Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

TOMI WAHYU HERLAMBANG

202103026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes BINA SEHAT PPNI

KAB. MOJOKERTO

2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi

Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan

sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan

glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin, 2015). CKD atau gagal ginjal

kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan

fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana

kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan

keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2013).

Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan

lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak

dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit

yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long,

2010).

Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan

metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur

ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit ( toksik

uremik ) di dalam darah. (Arif Muttaqin, 2011).

Jadi bisa disimpulkan bahwa CKD adalah suatu kondisi dimana ginjal mengalami

penurunan fungsi untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan

glomerulus yang akan menyebabkan uremia.

2. Etiologi

Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang memungkinkan dapat

mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar ginjal.
a. Penyakit dari ginjal

 Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis.

 Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.

 Batu ginjal: nefrolitiasis.

 Kista di ginjal: polycstis kidney.

 Trauma langsung pada ginjal.

 Keganasan pada ginjal.

 Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur.

b. Penyakit umum di luar ginjal

 Penyakit sistemik : diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.

 Dyslipidemia.

 SLE.

 Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis

 Preeklamsi.

 Obat-obatan.

 Kehilangan bnyak cairan yang mendadak (luka bakar).

3. Klasifikasi

Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration

Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan rumus

Kockroft – Gault sebagai berikut :

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59


4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

Sumber : Sudoyo, 2013 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

4. Patofisiologis

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan

tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-

nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat

disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode

adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron

rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa

direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena

jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk

sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan

muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang

80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance

turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya

diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan

mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah

maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.

(Brunner & Suddarth, 2002 ).

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:

a) Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)

Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN)

normal dan penderita asimtomatik.


b) Stadium 2 (insufisiensi ginjal)

Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration

Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen

mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat

melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.

c) Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)

Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration

rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada

tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat

mencolok dan timbul oliguri.

5. Tanda dan gejala

Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), tanda dan gejala penyakit ginjal kronis

berkembang seiring waktu jika kerusakan ginjal berlangsung lambat. Tanda dan

gejala penyakit ginjal mungkin termasul :

a. Mual

b. Muntah

c. Kehilangan nafsu makan

d. Kelelahan dan kelemahan

e. Perubahan volume dan frekuensi buang air kecil

f. Nyeri dada jika cairan menumpuk di dalam selaput jantung

g. Sesak nafas jika cairan menumpuk di paru-paru

h. Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :

1. Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin

- Observasi balance cairan

- Observasi adanya odema

- Batasi cairan yang masuk

2. Dialysis

- peritoneal dialysis

biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.

Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak

bersifat akut adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial

Dialysis).

- Hemodialisis

Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan

menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui

daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :

- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri

- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke

jantung )

3. Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal

7. Pemeriksaan penunjang

a. Radiologi

Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi

yang terjadi.

b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita

diharapkan tidak puasa.

c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter

Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,

misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.

d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan

parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih

serta prostat.

e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan

(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.

f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.

g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk

falanks jari), kalsifikasi metastasik.

h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap

sebagai bendungan.

i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.

j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda

perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).

k. Biopsi ginjal

l. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan

adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :

- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan

hipoalbuminemia.

- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.


- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum

dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh

karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan

steroid, dan obstruksi saluran kemih.

Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet

rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.

- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.

- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan

menurunnya diuresis.

- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis

1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.

- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama

Isoenzim fosfatase lindi tulang.

- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan

gangguan metabolisme dan diet rendah protein.

- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada

gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)

- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,

peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya

lipoprotein lipase.

- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang

menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang

menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal

ginjal.

8. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :

 Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,

katabolisme dan masukan diit berlebih.

 Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah

uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

 Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem

reninangiotensin-aldosteron.

 Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah

merah.

 Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum

rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.

 Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati perifer,

Hiperuremia.

9. Teori asuhan keperawatan

A. Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada

Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :

1. Demografi

Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga

yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh

berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan

sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan

juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena

kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan

yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/

zat logam dan pola makan yang tidak sehat.


2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,

glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi

saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu

kemungkinan terjadinya CKD.

3. Pola nutrisi dan metabolik.

Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam

kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan

nutrisi dan air naik atau turun.

4. Pola eliminasi

Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.

Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi

peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan

darah dan suhu.

5. Pengkajian fisik

a. Penampilan / keadaan umum.

Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran

pasien dari compos mentis sampai coma.

b. Tanda-tanda vital.

Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi

meningkat dan reguler.

c. Antropometri.

Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan

nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.

d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran

telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum,

bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.

e. Leher dan tenggorok.

Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.

f. Dada

Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat

otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara

tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung,

terdapat suara tambahan pada jantung.

g. Abdomen.

Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut

buncit.

h. Genital.

Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,

terdapat ulkus.

i. Ekstremitas.

Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan

tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.

j. Kulit.

Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan

mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.

B. Diagnosa keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan

retensi cairan dan natrium.


2. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia mual muntah.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
C. Perencanaan

Ada 4 tahap dalam fase perencanaan yaitu menentukan perioritas masalah

keperawatan, menetapkan tujuan dan kriteria hasil, merumuskan rencana

tindakan keperawatan dan menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan

(Nikmatur, 2012).

D. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan.

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari

perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan

dan kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan

diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan membantu dan mengarahkan

kerja aktivitas kehidupan sehari-hari.Implementasi keperawatan sesuai dengan

intervensi yang telah dibuat.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah sebagian yang direncanakan dan diperbandingkan yang

sistematis pada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien

dalam mencapai suatu tujuan. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan

format evaluasi SOAP meliputi data subyektif, data obyektif, data analisa dan

data perencanaan (Nursalam, 2009).


Daftar pustaka

Carpenito, L.J. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Doengoes, M.E, Moorhouse, M.F & Geissler, A.C. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan

(Terjemahan) Edisi 3. Jakarta : EGC.

Infodatin. 2017. Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta Selatan: Kemenkes RI

Nahas, Meguid El & Adeera Levin. 2010. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to

Understanding and Management. USA : Oxford University Press.

Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A and Willson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

penyakit, Edisi empat, EGC, Jakarta

PSIK FK-UGM, 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien CKD. Yogyakarta: PSIK FK-UGM

Smeltzer, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2

Edisi 8. Jakarta : EGC.

Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2

Edisi 8. Jakarta : EGC.

Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical Management

for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc. 2015

Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to

Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2015

Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi

8. Jakarta : EGC. 2013


Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2013

Anda mungkin juga menyukai