Anda di halaman 1dari 105

MANAJEMEN KEPERAWATAN

ANALISA SWOT RUANG MAWAR RS. ANWAR MEDIKA

Disusun Oleh:
Kelompok 6

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN 2021

i
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " ANALISA SWOT RUANG MAWAR RS.
ANWAR MEDIKA " dengan tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 3 Agustus 2021

Penulis

ii
Daftar Isi

Cover…...…………………………………………………………………….………………i
Kata Pengantar...…………………………………………………………………….
…………….ii

Daftar Isi………...………………………………………………………………….………iii

Bab I PENDAHULUAN……………………………………………………………...….….1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah..……………………………………………………….......1

1.3 Tujuan Penelitian…..…………………………………………...…………….1

1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………….……………...1

2.1 Pengkajian M 1 (Man)……………………………………………...…….………2

2.2 Analisi SWOT M 1(Man)…………………………………………...….…….2

3.1 M2 (Matherial) ………………………………………………………………….14

3.2 Analisis SWOT M2 (Matherial)……………………………...……………. 23

4.1 Konsep Pengkajian M3 (Method)……………………………………………….23

4.2 Timbang Terima………………………………………….…………………23


4.3 Ronde Keperawatan........................................................................................36

4.5 Supervisi.........................................................................................................54
4.6 Dokumentasi Keperawatan………………………………………………….62
4.7 Sentralisasi Obat…………………………………………………………….64
4.8 pengkajian M3 (method)…………………………………….………………71
4.10 Ronde Keperawatan……………………………………….……………….75
4.14 Sentralisasi Obat………………………………………………….………..80
4.15 Analisis SWOT M3 (Method) …………………………………………….81
5.1 Analisa SWOT M4 (Money)……………………………………………………94

6.1 M5 (Marketing)…………………………………………………………………96
6.2 Analisis SWOT M 5 (Market)……………………………………………..105

iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization, Pengertian Rumah Sakit adalah suatu
bagian dari organisasi medis dan sosial yang mempunyai fungsi untuk memberikan
pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif
pelayanan keluarnya menjangkau keluarga dan lingkungan rumah. Rumah sakit juga
merupakan pusat untuk latihan tenaga. Rumah sakit merupakan industri pada modal
dan padat karya (padat sumber daya) serta padat teknologi. Sumber daya manusia
merupakan komponen utama proses pelayanan dalam rumah sakit. Jenis produk atau
jasa rumah sakit dapat berupa private goods (pelayanan dokter, keperawatan farmasi,
gizi), publie goods (layanan parkir, front office, cleaning service, house keeping,
laundry) dan externality (imunisasi).
Rumah Sakit pada umumnya mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau olch masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit perlu memiliki persiapan
perencanaan, agar dapat memilih dan menetapkan strategi dan sasaran sehingga
tersusun program-program dan proyek-proyek yang efektif dan efisien. Salah satu
analisis yang cukup populer di kalangan pelaku organisasi adalah Analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),
dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor
itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities,
treatment).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Analisa SWOT di Ruang Mawar RSU Anwar Medika Sidoarjo?.
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui bagaimana Analisa SWOT di ruang Mawar RSU Anwar Medika
Sidoarjo.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari pembuatan laporan ini adalah agar mampu memahami masalah
manajemen secara jelas dan spesifik mempermudah penentuan prioritas,
mempermudah penentuan alternatif pemecahan masalah.

1
2.1 Pengkajian M1 (Man)
Struktur Organisasi Ruang mawar

Kepala Ruangan
Rika Sugianti, S.Kep.Ns

PJ Shift PJ Shift PJ Shift PJ Shift PJ Shift PJ Shift


Awnsyoful I., S.Kep Misbahul H., S.Kep Eka N.R., S.Kep Ayu Tri W., S.Kep Riris E., S.Kep Dian N., S.Kep

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana
Prasetyo B., S.Kep Jihan Reza., S.Kep Fevrian M., S.Kep Melinda K., S.Kep Diah A., S.Kep Tutik F., S.Kep

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana
Anggia D., S.Kep Rizal W., S.Kep Nira K., S.Kep Nur Aida., S.Kep Nuril F., S.Kep Siti N., S.Kep

Perawat pelaksana Perawat pelaksana


Heni R., S.Kep Diana A., S.Kep

PASIEN

Daftar nama tenaga keperawatan di ruang mawar

No Nama Tingkat Masa Status Jabatan Jenis pelatihan


pendidika kerja kepegawaian saat ini
n
1. Ike D3 Kep 11 Kontrak Perawat BLS
widayanti Bulan pelaksana
2. Melinda S. Kep 1,5 Kontrak Perawat PPGD, CI
Kusuma Ners Tahu pelaksana
n
3. Tutut S. Kep 8 Kontrak Perawat BTCLS,CODE
Nurkhasana Ners bulan pelaksana BLUE&EWS,TRIAGE&
h TRANFERS PASIEN
4. Tutik D3 Kep 8 Kontrak Perawat BTCLS
Fitriyah bulan pelaksana
5. Nurul S. Kep 1 Training Perawat BTLS, BCLS, CWCCA
Fauziyah Ners bulan pelaksana

2
6. Febri S. Kep 10 Kontrak Perawat BTCLS
Ners bulan pelaksana
7. Jihan Reza D3 Kep 1,5 Kontrak Perawat BTCLS
Fatwani tahun pelaksana
8. Diana S. Kep 1 Orientasi Perawat BLS
Aprilia Ners bulan pelaksana
9. Amsyoful D3 Kep
Insyani
10. Misbahul S. Kep
Huda Ners
11. Eka S. Kep
Nurdiyana Ners
R
12. Ayu Tri W S. Kep
Ners
13. Riris S. Kep
Eviyana Ners
14. Dian S. Kep
Novianto Ners
15. Prasetyo D3 Kep
Bangun
16. Febrian M D3 Kep
17. Diah S. Kep
Alriani Ners
18. Ashif Ulul S. Kep
Ners
19. Ika rismaya S. Kep
Ners
20. Anggia S. Kep
Damayanti Ners
21. Rizal S. Kep
Wahyu Ners
22. Nira S. Kep
Krisiyanti Ners
23. Nur alda R D3 Kep
24. Siti Nuriyah S. Kep
Ners
25. Heni S. Kep
Rahmawati Ners
26. Maulana S. Kom
Idris

BOR Ruang Mawar 3 bulan terakhir

BOR April 2021 Mei 2021 Juni 2021 Jumlah Rata rata

66,64% 73,16% 106,27% 246,07% 82,02%

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan hasil jumlah BOR dari 3 bulan


terakhir didapatkan rata rata 82,02%.

3
BOR pasien diruang mawar dari tanggal 21 Juli 2021 sampai dengan 28 juli 2021

No Pengkajian Hari / Pukul Bed BOR


tanggal terisi
1. 21 Juli 2021 11.00 27 27/ 30 x 100% = 90%
2. 22 Juli 2021 11.00 30 30/ 30 x 100% = 100%
3. 23 Juli 2021 11.00 26 26/ 30 x 100% = 87 %
4. 24 Juli 2021 11.00 28 28/ 30 x 100% = 93 %
5. 25 Juli 2021 11.00 24 24/ 30 x 100% = 80%
6. 26 Juli 2021 11.00 27 27/ 30 x 100% = 90%
7. 27 Juli 2021 11.00 29 29/ 30 x 100% = 97%
8. 28 Juli 2021 11.00 27 27/ 30 x 100% = 90%
Rata rata 27 Bed

Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga perawat

Tanggal 21 Juli 2021

No Kategori Rata rata jumlah Jumlah jam Rata rata


Askep pasien per hari perawatan per jumlah pasien
hari x jumlah jam
perawatan
A B C D CxD
1. Minimal 0 2,00 0
2. Intermediet 0 3,08 0
3. Total 27 4,15 112,05
Jumlah 27

a. Jumlah perawat yang dibutuhkan


Jumlah jam perawatan diruangan
hari
112,05
= 16 perawat
7
b. Loss Day
(Σ hari minggu dlm1 th+ cuti+hari besar )x Σ perawat dibutuhkan
Σ h ari kerja efektif
( 52+12+14 ) x 16
= 4,36
286
c. Non Nursing Job
= Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25%
= 14 + 4,36 x 25%
= 5,0
d. Total
14 + 4,36+ 5,0 = 25 Orang
Dari data di atas didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan selama sehari di
ruang mawar adalah 25 perawat.

4
Tanggal 22 Juli 2021
No Kategori Askep Rata rata Jumlah jam Rata rata
jumlah pasien perawatan per jumlah pasien x
per hari hari jumlah jam
perawatan
A B C D CxD
1. Minimal 0 2,00 0
2. Intermediet 0 3,08 0
3. Total 30 4,15 124,5
Jumlah 30

a. Jumlah perawat yang dibutuhkan


Jumlah jam perawatan diruangan
hari
125,5
= 18 perawat
7
b. Loss Day
(Σ hari minggu dlm1 th+ cuti+hari besar )x Σ perawat dibutuhkan
Σ h ari kerja efektif
( 52+12+14 ) x 18
=5
286
c. Non Nursing Job
= Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25%
= 18 + 5 x 25%
=6
d. Total
18 + 5 + 6 = 29 Orang
Dari data di atas didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan selama sehari di
ruang mawar adalah 29 perawat.

Tanggal 23 Juli 2021

No Kategori Askep Rata rata Jumlah jam Rata rata


jumlah pasien perawatan per jumlah pasien x
per hari hari jumlah jam
perawatan
A B C D CxD
1. Minimal 0 2,00 0
2. Intermediet 0 3,08 0
3. Total 26 4,15 107,9
Jumlah 26

5
a. Jumlah perawat yang dibutuhkan
Jumlah jam perawatan diruangan
hari
108
= 15 perawat
7
b. Loss Day
(Σ hari minggu dlm1 th+ cuti+hari besar )x Σ perawat dibutuhkan
Σ h ari kerja efektif
( 52+12+14 ) x 15
=4
286
c. Non Nursing Job
= Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25%
= 15 + x 25%
=5
d. Total
15 + 4 + 5 = 24 Orang
Dari data di atas didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan selama sehari di ruang
mawar adalah 24 perawat.

Tanggal 24 Juli 2021

No Kategori Rata rata jumlah Jumlah jam Rata rata


Askep pasien per hari perawatan per jumlah pasien x
hari jumlah jam
perawatan

A B C D CxD
1. Minimal 0 2,00 0
2. Intermediet 0 3,08 0
3. Total 28 4,15 116,2
Jumlah 28

a. Jumlah perawat yang dibutuhkan


Jumlah jam perawatan diruangan
hari
116
= 17 perawat
7
b. Loss Day
(Σ hari minggu dlm1 th+ cuti+hari besar )x Σ perawat dibutuhkan
Σ h ari kerja efektif

6
( 52+12+14 ) x 17
=5
286
c. Non Nursing Job
= Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25%
= 17 + 5 x 25%
=6
d. Total
17 + 5 + 6 = 28 Orang
Dari data di atas didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan selama sehari di
ruang mawar adalah 28 perawat.

Tanggal 25 Juli 2021

No Kategori Askep Rata rata jumlah Jumlah jam Rata rata


pasien per hari perawatan per jumlah pasien x
hari jumlah jam
perawatan
A B C D CxD
1. Minimal 0 2,00 0
2. Intermediet 0 3,08 0
3. Total 24 4,15 99,6
Jumlah 24

a. Jumlah perawat yang dibutuhkan


Jumlah jam perawatan diruangan
hari
100
= 14 perawat
7
b. Loss Day
(Σ hari minggu dlm1 th+ cuti+hari besar )x Σ perawat dibutuhkan
Σ h ari kerja efektif
( 52+12+14 ) x 14
=4
286
c. Non Nursing Job
= Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25%
= 14 + 4 x 25%
=5
d. Total
14 + 4 + 5 = 23 Orang
Dari data di atas didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan selama sehari di
ruang mawar adalah 23 perawat

7
Tanggal 26 juli 2021

No Kategori Rata rata jumlah Jumlah jam Rata rata


Askep pasien per hari perawatan per jumlah pasien x
hari jumlah jam
perawatan
A B C D CxD
1. Minimal 0 2,00 0
2. Intermediet 0 3,08 0
3. Total 27 4,15 112,05
Jumlah 27

a. Jumlah perawat yang dibutuhkan


Jumlah jam perawatan diruangan
hari
113
= 16 perawat
7

b. Loss Day
(Σ hari minggu dlm1 th+ cuti+hari besar )x Σ perawat dibutuhkan
Σ h ari kerja efektif
( 52+12+14 ) x 16
=4
286
c. Non Nursing Job
= Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25%
= 16 + 4 x 25%
=5
d. Total
16 + 4 + 5 = 25 Orang
Dari data di atas didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan selama sehari di
ruang mawar adalah 25 perawat

Tanggal 27 juli 2021

No Kategori Rata rata jumlah Jumlah jam Rata rata


Askep pasien per hari perawatan per jumlah pasien x
hari jumlah jam
perawatan
A B C D CxD
1. Minimal 0 2,00 0
2. Intermediet 0 3,08 0
3. Total 29 4,15 120,35
Jumlah 29

a. Jumlah perawat yang dibutuhkan

8
Jumlah jam perawatan diruangan
hari
120
= 17perawat
7
b. Loss Day
(Σ hari minggu dlm1 th+ cuti+hari besar )x Σ perawat dibutuhkan
Σ h ari kerja efektif
( 52+12+14 ) x 17
=5
286
c. Non Nursing Job
= Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25%
= 17 + 5 x 25%
=6
d. Total
17 + 5 + 6 = 28 Orang
Dari data di atas didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan selama sehari di
ruang mawar adalah 28 perawat

Tanggal 28 Juli 2021

No Kategori Askep Rata rata jumlah Jumlah jam Rata rata


pasien per hari perawatan per jumlah pasien x
hari jumlah jam
perawatan
A B C D CxD
1. Minimal 0 2,00 0
2. Intermediet 0 3,08 0
3. Total 27 4,15 112,05
Jumlah 27

a. Jumlah perawat yang dibutuhkan


Jumlah jam perawatan diruangan
hari
113
= 16 perawat
7
b. Loss Day
(Σ hari minggu dlm1 th+ cuti+hari besar )x Σ perawat dibutuhkan
Σ h ari kerja efektif
( 52+12+14 ) x 16
=4
286
c. Non Nursing Job
= Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25%
= 16 + 4 x 25%

9
=5
d. Total
16 + 4 + 5 = 25 Orang
Dari data di atas didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan selama sehari di
ruang mawar adalah 25 perawat

Rata rata jumlah kebutuhan perawat perhari

No Tanggal Jumlah kebutuhan Fakta yang ada


tenaga perawat jumlah tenaga
(Depkes) perawat
1. 21 Juli 2021 25 16
2. 22 Juli 2021 29 13
3. 23 Juli 2021 24 18
4. 24 Juli 2021 28 17
5. 25 Juli 2021 23 15
6. 26 Juli 2021 25 17
7. 27 Juli 2021 28 16
8. 28 Juli 2021 25 17
Rata rata 26 16

Analisis :

Hasil perhitungan BOR pada ruang mawar selama 8 Hari dari tanggal 21 – 28
Juli 2021 didapatkan hasil jumlah kebutuhan tenaga perawat menurut standart depkes
membutuhkan perawat sejumlah 26 perawat, dan dapat disiumpulkan bahwa jumlah
tenaga perawat yang ada diruang mawar sudah sesuai dengan jumlah kebutuhan tenaga
perawat menurut depkes.

2.2 Analisa SWOT

NO Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil


1. M1 (Man)
Internal Factor
STRENGTH S–W
a. Kepala ruangan 0,75 4 3 27 – 0 = 27
ruang mawar
sudah
berpendidikan
S1 Kep + Ners
b. Terdapat CI 0,75 4 3
diruangan
Mawar dan
sudah
mengikuti
pelatihan CI
c. Adanya struktur 0,75 4 3
organisasi yang
jelas diruangan

10
Mawar
d. Adanya 1,00 4 4
pembagian
kerja dan
penanggung
jawab sift
e. Mayoritas 0,75 4 3
perawat ruang
mawar
berpendidikan
S1
f. Jumlah tenaga 1,00 4 4
yang ada
diruangan sudah
sesuai dengan
kebutuhan
g. Mayoritas 1,00 4 4
perawat sudah
mengikuti
pelatihan
BTCLS
h. Perawat diruang 0,75 4 3
mawar sudah
terdapat jenjang
karir
Total 6,75 27
WEAKNES

Total
External Factor
OPPORTUNITY O–T
a. Adanya 0,75 3 2,25 2,25 – 2 = 0,25
rekrutmen
ketenagaan
relawan covid
untuk
mahasiswa

Total 0,75 2,25


TREATHENED
a. Adanya rumah 0,5 2 1
sakit diwilayah
krian yang
dapat
menyebabkan
persaingan
antara rumah
sakit seperti RS
mitra sehat dan
Yapalis
b. Tuntutan 0,5 2 1
masyarakat
akan
ketersediaan
ruangan covid
19 akibat

11
peningkatan
kasus covid 19.
Total 1 2

Diagram M1

Tabulasi SWOT

Sumbu X = S – W = 27

Sumbu Y = O – T = 0,25 O

Kuadran 1 Strategi agresif

W S

T 0,2

27

Kesimpulan :

Berdasarkan analisis SWOT untuk M1 diruang Mawar dalam posisi agresif yang artinya
strategi yang mendukung rumah sakit untuk terus memaksimalkan kekuatan serta peluang
yang ada untuk terus maju dan meraih kesuksesan yang lebih besar.

3.1 M2 (MATHERIAL)

A. Bangunan
Praktik manajemen keperawatan pada mahasiswa Stikes Bina Sehat PPNI
Mojokerto bertempat di ruang mawar covid RSU Anwar Medika Sidoarjo.
Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 29 juli 2021 . Data-data yang
diperoleh antara lain :

a. Lokasi dan denah Ruang Mawar (Covid ) RSU Anwar Medika

12
Ruangan Mawar RSU Anwar Medika adalah ruangan perawatan pasien total
care dimana ruangan ini kelas masing-masing ruanganya tidak dibedakan dari
kelas 1,kelas 2,dan kelas 3 jadi sama rata.Lokasi penerapan proses majerial
keperawatan yang digunakan dalam kegiatan praktik manajemen keperawatan
RSU Anwar Medika sebagai berikut :
Lokasi Ruangan Mawar RSU Anwar Medika:
- Sebelah utara berbatasan dengan poli,kantor,RM
- Sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya
- Sebelah timur berbatasan dengan ICU central , neanatus
- Sebelah Barat berbatasan dengan ruang anggrek

b. Denah Ruangan Mawar RSU Anwar Medika

c. Sarana dan Prasarana


a) Inventaris Alat – Alat medis di ruangan Mawar (Covid) RSU Anwar
Medika
Tabel 2.1 Sarana yang terdapat di Ruangan Mawar sesuai dengan
Pendoman Standart Sarana dan prasarana Rumah Sakit Tipe C
menurut Depkes RI Tahun 2007

No Nama Barang Jumlah Jumlah Keterangan


Kebutuhan
1 Suction Pump 1 1 Di NS
Pasien Asma Sering
2 Nebulizer 1 2 Di Ruang Mawar

13
Syringe Pump Di Pakai Pasien
3 Terumo 1 1 Mawar 1
Di Kardus Baru 2ada
4 Syringe Pump Agila 6 6 Di NS
Syringe Pump Di Kardus Baru 5
5 Fresenius 5 5 Ada Di NS
6 Stetoscope Elektrik 6 6 Di Lemari NS
Stetoscope Biasa
7 Tanpa Merk 2 2 Di NS
Membran
8 Stetoscope 3 3 Di Lemari NS
Membran
9 Stetoscope 2 2 Di Lemari NS
10 Stetoscope 1 1 Di Lemari NS
11 Stetoscop Abn 5 5 Di Lemari NS
Sphygmomanometer
12 Aneroid Dewasa 3 3 Di Troli Mawar
Sphygmomanometer
13 Aneroid Anak 1 1 Di Troli Mawar
Sphygmomanometer
14 Digital 2 2 Di Troli Mawar
15 Oximetri Beurer 2 2 Di Troli Mawar
16 Oximetri Elitex 1 1 Di Troli Mawar
Termometer
17 Infrared Yuwell 2 2 Di Troli Mawar
Lampu Baca Film
18 X-Ray 1 1 Di NS
19 Timbangan Badan 1 1 Di NS
Termometer
20 Infrared One Med 2 2 Di NS
21 ECG FUKUDA 1 1 Di NS
Lampu Tindakan
22 LED 1 1 Di NS
3 Di NS, Di Mawar 8
( 1), Di Mawar 7
23 Meja Mayo 6 6 ( 1), Di Mawar 6 ( 1)
Manometer
24 Tranport 10 10 Di NS
Sebagian Ada Yang
Di Gunakan Pasien,
25 Manometer Central 28 28 Sebagian Di NS
26 Kursi Roda 2 2 Di NS
27 Bed Transport 2 2 DI NS
EKG MINDRAY
28 BENEHERT R12 1 1 DI NS
29 Alat GDA 1 1 DI NS

14
b) Inventaris Alat-Alat Non Medis di ruangan Mawar (Covid) RSU Anwar
Medika

No Nama Barang Jumla Jumlah


h Kebutuhan
1 Lemari Kayu Susun 4 Set 1 1
2 Meja 3 3
3 Monitor Komputer 1 2
4 Cpu 1 2
5 Keyboard 1 2
6 Ht 2 2
7 Iphone 1 2
8 Papan Tulis Putih 2 2
9 Botol Sota 2  
10 Ac 2 1
11 Rak Sandal 2  
12 Kulkas Kecil 1 1
13 Exhouse 1 1
14 Tempat Sampah Umum K 1 1
15 Kursi Sandaran Biru 2 1
16 Kulkas Besar 1 1
17 Estalase 1 1
18 Bedside 2 2
19 Troli 1 1
20 Lemari Kayu Susun 4 2 2
21 Wastafel 1 2
22 Kursi Bundar Kayu 2 2
23 Jam Dinding 3 3
24 Remote Ac 1 1
25 Sampah Umum K 1 1
26 Gantungan Baju 1 1
27 Kabel Olor 1 1
28 Box Coolen 1 1
29 Mouse 2 2
30 Loker Pintu 18 1 1
31 Troli Injeksi 1 1
32 Tabung O2 Transport 1 1
33 Monitor Bel 1 1
34 Helm Kuning 5 5
35 Cas Hp Samsung 1 1
36 Hp Samsung 1 1

Tabel 2.2 Sarana yang terdapat di Ruang Anggrek sesuai dengan


Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C Menurut
Departemen Kesehatan RI Tahun 2016

Kondisi di
No Sarana Standar Depkes Keterangan
Ruangan
1. Ruang Perawatan Kebutuhan ruang 1 Di ruang Mawar ini
TT minimal 7,2 m2. untuk kelas I,2,3 tidak

15
dibedakan terdapat 2
Kelas I terdapat 1 TT TT ,4 TT ,dan 8 TT.
dan kelas II terdapat
2 TT
2. Nurse Station 1 nurse station untuk 1 nurse station
Di ruang Anggrek ada
melayani maksimum melayani 30
perputaran pasien
25 TT TT sehingga tidak setiap
hari pasien penuh 30
pasien
3. Ruang Konsultasi Ada Ada Jadi 1 dengan nurse
station
4. Ruang Tindakan Ada ada Di ruang mawar ada
ruang isolasi khusus
5. Ruang Administrasi Ada Gabung Jadi 1 dengan nurse
dengan nurse station
station
6. Ruang kepala Ada Ada Jadi 1 dengan nurse
ruangan rawat inap station

7. Ruang linen bersih Ada Ada Lemari linen bersih


gabung dengan ruang
perawat

8. Ruang linen kotor Ada Tidak ada Linen kotor ditampung


didalam bak tertutup dan
diserahkan ke laundry

9. Gudang kotor/ spool Ada Ada Berada di sebelah ruang


hoek mawar 10

16
10. KM/WC Luas setiap KM/WC  luas setiap Menurut Depkes RI 1
2-3 m2 KM/WC 2x1 KM/WC digunakan 1
m kamar perawatan,
sedangkan diruang
Mawar untuk kelas I,2,3
per ruangan terdapat 1
KM/WC digunakan
untuk 2 pasien, untuk
KM/WC perawat hanya
ada 1 untuk 26 perawat
dan khusus untuk
KM/WC Perawat

c) Fasillitas obat dan alat emergency


Untuk fasilitas obat di ruang covid sedikit berbeda dengan ruangan lain
karena di ruangan covid tersendiri terdapat obat anti virus, antibiotic
khusus.
d) Alat Tenun

No Nama Barang Kondisi di Ruang Mawar Keterangan


1. Seluruh alat tenun yang
Bantal -
terdapat diruang rawat
2.
Sarung Bantal -
inap dikelola langsung
3.
Selimut oleh petugas bagian -
4. laundry meliputi baju OK -
Sprei
5. (untuk tiap-tiap perawat
sebelum memasuki ruang
isolasi), kemudian ada
Perlak -
juga skort (digunakan
oleh perawat yang jaga di
non-isolasi).

a. Fasilitas Petugas Kesehatan :

17
a) Untuk saat ini ruangan Nurse Station ,gabung dengan ruangan kepala
ruangan.Nurse station Ruangan Mawar ini adalah ruang covid atau
ruang isolasi untuk pasien covid. Jarak antara nurse station ke ruangan
sangat dekat hanya di batasi atau di skat dengan kaca atau mika yang
bening yang dapat fungsinya untuk melihat situasi nurse station yang di
dalam ruangan isolasi. Dan untuk melihat ruangan Mawarnya sendiri
dapat melalui CCTV.
b) Ruang ganti dan tempat sholat
c) Kamar mandi
d) Telepon ruangan
Alat komunikasi untuk perawat yang ada di nurse station isolasi dan
nurse station dalam.
e) 1 buah Komputer
f) 2 buah kursi sandar biru
g) 2 rak sandal
h) 1 buah wastafel
i) AC
j) 3 buah jam dinding,1 buah kulkas besar,2 HT,1 Iphone,1 troli injeksi,1
troli injeksi
b. Kelas Perawatan di Ruangan Mawar (Covid) RSU Anwar Medika)
Ruang mawar saat ini adalah ruang isolasi untuk pasien penderita
covid-19.Untuk dan ada 11 ruangan dalam ruangan tersebut bed pasien,
kamar mandi , TV dan AC tetapi untuk setiap ruangan AC tidak di
nyalakan karena kamar tersebut sudah dipakai untuk ruangan isolasi
covid.Untuk sekarang ruang mawar ini tidak ada perbedaan antara kelas
1,2 atau 3 semuanya diratakan sama dan tidak dibedakan .Tetapi untuk
ruangan mawar sebelumnya adalah ruangan yang terdiri dari dua kamar,
terdiri empat kamar dan ada yang terdiri dari delapan kamar.
- TT ruang mawar keseluruhan 30TT meliputi:
Þ Mawar 1 : 2 bed
Þ Mawar 2 : 2 bed
Þ Mawar 3 : 2 bed
Þ Mawar 4 : 2 bed
Þ Mawar 5 : 2 bed
Þ Mawar 6 : 2bed
Þ Mawar 7 : 2 bed
Þ Mawar 8 : 2 bed

18
Þ Mawar 9 : 2 bed
Þ Mawar 10 : 4 bed
Þ Mawar 11 : 8 bed
c. Administrasi Penunjang
1. Rekam Medis
Rekam medik atau status pasien (lembar penerimaan pasien baru,
lembar identitas, lembar pengkajian, laporan tindakan dan lembar
observasi harian:
2. SOP
Untuk SOP Menyesuaikan dengan kondisi saat ini karena ruang mawar
dulu adalah ruangan inap biasa dan sekarang ruang mawar adalah
ruang covid jadi terdapat perubahan dari SOP sebelumnya yang
terkait,SOP pelayanan, tingkatan dan sebagainya.
3. Buku registrasi pasien rawat inap di ruangan isolasi
4. Buku pasien KRS
5. Buku Laboratorium
6. Buku Obat
7. Buku Injeksi
8. Buku SAK

9. Buku visite dokter DPJP (dokter penanggung jawab pasien)


10. Buku sentralisasi alat/serah terima
11. Buku penerimaan dan pengembalian linen
12. Laporan bulanan PPI
13. Inventaris buku alat medis dan peminjaman alat
14. Buku pasien meninggal
15. Buku laporan jaga shif,
d. Pengelolah Sampah
Tempat sampah telah dibedakan antara limbah sampah medis ,
sampah non medis, sampah botol infus, sampah vial dan ampul, sampah
spuit (safety box).Untuk pengolahan sampah di ruang isolasi covid
seluruhnya tergolong infeksius dan selanjutunya di olah oleh petugas
sampah medis yg di ambil tiap harinya.
e. Alur Pengelolahan Sampah/Limbah

SAMPAH MEDIS RUANGAN DI BUANG


DIPLASTIK BERWARNA KUNING DAN NON
MEDIS DI PLASTIK BERWARNA HITAM

PLASTIK KUNING DIAMBIL PETUGAS


SAMPAH DENGAN GEROBAK

19
PENGAMBILAN 2X PAGI DAN SORE

DIKUMPULKAN DI TPS B3 DI SEBELAH


INSTALASI FORENSIK DEKAT MASJID

DIKUMPULKAN DI TPS B3 DISEBELAH


INSTALASI FORENSIK DEKAT MASJID

DI KUMPULKAN DAN DITIMBANG OLEH


PETUGAS SAMPAH

SAMPAH MEDIS DIKELOMPOKKAN


BERDASARKAN JENIS YAITU VIAL, SPUIT,
AMPUL

Kesimpulan:
Dalam lokasi dan denah ruang serta kapasitas tempat tidur Ruang Mawar RSU
Anwar Medika jika dibandingkan dengan standar sarana dan prasarana rumah sakit
tipe C menurut Departemen Kesehatan RI yaitu :

a. Kapasitas tempat tidur pasien sudah terpenuhi dan memenuhi standar yaitu
setiap ruangan terdiri dari 2 tempat tidur dan ada toilet di dalam ruangan.
b. Ruang Mawar RSU Anwar Medika memiliki 1 nurse station untuk 30 tempat
tidur, sedangkan menurut standar Departemen Kesehatan RI, 1 nurse station
melayani maksimal 25 tempat tidur.
c. Ruang Mawar RSU Anwar Medika memiliki ruang tindakan isolasi khusus
d. Ruangan Mawar sudah tersedia administrasi penunjang, buku injeksi, protap
SOP dan SAK.
e. Ruangan Mawar untuk saat ini memakai APD level 3 ,dan juga untuk APD
diruangan sudah sangat memadai dan sesuai menurut standart APD gugus
tugas percepatan penangan Covid-19
f. Pada pengelolaan sampah sudah sesuai standart pengelolaan baik sampah
medis, non medis, ampul dan botol infuse

20
g. Dari hasil data dan wawancara CI ruangan didapatkan obat emergency tersedia
diruangan dan selalu di cek petugas farmasi sebagai penanggung jawab
h. Untuk ruangan Mawar apabila kondisi peralatan kesehatannya jika ada yang
rusak ruangan mengajukan perbaikan ke Instalasi Pemeliharaan Rumah Sakit.

3.2 Analisa SWOT M2 (Matherial)

No
Analisa SWOT Bobot Rating BxR Hasil
.
2. M2 (Sarana & Prasarana)
Internal Factor
STRENGTH
1. Ruangan mawar 0.50 3 1,5 S–W=
dikhususkan untuk 34,75 – 4,2 =
penanganan kasus covid 30,55

2. Diruangan terdapat 1,00 4 4


administrasi penunjang,
buku injeksi, protap SOP
dan SAK.
3. Kapasitas tempat tidur 0.75 4 3
sesuai dengan standar
akreditasi 2016
4. Fasilitas di ruangan Mawar 0.75 4 2,25
memenuhi standar
akreditasi Depkes RI tahun
2016
5. Sistem program tertata rapi 0,75 3 4

6. Terdapat Nurse Station. 1,00 4 4

7. Pengelolahan sampah
sudah sesuai standar 1,00 4 4
pengelolaan baik

8. Obat emergency tersedia


diruangan dan selalu di cek 1,00 4 4
petugas farmasi

9. APD ruangan 1,00 4 4


menggunakan level 3 sudah
sesuai dengan standar APD
gugus tugas percepatan
penangan Covid-19
1,00 4 4
10. Kondisi peralatan
kesehatannya jika ada yang
rusak ruangan mengajukan
perbaikan ke Instalasi
Pemeliharaan Rumah Sakit

TOTAL 8,75 34,75

21
WEAKNESS
1. Ruang kepala ruangan jadi 1,00 3 1,2
satu dengan nurse station
2. Rasio alat kesehatan dapat 1,00 3 3
menangani 28 pasien.

TOTAL 2 4,2
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY
1. Adanya kesempatan untuk O–T=
menggati alat-alat ang tidak 0.50 4 2 4 – 3,55 =
layak pakai 0,45
2. Adanya keinginan untuk
mengubah suasana ruangan
perawatan dengan penataan
tata ruangan. 0.50 4 2
TOTAL 1 4
TREATHENED
1. Semakin tingginya
masyarakat akan 0.50 3 1,5
pentingnya kesehatan yang
prima
2. Persaingan tinggi antar 0.75 3 2,25
rumah sakit dengan
mengedepankan sarana dan
prasarana yang lebih
bermutu dan berkualitas.

TOTAL 1,25 3,75

M2 (MATHERIAL)

X: S-W= 34,75-4,2= 30,55

Y: O-T= 4-3,55= 0,45

O
Kuadran I

Agresif

0,45

W S
30,55

22
Kesimpulan:

Berdasarakan Analisa SWOT untuk M2 di ruangan Mawar RSU Anwar Medika


dalam posisi agresif yang artinya dapat digunakan dengan harapan dapat
memaksimalkan kekuatan yang artinya keadaan yang yang harus dipertahankan atau
dapat juga ditingkatkan lebih tinggi agar tercipta kesempurnaan karena didukung oleh
kekuatan (Strength) dan kesempatan (Opportunity) yang ada.Strategi yang harus
diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuh.

4.1 Konsep Pengkajian M3 (Method)


4.2 MPKP
4.2.1 Kajian Teori
Metode praktik keperawatan professional merupakan salah satu metode praktik
keperawatan professional, dimana perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien tersebut masuk sampai keluar
rumah sakit. Metode praktik keperawatan ini mendorong kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat asuhan keperawatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan,
sehingga konsep dasar metode ini adalah adanya tanggung jawab dan tanggung gugat
model.

Dasar pertimbangan penerapan MPKP:

a) Sesuai visi dan misi rumah sakit


b) Ekonomis
c) Menambah kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
d) Menambah kepuasan kerja perawat karena dapat melaksanakan perannya dengan
baik
e) dapat di terapkan proses keperawatan
f) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya
Ada 5 metode praktik keperawatan professional:

1. Fungsional (bukan model MAKP professional)


Pada metode ini setiap perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi
keperawatan, kepada semua pasien dibangsal karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan keperawatan.
2. MAKP tim

23
Metode ini menggunaka tim yang terdiri atas anggota ang berbeda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2 sampai 3 tim yang terdiri atas tenaga professional, teknikal dan
pembantu dalam 1 kelompok kecil yang saling membantu.
3. MAKP primer
Metode penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab penuh dalam 24 jm
terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah
sakit.
4. MAKP kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani kebutuhan pasien saat perawat dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda setiap shift.
5. MAKP modifikasi
Pada model MAKP ini merupakan kombinasi dari 2 sistem:

a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab askep pasien
terfrakmentasi pada berbagai tim.
Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan ddan akuntablitas askep terdapat pada primer.

4.1.2 Bagan Pengembangan Dan Struktur MPKP

24
4.1.3 Penetapan Jenis Tenaga
Penetapan jenis tenaga keperawatan dipengaruhi oleh metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan. Pada MAKP, metode pemberian asuhan keperawatan
yang digunakan adalah metode keperawatan tim, namun pelaksanaannya kurang
optimal karena keterbatasan tenaga keperawatan dan tingkat pendidikan yng dimiliki.
Dengan demikian dalam 1 ruang perawat terdapat beberap jenis tenaga meliputi kepala
ruangan perawat, perawat primer (PP) dan perawat associate (PA).

4.1.4 Bagan Struktur Keperawatan Pada MPKP

4.1.5 Kuesioner MPKP


Pilihlah Jawaban atas pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pengetahuan anda
dengan memberikan tanda () pada kolom pilihan yang telah disediakan

a. SS (Sangat Setuju)
b. S (Setuju)
c. RR (Ragu-ragu)
d. TS (Tidak setuju)
N PERTANYAAN TS RR S SS
O
1. Apakah anda mengerti/memahami dengan model
MPKP yang digunakan saat ini?
2. Menurut anda, apakah MPKP tersebut cocok
digunakan diruangan anda serta apakah sudah
sesuai dengan visi dan misi rumah sakit ?
3. Apakah metode yang digunakan saat ini apakah
mempermudah dan tidak menambah beban
pekerjaan ?
4. Apakah terlaksana komunikasi antara perawat
dan tim kesehatan lain dan apakah tugas anda
sesuai dengan metode asuhan keperawatan yang
saat ini digunakan di ruangan ? 25
5. Apakah model MAKP yang diterapkan di
ruangan sudah optimal ?
4.2 Timbang Terima
4.2.1 Definisi
Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian dinas.
Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan
rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan [ CITATION Nur112 \l 1033 ].

Timbang terima merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada


perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam
berkomunikasi. Timbang terima dinas berperan penting dalam menjaga kesinambungan
layanan keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002). Menurut Australian Medical
Association/AMA (2006), timbang terima merupakan pengalihan tanggung jawab
profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek perawatan pasien, atau
kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok profesional secara sementara atau
permanen.

Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat perawat melakukan
pergantian dinas, dan memiliki tujuan yang spesifik yaitu mengomunikasikan informasi
tentang keadaan pasien pada asuhan keperawatan sebelumnya.

4.2.2 Tujuan Timbang Terima


Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA (2009) tujuan
timbang terima adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan meningkatkan
timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan.
Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah:
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya. [ CITATION Nur112 \l 1033 ].
4.2.3 Manfaat Timbang Terima
Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah:
a. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan. Misalnya,
penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya kesalahan yang dapat
membahayakan kondisi pasien.
Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga merupakan sebuah
kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat. Timbang terima mengandung
unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan. Selain itu, timbang terima juga sebagai
dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan
selanjutnya.

26
Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk melepaskan
beban emosional yang terpendam), karena perawat yang mengalami kelelahan
emosional akibat asuhan keperawatan yang dilakukan bisa diberikan kepada perawat
berikutnya pada pergantian dinas dan tidak dibawa pulang. Dengan kata lain, proses
timbang terima dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada perawat.
Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu memberikan
motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk membantu perencanaan pada
tahap asuhan keperawatan selanjutnya (pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap
pasien yang berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat,
menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat, serta
perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara komprehensif.
Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien diantaranya, pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat menyampaikan masalah
secara langsung bila ada yang belum terungkap. Bagi rumah sakit, timbang terima dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara komprehensif.
Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat bagi perawat dan
bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah meningkatkan kemampuan
komunikasi antar perawat, menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar
perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan,
perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi
pasien, saat timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap [ CITATION Nur112 \l 1033 ].
4.2.4 Prinsip Timabng Terima
Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip timbang terima
pasien, yaitu :

a. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien


Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta dalam kegiatan
timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat penting untuk mengelola timbang
terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang komprehensif
dari proses timbang terima pasien dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera
harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk.
b. Pemahaman tentang timbang terima pasien
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa timbang
terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting dari pekerjaan
sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien. Memastikan bahwa staf bersedia
untuk menghadiri timbang terima pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau
jadwal dinas staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan

27
timbang terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk
memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat timbang terima pasien.
c. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien
Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam
tinjauan berkala tentang proses timbang terima pasien. Mengidentifikasi staf yang
harus hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan
dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan timbang terima pasien. Dalam tim
multidisiplin, timbang terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota
multi profesi hadir untuk pasiennya yang relevan.
d. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk timbang terima
pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana strategi ini memungkinkan untuk
dapat memperkuat ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak hanya pada
pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab misalnya
ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan.
Ketepatan waktu timbang terima sangat penting untuk memastikan proses
perawatan yang berkelanjutan, aman dan efektif.
e. Tempat timbang terima pasien
Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi
tempat tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain harus
dipertimbangkan untuk memastikan timbang terima pasien berlangsung efektif dan
aman. Untuk komunikasi yang efektif, pastikan bahwa tempat timbang terima
pasien bebas dari gangguan misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi
alat telekomunikasi.
f. Proses timbang terima pasien
1) Standar protocol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta, kondisi
klinis dari pasien, daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang paling penting,
latar belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan
yang perlu dilakukan.
2) Kondisi pasien memburuk
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan pasien secara cepat
dan tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi.
3) Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang luar biasa,
rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko keselamatan kerja atau
tekanan yang dialami oleh staf.

28
4.2.5 Jenis Timbang Terima
Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang berhubungan
dengan perawat, antara lain:

a. Timbang terima pasien antar dinas


Metode timbang terima pasien antar dinas dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode, antara lain secara lisan, catatan tulisan tangan, dilakukan di
samping tempat tidur pasien, melalui telepon atau rekaman, nonverbal, dapat
menggunakan laporan elektronik, cetakan computer atau memori.
b. Timbang terima pasien antar unit keperawatan
Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan selama mereka
tinggal di rumah sakit.
c. Timbang terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan diagnostik.
Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan diagnostik selama
rawat inap. Pengiriman unit keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik telah
dianggap sebagai kontributor untuk terjadinya kesalahan.
d. Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan
Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain sering terjadi
antara pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman berlangsung antar rumah sakit
ketika pasien memerlukan tingkat perawatan yang berbeda.
e. Timbang terima pasien dan obat-obatan
Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat dicegah, masalah tentang
obat-obatan sering terjadi, misalnya saat mentransfer pasien, pergantian dinas, dan
cara pemberitahuan minum obat sebagai faktor yang berkontribusi terhadap
kesalahan pengobatan dalam organisasi perawatan kesehatan.

4.2.6 Hambatan dalam Timbang Terima


Engesmo dan Tjora (2006); Scovell (2010) dan Sexton, et al., (2004) menyatakan
bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat dalam pelaksanaan timbang
terima, diantaranya adalah:

a. Perawat tidak hadir pada saat timbang terima


b. Perawat tidak peduli dengan timbang terima, misalnya perawat yang keluar masuk
pada saat pelaksanaan timbang terima
c. Perawat yang tidak mengikuti timbang terima maka mereka tidak dapat memenuhi
kebutuhan pasien mereka saat ini

4.2.7 Langkah-Langkah Pelaksanaan Timbang Terima


Menurut Nursalam (2011) langkah-langkah dalam pelaksanaan timbang terima adalah:

29
a. Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap.
b. Dinas yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal
apa yang akan disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas yang
selanjutnya meliputi:
1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum.
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima timbang terima.
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima timbang terima.
4) Penyampaian timbang terima harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
5) Perawat primer dan anggota kedua dinas bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien. [ CITATION Nur112 \l 1033 ].

4.2.8 Pelaksanaan Timabng Terima yang Baik dan Benar


Menurut AMA (2006) pelaksanaan timbang terima yang baik dan benar diantaranya:

a. Timbang terima dilakukan pada setiap pergantian dinas dengan waktu yang cukup
panjang agar tidak terburu-buru.
b. Pelaksanaan timbang terima harus dihadiri semua perawat, kecuali dalam keadaan
darurat yang mengancam kehidupan pasien.
c. Perawat yang terlibat dalam pergantian dinas harus diberitahukan untuk mengetahui
informasi dari dinas selanjutnya.
d. Timbang terima umumnya dilakukan di pagi hari, namun timbang terima juga perlu
dilakukan pada setiap pergantian dinas.
e. Timbang terima pada dinas pagi memungkinkan tim untuk membahas penerimaan
pasien rawat inap dan merencanakan apa yang akan dikerjakan.
f. Timbang terima antar dinas, harus dilakukan secara menyeluruh, agar peralihan ini
menjamin perawatan pasien sehingga dapat dipertahankan jika perawat absen untuk
waktu yang lama, misalnya selama akhir pekan atau saat mereka pergi berlibur.

4.2.8 Metode Timbang Terima


1. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.

30
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah
menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan di samping
tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien secara
langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang disampaikan
dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun bedside handover tidak
jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus.

Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika
ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi
medis yang lain

Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:

a. Menggunakan Tape recorder


Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one
way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis – written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja
atau media tertulis lain.

Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan
beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.

4.2.9 Persiapan Timbang Terima


1. Kedua kelompok yang akan melakukan timbang terima sudah dalam keadaan
siap.
2. Kelompok yang akan bertugas atau yang akan melanjutkan dinas sebaiknya
menyiapkan buku catatan.

31
4.2.10 Efek Timbang Terima
Timbang terima memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri seorang
perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari timbang terima
menurut Yasir (2009) adalah sebagai berikut:

1. Efek Fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan
dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja
malam. Menurutnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk
dan lelah menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja dinas malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis
dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan
mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan
seperti kualitas rendah dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Dinas kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun, dinas kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh dinas kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et al dalam Wardana (1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi dinas kerja (malam) dengan
rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua
penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada
dinas malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak
terjadi selama dinas pagi dan lebih banyak terjadi pada dinas malam.

4.2.11 Dokumentasi Timbang Terima


Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi
keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan keperawatan, sarana
komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian
asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat
untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang
sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.

32
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
1. Identitas pasien.
2. Diagnosa medis pesien.
3. Dokter yang menangani.
4. Kondisi umum pasien saat ini.
5. Masalah keperawatan.
6. Intervensi yang sudah dilakukan.
7. Intervensi yang belum dilakukan.
8. Tindakan kolaborasi.
9. Rencana umum dan persiapan lain.
10. Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah:
1. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
2. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya tentang
apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
3. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi
mengenai pasien telah dicatat (Suarli & Yayan B, 2009)

4.2.12 Konsep Pendelegasian Tugas


1. Pengertian
Pendelegasian adalah proses penyerahan tugas dari seseorang kepada orang
lain. Pendelegasian merupakan pengambilan keputusan, tugas- tugas mana yang
dikerjakan manajer sendiri serta mana yang diserahkan kepada dan dikerjakan oleh
orang lain (karyawan/staf). Pendelegasian ditujukan sebagai proses pembelajaran
kepada karyawan/ staf yang lebih junior, serta pengembangan kepribadian dan
tanggung jawab karyawan yang menerima tugas dari pimpinan. Syarat dari
penyerahan tugas adalah karyawan/ staf yang berkompeten dan dipercaya untuk
menerima penyerahan tugas tersebut.
Pendelegasian bukan semata-mata hanya penyerahan tugas, tetapi juga berikut
tanggung jawab pelaksanaannya oleh mereka yang menerima tugas tersebut. Dalam
hal ini termasuk otoritas pelaksanaannya walaupun menggunakan atas nama
pimpinan.
Pendelegasian merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi pembinaan.
Sebagai manajer perawat dan bidan menerima prinsip-prinsip delegasi agar menjadi
lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
2. Alasan Pendelegasian Tugas
Ada beberapa alasan mengapa pendelegasian diperlukan

33
a. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil yang lebih
baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri
b. Agar organisasi berjalan lebih efisien
c. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan memusatkan perhatian
terhadap tugas – tugas prioritas yang lebih penting
d. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan
berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk belajar
dari kesalahan atau keberhasilan

Manajer perawat/bidan sebenarnya lebih cermat dalam mendelegasikan


tugas dan wewenangnya, mengingat kegiatan perawat dan bidan berhubungan
dengan keselamatan orang lain. Oleh karena itu sebelum mendelegasikan
tugas/wewenang hendaknya dipahami benar tingkat kemampuan dari
perawat/bidan yang akan diberikan delegasi.

3. Cara Melakukan Pendelegasian


a. Membuat perencanaan kedepan dan mencegah masalah
b. Menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis
c. Menyetujui standar kerja
d. Menyelaraskan tugas atau kewajiban dengan kemampuan bawahan
e. Melatih dan mengembangkan staf bawahan dengan memberikan tugas dan
wewenang baik secara tertulis maupun lisan
f. Melakukan control dan mnengkoordinasikan pekerjaan bawahan dengan
mengukur pencapaian tujuan berdasarkan standard serta memberikan umpan
balik prestasi yang dicapai
g. Kunjungi bawahan lebih sering dan dengarkan keluhan-keluhannya
h. Bantu mereka untuk memecahkan masalahnya dengan memberikan ide-ide
baru yang bermanfaat
i. Memberikan reward atas hasil yang dicapai
j. Jangan mengambil kembali tugas yang sudah didelegasikan.
4. Teknik Pendelegasian
Manajer perawat/bidan pada seluruh tingkatan dapat menyiapkan tugas-
tugas yang dapat didelegasikan dari eksekutif perawat sampai eksekutif
departemen atau kepala unit, dan dari kepala unit sampai perawat/bidan klinis.
Delegasi mencakup kewenangan untuk persetujuan, rekomendasi atau
pelaksanaan. Tugas- tugas seharusnya dirangking dengan waktu yang diperlukan
untuk melaksanakannya dan sebaiknya satu kewajiban didelegasikan pada satu
waktu.
5. Hambatan dalam Delegasi

34
a. Hambatan pada delegator
1) Kemampuan yang diragukan oleh dirinya sendiri
2) Meyakini bahwa sseorang “mengetahui semua rincian”
3) “saya dapat melakukan lebih baik oleh diri saya sendiri” buah pikiran
yang keliru
4) Kurangnya pengalaman dalam pekerjaan atau dalam mendelegasikan
5) Rasa tidak aman
6) Takut tidak disukai
7) Penolakan untuk mengakui kesalahan
8) Kurangnya kepercayaan pada bawahan
9) Kesempurnaan, menyebabkan kontrol yang berlebihan
10) Kurangnya keterampilan organisasional dalam menyeimbangkan beban
kerja
11) Kegagalan untuk mendelegasikan kewenangan yang sepadan dengan
tanggung jawab
12) Keseganan untuk mengembangkan bawahan
13) Kegagalan untuk menetapkan kontrol dan tindak lanjut yang efektif.
b. Hambatan pada yang diberi delegasi
1) Kurangnya pengalaman
2) Kurangnya kompetensi
3) Menghindari tanggung jawab
4) Sangat tergantung dengan bos
5) Kekacauan (disorganization)
6) Kelebihan beban kerja
7) Terlalu memperhatikan hal-hal yang kurang bermanfaat
c. Hambatan dalam situasi
1) Kebijakan tertuju pada satu orang
2) Tidak ada toleransi kesalahan
3) Kekritisan keputusan
4) Urgensi, tidak ada waktu untuk mengerjakan
5) Kebingungan dalam tanggung jawab dari kewenangan
6) Kekurangan tenaga
6. Delegatif Efektif
Agar pendelegasian menjadi efektif, diperlukan cara untuk menanggulangi
hambatan tersebut di atas, Louis Allen mengemukakan beberapa teknik khusus
untuk membantu manager perawat dan bidan dalam melakukan delegasi:
a. Tetapkan tujuan, perawat/bidan pelaksana harus diberitahu maksud dan
pentingnya tugas yang didelegasikan

35
b. Tegaskan tanggung jawab dan wewenangnya dan berikan informasi yang
jelas apa yang harus dipertanggungjawabkan serta sumber-sumber yang
tersedia untuk pelaksanaan tugasnya sebagai perawat/bidan
c. Berikan motivasi dan dorongan agar percaya diri dalam menerima
tanggung jawab
d. Meminta penyelesaian tugas yang didelegasikan dalam batas waktu yang
jelas
e. Berikan latihan untuk mengembangkan pekerjaannya agar menjadi lebih
baik
f. Adakan pengawasan yang memadai baik langsung maupun melalui
laporan. Tegaskan kapan laporan harus selesai dan hal-hal yang diperlukan
dalam laporan (singkat dan padat)

4.2.13 Alur Pelaksanaan Timbang Terima

KUISIONER TIMBANG TERIMA

NO PERTANYAAN SESUAI TIDAK SESUAI


1. Persiapan
a. Sarana prasarana
1. Saat timbang terima perawat
meyiapkan status pasien dan
perawat menyiapkan buku catatan
serta alat tulis.
b. Perawat
1. Kedua kelompok dalam keadaan
siap, Timbang terima dipimpin oleh

36
kepala ruangan pada pergantian shift
dari malam ke pagi ke sore.
Sedangkan pergantian shift dari sore
ke malam dipimpin oleh ketua tim
atau perawat primer.
2. Pelaksanaan
a. Urutan pelaksanaan
1. Dilaksanakan setiap pergantian
shift, dan pelaksanaan dimulai dari
nurse station.
2. Timbang terima di lanjutkan melihat
langsung dengan melihat kondisi
pasien, Perawat menyebutkan data
penunjang lain, perawat
menyebutkan masalah keperawatan
yang belum dilaksanakan, perawat
menyebutkan intervensi kolaboratif,
selanjutnya Perawat menyebutkan
persiapan yang perlu dilakukan
dalam kegiatan selanjutnya
3. Post timbang terima
1. Perawat kembali ke nurse station untuk
memfalidasi data langsung kemudian
perawat yang memimpin timbang
terima menyebutkan rencana kerja bagi
shift berikutnya, setelah itu
mendokumentasikan pelaksanaan
timbang terima di buku laporan oleh
perawat primer atau ketua tim.

4.3 Ronde Keperawatan


4.3.2 Definisi
Ronde Keperawatan (Nursing Rounds) adalah kegiatan yang bertujuan
untukmengatasi masalah keperawatan klien yang akan dilaksanakan oleh perawat
disamping melibatkan klien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan /atau
perawat konselor, kepala ruangan,perawat associate yang perlu juga melibatkan
seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2002).
Beberapa ahli mengungkapkan pengertian dari 0. Chambliss (1996), ronde

37
keperawatan adalah pertemuan antara staff yang usai kerja melaporkan pada staf
yang mulai kerja tentang kondisi pasien, dengan staf menjelaskan apa yang telah
dilakukan dan mengapa dilakukan yang membawa setiap kasus ke dalam kerangka
kerja berfikir staf, dan secara sistematis menegakkan kemampuan sistem untuk
menangani masalah medis.
Didalam ronde keperawatan terjadi proses interaksi antara perawat dengan
perawat, perawat dengan pasien. Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde
keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi
pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan
pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk
mendiskusikan masalah keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan
yang telah diterima pasien.
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat
atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan
dilakukan oleh teacher nurse atau head nurs dengan anggota stafnya atau siswa
untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap
pasien (Clement, 2011).
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas d a n
melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer dan atau
konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota
tim.
Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik
yangmemungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan
teoritis ke dalam peraktik keperawatan secara langsung.
4.3.3 Karakteristik Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut ini:

1. Klien dilibatkan secara langsung


2. Klien merupakan fokus kegiatan
3. Perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
5. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet dan
perawat primeruntuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
4.3.4 Tujuan Ronde Keperawatan
Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan terbagi menjadi 2 yaitu: tujuan
bagi perawat dan tujuan bagi pasien. Tujuan ronde keperawatan bagi perawat
menurut Armolaet al. (2010) adalah:

38
1. Melihat kemampuan staf dalam managemen pasien
2. Mendukung pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan
3. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format studi kasus
4. Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan
penilaian keterampilan klinis
5. Membangun kerjasama dan rasa hormat, serta
6. Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan
kebanggaan dalamprofesi keperawatan

39
1. (Wolak et al, 2008). Sedangkan bagi mahasiswa perawat dengan ronde
keperawatan akan mendapat pengalaman secara nyata dilapangan (Clement,
2011).
2. Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membanu mengorientasikan
perawat baru pada pasien. Banyak perawat yang baru masuk tidak mengetahui
mengenai pasien yang dirawat di ruangan. Dengan ronde keperawatan hal ini
bisa dicegah, ronde keperwatan membantu mengorientasikan perawat baru
pada pasien (Clement, 2011).
3. Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian Febriana
(2009) ronde keperwatan meningkatkan kepuasan pasien lima kali dibanding
tidak lakukan ronde keperawatan. Chaboyer et al. (2009) dengan tindakan
ronde keperawatan menurunkan angka insiden pada pasien yang dirawat.
4.3.5 Tipe-Tipe Ronde Keperawata

Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi kepustakaan.


Diantaranya adalah menurut Close dan Castledine (2005) ada empat tipe ronde yaitu
matrons’ rounds, nurse management rounds, patient comfort rounds dan teaching
nurse.

1. Matron nurse menurut Close dan Castledine (2005) seorang perawat


berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai jadwal
rondenya. Yang dilakukan perawat ronde ini adalah memeriksa standart
pelayanan, kebersihan dan kerapihan, dan menilai penampilan dan kemajuan
perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien.
2. Nurse management rounds menurut Close dan Castledine (2005) ronde ini
adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan
implementasi pada sekelompok pasien. Untuk melihat prioritas tindakan yang
telah dilakukan serta melibatkan pasien dankeluarga pada proses interaksi.
Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran antara perawat dan head
nurse.
3. Patient comport nurse menurut Close dan Castledine (2005) ronde disini
berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah sakit. Fungsi
perawat dalam ronde iniadalah memenuhi semua kebutuhan pasien. Misalnya
ketika ronde dilakukan dimalam hari, perawat menyiapkan tempat tidur untuk
pasien tidur.
4. Teaching rounds menurut Close dan Castledine (2005) dilakukan antara
teacher nurse dengan perawat atau mahasiswa perawat, dimana terjadi proses
pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan oleh perawat atau mahasiswa
perawat.Dengan pembelajaran langsung. Perawat atau mahasiswa dapat

43
langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat langsung pada pasien.
Daniel (2004) walking round yang terdiri dari nursing round, physician-nurse
rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing rounds adalah ronde yang dilakukan
antara perawat dengan perawat. Physician-nurse adalah ronde pada pasien yang
dilakukan oleh dokter dengan perawat, sedangkan interdisciplinary rounds adalah
ronde pada pasien yang dilakukan oleh berbagai macam tenaga kesehatan meliputi
dokter, perawat, ahli giziserta fisioterapi, dsb.

4.3.6 Kriteria Pasien

Menurut Nursalam (2014), mengatakan Pasien yang dipilih untuk dilakukan


ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sbb:

a) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah


dilakukan tindakan keperawatan.
b) Pasien dengan kasus baru atau langka.

4.3.7 Tahapan Ronde Keperawatan

Ramani (2003), tahapan ronde keperawatan adalah :


1. Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning
(perencanaan), orientation(orientasi).
2. Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction
(interaksi), observation(pengamatan), instruction (pengajaran),
summarizing (kesimpulan).
3. Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran),
reflection (refleksi),preparation (persiapan).
Langkah-langkah Ronde Keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
a) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
b) Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.
2. Pelaksanaan
a) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan/
telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b) Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.

c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala


ruangan tentangmasalah klien serta tindakan yang akan dilakukan.
d) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.
3. Pasca Ronde

44
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan.
4. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan adalah sebagai berikut.
A. Struktur
 Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).
 Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan.
 Persiapan dilakukan sebelumnya.
B. Proses
 Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
 Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan.
C. Hasil
 Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.
 Masalah klien dapat teratasi.
 Perawat dapat :
 Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
 Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
 Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
 Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalahklien.
 Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
 Meningkatkan kemampuan justifikasi.
 Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

45
4.3.8 Hal-hal yang Perlu DIsiapkan dalam Ronde Keperawatan
Supaya ronde keperawatan yang dilakukan berhasil, maka bisa dilakukan
persiapan sebagai berikut:
1. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka).
2. Menentukan tim ronde keperawatan.
3. Mencari sumber atau literatur.
4. Membuat proposal.
5. Mempersiapkan klien : informed consent dan pengkajian.
6. Diskusi : apa diagnosis keperawatan ?; Apa data yang mendukung ?; Bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan?; Apa hambatan yang ditemukan selama
perawatan?
4.3.9 Komponen Terlibat dalam Ronde Keperawatan

Komponen yang terlibat dalam kegiatan ronde keperawatan ini adalah perawat
primer dan perawat konselor, kepala ruangan, perawat associate, yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim kesehatan lainnya.

1. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim :

a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.

b) Menjelaskan masalah keperawata utama.

c) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.

d) Menjelaskan tindakan selanjutnya.

e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.

2. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor

a) Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)

Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk
memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
 Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien

 Menjelaskan masalah keperawatan utama

 Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan

 Menjelaskan tindakan selanjtunya

 Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil

b) Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler

 Memberikan justifikasi

46
 Memberikan reinforcement

 Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta


tindakan yang rasional
 Mengarahkan dan koreksi

 Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

Selain perawat, pasien juga dilibatkan dalam kegiatan ronde keperawatan iniuntuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pasien yang dipilih untuk yang
dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut :

 Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah


dilakukan tindakankeperawatan
 Pasien dengan kasus baru atau langka

Kuesioner ronde keperawatan

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah perawat memahami tentang ronde keperawatan?

2. Apakah perawat memahami tentang tujuan dan manfaat

dari ronde keperawatan?

3. Apakah terdapat jadwal pelaksanaan ronde keperawatan di

ruangan?

4. Apakah pelaksanaan ronde keperawatan sudah optimal dan

sesuai dengan tahapan ronde keperawatan?

5. Apakah tim yang terlibat dalam ronde keperawatan semua

hadir dan menjalankan tugas sesuai tim?

47
4.4 Discharge Planning

4.4.1 Definisi

Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan dan


aktivitas- aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang kontinu
dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan (Potter
& Perry, 2005:1106).

Menurut Kozier (2004), discharge planning didefenisikan sebagai proses


mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain
di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.

Discharge planning dilakukan sejak pasien diterima di suatu pelayanan kesehatan


di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk menginap semakin diperpendek
(Sommerfeld, 2001 dalam Rahmi, 2011:10). Discharge planning yang efektif
seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang
komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa
keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang
dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).

4.4.2 Tujuan

Secara lebih terperinci The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan
(2009:12- 13) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge planning adalah:
a. Untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untukdi
transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui.
b. Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan
kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan.
c. Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua
fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk
menerima pasien.
d. Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan keluarga
dengan menyediakan serta memandirikan aktivitas perawatan diri.
4.4.3 Manfaat

Wulandari (2011:11) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa manfaat dari


pelaksanaan discharge planning adalah sebagai berikut:

a. Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission)

b. Mengantispasi terjadinya kegawatdaruratan seletah kembali ke rumah

c. Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien di rumah sakit

48
d. Meningkatkan kepuasan individu dan pemberi layanan

e. Menghemat biaya selama proses perawatan

f. Menghemat biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar rumah sakit atau


dimasyarakat karena perencanaan yang matang.
g. Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal

4.4.4 Prinsip Discharge Planning

Menurut Nursalam & Efendi (2008:229), prinsip-prinsip yang diterapkan dalam


perencanaan pulang adalah sebagai berikut:

a. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan


kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
b. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah
yang mungkin muncul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan
masalah yang muncul di rumah dapat segera di antisipasi.
c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang
merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.

e. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di
masyarakat.
f. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap
pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaaan pulang harus dilakukan.

4.4.5 Jenis Discharge Planning

Menurut Chesca (1982) dalam Nursalam & Efendi (2008:229),


dischargeplanning

dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:


a. Pulang sementara atau cuti (conditioning discharge). Keadaaan pulang ini
dilakukan apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat komplikasi. Klienuntuk
sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit
atau Puskesmas terdekat.

b. Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge). Cara ini merupakan


akhirdari hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila klien perlu dirawat
kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
c. Pulang paksa (judicial discharge). Kondisi ini klien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien

49
harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat puskesmas terdekat.

4.4.6 Komponen/Ungsur Discharge Planning

Discharge Planning Association (2008) dalam Siahaan (2009:21) menyatakan


bahwa unsur-unsur yang harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan antara
lain:

a. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangatdibutuhkan,


dan pengobatan yang harus dihentikan.
b. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang
umum terjadi.
c. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan lain,
dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu akan
diadakannya.
d. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas,
latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
e. Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan insulin,
dan lain-lain).
f. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan
dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi
setiap janji untuk control.
g. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa
dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
h. Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah,
perawatyang menjenguk, penolong, pembantu jalan/walker, kanul, oksigen, dan
lain- lain) beserta dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang
bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan.

4.4.7 Pelakasanaan Discharge Planning dan Proses Keperawatan

Proses discharge planning memiliki kesaman dengan proses keperawatan.


Kesamaan tersebut bisa dilihat dari adanya pengkajian pada saat pasien mulai di rawat
sampai dengan adanya evaluasi serta dokumentasi dari kondisi pasien selama
mendapatkan perawatan di rumah sakit. Pelaksanaan discharge planning menurut
Potter & Perry (2005:102) secara lebih lengkap dapat di urut sebagai berikut:

a. Sejak waktu penerimaan pasien, lakkukan pengkajian tentang kebutuhan


pelayanan kesehatan untuk pasien pulang, dengan menggunakan riwayat
keperawatan, rencana perawatan dan pengkajian kemampuan fisik dan fungsi
kognitif yang dilakukan secara terus menerus.

50
b. Kaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga yang
berhubungan dengan terapi di rumah, hal-hal yang harus dihindarkan akibat dari
gangguan kesehatan yang dialami, dan komplikasi yang mungkiin terjadi.
c. Bersama pasien dan keluarga, kaji faktor-faktor lingkungan di rumah yang dapat
mengganggu perawatan diri (contoh: ukuran kamar, lebar jalan, langkah, fasilitas
kamar mandi). (Perawat yang melakukan perawatan di rumah hadir pada saat
rujukan dilakukan, untuk membantu pengkajian).
d. Berkolaborasi dngan dokter dan disiplin ilmu yang lain dalam mengkaji perlunya
rujukan untuk mendapat perawatan di rumah atau di tempat pelayanan yang
lainnya.
e. Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang berhubungan
dengan masalah kesehatan tersebut.
f. Konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai kebutuhan klien
setelah pulang.
g. Tetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, lakukan implementasi rencana
keperawatan. Evaluasi kemajuan secara terus menerus. Tentukan tujuan pulang
yang relevan, yaitu sebagai berikut:
1. Pasien akan memahami masalah kesehatan dan implikasinya.

2. Pasien akan mampu memenuhi kebutuhan individualnya.

3. Lingkungan rumah akan menjadi aman

4. Tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah


1. Persiapan Sebelum Hari Kepulangan Pasien
a. Anjurkan cara-cara untuk merubah pengaturan fisik di rumah sehingga
kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
b. Berikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di masyarakat
kepada pasien dan keluarga.

c. Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga sesegera mungkin setelahpasien


di rawat di rumah sakit (contoh: tanda dan gejala, komplikasi, informasi tentang
obat- obatan yang diberikan, penggunaan perawatan medis dalam perawatan
lanjutan, diet, latihan, hal-hal yang harus dihindari sehubungan dengan penyakit
atau oprasi yang dijalani). Pasien mungkin dapat diberikan pamflet atau buku.

2. Pada Hari Kepulangan Pasien


a. Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai isu
berkaitan dengan perawatan di rumah (sesuai pilihan).
b. Periksa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan pengobatan,
atau alat-alat khusus yang diperlukan pesan harus ditulis sedini mungkin).

51
c. Tentukan apakah pasien atau keluarga telah mengatur transportasi untuk pulang
ke rumah.
d. Tawarkan bantuan ketika pasien berpakaian dan mempersiapkan seluruh
barang- barang pribadinya untuk dibawa pulang. Berikan privasi jika
diperlukan.
e. Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang pasien yang masih
tertinggal. Carilah salinan daftar barang-barang berharga milik kpasien yang
telah ditandatangani dan minta satpam atau administrator yang tepat untuk
mengembalikan barang-barang berharga tersebut kepada pasien. Hitung
semuabarang-barang berharga yang ada.
f. Berikan pasien resep atau obat-obatan sesuai dengan pesan dokter. Periksa
kembali instruksi sebelumnya.
g. Hubungi kantor keuangan lembaga untuk menentukan apakah pasien masih
perlu membayar sisa tagian biaya. Atur pasien atau keluarga untuk pergi ke
kantor tersebut.
h. Gunakan alat pengangkut barang untuk membawa barang-barang pasien.
berikan kursi roda untuk pasien yang tidak bisa berjalan sendiri. Pasien yang
meninggalkan rumah sakit dengan mobil ambulans akan dipindahkan dengan
kereta dorong ambulans.
i. Bantu pasien pindah ke kursi roda atau kereta dorong dengan mengunakan
mekanika tubuh dan teknik pemindahan yang benar. Iringi pasien masuk ke
dalam lembaga dimana sumber transaportasi merupakan hal yangdiperhatikan.
j. Kunci kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil atau alat transportasi lain.
k. Bantu keluarga memindahkan barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan
tersebut.
l. Kembali ke unit dan beritahukan departemen penerimaan dan departemen
lainyang berwenang mengenai waktu kepulangan pasien.
m. Catat kepulangan pasien pada format ringkasan pulang. Pada beberapainstitusi
pasien akan menerima salinan dari format tersebut.
n. Dokumentasikan status masalah kesehatan saat pasien pulang.

52
Alur Discharge Planning

Kuesioner Discharge Planning


No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda mengerti tentang discharge planning?

2. Apakah anda bersedia melakukan discharge planning mulai pasien masuk sampai akan
keluar RS?

3. Apakah ada pembagian tugas tentang perencanaan pulang?

4. Apakah media brosur/leflet yang ada mencukupi sesuai dengan kasus yang muncul
diruangan?

5. Apakah bahasa yang Anda gunakan dalam melakukan perencanaan pulang difahami
dengan mudah oleh pasien?

53
4.5 Supervisi
4.5.1 Definisi
Supervisi adalah suatu pemberian bantuan, bimbingan/ pengajaran, dukungan
pada seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai kebijakan dan prosedur,
mengembangkan keterampilan baru, pemahaman yang lebih luas tentang
pekerjaannya sehingga dapat melakukannya lebih baik (Imaculata, 2021).

Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang


dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan,
sehingga supervisi sebagai suatu kegiatan pembinaan, bimbingan atau pengawasan
oleh pengelola (manajer) terhadap pelaksanaan dari tingkat yang terendah,
menengah, atas dalam rangka menetapkan kegiatan sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan (Gunawan, 2020).

4.5.2 Tujuan
Tujuan supervisi ini berguna untuk mengelola agar dapat mencapai tujuan
yang maksimal. Dalam mencapai tujuan ini, maka dibutuhkan suatu kemampuan
seorang manajer yang baik oleh seorang perawat yang profesional. Oleh karena itu
seorang manajer dalam keperawatan atau seorang perawat profesional diharapkan
mempunyai kemampuan dalam tindakan supervisi (Surli et al, 2014).

Fokus dalam supervisi keperawatan adalah pengawasan partisipatif yang


memungkinkan terjadinya pemberian peng hargaan, diskusi, dan juga bimbingan
yang bertujuan untuk mencari jalan keluar jika terjadi kesulitan dalam tindakan
keperawatan. Supervisi yang berkesinambungan dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan perawat sehingga dapat berdampak pada peningkatan mutu
pelayanan keperawatan (Zakiyah, 2012).

Tujuan supervisi merupakan peningkatan pelayanan pada pasien dengan


berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam
menjalankan tugasnya. Kepala ruang merupakan first level manager yang
bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang
diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruang
mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara
langsung maupun tidak langsung (Suyanto, 2009) dalam (Imaculata, 2021).

4.5.3 Manfaat
Pitman (2011) manfaat supervisi terdiri atas :

1) Manfaat bagi perawat pelaksana


a) Timbul perasaan dihargai dan dapat meningkatkan rasapercaya diri.

54
b) Supervisi mendorong praktek keperawatan yang aman dan mencerminkan
pelayanan perawatan pada pasien, hal ini dapat meningkatkan kepuasan
kerja perawat.
c) Meningkatkan pengembangan priadi dan profesional, supervisi yang
dilakukan secara keseluruhan dan terus menerus dapat meningkatkan
profesionalisme dan pengembangan pribadi serta komitmen untuk
belajarsecara terus menerus.
d) Perasaan diberdayakan dan difasilitasi untuk bertanggug jawab atas
pekerjaan mereka dan keputusan – keputusan yang diambil (Allen and
Armorel, 2010; Pitman, 2011).
2) Manfaat bagi manajer
Tantangan bagi manajer untuk menfasilitasi staf dalam mengembangkan
diri dan meningkatkan profesionalisme, sehingga kualitas pelayanan yang
bermutu dapat tercapai.

3) Meningkatkan kualitas dan keamanan pasien


Tujuan yang paling penting dari supervisi adalah meningkatkan kualitas dari
pelayanan dan keamanan pasien. Supervisi memegang peranan utama dalam
mendukung pelayanan yang bermutu melalui jaminan kualitas, manajemen
resiko, dan manajemen kinerja.

Supervisi juga telah terbukti memiliki dampak positif pada perawatan pasien
dan sebaliknya kurangnya supervisi memberi dampak yang kurang baik bagi
pasien. Supervisi dalam praktek profesi kesehatan telah diidentifikasi sebagai
faktor penting dalam meningkatkan keselamatan pasien, supervisi yang tidak
memadai dijadikan sebagai pemicu kegagaan dan kesalahan yang terjadi
dalam layanan kesehatan.

4) Pembelajaran
Supevisi memiliki manfaat memberikan efek pada
pembelajaran melalui kegiatan sebagai berikut :

a) Mendidik perawat pelaksana melalui bimbingan


yangdiberikan oleh supervisor.

b) Mengidentifikasi masalah yang terjadi ketika


memberikanasuhan keperawatan pada pasien.
c) Meningkatkan motivasi perawat pelaksana dalam bekerja
d) Memantau kemajuan pembelajaran (Allen and Armorel,2012).

4.5.4 Fungsi Supervisi dan Peran Supervisior

55
Rowe, dkk (2007) menyebutkan empat fungsi supervisi , keempat fungsi tersebut
saling berhubungan, apabila ada salah satu fungsi yang tidak dilakukan dengan baik
akan mempengaruhi fungsi yang lain, keempat fungsi tersebut yaitu:

A. Manajemen (Pengelolaan)
Fungsi ini bertujuan memastikan bahwa pekerjaan staf yang supervisi dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan standar yang ada, akuntabilitas untuk
melakkan pekerjaan yang ada danmeningkatkan kualitas layanan. Supaya fungsi
pengelolaan dapat berjalan dengan baik, maka selama kegiatan supervisi dilakukan
pembahasan mengenai hal- hal sebagai berikut :
1. Kualitas kinerja perawatan dalam memberi asuhann
keperawatan.
2. Kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaandan pemahaman
terhadap prosedur tersebut.
3. Peran, dan tanggung jawab staf yang disupervisi danpemahaman terhadap
peran, termasuk batas – batas peran.
4. Pengembangan dan evaluasi rencana kegiatan atau targetdan tujuan yang
B. Pembelajaran dan pengembangan
Fungsi ini membantu staf merefleksikan kinerja mereka sendiri, mengidentifikasi
proses pembelajaran, kebutuhan pengembangan, dan mengembangkan rencana
atau mengidentifikasi peluang untuk memenuhi peluang tersebut.Pembelajaran dan
fungsi pengembangan dapat dicapai dengan cara :
1. Membantu staf yang disupervisi mengidentifiasi gayabelajar dan hambatan
belajar.
2. Menilai kebutuhan pengembangan dan mengidentifikasikesempatan
belajar
3. Member dan menerima umpan balik yang konstruktifmengenai pekerjaan
yang sudah dilakukan oleh staf
4. Mendorong staf yang disupervisi untuk merefleksikan kesempatan belajar
yang dilakukan

C. Memberi dukungan
Fungsi memberi dukungan dapat membantu staf yang disupervisi untuk
meningkatkan peran staf dari waktu ke waktu. Pemberian dukungan dalam hal ini
meliputi :
1. Menciptakan lingkungan yang aman pada saat supervisi dimana
kepercayaan dan kerahasiaan dibuat untuk mengklarifikasi batas-batas
antara dukungan dan konseling.
2. Memberikan kesempatan staf yang disupervisi untukmengekspresikan

56
perasaan dan ide-ide yang berhubungan dengan pekerjaan.
3. Memantau kesehatan staf yang mengacu pada kesehatan kerja atau
konseling (Pitman, 2011).
D. Negosiasi (memberikan kesempatan)
Fungsi ini dapat menigkatkan hubungan antara staf yang disupervisi, tim,
organisasi dan lembaga lain dengan siapa mereka bekerja.
E. Peran Supervisor dan Fungsi Supervisi Keperawatan
Menurut Nursalam (2015) peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah
mempertahankan keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber
daya yang tersedia :
a. Manajemen pelayanan keperawatan
Tanggung jawab supervisor adalah menetapkan dan mempertahankan standar
praktik keperawatan, menilai kualitasasuhan keperawatan dan pelayanan yang
diberikan, serta mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur
pelayanan keperawatan kerja sama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
b. Manajemen anggaran
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan dan
pengambangan. Supervisor berperan dalam hal seperti membantu menilai
rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan yang tersedia dan
menegmbangkan tujuan unit yang dapat dicapai sesuai tujuan rumah sakit,
membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan anggaran
keperawatan, memberikan justifikasi proyek yang dikelola.

4.5.5 Klasifikasi
Proses supervisi keperawatn terdiri dari 3 elemen kelompok, yaitu: mengacu
pada standar asuhan keperawatan, fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai
pembanding untuk menetapkan pencapaian, tindak lanjut dalam upaya memperbaiki
dan mempertahankan

kualitas asuhan. Areayang di supervisi yaitu pengetahuan dan pengertian


tentang asuhan keperawatan pada klien, keterampilan yang dilakukan sesuai dengan
standar, sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran dan empati.
Secara aplikasi, area supervisi keperawatan meliputi kinerja perawat, keperawatan,
pendokumentasian pendidikan melalui perencanaan pulang, pengelolaan logistik
dan obat, penerapan metode menyelesaikan ronde masalah pelaksanaan operan
(Imaculata, 2021).

4.5.6 Ungsur Pokok Supervisi


Menurut Suarli dan Bahtiar (2009) unsur pokok dalam supervisi yaitu :

57
1. Pelakasana, yang bertanggung jawab melakasanakan supervisi adalag
supervisor yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Namun untuk
keberhasilan supervisi yang lebih diutamakanadalah kelebihan dalam hal
pengetahuan dan keterampilan.
2. Sasaran objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan,
serta bawahan yang melakukan pekerjaan.
3. Frekuensi yang dilakukan supervisi harus dilakukan dengan frekuensi berkala.
4. Tujuan dari supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung sehingga dengan bantuan tersebutbawahan akan memiliki bekal yang
cukup untuk dapatmelaksanakan tugas dengan hasil yang baik.
5. Teknik, teknik pokok supervisi pada dasarnya mencangkup empat hal yaitu
menetapkan masakah dan prioritasnya; menetapkan penyebab
masalah,prioritas dan jalan keluarnya; melaksanakan jalan keluar; menilai
hasil yang dicapai untuk tindak lanjut.
4.5.7 Teknik Supervisi
Menurut Nursalam (2015) kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya
mencangkup empat hal yang bersifat pokok, yaitu (1)menetapkan masalah dan
prioritas; (2) menetapkan penyebab masalah, prioritas, dan jalan keluar; (3)
melaksanakan jalan keluar; (4) menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut
berikutnya. Untukdapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua teknik :

1) Langsung
Menurut Nursalam (2015) pengamatan yang langsung dilaksanakan
supervisi dan harus memperhatikan hal berikut:
a. Sasaran pengamata
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan
kebingungan. Untuk mencegah keadaan ini, maka pengamatan
langsung ditujukan pada sesuatu yang bersifak pokok dan strategis.
b. Objektifitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak berstandarisasi dapat menganggu
objektifitas. Untuk mencegah keadaan sepertiini maka diperlukan suatu
daftar isian atau check list yang telah dipersiapkan.
c. Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampakkesan
negatif, misal rasa takut, tidak senang, atau kesanmenganggu
pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan dilakukan secara
edukatif dan suportif, bukan kekuasaanatau otoriter.
Teknik supervisi dimana supervisor berpartisipasi langsung dalam

58
melakukan supervisi. Kelebihan dari teknik ini pengarahan dan
petunjuk dari supervisor tidak dirasakan sebagai suatu perintah,
selain itu umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan langsung saat
ditemukan adanya penyimpangan (Suarli dan Bahtiar, 2009).
2) Tidak langsung
Teknik supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun
lisan sehingga supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan (Suarli dan Bahtiar, 2009)

4.5.8 Elemen Proses Supervisi


Menurut Rowe, dkk (2007) elemen proses dalam supervisi yaitu :

1) Standar praktek keperawatan yang digunakan sebagai acuandalam menilai dan


mengarahkan penyimpangan yang terjadi.
2) Fakta empiric dilapangan, sebagai pembanding untuk
pencapaian tujuan dan menetapkan kesenjangan.
3) Adanya tindak lanjut sebagaiupaya mempertahankankualitas maupun upaya
memperbaiki.
4.5.9 Langkah Supervisi
Menurut Ali Zaidin dalam Nursalam (2015) metode dalammelaksanakan
pengawasan adalah bertahap dengan langkah- langkah berikut :

1. Mengadakan persiapan pengawasan


2. Menjalankan pengawasan
3. Memperbaiki penyimpangan

4.5.10 Model-Model Supervisi


Menurut Sudaryanto (2008) menyatakan model-modelsupervisi terdiri dari :

1. Model development
Superviso diberikan kewenangan untukmembimbing perawat dengan 3
cara yaitu :
a. Change agent seperti supervisor membimbing perawat menjadi
agen perubahan.
b. Counselor seperti supervisor membimbing, mengajarkan kepada
perawat yang berkaitan dengan tugas rutin perawat.
c. Teaching seperti supervisor mengenalkan danmempraktikkan nursing
practice
yang sesuai dengan tugas perawat.
2. Model academic

59
Dalam model academic proses supervisi klinik meliputi 3 kegiatan yaitu
kegiatan educative, supportive dan managerial.
3. Model experimental
Dalam model ini proses supervisi klinik keperawatan meliputi training
dan mentoring.
4. Model 4S
Model supervisor ini dikembangkan dengan 4 strategi yaitu structure, skills,
support dan sustainability.

Menurut Suyanto, (2008) menyatakan model-model supervisi yang dapat


diterapkan dalam supervisi, yaitu :

1. Model konvensional.
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untukmenemukan
masalah dan kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan.
2. Model ilmiah.
Supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik
sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan dengan
prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang
objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.
3. Model klinis.
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam
mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam
pemberian asuahan keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara
sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh
seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan.
4. Model artistik.
Supervisi model artistik dilakukan dengan pendekatan personaluntuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat
pelaksana yang disupervisi.

4.5.11 Pelaksanaan Supervisi


Menurut Suarli dan Bahtiar (2009) pelaksanaa dalam supervisi yaitu :

1. Sebaiknya pelaksanaan supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi.


2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup
untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi
3. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan supervisi artinya
memahami prinsip pokok dan teknik supervisi.
4. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter

60
5. Pelaksana supervisi harus memiliki waktu yang cukup, sabar, dan selalu
berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan,dan perilaku bawahan
yang disupervisi.
4.5.12 Supervisior yang Efektif
Karakteristik dari seorang supervisor yang efektif telah diidentifikasi oleh
Kilminster & Jolly (2000). Karakteristik tersebut mencakup kemampuan untuk :

a. Mengobservasi dan merefleksikan praktek keperawatan yang sudah dilakukan


oleh perawat pelaksana.
b. Memberikan umpan balik yang konstruktif.
c. Mengajarkan pada perawat pelaksana tentang pemberianasuhan keperawatan
yang aman melalui pelatihan dan pembimbingan.
d. Mengidentifikasi alternative pemecahan masalah.
e. Memotivasi perawat untuk meningkatkan kinerja.
f. Memberikan otonomi perawat pelaksana dalam melakukan praktik keperawatan.
g. Memberikan informasi yang jelas dan akurat.
h. Mengevaluasi supervise yang dilakukan dan mengevaluasi respon perawat
pelaksana terhadap pelaksanaan supervise.
i. Mengelola pelayanan asuhan keperawatan bersama perawatpelaksana.
j. Menciptakan iklim kerja yang kondusif.
k. Melakukan advokasi antar tim pemberi layanan kesehatan ataudengan lembaga
lain.
l. Menggunakan waktu yang efektif dalam menyusun programkegiatan supervise

4.5.13 Supervisior yang Tidak Efektif


Perilaku supervisor yang tidak efektif menurut Kilminster dan Jollymeliputi :
a. Kaku atau kurang fleksibel dalam menghadapi permasalaahanyang muncul.
b. Rendah empati.
c. Kegagalan untuk memberikan dukungan.
d. Kegagalan untuk mengikuti kekhawatiran staf yang di
supervisi.
e. Tidak memberikan suatu pengajaran.
f. Kurang toleransi terhadap masalah yang timbul
g. Menekankan aspek evaluasi yang negative.

61
kuesioner Supervisi
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda mengerti tentang supervisi?
2. Apakah terdapat jadwal supervisi yang dilakukan di
ruangan?
3. Apakah ada format buku untuk supervisi setiap kali
tindakan?
4. Apakah format supervisi sesuai dengan standar
keperawatan?
5. Apakah hasil supervisi disampaikan ke perawat?

4.6 Dokumentasi Keperawatan


1. Wawancara
2. Observasi
- Pengkajian
Pengkajian keperawatan meliputi pemeriksaan fisik, kondisi klien, keluhan
utama tingkatnkesadaran, tanda-tanda vital, kemampuan pergerakan, sensori,
keadaan kulit, pemeriksaan penunjang (Sitorus, 2006).
- Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan harus sesuai dengan kondisi klien artinya terdapat
keterkaitan antara diagnosis dan pengkajian (Sitorus, 2006). Diagnosis
keperawatn berhubungan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan pasien.
Komponen diagnosis keperawatan terdiri atas P-E-S (Problem-Etiologi-
Symptom) (Nursalam, 2008).
- Rencana Asuhan Keperawatan
Perencanaan disusun dan ditanda tangani oleh perawat pelaksana (PP) yang
bertanggung jawab kepada pasien. Terdapat tujuan yang meliputi kriteria
pencapaian tujuan. Tindakan observasi keperawatan anatara lain : monitor tanda
vital dan mengukur jumlah pemasukan, tindakan terapi keperawatan antara
lain : mengubah posisi pasien, melatih nafas dalam dan batuk, meningkatkan
koping pasien, tindakan pendidikan kesehatan, tindakan kolaborasi, pelibatan
pasien dan keluarga (Sitorus,2006).
- Implementasi
Dalam implementasi keperawatan tindakan keperawatan, terapi, pendidikan
kesehatan, dan tindakan kolaborasi di catatan dalam format implementasi.Serta
terdapat penilaian terhadap respon klien dari tiap-tiap tindakan keperawatan
(Sitorus,2006).
- Evaluasi

62
Dalam evaluasi SOAP ditulis setiap hari untuk setiap masalah dan terdapat
tanda atau pernyataan bahwa diagnosis sudah teratasi atau belum teratasi
(Sitorus,2006).

KUESIONER PELAKSANAAN METODE DOKUMENTASI KEPERAWATAN


No Pertanyaan Jawaban
1. Metode dokumentasi apa yang anda
gunakan diruangan saat ini ?
Jelaskan !

Apakah sudah ada format


pendokumentasian yang baku di ruangan
interna ini ?

2. Apakah anda sudah mengerti cara


pengisian format dokumentasi tersebut
dengan benar dan tepat ?

Jika sudah mengerti, tolong anda jelaskan


dengan singkat !

Apakah menurut anda format yang


digunakan ini bisa membantu
(memudahkan) perawat dalam melakukan
pengkajian pada pasien ?

3. Apakah anda sudah melaksanakan


pendokumentasian dengan tepat waktu
(segera) setelah melakukan tindakan ?

4. Apakah menurut anda model dokumentasi


yang digunakan ini menambah beban
kerja perawat ?

5. Apakah menurut anda model dokumentasi


yang digunakan ini menyita banyak waktu
perawat ?

63
4.7 Sentralisasi Obat
4.7.1 Definisi
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat, pengeluaran dan
pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat (Nursalam, 2014).

Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan konsumsi obat merupakan


salah satu peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam suatu pola yang sistematis,
sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko
kerugian secara materiil maupun non materiil dapat dieliminir.

4.7.2 Tujuan
Tujuan sentralisasi obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi (Nursalam, 2014).

Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasikan:

1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.


2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek.
3) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti, dibuathanya untuk mencoba.
4) Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan.
5) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa
sesudah batas kadaluarsa.
6) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
7) Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu
sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Nursalam, 2014).
4.7.3 Tektik Pengolahan Obat (Sentralisasi)
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.

1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara


operasional dapat didelegasikan kepada staff yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.
3. Penerimaan obat:
a. Keluarga menyerahkan resep dan persyaratan yang diperlukan kepada depo
farmasi.
b. Perawat menerima obat dari depo farmasi setiap hari untuk dosis sehari
(ODD) dalam kemasan 1 kali pemberian (UDD).

64
c. Perawat menuliskan nama pasien, registrasi, jenis obat, dan jumlah
(sediaan) dalam format pemberian obat dan meminta tanda tangan petugas
farmasi.
d. Obat yang telah diterima dari farmasi selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat.
e. Keluarga/klien selanjutnya mendapatkan informasi bila mana obat tersebut
akan habis (Nursalam, 2014).
4. Pembagian obat:
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan
memerhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar penerimaan obat:
dengan terlebih dahulu dicocokan dengan terapi yang diinstruksikan dokter
dan kartu obat yang ada pada pasien.
c. Pada saaat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, dan efek samping. Usahakan tempat atau wadah obat
kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada
pasien.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang
atau petugas yang ditujukan dan didokumentasikan dalam buku masuk
obat. Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga
dan kemudian dimintakan
e. resep kepada dokter penganggung jawab pasien (Nursalam, 2014).
f. Penambahan obat baru
- Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan
dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam
kartu sediaan obat.
- Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin, maka dokumentasi
hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam,
2014).
5. Obat khusus
a. Obat disebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal,
menggunakan rute pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping
yang cukup besar.
b. Pemberian obat khusus didokumentasikan di format pemberian obat khusus

65
c. Informasi yang diberikan kepada klien/keluarga yaitu nama obat, kegunaan
obat, waktu pemberian, efek samping obat.
4.7.4 Pengotganisasian Peran
1) KARU
a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktik.
b. Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
c. Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
2) PP
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
c. Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
d. Melakukan pendelegasian tentang pemberian obat kepada PA.
3) PA
a. Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana.
b. Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan.
c. Melaksanakan program medis pemberian obat dengan penuh tanggung
jawab.
d. Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama klien
dirawat.
4) Instrumen dalam pelaksanaan sentralisasi obat
a. Lemari/kotak sentralisasi obat.
b. Surat persetujuan dilakukan sentralisasi obat.
Seorang menejer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai obat
dengan cara-cara berikut ini:

1) Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan


penggunaan dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua staf.
2) Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan gantungkan di
dinding.
3) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab beborosan obat.
4) Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat.
5) Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis obat
setiap minggu pada waktu pertemuan staf.
6) Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di
perpustakaan (Mc Mahon, 1999).
4.7.5 Mendidik Pasien Tentang Obat

Kadang-kadang pasien meminum obat degan carayang salah,baik dengan


mengurangi dosis agar pengobatannya lebih lama atau menembahnya dengan harapan

66
akan lebih cepat sembuh. Mereka minum obat pada waktu yang tidak tepat atau lupa
akan dosisnya. Pasien yang mendapat pengobatan jangka panjang sering berhenti
meminum obatnya terlalu dini. Hal ini tejadi karena pasien tidak mengerti akan kerja
obat dalam tubuh. Akibatnya, mereka kadang-kadang tidak sembuh dan obat terbuang
percuma.

Para pekerja kesehatan harus sangat peduli untuk menerangkan pada pasien
bagaimana cara meminum obat mereka, terangkan dengan cara sederhana mengapa
obat-obat tertentu harus diminum dengan cara tertentu. Dengan demikian pasien akan
belajar bahwa:

- Masing-masing obat mempunyai cara kerja tersendiri. Obat yang dapat dipakai
pada satu keadaan tidak bermanfaat untuk keadaan lain.
- Besarnya dosis sangat penting,bila terlalu sedikit cara kerjanya terlalu lemah
untuk memperbaiki keadaan, dan bila terlalu kuat dapat meracuni pasien. Dosis
untuk anak-anak lebih sedikit dari pada dosis untuk dewasa.
- Pengobatan harus teratur untuk menjamain bahwa kadar obat yang diinginkan
dalam tubuh tercapai.
- Semua tahapan pengobatan harus dijalani dengan lengkap, bila tidak pasien
dapat kembali jatuh sakit dengan keadaan yang lebih parah daripada
sebelumnya.
Obat harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak, yang mungkin memakannya karena
mirip gula-gula dan dapat meracuni mereka.

4.7.6 Elemen Penilaian dari Manajemen Sentralisasi


Menurut snars 2018 ada beberpa eleman yang aada pada penilaian nya:

1. Pengorganisasian Standar PKPO 1


Dengan kajian ini rumah sakit dapat memahami kebutuhan dan prioritas
peningkatan mutu serta keamanan penggunaan obat. Sumber informasi obat yang
tepat harus tersedia di semua unit pelayanan antara lain:
a) Seberapa baik sistem telah bekerja terkait dengan
 Seleksi dan pengadaan obat;
 Penyimpanan
 Peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan;
 Penyiapan dan penyerahan; dan
 Pemberian
b) Pendokumentasian dan pemantauan efek obat;

67
c) Monitor seluruh angka kesalahan penggunaan obat (medication error) meliputi
kejadian tidak diharapkan, kejadian sentinel, kejadian nyaris cedera, kejadian
tidak cedera dan upaya mencegah dan menurunkannya;
d) Kebutuhan pendidikan dan pelatihan;
e) Pertimbangan melakukan kegiatan baru berbasis bukti (evidence based).
2. Seleksi dan Pengadaan Standar PKPO 2.
Ada proses seleksi obat dengan benar yang menghasilkan formularium dan
digunakan untuk permintaan obat serta instruksi pengobatan. Obat dalam
formularium senantiasa tersedia dalam stok di rumah sakit atau sumber  di dalam
atau di luar rumah sakit.
3. Penyimpanan Standar PKPO 3
Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai disimpan di tempat
yang sesuai, dapat di gudang logistik, di instalasi farmasi, atau di satelit atau depo
farmasi serta diharuskan memiliki pengawasan di semua lokasi
penyimpanan.Rumah sakit mengatur tata kelola bahan berbahaya, seta obat
narkotika dan psikotropika yang baik, benar, dan aman sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.Rumah sakit mengatur tata kelola penyimpanan elektrolit
konsentrat yang baik, benar, dan aman sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
4. Peresapan dan Penyalinan Standar PKPO 4.
Untuk menghindari keragaman dan menjaga keselamatan pasien maka rumah sakit
menetapkan persyaratan atau elemen penting kelengkapan suatu resep atau
permintaan obat dan instruksi pengobatan. Persyaratan atau elemen kelengkapan
paling sedikit meliputi
a. Dataidentitas pasien secara akurat (dengan stiker);
b. Elemen pokok di semua resep atau permintaan obat atau instruksi
pengobatan;
c. Kapan diharuskan menggunakan nama dagang atau generik;
d. Kapan diperlukan penggunaan indikasi seperti pada PRN (pro re nata atau
“jika perlu”) atau instruksi pengobatan lain;
e. Jenis instruksi pengobatan yang berdasar atas berat badan seperti untuk anak
anak, lansia yang rapuh, dan populasi khusus sejenis lainnya;
f. Kecepatan pemberian (jika berupa infus);
g. Instruksi khusus, sebagai contoh: titrasi, tapering, rentang dosis.
Ditetapkan proses untuk menangani atau mengelola hal-hal di bawah ini:

a. Resep atau permintaan obat dan instruksi pengobatan yang tidak benar, tidak
lengkap, dan tidak terbaca;

68
b. Resepatau permintaan obat dan instruksi pengobatan yang NORUM (Nama
Obat Rupa Ucapan Mirip) atau LASA (Look Alike Sound Alike);
c. Jenis resep khusus, seperti emergensi, cito, berhenti automatis (automatic
stop order), tapering, dan lainnya;
d. Instruksi pengobatan secara lisan atau melalui telepon wajib dilakukan tulis
lengkap, baca ulang, dan meminta konfirmasi. (lihat juga SKP 2).
Standar ini berlaku untuk resep atau permintaan obat dan instruksi pengobatan di
semua unit pelayanan di rumah sakit.

5. Persiapan dan Penyerahan Standar PKPO 5.


Obat disiapkan dan diserahkan di dalam lingkungan aman dan bersih. Pengkajian resep
dilakukan oleh apoteker meliputi

a. Ketepatan identitas pasien, obat, dosis, frekuensi, aturan minum/makan obat,


dan waktu pemberian;
b. Duplikasi pengobatan;
c. Potensi alergi atau sensitivitas;
d. Interaksi antara obat dan obat lain atau dengan makanan;
e. Variasi kriteria penggunaan dari rumah sakit;
f. Berat badan pasien dan atau informasi fisiologik lainnya;
g. Kontra indikasi.
Telaah obat dilakukan terhadap obat yang telah siap dan telaah dilakukan meliputi
5 (lima) informasi, yaitu

a. Identitas pasien;
b. Ketepatan obat;
c. Dosis;
d. Rute pemberian; dan
e. Waktu pemberian.
6. Pemberian (Administration) Obat Standar PKPO 6.
Rumah   sakit  menetapkan   staf   klinis   yang   kompeten   dan  berwenang  untuk
memberikan obat. Agar obat diserahkan pada orang yang tepat, dosis yang tepat dan
waktu yang tepat maka sebelum pemberian obat kepada pasien dilakukan verifikasi
kesesuaian obat dengan instruksi pengobatan yang meliputi
a. Identitas pasien;
b. Nama obat;
c. Dosis;
d. Rute pemberian; dan
e. Waktu pemberian.

69
7. Pemantauan (Monitor) Standar PKPO 7.
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan proses pelaporan serta tindakan terhadap
kesalahan penggunaan obat (medication error) serta upaya menurunkan angkanya.

Kuesioner Sentralisasi Obat


No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah di ruangan anda terdapat apakah sentralisasi obat ?
a. Jika ya, apakah sentralisasi obat yang sudah ada dilakukan
secara optimal ?............
b. Jika tidak, menurut anda apakah di runagan ini perlu
diadakan sentralisasi obat ?..............

2. Apakah selama ini ada format persetujuan sentralisasi obat dari


pasien / keluartga pasien ?
3. Apakah ada format daftar pengadaan tiap macam macam abat
( oral – injeksi – suposituria – infus – insulin – obat gawat darurat
– dll )
4. Apakah selama ini anda memberikan etiker dan alamat pada obat
obat pasien ?
5. Apakah kelengkapan sarana dan prasarana pendukung sentralisasi
obat telah lengkap?

4.8 pengkajian M3 (method)


4.8 MPKP
4.8 1 Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 29 Juli 2021
dengan pembimbing ruangan, pembimbing ruangan mengatakan bahwa MPKP yang
digunakan di Ruang Mawar adalah dengan metode MPKP tim dan menurut
pembimbing ruangan MPKP yang diterapkan sudah sesuai dengan visi dan misi Rumah
Sakit Umum Anwar Medika. Pembimbing ruangan mengatakan bahwa MPKP tim
dapat mempermudah dan tidak menambah beban pekerjaan perawat karena lebih
efisien. Pembimbing ruangan mengatakan bahwa MPKP yang diterapkan di ruang
mawar sudah cukup optimal dilaksanakannya.

Table struktur organisasi beserta Job Disk di Ruang Mawar RSU Anwar Medika

Kepala Ruangan Mawar:Rika Sugianto


Katim 1 Katim 2 Katim 3
1. awsyoful insyani (PJ) 1. Misbahul Huda (PJ) 1. Eka (PJ)
2. Riris (PP) 2. Prasetyo (PP) 2. Ike (PP)
3. Melinda (PP) 3. Febryan (PP) 3. Nira (PP)
4. Tutik (PP) 4. Rizal (PP) 4. Nur aida (PP)
5. Ika (PP) 5. Nurul (PP) 5. Siti nurtiyah (PP)
6. Tutut (PP) 6. Heni (PP) 6. Diana (PP)

70
Kuesioner
Tabel Tabulasi Kuesioner MPKP di Ruang Mawar

Pertanyaan Katagori f %
Apakah anda mengerti atau memahami dengan Sangat setuju 0 0%
model MAKP yang digunakan saat ini? Setuju 7 87,5%
Ragu-ragu 1 12,5%
Tidak setuju 0 0%
Total 8 100%
Menurut anda, apakah MAKP tersebut cocok Sangat setuju 0 0
diterapkan diruangan anda serta apakah sudah Setuju 8 100%
sesuai dengan visi dan misi rumah sakit? Ragu-ragu 0 0%
Tidak setuju 0 0%
Total 8 100%
Apakah model yang diterapkan saat ini apakah Sangat setuju 0 0%
mempermudah dan tidak menambah beban Setuju 7 87,5%
pekerjaan Ragu-ragu 1 12,5%
Tidak setuju 0 0%
Total 8 100%
Apakah terlaksana komunikasi antara perawat Sangat setuju 0 0
dan tim kesehatan lain dan apakah tugas anda Setuju 8 100%
sesuai dengan metode asuhan keperawatan Ragu-ragu 0 0%
yang saat ini digunakan diruangan Tidak setuju 0 0%
Total 8 100%
Apakah model MAKP yang diterapkan Sangat setuju 0 0
diruangan sudah optimal Setuju 6 75%
Ragu-ragu 2 25%
Tidak setuju 0 0%
Total 8 100%

Berdasarkan data diatas diperoleh data bahwa 87,5% perawat memahami dengan
model MPKP yang diterapkan di ruangan saat ini yaitu MPKP tim. Menurut perawat,
100% setuju jika MPKP yang diterapkan cocok diterapkan di ruangan serta sesuai
dengan visi misi dari rumah sakit. 87,5% perawat di ruang mawar setuju model MPKP
yang diterapkan saat ini apakah mempermudah dan tidak menambah beban pekerjaan.
100% perawat setuju jika terlaksana komunikasi antara perawat dan tim kesehatan lain
serta tugas perawat sesuai dengan metode asuhan keperawatan yang saat ini digunakan
diruangan. Dan 75% perawat menyatakan setuju jika model MPKP yang diterapkan di
ruangan saat ini sudah optimal.

4.9 Timbang Terima


4.9.1 Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 29 Juli 2021
dengan pembimbing ruangan, pembimbing ruangan mengatakan bahwa kegiatan
timbang terima dilakukan secara traditional hand over dilaksanakan setiap pergantian
shift, yaitu dari shift pagi ke siang dipimpin oleh kepala ruangan, siang ke malam di
pimpin oleh penanggung jawab shift, dan malam ke pagi dipimpin oleh penanggung

71
jawab shift. Timbang terima dilakukan di Nurse Station di luar ruangan Mawar Covid
lebih tepatnya di ruang Isolasi. Penanggumg jawab shift menyampaikan timbang terima
kepada penanggung jawab shift berikutnya, mengenai hal-hal yang perlu disampaikan
diantaranya jumlah klien, No Registrasi, diagnosa medis, keluhan klien berupa data
subjektif dan objetif, masalah keperawatan yang masih muncul, intervensi keperawatan
yang sudah dan belum dilaksanakan, terapi yang sudah dilakukan dan belum dilakukan,
dan penympaian hasil laborat. Perawat yang akan shift mencatat di buku pleaning
setelah adanya penjelasan dari perawat shift sebelumnya. Selain itu perawat karena
tidak bisa masuk secara langsung ke ruang mawar covid dan harus memakai APD yang
lengkap, saat timbang terima berlangsung kedua tim perawat sambil memantau CCTV
dengan mencatat dan mencocokkan dari hasil timbang terima yang disampaikan,
misalnya pada pasien tersebut dijelaskan terpasang oksigen, dan tim perawat shift
selanjutnya melihat CCTV apakah pasien tersebut sudah terpasang oksigen atau belum.
Timbang terima dilakukan hanya tim perawat saja tidak melibatkan pasien secara
langsung.

Kuesioner
Hasil pembagian kuisioner tentang timbang terima di ruang mawar covid adalah

sebagai berikut :

Tabel Distribusi frekuensi pelaksanaan Timbang Terima di Ruang Mawar Covid


RS Mawar Medika bulan Juli 2021

Persentase
NO Pertanyaan Total
Sesuai Tidak sesuai
1. Saat timbang terima perawat 100% 8 0% 0 100%
meyiapkan status pasien dan
perawat menyiapkan buku catatan
serta alat tulis.
2. Kedua kelompok dalam keadaan 87,5% 7 1,25% 1 100%
siap, Timbang terima dipimpin oleh
kepala ruangan pada pergantian
shift dari malam ke pagi ke sore.
Sedangkan pergantian shift dari
sore ke malam dipimpin oleh ketua
tim atau perawat primer.
3. Dilaksanakan setiap pergantian 100% 8 0% 0 100%
shift, dan pelaksanaan dimulai dari
nurse station.
4. Timbang terima di lanjutkan 100% 8 0% 0 100%
melihat langsung dengan melihat
kondisi pasien, Perawat
menyebutkan data penunjang lain,
perawat menyebutkan masalah
keperawatan yang belum
dilaksanakan, perawat

72
menyebutkan intervensi
kolaboratif, selanjutnya Perawat
menyebutkan persiapan yang perlu
dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya
5. Perawat kembali ke nurse station 100% 8 0% 0 100%
untuk memfalidasi data langsung
kemudian perawat yang memimpin
timbang terima menyebutkan
rencana kerja bagi shift berikutnya,
setelah itu mendokumentasikan
pelaksanaan timbang terima di
buku laporan oleh perawat primer
atau ketua tim.

Berdasarkan Tabel diatas diperoleh data pelaksanaan timbang terima di ruang


Mawar Covid didapatkan data Saat timbang terima perawat meyiapkan status pasien
dan perawat menyiapkan buku catatan serta alat tulis sebanyak 8 responden (100%),
Kedua kelompok dalam keadaan siap, Timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan
pada pergantian shift dari malam ke pagi ke sore. Sedangkan pergantian shift dari sore
ke malam dipimpin oleh ketua tim atau perawat primer sebanyak 7 responden (87,5%),
timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift, dan pelaksanaan dimulai dari nurse
station sebanyak 8 responden (100%), Timbang terima di lanjutkan melihat langsung
dengan melihat kondisi pasien, Perawat menyebutkan data penunjang lain, perawat
menyebutkan masalah keperawatan yang belum dilaksanakan, perawat menyebutkan
intervensi kolaboratif, selanjutnya Perawat menyebutkan persiapan yang perlu
dilakukan dalam kegiatan selanjutnya sebanyak 8 responden (100%), setelah timbang
terima selesai perawat memfalidasi data langsung kemudian perawat yang memimpin
timbang terima menyebutkan rencana kerja bagi shift berikutnya, setelah itu
mendokumentasikan pelaksanaan timbang terima di buku laporan oleh perawat primer
atau ketua tim sebanyak 8 responden (100%).

73
4.9.2 Alur Pelaksanaan Timbang Terima

4.10 Ronde Keperawatan


4.10.1 Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 29 Juli 2021
dengan pembimbing ruangan, pembimbing ruangan mengatakan bahwa ronde
keperawatan merupakan Suatu kegiatan yg bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yg dilaksanakan oleh perawat dengan pasien atau keluarga terlibat
aktif dalam diskusi dengan membahas masalah keperawatan serta mengevaluasi hasil
tindakan yg telah dilakukan. Pembimbing ruangan mengatakan bahwa tujuan dan
manfaat dari ronde keperawatan adalah untuk mengatasi masalah pada klien.
Menurut pembimbing ruangan ronde keperawatan tidak perlu dilakukan di ruang
mawar. Pembimbing ruangan mengatakan bahwa tidak ada program khusus
dilakukan ronde keperawatankarena tidak memungkinkan melibatkan keluarga dalam
hal diskusi secara langsung ke pasien di ruang isolasi mawar. Dengan demikian
ronde keperawatan tidak dilaksanakan secara optimal dan tidak terlaksana sesuai
dengan tahapan dari ronde keperawatan. Karena tidak dilaksanakannya ronde
keperawatan, dalam menangani kasus ruang mawar menggunakan RDK (Refleksi
Diskusi Kasus) yang merupakan suatu metode dalam merefleksikan pengalaman
klinis perawat dalam menerapkan standart dan uraian tugas. RDK hanya dilakukan
pada saat menemukan adanya permasalahan dan masih belum terjadwal karena
adanya keterbatasan waktu dan biasanya RDK ditentukan oleh ketua tim mengenai
permasalahannya dengan melihat permasalahan yang ada dan di sampaikan ke kepala

74
ruangan, kemudia di pimpin kepala ruangan untuk melakukan RDK yang diikuti oleh
katim dan perawat pelaksana dan juga berkolaborasi dengan dokter spesialis.

Kuesioner
Tabel Tabulasi Kuesioner Ronde Keperawatan di Ruang Mawar

Pertanyaan Katagori f %
Apakah perawat memahami tentang ronde Ya 8 100%
keperawatan Tidak 0 0%
Apakah perawat memahami tujuan dan manfaat Ya 8 100%
dari ronde keperawatan Tidak 0 0%
Apakah terdapat program lain untuk Ya 8 100%
menyelesaikan ronde keperawatan sebagai Tidak 0 0%
pengganti dari ronde keperawatan?
Apakah RDK yang diterapkan di ruangan Ya 6 75%
sudah optimal Tidak 2 25%
Apakah tim terlibat dalam pelaksanaan RDK Ya 6 75%
semua hadir dan menjalankan tugas sesuai tim Tidak 2 25%

Dari hasil tabulasi data kuesioner ronde keperawatan di ruang mawar 100%
perawat memahami tentang ronde keperawatan dan memahami manfaat serta tujuan
dari ronde keperawatan. Dari hasil wawancara pembimbing ruangan mengatakan jika
tidak dilaksanakannya, sehingga terdapat program lain sebagai pengganti ronde
keperawatan. Dari hasil tabulasi data 100% memilih jika terdapat program lain
pengganti dari ronde keperawatan. Saat wawancara pembimbing ruangan mengatakan
jika diterapkan RDK (refleksi diskusi kasus) sebagai pengganti ronde keperawatan.
Dari hasil tabulasi data, 75% perawat memilih jika RDK yang diterapkan di ruangan
sudah optimal dan 75% memilih jika tim yang terlibat dalam pelaksanaan RDK semua
hadir dan menjalankan tugas sesuai dengan tim.

4.11 Discharge planning


4.11.1 Wawancara
Dari hasil wawancara tanggal 29 juli 2021dengan pembimbing ruangan di
dapatkan hasil. Pasien dari igd di skrining terlebih dahulu dan pasien akan melakukan
tanda tangan persetujuan mrs di ruang covid,dan apa bila pasien sembuh maka perawat
akan memproses berkas dan mengantar obat ke depo,perawat juga menjelaskan obat ke
pada keluarga pasien setelah pasien melakukan isoman di rumah. Kemudian berkas di
bawah ke kasir perawat menyerahkan dan menjelaskan kembali obat dan juga
memberikan lembar isoman ke pada keluarga. Pembimbing ruangan mengatakan bahwa
discharge planning merupakan proses mempersiapkan pasien yg dirawat di RS agar
mampu mandiri merawat diri pasca rawatan. Pembimbing ruangan mengatakan bahwa
di ruang mawar dilaksanakan discharge planning dari pasien masuk sampai pasien
keluar. Pembimbing ruangan mengatakan jika terdapat pembagian tugas dilaksanakan

75
discharge planning. Pembimbing ruangan mengatakan jika media brosur/leafled yang
ada di ruangan tidak mencukupi sesuai dengan kasus yang muncul diruangan. Di ruang
mawar, bahasa yang digunakan saat dilakukan discharge planning menggunakan bahasa
jawa dan indonesia sehingga pasien dapat memahami apa yang disampaikan oleh
perawat.

Pasien yang akan MRS harus menunjukan hasil SWAB antigen positif dan foto
thorax (kesan pneumonia bilateral). Syarat untuk pasien pulang adalah jika sudah di
perbolehkan pulang oleh dokter menskipun hasil swab pasien masih positif dan pasien
sudah tidak ada gejala dan membawa surat dischar planning dan lembar isoman di
rumah rencama pasien pulang apa bila pasien sudah MRS selama 7-10 hari, Di rumah
pasien harus tetap meminum obat dan apa bila obat pasien sudah habis tetapi masih
menjalankan isoman maka perawat yang akan mengantar obat ke rumah pasien.

Perawat juga melakukan discharge planning dengan berpedoman SOP

Kesimpulan : perawat sudah melakukan melakukan discharge planning sesuai


dengan SOP yang sudah ada dan juga perawat melakukan discharge planning kepada
pasien dengan menjelakan obat kepada keluarga dan juga menjelaskan bahwa pasien
juga harus rutin meminum obat dan melakukan isoman dirumah sesuai anjuran dari RS

Tabel Tabulasi Kuesioner Ronde Keperawatan di Ruang Mawar

Pertanyaan Kategori f %
Apakah anda mengerti tentang discharge planning? Ya 8 100%
Tidak 0 0%
Apakah anda bersedia melakukan discharge planning mulai Ya 8 100%
pasien masuk sampai akan keluar RS? Tidak 0 0%
Apakah ada pembagian tugas tentang perencanaan pulang ? Ya 7 87,5%
Tidak 1 12,5%
Apakah media brosur/leflet yang ada mencukupi sesuai Ya 7 87,5%
dengan kasus yang muncul di ruangan? Tidak 1 12,5%
Apakah bahasa yang anda gunakan dalam melakukan Ya 8 100%
discharge planning difahami dengan mudah oleh pasien? Tidak 0 0%

Dari hasil tabulasi data kuesioner discharge planning di ruang mawar 100%
perawat mamahami tentang discharge planning. Dari hasil kuesioner didapatkan jika
100% perawat bersedia melakukan discharge planning mulai dari pasien masuk sampai
pasien pulang. 87,5% perawat menyetujui jika media brosur/leafled yang ada di ruang
mawar sudah mencukupi sesuai dengan kasus yang muncul di ruangan. Dari hasil
wawancara dengan pembimbing ruangan mengatakan jika bahasa yang digunakan di
ruang mawar menggunakan bahasa indonesia dan bahasa jawa dan 100% perawat
menyetujui jika bahasa yang digunakan dalam melakukan discharge planning difahami
dengan mudah oleh pasien.

76
4.12 Supervisi
4.12 1 Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 29 Juli 2021
dengan pembimbing ruangan, menurut pembimbing ruangan supervisi merupakan
kegiatan pengawasan dan pembinaan yg dilakukan secara berkesinambungan oleh
supervisior mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan, dan
perawatan agar pasien mendapat pelayanan yg bermutu setiap saat. Pembimbing
ruangan mengatakan terdapat jadwal dilaksanakan supervisi di ruangan dan juga
terdapat format buku untuk supervisi setiap tindakan. Supervisi dilakukan oleh kepala
ruangan. Setelah supervisi dilaksanakan, pembimbing ruangan mengatakan bahwa hasil
dari supervisi disampaikan kepada perawat.Model supervisi langsung dilakukan secara
langsung ada kegiatan yangsedang dilaksanakan, dengan harapan supervisor dapat
terlibat dan melihat langsung tindakan yang dilakukan. Sebagai contoh model langsung
digunakan saat supervisi tindakan pemberian obat injeksi melalui IV perbolus. Model
supervisi tidak langsung dilakukan menggunakan laporan tertulis ataupun
lisan,sehingga supervisor tidak mengetahui secara langsung kondisi yang ada
dilapangan. Sebagai contoh supervisi timbang terima keperawatan.

Kuesioner
Pertanyaan Kategori f %
Apakah anda mengerti tentang supervisi? Ya 8 100%
Tidak 0 0%
Apakah terdapat jadwal supervisi yang dilakukan di ruangan? Ya 8 100%
Tidak 0 0%
Apakah ada format buku untuk supervisi setiap kali tindakan? Ya 8 100%
Tidak 0 0%
Apakah format supervisi sesuai dengan standar keperawatan? Ya 8 100%
Tidak 0 0%
Apakah hasil supervisi disampaikan ke perawat? Ya 8 100%
Tidak 0 0%

Dari hasil tabulasi data kuesioner supervisi di ruang mawar 100% memahami
tentang supervisi. 100% menyatakan jika terdapat jadwal sepervisi yang dilakukan serta
terdapat format buku untuk supervisi setiap kali tindakan. Menurut hasil kuesioner
100% perawat menyatakan jika format supervisi sesuai dengan standar keperawatan dan
hasil supervisi disampaikan ke perawat.

4.13 Dokumentasi
4.13.1 Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 29 Juli 2021
dengan pembimbing ruangan, menurut pembimbing ruangan dokumentasi adalah suatu
catatan yg memuat seluruh data yg di butuhkan untuk menentukan diagnosis

77
keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan,dan penilaian
keperawatan yg disusun secara sistematis, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan
secara moral dan hukum. Pembimbing ruangan mengatakan bahwa sudah ada format
pendokumentasian yang baku di ruangan yaitu dengan model pendokumentasian Source
Oriented Record (SOR) sehingga dapat membantu dan mempermudah perawat dalam
melakukan pengkajian pada pasien. Menurut pembimbing ruangan model dokumentasi
yang dilakukan di ruang mawar tidak menambah beban ke perawat dan juga tidak
menyita banyak waktu perawat.

Kuesioner
Pertanyaan Kategori f %
Apakah sudah ada format pendokumentasian yang baku di Ya 8 100%
ruangan? Tidak 0 0%
Apakah anda sudah mengerti cara pengisian format Ya 8 100%
dokumentasi tersebut dengan benar dan tepat ? Tidak 0 0%
Apakah menurut anda format yang digunakan ini bisa Ya 8 100%
membantu (memudahkan) perawat dalam melakukan Tidak 0 0%
pengkajian pada pasien ?
Apakah anda sudah melaksanakan pendokumentasian dengan Ya 8 100%
tepat waktu (segera) setelah melakukan tindakan ? Tidak 0 0%
Apakah menurut anda model dokumentasi yang digunakan ini Ya 3 37,5%
menambah beban kerja perawat dan menyita banyak waktu Tidak 5 62,5%
perawat?

Dari hasil tabulasi data kuesioner dokumentasi di ruang mawar 100% perawat
menyatakan jika terdapat format pendokumentasian yang baku di ruang mawar.
Perawat 100% mengerti cara pengisian format dokumentasi dengan benar dan tepat.
Menurut hasil kuesioner menyatakan 100% perawat setuju jika format yang digunakan
saat ini bisa membantu (memudahkan) perawat dalam pengkajian pasien dan juga 100%
perawat sudah melaksanakan pendokumentasian dengan tepat waktu (segera) setelah
melakukan tindakan. Menurut hasil kuesioner 62,5% perawat menyatakan tidak setuju
jika model pendokumentasian yang digunakan saat ini menambah beban kerja perawat
dan menyita banyak waktu perawat.

4.14 Sentralisasi Obat


4.14.1 Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 29 Juli2021
dengan pembimbing ruangan, menurut pembimbing ruangan di
dapatkanbahwaseluruhpasienyangakandirawatdiruangmawarakanditanyakanpersetujuan
dan di lampirkan format persetujuan,tindakan sentralisasi obat dilakukan setiap
pergantian perawat, yang menyiapakan peresepan adalah sesuaijadwal perawat sift
sebelumnya, sentralisasi obat di telakkan di depat pintu masukruang mawar sesuai

78
dengan resep dokter dan di kelompokkan sesuai dengan etikerpasien dan sesuai dengan
obat yang di resepkan dokter. Adapun alat sentralisasiobat menurtu pembimbing
ruangan pada ruang mawar sudah memenuhi standar,pengelompokkan jenis, kamardan
tempat.

Kuesioner
Hasil pembagian kuisioner tentang timbang terima di ruang mawar covid adalah sebagai
berikut :

Tabel Distribusi frekuensi pelaksanaan Timbang Terima di Ruang Mawar Covid

RS Mawar Medika bulan Juli 2021

No Pertanyaan Presentase Presentase Total


Setuju Tidak setuju
1. Apakah di ruangan anda terdapat apakah 100% 7 0% 1 100%
sentralisasi obat ?
2. Apakah selama ini ada format 87,5% 7 12,5% 1 100%
persetujuan sentralisasi obat dari
pasien / keluartga pasien ?
3. Apakah ada format daftar pengadaan 100% 7 0% 0 100%
tiap macam macam abat ( oral – injeksi
– suposituria – infus – insulin – obat
gawat darurat – dll )
4. Apakah selama ini anda memberikan 87,5% 7 12,5% 1 100%
etiker dan alamat pada obat obat
pasien ?
5. Apakah kelengkapan sarana dan 100% 7 0% 0 100%
prasarana pendukung sentralisasi obat
telah lengkap?

Berdasarkan Tabel diatas diperoleh data pelaksanaan sentralisasi oabat di ruang


Mawar didapatkan data bahwa di ruangan terdapat apakah sentralisasi obat sebanyak 8
responden (100%), ruangan mawar mengajuakn format persetujuan sentralisasi obat
dari pasien / keluartga pasien sebanyak 7 responden (87,5%), terdapat format daftar
pengadaan tiap macam macam abat ( oral – injeksi – suposituria – infus – insulin – obat
gawat darurat – dll ) sebanyak 8 responden (100%), perawat ruangan mawar selama ini
memberikan etiker dan alamat pada obat obat pasiensebanyak 7 responden (87,5%),
dan untuk kelengkapan sarana dan prasarana pendukung sentralisasi obat telah lengkap
sebanyak 8 responden (100%).

Analisis SWOT M3 (Method)


A. MPKP

No Bobotx
Analisis SWOT Bobot Rating Hasil
Rating
Internal Faktor

79
STRENGTH
1. MAKP yang diterapkan 0,2 3 0,6 S–W=
sudah sesuai dengan visi 3,6-0=
misi dari rumah sakit 3,6
anwar medika
2. MPKP yang diterapkan di 0,3 4 1,2
ruang mawar adalah
MPKP tim.
3. MPKP yang diterapkan 0,2 3 0,6
diruangan mempermudah
dan tidak menambah
beban pekerjaan perawat
karena lebih efisien
4. Terdapat jobdesk dari 0,3 4 1,2
MPKP
TOTAL 1 3,6 3,6
WEAKNESS
1. 0 0 0
TOTAL 0 0
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY O–T=
1. Terlaksananya 0,5 3 1,5 1,5-1,2=
komunikasi antara 0,3
perawat dan tim
kesehatan lain
TOTAL 0,5
TREATHENED
1. Semakin kritisnya 0,3 4 1,2
masyarakat sehingga
menyebabkan tuntutan
masyarakat tinggi akan
pelayanan kesehatan
yang optimal
TOTAL 0,3 1,2
KESIMPULAN
(S–W) 3,6-0= 3,6
(O–T) 1,5-1,2= 0,3

80
Berdasarkan analisis SWOT untuk MPKP di ruang mawar dalam posisi agresif yang artinya
strategi yang mendukung rumah sakit untuk terus memaksimalkan kekuatan serta peluang
yang ada untuk terus maju meraih kesuksesan yang lebih besar

B. Timbang Terima

No Bobotx
Analisis SWOT Bobot Rating Hasil
Rating
Internal Faktor
STRENGTH
5. Timbang Terima 4 0,3 1,2 S–W=
dilakukan rutin setiap 3,4 – 0,4=
pergantian shift mulai dari 3
ruang nurse station.
6. Penyampaian timbang 4 0,3 1,2
terima sesuai dengan alur
timbang terima sesuai
dengan SOP yang meliputi
jumlah klien, No
Registrasi, diagnosa
medis, keluhan klien,
masalah keperawatan,
intervensi keperawatan,
terapi, dan hasil laborat.
7. Pada saat pembacaan 3 0,2 0,6
timbang terima tim
perawat jaga selanjutnya
mencatat dan melihat
CCTV
8. Timbang terima dilakukan 2 0,2 0,4
menggunakan tradisional
hand over.

81
TOTAL 1 3,4
WEAKNESS
2. Timbang Terima tidak 2 0,2 0,4
dilakukan dengan
melibatkan pasien
secara langsung atau
metode bed side hand
over
TOTAL 2 0,4
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY O–T=
2. Adanya kemungkinan 2 1 2 2,0 – 0,9 =
untuk memperbaruhi 1,1
sistem timbang terima
yang lebih baik dengan
evaluasi secara
berkesinambungan .
TOTAL 1 2,0
TREATHENED
2. Adanya tuntutan yang 3 0,3 0,9
lebih tinggi dari
masyarakat untuk
mendapatkan
pelayanan keperawatan
yang professional.
TOTAL 0,3 0,9
KESIMPULAN
(S–W) 3,4 – 0,4 = 3
(O–T) 2,0 – 0,9 = 1,1

Berdasarkan analisis SWOT untuk timbang terima di ruang mawar dalam posisi agresif
yang artinya strategi yang mendukung rumah sakit untuk terus memaksimalkan kekuatan
serta peluang yang ada untuk terus maju meraih kesuksesan yang lebih besar

82
C. Ronde Keperawatan

No Analisis SWOT Bobotx


Bobot Rating Hasil
Rating
Internal Faktor
STRENGTH
1. Perawat memahami 0,1 4 0,4 S–W=
tentang ronde 2,8-0,75=
keperawatan 0,1 4 0,4 2,05
2. Perawat memahami
manfaat dan tujuan
dilakukannya ronde
keperawatan 0,2 3 0,6
3. Dilaksanakan RDK
sebagai pengganti ronde
keperawatan 0,3 3 0,9
4. 75% RDK dilaksanakan
secara optimal 0,3 3 0,9
5. 75% tim terlibat dalam
pelaksanaan RDK semua
hadir dan menjalankan
tugas sesuai tim
TOTAL 1 2,8
WEAKNESS
1. Di ruang mawar tidak 0,25 3 0,75
terlaksana ronde
keperawatan
TOTAL 0,25 0,75
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY O–T=
1. Terdapat peluang 0,5 3 1,5 1,5-0,75=
kolaborasi dengan 0,75
tenaga kesehatan lain
TOTAL 1,5
TREATHENED
1. Adanya tuntutan yang 0,25 3 0,75
lebih tinggi dari
masyarakat untuk
mendapatkan
pelayanan keperawatan
yang professional.
TOTAL 0,75
KESIMPULAN
(S–W) 2,8-0,75=2,05
(O–T) 1,5-0,75= 0,75

83
Berdasarkan analisis SWOT untuk ronde keperawatan di ruang mawar dalam posisi agresif
yang artinya strategi yang mendukung rumah sakit untuk terus memaksimalkan kekuatan
serta peluang yang ada untuk terus maju meraih kesuksesan yang lebih besar

D. Discharge Planning

No Analisis SWOT Bobotx


Bobot Rating Hasil
Rating
Internal Faktor
STRENGTH
1. Dilaksanakan prosedur 0,3 4 1,2 S–W=
skrining sebelum pasien 2,8-0=
MRS di ruang covid 2,8
2. 100% perawat memahami 0,1 3 0,3
tentang discarge planning
3. 100% perawat 0,2 3 0,6
melaksanakan discharge
planning dari pasien
masuk sampai pasien
keluar
4. 87,7% perawat 0,1 2 0,2
menyetujui jika terdapat
pembagian tugas tentang
perencanaan pulang
5. 87,5% perawat 0,2 2 0,2
menyetujui jika di
ruangan terdapat media
brosur/leafled yang
mencukupi dan sesuai
dengan kasus yang
muncul di ruangan
6. Perawat penggunakan 0,1 3 0,3

84
bahasa indonesia dan
bahasa jawa sehingga
discharge planning
difahami dengan mudah
oleh pasien
TOTAL 1 2,8
WEAKNESS
1. 0 0 0
TOTAL 0 0
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY O–T=
1. Kemampuan 0,3 3 0,9 0,9-2=
pasien/keluarga terhadap -1,1
anjuran perawat
TOTAL 0,3 0,9
TREATHENED
1. Adanya tuntutan 0,5 2 1
masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang
professional
2. Makin tingginya 0,5 2 1
keingintahuan
klien/keluarga/masyarakat
tentang penyakit
TOTAL 1 2
KESIMPULAN
(S–W) S – W = 2,8-0= 2,8
(O–T) O – T = 0,9-2= -1,1

85
Berdasarkan analisis SWOT untuk discharge planning di ruang mawar dalam posisi
diversifikasi yang artinya meskipun rumah sakit menghadapi suatu ancaman, rumah sakit
masih memiliki kekuatan dari segi internal strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada

E. Supervisi

No Bobotx
Analisis SWOT Bobot Rating Hasil
Rating
Internal Faktor
STRENGTH
1. Perawat memahami 0,2 3 0,6 S–W=
tentang supervisi 3-0=
2. Terdapat jadwal 0,3 3 0,9 3
dilaksanakannya supervisi
3. Terdapat format buku 0,2 3 0,6
untuk supervisi setiap
tindakan
4. Hasil supervisi 0,3 3 0,9
disampaikan kepada
perawat
TOTAL 1 3
WEAKNESS
1. 0 0 0
TOTAL 0 0
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY O–T=
1. Terdapat jadwal supervisi 0,3 3 0,9 1,5-1=
untuk meningkatkan tugas 0,5
secara efisien
2. Jika jadwal pelaksanaan 0,3 2 0,6
supervisi terlaksana maka
akan meminimalisir
kesalahan dalam
melaksanakan tugas
TOTAL 0,6 1,5
TREATHENED
1. Pesaing antar RS akan 0,5 2 1
kualitas pelayanan
keperawatan
TOTAL 0,5 1
KESIMPULAN
(S–W) 3-0 = 3
(O–T) 1,5-1= 0,5

86
Berdasarkan analisis SWOT untuk supervisi di ruang mawar dalam posisi agresif yang
artinya strategi yang mendukung rumah sakit untuk terus memaksimalkan kekuatan serta
peluang yang ada untuk terus maju meraih kesuksesan yang lebih besar

F. Dokumentasi

No Analisis SWOT Bobotx


Bobot Rating Hasil
Rating
Internal Faktor
STRENGTH
1. Perawat memahami 0,1 3 0,3 S–W=
tentang 3,3-0=
pendokumentasian 0.3 4 1,2 3,3
2. Menggunakan model
SOR sebagai format baku
pendokumentasian 0,2 3 0,6
3. Perawat memahami cara
pengisian format
dokumentasi dengan
benar dan tepat
4. Perawat melaksanakan 0,3 3 0,9
pendokumentasian dengan
tepat waktu (segera)
setelah melakukan
tindakan
5. Format pendokumentasian 0,1 3 0,3
tidak menambah beban
kerja perawat dan tidak
menyita banyak waktu
perawat
TOTAL 1 3,3
WEAKNESS
1. 0 0 0
TOTAL 0 0

87
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY O–T=
1. 0 0 0 0
TOTAL 0 0
TREATHENED
1. 0 0 0

TOTAL 0 0
KESIMPULAN
(S–W) 3,3
(O–T) 0

Berdasarkan analisis SWOT untuk dokumentasi di ruang mawar dalam posisi agresif yang
artinya strategi yang mendukung rumah sakit untuk terus memaksimalkan kekuatan serta
peluang yang ada untuk terus maju meraih kesuksesan yang lebih besar

G. Sentralisasi Obat

No Analisis SWOT Bobotx


Bobot Rating Hasil
Rating
Internal Faktor
STRENGTH
1. Terdapat senralisasi obat 0,2 4 0,8 S–W=
di ruangan mawar 3,9-1,6=
2. Keluarga sudah mengisi 0,1 3 0,3 2,3
form persetujuan secara
sentral ketika MRS
3. Ruangan memberikan 0,2 4 0,8
etiker, alamat, dan jenis
oabat pada kotak obat
pasien
4. Sentralisasi obat sudah 0,2 4 0,8

88
sesuai dengan standar,
menggunkan standar dari
Nursalam 2007
5. Pengecekan obat di 0,1 4 0,4
lakukan setiap pergantian
sift
6. Sarana sentralisasi obat 0,2 4 0,8
sudah terpenuhi
TOTAL 1 3,9
WEAKNESS
2. Peresepan obat di lakukan 0,2 4 0,8
olehperawat sebelum
pergantian sift
3. Ruang mawar tidak 0,2 4 0,8
memiliki ruang obat
terpisah
TOTAL 0,4 1,6
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY O–T=
2. Adanya kerja sama yang 1 4 4 4-1,5=
baik antara perawat 2,5
ruangan dan pihak farmasi
TOTAL 1 4
TREATHENED
2. Adanya tuntutan 0,5 3 1,5
masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang
professional
TOTAL 0,5 1,5
KESIMPULAN
(S–W) S – W = 3,9-1,6=2,3
(O–T) O – T = 4-1,5=2,5

89
Berdasarkan analisis SWOT untuk sentralisasi obat di ruang mawar dalam posisi agresif
yang artinya strategi yang mendukung rumah sakit untuk terus memaksimalkan kekuatan
serta peluang yang ada untuk terus maju meraih kesuksesan yang lebih besar

90
5.1 Analisa SWOT M4 (Money)

Faktor Strategi Internal Bobot Skor Skor x Bobot


Strength (Kekuatan)

B. Untuk karyawan 4 0,2 0,8


tetap gaji sudah
UMR

C. Sumber dana 4 0,2 0,8


diruang mawar
covid yaitu dari
kemenkes

D. Gaji dan reward


perawat diberikan 3 0,2 0,6
oleh kemekes yang
langsung di transfer
ke rekening perawat.

E. Perawat menerima 3 0,4 1,2


tunjangan 1 tahun
sekali dan
diberikann 1 minggu
sebelum hari natal.
Total 1 3,4
Weakness (Kelemahan)
-
Total
Opportunities (Peluang)

1. Tarif kamar dan 3 0,5 2


biaya perawatan
diruang mawar
covid semua
ditanggung oleh
kemenkes
2. Tidak ada kesulitan
dalam pencairan
anggaran di setiap 3 0,5 1,5
program yang telah
direncanaka.

Total 1 3,5
Threats (Ancaman)
Tidak terdapat ancamann

Total
Kesimpulan

(S-W) 3,8-0 = 3,4

(O-T) 3,5-0 = 3.5

91
92
3.5 3.5

2.5

1.5

0.5
Title

0
-3.5 -3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Y-Values
-0.5

-1

-1.5

-2

-2.5

-3

-3.5

Axis T

Kesimpulan :

Strategia gresif (positif - Positif) atau memungkinkan untuk tetap melakukan kegiatan yang
dapat memperbesar pertumbuhan.

6.1 M5 (Marketing)

6.1.1 Definisi Marketing

Market atau pasar adalah tempat dimana organisasi menyebarluaskan (memasarkan

produknya). Memasarkan produk barang tentu penting sebagai bahan apabila barang yang

diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti.Pemasaran rumah

sakit adalah suatu perencanaan, implementasi dan kontrol terhadap program yang telah

dirancang guna meningkatkan penjualan jasa kesehatan yang di sediakan oleh rumah

93
sakit yang nantinya menghasilkan keuntungan atau laba sesuai harapan manajemen rumah

sakit(Nursalam, 2014).

6.1.3 Faktor kunci keberhasilan dari pemasaran

a. Adanya subbag marketing dalam struktur organisani suatu rumah sakit

b. Adanya visi dan misi

c. Status rumah sakit yang profit

d. Adanya upaya pemasaran yang telah dilaksanakan di rumah sakit

e. Tersedianya fasilitas medis dan non medis yang memadai

6.1.4 Mutu Pelayanan Keperawatan

Upaya penilaian (evaluasi) pelayanan rumah sakit meliputi banyak sekali indikator
yang dijadikan standar. Indikator yang paling sering digunakan sebagai standar peningkatan
kualitas mutu pelayanan di rumah sakit adalah sebagai berikut (Kemenkes, 2017):

1. Bed Occupancy Rate (BOR)

Bed Occupancy Rate (BOR) yaitu prosentase pemakaian tempat tidur pada satu
satuan waktu tertentu, indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit.

Rumus :

Jumlah hari perawatan rumah sakit


X 100%
Jumlah TT X Jumlah hari dalam satuan waktu

Nilai parameter dari BOR ini idelanya antara 60 - 85%

2. Average Length of Stay (AvLOS)

Average Length of Stay (AvLOS) merupakan rata-rata lama rawatan seorang


pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu
yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut).

Rumus :

Jumlah hari perawatan pasien keluar

Jumlah pasien keluar ( hidup + mati )

94
Nilai parameter dari AvLOS ini idelanya antara 6-9 hari.

3. Bed Turn Over (BTO)

Bed Turn Over (BTO) diartikan sebagai frekuensi pemakaian tempat tidur,
berapa kali dalam satu satuan waktu tertentu (biasanya 1 tahun) tempat tidur di
rumah sakit dipakai.Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi dari pada
pemakaian tempat tidur.

Rumus :

Jumlah pasien keluar ( hidup + mati )

Jumlah tempat tidur

Idealnya selama satu tahun, 1 tempat tidur rata-rata dipakai 40 – 50 kali.

4. Turn Over Interval (TOI)

Turn Over Interval (TOI) yaitu rata-rata hari, tempat tidur tidak ditempati dari
saat terisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat
efisiensi dari pada penggunaan tempat tidur.

Rumus :

Jumlah TT X hari-hari perawatan rumah sakit

Jumlah pasien hidup + mati

Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1 – 3 hari.

5. Net Death Rate (NDR)

Net Death Rate (NDR) diartikan sebagai angka kematian ≥ 48 jam setelah
dirawatuntuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini dapat memberikan
gambaran mutupelayanan di rumah sakit.

Rumus :
Jumlah pasien mati > 48 jam dirawat
X 100 %
Jumlah pasien (hidup + mati)

95
Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolelir adalah kurang dari 25/1000
penderita keluar.

6. Gross Death Rate (GDR)

Gross Death Rate (GDR) adalah angka kematian umum untuk tiap-tiap 1000
penderita keluar.

Rumus :

Jumlah pasien mati seluruhnya


X100 %
Jumlah pasien (hidup + mati)

Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari £45/1000 penderita keluar.

6.1.5 KeselamatanPasien

Berdasarkan sasaran Keselaatan Pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh standart

Akreditasi Rumah sakit Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan JCI Acreditation, maka sasaran

tersebut meliputi 6 elemen berikut :

a. Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien


 Pasien diidentifikasi menggunakan 2 identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obar, darah, atau produk darah.
 Pasien didientifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedure
 Kebijakan dan prosedure mendukung praktik identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.
b. Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)
 Perintah lisan dan yang memilalui telepon ataupun hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima parintah atau hasil pemeriksaan
tersebut.
 Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
 Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu dalam
melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikaso lisan melalui
telepon.

96
c. Sasaran III : Peningkatan kemanan obat yang perlu diwaspadai
(highalertmedication)
 Kebijakan dan atau prosedur dikembankan untuk menatur identifikasi,
lokasi, pemebrian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu
diwaspadai.
 Kebijkan dan prosedure diimplementasikan.
 Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
 Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label
yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses.
d. Sasaran IV : Kepastian tepat lokasi, tepat prosedure, tepat pasien operasi.
 Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk
identifikasi lokasi dan melibatkan pasien dalam proses
penandaan/pemberian tanda.
 Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
melakukan verifikasi praoperasi tepat lokasi, tepat prosedure, dan tepat
pasien, dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,
tepat/benar, dan fungsional.
 Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/mendokumnetasikan
prosedure sign in (sebelum induksi) , sebelum insisi/time-out tepat sbelum
dimulainya suatu prosedure/tindakan pembedahan dan sign out.
 Kebijakan dan prosedure dikembangkan untuk mendukung kesegaman
proses guna memastikan tepat lokasi, tepat prosedure, dan tepat pasien
termasuk prosedure medis dan tindakan penobatan gigi/dental yang
dilaksanakan di luar kamar operasi.
e. Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
 Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang baru-baru ini diterbutkan dan sudah diterima secraa umum
(antara lain dari WHO Patient Safety).
 Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
 Kebijakan dan atau prosedure dikembangkan untuk mendukung
pengurangan secara berkelanjutan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan.
f. Sasaran VI : Penguranagn resiko pasien jatuh.

97
 Rumah sakit menerapkan proses assesment awal resiko pasien jatuh dan
melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan.
 Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asaament dianggap beresiko.
 Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara
tidak disengaja.
 Kebijakan dan atau prosedure mendukung pengurangan berkelanjutan dari
resiko cedera pasien akibat jatuh di rumah sakit.
Indikator keselamatan pasien, sebagimana dilaksanakan di SHG (Singapore

General Hospital, 2006) meliputi :

1. Pasien jatuh disebabkan kelalaian perawat, kondisi kesadaran pasien, beban kerja
perawat, model tempat tidur.
2. Pasien melarikan diri atau pulang paksa, disebabkan kurangnya kepuasan pasien,
tingkat ekonomi pasien, respon perawat terhadap pasien, dan peraturan rumah
sakit.
3. Clinical incident diantarnya jumlah pasien flebitis, jumlah pasien ulkus dekubitus,
jumlah pasien pneumonia, jumlah pasien tromboli, dan jumlah pasien edema paru
karena pemberian cairan yang berlebih.
4. Sharp injury, meliputi bekas tusukan infus yang berkali-kali, kurangnya
ketrampilan perawat, dan komplain pasien.
5. Medication indicator, meliputi tepat jenis obat, dosis, pasien, cara pemberian, dan
waktu pemberian.
6.1.6 Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja

(atau hasil) yang dia rasakan dibanding dengan harapannya(Kotler, 2007).Menurut Gerson

(2004), Kepuasan pasien adalah persepsi pasien bahwa harapannya telah terpenuhi atau

terlampaui.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhikepuasanpasien :

1. Tangibles (Wujud nyata) adalah wujud langsung yang meliputi fasilitas fisik, yang

mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM

perusahaan dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang diberikan.

98
2. Reliability (kepercayaan) adalah pelayanan yang disajikan dengan segera dan

memuaskan dan merupakan aspek – aspek keandalan system pelayanan yang

diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan

rencana, kepedulian perusahaan kepada permasalahan yang dialami pasien, keandalan

penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu pelayanan sesuai dengan janji yang

diberikan keakuratan penanganan.

3. Responsiveness (tanggung jawab) adalah keinginan untuk membantu dan

menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen. Hal ini meliputi kejelasan informasi

waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan administrasi,

kesediaan pegawai dalam membantu konsumen, keluangan waktu pegawai dalam

menanggapi permintaan pasien dengan cepat.

4. Assurance (jaminan) adalah adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan memberikan

jaminan keamanan yang meliputi kemampuan SDM, rasa aman selama berurusan

dengan karyawan, kesabaran karyawan, dukungan pimpinan terhadap staf.

5. Empathy (empati) adalah berkaitan dengan memberikan perhatian penuh kepada

konsumen yang meliputi perhatian kepada konsumen, perhatian staf secara pribadi

kepada konsumen, pemahaman akan kebutuhan konsumen, perhatian terhadap

kepentingan konsumen, kesesuaian waktu pelayanan dengan kebutuhan konsumen

(Nursalam, 2014).

6.1.7 Kenyamanan (Nyeri)

Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan sistem saraf untuk mengubah

berbagai stimulus mekanis, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke

sistem saraf pusat. Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang akan

muncul bila jaringan tubuh rusak, sehingga individu akan bereaksi atau berespons untuk

menghilangkan mengurangi rangsang nyeri.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri :


1. Anti nyeri terhadap individu
2. Toleransi individu terhadap nyeri

99
3. Ambang nyeri
4. Pengalaman lampau
5. Lingkungan
6. Usia
7. Kebudayaan
8. Kepercayaan
9. Kecemasan dan stress
b. Angkatatalaksananyeri :
 Persentase pasien nyeri yang terdokumentasi dalam askep:
Jumlah total pasien nyeri yg terdokumentasi × 100%
Jumlah total pasien per periode waktu tertentu
 Persentase tata laksana pasien nyeri:
Jumlah total tindakan per respons nyeri ×100%
Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri skala = 4 per periode tertentu
 Angka kenyamanan pasien:
Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol ×100%
Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri per periode tertentu
c. Skalanyeri :
0 = tidak nyeri
4.6 = nyeri ringan
4-6 = nyeri sedang
7-10 = nyeri berat
6.1.8 Kecemasan

Kecemasan merupakan reaksi pertama yang muncul atau dirasakan oleh pasien dan
keluarganya di saat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa terencana begitu mulai
masuk rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai pasien dan keluarganya dalamsetiap
tindakan perawatan terhadap penyakit yang diderita pasien. Cemas adalah emosi dan
merupakan pengalaman subjektif individual, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit
untuk diobservasi secara langsung. Perawat dapat mengidentifikasi cemas lewat perubahan
tingkah laku pasien.
Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang mengancam
keutuhan serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk perilaku seperti rasa
tidak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, fobia tertentu. Kecemasan muncul bila ada
ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan
harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi.

Kuesioner Marketing (M5)

100
1. Apakah RS Anwar Medika memiliki tim marketing tersendiri?
a. Ya
b. Tidak
2. Apausaha yang dilakukanruanganuntukmeningkatkanmutupelayananpasien ?

3. Bagaimana target capaiandarisasaran keselamatan pasien di rumah

sakitdanberapapersen target yang harusdicapai ?

4. Bagaimanacaramengukurkepuasaanpasiendanberapa target kepuasanpasien yang

harusdicapai ?

5. Bagaimana prosedur di rumah sakit dalam mengidentifikasi keluhanpasien ?

6. Apakah unit penjaminan mutu sudah bekerja dengan optimal yang sesuaidengan

target ketercapaiandarirumahsakit?

7. Bagaimanakah gambaran mutu pelayanan di ruangan :

a) Berpakah kenaikan kasus pasien covid-19 pada 1 minggu terakhir ?

b) Berapa lama rata- rata waktu perawatan pasien covid-19 di ruangan Mawar ?

c) Berapa jumlah angka kematian pasien covid-19 di ruang Mawar ?

6.1.9 HasilPengkajian M5 (Marketing)

Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Mawar dengan Wawancara CI RSU Anwar

Medika pada tanggal 29 Juli 2021 didapatkan data sebagai berikut

untukmeningkatkanmutupelayananpasienperawat selalu memberikan pelayan sesuai SOP

,selalu memprivasi setiap penyakit yang di derita pasien , memberikan pelayan yang baik

untuk setiap pasien dan selalu memberikan informasi terkait perkembangan pasien tersebut

agar keluarga tidak cemas dikarenakan di ruang mawar dengan pasien covid tidak boleh di

tunggu dengan keluarga ,tetapi rumah sakit masih mengizinkan keluarga pasien menjenguk

pasien di ruangan tetapi dibatasi dengan waktu Pagi mulai pukul 08.00-10.00, Sore mulai

pukul 16.00-18.00. Sehingga pasien merasa lebih semangat hidup jika bisa bertemu

keluarga meskipun waktunya tidak lama dan kekhawatiran kelurga juga berkurang.

Target capaian dari Sasaran Keselamatan Pasien dari hasil pengkajian didapatkan

bahwa target capaian dari sasaran keselamatan pasien sudah terpenuhi karena ruang mawar

dengan pasien covid ini adalah pasien dengan total care sehingga perawat bergantian

101
mengawasi setiap pergerakan pasien dengan melihat dari cctv / dari kaca penyekat agar

memudahkan perawat melihat setiap pasien dan pasien dengan resiko jatuh di berikan

sabuk pengaman pada bed untuk mengantisipasi agar pasien tidak jatuh.

Target kepuasaan pasien di ruang Mawar belum terpenuhi karena untuk ruang Mawar

belum dilakukan pembagian kuesioner kepada pasien untuk mengobservasi tingkat

kepuasan pasien hanya saja mengedukasikan evaluasi saran dan kritik kepada keluarga

melalui via whatsapp dan selalu memberikan setiap perkembangan pasien kepada keluarga

sehingga keluarga pasien mengetahui setiap perkembangan pasien tersebut dan perawat

selalu membersihkan tubuh pasien dengan menyeka tubuh pasien agar tetap bersih dan

segar dan mengganti pampers pasien setiap harinya.

Untukmengindentifikasi keluhan pasien dengan lebih memfokuskan dalam

mengawasi saturasi pasien karena setiap hari saturasi pasien tidak menentu terkadang bisa

80 bahkan bisa dibawah 80 disitu perawat segera mungkin mengambil tindakan agar

saturasi pasien tetap membaik dan stabil. Tetapi jika kondisi pasien kritis pasti selalu

memberikan informasi kepada keluarga pasien agar tetap bisa mengetahui kondisi pasien

setiap harinya.

Unit penjaminan rumah sakit dengan pasien covid-19 di tanggung oleh KEMENKES

dan sudah berjalan secara optimal sampai pasien dikatakan saturasi baik, swab antigen

negatif bisa di pulangkan tetapi jika mempunyai riwayat penyakit yang lain bisa di

pindahkan ke ruang rawat inap biasa dengan BPJS. RSU Anwar Medikajugamemiliki

kerjasama dengan beberapaasuransi dan perusahaan.

6.1.10 Analisis SWOT M 5 (Market)

M5 (MARKET) Bobot Rating BxR Hasil

STRENGTH
1. Letak RSU ANWAR 3 0,10 0,3 S–W=
MEDIKA yang strategis 2,66- 2,5=
0,16

2. Berdasarkanhasilwawanc
aramelalui WA Pihak RS 2 0,10 0,2

102
memilikikerjasamadenga
nberbagaiasuransi
3. Berdasarkanhasilwawanc
aramelalui WA 2 0,10 0,2
&Memiliki website
promosiresmiyaituwww.a
nwarmedika.com
4. Berdasarkanwawancaram
elaluiwapihakRS target 4 0,20 0,8
pencapaimutupelayananse
suai target
RuanganMawaradalahrua
5. nganbarudibukasaat 4 0,15 0,16
pandemic Covid 19

Perawat yang berada di 3 0,20 0,6


6. ruang Mawar melakukan
semua tindakan dengan
SOP yang sudah ada

7. Sasaran pasien safety 4 0,10 0,4


dilakukan sesui prosedur.

TOTAL 22 1 2,66
WEAKNES

1. Berdasarkanhasilwawanc
aramelalui WA, 2 0,25 1
cekwebsite Adanya media
komunikasi yang
semakincanggih,
sehinggamemudahkanunt
uk complain
danmenyebarluaskankem
asyarakatdalam media
social.

2. Dari
hasilwawancarasaatpengk 2 0,25 1,5
ajianuntuktingkatkepuasa
npasientidakdapat di
kajikarnakuesionertidakd
apat di bagikepasien

TOTAL 9 1 2,5

103
OPPORTUNITY
1. Adanya kerjasama 4 0,50 2
dengan asuransi dan
perusahaan
O – T=
2. 4 0,50 2 4-3 = 1
RuanganMawaradalahrua
nganbarunamunterjadipen
ingkatanpasiendalam 2
mingguterakhir

TOTAL 8 1 4
TREATHENED

1. Persaingan antar RS 3 1 3
setempat dalam
memberikan pelayanan
keperawatan.

TOTAL 3 1 3

104

Anda mungkin juga menyukai