Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif

dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen juga diartikan

sebagai suatu organisasi bisnis yang memfokuskan pada produksi dan dalam

banyak hal lain untuk menghasilkan suatu keuntungan. Manajemen mencakup

semua kegiatan terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencakup tujuan

organisasi (Grant & Massey, 1999 dalam Nursalam, 2002). Manajemen

keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga dari pada seorang

pegawai, maka setiap tahapan didalam proses manajemen lebih rumit

dibandingkan proses keperawatan. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep

tentang pengelolaan bahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan, yang

berupa rencana strategis melalui pendekatan: pengumpulan data, analisis SWOT

dan penyusunan langkah- langkah perencanaan, pelaksanaan secara operasional,

khususnya dalam pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

dan melakukan pengawasan dan pengendalian (Nursalam, 2002).

Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus sebagai suatu

tuntutan kualitas pelayanan keperawatan pada saat ini yang melibatkan

pengetahuan, ketrampilan dan perilaku dari para praktisi, klien, keluarga dan

dokter. Saat mendefinisikan kualitas keperawatan, perlu diperhitungkan nilai-nilai

dasar keyakinan para perawat serta cara mengorganisasikan asuhan keperawatan

tersebut. Latar belakang dalam pemberian tugas dalam mutu asuhan yang

berorientasi teknik, mungkin akan didefinisikan cukup berbeda dengan


keperawatan yang lebih holistik dan ada kemungkinan bahwa metode

keperawatan hanya merupakan prosedur dan teknik bukannya interpersonal dan

kontekstual yang berkaitan dengan mutu asuhan. Model pemberian asuhan

keperawatan yang saat ini sedang menjadi trend dalam keperawatan Indonesia

adalah Model Asuhan Keperawatan Profesional dengan metode pemberian asuhan

keperawatan Kasus. Mengenai model keperawatan ini salah satu kritik yang

dikemukakan adalah bentuk yang terlalu komplek dan teoritis sehingga akan dapat

memotivasi perawat untuk memperjelas keyakinan dan pekerjaannya, dapat

meningkatkan kemampuan perawat dalam mendiskusikan masalah dengan lebih

terbuka untuk membantu para perawat lebih bertanggung gugat secara profesional

terhadap tindakan.

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 18-23 November 2019 di

Ruang Instlasi Gawat Darurat didapatkan bahwa Model Asuhan Keperawatan

Profesional (MAKP) yang dilaksanakan adalah MAKP Kasus. Pelaksanaan

MAKP yaitu dilakukan dengan membagi tenaga keperawatan menjadi 4 tim setiap

tim terdiri dari 1 Katim dan beberapa PP dengan kepala ruangan berpendidikan S1

Keperawatan yang berpengalaman dan telah mengikuti bermacam pelatihan,

Katim adalah lulusan S1 Keperawatan dan DIII keperawatan. Perawat Associate

(perawat pelaksana) juga lulusan DIII Keperawatan, DIII kebidanan. Berdasarkan

hasil quesioner pada point M3 (Methode) mengenai MAKP pada tanggal 18-23

November dari 12 perawat Ruang Instalasi Gawat Darurat didapatkan 100 %

perawat berpendapat bahwa MAKP yang digunakan di ruangan adalah MAKP

Kasus.

Berdasar fenomena diatas, maka kami mencoba menerapkan


Model Praktek keperawatan Profesional dengan metode pemberian asuhan
keperawatan Kasus, dimana pelaksanaanya melibatkan 12 pasien Ruang Instalasi
Gawat Darurat di Rumah Sakit Dian Husada bekerjasama dengan perawat yang
bertugas di ruang tersebut.

1.2 Tujuan

1.2.1. TujuanUmum

Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa

diharapkan dapat menerapkan prinsip- prinsip manajemen keperawatan dengan

menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus.

1.2.2. TujuanKhusus

Setelah melakukan praktek klinik manajemen keperawatan, mahasiswa mampu:

1. Melaksanakan pengkajian di Ruang Instalasi Gawat Darurat

2. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT.

3. Menentukan rumusan masalah.

4. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil

pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional meliputi timbang

terima, ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervise keperawatan,

discharge planning, dokumentasi keperawatan, penerimaan pasien baru.

1.3 Manfaat

1. Bagi pasien

Tercapainya kepuasan klien yang optimal.

2 Bagi perawat

a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.


b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim

kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.

c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.

d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.

3 Bagi rumah sakit

Dapat menerapkan model asuhan keperawatan profesional yang mencakup

timbang terima, ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi keperawatan,

discharge planning, dokumentasi keperawatan dan penerimaan pasien baru.


BAB II
PENGKAJIAN

2.1. Gambaran Umum


Rumah Sakit Dian Husada adalah Rumah Sakit umum milik Swasta dan
merupakan salah satu rumah sakit tipe D yang terletak di wiliyah Mojokerto, Jawa
Timur. Rumah sakit ini memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang
didukung Layanan Dokter Spesialis serta ditunjang dengan fasilitas medis lainnya.
Rumah Sakit Umum Dian Husada dibangun pada Tahun 2012 yang di
tetapkan oleh Yayasan Lembaga Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan Mojokerto
Berdasarkan Surat Keputusan Nomor : 003/SK/YLP2KM/VIII/2016.

2.2. Visi, Misi, Motto


2.2.1. Visi
Terwujudnya Rumah sakit trauma dan pusat pelayanan kesehatan bagi
masyarakat Mojokerto 2031.
2.2.2. Misi
1.Mewujudkan sumber daya manusia yang loyal dan profesional.
2.Memberikan pelayanan kesehatan profesional sesuai standart profesi.
3.Memberikan Pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan
memuaskan serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
2.2.3. Motto
Layananku Pengabdianku

2.3. Pengumpulan Data


Pengumpulan data diambil Tanggal 18 – 23 November 2019, meliputi
Ketenagaan, sarana dan prasarana, metode, keuangan dan Mutu pelayanan. Data
yang didpat dianalisis menggunakan Analisis SWOT sehingga diperoleh beberapa
rumusan masalah, kemudian dipilih satu sebagai prioritas masalah.
2.3.1. Tenaga dan pasien (M1-Man)

1. Struktur Ruangan Instalasi Gawat Darurat

Instalasi Gawat Darurat dipimpin oleh Kepala Ruangan dan dibantu oleh 4
kepala Tim, 7 perawat pelaksana, 4 Bidan Ponek. Adapun struktur Instalasi
Gawat Darurat dilakukan pada Tanggal 18 November 2019 diperoleh data
mengenai ketenagaan meliputi :

2. Struktur MAKP Instalasi Gawat Darurat

Kepala IGD

dr.Devi Ayu Wulandari

Kepala Ruangan

Yus Alfiansyah

PJ Shift 4
PJ Shift 1 PJ Shift 2 PJ Shift 3
Resky
Eka Ratna Ari Juniardi Laili F
Wicaksono

PP PP PP
PP
- M.Risky Bagus -Ita raudatul -Irfatul
- Dita Setiawan
- Adi Y -Devi P -Nina Islamiyah

Bidan ponek Bidan ponek Bidan ponek Bidan ponek

Ikrima Sri utami Ririn W Widi Muji R


Tabel.1 Struktur MAKP Instalasi Gawat Darurat

Tabel 2.1 Tenaga Keperawatan di ruang IGD RS Dian Husada

No Nama Jenis Masa Pelatihan yang Jabatan


Pendidikan kerja pernah diikuti
1. YA Non Skep.Ns 3 tahun BTCLS Kepala
PNS Ruangan
2. ER Non Skep.Ns 3 tahun BTCLS PJ SHIFT 1
PNS
3. AJ Non D3 Kep 2 tahun BTCLS PJ SHIFT 2
PNS
4. LF Non D3 Kep 2 tahun BTCLS PJ SHIFT 3
PNS
5. RW Non D3 Kep 3 tahun BTCLS PJ SHIFT 4
PNS
6. MR Non D3 Kep 8 bulan BTCLS, PP
PNS Dokumentasi
gadar
7. AY Non D3 Kep 3 tahun BTCLS PP
PNS
8. IR Non D3 Kep 23 BTCLS PP
PNS bulan
9. DP Non D3 Kep 23 BTCLS PP
PNS bulan
10 I Non D3 Kep 23 BTCLS PP
PNS bulan
11. NI Non D3 Kep 23 BTCLS PP
PNS tahun
12. DS Non Skep.Ns 9 bulan BTCLS, pelatihan PP
PNS Rawat luka
13. IK Non D3 Keb 3 tahun APN Bidan Ponek
PNS
14. SU Non D3 Keb 23 APN, CTU Bidan Ponek
PNS bulan
15. RW Non D3 Keb 10 APN Bidan Ponek
PNS bulan
16. WM Non D3 Keb 3 tahun APN Bidan Ponek
PNS
Data Jumlah perawat di ruang IGD yang mengikuti pelatihan pada tahun 2019.

No Jenis Pelatihan Jumplah Perawat Persen ( % )


(orang)
1 BTCLS 12 66,6 %
2 Dokumentasi Gadar 1 5,6 %
3 Rawat Luka 1 5,6 %
4 APN 3 16,6 %
5 CTU 1 5.5 %
Jumlah : 100 %

3. Tenaga Non Keperawatan

Tabel 2.2 Tenaga Non Keperawatan di Ruang IGD RS Dian Husada

No Kualifikasi Jumlah Jenis


1. Satpam IGD 1 Non Medis
2. Admin 1 Non Medis
3. Cleaning servis 3 Non Medis

Tenaga Praktek Mahasiswa

No Kualifikasi Jumlah Masa Praktek Jenis


Mahasiswa S1 14 18 November Praktek Klinik
Keperawatan STIKES – 23 Management
Dian Husada Mojokerto. November
2019

4.Tenaga Non Keperawatan


Tabel 2.2 Tenaga Non Keperawatan di Ruang IGD RS Dian Husada

No Kualifikasi Jumlah Jenis


1. Satpam IGD 1 Non PNS
2. Admin 1 Non PNS
3. Cleaning servis 3 Out sourcing

Di ruang IGD tingkat pendidikan berfariasi mulai S1 keperawatan terdiri


dari 3 orang, D3 keperawatan 9 orang(4 orang sedang dalam proses pendidikan S1
keperawatan), D3 kebidanan 4 orang, satpam IGD 1 orang, Admin 1 orang,
Cleaning servis 3 orang. Hampir seluruh perawat di IGD sudah mendapatkan
berbagai pelatihan yang di berikan seperti ASKEP (Asuhan Keperawatan),
BTCLS (Basic Training Cardiac Life Support), APN (Asuhan Persalinan
Normal), pelatihan rawat luka, dokumentasi gadar, CTU (Pelatihan Contraseption
Technology Uptodate).

5.Tenaga Medis di Ruang IGD RS Dian Husada


Tabel 2.3 tenaga medis di ruang IGD RS Dian Husada

No Kualifikasi Jumlah
1 Dokter Umum* 5
Keterangan :

*Dokter yang bertanggung jawab setiap hari.

6.Data Jumplah perawat di ruang IGD yang mengikuti pelatihan pada tahun 2019.
No Jenis Pelatihan Jumplah Perawat Persen ( % )
(orang)
1 BTCLS 12 66,6 %
2 Dokumentasi Gadar 1 5,6 %
3 Rawat Luka 1 5,6 %
4 APN 3 16,6 %
5 CTU 1 5.6 %
Jumlah : 100 %

Dari hasil pengkajian di atas dapat di simpulkan bahwa jumlah perawat


yang mengikuti pelatihan di runag IGD paling banyak adalah pelatihan BTCLS
66,6%, APN 16,6%, Dokumentasi gadar 5,6%, rawat luka 5,6%, CTU 5,6%.
Tenaga keperawatan yang ada banyak yang belum mengikuti pelatihan lainnya.
Selain itu untuk kualifikasi sebagai sebuah parameter peningkatan pelayanan
masih belum memadai, karena baru 3 orang yang mempunyai jenjang pendidikan
S1 keperawatan. Kemampuan dalam bidang keperawatan maupun kolaborasi
dengan tenaga medis lain, pada umumnya perawat di ruang IGD mempunyai
kemampuan yang bagus. Karena kolaborasi yang terbangun dengan petugas medis
lain sangat baik. Dari segi kedisiplinan, keinginan untuk berubah, ketepatan dalam
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai standart cukup baik. Kegiatan dalam
perawatan, seperti pemasangan infus dan pengambian darah sudah menggunakan
universal percautiio.

7.Rencana Pengembangan Staff Tahun 2019 ?


8.Presentase Kasus Terbanyak Di Ruang IGD RS Dian Husada Bulan Oktober
2019

No Klasifikasi Penyakit Jumlah Presentase


1 Type 1 diabetes melitus with 170 20,5 %
circulation complications
2 Fever, unspecified site 113 13,5%
3 Osteoarhritis , unspecified 107 12,8%
site
4 Late pregnancy 103 12,4%
5 Heart failure 87 10,5%
6 Nausea and vomiting 64 7,7%
7 Stroke 62 7,5%
8 Other specified diabetes 61 7,3%
melitus with other specified
complications
9 Functional dyspepsia 32 3,9%
10 Infectious gastroenteritis and 32 3,9%
colitis ,unspecified.
Jumlah 100%

9.Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga perawat :


Kebutuhan tenaga perawat di ruang IGD dari hasil pengkajian adalah sebagai
berikut :

a. Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga keperawatan secara


keseluruhan di ruang IGD perhari pada tanggal 18 November 2019

Klasifikasi Jumlah Kebutuhan tenaga keperawatan


Pasien Pasien
Pagi Sore Malam

Total care 0 0 x 0,36 = 0 0 x 0,30 = 0 1 x 0,2 = 0,2


Partial care 5 5 x 0,27 = 1,35 6 x 0,15 = 0,9 4 x 0,10 = 0,4
Minimal care 7 7 x 0,17 = 1,19 9 x 0,14 = 1,26 2 x 0,07 = 0,14
Total 12 2,54 2,16 0,74

Total tenaga perawat :


Pagi : 3 orang
Sore : 2 orang
Malam : 1 orang

Total : 6 orang

Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :


2.3.2 M2 ( Material )

Penerapan proses manajemen keperawatan mahasiswa program studi ilmu


keperawatan mendapatkan tempat IGD RS Dian Husada. Pengkajian data awal
dilakukan pada tanggal 18 oktober 2019

1. Lokasi dan Denah Ruangan


Lokasi penerapan manajemen keperawatan yang digunakan dalam
praktek keperawatan program studi ilmu keperawatan yang terletak
dengan uraian sebagai berikut :
1) Sebelah timur berbatasan dengan parkir utama
2) Sebelah barat berbatasan Ruang OK
3) Sebelah utara berbatasan Gedung stikes
4) Sebelah selatan berbatasan Farmasi

2. Data Tempat tidur


BOR
3. Peralatan dan fasilitas
a. Peralatan

NAMA BARANG JUMLAH KONDISI

TV LCD 1 Baik

Jam dinding 2 Baik

Meja nurse station 1 set Baik

Kursi perawat / dokter 6 3Baik,4 sobek bagian bawah


6 baik, 4 pecah pd bagian
Kursi penunggu px warna hijau 10 pantat
Computer (PC) 1 Baik

Keyboard 1 Baik

Mouse 1 Baik

Printer dosmetik 1 Baik

Telepon internal 1 Baik

Telepon eksternal (HP) 1 Baik

Lemari besi 1 Baik


Lemari kaca 1 Baik

Wastafel 1 Baik

Meja dokter 1 Baik

Tempat tidur dokter (kasur) 1 Baik

Bak air 2 Baik

Spoel hok 1 Di bawa IPRS

Kacadinding 1 Baik

AC 3 IGD , 1 ponek Baik


Printer / scan / foto copy 1 Baik

Plong kertas 2 Baik

Steples 2 Baik

Alas tulis 8 Baik

Apar 1 Baik

Papan update kamar 1 Baik

Pigora 2 Baik

Kotak saran 1 Baik

Kalkulator 1 Baik

Rak Arsip 13 Baik

Dispenser 1 Baik

Rak sepatu 1 Baik

Keset 1 Baik

Gunting kertas 2 Baik

Tempat lifleat 2 Baik

Tirai pasien 16 Baik

b. Fasilitas petugas kesehatan


1) Ruang kepala ruangan tidak tersedia
2) Kamar mandi dan WC berada di Ruang ponek
3) Nurse station berada di bagian depan IGD
4) Tempat alat berada di ujung kanan IGD
5) Tempat Pendaftaran berada disamping Nurse Station
c. Fasilitas untuk pasien
1) Kamar mandi, WC
2) Bed pemeriksaan
d. Fasilitas dan prasarana kesehatan yang ada

NAMA BARANG JUMLAH KONDISI

Bed transfer pasien biasa 11 Baik

Trolly emergency 1 Baik

ECG 1 Rusak

Tensi meter 4 3 baik 1 rusak

Stetoscope 4 2 baik, 2 rusak

Manset Anak 2 Baik

Tempat sampah medis 2 Baik

Tempat sampah non medis 7 Baik

DC Shock 1 Baik

Nebulezer 1 Kurang maximal, 1 pengajuan

Kursi roda 3 Baik

Timbangan bayi 1 Baik

Timbangan dewasa 1 Baik

Humidifire 5 Baik

Head lamp 1 Baik

Suction central 2 Baik

Suction mobile 1 Baik

Saturasi o2 1 Karet cover putus 1

Dc shock 1 Baik

GDA 2 Baik

Px monitor 1 Baik

Standart infuse 5 Baik

Long spine board 1 Baik


Termometer 2 Baik

Ambubag dewasa 1 Baik

Ambubag anak 1 Baik

Ambubag bayi 1 Baik

Laryngoscope anak 1 Baik

Laryngoscope dewasa 1 Baik

Stretcher 1 Baik

Oxygen transport 2 Baik

Nst 1 Baik

Trolly serbaguna 4 Baik

Vena viewer 1 Baik

Tornikuet 2 Baik

Reflek hammer 2 1 baik,1 karetnya copot

Penlight 2 Baik

Bengkok 2 Baik

Com benang 1 Baik

Lampu sorot 1 Baik

Tromol kassa sterill 3 Baik

Pispot untuk laki-laki 1 Baik

Pispot untuk perempuan 2 Baik

Box instrument kotor 1 Baik

Box instrument bersih 1 Baik

Bascom stenlis besar 1 Baik

Bascom stenlis kecil 2 Baik

Tangga pasien 5 Baik

Film viewer 1 Baik

Usg portable 1 Baik

Kacamata goggle 1 Baik


Celmek 2 Baik

Incubator 1 Baik

Partus bed 1 Baik

Meja resusitasi 1 Baik

Humidifire o2 transport 2 Baik

Buku isihara 1 Kondisi Kurang Baik

Tas Emerganci Kitt 1 Baik

4. Administrasi penunjang
1) Buku penerimaan pasien baru
2) Buku timbang terima
3) Buku bon gudang
4) SOP
Berdasarkan data pengkajian di atas, sebagian besar peralatan di ruang
IGD sudah memenuhi standar jumlah yang ditetapkan oleh RS Dian Husada. Alat-
alat yang sudah terpenuhi sesuai standar telah dimanfaatkan oleh ruangan secara
optimal sesuai kebutuhan klien. Untuk peralatan yang tidak ada standar jumlahnya
selama ini untuk mengevaluasinya adalah berdasarkan kriteria kecukupan
penggunaan dalam kegiatan sehari-hari. Berdasarkan angket yang disebarkan
kepada 12 perawat di ruang IGD RS Dian Husada Mojokerto, didapatkan 69,5%
perawat berpendapat bahwa penyediaan peralatan dan perlengkapan yang
mendukung pekerjaan perawat sudah baik, sedangkan 30,5% menyatakan kurang.
Selain itu 80% perawat menyatakan bahwa kondisi ruangan kerja baik, dan 20%
menyatakan kurang.

2.3.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3 / Metode)


1. Penerapan Pemberian Model Praktik Keperawatan Profesional (MAKP)
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu system
(struktur, proses, dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat professional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996). Ada 4 model MAKP yang
sudah ada dan terus dikembangkan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan yaitu MAKP Fungsional, Kasus, Primer, dan Tim. Pengertian
MAKP Kasus berdasarkan pendekatan holistis dan filosofi, perawat bertanggung
jawab terhadap asuhan observasi pada pasien tertentu, rasio 1;1 (pasien : perawat).
Setiap pasien dilimpahkan kepada semua perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saat mereka dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya
diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat
atau untuk kasus seperti isolasi, perawatan insentif.
Jadi, berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data yang kami lakukan
tanggal 18 November 2019 kepada perawat di Instalansi Gawat Darurat Rumah
Sakit Dian Husada, menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) Kasus, dengan Kepala Ruangan adalah seorang Ners, 1 orang S1-
Keperawatan dan 3 orang DIII-Keperawatan sebagai Penanggung Jawab, 1 orang
S1-Keperawatan dan 6 orang DIII-Keperawatan sebagai Perawat Pelaksana.
Terdapat11 bed, 8 bed dipakai, 3 bed dibuat cadangan. Berdasarkan pengkajian
tanggal 18 November 2019 didapatkan 100% berpendapat bahwa MAKP yang
dipakai adalah MAKP Kasus. Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan kami
lakukan lagi, didapatkan bahwa 100% perawat berpendapat bahwa komunikasi
antar sesama perawat dan tenaga kesehatan lain sudah berjalan dengan baik.

2. Timbang Terima
Overan atau timbang teima merupakan cara atau teknik untuk
menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara
singkat, jelas dan lengkap mengenai tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yg sudah dilakukan atau yang belum kepada pasien. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer keprawatan dan
perawat primer (PJ) sesuai dengan jam dinas secara tertulis dan lisan
(Nrsala,2012).
Setelah diberikan quesioner mengenai proses timbang terima yang
dilakukan di Instalansi Gawat Darurat pada 19 – 20 November 2019 didapatkan
hasil bahwa timbang terima pasien dilakukan 3 kali dalam sehari, yaitu pada saat
pergantian shift malam ke pagi (21.00 - 07.00), pagi ke sore (07.00 - 14.00), dan
sore ke malam (14.00 - 20.00) dan setiap timbang terima dihadiri oleh seluruh
perawat (PJ & PP) yang bertugas dan juga kepala ruangan kecuali untk shift sore
ke malam tanpa kepala ruangan. Timbang terima pada shift pagi dilakukan di
nurse stations.
Timbang terima dimulai setelah brifing di ruangan oleh kepala ruangan,
perawat pelaksana untuk mengoperkan pasiennya kepada perawat penanggung
jawab secara bersamaan di ruangan tersebut. Isi pelaporan timbang terima kurang
lebih yang terdiri atas identitas pasien (nama, umur, tgl pengkajian, No.RM,
alamat, jenis kelamin dan jenis pembayaran itu disampaikam secara lisan)
penggantian infus (infus, NGT, DC, tanggal operasi), ada berapa jumlah pasien
diruangan, diagnosa medis, keluhan penderita, tanda-tanda vital, intervensi
kolaborasi dan rencana tindakan selanjutnya (hal medis: injeksi, lab, foto, dll).
Untuk point subjektif dan objektif, masalah keperawatan serta intervensi mandiri
perawat pelaporan secara lisan sudah dilakukan dan sudah didokumentasikan
Setelah dilakukan pelaporan, proses timbang terima dilakukan validasi ke
pasien secara bersama-sama antara Karu, PJ, dan Perawat Pelaksana. Setelah
proses timbang terima, ada conference antar perawat assosiate dimasing-masing
shift. Pelaksanaan timbang terima didokumentasikan di buku timbang terima yang
disediakan oleh ruangan. Tanda tangan yang tercantum dalam buku timbang
terima hanya tanda tangan perawat dan Dokter jaga yang bertugas pada masing-
masing shift. Selain itu penandatanganan yang ada pada buku timbang terima
ruang Instalansi Gawat Darurat dilakukan setelah validasi ke pasien yang sudah
sesuai dengan teori yang ada.
Perawat yang akan dinas Perawat yang selesai dinas

Ners Station

Materi:

 Jumlah px sebelumnya
 Kondisi pasien
 Terapi
 Status
 Kendala Selama Shift
 Intervensi yang sudah dan
yang belum dilakukan
Pasien

Gambar 2.4 alur timbang terima ruang Instalansi Gawat Darurat RS Dian
Husada

3. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2007)

Berdasarkan hasil wawancara dengan karu didapatkan bahwa sentralisasi


obat di Instalansi Gawat Darurat bahwa ada kolektif dan umum, pengelolahan
sentralisasi obat sudah dilakukan dengan modifikasi , untuk pasien jamkesda,
jamkesmas, BPJS (BPJS PBI dan BPJS non PBI), SKTM, KSO, dan Umum. Baik
bat oral maupun obat injeksi telah dilakukan sistem sentralisasi dimana
prakteknya masih menggunakan UDD (Unit Disentralisasi Drugs). Alur
sentralisasi obat adalah obat diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan oleh
kelaruga untuk mengambil resep ke depo farmasi. Setelah itu, berdasarkan resep
obat diserahkan depo ke perawat dalam kemasan perdosis pemebrian dengan
tanda bukti lembar serh terima obat namun belum ada informed concent tentang
sentralisasi obat dari depo ke pasien. Terdapat format pencatatan jenis obat dan
jadwal pemberiannya ke pasien, serta nama perawat yang bertugas memberikan
obat, sehingga obat apa saja yang sudah diberikan dapat terdokumentasi. Ketika
perawat sudah selesai memberikan obat, maka keluarga pasien atau pasien diminta
tanda tangan pada form pemberian bat. Hal ini dijadikan bukti bahwa obat sudah
benar-benar diberikan kepada pasien.

Dari pelaksanaan sentralisas obat tersebut, hal yang belum dilaakukan


secara efektif adalah adanya infromend concent mengenai proses sentralisasi obat
dari depo kepada perawat setalah keluarga menyerahkan obat resep pada depo.
Keluarga mendapat penjelasan dari perawat mengenai masing-masing obat yang
diberikan tentang fungsi atau efeknya terkait keadaan pasien. Pelaksanaan
sentralisasi obat di Instalansi Gawat darurat sudah dilakukan dengan baik sesuai
dengan teori UDD, dalam hal ini infromed concent sentralisasi obat kepada pasien
juga sudah dilakukan dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara tanggal 19 November 2019, didapatkan data


sebagai berikut:

Px baru Mengenai lembar Resep dokter


askes PNS, askes Swasta infromed concent

Perawat Farmasi Perawat


Gambar 2.5 Alur Sentralisasi Obat Menggunakan Jaminan Umum

Px baru Mengisi lembar infromed


Resep dokter
concent
Umum

Perawat

Perawat Farmasi Keluarga

Gambar 2.6 Alur Sentralisasi Obat Tidak Menggunakan Jaminan Umum

4. Penerimaan Pasien Baru

Penerimaan pasien baru merupakan salah sat bentuk pelayanan kesehtan


yang komprehensif melibatan klien dan keluarga, dimana sangat mempengaruhi
mutu kualitas pelayanan. Penerimaan pasien baru yang belum dilakuan sesuai
standar maka besar kemungkinan akan menurunkan mutu suatu kualitas pelayanan
yang pada akhirnya dapat menurunkn tingkat kepercayaan pasien terhadap
pelayanan suatu rumah sakit. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan adalah
dengan melakukan proses sesuai standar. Dengan harapan adanya faktor
pengolahan yang optimal mampu menjadi wahana untuk peningkatan keefektifan
pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepasan klien terhadap
pelaynan keperawatan yang ada di rmah sakit tersebut.

Ruang Instalansi Gawat Darurat hampir setiap harinya mendapatkan


pasien baru. Berdasarkan hasil pengamatan dan quesioner yang kami lakukan,
proses penerimaan pasien baru yang datang di ruangan ini sudah dilakukan
kegiatan proses penerimaan pasien baru. Alur penerimaan pasien baru disni adalah
pertama kelurga pasien dan pasien masuk ke IGD, keluarga pasien
memberitahukan keluarganya yang sakit, kemudian perawat pelaksana
mempersilahkan pasien untuk berbaring, setelah itu keluarga pasien di panggil ke
nurse station untuk menandatangi lembar pasien masuk rumah sakit, lembar
persetujuan tindakan dan memberitahukan dokter yang bertanggung jawab. Ketika
ada pasien baru, perawat yang bertugas menyiapkan lembar penerimaan pasien
baru. Dari alur tersebut, pelaksanaan penerimaan pasien baru di Instalansi gawat
Darurat sudah sesuai teori, hanya saja dari segi pengorganisasian (pelaksanaan)
masih kurang sesuai karena keterbatasan tenaga sehingga penjelasan secara
keselurhan hanya dilakkan secara lisan dan cepat. Adapun sarana dan prasarana
yang dibutuhkan dalam penerimaan pasien baru menrut teori yaitu:

1. Lembar paien masuk Rs


2. Lembar dokumentasi pengkajian asuhan keperawatan
3. Alat medis
4. Lembar infrmed concet
5. Lembar tingkat kepuasan pasien
6. Kartu menunggu pasien (berada di front office)

Jika melihat saran dan prasarana diatas, di Instalansi Gawat Darurat sudah
sesuai, lembar asuhan keperawatan juga tersedia. Pelaksanaan Anamnesa,
dilakukan dengan kolaborasi sekaligus dengan dokter yang sedang jaga. Lembar
tingkat kepuasan pasien sudah ada, namun lembar ini kurang efektif utnuk
digunakan dikarenakan pasien kurangnya pemahaman terhadap isi lembr tingkat
kepuasan tersebut.

Adapun teknis pelaksanaan penerimaan pasien baru di IGD Dian Husada


kurang sesuai dengan teori, karena keterbatasan waktu dan tenaga kesehatan. Hal-
hal seperti memperkenalkan diri, memberitahukan aturan-aturan RS,
mengorientasikan keadaan ruangan dan perawat yang bertanggung jawab.
Pasien

IGD

Ruang Rawat Inap Pulang Dirujuk atau pindah ke RS


lain

Gambar 2.7 Alur Penerimaan Pasien Baru Ruang IGD RS Dian Husada.

5. Supervisi keperawatan

Supervisi keperawatan merupakan kegiatan pengawasan dan pembinaan


yang dilakukan secara beresinambungan oleh supervisor mencakup masalah
pelayanan keperawatan, masalah ketenangan dan peralatan agar pasien mendapat
pelayanan yang bermtu setiap saat (Depkes, 2000).

Hasil kuesioner yang sebarkan kepada perawat di Ruang IGD sebanyak 12


orang perawat (100%) memahami tentang supervisi, dan sebanyak itu pula
dilakukan supervisi secara rutin oleh kepala ruangan 5 hari sekali setiap sore
dalam seminggu. Saat dilakukan wawancara dilakuan kepada ka ru, ka ru
menyatakan bahwa supervisi dilakukan saat sore hari sesudah operan dan
supervisi tindakan selalu dilakukan oleh supervisor.

Dari hasil wawancara dengan ka.ru dan perawat di IGD bahwa yang
dilakukan pada tgl 19 November 2019 mengatakan bahwa supervisi di IGD
biasanya dilakukan, dimana supervisi di IGD dilakukan 5 hari sekali dalam
seminggu dari supervisi tentang kendala yang terjadi selama proses bekerja, sama
supervisi tentang jumlah pasien. Dalam setiap melakukan supervisi sudah ada
proses dokumentasi atau from tersendiri yang sudah disiapkan oleh ka.ru.

Setelah kelempok kami melakukan observasi tanggal 20 November 2019


bahwa supervisi telah dilakukan oleh ka ru dan berjalan optimal, formatnya juga
sudah ada dari RS, untuk format supervisi tentang ronde keperawatan , timbang
terima dll ada formatnya juga.

Px MRS

Dokter – tim
Karu / Katim PJ dan PA
Kesehatan lain
Keadaan Px

- Klinis dan pemeriksaan penunjang


- Tingkat ketergantungan Px

Perencanaan pulang /
discharge planning

Penyelesaian Administrasi

Program HE :

- Penjelasan sekilan tentang sakit Px

Dokumentasi discharge planning

Px KRS

Gambar 2.8 Alur perencanaan pasien pulang ruang IGD RS Dian Husada

6. Discharge Planning

Discharge Planning merupakan suatu rencana yang disusun untuk klien,


sebelum keluar dari rumah sakit yang dimulai dari mengumpulkan data sampai
dengan masuk area perawatan yang meliputi pengkajian, rencana perawatan
implementasi dan evaluasi (Fisbach, 2004). Discharge Planning adalah suatau
pendekatan interdisplin rmeliputi pengkajian kebutuhan klien tentang perawatan
kesehatan diluar rumah sakit, disertai dengan kerjasama dengan klien dan
keluarga klien dalam mengembangkan rencana-rencana perawatan setelah
perawatan di RS (Brunner &Suddart, 2002).

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan padatanggal 18 November 2019,


discharge planning di Ruang IGD dilakukan secara optimal pada semua pasien
yang menjalani perawatan oleh perawat dan dokter yang ada pada ruangan, ± 12
pasien yang dilakukan discharge planning selama sehari dengan menggunakan
form yang benar. Target tindakan di ruang IGD ± 60 menit kemudian pasien
diarahkan untuk pulang, dirawat inap atau dirujuk ke RS lain.

7. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan suatu catatan yang memuat selruh


meical record informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevalusai
tindakan keperawatan yang dissun secra sistematis, valid, dan dapat di
pertanggung jawabkan. Dapat disimpulkan pendokmentasian adalah sebagai
informasi mencakup aspek biolois, psikologis, sosial dan spiritual yang terjadi
pada setiap tahap proses keperawatan yang dicatat secara menyeluruh serta
informasi disusun secara sistematis dalam suatu format yang telah disetuji dan
dapat dipertanggng jawabkan secara moral maupun hkum.

Berdasarkan hasil wawancara, kuesioner kepada perawat dan observasi


terhadap (status pasien), didapatkan pendokumentasian yang berlaku di IGD
adalah sistem SOR (Sources Oriental Record) yaitu suatu sistem
pendokumentasian yang berorientas dari berbagai sumber tenaga kesehatan,
misalnya dari doketer, perawat dll

Berdasarkan hasil observasi terhadap status pasien, didapatkan:

1. dari observasi status pasien pengisian dokumentas lengkap, nama dan


respon pasien pasca tindakan sudah tercantum.
2. Pendokumentasian dilakukan satu kali pada setiap shift dan
pendokumentasian mencakup asuhan keperawatan mulai dari keluhan
utama, data subjektif, data objektif,intervensi keperawatan sudah ada
formatnya. Sehingga perawat pelaksana tinggal mengisi dengan cara
cawang dan evaluasi, dalam pelaksanaan dokumentasi pada implementasi
sudah ada format tersendiri antara dokter dan perawat berisi
intruksi/tindakan.

8.Ronde Keperawatan

Ronde yaitu suatu metode untk menggali dan membahas secara mendalam
masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dan kebutuhan pasien akan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat primer atau pun perawat pelaksana,
konselor, kepala ruangan dan seluruh tim keperawatan dengan meliatkan pasien
secara lansung sebagai fokus kegiatan. Ronde keperawatan akan memberikan
media bagi perawat untuk membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien
serta merupakan satu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat
meningkatkan kemampuan kognitif, efektif dan psikomotor. Kepekaan dan cara
berfikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer
pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke dalam praktik keperawatan
(Nursalam, 2012)

Ronde keperawatan di IGD, dari asil pengkajian kami, pelaksanaan ronde


keperawatan di IGD tidak pernah dilakukan karena disini setiap pasien masuk
maks tindakan ± 60 menit, setelah itu pasien pulang, pasien indikasi rawat inap
atau pasien dirujuk ke RS lain.

Adapun kriteria/karakteristik ronde keperawatan yang sesuai teori:

1. Pasien dilibatkan secara lansung.


2. Pasien merupakan fokus kegiatan.
3. Katim,PA, dan konselor melakkan diskusi bersama.
4. Konselor membantu mengembangkan kemampuan katim, PA, dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

9. Cuci Tangan

Cuci tangan merupakan proses yang secara mekanis melepaskan puing-


puing kotoran dari kulit tangan menggunakan sabun biasa dan air (DEPKES,
2007). Manfaat cuci tangan yaitu supaya tangan bersih, membasmi tandan dari
kuman dan mikoorganisme, menegah penuluaran penyakit. Tujuan dari cuci
tangan yaitu mencegah terjadinya infeksi melalui tangan dan membantu
menghilangkan mikoorganisme yang ada dikulit atau tangan, (Hidayat,2005).

Berdasarkan wawancara dan kuesioner yang kami lakukan kepada 8


perawat, di ruang IGD sesuai prosedur SOP, setiap tindakan dan sebelum tindakan
dilakukan cuci tangan. Untuk menghindari terjadinya infeksi menular dan yang
tidak diinginkan. Setelah observasi didapatkan untuk tindakan cuci tangan di
ruang IGD sudah sesuai dengan teori yang ada.

Berikut 5 moment cuci tangan menurut teori:

1. Sebelum kontak dengan pasien


2. Sebelum tindakan aseptic
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien

2.3.4 Pembiayaan M4 (money)

Nama Pasien :

No. Dok. Med. :

Status : BPJS / Swasta & Asuransi / Rekanan

Alamat :

Tanggal :

Perincian IGD

No. Uraian Jumlah


1. Pendaftaran Pasien Baru 20.000
2. Pendaftaran Pasien Lama 15.000
3. Periksa Dr. UGD malam 36.000
4. Periksa Dr. UGD pagi/sore 30.000
5. Angkat Jahitan 30.000
6. Ecg 72.000
7. Extraksi serumen Dr. umum 66.000
8. GDA 20.000
9. Incisi/crosnincisi 102.000
10. Irigasi Telinga 42.000
11. Jahitan berikutnya 12.000
12. Jahitan pertama 36.000
13. Konsultasi Spesialis via Telpon 36.000
14. Kumbah Lambung 72.000
15. Lavemen 42.000
16. Nebulizer 42.000
17. Observasi IGD perjam 42.000
18. Pasang Chateter 36.000
19. Pasang Infus Bayi/balita 90.000
20. Pasang Infus dewasa 42.000
21. Pasang NGT 60.000
22. Pemakaian O2 /liter/jam 6.000
23. Pemakaian Suction 75.000
24. Pemberian obat suppositoria 12.000
25. Penggunaan Ambubag/Jacksoon rees 30.000
26. Psg Tampon 120.000
27. Rawat Luka dr Spesialis 66.000
Rawat Luka Besar 66.000
Rawat Luka Dobelmalumen 66.000
Rawat Luka Kecil 42.000
Rawat Luka Sedang 54.000
Rawat Luka Modern 100.000
28. RT 18.000
29. Surat Keterangan Asuransi 60.000
130. Surat Keterangan Kematian 36.000
31. Tindakan IM/SC/IV IGD 24.000
32. Visum 60.000
33. BHP Ecg 6.000
34. BHP GDA 3.000
35. BHP Jahitan berikutnya 3.000
36. BHP Pasang Chateter 6.000
37. BHP Pasang Infus Bayi/balita 3.000
38. BHP Pasang Infus Dewasa 3.000
39. BHP Pemberian obat suppositoria -
40. BHP Rawat Luka Modern 15.000
BHP Rawat Luka Besar 24.000
BHP Rawat Luka Dobelmalumen 24.000
BHP Rawat Luka dr Spesialis 24.000
BHP Rawat Luka Kecil 12.000
BHP Rawat Luka Sedang 18.000
41. BHP Tindakan IM/SC/IV IGD 3.000
42. NST 72.000
43. BHP NST 6.000
Total :

Dari data Pengkajian untuk pembiayaan ruang IGD diperoleh dari berbagai
segmen yaitu : pembiayaan pasien sebagian besar dari BPJS dan biaya sendiri
(pasien umum). Dan biaya perincian untuk biaya pendaftaran pasien, periksa
dokter IGD, konsultasi spesialis via telfon, perawatan dan tindakan. Mulai tanggal
18 november 2019 hingga sekarang tidak mengalami perubahan.

Jumlah pasien kelolaan darai tanggal 18-20 november 2019 yang menggunakan
pembayaran jalur umum sebanyak 25 pasien dan menggunakan BPJS sebanyak 43
pasien.

2.3.5 Mutu M5
Rumah Sakit Dian Husada adalah Rumah Sakit umum milik Swasta dan
merupakan salah satu rumah sakit tipe D yang terletak di wilayah Mojokerto,
Jawa Timur. Rumah Sakit ini memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang
didukung Layanan Dokter Spesialis serta ditunjang dengan fasilitas medis lainnya.

Rumah Sakit Umum Dian Husada dibangun pada Tahun 2012 yang
ditetapkan oleh Yayasan Lembaga Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan
Mojokerto Berdasarkan Surat Keputusan Nomor : 003/SK/YLP2KM/VIII/2016.

a. Mutu Pelayanan Kesehatan

Ruang IGD telah menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan pasien,


dimana terdapat beberapa aspek penilaian penting, diantaranya sebagai berikut :

1. Angkatan Kejadian Jatuh


Berdasarkan data yang diperoleh dari kepala ruangan IGD angka insiden
pasien jatuh yang di hitung dari hari Senin-Selasa November 2019 sebesar
Tanggal
Angka insiden pasien jatuh 18-11-2019 19-11-2019
0 0
Dari data pengkajian yang dilaksanakan tanggal 18-19 November 2019
menggunakan angkat penilaian resiko jatuh pasien dewasa dan penilaian resiko
jatuh pasien anak skala morse fall scale yang disebar secara acak kepada 7 pasien
di ruangan IGD di dapatkan :

No Resiko Jatuh 18-19 November 2019


Frekuensi %
1 Resiko Tinggi 1 14,2
2 Resiko Sedang 2 28,5
3 Tidak Resiko 4 57,1
Total 7 100
Tanda merah diberikan di tempat tidur pada pasien dengan resiko tinggi
jatuh dan tanda kuning di berikan di tempat tidur pada pasien dengan resiko
rendah jatuh.
2. Kepuasan Pasien
Berikut ini akan dipaparkan mengenai kepuasan terhadapn pelayanan
kesehatan di ruang IGD.pelaksanaan evaluasi menggunakan kuisoner yang
tersedia di ruangan IGD yang berisi 9 soal pertanyaan berbentuk pilihan dengan
jawaban “puas” dan “tidak puas”. Dari 7 pasien yang diambil secara acak di
dapatkan hasil sebagai berikut :
Frekuensi Presentase (%)
Puas 9 100
Tidak Puas 0 0
Total 9 100
3. Kecemasan Pasien
Berdasarkan data kecemasan pasien dengan penilaian Zang Self-Rating
Anxiety Scale pada tanggal 18-19 November 2019 yang disebar ke 7 pasien
secara acak di Ruang IGD didapatkan pasien yang mengalami kecemasaan ringan
100% .
4. Kenyamanan Pasien
Kenyamanan pasien di Ruang IGD menggunakan instrument intensitas
nyeri Wong Baker Face Skale. Dari hasil pengumpulan data dari 7 pasien
didapatkan bahwa pasien yang tidak nyeri 42,8% , nyeri ringan 42,8% , nyeri
sedang 14,2%, dan tidak ada pasien yang mengalami nyeri berat.

2.4. Analisis SWOT

Identifikasi Situasi Ruangan Berdasarkan Pendekatan Analisis SWOT, yang


meliputi M!/MAN (tenaga dan pasien) yang meliputi : struktur
organisasi,Kompetensi SDM. M2/ Material (sarana dan prasarana) yang meliputi :
lokasi dan denah ruangan, lingkungan kerja, peralatan dan perlengkapan yang ada.
M3/Metode (Metode Pemberian Asuhan Keperawatan) berdasarkan sub sistem
dalam MAKP yang meliputi : penerapan MAKP, Sentralisasi Obat, Supervisi,
Timbang Terima, Discharge Planning, Ronde Keperawatan, Penerimaan Pasien
Baru. M5/Mutu yang Meliputi Nyeri, Kepuasan Pasien, Resiko Jatuh, Kecemasan,
Kenyamanan.

No. Analisis SWOT BOBOT RATING BOBOT RATING

Anda mungkin juga menyukai