POST PARTUM
Oleh:
OLEH :
Oleh :
TINGKAT II.A
DIV KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN POST
PARTUM
2. Faktor Predisposisi
Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu,
faktor janin, dan faktor persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah
jumlah kehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di
luar rahim (lebih dari 28 minggu). Paritas menunjukkan jumlah
kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan
telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya (Oxorn,
2003).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah
keadaan kelahiran atau partus. Pada primipara robekan
perineum hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada
persalinan berikutnya (Sarwono, 2005).
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk
meneran bila pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson
telah terjadi. Ibu harus didukung untuk meneran dengan benar
pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin mengejang
(Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara
lebih efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).
b. Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih
dari 4000 gram (Rayburn, 2001). Makrosomia disertai dengan
meningkatnya resiko trauma persalinan melalui vagina seperti
distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang
klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti
laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn,
2001).
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak
hubungan sumbu memanjang janin dengan sumbu memanjang
panggul ibu (Dorland,1998).
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin
memanjang, sikap extensi sempurna dengan diameter pada
waktu masuk panggul atau diameter submentobregmatika
sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara
glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian
terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2003).
b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian
(pertengahan), hal ini berlawanan dengan presentasi muka
yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah
daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan
penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah
adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm,
merupakan diameter antero posterior kepala janin yang
terpanjang (Oxorn, 2003).
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan
kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub
bawah dengan penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan
posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi
empat macam yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi
bokong murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi
bokong lutut (Oxorn, 2003).
Proses persalinan
normal
Pasca Bersalain
Keletihan Gangguan
Defesiensi Involusi Uteri
Pengetahuan Hambatan
Mobilitas Fisik Luka
kecemasan episiotomi
Ketidak Efektifan
Gangguan
Pemberian ASI
Pola Eliminasi
Risiko Urine
Konstipasi
4. Klasifikasi
Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode,
yaitu: (Mitayani, 2009)
a. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum
b. Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum
c. Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan
minggu keenam postpartum
5. Gejala Klinis
a. Perubahan fisik
1) Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses
kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses
involusi terjadi karena adanya:
a) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang
tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang
membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima
kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali
mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut
akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang
menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah
melahirkan.
b) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-
otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit
pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta
dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna.
Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya
peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot
kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot
menjadi lebih kecil.
c) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang
menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.
Diameter Bekas
Berat
Involusi TFU Melekat Keadaan Cervix
Uterus
Plasenta
Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 Lembek
plasenta
lahir
1 minggu Pertengahan
pusat 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2 jari
symphisis
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm Dapat dimasuki 1 jari
8 minggu Normal 30 gr
9) Perubahan Psikologi
6. Pemeriksaan Diagnostik
7. Penatalaksanaan Medis
8. Komplikasi
c. Gangguan psikologis
d. Depresi post partum
e. Post partum Blues
f. Post partum Psikosa
g. Gangguan involusi uterus
2. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut
1) Batasan Karakteristik
a) Perubahan tekanan darah
b) Perubahan frekuensi jantung
c) Perubahan frekuensi pernapasan
d) Laporan isyarat
e) Perilaku distraksi
f) Mengekspresika nyeri
g) Meringis
h) Sikap melindungi area nyeri
i) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
j) Melaporkan nyeri secara verbal
k) Gangguan tidur
2) Faktor yang berhubungan
a) Agen cidera fisik (luka episiotomi)
c. Resiko Konstipasi
1) Batasan karakteristik
a) Kelemahan otot abdomen
b) Mengebaikan kebiasaan dorongan untuk defekasi
c) Ketidak adekuatan toileting
d) Kurang aktivitas fisik
2) Faktor Resiko
a) Kecemasan
b) Trauma persalinan
c) Perubahan pola makan
d) Kurang mobilisasi
f. Resiko infeksi
1) Faktor-faktor resiko:
a) Trauma jalan lahir
b) Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemanjangan patogen
c) Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat : gangguan peritalsis,
kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter IV, prosedur invasif) ,
perubahan sekresi pH, penurunan kerja siliaris, pecah ketuban dini, pecah
ketuban lama, merokok, stasis ciran tubuh, trauma jaringan ( mis, trauma
destruksi jaringan)
d) Ketidak adekuatan pertahanan sekunder : penurunan Hb, imunosupresan
(mis. Imunitas didapat tidak aekuat, agen farmaseutikal termasuk
imunosupresan,steroid, antibodi monoklonal, imunomudulator,suoresi
respon inflamasi)
g. Defesiensi pengetahuan
1) Batasan karakteristik
a) Perilaku hiperbola
b) Perilaku tidak tepat
c) Pengungkapan masalah
2) Faktor yang berhubungan
a) Keterbatasan kognitif
b) Salah interpretasi informasi
c) Kurang pajanan
d) Kurang minat belajar
e) Kurang dapat mengingat
f) Tidak familier dengan sumber informasi
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri akut NOC : Pain Management
Pain Level,
1. Lakukan
Pain control, 1. Mengetahui tingkat
pengkajian nyeri
Comfort level pengalaman nyeri klien
secara
Setelah dan tindakan
komprehensif
dilakukan askep keperawatan yang akan
termasuk lokasi,
selama 2 x 24 dilakukan untuk
karakteristik,
jam, diharapkan mengurangi nyeri.
nyeri berkurang
durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil :
kualitas dan
1. Mampu
faktor presipitasi
mengontrol
(PQRST)
nyeri (tahu 2. Reaksi terhadap nyeri
2. Observasi reaksi
penyebab biasanya ditunjukkan
nonverbal dari
nyeri, mampu dengan reaksi non
ketidaknyamanan
menggunakan verbal tanpa disengaja.
tehnik
nonfarmakolo
gi untuk 3. Mengetahui
3. Gunakan teknik
mengurangi pengalaman nyeri
komunikasi
nyeri, mencari
terapeutik untuk
bantuan)
mengetahui
2. Melaporkan
pengalaman nyeri
bahwa nyeri
pasien
berkurang 4. Penanganan nyeri tidak
4. Ajarkan tentang
dengan selamanya diberikan
teknik non
menggunakan obat. Nafas dalam
farmakologi
manajemen dapat membantu
nyeri mengurangi tingkat
3. Mampu nyeri
mengenali
5. Evaluasi
nyeri (skala, 5. Mengetahui
keefektifan
intensitas, keefektifan control
kontrol nyeri
frekuensi dan nyeri
tanda nyeri)
4. Menyatakan 6. Mengurangi rasa nyeri
6. Motivasi untuk
rasa nyaman Menentukan intervensi
meningkatkan
setelah nyeri keperawatan sesuai
asupan nutrisi
berkurang skala nyeri.
yang bergizi.
5. Tanda vital
dalam rentang
normal 7. Tingkatkan 7. Mengidentifikasi
TD : 120-140 istirahat penyimpangan dan
/80 – 90 mmHg kemajuan berdasarkan
RR : 16 – 24 involusi uteri.
x/mnt
N : 80- 100 x 8. Latih mobilisasi 8. Mengurangi
mnt miring kanan ketegangan pada luka
T : 36,5o C – miring kiri jika perineum.
37,5 o C kondisi klien
mulai membaik.
Kaji kontraksi
uterus, proses
involusi uteri.
6. Kolaborasi 6. Kateterisasi
untuk melakukan memabnatu
kateterisasi bila pengeluaran urine untuk
pasien kesulitan mencegah stasis urine.
berkemih.
Risiko Konstipasi Setelah
dilakukan askep 1. Kaji pola 1. Mengidentifikasi
selama 2 x 24 BAB, kesulitan penyimpangan serta
jam, Pola BAB, warna, bau, kemajuan dalam pola
eleminasi konsistensi dan eleminasi (BAB).
(BAB) teratur. jumlah.
Kriteria hasil: 2. Anjurkan 2. Ambulasi dini
1. pola ambulasi dini. merangsang
eleminasi pengosongan rektum
teratur, secara lebih cepat.
2. feses 3. Anjurkan 3. Cairan dalam jumlah
lunak dan pasien untuk cukup mencegah
warna khas minum banyak terjadinya penyerapan
feses, 2500-3000 ml/24 cairan dalam rektum
3. bau khas jam. yang dapat menyebabkan
feses, feses menjadi keras.
4. tidak ada 4. Kaji bising 4. Bising usus
kesulitan usus setiap 8 jam. mengidentifikasikan
BAB, pencernaan dalam
5. tidak ada kondisi baik.
feses 5. Pantau berat 5. Mengidentifiakis
bercampur badan setiap hari. adanya penurunan BB
darah dan secara dini.
lendir, 6. Anjurkan 6. Meningkatkan
6. konstipas pasien makan pengosongan feses dalam
i tidak ada. banyak serat rektum.
seperti buah-
buahan dan sayur-
sayuran hijau.
Setelah
Ketidak Efektifan dilakukan 1) Diskusikan 1) Mengatur pola
Pemberian Asi asuhan dengan orang tua mnyusui
keperawatan dalam
selama 1 x 24 mengestimasi
jam pekerjaan dan
diaharapkan lamanya waktu
pasien dapat menyusui
menyusui 2) Sediakan 2) Membantu ibu
bayinya dengan kesempatan ibu menyusui sejak dini
kriteria hasil : kontak dengan
1. Pasien mau bayi untuk
memberikan menyusui selama 2
ASI pada jam setelah
bayinya melahirkan
2. pasien dapat 3) Bimbing ibu 3) mengetahui waktu
mengetahui untuk yang tepat untuk
manfaat mengidentifikasi menyusui
memberikan tanda bayi untuk
ASI menyusui 4) Menyiapkan kesiapan
3. pasien dapat 4) Monitor menyusui bayi
mempertahanka kemampuan bayi
n proses untuk mengisap
menyusui 5) Dorong ibu 5) Memenuhi kebutuhan
dengan teknik untuk meminta ASI bayi
yang benar bantuan perawat
agar bisa
memberikan ASI
8-10 kali dalam 24
jam
6) Observasi bayi 6) Mencegah kesalahan
untuk menentukan dalam menyusui
posisi yang benar,
kemampuan
menelan dan pola
menghisap
7) Monitor 7) Memastikan bayi
kemampuan bayi minum dengan teknik
untuk melakukan yang tepat
perlekatan pada
putting susu
8) Ajarkan ibu 8) Agar ibu dapat
untuk memonitor memonitor isapan bayi
isapan bayi secara mandiri
9) Dorong 9) Mencegah kelelahn
kenyamanan dan akibat menyusui pada ibu
privasi saat
menyusui
10) Dorong untuk 10) Mencegah
tidak memberikan kontaminasi ASI
nutrisi di payudara
11) Anjurkan untuk 11) Untuk
menyusui dengan menyeimbangkan ukuran
kedua payudara payudara
12) Ajarkan ibu 12) Memenuhi kebutuhan
menyusui ASI pada bayi
sepanjang bayi
menginginkan
13) Ajarkan ibu 13) Meningkatkan
untuk posisi yang nyamanan pada saat ibu
sesuai menyusui
DAFTAR PUSTAKA
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
…………………………………… …………………………………….
NIP NIM
Pembimbing Akademik / CT
…………………………………………
NIP.