tentang pengetahuan 2. Berikan intervensi
pengetahuan kesehatan dan pendidikan selajutnya
keluarga perilaku sehat kesehatan 2. Menambah
tentang reumatik tentang reumatik pengetahuan
3. Evaluasi tingkat klien dan
pengetahuan keluarga tentang
penyakit yang
dideritanya.
3. Mengetahui
sejauh mana
keluarga
memahami
tentang penyakit
yang dideritanya
Nyeri akut b.d TUK 2 1. Kaji skala nyeri 1. Membantu
ketidakmampuan Keluarga mampu 2. Anjurkan menentukan
keluarga merawat memutuskan untuk keluarga intervensi
anggota keluarga merawat, membantu Tn.S selanjutnya
yang sakit meningkatkan atau untuk mandi air 2. Panas
memperbaiki hangat, kompres meningkatkan
kesehatan sendi- sendi yang relaksasi otot dan
sakit dengan mobilitas,
TUK 3 kompres hangat menurunkan rasa
Keluarga mampu 3. Berikan masase sakit.
merawat anggota yang lembut 3. Meningkatkan
keluarga untuk 4. Ajarkan teknik relaksasi/
meningkatkan atau relaksasi dan mengurangi
memperbaiki distraksi tegangan otot
kesehatan. 4. Meningkatkan
relaksasi,
memberikan rasa
kontrol dan
mungkin
meningkatkan
kemampuan
koping.
5. Memidahkan
untuk ikut serta
dalam terapi dan
mengurangi
tegangan otot /
spasme.
Resiko cedera b.d TUK 4 1. Anjurkan 1. Kondisi
ketidakmampuan Keluarga mampu modifikasi lingkungan yang
keluarga modifikasi memodifikasi lingkungan yang sehat dapat
lingkungan lingkungan. sehat dan aman menghindarkan
 Lantai tidak resiko pada
TUK 5 licin dan anggota keluarga
Keluarga mampu kotor yang sakit.
memanfaatkan  Penerangan 2. Untuk
fasilitas kesehatan. lampu baik memastikan
(tidak gelap keluarga
dan tidak menggunakan
terlalu fasilitas
terang) kesehatan apabila
2. Minta keluarga ada anggota
menunjukkan keluarga yang
kartu JKN dan sakit terutama
BPJS Tn.S apabila
cedera

F. Implementasi dan Evaluasi


Diagnosa Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
keperawatan

Ketidakefektifan Rabu, 07 Juli 2021 1. Mengkaji tingkat S:


manajemen pengetahuan Keluarga Tn.S
kesehatan keluarga mengatakan sudah
keluarga b.d kurang 2. Memberikan mengetahui tentang
pengetahuan pendidikan reumatik
keluarga kesehatan O:
tentang reumatik tentang reumatik Keluarga Tn.S
 Definisi mampu
 Penyebab menyebutkan

 Tanda gejala kembali definisi,

3. Mengevaluasi penyebab, tanda dan

tingkat gejala reumatik

pengetahuan A : Masalah teratasi

keluarga P : Intervensi
dipertahankan

Nyeri akut b.d Rabu, 07 Juli 2021 1. Mengkaji skala S:


ketidakmampuan nyeri Tn.S mengatakan
keluarga merawat P= Beraktivitas berat nyeri punggung dan
anggota keluarga Q= Terasa diremas kaki terutama saat
yang sakit R= Punggung dan beraktivitas
kaki O:
S= 5 - TD :110/80 mmHg
T=Hilang timbul -Nadi : 65 x/menit
2. Mengkaji -Suhu : 36,6 C
keluhan yang -Respirasi : 18
dirasakan klien, x/menitt
catat faktor yang -Skala nyeri 5
mempercepat dan -Tn.S tampak
tanda-tanda rasa memegangi kakinya
sakit non verbal. -Tn.S tampak
3. Menganjurkan mempraktekan
klien untuk teknik relaksasi
mandi air hangat, dengan tarik nafas
kompres sendi- dalam
sendi yang sakit A : Masalah belum
dengan kompres teratasi
hangat P : Lanjutkan
4. Mengajarkan intervensi
teknik relaksasi -Kaji skala nyeri
dan distraksi -Anjurkan klien
mandi air hangat
Resiko cedera b.d Rabu, 07 Juli 2021 1. Anjurkan S:
ketidakmampuan modifikasi Keluarga
keluarga modifikasi lingkungan yang mengatakan sudah
lingkungan sehat dan aman menciptakan
-Lantai tidak licin lingkungan sehat
dan kotor dan aman, tapi lantai
-Penerangan lampu tetap licin apabila
baik (tidak gelap dan hujan.
tidak terlalu terang) O:
2. Minta keluarga Lingkungan terlihat
menunjukkan bersih dan
kartu JKN dan penerangan lampu
BPJS baik, tidak ada
pemicu klien jatuh
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedi dan Martono, H. H. (1999). Olahraga dan Kebugaran Pada Lanjut Usia.
Buku Ajar Geriatri. Universitas Indonesia.

Friedman. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan Praktek (5th ed.).

Hidayat, A. A. A. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga.

Mubaraq, Chayatin, S. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Salemba
Medika.

Taufan, N. (2012). Luka Bakar dan Artritis Rhemathoid. Numed.

Tuckaer, S. M. (1998). Standart Keperawatan Pasien. Proses Keperawatan Diagnosa dan


Evaluasi (5th ed.). buku kedokteran EGC.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai