Oleh :
KELOMPOK 08
OLEH:
MAHASISWA PROFESI NERS IIK BHAKTI WIYATA KEDIRI
Wahyu Nur Pratiwi, S.Kep., Ns., M.Kes Paramita Ratna G, S.Kep., Ns., M. Kep
Mengetahui :
Prodi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata
Kediri
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
petunjuk dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
laporan praktik komunitas di RT 013 Desa Jeli Kecamatan Karangrejo Kabupaten
Tulungagung.
Praktik komunitas ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa bekerja sama dengan individu, keluarga dan kelompok ditatanan
pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapkan konsep keperawatan
komunitas dalam rangka membentuk perawat professional.
Dengan terselesainya laporan praktik keperawatan komunitas ini, kami
mengucapka terima kasih kepada :
1. Sri Wahyuni, S.Kep.,Ns, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyelesaikan pendidikan.
2. Wahyu Nur Pratiwi., S.Kep., Ns., M.Kes selaku ketua koordiator
departemen Keperawatan Komunitas IIK Bhakti Wiyata Kediri
3. Bagus Sholeh A., S.Kep., Ns., selaku pembimbing institusi praktik profesi
keperawatan keluarga atas bimbingan dan arahannya.
4. Paramita Ratna Gayatri, S.Kep., Ns., M. Kep selaku pembimbing lahan
praktik profesi keperawatan komunitas atas bimbingan dan arahannya.
5. Ibu Zumrotin, selaku Kepala Desa Jeli atas kerjasamanya.
6. Bapak Mahsun, selaku Sekretaris Desa Jeli atas kerjasamanya.
7. Bapak Widji, selaku ketua RT 013 atas kerjasamanya.
8. Ibu Na’ilatus Sa’adah, Amd. Keb selaku Bidan Desa Jeli atas
kerjasamanya.
9. Ibu Ida selaku kader posyandu Desa Jeli atas kerjasamanya
10. Seluruh masyarakat RT 013 Desa Jeli atas kerjasamanya.
11. Semua rekan-rekan mahasiswa IIK Bhakti Wiyata angkatan 2021 yang
telah membantu sampai terselesainya laporan ini.
12. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan yang tidak
bisa disebutkan satu – persatu.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang besifat membangun untuk
bersama – sama meningkatkan kesehatan masyarakat.
Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
iii
Kediri, 25 Oktober 2021
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
D. Manfaat.........................................................................................................2
C. PENGKAJIAN KOMUNITAS...................................................................21
D. Analisa Data................................................................................................39
E. Penapisan Masalah......................................................................................41
Diagnosa.........................................................................................................................41
F. INTERVENSI KEPERAWATAN..............................................................43
G. POA.............................................................................................................46
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktek keperawatan
dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta
memelihara kesehatan penduduk. Seiring dengan berjalannya waktu dan
bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki
pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini dunia keperawatan
semakin berkembang, dimana perawat memiliki peran yang lebih luas dengan
penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga
memandang klien secara komprehensif. Perawat dianggap sebagai salah satu
profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki peran
dan fungsi. Diataranya Peran yang dapat dilaksanakan adalah sebagai pelaksana
pelayanan keperawatan, pendidik, koordinator pelayananan kesehatan,
pembaharu(innovator), pengorganisasian pelayanan kesehatan (organizer),
panutan (role model), sebagai fasilitator (tempat bertanya), dan sebagai pengelola
(manager). Selain peran perawat juga memiliki fungsi, diantaranya adalah fungsi
independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen. Dengan tanggung jawab
fungsi dan peran tersebut kehadiran perawat diharapkan mampu meningkatkan
status kesehatan masyarakat indonesia.
Keperawatan kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah pelayanan
keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan
masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat
dengan penekanan pada kelompok berisiko tinggi. Upaya pencapaian derajat
kesehatan optimal dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of
prevention) dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang di
butuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (Depkes, 2006).
Keluarga yang sehat adalah keluarga yang membantu anggota keluarga
untuk mencapai tuntutan-tuntutan bagi perawatan diri, dan sejauh mana keluarga
memenuhi fungsi-fungsi keluarga dan menyelesaikan tugas-tugas yang sesuai
dengan tingkat perkembangan keluarga. (Friedman, 2012).
1
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan komunitas & keluarga di RT 013 Desa
Jeli Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Komunitas
1. Pendahuluan
Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah untuk mencapai hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Dengan demikian pembangunan di bidang
kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional khususnya
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang erat
kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia
sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional.
Berdasarkan tujuan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh
pemerintah Indonesia, maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk
menggalang potensi yang ada pada masyarakat sehingga masyarakat dalat
berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya secara
mandiri melalui perawatan kesehatan komunitas.
2. Definisi Keperawatan Kesehatan Komunitas
Perawatan kesehatan menurut Ruth B. Freeman (1961) adalah sebagai
suatu lapangan khusus di bidang kesehatan, keterampilan hubungan antar
manusia dan keterampilan organisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi
kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada tenaga sosial
demi untuk memelihara kesehatan masyarakat. Oleh karenanya perawatan
kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu-individu, keluarga,
kelompok-kelompok yang mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan
penduduk, peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan
kesehatan, koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan
dipergunakan dalam pendekatan yang menyeluruh terhadap keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan
kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan
keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas
menurut American Nurses Assicoation (ANA, 1992) didasarkan pada asumsi:
a. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks
b. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen
pelayanan kesehatan
c. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil
pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
3
d. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan
komunitas perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi
dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
a. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan
b. Meerupakan bidang khusus keperawatan
c. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat)
d. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
e. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif
dan promotif.
f. Melibatkan partisipasi masyarakat
g. Bekerja secara team (bekerjasama)
h. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku
i. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah
j. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik keperawatan
komunitas adalah:
a. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat
diterima semua orang
b. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima
pelayanan perlu terjalin kerjasama yang baik
c. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat
mendukung maupun mengahambat
d. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
e. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.
3. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga,
kelompok khusus dan msyarakat dalam hal:
4
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi
2) Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah
3) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan/keperawatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka
hadapi
5) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah
kesehatan/keperawatan
6) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan/keperawatan
7) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care).
8) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan,
dan
9) Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas
dalam menurunkann angka kematian bayi, ibu dan balita serta
diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera
Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan
terhadap masalah kesehatan.
4. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang
mempunyai masalah kesehatan/perawatan.
a. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan
merawat diris endiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat
mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental
maupun sosial.
b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam
suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila
salah satu atau beberapa anggotat keluarga mempunyai masalah
5
kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.
c. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya
adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan petumbuhannya, seperti:
a) Ibu hamil
b) Bayi baru lahir
c) Balita
d) Anak usia sekolah
e) Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
a) Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS,
penyekit kelamin lainnya
b) Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit
diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental
dan lain sebagainya.
c) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit,
diantaranya:
Wanita tuna susila
Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
Kelompok-kelompok pekerja tertentu
Dan lain-lain
d) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
Panti wredha
Panti asuhan
Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
Penitipan balita
d. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-
batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan
6
kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama
anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik
permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun
kesehatan khususnya.
5. Strategi Keperawatan Kesehatan Komunitas
Dalam melaksanakan program asuhan kepera!atan komunitas perlu
digunakan strategi sebagai berikut :
a. Locality Development : yang menekankan pada peran serta masyarakat
dan masyarakat terlibat langsung dalam proses pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
b. Social Planning : dapat berubah dan dibuat oleh para ahli dengan
menggunakan birokrasi.
c. Social Action : adanya proses perubahan yang berfokus pada masyarakat
atau program yang dibuat oleh pemerintah untuk perubahan yang
mendasar. Sedangkan dalam melaksanakan program pelayanan
keperawatan kesehatan komunitas perlu juga diberi strategi :
1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola
perawatan kesehatan komunitas serta tenaga pelaksana puskesmas
melalui kegiatan penataran.
2) Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor, melalui
kegiatan temu karya dan forum pertemuan di kecamatan ataupun
puskesmas.
3) Membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
melalui pendidikan kesehatan pada keluarga, memberikan bimbingan
teknis dalam bidang kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.
4) Mengadakan buku-buku pedoman pelayanan keperawatan.
5) Sesuai dengan teori Blum bahwa derajat kesehatan seseorang dapat
dipengaruhi oleh 4 faktor :
Lingkungan, yaitu segala sesuatu yang berada disekeliling keluarga
dimana ia tumbuh dan berkembang. Faktor ini mencangkup
lingkungan. Fisik, social budaya, dan biologi.
Perilaku dari keluarga, baik sebagai satu kesatuan terkecil dalam
masyarakat, maupun perilaku dari tiap anggota keluarga tersebut.
Pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan keluarga baik
sebagai upaya professional maupun sebagai upaya pelayanan s!adaya
masyarakat dan atau keluarga sendiri.
7
Keturunan, yaitu sifat genetika yang ada dan diturunkan kepada
keluarga.
6. Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas
Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas
merupakan pelayanan yang memberikan perhatian etrhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap kesehatan
komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan
komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal
penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang
luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang
sehat pada umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
berlangsung secara berkesinambungan
f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien
sebagai konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin
suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan
dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan
status kesehatan masyarakat
g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
secara berkesinambungan dan terus menerus
B. Proses Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas
1. Proses Keperawatan Kesehatan Komunitas
Perawatan kesehatan menurut Ruth B. Freeman (1961) adalah sebagai
suatu lapangan khusus di bidang kesehatan, keterampilan hubungan antar
manusia dan keterampilan organisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi
8
kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada tenaga sosial
demi untuk memelihara kesehatan masyarakat. Oleh karenanya perawatan
kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-
kelompok yang mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk,
peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan,
koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam
pendekatan yang menyeluruh terhadap keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan
kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan
keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas
menurut American Nurses
Assicoation (ANA, 1980) didasarkan pada asumsi:
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier merupakan komponen
pelayanan kesehatan
3. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil
pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan
komunitas perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-
asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
a. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan
b. Merupakan bidang khusus keperawatan
c. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat)
d. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
e. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif
dan promotif.
f. Melibatkan partisipasi masyarakat
g. Bekerja secara team (bekerjasama)
h. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku
i. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah
j. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
9
Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik keperawatan
komunitas adalah:
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat
diterima semua orang
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan
dalam hal ini komunitas
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima
pelayanan perlu terjalin kerjasama yang baik
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat
mendukung maupun mengahambat
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut,
maka dapat dikembangkan falsafah keprawatan komunitas sebagai
landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan
komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan perhatian etrhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-
kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan
prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada
paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia,
kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan
yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya
dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau
dan dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian
integral dari upaya kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
berlangsung secara berkesinambungan
10
f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien
sebagai konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan,
menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan
mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat
g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat
direncanakan secara berkesinambungan dan terus menerus
h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik
dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka
sendiri.
2. Tujuan & Fungsi Perawatan Kesehatan Komunitas
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok
khusus dan msyarakat dalam hal:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
2) Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah
3) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan/keperawatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi
5) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah
kesehatan/keperawatan
6) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan/keperawatan
7) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care).
8) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan,
dan
9) Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas dalam
menurunkann angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya
norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera
10) Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan
terhadap masalah kesehatan.
11
3. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang
mempunyai masalah kesehatan/perawatan.
a. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan
merawat diris endiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat
mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental
maupun sosial.
b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam
suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah
satu atau beberapa anggotat keluarga mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.
c. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan petumbuhannya, seperti:
a) Ibu hamil
b) Bayi baru lahir
c) Balita
d) Anal usia sekolah
e) Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
a) Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS,
penyekit kelamin lainnya
b) Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit
diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan
mental dan lain sebagainya.
12
c) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit,
diantaranya:
a. Wanita tuna susila
b. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c. Kelompok-kelompok pekerja tertentu
d) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya
adalah:
Panti wredha
Panti asuhan
Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
Penitipan balita
d. Masarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka
dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-
batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan
kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama
anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik
permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun
kesehatan khususnya.
4. Langkah Proses Keperawatan Komunitas / Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan
masalah (problem solving approach) yang dituangkan dalam proses
keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikatkan
dengan upaya kesehatan dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat
akan dapat diatsi oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan
intervensi keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan
profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan
pendekatan terhadapat keluarga binaan disebut dengan family
approach, maka bila pembinaann keluarga berdasarkan atas seleksi kasus
yang datang ke Puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut
13
dengan case approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan
melalui survei mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat
disebut community approach.
1. Metode
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metode
yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan
ilmiah di dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai
berikut:
a. Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat
dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat adalah:
1) Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus
dan masyarakat melalui wawancara, observasi, studi
dokumentasi dengan menggunakan instrumen pengumpulan data
dalam menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta
faktor lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut
Mubarak (2006) terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi
demografi; populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu
termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan
adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan transportasi;
politik dan pemerintahan; pelayanan kesehatan dan sosial;
komunikasi; ekonomi dan rekreasi.
Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang
sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.
2) Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah
diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam
menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar
faktor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang
timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau
14
diagnosa keperawatan. Menurut Efendi (2009) masalah tersebut
terdiri dari:
a) Masalah sehat sakit
b) Karakteristik populasi
c) Karakteristik lingkungan
b. Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan
Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan
prioritasnya. Diagnosa keperawtan yang dirumuskan dapat aktual,
ancaman resiko atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat
antara lain:
1) Masalah yang ditetapkan dari data umum
2) Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan
kesehatan
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk enentukan tindakan
yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat
mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan
mempertimbangkan:
a) Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
b) Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat
c) Kemampuan dan sumber daya masyarakat
d) Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat
Kriteria skala prioritas:
1) Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan
emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan
urgensinya untuk segera ditanggulangi.
2) Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu
kurun waktu tertentu
3) Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat
4) Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara
pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, srana
yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul (Effendi Nasrul,
1995).
c. Perencanaan
1) Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
15
2) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
3) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan
dan keperawatan
4) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan
dilakukan.
d. Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan
melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya
dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan
perawatan kesehatan masyarakat adalah:
1) Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan
instansi terkait
2) Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya
3) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan
komunitas terdiri atas:
1) Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi
yang tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga
memprependek waktu sakit dan tingkat keparahan.
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat
diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer
lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal
dari ketidakmampuannya.
e. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program
kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah
masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).
16
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan
dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4
dimensi yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian,
yaitu:
1) Daya guna
2) Hasil guna
3) Kelayakan
4) Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses
3) Efisiensi biaya
4) Efektifitas kerja
5) Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam
rangka waktu berapa?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:
Keterangan:
: Peran masyarakat
: Peran perawat
Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk
memandirikan klien dalam menanggulangi masalah kesehatan,
pada awalnya peran perawat lebih besar daripada klien dan
berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat.
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian
keluarga yang terkait dengan Lima tugas kesehatan, yaitu:
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan
kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan
yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga
serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia,
sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah
keperawatan yaitu melalui proses keperawatan
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Asuhan keperawatan kesehatan komunitas yang dilakukan oleh mahasiswa
melalui praktek profesi keperawatan di masyarakat berlangsung mulai tanggal 21
oktober sampai 06 november. Pada praktek profesi keperawatan komunitas ini
mahasiswa IIK Bhakti Wiyata Kediri mendapatkan lahan praktek di wilayah RT
013 Desa Jeli Kecamatan Karangrejo Kbupaten Tulungagung.
18
Tulungagung sebagai wilayah binaan mahasiswa profesi ners IIK Bhakti
Wiyata Kediri melalui perijinan Ketua RT setempat.
e. Orientasi dan Analisa Situasi
Orientasi dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
1) Pembekalan yang diberikan oleh Ketua RT 013 Pak Widji
Pertemuan antara ketua RT 013 dengan mahasiswa dilakukan di
rumah ketua RT pada tanggal 21 Oktober 2021. Ketua RT 013, Desa
Jeli menerima kehadiran mahasiswa dan mahasiswa menyampaikan
maksud dan tujuan praktek profesi keperawatan komunitas yang akan
dilaksanakan. Ketua RT memberikan gambaran tentang keadaan
warga dan lingkungannya secara umum dan status kesehatan warga.
Orientasi dan analisa situasi selanjutnya dilakukan oleh mahasiswa
sendiri dengan membagi dalam satu kelompok besar sesuai dengan
jumlah KK, dan dilakukan pengenalan lingkungan oleh mahasiswa
sendiri.
2) Pembukaan
Pembukaan dilakukan sebagai bentuk pertemuan pertama kali
memasuki daerah binaan dan berinteraksi dengan warga. Perencanaan
dan pelaksanaan dapat dilihat pada uraian tahap pelaksaan kegiatan.
19
Atas kesepakatan antara warga dan mahasiswa dilakukan pengkajian data
mulai tanggal 21 Oktober 2021 – 23 Oktober 2021 melalui ketua RT. Pada
saat lain, mahasiswa telah menyiapkan format pengkajian data kesehatan dan
asuhan keperawatan komunitas serta keluarga.
3. Pengkajian Data Kesehatan Komunitas
Pengkajian data kesehatan komunitas dilakukan pada tanggal 21 Oktober –
23 Oktober 2021 sesuai dengan kesepakatan antara mahasiswa dan warga.
Pelaksana adalah mahasiswa yang telah dibagi menjadi 3 kelompok pada
wilayah RT 013. Mekanisme pengumpulan data merupakan hak otonom
kelompok RT dengan tanpa meninggalkan prinsip pengkajian keperawatan
komunitas.
Data komunitas yang dikumpulkan berdasarkan pada tujuan menggali
semua permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat untuk selanjutnya
dilakukan pemecahan masalah dengan menggunakan format pengkajian
komunitas yang telah dikonsultasikan pada pembimbing profesi.
a. Data Demografi
RT 013 Desa Jeli termasuk dalam Kecamatan Karangrejo memiliki
jumlah penduduk 180 jiwa. RT 013 Desa Jeli terletak di dalam wilayah
Kecamatan Karangrejo Pemkab Provinsi Jawa Timur yang berbatasan
dengan:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Persawahan
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Rumah Makan Mencari
Teman
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Rumah Pak Djambari
Iklim RT 013 Desa Jeli, sebagaimana RT-RT di Desa lain di
wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan. Wilayah R
T 013 Desa Jeli Kelurahan Karangrojo dengan jumlah KK 56 KK, terdiri
dari 40 rumah.
20
b. Denah Batas Wilayah
Keterangan :
= Mata angin
= Batas wilayah
C. PENGKAJIAN KOMUNITAS
1. Data Demografi
a. Distribusi Penduduk Berdasar Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki- % Perempuan % Total %
laki
90 50% 90 50% 180 100%
21
D. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi %
.
1. Tidak sekolah 28 16
2. TK 10 6
3. SD 26 14
4. SMP 39 22
5. SMA 42 23
6. Perguruan Tinggi 34 19
7. Non Formal 1 1
Total 180 100 %
3) Jenis lantai
22
No Lantai Frekuensi %
.
1. Keramik 39 69,6
2. Tidak kramik 17 30,4
Jumlah 56 100
5) 8m
No 8m/orang Frekuensi %
.
1. Ya 49 87,5
2. Tidak 7 12,5
Jumlah 170 100
5) Kondisi Jentik
23
No Jentik Frekuensi %
.
1. Ya 50 89,3
2. Tidak 6 10,7
Total 56 100
c. Hewan Peliharaan
1) Kepemilikan hewan ternak dirumah
No Hewan peliharaan Frekuensi %
.
1. Peliharaan 51 68
2. Pengerat 0 0
3. Serangga 24 32
Jumlah 75 100
2) Kondisi kandang
No Kondisi kandang Frekuensi %
.
1. Bersih 0 0
2. Kotor 31 55,4
3. Tidak ada 25 44,6
Jumlah 182 100
b. Jaminan Kesehatan
No Jaminan Kesehatan Frekuensi %
.
24
1. BPJS 45 80,4
2. Mandiri 11 19,6
4. Asuransi swasta 0 0
Jumlah 56 100
2. Kebiasaan CTPS
No Kebiasaan CTPS Frekuensi %
.
1. Ya 13 23,2
2. Tidak 43 76,8
Jumlah 56 100
25
5. Kelompok rawan
No Kelompok Frekuensi %
1 Balita 8 8
2 Anak sekolah 29 31
3 Remaja 19 20
4 Lansia 39 41
Jumlah 95 100%
Laki-laki
Perempuan
50% 50%
26
Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia
1%
4%
13%
12%
0-<5
5-<13
6%
13-<18
18-<45
19% 45-<60
60-<90
90>
44%
1%
16% Tidak sekolah
19% TK
SD
6% SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Non Formal
14%
23%
22%
27
Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
6% 8% PNS/TNI/POLRI
Peg. Swasta
Wiraswasta
14% Petani
Buruh Tani
Nelayan
Tidak Bekerja
46% 13% Lain-lain
6%
7%
Islam
100%
28
Tipe Perumahan
Permanen Semi Permanen Tidak permanen
100%
Gambar 3.6 Diagram Distribusi Tipe Perumahan RT 013 Desa Jeli Kecamatan
Karangrejo Kabupaten Tulungagung
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa mayoritas tipe permanen
terdapat 56 rumah (100%), semi permanen tidak ada dan tidak permanen tidak
ada.
100%
29
Jenis Lantai
30%
70%
Gambar 3.8 Diagram Distribusi Jenis lantai RT 013 Desa Jeli Kecamatan
Karangrejo Kabupaten Tulungagung
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa jenis lantai yang
digunakan dirumah yang jenis keramik sebanyak 39 rumah (70%) dan
tidak menggunakan keramik 17 rumah (30%)
Ventilasi Rumah
43%
57%
< 20 % >20%
Gambar 3.9 Diagram Distribusi Sistem Ventilasi Rumah RT 013 Desa Jeli
Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa ventilasi <20%
sebanyak 32 rumah (57%) dan ventilasi >20% sebanyak 24 rumah (43%).
e) Sistem Ventilasi Rumah
30
8m/orang
13%
88%
Ya Tidak
Sumber Air
100%
Gambar
3.10 Diagram Distribusi Sumber Air untuk Makan Minum di RT 013 Desa
Jeli Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa sumber air untuk makan
minum yang digunakan adalah PAM tidak ada, sumur sebanyak 156 rumah
(100%), sungai dan tidak ada.
b) Sistem Pengolahan Air Minum
31
Sistem Pengolahan Air
46%
54%
Jenis Jamban
7%
93%
d) Tempat BAB
Tempat BAB
7%
93% 32
Wc Sungai Ladang
Gambar 3.14 Diagram Distribusi Tempat BAB RT 013 Desa Jeli
Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa tempat BAB yang digunakan
adalah WC sebanyak 52 rumah (93%), sungai sebanyak 4 rumah (7%) dan ladang
tidak ada.
e) Kondisi Jentik
Kondisi Jentik
11%
89%
Ya Tidak
33
Kondisi Saluran Limbah
43%
57%
Got Sungai
Kepemilikan hewan
32%
68%
b) Kondisi Kandang
34
Kondisi kandang
45%
55%
96%
b) Jaminan Kesehatan
35
Jaminan Kesehatan
20%
80%
CTPS
23%
77%
Ya Tidak
98%
Ya Tidak
36
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa konsumsi lauk
per hari sebanyak 55 (98%) Iya, 1 (2%) Tidak.
Sayur dan buah
5%
95%
Ya Tidak
23%
77%
Ya Tidak
Olahraga
23%
77%
Ya Tidak
Gambar 3.26 Diagram Distribusi olahraga per hari di RT 013 Desa Jeli
Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung
37
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa warga yang
melakukan olahraga per hari yang ya 13 KK (23%) dan tidak 43 KK
(77%).
e) Pasangan usia subur
Kontrasepsi
21%
32%
5%
42%
Kelompok rawan
8%
41%
31%
20%
38
Jenis penyakit
18%
1%
12%
60%
7%
3%
39
D. Analisa Data
No Data Subyektif Data Obyektif Diagnosa Keperawatan
40
k di pekarangan rumah.
3. - warga mengatakan - tidak memiliki Defisit pengetahuan
rumahnya tidak jamban tentang terjadinya
memiliki jamban peningkatan penyakit
- warga mengatakan
diare di RT 013 Desa Jeli
numpang ke
rumah tetangga b.d kurangnya kesadaran
bila ingin ke dalam usaha pemeliharaan
kamar mandi kesehatan atau gaya hidup
sehat dibuktikan dengan :
- kebiasaan CTPS yang
buruk dengan 43
rumah tidak
membiasakan cuci
tangan
- pembuangan limbah
kotoran hewan ternak
yang menumpuk
sehingga
menimbulkan banyak
lalat di lingkungan
41
E. Penapisan Masalah
Kriteria
No Pentingnya masalah Kemungkinan Peningkatan terhadap
Diagnosa Total Prioritas
. untuk dipecahkan : perubahan positif jika kualitas hidup bila
diatasi : diatasi :
1 Defisit kesehatan komunitas pada agregat lansia di
RT 013 Desa Jeli Kecamatan Karangrejo
Kabupaten Tulungagung b.d program kurang di
dukung komunitas dibuktikan dengan : 3 3 3 9 1
- warga lansia mengatakan jarang ikutserta
dalam posyandu lansia
- jumlah penderita hipertensi sebanyak 39 lansia
2 Manajemen kesehatan tidak efektif di RT 013 2 3 3 8 2
Desa Jeli Kecamatan Karangrejo Kabupaten
Tulungagung b.d kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan :
- kebiasaan CTPS tidak dilakukan sebanyak 43
rumah
- 31 rumah kondisi kandang kotor dan 25 rumah
tidak memiliki kandang
- 24 rumah membuang limbah ke sungai
- 43 rumah memiliki kebiasaan merokok di
dalam rumah
- 4 rumah yang tidak memiliki jamban
melakukan BAB di sungai
- 43 rumah jarang melakukan aktivitas olahraga
42
- 50 rumah terdapat jentik di pekarangan rumah.
3 Defisit pengetahuan tentang terjadinya
peningkatan penyakit diare di RT 013 Desa Jeli
b.d kurangnya kesadaran dalam usaha
pemeliharaan kesehatan atau gaya hidup sehat
dibuktikan dengan : 2 3 2 7 3
- kebiasaan CTPS yang buruk dengan 43 rumah
tidak membiasakan cuci tangan
- pembuangan limbah kotoran hewan ternak
yang menumpuk sehingga menimbulkan
banyak lalat di lingkungan
Keterangan:
0 : Tidak ada
1 : Rendah
2 : Sedang
3: Tinggi
43
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan Umum Intervensi
Defisit kesehatan komunitas pada Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Promosi perilaku upaya kesehatan :
agregat lansia di RT 013 Desa Jeli 1x pertemuan maka status kesehatan komunitas Observasi :
Kecamatan Karangrejo Kabupaten meningkat dengan kriteria hasil : - identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat ditingkat
- ketersediaaan program promosi kesehatan kan
Tulungagung b.d program kurang di
meningkat (5) Terapeutik :
dukung komunitas dibuktikan - keterseediaan program proteksi kesehatan - Berikan lingkungan yang mendukung kesehatan
dengan : meningkat (5) - Orientasi pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan
a. warga lansia mengatakan - partisipasi dalam program kesehatan komunitas Edukasi :
jarang ikutserta dalam meningkat (5) - Anjurkan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
posyandu lansia - kepatuhan terhadap standar kesehatan - Anjurkan memberi asi eksklusif
b. jumlah penderita hipertensi lingkungan meningkat (5) - Anjurkan tidak merokok didalam rumah
sebanyak 39 lansia - system surveilens kesehatan meninglat (5) - Anjurkan makan sayur dan buah setiap hari
- pemantauan standar kesehatan komunitas - Anjurkan melakukan aktivitas fisik setiap hari
meningkat (5) - Anjurkan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
- angka mortalitas menurun (5) - Anjurkan menggunakan air bersih
- angka morbiditas menurun (5)
- prevalensi penyakit menurun (5)
- angka kebiasaan merokok menurun (5)
- angka kejadian cedera menurun (5)
Manajemen kesehatan tidak efektif Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Edukasi kesehatan :
di RT 013 Desa Jeli Kecamatan 1x pertemuan maka manajemen kesehatan Observasi :
Karangrejo Kabupaten Tulungagung meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informas
- Melakukan tindakan untuk mengurangi factor i
b.d kurang terpapar informasi
resiko meningkat (5) - Identifikasi factor-faktor yang dapat mneingkatkan dan m
dibuktikan dengan : - Menerapka program keperawatan meningkat (5) enurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
a. kebiasaan CTPS tidak - Aktivitas hidup sehari hari efektif memenuhi Terapeutik :
dilakukan sebanyak 43 tujuan kesehatan meningkat (5) - Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
44
rumah - Verbalisasi kesulitan dalam menjalan program - jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
b. 31 rumah kondisi kandang perawatan/pengobatan menurun (5) - berikan kesempatan untuk bertanya
kotor dan 25 rumah tidak Edukasi :
- jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi ksehatan
memiliki kandang
- ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
c. 24 rumah membuang limbah - ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatka
ke sungai n perilaku hidup bersih dan sehat
d. 43 rumah memiliki
kebiasaan merokok di dalam
rumah
e. 4 rumah yang tidak memiliki
jamban melakukan BAB di
sungai
f. 43 rumah jarang melakukan
aktivitas olahraga
g. 50 rumah terdapat jentik di p
ekarangan rumah.
Defisit pengetahuan tentang Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Edukasi kesehatan :
terjadinya peningkatan penyakit 1x pertemuan maka tingkat pengetahuan meningkat Observasi :
diare di RT 013 Desa Jeli b.d dengan kriteria hasil : - identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- perilaku sesuai anjuran meningkat (5) - identifikasi faktor faktor yang dapat meningkatkan dan m
kurangnya kesadaran dalam usaha
- verbalisasi menjelaskan dalam belajar enurunkan motivasi perilaku idup bersih dan sehat
pemeliharaan kesehatan atau gaya meningkat (5) terapeutik :
hidup sehat dibuktikan dengan : - kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang - sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
a. kebiasaan CTPS yang buruk suatu topic meningkat (5) - jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
dengan 43 rumah tidak - kemampuan menggambarkan pengalaman - berikan kesempatan utnuk bertanya
membiasakan cuci tangan sebelumnya yang sesuai dengan topic edukasi :
b. pembuangan limbah meningkat (5) - jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi kesehata
45
kotoran hewan ternak yang - perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat n
menumpuk sehingga (5) - ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
menimbulkan banyak lalat di - pertanyaan tentang masalah yang dihadapi - ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatka
lingkungan menurun (5) n perilaku hidup bersih dan sehat
- persepsi yang keliru terhdap masalah menurun
(5)
- menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
menurun (5)
- perilaku membaik (5)
46
G. POA
Tempat dan
No Masalah Jenis Kegiatan Persiapan Sasaran Penanggung jawab
Waktu
1. Defisit kesehatan Penyuluhan 1. Mempersiapkan tempat dan Rumah Warga Lansia RT 013 Guci Niken
komunitas pada agregat hipertensi & pola peralatan yang diperlukan. Desa Jeli Mustikasari, S.Kep
lansia di RT 013 Desa hidup sehat lansia. 2. Menyampaikan ijin pemakaian Sabtu, 30 Oktober
tempat penyuluhan. 2021
Jeli Kecamatan
3. Berkoordinasi dengan kader
Karangrejo Kabupaten posyandu lansia.
Tulungagung b.d 4. Mengundang lansia yang ada
program kurang di di RT 013
dukung komunitas 5. Memberikan penyuluhan
langsung dengan media
praktek booklet
Senam lansia 1. Mempersiapkan tempat dan Rumah Warga Lansia RT 013 Rokhimahtul
peralatan yang diperlukan. Desa Jeli Fayyadhah, S.Kep
2. Menyampaikan ijin pemakaian Sabtu, 30 Oktober
tempat penyuluhan. 2021
3. Berkoordinasi dengan kader
posyandu lansia.
4. Mengundang lansia yang ada
di RT 013
5. Melakukan demosntrasi senam
lansia melalui peragaan
langsung oleh mahasiswa
profesi
Pelatihan 1. Mempersiapkan tempat dan Rumah Warga Kader Posyandu Vriyanka Oki
pengukuran peralatan pemeriksaan dan Lansia di RT Novariska, S.Kep
kesehatan. Sabtu, 30 Oktober
47
tekanan darah bagi 2. Menyampaikan ijin pelatihan 2021 013
kader dan pengukuran TD pada Kader
pengukuran posyandu dan pemeriksaan
TD Lansia
tekanan darah bagi
3. Mengundang Kader posyandu
lansia dan lansia RT 013
Penanaman 1. Mempersiapkan tempat dan Rumah lansia 5–10 rumah lansi Soffia Nurfadilla,
tanaman obat peralatan yang diperlukan. a S.Kep
keluarga : 2. Menyampaikan ijin pemakaian Senin,01
tempat penanaman.
tanaman seledri November 2021
3. Memberikan penyuluhan
dan tanaman sirih tanaman obat keluarga
4. Penanaman tanaman obat
keluarga
Memberikan cara perawatan
tanaman obat keluarga
2 Manajemen kesehatan Kerja bakti dan 1. Mempersiapkan tempat dan Lingkungan RT Warga RT 013 DW.S.NY. Adi Prama
tidak efektif di RT 013 melakukan 3m+ peralatan yang diperlukan. 013 na, S.Kep
Desa Jeli Kecamatan 2. Menyampaikan ijin tempat
yang akan dilakukan kerja
Karangrejo Kabupaten Jumat, 29 Oktober
bakti
Tulungagung b.d 3. Berkoordinasi dengan ketua 2021
kurang terpapar RT 013
informasi 4. Mengundang seluruh warga
RT 013
5. Memberikan penyuluhan
tentang pentingnya kesehatan
lingkungan
3 Defisit pengetahuan Penyuluhan PHBS 1. Mempersiapkan tempat dan Rumah Warga Balita RT 013 Ajeng Qurrotaa’yun,
48
tentang terjadinya peralatan yang diperlukan. S.Kep
peningkatan penyakit 2. Menyampaikan ijin tempat Rabu, 3 November
diare di RT 013 Desa yang akan dilakukan 2021
penyuluhan PHBS
Jeli b.d kurangnya
3. Berkoordinasi dengan ketua
kesadaran dalam usaha RT 013
pemeliharaan kesehatan 4. Mengundang seluruh warga
atau gaya hidup sehat RT 013
5. Memberikan penyuluhan
tentang pentingnya menjaga
kebersihan diri dan
lingkungan
49
BAB IV
PEMBAHASAN
50
pada tanggal 30 Oktober 2021 Pukul 08.30 WIB-selesai, dimana kegiatan ini
diikuti oleh lansia RT 013.
Kendala dalam melakukan penyuluhan ini adalah rendahnya minat
lansia untuk dating ke tempat penyuluhan dan mereka beralasan takut dating
ke posyandu lansia karena takut mengetahui penyakit yang dideritanya
termasuk takut mengetahui tekanan darahnya.
Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik berkat adanya dukungan
dari Bapak RT, dan kader lansia serta para lansia yang mau menghadiri acara
penyuluhan ini di RT 013. Harapan kedepan dengan adanya penyuluhan ini,
lansia akan lebih tau dan berhati hati menhenai penyakit hipertensi dan tidak
perlu takut dating ke posyandu lansia dan dapat memeriksakan kesehatannya
secara rutin.
b. Senam lansia
Tujuan dari pelaksanaan dari senam lansia adalah untuk membantu
tubuh lansia agar tetap bugar dan sehat, melatih tulang tetap kuat, mendorong
jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang ada
didalam tubuh. Kegiatan senam lansia ini dilaksanakan pada tanggal 30
Oktober pada pukul 09.00 WIB-selesai, dimana kegiatan ini dihadiri oleh
lansia RT 013.
Kendala yang dihdapi saat melakukan senam lansia adalah lansia sulit
untuk mengikuti gerakan senam karena rata rata dari lansia tidak pernah
mengikuti senam lansia yang diadakan dan banyak dari lansia tidak pernah
melakukan olehraga.
Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik berkat adanya dukungan
dari Bapak RT, dan kader lansia serta para lansia yang mau mengikuti
kegiatan senam lansia di RT 013. Harapan kedepan dengan adanya senam
lansia ini, lansia akan lebih sering melakukan olahraga sendiri di rumah untuk
meningkatkan kebugaran lansia.
c. Pelatihan Pengukuran Tekanan Darah Untuk Kader Pengukuran Tekanan
Darah Pada Lansia
Tujuan dari pelaksanaan penyuluhan hipertensi dan pelatihan adalah
diharapkan dapat menambah pengetahuan kader di RT 013 Desa Jeli tentang
Hipertensi. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan sebanyak 1x pertemuan pada
tanggal 30 Oktober 2021 jam 08.00 WIB – selesai, dimana kegiatan ini telah
diikuti oleh kader lansia dan kader balita yang ada di rt 013.
Tujuan dari pelaksanaan pengukuran tekanan darah bagi lansia adalah
untuk mengetahui dan mengontrol tekanan darah pada lansia secara berkala
51
sehingga dapat mencegah penyakit yang bias disebabkan karena hipertensi
seperti stroke. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2021
pukul 08.00 WIB-selesai, dimana kegiatan ini berjalan dengan lancer dan
diikuti oleh lansia RT 013.
Kendala dalam pertemuan pelatihan ini adalah karena kader memiliki
anak balita sehingga mereka sulit untuk berkonsentrasi karena mereka sibuk
untuk mengawasi anak dan menenangkan anaknya, namun situasi tersebut
dapat diatasi sehingga pelatihan tersebut bias berjalan dengan lancer dan kader
dapat memahami materi dan dapat memperagakan ulang tentang cara
pengukuran tekanan darah dengan benar.
Kendala pada kegiatan pengukuran tekanan darah ini adalah
rendahnya antusias lansia untuk menghadiri posyandu karena mereka
beralasan takut untuk dating ke posyandu karena nanti mereka takut tahu akan
penyakit yang diderita.
Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik berkat adanya dukungan
dari Bapak RT, dan kader lansia serta para kader balita serta lansia di RT 013.
Harapan kedepan dengan adanya pelatihan ini dapat memandirikan kader
sehingga dapat memonitor langsung secara rutin kondisi lansia dan dapat
meningkatkan antusias lansia untuk melakukan pengecekan kesehatan dini
seperti pengecekan tekanan darah secara rutin.
d. Penanaman tanaman obat keluarga
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan penanaman tanaman obat keluarga
adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya lansia dalam
keluarga. Selain itu juga untuk meningkatkan pengetahuan tentang kasiat
tanaman obat keluarga, meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dengan
menanaam tanaman, serta untuk menguangi ketergantungan lansia terhadap
obat kimia. Kegiatan ini terlaksana pada tanggal 01 November 2021 pukul
09.00WIB-selesai dengan mendatangi satu persatu rumah lansia yang
menderita hipertensi.
Kendala dalam kegiatan ini adalah mengenai perawatan tanaman toga
tersebut di rumah lansia yang medapat tanaman toga.
Kegiatan ini terlaksana dengan baik, para lansia antusias untuk
mendapatkan tanaman toga dan menanam dihalaman rumahnya. Harapan
setelah dilaksanakannya kegiatan ini seluruh masyarakat khususnya lansia
dapat memanfaatkan tanaman obat keluarga ini dengan baik untuk
mengoptimalkan kesehatan.
52
B. Manajemen kesehatan tidak efektif di RT 013 Desa Jeli Kecamatan
Karangrejo Kabupaten Tulungagung b.d kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan :
1. kebiasaan CTPS tidak dilakukan sebanyak 43 rumah
2. 31 rumah kondisi kandang kotor dan 25 rumah tidak memiliki kandang
3. 24 rumah membuang limbah ke sungai
4. 43 rumah memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah
5. 4 rumah yang tidak memiliki jamban melakukan BAB di sungai
6. 43 rumah jarang melakukan aktivitas olahraga
7. 50 rumah terdapat jentik di pekarangan rumah.
Berdasarkan data diatas sebagai langkah awal mahasiswa melakukan kegiatan
Kerja bakti dan melakukan 3m+ untuk menangani masalah tersebut :
a. Kerja bakti dan melakukan 3m+
Tujuan dari melakukan kerja bakti dan melakukan 3m+ adalah untuk
menjaga kebersihan lingkungan RT 013 dan membasmi sarang nyamuk
dengan melakukan 3m+ yaitu Menguras, Menutup, serta Memanfaatkan
kembali barang yang tidak digunakan yang berpotensi menjadi sarang
nyamuk serta yang dimaksud plus adalah melakukan segala g=kegiatan
yang dapat mencegah timbulnya sarang nyamuk dan tumbuhnya jentik
nyamuk missal dengan dara pemberian bubuk abate. Kegiatan kerja bakti
dan melakukan 3m+ ini dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2021 pada pukul
07.30 WIB – selesai di lingkungan RT 013
Kendala dalam kegiatan ini adalah kurang antusiasnya warga sekitar
untuk melakukan kerja bakti secara sukarela untuk membersihkan
lingkungannya sendiri dan harus menunggu perintah daro RT untuk
melakukan kegiatan tersebut.
Harapan setelah dilakukan kegiatan kerja bakti dan 3m+ ini agar warga
RT 013 lebih mau menjaga kebersihan lingkungan dengan rutin
melaksanakan kegiatan kerja bakti dan 3m+ tumbuhynya jentik nyamuk
disekitar lingkungan RT 013.
53
C. Defisit pengetahuan tentang terjadinya peningkatan penyakit diare di RT
013 Desa Jeli b.d kurangnya kesadaran dalam usaha pemeliharaan
kesehatan atau gaya hidup sehat dibuktikan dengan :
1. kebiasaan CTPS yang buruk dengan 43 rumah tidak membiasakan
cuci tangan
2. pembuangan limbah kotoran hewan ternak yang menumpuk
sehingga menimbulkan banyak lalat di lingkungan
Berdasarkan data diatas sebagai langkah awal mahasiswa melakukan kegiatan
penyuluhan PHBS untuk menangani masalah tersebut :
a. Penyuluhan PHBS
Tujuan dilakukan penyuluhan PHBS ini adalah untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat RT 013
dan balita di lingkungan RT 013 dan dapat seterusnya menerapkan
perilaku tersebut. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 02 November
2021 pada pukul 08.00 WIB-selesai di rumah salah satu warga RT 013
yang dihasiri oleh balita RT 013.
Kendala dalam melakukan kegiatan ini adalah kurang kondusif
saat melakukan penyuluhan karena banyak balita yang rewewl sehingga
menyulitkan orang tua untuk berkonsetrasi.
Harapannya setelah dilakukan penyuluhan PHBS ini, warga RT
013 khususnya balita dapat mernerapkan perilaku tersebut dalam
kehidupan sehari hari untuk mencegah diri dari berbagai macam
penyakit.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Pihak mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan baik itu pengetahuan ,
sikap, dan psikomotor tentang bagaimana bekerja dalam satu tim demi suatu
tujuan tertentu.
2. Mahasiswa juga diharapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif yang meliputi Pencegahan, Promosi, Pengobatan, dan
Rehabilitasi.
3. Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan yang
berkompetensi pada lansia.
4. Diharapkan kader dan masyarakat saling memotifasi dalam meningkatkan
derajat kesehatan seperti kebersihan lingkungan dan menerapkan pola hidup
bersih dan sehat diwilayah lingkungan sekitar RT 013 Desa Jeli Kecamatan
Karangrejo Kabupaten Tulungagung.
55
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M.M, Bowden, V, Jones Elaine G. Editor Estu Tiar. 2011. Buku Ajar
82
Lampiran I
GANTT CHART PRAKTIK KOMUNITAS RT 013 DESA JELI KECAMATAN KARANGREJO KBUPATEN TULUNGAGUNG Tanggal 21
Oktober – 06 November 2021
83
lansia dan pelatihan
pengukuran TD
bagi kader
posyandu dan
pengukuran TD
lansia
8 Penanaman TOGa
9 Penyuluhan PHBS
10 Pengerjaan Laporan
Dan Evaluasi
11 Seminar Akhir
Praktik Komunitas
13 Pelaksanaan
Program Kerja :
84
LAMPIRAN II
PROPOSAL
PELATIHAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
BAGI KADER DAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
DI RT 013 DESA JELI KECAMATAN KARANGREJO
KABUPATEN TULUNGAGUNG
DISUSUN OLEH:
PROPOSAL
PELATIHAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
BAGI KADER DAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
DI RT 013 DESA JELI KECAMATAN KARANGREJO
KABUPATEN TULUNGAGUNG
HARI : SABTU
TANGGAL : 30 OKTOBER 2021
Wahyu Nur Pratiwi., S.Kep., Ns., M.Kes Paramita Ratna Gayatri, S.Kep., Ns., M. Kep
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang atas segala ridho-Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal
kegiatan “Pelatihan Pemeriksaan Tekanan Darah bagi Kader Dan
86
Pemeriksaan Tekanan Darah Pada Lansia Di Rt 013 Desa Jeli Kecamatan
Karangrejo Kabupaten Tulungagung “
Sebuah kesempurnaan tentunya sulit ditemukan, kami selaku penyusun
proposal ini tentunya tak luput dari kesalahan, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang dapat memotivasi menuju ke arah perbaikan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan berkontribusi dalam pelaksanaan kegiatan ini. Kami mohon maaf
atas segala kekurangan dan kesalahan sebagai panitia penyelenggara.
Tulungagung, 30 Oktober
2021
87
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan bertambahnya usia, struktur dan fungsi sitem tubuh manusia
berubah, baik itu fisik, mental, sosial dan emosional. Hal ini akan
kedamaian dan kepuasan hidup. Karena perubahan dalam pola hidup tidak
kesatuan, integritas, dan refleksi dari kehidupannya. jika tidak, ini akan
semacam penyakit kejiwaan (Latifah, 2013). jika ini terjadi maka keadaan
sensori.
88
Dengan mayoritas kasus adalah hipertensi. Sedangkan beberapa kader di RT
013 belum mampu mengoperasikan alat pemeriksaan kesehatan seperti
spygmomanometer untuk memeriksa tekanan darah.
Oleh sebab itu dilakukan pelatihan pengoperasian alat
spygmomanometer bagi kader yang ada di kelurahan Bujel sebagai langkah
awal pencegahan terjadinya penurunan kualitas hidup lansia.
A. Tujuan
B. Manfaat
1. Memberikan early warning pada lansia dalam pencegahan penyakit
katastropik.
2. Memberikan peningkatan kemampuan peran kader dalam pelayanan
kesehatan lansia.
89
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Nama Kegiatan
Nama kegiatan ini adalah “Pelatihan Pemeriksaan Tekanan Darah
Bagi Kader Dan Pemeriksaan Tekanan Darah Pada Lansia Di Rt 013
Desa Jeli Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung”
B. Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan ini adalah kader Lansia Dan Balita Di RT 013 Desa Jeli
Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung
90
D. Materi
1. Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal
Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut
2010).
didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah
penyebab utama gagal jantung, stroke, infak miokard, diabetes dan gagal
ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur
2002)
b. Etiologi
91
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut Corwin (2009), Irianto (2014), Padila (2013), Price dan Wilson
2) Jenis kelamin dan usia: laki – laki berusia 35- 50 tahun dan wanita
perempuan.
hipertensi, diabetes, serta orang dengan usia yang tua karena jika
mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang
berat
92
badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB
atau hipertensi.
hipertensi
terus
alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara
gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa
terjadi.
c. Klasifikasi
tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah
bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
penyakit tertentu.
93
Tabel 1. Kategori Tekanan Darah Berdasarkan American Heart
Association
d. Manifestasi
dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi. Tetapi dapat
edema pupil (edema pada diskus optikus) (Smeltzer dan Bare, 2002).
terasa tubuh cepat untuk merasakan capek, sesak nafas, sakit pada bagian
dada, bengkak pada kedua kaki atau perut (Setiati, Alwi, Sudoyo,
pada hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa terjadi
sindrom
keluhan
episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat dan rasa melayang saat
94
berdiri (postural dizzy) (Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata, dan Syam,
2014). Saat hipertensi terjadi sudah lama pada penderita atau hipertensi
sudah dalam keadaan yang berat dan tidak diobati gejala yang timbul yaitu
e. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Pengaturan diet
3. Menejemen Stres
4. Mengontrol kesehatan
5. Olahraga teratur
95
E. Susunan Panitia
Terlampir
F. Susunan Acara
Terlampir
G. Anggaran Dana
Terlampir
H. SOP
Terlampir
I. Dokumentasi Kegiatan
Terlampir
J. Evaluasi Kegiatan
Terlampir
K. Daftar Hadir
Terlampir
96
BAB III
PENUTUP
97
DAFTAR PUSTAKA
98
Lampiran 1.
SUSUNAN PANITIA
PELATIHAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
BAGI KADER DAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
DI RT 013 DESA JELI KECAMATAN KARANGREJO
KABUPATEN TULUNGAGUNG
99
Lampiran 2.
SUSUNAN ACARA
PELATIHAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
BAGI KADER DAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
DI RT 013 DESA JELI KECAMATAN KARANGREJO
KABUPATEN TULUNGAGUNG
4. Ajeng Qurrotaa’yun,
S.Kep
100
Lampiran 3.
Anggaran Dana
a. Pemasukan
No Sumber Dana Jumlah
.
1. Konstribusi dana IIK BW Rp 1.670.500,-
Total Rp 1.670.500,-
b. Pengeluaran
101
Lampiran 4.
102
e. Pastikan bahwa manometer diposisikan secara
vertical sejajar mata, jarak pemeriksa tidak boleh
lebih dari 1 meter.
f. Palpasi nadi radialis dengan ujung jari satu tangan
sambil menggelembungkan manset dengan cepat
sampai tekanan 30 mmHg diatas titik dimana denyut
tidak teraba. Dengan perlahan kempiskan manset dan
catat dimana titik dimana denyut nadi muncul.
Kempiskan manset dan tunggu 30 detik.
g. Letakkan earpieces stetoskop di telinga dan pastikan
bunyi jelas.
h. Ketahui lokasi arteri brakialis dan letakkan bel atau
diafragma chestpiece diatasnya, tutup katub balon
tekanan searah jarum jam sampai kencang.
i. Gembungkan manset 30 mmHg diatas tekanan
sistolik yang dipalpasi, dengan perlahan lepaskan
dan biarkan air raksa turun dengan kecepatan 2
sampai 3 mmHg perdetik.
j. Catat titik pada manometer saat bunyi jelas yang
pertama terdengar ( sebagai tekanan sistolik )
k. Lanjutkan mengempiskan manset, catat titik dimana
bunyi muffled atau dampened timbul. Lanjutkan
mengempeskan manset, catat titik pada manometer
sampai 2 mmHg terdekat dimana bunyi tersebut
hilang (sebagai tekanan diastolik).
l. Kempeskan manset dengan cepat dan sempurna,
buka manset dari lengan kecuali jika ada rencana
untuk mengulang.
m. Bantu klien untuk kembali ke posisi yang nyaman
dan tutup kembali lengan atas.
n. Beritahu hasil pemeriksaan kepada responden.
o. Pemeriksa cuci tangan.
p. Catat tekanan darah, tanggal, waktu pengukuran pada
lembar observasi.
lampiran 7.
EVALUASI HASIL PROGRAM KERJA
103
PELATIHAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
BAGI KADER DAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
DI RT 013 DESA JELI KECAMATAN KARANGREJO
KABUPATEN TULUNGAGUNG
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
104
Lampiran 8.
DOKUMENTASI
105
Mahasiswa mahasiswa mengukur takanan darah lansia
106
Lampiran 9.
Daftar Hadir
Daftar hadir peserta pelatihan pengukuran tekanan darah bagi kader dan
pengukuran tekanan darah bagi lansia
107
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PELATIHAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
Disusun Oleh :
108
LEMBAR PENGESAHAN
HARI : SABTU
TANGGAL : 30 OKTOBER 2021
Wahyu Nur Pratiwi., S.Kep., Ns., M.Kes Paramita Ratna Gayatri, S.Kep., Ns., M. Kep
109
Identitas
Topik : Pelatihan Pemeriksaan Tekanan Darah Dan Pemeriksaan
Tekanan Darah Lansia RT 013
Hari /Tanggal : Sabtu, 30 Oktober 2021
Waktu : 30 Menit
Tempat : Rumah Warga RT 013
Sasaran : Kader Lansia/Balita dan Lansia RT 013
Penyuluh : Mahasiswa Pendidikan Profesi Ners
A. Latar Belakang
Dengan bertambahnya usia, struktur dan fungsi sitem tubuh manusia
berubah, baik itu fisik, mental, sosial dan emosional. Hal ini akan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan di usia lanjut. Psikologis penuaan
yang berhasil dicerminkan pada kemampuan individu lansia beradaptasi
terhadap kehidupan fisik, sosial dan emosional serta mencapai kebahagiaan,
kedamaian dan kepuasan hidup. Karena perubahan dalam pola hidup tidak
dapat dihindari sepanjang hidup, individu harus memperlihatkan kemampuan
untuk kembali bersemangat.
Masa lanjut usia adalah masa dimana individu dapat merasakan kesatuan,
integritas, dan refleksi dari kehidupannya. jika tidak, ini akan menimbulkan
ketimpangan dan bahkan dapat mengakibatkan patologis, semacam penyakit
kejiwaan (Latifah, 2013). jika ini terjadi maka keadaan masyarakat juga
terganggu, dimana lansia sebagai penguat transformator nilai dan norma
berkurang, baik secara kualitas dan kuantitas.
Lansia yang sakit akan mengancam kemandirian dan kualitas hidup
dengan membebani kemampuan melakukan perawatan personal dan tugas
sehari-hari. Pada lansia yang masing-masingnya menderita penyakit yang
berbeda-beda, seperti hipertensi, rematik, gastritis dan penurunan fungsi
sensori.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 21 Oktober - 23
Oktober 2021 di RT 013 Desa Jeli Kecamatan Karangrejo Kabupaten
Tulungagung didapatkan data bahwa total lansia sejumlah 25 orang, sudah
110
adanya posyandu lansia yang rutin dilakukan pada minggu ke-2 setiap bulan.
Dengan mayoritas kasus adalah hipertensi. Sedangkan beberapa kader di RT
013 belum mampu mengoperasikan alat pemeriksaan kesehatan seperti
spygmomanometer untuk memeriksa tekanan darah.
Oleh sebab itu dilakukan pelatihan pengoperasian alat spygmomanometer
bagi kader yang ada di kelurahan Bujel sebagai langkah awal pencegahan
terjadinya penurunan kualitas hidup lansia
B. Waktu kegiatan
Hari / Tanggal : Sabtu, 30 Oktober 2021
Tempat kegiatan : Rumah Warga RT 013
Waktu kegiatan : 08.00-08.30 WIB
Alokasi Waktu : 30 menit
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. Media
1. Spygmomanometer
2. Stestoscop
111
E. Setting Tempat
P M
F
Pb
K L
K L
O
L
L L L L
F F
Keterangan :
Pb : Pembimbing
O : Observer
M : Moderator
P : Penyuluh
F : Fasilitator
K : Kader
L : Lansia
F. Kelengkapan Acara
1. Meja 1
2. Absensi
3. Spygmomanometer dan Stetoscop
112
G. Kegiatan Penyuluhan
113
H. Materi Pelaksanaan
Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut
darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ
tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal
ini terjadi bila arteriol–arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat
darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.
Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut
dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti,
2010).
Hipertensi dapat didifinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di
atas 90 mmHg (Syamsudin, 2011). Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90 mmHg (Smeltzer dan Bare, 2002). Hipertensi merupakan
penyebab utama gagal jantung, stroke, infak miokard, diabetes dan gagal
ginjal (Corwin, 2009). Hipertensi disebut juga sebagai “pembunuh diam–
diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakan gejala,
Institut Nasional Jantung, Paru dan Darah memperkirakan separuh orang
yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Penyakit hipertensi
ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur
karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Smeltzer dan Bare,
2002)
b. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut Corwin (2009), Irianto (2014), Padila (2013), Price dan Wilson
(2006), Syamsudin (2011), Udjianti (2010) :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi
esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang
tidak diketahui penyebabnya (Idiopatik). Beberapa faktor diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini:
1) Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
114
Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki
riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia: laki – laki berusia 35- 50 tahun dan
wanita menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
Jika usia bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini
tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih
tinggi dari pada perempuan.
3) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa
dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya
karena dengan mengkonsumsi banyak garam dapat
meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa
orang, khususnya dengan pendeita hipertensi, diabetes, serta
orang dengan usia yang tua karena jika garam yang dikonsumsi
berlebihan, ginjal yang bertugas untuk
mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada
yang
seharusnya didalam tubuh
4) Berat badan: Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa
menjaga berat
badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas
BB
ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan
darah
atau hipertensi.
5) Gaya hidup: Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup
dengan pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu
hipertensi
itu terjadi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan
jumlah
rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat
menghabiskan
berapa putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan
tekanan
darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan
dan terus
menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya
115
jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk
menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas
stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari
komplikasi yang bisa terjadi.
c. Klasifikasi
Menurut WHO (2013), batas normal tekanan darah adalah tekanan
darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang
dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Berdasarkan The Joint National Commite VIII (2014) tekanan darah dapat
diklasifikasikan berdasarkan usia dan penyakit tertentu. Diantaranya
adalah:
Tabel 1. Kategori Tekanan Darah Berdasarkan American Heart
Association
Kategori tekanan darah Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg < 80 mmHg
Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Hipertensi stage 3
≥ 180mmHg ≥ 110 mmHg
(keadaan gawat)
Sumber: American Heart Assosiation (2014).
d. Manifestasi
Pemeriksaan fisik pada pasien yang menderita hipertensi tidak
dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi. Tetapi dapat
ditemukan perubahan pada retina, seperti pendarahan, eksudat (kumpulan
cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat terdapat
edema pupil (edema pada diskus optikus) (Smeltzer dan Bare, 2002).
Tahapan awal pasien kebanyakan tidak memiliki keluhan. Keadaan
simtomatik maka pasien biasanya peningkatan tekanan darah disertai
berdebar–debar, rasa melayang (dizzy) dan impoten. Hipertensi vaskuler
terasa tubuh cepat untuk merasakan capek, sesak nafas, sakit pada bagian
dada, bengkak pada kedua kaki atau perut (Setiati, Alwi, Sudoyo,
Simadibrata, Syam, 2014). Gejala yang muncul sakit kepala, pendarahan
pada hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa terjadi
saat orang menderita hipertensi (Irianto, 2014).
Hipertensi dasar seperti hipertensi sekunder akan mengakibatkan
penderita tersebut mengalami kelemahan otot pada aldosteronisme primer,
116
mengalami peningkatan berat badan dengan emosi yang labil pada
sindrom cushing, polidipsia, poliuria. Feokromositoma dapat muncul
dengan keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat dan rasa
melayang saat berdiri (postural dizzy) (Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata,
dan Syam, 2014). Saat hipertensi terjadi sudah lama pada penderita atau
hipertensi sudah dalam keadaan yang berat dan tidak diobati gejala yang
timbul yaitu sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah,
pandangan menjadi kabur (Irianto, 2014).
Semua itu terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal. Pada penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan mengakibatkan penderita mengalami koma karena
terjadi pembengkakan pada bagian otak. Keadaan tersebut merupakan
keadaan ensefalopati hipertensi (Irianto, 2014).
e. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Pengaturan diet
2. Perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat
3. Menejemen Stres
4. Mengontrol kesehatan
5. Olahraga teratur
6. Manajemen pengobatan hipertensi (Farmakologi hipertensi)
117
DAFTAR PUSTAKA
118
LAMPIRAN V
PROPOSAL KEGIATAN
PENANAMAN TOGA
DI RT 013 DESA JELI KECAMATAN KARANGREJO TULUNGAGUNG
Disusun Oleh :
119
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN
PENANAMAN TOGA
DI RT 013 KECAMATAN KARANGREJO TULUNGAGUNG
HARI : SENIN
TANGGAL : 01 NOVEMBER 2021
Ketua Pelaksana
Ketua Mahasiswa Komunitas
Wahyu Nur Pratiwi, S. Kep, Ns., M.Kes Paramita Ratna Gayatri, S. Kep. Ns., M. Kes
120
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang atas segala ridho-Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal
kegiatan “Penanaman TOGA”
Sebuah kesempurnaan tentunya sulit ditemukan, kami selaku penyusun
proposal ini tentunya tak luput dari kesalahan, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang dapat memotivasi menuju ke arah perbaikan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan berkontribusi dalam pelaksanaan kegiatan ini. Kami mohon maaf
atas segala kekurangan dan kesalahan sebagai panitia penyelenggara.
121
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan pengobatan dengan obat tradisional merupakan salah satu
bentuk peran dari masyarakat dan sekaligus merupakan beberapa teknologi
yang tepat guna sehingga berpotensi untuk menunjang sebuah pembangunan
kesehatan yang berkelanjutan(Pratiwi et al., 2018)(Andriati & Wahjudi, 2016).
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) adalah Tanaman hasil budidaya
rumahan yang berkhasiat sebagai obat. Tanaman obat yang tergolong
rempah-rempah atau bumbu dapur, tananam pagar,tanaman buah, atau
tanaman sayur, dapat ditata dipekarangan sebagai toga. Selain sebagai bahan
obat bagi anggota keluarga yang sakit, tanaman tersebut dapat dimanfaatkan
untuk aneka keperluan sesuatu dengan kegunaan lainnya.Tanaman obat keluarga
pada hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang
yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat
dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan (Saktiawan &
Atmiasri, 2017).
Tanaman obat keluarga selain bermanfaat untuk keperluan obat-obatan
keluarga, juga dapat berguna sebagai hiasan di halaman rumah, dan bisa menjadi
sarana alternatif rumah industri yang dapat menghasilkan keuntungan, sehingga
budidaya tanaman obat keluarga dapat memacu usaha kecil dan menengah di
bidang obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara individual. (Saktiawan
2017). Adapun tanaman obat keluarga yang dapat digunakan sebagai alternatif
pengobatan penyakit hipertensi diantaranya adalah mentimun, bawang putih,
seledri, belimbing wulu, belimbing manis, mengkudu, daun salam, dan lain-lain
(Anonim, 2010, Rahma 2016 dalam Jurnal (Jayanti 2018).
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penanaman TOGA tanaman sirih dan seledri diharapkan
warga yang memiliki hipertensi bisa memanfaatkan tanaman tersebut sebagai
obat, supaya bisa membantu mengatasi penyakit hipertensi yang diderita.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan penananman TOGA selama 60 menit, sasaran diharapkan
dapat:
1. Lansia mengerti manfaat dari tanaman TOGA sirih dan seledri.
2. Lansia mengerti cara mengolah tanaman sirih dan seledri untuk obat
hipertensi.
122
C. Manfaat kegiatan
1. Bagi Masyarakat
Sebagai dasar untuk mengembangkan pengetahuan yang baik tentang
tanaman toga sirih dan seleldri.
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai dasar untuk mengembangkan pengetahuan yang baik tentang
tanaman toga sirih dan seledri.
3. Bagi Kader
Sebagai mendukung menciptakan kesehatan pada pemukiman serta
melestarikan tanaman obat.
123
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Nama Kegiatan
Nama kegiatan ini adalah “Penanaman TOGA”.
B. Tema Kegiatan
Kegiatan ini bertemakan “Penanaman TOGA Tanaman Sirih dan Seledri”.
C. Peserta Kegiatan
Peserta Kegiatan ini adalah lansia penderita hipertensi RT 013 Desa Jeli.
D. Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan pada :
Hari/ Tanggal : Senin, 01 November 2021
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Rumah Lansia Penderita Hipertensi
E. Materi
PENANAMAN TOGA TANAMAN SIRIH DAN SELEDRI
A. Definisi
Tanaman obatan kelurga (TOGA) merupkan tumbuhan atau
tanaman yang sangat dibudayakan baik di halaman, pekarangan rumah
ladang atau kebun sebagai bahan pengobatan penyakit. Tanaman obat
keluarga (TOGA) dimanfaatkan masyarakat sebagai obat. Hal tersebut
karena tanaman obat yang dimanfaatkan sebagai obat memiliki kandungan
atau zat aktif yang berfungsi dalam mencegah serta mengobati penyakit,
baik itu penyakit yang disebabkan oleh perubahan cuaca maupun penyakit
lainnya.
Tanaman obat keluarga (TOGA) merupakan tumbuhan atau
tanamann yang dibudidayakan baik di halaman, pekarangan rumah ladang
atau kebun sebagai bahan pengobatan penyakit. Tumbuhan atau tanamann
tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu dan di sajikan
sebagai obat guna penyembuhan penyakit (Darmawan Harefa, 2020).
B. Manfaat
Beberapa manfaat tumbuhan sebagai obat dimasyarakat menurut
(Darmawan Harefa, 2020), yaitu :
1. Menjaga baik kesehatan.
Faktanya keampuhan obat tradisional (herbal) dalam menunjang
kesehatan telah terbukti dalam empirik, penggunanya terdiri dari
berbagai lapisan masayarakat, mulai anak-anak, remaja dan orang lanjut
usia.
124
2. Memperbaiki istatus gizi bagi masyarakat.
Banyak sekali tumbuhan yang sebagai apotik hidup yang dapat
dimanfaatkan untuk perbaikan dan peningkatan gizi, seperti kacang,
sawo dan belimbing wuluh, sayuran, buah-buahan sehingga kebutuhan
vitamin akan terpenuhi.
3. Menghijaukan lingkungan.
Meningkatkan penanaman apotik hidup salah satu cara untuk
penghijauan lingkungan tempat tinggal.
4. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
Penjualan hasil tumbuhan akan mampu menambah penghasilan
keluarga.
C. Cara Mengelola
1. Cara pengolahan daun sirih
Untuk pengobatan hipertensi dengan daun sirih dianjurkan untuk
merebus 6 gram (5 lembar daun sirih) dan gelas air ukuran 250 cc
direbus dari 2 gelas menjadi satu gelas (Sigit Priyanto, 2018). Daun
sirih sering digunakan sebagai obat pada klinik herbal sebagai bahan
terapi terhadap suatu penyakit, salah satunya hipertensi (Susilo, 2013).
2. Cara pengolahan daun seledri
Penggunaan ekstrak daun seledri untuk hipertensi dengan cara di rebus.
Membuat rebusan daun seledri sebanyak 16 batang dan air 300 cc di
rebus menjadi 200 cc kurang lebih selama 15 menit setelah dingin
segera di saring, dibagi menjadi 2 , diminum dipagi hari 100 cc dan di
siang hari 100 cc. Dengan dilakukan selama kurang lebih tujuh hari
pemberian (Nuryanti, 2011).
F. Susunan Panitia
Terlampir
G. Susunan Acara
Terlampir
H. Daftar Hadir
Terlampir
125
BAB III
PENUTUP
126
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, R., Saputri, F. A., & Nuwarda, R. F. (2018). Tingkat Pengetahuan Dan
Penggunaan Obat Tradisional Di Masyarakat: Studi Pendahuluan Pada
Masyarakat Di Desa Hegarmanah, Jatinangor, Sumedang.
Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, 7(2), 97–
100. https://doi.org/10.24198/dharmakarya.v7i2.19295
Saktiawan, Renny Agus & Atmiasri. 2017. Pemanfaatan Tanaman TOGA Bagi
Kesehatan Keluarga Dan Masyarakat. Vol. 2. No. 2.
127
Lampiran 1
SUSUNAN PANITIA
PENANAMAN TOGA
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
128
Lampiran 2
SUSUNAN ACARA
PENANAMAN TOGA
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
Lampiran 3
129
Anggaran Dana
a. Pemasukan
b. Pengeluaran
Lampiran 4 Absensi
130
EVALUASI HASIL PROGRAM KERJA
131
PENANAMAN TOGA
DI RT 013 KECAMATAN KARANGREJO, TULUNGAGUNG
PADA SENIN, 01 NOVEMBER 2021
A. Struktur
1. Peserta sebanyak 10 peserta.
2. Perlengkapan yang digunakan selama penyuluhan adalah polybag, bibit
seledri, tanaman sirih, dan pacul/scop.
B. Proses
1. Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada hari senin, 01 November 2021 pada
pukul 09.00 WIB, jadwal ini sesuai yang telah ditentukan.
2. Peserta yang hadir tampak antusias mengikuti kegiatan penanaman TOGA
dari awal sampai akhir.
3. Pertanyaan yang diajukan peserta dapat dijawab dengan baik oleh penyaji.
C. Hasil
1. 90% dari 10 lansia yang hadir mengerti manfaat tanaman TOGA sirih dan
seledri.
2. 90% dari 10 peserta yang hadir mengerti cara mengelolah tamanam TOGA
sirih dan seledri.
132
133
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENANAMAN TANAMAN OBAT KELURAGA (TOGA)
Dibimbing Oleh :
Paramita Ratna Gayatri, S.Kep. Ns., M.Kes
Oleh :
KELOMPOK 8
134
LEMBAR PENGESAHAN
HARI : SENIN
TANGGAL : 01 NOVEMBER 2021
Wahyu Nur Pratiwi, S. Kep, Ns., M.Kes Paramita Ratna Gayatri, S. Kep. Ns., M. Kes
135
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENANAMAN TOGA
Identitas
Topik : Penanaman TOGA tanaman sirih dan seledri
Sub topik : Pengertian TOGA tanaman sirih dan seledri serta manfaat
pada pasien hipertensi
Hari /Tanggal : Senin / 01 November 2021
Waktu : 1 jam
Tempat : RT 013 Desa Jeli Kecamatan Karangrejo Tulungagung
Sasaran : Lansia penderita hipertensi
Penyuluh : Mahasiswa Profesi Komunitas
A. Latar Belakang
Pengelolaan pengobatan dengan obat tradisional merupakan salah satu
bentuk peran dari masyarakat dan sekaligus merupakan beberapa teknologi
yang tepat guna sehingga berpotensi untuk menunjang sebuah pembangunan
kesehatan yang berkelanjutan(Pratiwi et al., 2018)(Andriati & Wahjudi, 2016).
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) adalah Tanaman hasil budidaya
rumahan yang berkhasiat sebagai obat. Tanaman obat yang tergolong
rempah-rempah atau bumbu dapur, tananam pagar,tanaman buah, atau
tanaman sayur, dapat ditata dipekarangan sebagai toga. Selain sebagai bahan
obat bagi anggota keluarga yang sakit, tanaman tersebut dapat dimanfaatkan
untuk aneka keperluan sesuatu dengan kegunaan lainnya.Tanaman obat keluarga
pada hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang
yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat
dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan (Saktiawan &
Atmiasri, 2017).
Tanaman obat keluarga selain bermanfaat untuk keperluan obat-obatan
keluarga, juga dapat berguna sebagai hiasan di halaman rumah, dan bisa menjadi
sarana alternatif rumah industri yang dapat menghasilkan keuntungan, sehingga
budidaya tanaman obat keluarga dapat memacu usaha kecil dan menengah di
bidang obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara individual. (Saktiawan
2017). Adapun tanaman obat keluarga yang dapat digunakan sebagai alternatif
pengobatan penyakit hipertensi diantaranya adalah mentimun, bawang putih,
seledri, belimbing wulu, belimbing manis, mengkudu, daun salam, dan lain-lain
(Anonim, 2010, Rahma 2016 dalam Jurnal (Jayanti 2018).
B. Tujuan Umum
136
Setelah dilakukan penanaman TOGA tanaman sirih dan seledri
diharapkan warga yang memiliki hipertensi bisa memanfaatkan tanaman
tersebut sebagai obat, supaya bisa membantu mengatasi penyakit hipertensi
yang diderita.
C. Tujuan Khusus
Setelah melakukan penananman TOGA selama 60 menit, sasaran diharapkan
dapat:
1. Lansia mengerti manfaat dari tanaman sirih dan seledri.
2. Lansia mengerti cara mengolah tanaman sirih dan seledri untuk obat
hipertensi.
D. Metode
1. Demonstrasi
E. Media
-
F. Strategi Penyuluhan
N WAKTU TAHAP KEGIATAN SASARAN
O
1 10 Menit Pembukaan 1. Menjawab salam
1. Membuka acara dengan mengucapkan 2. Mendengarkan
salam kepada sasaran penyampaikan
2. Menyampaikan topik dan tujuan topik dan tujuan
kegiatan kepada sasaran
2 45 Menit Kegiatan Inti 1. Mempraktekan
1. Menanam tanaman TOGA yaitu sirih cara menanam
dan seledri TOGA sirih dan
seledri
2. Menyampaikan
manfaat dan cara
pengolahan
tanaman TOGA
sirih dan seledri.
137
3 5 Menit Evaluasi / Penutup 1. Mendengarkan
1. Menutup acara dengan mengucapkan penutupan acara
salam serta terimakasih kepada sasaran dan menjawab
salam.
Setting Tempat
-
Evaluasi
-
138
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, R., Saputri, F. A., & Nuwarda, R. F. (2018). Tingkat Pengetahuan Dan
Penggunaan Obat Tradisional Di Masyarakat: Studi Pendahuluan Pada
Masyarakat Di Desa Hegarmanah, Jatinangor, Sumedang.
Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, 7(2), 97–
100. https://doi.org/10.24198/dharmakarya.v7i2.19295
Saktiawan, Renny Agus & Atmiasri. 2017. Pemanfaatan Tanaman TOGA Bagi
Kesehatan Keluarga Dan Masyarakat. Vol. 2. No. 2.
139
Lampiran 1
PENANAMAN TOGA TANAMAN SIRIH DAN SELEDRI
A. Definisi
Tanaman obatan kelurga (TOGA) merupkan tumbuhan atau tanaman
yang sangat dibudayakan baik di halaman, pekarangan rumah ladang atau
kebun sebagai bahan pengobatan penyakit. Tanaman obat keluarga (TOGA)
dimanfaatkan masyarakat sebagai obat. Hal tersebut karena tanaman obat
yang dimanfaatkan sebagai obat memiliki kandungan atau zat aktif yang
berfungsi dalam mencegah serta mengobati penyakit, baik itu penyakit yang
disebabkan oleh perubahan cuaca maupun penyakit lainnya.
Tanaman obat keluarga (TOGA) merupakan tumbuhan atau tanamann
yang dibudidayakan baik di halaman, pekarangan rumah ladang atau kebun
sebagai bahan pengobatan penyakit. Tumbuhan atau tanamann tersebut dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu dan di sajikan sebagai obat guna
penyembuhan penyakit (Darmawan Harefa, 2020).
B. Manfaat
Beberapa manfaat tumbuhan sebagai obat dimasyarakat menurut (Darmawan
Harefa, 2020), yaitu :
1. Menjaga baik kesehatan.
Faktanya keampuhan obat tradisional (herbal) dalam menunjang kesehatan
telah terbukti dalam empirik, penggunanya terdiri dari berbagai lapisan
masayarakat, mulai anak-anak, remaja dan orang lanjut usia.
2. Memperbaiki istatus gizi bagi masyarakat.
Banyak sekali tumbuhan yang sebagai apotik hidup yang dapat
dimanfaatkan untuk perbaikan dan peningkatan gizi, seperti kacang, sawo
dan belimbing wuluh, sayuran, buah-buahan sehingga kebutuhan vitamin
akan terpenuhi.
3. Menghijaukan lingkungan.
Meningkatkan penanaman apotik hidup salah satu cara untuk penghijauan
lingkungan tempat tinggal.
4. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
Penjualan hasil tumbuhan akan mampu menambah penghasilan keluarga.
C. Cara mengelola
1. Cara pengolahan daun sirih
Untuk pengobatan hipertensi dengan daun sirih dianjurkan untuk merebus
6 gram (5 lembar) daun sirih dengan dua gelas air. Daun sirih sering
140
digunakan sebagai obat pada klinik herbal sebagai bahan terapi terhadap
suatu penyakit, salah satunya hipertensi (Susilo, 2013).
2. Cara pengolahan daun seledri
Penggunaan ekstrak daun seledri untuk hipertensi dengan cara di rebus.
Membuat rebusan daun seledri sebanyak 16 batang dan air 300 cc di rebus
menjadi 200 cc kurang lebih selama 15 menit setelah dingin segera di
saring, dibagi menjadi 2 , diminum dipagi hari 100 cc dan di siang hari 100
cc. Dengan dilakukan selama kurang lebih tujuh hari pemberian (Nuryanti,
2011).
141
Lampiran 2 Kegiatan
142
LAMPIRAN VI
PROPOSAL KEGIATAN
PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
DI RT 013 DESA JELI KECAMATAN KARANGREJO
KABUPATEN TULUNGAGUNG
Disusun Oleh :
143
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN
PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
DI RT 013 DESA JELI KECAMATAN KARANGREJO
KABUPATEN TULUNGAGUNG
HARI : SELASA
TANGGAL : 26 OKTOBER 2021
144
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang atas segala ridho-Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal
kegiatan “Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”
Sebuah kesempurnaan tentunya sulit ditemukan, kami selaku penyusun
proposal ini tentunya tak luput dari kesalahan, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang dapat memotivasi menuju ke arah perbaikan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan berkontribusi dalam pelaksanaan kegiatan ini. Kami mohon maaf
atas segala kekurangan dan kesalahan sebagai panitia penyelenggara.
145
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan yang ada di masyarakat sangatlah banyak dan
beragam macamnya. Penulusuran dari rumah ke rumah merupakan cara paling
efektif untuk mengetahui secara nyata masalah kesehatan yang sebenarnya
dihadapi oleh masyarakat. Sebagian masyarakat ada yang menyadari dan juga
ada yang tidak menyadari bahwa ada masalah kesehatan yang sedang dialami
(Nurhayati, 2011).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat
berperan aktif dalam kegiatan–kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan–kegiatan kesehatan di masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat meningkatkan kualitas
kesehatan melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi
individu-individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari-hari yang bersih
dan sehat.
B. Tujuan Kegiatan
3. Tujuan Umum
Dapat meningkatkan kualitas kesehatan dalam menjalani perilaku kehidupan
sehari-hari
4. Tujuan Khusus
a. Warga sadar akan Kesehatan dan memiliki pengetahuan dan kesadaran
untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga kebersihan
b. Warga mampu mempraktekkan hidup bersih dan sehat.
C. Manfaat kegiatan
4. Bagi Masyarakat
Sebagai dasar untuk mengembangkan pengetahuan yang baik tentang
perilaku hidup bersih dan sehat.
5. Bagi Mahasiswa
Sebagai dasar untuk mengembangkan pengetahuan yang baik tentang
pola hidup bersih dan sehat.
6. Bagi Kader
146
Sebagai informasi kepada pengelola kesehatan sehingga bisa
menggunakan strategi yang sama dalam upaya pencegahan terjadinya
penyebaran bakteri, kuman dan virus.
147
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Nama Kegiatan
Nama kegiatan ini adalah “Cegah Penyakit dengan Melaksanakan
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat”.
B. Tema Kegiatan
Kegiatan ini bertemakan “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”.
C. Peserta Kegiatan
Peserta Kegiatan ini adalah ibu – ibu dan balita perwakilan RT 013 Desa
Jeli.
D. Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan pada :
Hari/ Tanggal : Selasa,2 November 2021
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Rumah warga RT 013
E. Materi
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
A. Definisi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan sebuah perilaku untuk
menularkan pengalaman mengenai hidup sehat melalui individu, kelompok
atau masyarakat luas dengan membagikan informasi Kesehatan melalui
materi edukasi guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap dan
perilaku terkait cara hidup bersih dan sehat (Dimyati, 2018).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku
kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan masyarakat
(Pedoman Pembinaan PHBS, 2011)
B. Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat
Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat secara umum adalah
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjalankan hidup bersih dan
sehat. Hal tersebut agar masyarakat bisa mencegah dan menanggulangi
masalah Kesehatan, serta masyarakat mampu menciptakan lingkungan
yang sehat dan meningkatkan kualitas hidup.
148
Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga akan
menciptakan keluarga yang sehat dan mampu meminimalkan masalah
kesehatan, di antaranya: setiap anggota keluarga mampu meningkatkan
kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit, rumah tangga sehat
mampu meningkatkan produktivitas anggota rumah tangga dan anggota
keluarga terbiasa menerapkan pola hidup sehat dan anak dapat tumbuh
sehat dan tercukupi gizi.
C. Tujuan berperilaku hidup bersih dan sehat
Yaitu meningkatkan kualitas kesehatan melalui mproses
penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu-individu
dalam menjalani perilaku kehidupan sehari-hari yang bersih dan sehat.
Tujuan utama dari perilaku hidup bersih dan sehat di tingkat rumah
tangga yaitu tercapainya rumah tangga yang sehat. Terdapat beberapa
indicator perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkat rumah tangga,
antara lain:
1. Persalinan yang ditolong oleh tenaga Kesehatan
Persalinan yang ditolong oleh dokter, bidan, perawat dan paramedis
lainnya memiliki standar dalam penggunaan peralatan yang bersih,
steril dan juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan
bahaya lain yang membahayakan keselamatan ibu dan bayi yang
dilahirkan.
2. Pemberian ASI
Manfaat pemberian ASI pada bayi, yaitu: meningkatkan ketahanan
imun bayi sehingga dapat mencegah bayi terserang penyakit, dan
membantu perkembangan otak dan fisik bayi,
3. Menimbang bayi dan balita secara berkala
Bertujuan untuk memantau pertumbuhan bayi dan menimbang bayi
secara teratur juga dapat mendeteksi dini masalah gizi buruk.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
Selain berkaitan dengan kebersihan diri, cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir sekaligus Langkah pencegahan penularan berbagai jenis
penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari kuman.
5. Menggunakan air bersih
Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.
6. Menggunakan jamban sehat
149
Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan
dengan unit pembuangan kotoran dan udara untuk keperluan
infrastruktur.
7. Memberantas jentik nyamuk
Nyamuk merupakan vector berbagai jenis penyakit dan memutus siklus
hidup nyamuk menjadi bagian penting dalam pencegahan berbagai
penyakit.
8. Konsumsi buah dan sayur
Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta
serat yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga atau aktivitas bekerja
yang melibatkan Gerakan dan keluarnya tenaga.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah
Kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak
merokok di rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai
masalah Kesehatan.
F. Susunan Panitia
Terlampir
G. Susunan Acara
Terlampir
H. Daftar Hadir
Terlampir
150
BAB III
PENUTUP
151
152
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Azima. 2018. Penyuluhan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Nurhayati. 2011. Penggunaan Jamur dan Bakteri Dalam Pengendalian Penyakit
tanaman Secara Hayati yang Ramah Lingkungan. Prosiding Semirata
Bidang Ilmu-ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2011. ISBN:
978-979-8389-18-4.
153
Lampiran 1
SUSUNAN PANITIA
PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
INSTITUT KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
154
Lampiran 2
SUSUNAN ACARA
PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
INSTITUT KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
155
Lampiran 3
Anggaran Dana
c. Pemasukan
d. Pengeluaran
156
Lampiran 4 Absensi
157
EVALUASI HASIL PROGRAM KERJA
PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
DI RT 013 DESA JELI KECAMATAN KARANGREJO
KABUPATEN TULUNGAGUNG
PADA SELASA, 02 NOVEMBER 2021
D. Struktur
1. Peserta penyuluhan sebanyak 5 Ibu dan 8 Balita.
2. Perlengkapan yang digunakan selama penyuluhan adalah leaflet
3. Penggunaan bahasa yang komunikatif dan aplikatif dalam penyampaian
penyuluhan kesehatan, para peserta memahami apa yang telah disampaikan
oleh mahasiswa.
E. Proses
1. Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada hari Selasa, 02 November 2021 pada
pukul 08.00 WIB, jadwal ini sesuai yang telah ditentukan.
2. Peserta yang hadir tampak antusias mengikuti penyuluhan dan simulasi
CPTS dari awal sampai akhir.
3. Pertanyaan yang diajukan peserta dapat dijawab dengan baik oleh penyaji.
F. Hasil
1. 90% dari 5 Ibu dan 8 Balita yang hadir dapat mempraktekkan langkah-
langkah cuci tangan.
2. 90% dari 5 Ibu dan 8 Balita yang hadir dapat menyebutkan manfaat perilaku
hidup bersih dan sehat.
158
DOKUMENTASI PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
SEHAT
Penyampaian materi
Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat
159
SATUAN ACARA PENYULUHAN
HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
Disusun oleh
Mahasiswa Profesi Ners 2019
160
LEMBAR PENGESAHAN
HARI : SELASA
TANGGAL : 26 OKTOBER 2021
161
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
Identitas
Topik : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Sub topik : Manfaat dan Cara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Hari /Tanggal : Selasa/ 2 November 2021
Waktu : 60 Menit
Tempat : RT 013 Desa Jeli Kecamatan Karangrejo Kabupaten
Tulungagung
Sasaran : Ibu – ibu dan balita perwakilan RT 013 Desa Jeli.
Penyuluh : Mahasiswa Profesi komunitas
G. Latar Belakang
Masalah kesehatan yang ada di masyarakat sangatlah banyak dan
beragam macamnya. Penulusuran dari rumah ke rumah merupakan cara paling
efektif untuk mengetahui secara nyata masalah kesehatan yang sebenarnya
dihadapi oleh masyarakat. Sebagian masyarakat ada yang menyadari dan juga
ada yang tidak menyadari bahwa ada masalah kesehatan yang sedang dialami
(Nurhayati, 2011).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat
berperan aktif dalam kegiatan–kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan–kegiatan kesehatan di masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat meningkatkan kualitas
kesehatan melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi
individu-individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari-hari yang bersih
dan sehat.
H. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit diharapkan sasaran mengetahui
tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
I. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit, sasaran diharapkan dapat:
a. Menjelaskan pengertian dan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat : cuci tangan 6 langkah
J. Metode
2. Ceramah
162
3. Demonstrasi
4. Tanya jawab
K. Media
1. Leaflet
L. Strategi Penyuluhan
N WAKTU TAHAP KEGIATAN SASARAN
O
1 5 Menit Pembukaan
1. Membuka acara dengan 1.Menjawab salam
mengucapkan salam kepada 2.Mendengarkan penyuluh
sasaran menyampaikan topik dan
2. Menyampaikan topik dan tujuan tujuan
Penkes kepada sasaran 3.Menyetujui kesepakatan
3. Kontrak waktu untuk kesepakatan waktu pelaksanaan Penkes
pelaksanaan Penkes dengan 4.Mendengarkan dan
sasaran menjawab pertanyaan.
4. Mengkaji kemampuan siswa
2 20 Menit Kegiatan Inti
1. Menjelaskan materi penyuluhan 1. Mendengarkan penyuluh
kepada sasaran menyampaikan materi
2. Mendemonstrasikan cuci tangan 2. Memberikan kesempatan
3. Mempraktikan bersama peserta kepada sasaran untuk
cara cuci tangan mempraktikkan cuci
4. Memberikan kesempatan kepada tangan 6 langkah
sasaran untuk menanyakan hal – 3. Menanyakan hal – hal
hal yang belum dimengerti dari yang tidak dimengerti
materi yang dijelaskan penyuluh dari materi penyuluhan
3 5 Menit Evaluasi / Penutup 1. Menjawab pertanyaan
1. Memberikan pertanyaan kepada yang diajukan penyuluh.
sasaran tentang materi yang sudah 2. Mendengarkan
disampaikan penyuluh penyampaian
2. Menyimpulkan materi kesimpulan.
penyuluhan yang sudah 3. Mendengarkan penyuluh
disampaikan kepada sasaran menutup acara dan
3. Menutup acara dengan menjawab salam.
mengucapkan salam serta
terimakasih kepada sasaran
163
Setting Tempat
: Penyuluh
: Peserta
: Observer
Evaluasi
Metode evaluasi : Diskusi dan tanya jawab
164
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Azima. 2018. Penyuluhan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Nurhayati. 2011. Penggunaan Jamur dan Bakteri Dalam Pengendalian Penyakit
tanaman Secara Hayati yang Ramah Lingkungan. Prosiding Semirata
Bidang Ilmu-ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2011. ISBN:
978-979-8389-18-4.
165
Lampiran 1
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
A. Definisi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan sebuah perilaku untuk
menularkan pengalaman mengenai hidup sehat melalui individu, kelompok
atau masyarakat luas dengan membagikan informasi Kesehatan melalui materi
edukasi guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap dan perilaku
terkait cara hidup bersih dan sehat (Dimyati, 2018).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku kesehatan
yang dilakukan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong
dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan masyarakat (Pedoman Pembinaan
PHBS, 2011)
B. Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat
Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat secara umum adalah
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjalankan hidup bersih dan
sehat. Hal tersebut agar masyarakat bisa mencegah dan menanggulangi
masalah Kesehatan, serta masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang
sehat dan meningkatkan kualitas hidup.
Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga akan
menciptakan keluarga yang sehat dan mampu meminimalkan masalah
kesehatan, di antaranya: setiap anggota keluarga mampu meningkatkan
kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit, rumah tangga sehat mampu
meningkatkan produktivitas anggota rumah tangga dan anggota keluarga
terbiasa menerapkan pola hidup sehat dan anak dapat tumbuh sehat dan
tercukupi gizi.
C. Tujuan berperilaku hidup bersih dan sehat
Yaitu meningkatkan kualitas Kesehatan melalui mproses penyadartahuan
yang menjadi awal dari kontribusi individu-individu dalam menjalani perilaku
kehidupan sehari-hari yang bersih dan sehat.
Tujuan utama dari perilaku hidup bersih dan sehat di tingkat rumah tangga
yaitu tercapainya rumah tangga yang sehat. Terdapat beberapa indicator
perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkat rumah tangga, antara lain:
1. Persalinan yang ditolong oleh tenaga Kesehatan
Persalinan yang ditolong oleh dokter, bidan, perawat dan paramedis
lainnya memiliki standar dalam penggunaan peralatan yang bersih, steril
166
dan juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain
yang membahayakan keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.
2. Pemberian ASI
Manfaat pemberian ASI pada bayi, yaitu: meningkatkan ketahanan imun
bayi sehingga dapat mencegah bayi terserang penyakit, dan membantu
perkembangan otak dan fisik bayi,
3. Menimbang bayi dan balita secara berkala
Bertujuan untuk memantau pertumbuhan bayi dan menimbang bayi
secara teratur juga dapat mendeteksi dini masalah gizi buruk.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
Selain berkaitan dengan kebersihan diri, cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir sekaligus Langkah pencegahan penularan berbagai jenis
penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari kuman.
5. Menggunakan air bersih
Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.
6. Menggunakan jamban sehat
Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan
unit pembuangan kotoran dan udara untuk keperluan infrastruktur.
7. Memberantas jentik nyamuk
Nyamuk merupakan vector berbagai jenis penyakit dan memutus siklus
hidup nyamuk menjadi bagian penting dalam pencegahan berbagai penyakit.
8. Konsumsi buah dan sayur
Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta
serat yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga atau aktivitas bekerja yang
melibatkan Gerakan dan keluarnya tenaga.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah
Kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak
merokok di rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai masalah
Kesehatan.
167
Lampiran 2 Leaflet
Lampiran 2 Leaflet
Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat Manfaat :
merupakan 1. Tidak mudah terkena
Sekumpulan perilaku penyakit
PHBSkesehatan
??? yang 2. Mampu meningkatkan
dilakukan dengan produktivitas anggota rumah
sadar sebagai hasil tangga
PHBS pembelajaran, yang 3. Anak dapat tumbuh sehat
menjadikan dan tercukupi gizi
seseorang, keluarga,
PERILAKU HIDUP kelompok atau
BERSIH DAN
masyarakat mampu
SEHAT
Disusun oleh: menolong dirinya
Kelompok 8
sendiri (mandiri)
Mahasiswa Profesi Pendidikan Ners
Contoh PHBS di Rumah
169