Anda di halaman 1dari 46

3.

1 Pengumpulan Data
3.1.1 Management Approach
1. Perencanaan
a. Visi dan Misi, SAK, SOP
Ruang Angsoka 2 merupakan Instalasi Kanker Terpadu mengikuti
Visi Misi RSUP Sanglah yang mengacu pada Sasaran Strategi
Kementrian RI, sebagai berikut
a) Visi RSUP Sanglah Denpasar
Menjadi Rumah Sakit Unggul dan Mandiri di tahun 2024
b) Misi RSUP Sanglah Denpasar
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna
2. Menyelenggarakan Pendidikan Terintegrasi dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan yang berdaya saing dan berbudaya
3. Menyelenggarakan Penelitian kesehatan berbasis rumah sakit
4. Menciptakan Tata kelola RS yang baik
5. Membangun jejaring kesehatan dan kerjasama dengan
pemangku kepentingan terkait
c) Sasaran Strategi Kementerian Kesehatan:
1. Meningkatnya promosi kesehatan dan penyehatan masyarakat
2. Meningkatnya pencegahan dan pengelolaan faktor risiko
penyakit dan kedaruratan kesehatan masyarakat
3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan
4. Meningkatnya pemenuhan SDM sesuai standar
5. Meningkatnya akses, kemandirian dan mutu kefarmasian dan
alat kesehatan
6. Meningkatnya pengelolaan sisinfo menuju digitalisasi
7. Mantapnya tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih

d) Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan standar operasional


prosedur (SOP)
Ruang Angsoka 2 sudah memiliki Standar Asuhan Keperawatan
(SAK) menggunakan 3S pada komputer dan standar operasional
prosedur (SOP) juga pada komputer.
b. Rencana jangka pendek
Pada saat melakukan pengkajian tanggal 17 Maret 2021 di Ruang
Angsoka 2 yang dilakukan dengan metode pengamatan dan
wawancara. Ruang Angsoka 2 sudah menerapkan rencana jangka
pendek dengan optimal yaitu dengan selalu membuat rencana harian
setiap harinya. Rencana harian di Ruang Angsoka 2 dilaksanakan oleh
semua perawat baik kepala ruangan, ketua tim, maupun perawat
pelaksana sesuai dengan perannya masing-masing dan dibuat untuk
setiap jadwal dinas. Rencana harian dibuat sebelum operan jaga
dilakukan dan dilengkapi lagi saat dilakukan operan.
c. Rencana jangka menengah
Berdasarkan wawancara yang di lakukan, di Ruang Angsoka 2
sudah menerapkan rencana jangka menengah dengan baik yaitu
dengan selalu membuat rencana bulanan. Rencana bulanan yang
dibuat oleh Kepala Ruangan Angsoka 2 adalah melakukan evaluasi
SOP yang dievaluasi setiap 3-6 bulan
d. Rencana jangka panjang
Berdasarkan wawancara yang di lakukan, di Ruang Angsoka 2
sudah menerapkan rencana jangka panjang dengan cukup baik yaitu
dengan membuat rencana tahunan. Rencana tahunan hanya dilakukan
oleh kepala yaitu dengan melakukan evaluasi indicator mutu, kinerja
perawat, menyiapkan amprahan sarana prasarana untuk 2 tahun ke
depan serta mengevaluasi amprahan barang yang tersedia kegiatan di
dalam ruangan selama satu tahun dan menjadikannya acuan rencana
tindak lanjut dan penyusunan rencana tahunan berikutnya. Hal lain
yang dilakukan adalah kepala ruangan Angsoka 2 adalah melakukan
pengembangan sumber daya manusia dalam bentuk rekomendasi
peningkatan jenjang karier perawat, rekomendasi untuk melanjutkan
pendidikan formal dan membuat jadwal perawat untuk mengikuti
pelatihan.
2. Pengorganisasian
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Rumah Sakit untuk Ruang Angsoka II RSUP
Sanglah terdiri dari Kepala Ruangan dimana Kepala Ruangan
mempunyai 4 tim dengan masing-masing Ketua TIM mempunyai
beberapa perawat pelaksana, dimana kepala ruangan mempunyai
inventaris dan administrasi. Struktur organisasi tersebut sudah
lengkap dengan uraian tugas, fungsi kewajiban, tanggung jawab
serta hubungan kerja dengan unit lain untuk menyelenggarakan
pelayanan keperawatan.
Ruang Angsoka II dipimpin oleh Kepala Ruangan dengan latar
belakang pendidikan Ners Keperawatan, dimana dalam pemberian
asuhan keperawatan, sifatnya dibagi menjadi 4 tim. Setiap tim terdiri
dari 3-4 anggota. Dalam memberikan asuhan keperawatan, staff
keperawatan dibagi menjadi empat orang Perawat Primer yang masing-
masing membawahi tiga-empat orang Anggota Perawat Pelaksana.
Ruang Angsoka II juga memiliki satu orang inventaris, satu orang
billing, dua orang ahli gizi, tiga orang pramusaji, satu orang farmasi
klinis, dan – orang cleaning service.
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang diterapkan
diruangan Angsoka II berupa MAKP model keperawatan PP
Modifikasi, hal ini dapat dilihat dari:
1). Dalam struktur organisasi pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien di Ruang Angsoka II terdapat 4 (empat) PP yang masing-
masing terdiri dari beberapa perawat asosiate.
2). Masing- masing PP membawahi 3-4 anggota perawat asosiate yang
membantu PP dalam melaksanakan proses keperawatan mulai dari
pengkajian sampai evaluasi kondisi pasien.
3). Kepala Ruangan dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh PP dan
untuk penanganan tugas saat dinas sore dan malam diserahkan pada
Anggota yang dipimpin oleh perawat yang paling senior ditinjau
dari lama bekerja di ruangan. Apabila terdapat masalah di ruangan
maka Anggota wajib melaporkannya kepada PP dan PP kemudian
melaporkannya kepada Kepala Ruangan.
4). Kepala ruangan memegang peranan penting dalam proses
pemilihan PP, dimana didasarkan dalam penentuan PP didasarkan
atas kompetensi, leadership, jenjang pendidikan minimal S1
Keperawatan, dan pengalaman kerja perawat minimal 5 tahun.

Kepala Ruangan

Inventaris

Perawat Primer 1 Perawat Primer 2 Perawat Primer 3 Perawat Primer 4

PA 1 PA 2 PA 3 PA 4

Bagan 2. Struktur Organisasi Keperawatan Fungsional


Ruang Angsoka II RSUP Sanglah
Tabel 7.
Ketenagaan dan Riwayat Pendidikan Perawat
di Ruang Angsoka II RSUP Sanglah

No. Nama Status Ketenagaan Pendidikan Masa Kerja


1. Ns. Luh Gede Lisnawati, PJ Angsoka II Ners 1998
S.Kep.
2. Grandis Dwi Kardiansyah, Perawat Ners 2018
Ners
3. Ns. Ni Kadek Dewi Widya Perawat Ners 2020
Astuti, S.Kep.
4. I Gusti Ayu Diah Pusparini, Perawat D III 2007
Amd. Kep.
5. Ns. Ni Nyoman Budi Perawat Ners 2014
Indrayanti, S.Kep.
6. Ni Wayan Sumadewi Esty Perawat D III 2018
Adhiningsih, Amd. Kep.
7. Ayu Paramita Dewi, Amd. Perawat D III 2015
Kep.
8. Luh Putu Wijayanti, Amd. Perawat Ners 2015
Kep.
9. I Wayan Agus Darma Putra, Perawat Ners 2015
Amd. Kep.
10. I Made Gita Widantha, Amd. Perawat D III 2013
Kep.
11. Ns. Luh Gede Yudani, Perawat Ners 1989
S.Kep.
12. Ns. Ni Luh Putri Arca Dewi, Perawat Ners 2018
S.Kep.
13. Ni Nyoman Tirtawati, Amd. Perawat D III 2012
Kep.
14. Ni Made Yulinaningsih, Perawat D III 2008
Amd. Kep.
15. Dewa Gde Sudiasta, Amd. Perawat D III 2014
Kep.
16. I Wayan Eka Suryadinata, Perawat D III 2010
Amd. Kep.
17. Ni Luh Gede Mistariani, Perawat D III 2011
Amd. Kep.
18. Ni Luh Putu Anggun Desiani, Perawat D III 2006
Amd. Kep.
19. Ni Putu Ika Lisyawati, Amd. Perawat D III 2011
Kep.
20. Ni Putu Desy Ratnasari Perawat D III 2015
21. Anak Agung Ayu Rai Billing SMA 1997
22. Ni Nyoman Ayutini Pramusaji SMA 2008
23. Ida Ayu Alit Manuabdi Pramusaji SMA 2009
24. Ni Putu Sulastri Pramusaji SMA 1998
25. Ni Made Supartini POS SMA 1986
Sumber: Form Ketenagakerjaan Ruang Angsoka II RSUP Sanglah

Dilihat dari kuantitas, Ruang Angsoka II memiliki 20 orang


perawat (termasuk kepala ruangan) dengan kualifikasi pendidikan
terdiri dari 8 orang S1 Keperawatan Ners, 12 orang D III Keperawatan.
Pelatihan yang diikuti oleh 15 orang perawat tersebut diantaranya :

a. Pelatihan BHD
b. Pelatihan PPI
c. Pelatihan APAR
d. Pelatihan BTLS
e. Pelatihan Penatalaksanaan Ekstravasasi
f. Pelatihan Penatalaksanaan Kemoterapi
g. Pelatihan Penatalaksanaan KMB
h. Pelatihan Perawatan Luka
i. Pelatihan Perawatan Luka Kanker
j. Pelatihan Perawatan Trakeostomi
k. Pelatihan Perawatan Paliative Care
l. Pelatihan Perawatan Komplementer Terapi
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 17 Maret
2021, ditemukan kelemahan pada Sumber Daya Manusia, dimana
sebagian besar perawat berlatar belakang pendidikan DIII Keperawatan
yang bekerja di Ruang Angsoka II. Dari sekian jumlah perawat yang ada,
masih terdapat perawat yang belum mengikuti pelatihan-pelatihan yang
berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan guna menunjang
keberhasilan penerapan program keperawatan.
b. Tingkat Kebutuhan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Tingkat ketergantungan pasien di ruang Angsoka II dinilai dengan
menggunakan instrumen penilaian ketergantungan klien menurut Orem
yaitu: total care, parsial care, minimal care. Berdasarkan pengkajian
tanggal 16 Maret – 27 Maret 2020, didapatkan hasil perhitungan
kebutuhan tenaga menurut tingkat ketergantungan pasien dapat dijabarkan
pengklasifikasian menurut Douglas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8.
Tingkat Ketergantungan Pasien Menurut Douglas

Klasifikasi Pasien
Minimal Partial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

Berdasarkan pengkajian tanggal 17 Maret 2020 di Ruang Angsoka II


dengan kapasitas 39 tempat tidur pasien dan terisi 31 pasien. Didapatkan
hasil perhitungan kebutuhan tenaga menurut tingkat ketergantungan pasien
dapat dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 9.
Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Angsoka II RSUP Sanglah

Tingkat ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat Jumlah
Pagi Siang Malam
Ketergantungan pasien
Minimal 26 26x0,17= 4,42 26x0,14=3,64 26x0,07=1,82
Partial 3 3x0,27= 0,81 3x0,15=0,45 3x0,10=0,3
Total 2 2x0,36= 0,72 2x0,30=0,6 2x0,20=0,4
Jumlah 38 5,95=6 4,69=5 2,52=3

Total tenaga perawat :


Pagi = 6 orang
Siang = 5 orang
Malam = 3 orang
Jumlah = 14 orang

Jumlah tenaga keperawatan lepas dinas/hari:

52+12+14 = 78X 14 = 3,80=4 orang


287

Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari adalah : 14
orang + 2 orang struktural (kepala ruangan, wakil ruangan) + 4 orang
lepas dinas = 20 orang

Cara kedua menggunakan metode Depkes:


Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :

¿ (52+12+14=78 hari )
× 20
287
¿ 5,43
¿ 5 orang

Dalam penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor


koreksi) dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day):
Loss day (faktor koreksi) =

(Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar) x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

(52 + 12 + 14 = 78 hari) x 20 = 5 orang


287

Perawat yang mengerjakan tugas non profesi/perawatan tidak


langsung:
(jumlah tenaga perawat + lost day) x 25 %
= (20 + 4) x 25%
= 6 orang

Jumlah tenaga keperawatan:


= tenaga yang tersedia + faktor koreksi + non-nursing jobs
= 20 + 5 + 6 = 31
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk Ruang Angsoka II adalah
31 orang.

Pembagian perawat/shift menurut Warstler:

Pagi : 47% x 20 orang = 9,4 = 9 orang

Sore : 35% x 20 orang = 7 = 7 orang

Malam : 17% x 20 orang = 3,4 = 3 orang


3. Pengarahan

Pengarahan atau directing dalah suatu usaha untuk penerapan


perencanaan dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Setelah dilakukan proses pengumpulan data
melalui wawancara dan observasi ditemukan bahwa pengarahan MAKP PP
di ruang Angsoka 2 ada beberapa yang belum berjalan secara optimal dan
ada juga yang sudah berjalan optimal dengan rincian semuanya sebagai
berikut :
1) Timbang terima
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan
ditemukan bahwa operan dilakukan tiga kali sehari, yaitu setiap pergantian
shift malam ke pagi (pukul: 07.30), pagi ke sore (pukul: 13.30), dan sore ke
malam (pukul: 19.30). Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa sebagian
besar operan dilaksanakan dengan tepat waktu. Operan diikuti oleh perawat
yang telah dan akan dinas. Kegiatan operan didampingi oleh PP, kepala
ruangan atau yang mewakili untuk operan pagi.
Berdasarkan hasil observasi, operan disaat shift pagi dilaksanakan di
nurse station dan perawat berkeliling langsung ke kamar pasien. Pada saat
operan jaga ke pasien belum terlihat adanya perkenalan perawat jaga
berikutnya ke pasien. Kegiatan operan dibuka dan ditutup oleh kepala
ruangan atau yang mewakili dan setelah dilaksanakan operan, terlihat
adanya doa bersama. Operan jaga dilakukan secara umum terkait kondisi
pasien dan operan tentang penyampaian tindak lanjut obat pasien dilakukan
saat pasien mendapatkan terapi obat lanjut dan untuk pasien yang
mendapatkan terapi lanjut dicatat di buku dokumentasi. Metode operan yang
digunakan di ruangan Angsoka 2 mengacu pada metode SBAR (Situation,
Background, Analysis, Recomendation) dalam pendokumentasiannya
namun dalam hal komunikasi pada saat operan belum efektif menggunakan
SBAR (Situation, Background, Analysis, Recomendation).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat jaga di
ruang Angsoka 2 mengatakan untuk pelaporan operan jaga selama ini
dilakukan secara rutin dengan cara lisan dan untuk pendokumentasiannya
dilakukan di buku operan Ruang Angsoka 2. Saat diobservasi secara umum
pada buku operan dokumentasinya sudah ditulis secara berkelanjutan setiap
harinya.
Berdasarkan data tersebut di atas, jika ditinjau dari segi penerapan
MAKP di sebuah ruangan dapat disimpulkan dimana operan pasien di ruang
Angsoka 2 sudah dilakukan setiap operan jaga, namun belum berjalan secara
optimal dan perlu ditingkatkan terkait dengan operan langsung berkeliling
ke kamar pasien serta melakukan perkenalan perawat jaga berikutnya ke
pasien langsung. Pendokumentasian operan jaga pada buku operan jaga
yang ditulis setiap harinya saat operan sudah dilakukan di ruangan.
2) Supervisi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di Angsoka 2
selama ini supervisi dilakukan. Perawat ruangan telah mengetahui mengenai
supervisi dan tujuannya. Supervisi dilakukan oleh petugas yang telah
ditunjuk berdasarkan jenjang pendidikan dan juga pengalaman kerja
perawatan. Hasil supervisi juga langsung diberikan oleh supervisor kepada
pihak yang disupervisi. Di ruang Angsoka 2 sudah terdapat format baku
dalam melaksanakan supervisi dan biasanya supervisi dilakukan oleh kepala
ruangan kepada PP dan dari PP ke PA. Pelaksanaaan supervisi telah
dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur dan sudah
dijadwalkan. Di ruangan Angsoka 2 sendiri sudah memiliki buku khusus
supervisi, tetapi dalam pelaksanaannya sendiri supervisi di ruangan Angsoka
2 dilakukan secara lisan dan jarang didokumentasikan secara tertulis.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan dimana pelaksanaan
supervisi di ruangan Angsoka 2 sudah dilakukan mengacu pada pedoman
MPKP tetapi belum maksimal, dimana supervisi dilakukan secara lisan dan
penulisan dokumentasi belum dilakukan secara berkelanjutan.
3) Manajemen Konflik
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di Angsoka 2
selama ini belum ada konflik yang begitu berarti. Kepala ruangan Angsoka 2
juga mengatakan jika terjadi konflik antar individu di Ruang Angsoka 2
maka mereka yang sedang berkonflik tersebut akan dikumpulkan dan
dibicarakan baik-baik tentang masalah yang dihadapi dan berusaha
mencarikan jalan keluar yang terbaik untuk semuanya , sehingga tidak ada
salah satu pihakpun yang merasa dirugikan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa jika terjadi
konflik di Ruang Angsoka 2 semua pihak akan membantu untuk
menyelesaikan konflik tersebut agar tidak berkepanjangan.

4) Pendelegasian
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di Angsoka 2
selama ini pernah dilakukan tindakan pendelegasian. Pendelegasian yang
pernah dilakukan di Ruang Angsoka 2 yaitu pendelegasian terencana
maupun incidental. Pendelegasian terencana yang pernah dilakukan seperti
pendelegasian tugas dari Kepala Ruangan kepada PP umtuk melakukan
supervise kepada PA. Sedangkan pendelegasian incidental yang pernah
dilakukan di Ruang Angsoka 2 yaitu seperti pada saat kepala ruangan
berhalangan untuk hadir maka tugas yang didapatkannya pada saat itu
didelegasikan kepada wakil kepala ruangan Angsoka 2. Dalam pelaksanaan
pendelegasian di Ruang Angsoka 2 biasanya hanya disampaikan secara lisan
dan jarang didokumentasikan secara tertulis.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan dimana pelaksanaan
pendelegasian di ruangan Angsoka 2 sudah dilakukan mengacu pada
pedoman MPKP tetapi belum maksimal, dimana pendelegasian dilakukan
secara lisan dan penulisan dokumentasi belum dilakukan secara
berkelanjutan.
4. Pengendalian
1) Jumlah Kunjungan
Ruang Angsoka 2 RSUP Sanglah merupakan ruang rawat khusus untuk kemoterapi.
Menurut data periode Februari 2021 terdapat 10 besar penyakit yang di rawat di ruang
Angsoka 2, diantaranya : Ca mamae, KNF, Ca cervik, Ca recti, Ca ovarium, Ca buli, Ca
colon, MBC, Ca Paru, Oateosarcoma. Hasil pengkajian wawancara pada tanggal 16 Maret
2021 didapatkan hasil bahwa kunjungan pada bulan Januari sebanyak 210 dan Februari 194
kunjungan.
2) BOR (Bed Occupancy Rate)
BOR (Bed Occupancy Rate) adalah presentase pemakaian tempat tidur pada waktu
tertentu yang didefinisikan sebagai jumlah tempat tidur yang terpakai untuk perawatan
pasien di dalam ruangan terhadap jumlah tempat tidur yang tersedia. Standar nilai BOR
menurut Barber Johnson adalah 75% - 85% (standar internasional), sedangkan menurut
standar nilai Depkes RI adlaah 60% - 85%.
Berdasarkan hasil pengkajian (tanggal 16 Maret 2021) diperoleh bahwa di Ruang
Angsoka 2 sudah dilakukan perhitungan BOR dan beban kerja perawat secara rutin setiap
harinya. Di Ruangan Angsoka 2 RSUP Sanglah, perhitungan BOR dilakukan oleh Kepala
Ruangan. Berdasarkan hasil pengkajian (tanggal 16 Maret 2021) didapatkan gambaran
kapasitas tempat tidur Ruang Angsoka 2 RSUP Sanglah yaitu 39 tempat tidur dengan
rincian sebagai berikut:

Tabel 10.
BOR Ruang Angsoka 2 RSUP Sanglah Januari- Februari 2021

Bulan Pencapaian BOR Standar Nasional Ket

Januari 86,02 % 60-85 % Melebihi standar


nasional
Februari 97,71 % 60-85 % Melebihi standar
nasional

Melihat dari pencapaian BOR pada Ruang Angsoka 2 didapatkan dari bulan Januari-
Februari 2021 adalah 86,02 % dan 97,71 % yaitu berada dalam posisi diatas standar
Nasional dengan 39 tempat tidur. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan TT yang ada
untuk perawatan pasien tergolong tinggi sehingga beban kerja tenaga kesehatan di ruang
Angsoka 2 lebih berat

Berdasarkan hasil penghitungan, didapatkan gambaran BOR (Bed Occupancy Rate) di


Ruangan Angsoka 2 pada tanggal 16 Maret 2021, sebagai berikut :
Tabel 11.
Gambaran Umum Jumlah Tempat Tidur di Ruang Angsoka 2
Tgl 16 - 17 Maret 2020

No Tanggal Shift Kls Kls BOR


. II III
1. 16 Sore 3 13 13/39x100%
Maret = 41,02%
2021
2 17 Siang 3 28 31/39x100%
Maret = 79,48%
2021

Berdasarkan hasil perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate) di Ruang Angsoka 2


pada tanggal 16 - 17 Maret 2020 didapatkan 41,02% dan 79,48% jadi BOR pada tanggal
16 - 17 Maret 2020 belum memenuhi standar dari nilai Depkes RI.
3) Kasus terbanyak
Gambaran 10 penyakit yang dirawat di Angsoka 2 selama bulan Maret 2021 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 13.
Urutan Penyakit Terbanyak di Ruang Angsoka 2 RSUP Sanglah
Pada Bulan Februari 2021

N Jenis Penyakit Jumlah


o
1 CA Mamae 25
2 Ca cervik 25
3 KNF 15
4 Ca recti 12
5 Ca buli 9
6 Ca paru 7
7 Ca ovarium 6
8 Ca colon 6
9 MBC 5
1 Oateosarcoma 4
0
Sumber : Arsip Ruangan Angsoka 2
Dari data diatas dapat dilihat bahwa kasus terbanyak yang dapat di Ruang Angsoka 2
RSUP Sanglah pada bulan Februari 2021 adalah kasus CA Mamae yang mencapai 25 kasus

4) Mutu Pelayanan Keperawatan


a) Meningkatkan Mutu Pelayanan
Berdasarkan Buku Indikator Mutu Pelayanan yang terdapat di ruang
Angsoka 2, indikator mutu pelayanan dilihat dari beberapa aspek, antara lain :
(1) Presentase penundaan operasi efektif pasien kanker
Rerata triwulan IV tahun 2020 yaitu 3,2%. Rerata dari bulan Januari – Desember
2020 yaitu 3,5% sehingga dari hasil tersebut sudah mencapai target yang
ditentukan (≤ 5%). Terdapat masalah dalam indikator mutu ini yaitu kurang
optimalnya skrining pasien di poliklinik sehingga pasien yang post operasi butuh
RTI tetapi tidak dapat karena penuh maka pasien ditunda operasi dan pasien yang
sudah masuk ternyata belum diperbolehkan operasi dimana pasien memerlukan
perbaikan kondisi. Tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan
mempertahankan melakukan koordinasi dengan unit rawat jalan dan KSM untuk
supervisi kepatuhan terhadap SPO perencanaan pra operasi dan mempertahankan
optimalisasi sistem penjadwalan operasi online di SIMRS
(2) Kelengkapan assessment awal medis rawat inap pasien kanker.
Rereatan triwulan IV tahun 2020 yaitu 98,9%. Rerata dari Januari – Desember
tahun 2020 yaitu 98,2% sehingga belum mencapai target yang ditentukan yaitu
100%. Namun sudah cendeung mencapai target. Adapun beberapa masalah dari
indicator ini seperti perserta didik tidak menerima langsung saar pasien datang ,
peserta didik baru lupa mengisi padahal sudah diingatkan dan kurangnya
supervise DPJP kepada peserta didik. Tindak lanjut untuk mengatasi masalah ini
seperti melakukan koordinasi dengan KSM agar DPJP meningkatkan edukasi dan
meningkatkan supervisinya terhadap peserta didik terkait pengisian kelengkapan
rekam medis dan meningkatkan komunikasi antar peserta didk, mengumpulkan
data dengan menggunakan work sheet untuk pemantauan kelengkapan assessment
awal medis rawat inap pasien kanker, melakukan analisa faktor – faktor penyebab
ketidaklengkapan assessment awal medis rawat inap pasien kanker dan memberi
feed back ke KSM tentang hasil pemantauan yang telah dilakukan
(3) Ketepatan jadwal pemberian kemoterapi
Rereatan triwulan IV tahun 2020 yaitu 90,4 %. Rerata dari Januari – Desember
tahun 2020 yaitu 86,5% sehingga belum mencapai target yang ditentukan yaitu
100%. Target tidak tercapai. Adapun permasalahan dalam indicator ini seperti
kondisi sosial pasien ( acara keluarga, kerja, tidak ada waktu untuk control,
upacara agama, tiadak ada yang mengantar, tidak punya bekal, takut covid),
kondisi hari libur yang panjang menyebabkan pasien tertunda pelayanannya,
penumpukan pasien sehingga terjadi tempat pelayanan pasien di ruang ODC
kemoterapi, anjuran dokter di poliklinik, masa berlaku surat rujukan habis, tidak
bisa daftar online, pasien di staging, menunggu hasil laboratorium, hasil tes rapid
reaktif, sehingga harus swab, swab positif dan skrining kurang baik di poliklinik.
Tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan ini seperti melakukan koordinasi
dengan KSM agar DPJP lebih meningkatkan edukasi kepada pasien dan keluarga
tentang pentingnya mendapatkan perawatan kemoterapi yang tepat pada waktunya
sehingga mengusahakan datang tepat waktu, mengumpulksan data dengan
menggunakan work sheet untuk pemantauan ketepatan jadwal pemberian
kemoterapi, melakukan analisa faktor – faktor penyebab ketidaktepatan jadwal
pemberian kemoterapi, dan memberikan feebeack ke KSM tentang hasil
pemantauan hasil yang telah dilakukan.

b). Indikator Mutu


(1) Tingkat Kepuasan Pasien
Berdasarkan pengkajian tanggal 16 Maret 2020, dengan kondisi pasien yang
ada di ruang Angsoka 2 , pasien mengatakan puas dengan pelayanan yang
didapatkan selama perawatan. Tingkat kepuasan pasien di Ruang Angsoka 2
RSUP Sanglah pada tanggal 17 Maret adalah dari 20 orang pasien 15 orang
pasien (75%) tingkat kepuasan pasien baik dengan pelayanan RSUP Sanglah, 5
orang pasien (25%) tingkat kepuasan pasien sedang dengan pelayanan RSUP
Sanglah dan tidak ada kepuasan pasien yang memiliki tingkat kepuasan kurang
baik dengan pelayanan RSUP Sanglah.

(2) Keamanan Pasien


Indikator penilaian mutu pelayanan di ruang Angsoka 2 dapat dilihat dari
jumlah pengulangan KTD (Kejadian Tidak Diinginkan), dari hasil wawancara
dengan kepala ruangan tidak terdapat kasus KTD (Kejadian Tidak Diinginkan)
di Ruang Angsoka 2 selama bulan Januari-Maret 2021.
Terkait dengan pengetahuan perawat tentang patient safety di Ruang
Angsoka 2 berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan serta hasil
observasi, sebanyak 100% tenaga perawat sudah mengetahui dan
mengimplementasikan patient safety. Dibuktikan dengan terdapat gelang untuk
identias pasien dan penerapan gelang kuning (untuk pasien yang berisiko jatuh)
sebagai penerapan pasien safety, terdapat form pengkajian risiko jatuh, terdapat
kuisioner untuk mengkaji tingkat kepuasan pasien atau keluarga sebagai salah
satu indikator mutu pelayanan, selain itu RSUP Sanglah sering mengadakan
pelatihan setiap tahun untuk memfasilitasi dan memperbaharui pengetahuan
tenaga kesehatannya dalam memberikan pelayanan kesehatan. Kegiatan pelatihan
yang ada di RSUP Sanglah seperti Pelatihan Patient Safety, BHD, dan mengenai
program-program yang terdapat di RSUP Sanglah. Selain itu hasil observasi di
ruangan pasien terdapat beberapa tempat tidur pasien tidak menggunakan
pengaman tempat tidur, kartu berwarna yang ditempel ditempat tidur pasien
masih kurang pengaplikasiannya karen kartu tersebut menunjukan kondisi pasien
dan penomeran tempat tidur pasien masih kurang karena terdapat dua ruangan
tidak berisi penomeran tempat tidur sehingga menyulitkan keluarga pasien
menyebutkan lokasi pasien di ruangan.

Kesimpulan Management Approach :


Metode penugasan yang digunakan di Ruang Angsoka 2 adalah metode PP
modifikasi dengan jumlah pasien 32 orang. Jika dilihat dari tingkat ketergantunga
pasien, jumlah perawat yang dibutuhkan belum memenuhi perhitungan (perhitungan
sudah di jabarkan diatas) karena apabila dilihat dari jadwal pegawai, jumlah perawat
tidak sebanding dengan jumlah pasien. Untuk tingkat pendidikan dimana sebagian besar
perawat berlatar belakang pendidikan DIII Keperawatan yang bekerja di Ruang Angsoka
II. Dari sekian jumlah perawat yang ada, masih terdapat perawat yang belum mengikuti
pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan guna
menunjang keberhasilan penerapan program keperawatan.
Ruang Angsoka 2 sudah memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan standar
operasional prosedur (SOP) Ruang Angsoka 2 sudah memiliki Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) menggunakan 3S pada komputer dan standar operasional prosedur
(SOP) juga pada komputer, pelaksanaan timbang terima belum dilaksanakan secara optimal
menerapkan komunikasi efektif dengan teknik SBAR. Pelaksanaan supervisi di ruangan
Angsoka 2 sudah dilakukan mengacu pada pedoman MPKP tetapi belum maksimal,
dimana supervisi dilakukan secara lisan dan penulisan dokumentasi belum dilakukan secara
berkelanjutan.
Terkait dengan pengetahuan perawat tentang patient safety di Ruang Angsoka 2
berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan serta hasil observasi, sebanyak
100% tenaga perawat sudah mengetahui dan mengimplementasikan patient safety.
Kegiatan pelatihan yang ada di RSUP Sanglah seperti Pelatihan Patient Safety, BHD, dan
mengenai program-program yang terdapat di RSUP Sanglah.
Perawat di ruangan sudah berupaya melakukan perawatan pada pasien untuk
meminimalisir KTD (kejadian tidak diinginkan) terkait Patient Safety seperti
mengidentifikasi identifikais pasien, meningkatkan komunikais yang efektif antara perawat
dengan pasien maupun dengan keluarga pasien, meningkatkan keamanan dari obat berisiko
tinggi (high allert) dll. Selain itu, RSUP Sanglah sering mengadakan pelatihan setiap tahun
untuk memfasilitasi dan memperbaharui pengetahuan tenaga kesehatannya dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Kegiatan pelatihan yang ada di RSUP Sanglah seperti
Pelatihan Patient Safety, BHD, dan mengenai program-program yang terdapat di RSUP
Sanglah .

3.1.2 Compensatory Reward


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di Angsoka II dikatakan bahwa
semua perawat yang bekerja di Ruang Angsoka II melalui proses rekrutmen berdasarkan kriteria
yang ditetapkan oleh SDM RSUP Sanglah dan semua jabatan yang ada di ruangan seperti kepala
ruangan, perawat primer maupun perawat pelaksana juga diseleksi supaya dapat menemukan
orang yang tepat untuk semua jabatan tersebut dengan seleksi awal seperti peninjauan dokumen.
Ruang Angsoka II dipimpin oleh Kepala Ruangan dengan latar belakang pendidikan Ners
Keperawatan, dimana dalam pemberian asuhan keperawatan, sifatnya dibagi menjadi 4 tim.
Setiap tim terdiri dari 3-4 anggota. Dalam memberikan asuhan keperawatan, staff keperawatan
dibagi menjadi empat orang Perawat Primer yang masing-masing membawahi tiga-empat orang
Anggota Perawat Pelaksana. Ruang Angsoka II juga memiliki satu orang inventaris, satu orang
billing, dua orang ahli gizi, tiga orang pramusaji, satu orang farmasi klinis, dan – orang cleaning
service.
Dilihat dari kuantitas, Ruang Angsoka II memiliki 20 orang perawat (termasuk kepala
ruangan) dengan kualifikasi pendidikan terdiri dari 8 orang S1 Keperawatan Ners, 12 orang D III
Keperawatan.

3.1.3 Professional Relationship


Professional relationship merupakan hubungan antara tim pemberi layanan kesehatan.
Hubungan ini meliputi komunikasi profesional, bekerja sama secara tim dan kemampuan dalam
memimpin. Hubungan antara dokter dan perawat yang bekerja di ruang Angsoka 2 sangat baik
dan sudah melakukan komunikasi 2 arah terkait berkonsultasi tentang permasalahan pasien dan
dokter sudah melakukan visite setiap paginya dan terdapat dokter jaga yang dapat dihubungi 24
jam. Hubungan professional yang dilakukan juga di ruang Angsoka 2 yaitu melakukan ronde
keperawatan.
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan pelaksanaan ronde di Ruang Angsoka 2 pada
masa pandemic hampir setiap hari tidak terencana namun berjalan, pada masa pandemic ronde
dilakukan saat ada kasus yang menarik ( scc bukal + low intake ). Sejauh ini pemecahan
masalah-masalah khusus pada pasien dilakukan dengan cara ketua tim berdiskusi dengan kepala
ruangan, jika kepala ruangan tidak bisa menemukan cara pemecahan masalah pasien, maka akan
didiskusikan dengan tim medis lain ataupun non medis yang berkaitan dengan masalah pasien,
seperti dokter spesialis, ahli gizi, dan lain-lain. Proses pemecahan masalah tidak melalui proses
pembentukan tim ronde, proposal maupun persiapan pasien. Ronde tersebut dilakukan di nurse
station.
Kajian Teori:
Ronde keperawatan yaitu suatu metode untuk menggali dan membahas secara mendalam
masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dan kebutuhan pasien akan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat primer atau associate, konselor, kepala ruangan dan seluruh tim
keperawatan dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai kegiatan. Ronde
keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah keperawatan pada pasien
yang dilaksanakan disamping pasien, membahas, dan melaksanakan asuhan keperawatan
pada kasus tertentu yang dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, serta
perawat associate yang melibatkan seluruh anggota tim. Tujuan ronde adalah mengatasi
masalah pasien, memenuhi kebutuhan pasien yang didapat, terciptanya kerjasama antara tim
kesehatan, dan perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.
Pelaksanaan di ruangan:
Sejauh ini pemecahan masalah-masalah khusus pada pasien baru dilakukan dengan cara
ketua tim berdiskusi dengan kepala ruangan, jika kepala ruangan tidak bisa menemukan cara
pemecahan masalah pasien, maka akan didiskusikan dengan tim medis lain ataupun non
medis yang berkaitan dengan masalah pasien, seperti dokter spesialis, ahli gizi, dan lain-lain.
Kendala :
Ronde keperawatan sudah pernah dilakuka, saat masa pandemi kegiatan ronde dilakukan saat
ada kasus yang menarik di Ruang Angsoka 2.

Kesimpulan Professional Relationship


Professional relationship di Ruang Angsoka sudah berjalan dengan baik dibuktikan dengan
Hubungan antara dokter dan perawat yang bekerja di ruang Angsoka sangat baik dan sudah
melakukan komunikasi 2 arah terkait berkonsultasi tentang permasalahan pasien dan dokter
sudah melakukan visite setiap paginya dan terdapat dokter jaga yang dapat dihubungi 24 jam
dan di Ruang Angsoka sudah pernah dilakukan ronde keperawatan meskipun belum
dilakukan secara maksimal karena masa pandemi.

3.1.4 Patient Care Delivery


1. Dokumentasi Keperawatan
No Uraian Form Yang
Melengkapi
1. Form : RM 6.1 Discharge Summary Dokter
2. Form : RM 6.2 Catatan Keperawatan Pemulangan Pasien Perawat
3. Form : RM 6.4 Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Perawat
Planning)
4. Form : RM 1.1 General Consent Rawat Inap Perawat
4. Form : RM 1.2 General Consent Rawat Jalan (Dari IGD) Perawat
5. Form : RM 1…. Informed Consent Dokter
6. Form : RM 1.12 Pengkajian Kebutuhan Edukasi Pasien Dan Perawat
Keluarga
7. Form : RM 1.12.1 Catatan Informasi Dan Edukasi Terintegerasi Perawat
9. Form : RM.5.5 Asesment Awal Gawat Darurat Medis Penyakit Dokter dan
THT-KL Perawat
10. Form : RM.5.6 Asesment Awal Rawat Inap Medis Dan Dokter dan
Keperawatan Paliatif Perawat
11. Form: RM.10.2.1 Triage Pasien Gawat Darurat Dokter
12. Form : RM 12.1 Pengkajian Gizi Ri, Gizi Anak, Gizi Ahli Gizi
Geriatrik
13. Form : RM 12.3 Asuhan Gizi Ahli Gizi
14. Form : RM. 2.1 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi Dokter,
Perawat
15. Form : RM. 2.1.1 Catatan Timbang Terima Pasien SBAR Dokter,
Perawat
16. Form : RM. 2.2 Catatan Pemindahan Pasien Antar Ruangan Perawat
17. Form : RM. 5.20. Rencana Dan Implementasi Keperawatan Perawat
18. Form : RM 5.13 Pengkajian Risiko Jatuh Dewasa (Skala Morse) Perawat
19. Form : RM 2.3 Catatan Observasi Komprehensif Perawat
20. Form : RM 5.13.1 Form Time Out Pemberian Obat Kemotherapi Perawat
21. Form : RM. 2.8 Keseimbangan Cairan Perawat
22. Form : RM 11.2 Obat Perawat
23. Form : RM 11.7 Rekonsiliasi Obat Perawat

Pengumpulan data yang dilakukan di Ruang Angsoka II dengan teknik observasi


dan wawancara dengan komponen berupa : lembar penilaian berisi biodata, lembar
order dokter, lembar riwayat medis, catatan keperawatan dan laporan yang meliputi:
a. Lembadokumentasi keperawatan r tindakan dan evaluasi
b. Catatan perkembangan
c. Catatan pemberian obat
d. Rekam asuhan keperawatan
e. Catatan observasi komprehensif
f. Blangko tindakan medis dan lain sebagainya.
Khususnya mengenai pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang Angsoka II
dilakukan secara online melalui website SIMARS Online RSUP Sanglah mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pada proses
pendokumentasian asuhan keperawatan menggunakan SDKI, SLKI dan SIKI yang
sudah tercantum pada website SIMARS Online RSUP Sanglah.

2. Uraian Tugas
Dari data yang didapatkan di ruang Angsoka II, masing-masing petugas (kepala
instalasi, kepala sub instalasi, penanggung jawab, perawat primer, perawat associate dan
cleaning service) memiliki tugas masing-masing dan sudah ada buku pedoman mengenai
uraian tugas dari masing – masing perawat. Dari data yang didapatkan di ruang Angsoka
II, masing-masing petugas (kepala instalasi, kepala sub instalasi, penanggung jawab,
perawat primer, perawat associate dan cleaning service) memiliki tugas masing-masing dan
sudah ada buku pedoman mengenai uraian tugas dari masing – masing perawat. Dilihat
dari segi pelaksanaan tugas di ruang Angsoka II berkaitan dengan peran tugas masing-
masing karu, katim dan pelaksana di dalam managemen MPKP belum secara 100%
terlaksana sesuai dengan pedoman MPKP.
Kepala Instalasi
Uraian Tugas :
1. Menyusun Rencana Kerja Instalasi Kanker Terpadu, sesuai dengan Rencana Strategi
(Renstra) dan Rencana Bisnis dan Anggaran RSUP Sanglah Denpasar.
2. Menyusun Tata Cara Kerja di lingkungan Instalasi Kanker Terpadu, yang meliputi
cara pelaksanaan tugas, pendistribusian tugas serta bimbingan pelaksanaannya.
3. Menyiapkan data usulan Program dan Anggaran Instalasi Kanker Terpadu.
4. Menyiapkan data usulan kebutuhan tenaga pada Instalasi Kanker Terpadu.
5. Menyiapkan data usulan kebutuhan sarana, prasarana dan fasilitas Instalasi Kanker
Terpadu.
6. Menyiapkan data kebutuhan pemeliharaan sarana, prasaranadan fasilitas Instalasi
Kanker Terpadu.
7. Menyiapkan data kebutuhan pendidikan, pelatihan serta penelitian dan pengembangan
Instalasi Kanker Terpadu.
8. Menyusun Sasaran Kinerja Pegawai Instalansi Kanker Terpadu.
9. Menyusun Standar Prosedur Operasional di Instalasi Kanker Terpadu.
10. Melaksanakan pemantauan dan pengawasan kegiatan di lingkungan Instalasi Kanker
Terpadu.
Hasil Kerja :
1. Rencana kerja Instalasi Kanker Terpadu.
2. Tata cara kerja Instalasi Kanker Terpadu.
3. Usulan program dan anggaran Instalasi Kanker Terpadu.
4. Data usulan kebutuhan tenaga Instalasi Kanker Terpadu.
5. Data usulan kebutuhan sarana, prasarana dan fasilitas di Instalasi Kanker Terpadu.
6. Data usulan pemeliharaan sarana, prasarana dan fasilitas di Instalasi Kanker Terpadu.
7. Data usulan kebutuhan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di
Instalasi Kanker Terpadu.
8. Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) Instalasi Kanker Terpadu.
9. Rancangan usulan Standar Prosedur Operasional (SOP) Instalasi Kanker Terpadu.
10. Laporan pelaksanaan kegiatan pelayanan radioterapi, pemantauan dan pengawasan
kegiatan di lingkungan Instalasi Kanker Terpadu.
11. Laporan kegiatan ketatausahaan dan kerumahtanggaan di Instalasi Kanker Terpadu.
Kepala Sub - Sub Instalasi Radioterapi
Uraian Tugas :
1. Menyusun Tata Cara Kerja di lingkungan Sub – Sub Instalasi Radioterapi, yang
meliputi cara pelaksanaan tugas, pendistribusian tugas serta bimbingan
pelaksanaannya.
2. Menyiapkan data usulan Program dan Anggaran Sub – Sub Instalasi Radioterapi.
3. Menyiapkan data usulan kebutuhan tenaga pada Sub – Sub Instalasi Radioterapi.
4. Menyiapkan data usulan kebutuhan sarana, prasarana dan fasilitas Sub Instalasi
Radioterapi.
5. Menyiapkan data kebutuhan pemelihara sarana, prasarana dan fasilitas Sub Instalasi
Radioterapi.
6. Menyiapkan data kebutuhan pendidikan, pelatihan serta penelitian dan pengembangan
Sub Instalasi Radioterapi.
7. Menyusun Sasaran Kinerja Pegawai Sub Instalasi Radioterapi.
8. Menyusun Standar Prosedur Operasional di Sub Instalasi Radioterapi
9. Melaksanakan pemantauan dan pengawasan kegiatan di lingkungan Sub Instalasi
Radioterapi.
Hasil Kerja :
1. Tata cara kerja Sub – Sub Instalasi Radioterapi.
2. Usulan program dan anggaran Sub Instalasi Radioterapi.
3. Data usulan kebutuhan tenaga Sub Instalasi Radioterapi.
4. Data usulan kebutuhan saranna, prasaran dan fasilitas di Sub Instalasi Radioterapi.
5. Data usulan pemeliharaan sarana, prasarana dan fasilitas di Sub Instalasi Radioterapi
6. Data usulan kebutuhan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di
Sub Instalasi Radioterapi.
7. Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) Sub Instalasi Radioterapi.
8. Rancangan usulan Standar Prosedur Operasional (SOP) Sub Instalasi Radioterapi.
9. Laporan pelaksanaan kegiatan pelayanan radioterapi, pemantauan dan pengawasan
kegiatan di lingkungan Sub Instalasi Radioterapi.
10. Laporan kegiatan ketatausahaan dan kerumahtanggaan di Sub Instalasi Radioterapi
Penanggung Jawab
1. Koordinasi hasil laporan (masalah) ke kepala Instalasi dan Ka Sub Instalasi.
2. Melakukan supervise ruangan ( kebersihan, keamanan, kegiatan pelayanan).
3. Memantau dan merencanakan kebutuhan sarana, fasilitas dan tenaga medis,
keperawatan dan non medis.
4. Melakukan bimbingan dan pembinaan kepada staf.
5. Melakukan penilaian pelaksanaan dan penerapan etika keperawatan.
6. Mengatur tenaga sesuai dengan beban kerja.
7. Mensosialisasikan kebijakan pimpinan.
8. Melaksanakan asuhan keperawatan.
9. Melakukan pengkajian masukan / usulan staf.
10. Melakukan rekapitulasi dan pelaporan kegiatan rutin dan esendetil.
Perawat Primer
1. Bertugas pada pagi hari (sesuai situasi ruangan).
2. Bersama PA menerima operan tugas jaga dari PA yang tugas jaga malam.
3. Bersama PA melakukan konfirmasi/supervise tentang kondisi pasien segera setelah
operan tugas jaga setiap pasien.
4. Bersama PA melakukan doa bersama sebagai awal dan akhir tugas, dilakukan setelah
selesai operantugas jaga malam.
5. Melakukan pre conference dengan semua PA yang ada dalam grupnya pada setiap awal
dinas pagi.
6. Membagi tugas / pasien kepada PA sesuai kemampuan dan beban kerja.
7. Melakukan pengkajian, menentapkan masalah/ diagnosa dan perencanaan keperawatan
kepada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan.
8. Memonitor dan membimbing tugas PA.
9. Membantu tugas PA untuk kelancaran pelaksanaan asuhan pasien.
10. Mengoreksi, merevisi dan melengkapi catatan askep yang dilakukan oleh PA yang ada
di bawah tanggung jawabnya.
11. Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai tujuan yang ada dalam
perencanaan asuhan keperawatan dan ada bukti dalam rekam keperawatan.
12. Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas dan menerima laporan akhir
tugas jaga dari PA untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya.
13. Memperkenalkan PA yang ada dalam satu grup / yang akan merawat selama pasien
dirawat kepada pasien/ keluarga baru.
14. Mendelegasikan tugas kepada PA yang ada dalam satu grup / yang akan merawat
selama pasien dirawat kepada pasien/ keluarga baru.
15. Mendelegasikan tugas kepada PA pada S/M/HL.
16. Melaksanakan pendelegasian tugas Ka Ru bila pagi hari tidak bertugas.
17. Menyelenggarakan diskusi kasus/ conference dengan dokter/ tim kesehatan lain setiap
minggu sekali.
18. Menyelenggarakan diskusi kasus/ conference dengan dokter/ tim kesehatan lain setiap
minggu sekali.
19. Menyelenggarakan diskusi kasus / conference dalam pertemuan rutin keperawatan
diruangan minimal sebulan sekali.
20. Menyelenggarakan diskusi kasusu / conference sesuai prosedur.
21. Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas.
Perawat Associate
1. Melakukan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada PA yang dalam
satu grup.
2. Melakukan konfirmasi/ supervise tentang kondisi pasien segera setelah selesai operan
tugas jaga.
3. Mengikuti pre conference yang dilakukan PP setiap awal tugas pagi.
4. Melaksanakna asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya
dan ada bukti di status keperawatan.
5. Menerima keluhan pasien / keluarga dan berusaha untuk mengatasinya.
6. Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
7. Melakukan evalusai asuhan keperawatan setiap akhir tugas pada semua pasien dan
melaporkan kondisi / perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya
kepada PP.
8. Bila PA tidak ada wajib mengenalkan PA yang ada dalam satu grup yang akan
memberikan asuhan keperawtan pada jaga berikutnya kepada paien / keluarga baru.
9. Melaksanakan pendelegasian tugas PP pada S/M/HL.
10. Berkordinasi dengan KaRu/Dokter/ tim kesehatan lain bila ada masalah pasien pada
S/M/HL.
11. Mengikuti diskusi kasus/ conference dengan dokter/ tim kesehatan lain setiap minggu
sekali.
12. Mengikuti diskusi kasus/ conference dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan.
13. Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas PA.
Cleaning Service
1. Menmbersihkan, menyapu, mengepel seluruh ruangan.
2. Memilah sampah medis dan non medis.
3. Mengangkut dan membuang sampah sesuai jenisnya.
4. Menyiapkan dan membersihkan tempat sampah.
5. Mengganti dan menyiapkan alat/ bahan.
3. Sentralisasi Obat
Hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan bahwa semua perawat di
Ruang Angsoka II sudah menerapkan tentang pengadaan sentralisasi obat. Saat ini
sistem penyimpanan obat yang dilakukan di ruang Angsoka II adalah penanggung
jawab penglolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat
didelegasikan kepada staf yang ditunjuk. Perawat/ pos memberikan resep ke depo,
kemudian dari pihak depo menyiapkan obat dan perawat / pos menerima obat. Obat
yang telah diserahkan selanjutnya dicek kembali apakah obat yang telah diterima
sesuai dengan obat yang telah diresepkan. Kemudian obat simpan oleh perawat dalam
sentralisasi obat yang sudah lengkap berisi identitas pasien (Nama, no RM dan tanggal
lahir pasien).
Kajian teori :
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaannya sepenuhnya kepada perawat.
Tujuan dilakukannya sentralisasi obat adaalah mampu mengelola obat pasien,
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam prinsip 6B + 1W, meningkatkan
kepuasaan klien dan keluarga atas asuhan keperawatan yang diberikan, meningkatkan
kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam pengelolaan sentralisasi
obat, dan meningkatkan kepatuhan pasien terhadap kepatuhan terapi. Obat oral dan
obat luar sebaiknya disimpan dengan tempat terpisah dan obat yang diterima dicatat
dalam buku besar persediaan atau dalam kartu persediaan (Nursalam, 2014).
Pelaksanaan di ruangan :
Berdasarkan pengamatan di Ruang Angsoka II, obat yang telah diresepkan oleh
dokter kemudian perawat/ pos menyerahkan resep tersebut ke depo untuk menyiapkan
obat yang diperlukan oleh pasien setelah obat sudah diterima, perawat yang bertugas
mengecek kembali obat yang diberikan oleh depo. Tempat obat enteral dan parenteral
diletakkan di tempat yang berbeda dan di dalam tempat obat terdapat nama, nomor
RM dan tanggal lahir pasien.
Kendala :
Sentralisasi obat telah dilakukan dengan baik di Ruang Angsoka II berdasarkan
hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan mengatakan
untuk tempat obat enteral dan parental sudah di tempatkan di tempat yang berbeda dan
sudah terdapat nama , nomor RM dan tanggal lahir pada tempat obat. Namun untuk
pengembalian obat pasien pulang dan meninggal belum optimal dikarenakan
keterbatasan jumlah SDM seperti beberapa obat yang langka , spuit dll di simpan di
tempat obat untuk kebutuhan mendesak pasien yang berada di ruangan.

4. Discharge planning
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada penanggung jawab di Ruang
Angsoka II RSUP Sanglah Denpasar dikatakan bahwa discharge planning sudah
dilakukan dengan baik. Pasien yang sudah diperbolehkan pulang oleh dokter hanya
diberikan jadwal untuk kontrol kembali termasuk terapi obatnya dan mengajarkan pada
pasien yang harus dilakukan dan dihindari selama di rumah, serta hasil-hasil
pemeriksaan selama dirawat. Pemberian health education kepada pasien dan keluarga
pasien hanya dijelaskan secara lisan.
Kajian Teori :
Discharge planning adalah suatu proses yang digunakan untuk memutuskan apa
yang perlu pasien lakukan untuk dapat meningkatkan kesehatannya. Tujuan dari
dilakukan discharge planning sangat baik untuk kesembuhan dan pemulihan pasien
pasca pulang dari rumah sakit. Tujuan dari discharge planning adalah mengkaji
kebutuhan rencana pulang, mengidentifikasi masalah pasien, memprioritaskan masalah
pasien yang harus dilakukan dan dihindari selama di rumah, melakukan evaluasi pada
pasien selama diberikan penyuluhan.
Pelaksanaan di Ruangan:
Discharge planning di Ruang Angsoka II dilakukan pada pasien yang sudah
diperbolehkan pulang oleh dokter yang telah melakukan visite. Di ruang ini terdapat
lembar discharge planning pada rekam medis pasien sehingga dapat didokumentasikan.
Kendala:
Dicharge planning di Ruang Angsoka II dilakukan pada pasien yang sudah
diperbolehkan pulang oleh dokter yang telah melakukan visite. Pasien diberikan health
education mengenai obat yang harus dikonsumsi dengan dosis yang telah diresepkan,
makanan yang boleh dimakan, aktivitas fisik yang boleh dilakukan kemudian jadwal
kontrol, namun masih kurangnya sarana prasarana seperti leaflet yang diberikan untuk
pasien pulang.

3.1.5 Analisis SWOT

Analisis kelebihan dan kekurangan 5M


No. Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x
Rating
1 M1 (Man/Ketenagaan)
a. Internal Factor
(IFAS)
Strength/Kekuatan :
1. Sebagian besar 0,2 4 0,8 S-W
perawat di ruangan 3,8-2,4 =
telah berkualifikasi 1,4
pendidikan minimal
DIII Keperawatan.
2. Telah terdapat tenaga 0,2 4 0,8
keperawatan dengan
penddikan S1Ners
yaitu 8 orang.
3. Kinerja perawatan 0,2 4 0,8
sudah kompeten
dengan tugas-
tugasnya.
4. Perawat rutin 0,2 4 0,8
mengikuti seminar
dan pelatihan yang
direncanakan setiap
tahun.
5. Sebagian perawat 0,2 3 0,6
melanjutkan
pendidikan untuk
meningkatkan
keilmuan demi
menunjang
perawatan.
Total 1 3.8
Weakness/Kelemahan
:
1. Jumlah perawat 0,6 2 1,2
diruangan tidak
sebanding dengan
jumlah pasien
2. Sebagian besar 0,4 3 1,2
perawat masih
berpendidikan D3
Keperawatan
Total 1 2,4
b. Eksternal Faktor
(EFAS) O-T
Opportunity/Peluang 3,4 – 3 =
: 0,4
1. Rumah sakit memberi 0,3 3 0,9
peluang bagi perawat
untuk melanjutkan
pendidikan
2. Rumah sakit memberi 0,4 4 1,6
kesempatan bagi
perawat untuk
mengikuti pelatihan
dan seminar
3. Adanya kebijakan 0,3 3 0,9
pemerintah tentang
profesionalisme
perawat

Total 1 3,4
Threaten/Ancaman
1. Adanya tuntutan dari 0,5 3 1,5
masyarakat untuk
pelayanan yang lebih
professional.
2. Semakin tingginya 0,5 3 1,5
kesadaran masyarakat
akan kesehatan
Total 1 3
2 M2 (Material/Sarana dan
Prasarana) S-W
a. Internal Factor 3,5-1,8 =
(IFAS) 1,7
Strength :
1. Tersedia ruang 0,2 4 0,8
khusus untuk
menyimpan peralatan
dan obat-obatan
2. Terdapat lemari 0,1 3 0,3
khusus untuk
menyimpan lembar-
lembar dokumentasi
keperawatan
3. Pemilahan sampah 0,2 4 0,8
medis, nonmedis dan
sampah kemo sudah
optimal
4. Tersedia ruang ganti 0,1 2 0,2
dan ruang istirahat
untuk perawat
5. Pemberian label 0,1 3 0,3
sudah dilakukan
secara optimal
6. Tersedia nurse station 0,1 2 0,3
yang luas
7. Fasilitas ruangan 0,2 4 0,8
pasien yang memadai

Total 1 3,5

Weakness :
1. Tidak tersedianya 0,6 1 0,6
ruang isolasi khusus
untuk penyakit
menular
2. Terdapat nomer bed 0,4 3 1,2
yang kosong di
beberapa ruangan

Total 1 1,8
b. Eksternal Faktor
(EFAS) O-T
Oportunity : 3,6-2,5 =
1. Adanya rencana 0,6 4 2,4 1,1
pengadaan barang
setiap tahun
2. Adanya kesempatan 0,4 3 1,2
untuk mengganti
peralatan yang rusak
diluar rencana
tahunan dengan
bersurat terlebih
dahulu.
Total 1 3,6
Threaten :
1. Adanya tuntutan 0,5 3 1,5
tinggi dari
masyarakat untuk
melengkapi sarana
dan prasarana
2. Adanya beberapa 0,5 2 1
fasilitas yang
membutuhkan
perbaikan
Total 1 2,5
3 M3 (Method) MAKP
a. Internal Factor S-W
(IFAS) 3,5-2,4 =
Strength : 1,1
1. Memiliki standar 0,2 4 0,8
asuhan keperawatan
2. Adanya kemampuan 0,2 4 0,8
perawat untuk
memberi pendidikan
kesehatan untuk
pasien dan keluarga
3. Format dokumentasi 0,1 3 0,3
asuhan keperawatan,
catatan medis, dan
catatan perawatan
pasien diletakkan
dalam satu rekam
medis.
4. Terdapat SOP untuk 0,2 4 0,8
setiap tindakan
keperawatan
5. Sudah dilakukan 0,1 2 0,2
pengamatan kinerja
masing-masing PP.
6. Pelaksanaan timbang 0,2 3 0,6
terima dilaksanakan
secara optimal
menerapkan
komunikasi efektif
dengan teknik SBAR.
Total 1 3,5
Weakness :
1. Pelaksanaan ronde 0,4 3 1,2
keperawatan tidak
ditentukan selama
masa pandemi.
2. Adanya perawat 0,6 2 1,2
primer yang
merangkap menjadi
perawat associate
selama pandemic
Total 1 2,4
b. Eksternal Factor
(EFAS) O-T
Opportunity : 3,2-3 =
1. Adanya kepercayaan 0,2 4 0,8 0,2
dari pasien dan
masyarakat terhadap
rogram pelayanan
kesehatan di ruangan
2. Adanya penyuluhan 0,3 3 0,9
dari mahasiswa
praktek kepada
pasien 0,2 3 0,6
3. Adanya kerjasama
dengan institusi
pendidikan sehingga
dapat memberi
masukan terhadap
manajemen ruangan 0,3 3 0,9
4. Adanya kerjasama
dengan instansi
kesehatan dalam
meningkatkan proses
pengobatan
Total 1 3,2
Treaten :
1. Adanya persaingan 0,3 3 0,9
pemberian pelayanan
dengan RS Swasta
2. Adanya tuntutan dari 0,4 3 1,2
masyarakat yang
semakin tinggi akan
pelayanan yang
professional dan
cepat terutama saat
pandemi
3. Meningkatnya 0,3 3 0,9
kesadaran masyarakat
akan tanggung jawab
dan tanggung gugat
perawat sebagai
pemberi asuhan
keperawatan
Total 1 3
4 M4 (Money)
a. Internal Factor S-W
(IFAS) 3,1-1 =
Strength : 2,1
1. Biaya rawat inap 0,4 4 1,6
lebih terjangkau
dibanding swasta
2. Pendanaan pelayanan 0,3 2 0,6
kesehatan,
pemeriksaan, dan
perawatan sudah
diatur sentra oleh
rumah sakit.
3. Adanya pemberian 0,3 3 0,9
jasa pelayanan
perawat

Total 1 3,1
Weakness :
1. Pendanaan untuk 1 1 1
ruangan Angsoka II
diatur oleh pusat
sehingga prosedur
pengadaan fasilitas
membutuhkan waktu
yang relatif lama
Total 1 1
b. Eksternal Factor
(EFAS) O-T
Opportunity : 3-1 = 2
1. Semakin 0,5 3 1,5
meningkatnya
kebutuhan pelayanan
kesehatan di
masyarakat
2. Adanya kerjasama 0,5 3 1,5
dengan pihak kedua
dalam pembayaran
pelayanan kesehatan
Total 1 3
Threaten :
1. Adanya 1 1 1
keterlambatan
pembayaran dari
pihak kedua
Total 1 1
5 M5 (Market)
a. Internal Factor
(IFAS) S-W
Strength : 3,4-0 =
1. Rumah Sakit Umum 0,3 4 1,2 3,4
Pusat Sanglah
merupakan rumah
sakit rujukan utama
yang memiliki
kelengkapan sarana
prasarana serta
petugas medis yg
memadai
2. Terdapat kuisioner 0,2 3 0,6
untuk mengkaji
tingkat kepuasan
pasien atau keluarga
sebagai salah satu
indicator mutu
pelayanan
3. Terdapat leaflet 0,2 2 0,4
mengenai RSUP
Sanglah
4. Ruang Angsoka II 0,3 4 1,2
merupakan ruangan
kanker terpadu yang
melayani pengobatan
kanker secara
professional
Total 1 3,4
Weakness : 1 0 0
-
Total 1 0
b. Eksternal Factor
(EFAS) : 0-T
Opportunity : 3-2 = 1
1. Adanya jaminan 0,5 3 1,5
kesehatan yang
dibiayai oleh
pemerintah
2. Adanya program 0,5 3 1,5
rujukan dari
pemerintah
Total 1 3
Threaten :
1. Adanya persaingan 1 2 2
dengan rumah sakit
dan klinik swasta
Total 1 2
Analisis kelebihan dan kekurangan 4 pilar

No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x


Rating
1 Management Approach
a. Internal Factor S-W
(IFAS) 3,7-2,7 = 1
Strength :
1. Metode PP yang 0,1 3 0,3
digunakan yaitu
PP modifikasi
2. Memiliki perawat 0,2 4 0,8
pendidikan Ners
Keperawatan
sejumlah 8 orang
3. Memiliki perawat 0,2 3 0,6
dengan
pendidikan
terahir minimal
D3 Keperawatan
4. Memiliki standar 0,1 4 0,4
asuhan
keperawatan
5. Memiliki SOP 0,2 4 0,8
dalam melakukan
tindakan
keperawatan
6. Semua perawat 0,2 4 0,8
sudah
mengetahui dan
melakukan
patient safety

Total 1 3,7
Weakness :
1. Jumlah perawat 0,3 2 0,6
diruangan tidak
sebanding
dengan jumlah
pasien
2. Sebagian besar 0,2 3 0,6
perawat masih
berpendidikan
D3 Keperawatan
3. Pelaksanaan 0,3 3 0,9
timbang terima
belum dilakukan
secara maksimal
4. Pelaksanaan 0,2 3 0,6
supervisi belum
maksimal

Total 1 2,7
b. Eksternal Factor
(EFAS) O-P
Opportunity : 4-3 = 1
1. Perawat 0,5 4 2
berkesempatan
melanjutkan
pendidikan
2. Perawat 0,5 4 2
berkesempatan
mengikuti
pelatihan dan
seminar setiap
tahun
Total 1 4
Threaten :
1. Adanya tuntutan 0,5 3 1,5
dari masyarakat
mengenai
pelayanan yang
professional
2. Adanya 0,5 3 1,5
persaingan
dengan klinik dan
rumah sakit
swasta

Total 1 3
Compensatory Reward
a. Internal Factor S-W
(IFAS) 3,7-2 = 1,7
Strength :
1. Semua SDM 0,4 4 1,6
direkrut melalui
prosedur
rekrutmen
berdasarkan
kriteria yang
ditetapkan oleh
RSUP Sanglah
2. Kepala ruangan, 0,3 4 1,2
PP, PA diseleksi
jabatan sehingga
menemukan
orang yang tepat
3. Ruang Angsoka 0,3 3 0,9
memiliki kepala
ruangan dengan
latar belakang
pendidikan Ners,
4 PP, 15 PA, 1
inventaris, 1
billing, 2 ahli
gizi, 3 pramusaji,
1 farmasi klinis,
dan 2 CS
Total 1 3,7
Weakness :
1. Rekrutmen 1 2 2
perawat baru
tidak diadakan
secara rutin
Total 1 2
b. Eksternal Factor
(EFAS) O-T
Opportunity : 4-3 = 1
1. Adanya 1 4 4
perekrutan SDM
melalui seleksi
dengan kriterian
yang ditetapkan
RSUP Sanglah
yang
memungkinkan
perawat yg lulus
adalah
professional

Total 1 4
Threaten :
1. Adanya 1 3 3
persaingan
dengan klinik dan
rumah sakit
swasta
Total 1 3
Professional
Relationship S-W
a. Internal Factor 3,3-3 = 0,3
(IFAS)
Strength :
1. Perawat dan 0,3 4 1,2
dokter bekerja
sama dengan baik
dan menerapkan
komunikasi dua
arah
2. Dokter 0,2 3 0,6
melakukan visite
setiap pagi
3. Terdapat dokter 0,3 3 0,9
jaga yang dapat
dihubungi 24 jam
4. Pernah dilakukan 0,2 3 0,6
ronde
keperawatan

Total 1 3,3
Weakness :
1. Pelaksanaan 1 3 3
ronde
keperawatan
tidak dijadwalkan
selama pandemi
Total 1 3
b. Eksternal Factor
(EFAS) O-T
Opportunity : 3-3 = 0
1. dilakukannya 1 3 3
ronde
keperawatan di
ruangan saat ada
kasus yang
menarik
Total 1 3
Threaten :
1. adanya tuntutan 1 3 3
professionalitas
dari masyarakat
Total 1 3
Patient Care Delivery
a. Internal Factor S-W
(IFAS) 3,4-2,6 =
Strength : 0,8
1. Dokumentasi 0,2 3 0,6
keperawatan
secara lengkap
terdapat dalam
satu les pasien
2. Dokumentasi 0,2 3 0,6
keperawatan
dilakukan online
di SIMARS
3. Masing-masing 0,1 3 0,3
petugas di
Angsoka II
memiliki tugas
yang sudah ada
dalam buku
pedoman
4. Terdapat ruang 0,2 4 0,8
khusus untuk
penyimpanan
obat-obatan
5. Terdapat lembar 0,1 3 0,3
discharge
planning untuk
pasien pulang
6. Pasien pulang 0,2 4 0,8
diberi health
education, obat
pulang, dan
jadwal control
Total 1 3,4
Weakness :
1. Pelaksanaan 0,4 2 0,8
tugas perawat di
ruang Angsoka II
masih merangkap
karena
keterbatasan
jumlah perawat
selama pandemic
2. Pengembalian 0,3 3 0,9
obat pasien
pulang belum
maksimal
3. Pemberian health 0,3 3 0,9
education belum
maksimal kepada
pasien pulang
karena
keterbatasan
leaflet
Total 1 2,6
b. Eksternal Factor
(EFAS) O-T
Opportunity : 3-3 = 0
1. Adanya 1 3 3
mahasiswa
praktik yang
membantu
memberi
masukan
mengenai
menejemen
keperawatan
diruangan

Total 1 3
Threaten :
1. Adanya 0,5 3 1,5
persaingan
dengan klinik dan
rumah sakit
swasta
2. Pengetahuan 0,5 3 1,5
masyarakat yang
semakin
meningkat
mengenai
kesehatan
Total 1 3
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari analisis internal dan eksternal pada tabel diatas,
hasilnya dapat dirangkum sebagai berikut :

1. Skor total strength = 31,4


2. Skor total weakness = 17,9
3. Skor total opportunities = 30,2
4. Skor total threaten = 23,5

Berdasarkan semua skor total tersebut, maka dapat digambarkan kuadran SWOT. Sebelum
menggambarkan kuadran, terlebih dahul harus menentukan titik koordinatnya. Untuk mencari
titik koordinatnta dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Kuadran x = kuadran analisis internal


= skor total strength – skor total weakness
= 13,5
2. Koordinat y = koordinat analisis eksternal
= skor total opportunities – skor total threaten
= 6,7

Jadi titik koordinatnya terletak pada titik (x,y) = ((13,5) , (6,7))

Jika digambarkan dalam koordinat kartesius, maka akan diperoleh diagram sebagai berikut :
x

13
12
Kuadran II 11 Kuadran I

(+,-) 10 (+,+)
9
8
7
6
5
4
3
2
1
y

1 2 3 4 5 6 7

Kuadran II Kuadran IV

(-,-) (-,+)
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa ruang Angsoka II terletak di
kuadran I. Kuadran I merupakan situasi yang menguntungkan, karena rumah sakit atau
ruangan memiliki peluang dan kekuatan yang baik dan bisa dioptimalkan dengan cara
meminimalisir segala kelemahan dan ancaman.
Strategi yang digunakan adalah mendukung strategi agresif yang bertujuan untuk
melakukan program serta meminimalisir kelemahan yang berasal dari sumber daya
manusia (pekerja). Cara yang digunakan antara lain :
1. Meningkatkan mutu pelayanan dengan memperbaiki dan mengembangkan sarana dan
prasarana yang ada.
2. Mengadakan pelatihan yang dikhususkan untuk para perawat dan tenaga kerja
lainnya untuk memperbaiki kualitas SDM.
3. Meningkatkan keamanan pasien dan perawat.
4. Menetapkan kebijakan baru yang mendukung perkembangan rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai