Anda di halaman 1dari 57

MANAJEMEN KEBIDANAN KELUARGA

TN. S DENGAN PEMAHAMAN IBU TENTANG KELUARGA BERENCANA


RT 02 RW 02 KELURAHAN NGEMPLAK KECAMATAN GEBANG
KABUPATEN PURWOREJO

Laporan Individu Praktek Kebidanan Komunitas

Disusun oleh :

Nama : Malikah Fitriana A


NIM : 132020011

PRODI D III KEBIDANAN INSTITUT TEKNOLOGI BISNIS DAN


KESEHATAN BHAKTI PUTRA BANGSA INDONESIA
TAHUN 2023
MANAJEMEN KEBIDANAN
KELUARGA BAPAK SLAMET RT 02
RW 02
KELURAHAN NGEMPLAK KECAMATAN GEBANG
KABUPATEN PURWOREJO

Disusun oleh :
Nama : Malikah Fitriana A
NIM : 132020011

PRODI D III KEBIDANAN INSTITUT TEKNOLOGI BISNIS DAN


KESEHATAN BHAKTI PUTRA BANGSA INDONESIA
TAHUN 2023

i
MANAJEMEN KEBIDANAN
KELUARGA BAPAK SLAMET RT 02
RW 02
KELURAHAN NGEMPLAK KECAMATAN GEBANG
KABUPATEN PURWOREJO

Laporan Individu Praktek Kebidanan Komunitas ini Telah


Disetujui Tanggal.................2023
Mengesahkan
Koord Praktik Dosen Pembimbing
Kebidanan Komunitas

Fetty Chandra W ,
S.Si.T.,M.Kes NIPY.
01122010039

Mengetahui
Rektor,
Institut Teknologi Bisnis dan Kesehatan Bhakti Putra
Bangsa Indonesia

Nurma Ika Zuliyanti, S.S.T.,


M.Kes NIPY. 20052008027

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan taufiq dan
hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan
kebidanan keluarga dengan judul “Manajemen Kebidanan Keluarga Bapak Slamet RT 02
RW 02 Kelurahan Ngemplak Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo”. Laporan asuhan
kebidanan keluarga ini disusun sebagai tugas asuhan kebidanan pada KK intensif.

Selama penyusunan laporan asuhan kebidanan pada KK intensif ini penulis


mendapat bimbingan, masukan dan dukungan dari beberapa pihak, sehingga laporan
asuhan kebidanan pada KK intensif ini dapat terselesaikan dengan baik, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada:

1. Nurma Ika Zuliyanti S.S.T, Bdn, M.Kes selaku Rektor Institut Tekonologi Bisnis
dan Kesehatan Bhakti Putra Bangsa Indonesia yang telah memberikan kesempatan
dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan program studi
Kebidanan dan telah memberikan bimbingan kepada penulis.
2. Fetty Chandra Wulandari, S.Si.T, M.Kes selaku penguji asuhan kebidanan pada KK
intensif.
3. Bidan Rahayu Pratiwinoor STr. Keb, selaku pembimbing lahan yang telah banyak
membantu penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan komprehensif ini.
4. Orang tua dan keluarga yang telah mencurahkan kasih sayang serta dukungan moril
dan materi.
5. Seluruh warga masyarakat Desa Ngemplak
6. Keluarga Tn. S yang sudah bersedia menjadi responden.

Menyadari adanya keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, baik pengetahuan


maupun pengalaman. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah serta dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Purworejo, Mei 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................i

Halaman Pengesahan...............................................................................................ii

Kata Pengantar........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................2


B. Tujuan Umum dan Khusus..........................................................................2
C. Manfaat.......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................4

A. Management Keluarga.................................................................................4
B. Teori yang bersangkutan dengan masalah.................................................23
BAB III ASUHAN/MANAJEMEN KEBIDANAN PADA KELUARGA INTENSIF

A. Pengkajian.................................................................................................40
B. Analisis Data.............................................................................................46
C. Perumusan Masalah...................................................................................46
D. Prioritas Masalah.......................................................................................47
E. Perencanaan...............................................................................................47
F. Pelaksanaan...............................................................................................48
G. Evaluasi.....................................................................................................48
BAB IV PEMBAHASAN KASUS........................................................................49

BAB V PENUTUP.................................................................................................50

A. Simpulan....................................................................................................50
B. Saran..........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing –
masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Asuhan kebidanan pada keluarga merupakan asuhan kebidanan komunitas
dimana pelayanan kebidanan komunitas merupakan upaya yang dilakukan bidan
untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan lansia di dalam keluarga dan
masyarakat supaya keluarga dan masyarakat selalu berada dalam kondisi
kesehatan yang optimal. Kegiatan pelayanan kebidanan komunitas termasuk di
dalamnya adalah penyuluhan dan nasihat tentang kesehatan, pemeliharaan
kesehatan lansia , pengobatan sederhana bagi ibu dan balita, perbaikan gizi
keluarga, imunisasi ibu dan anak, pertolongan persalinan serta pelayanan KB.
Yang menjadi sasaran kebidanan komunitas yaitu ibu (prahamil, hamil,
bersalin, nifas), anak (bayi baru lahir, balita, anak pra sekolah, remaja), keluarga
(wanita dengan gangguan sistem reproduksi), masyarakat. Yang menjadi sasaran
utama adalah ibu dan anak dalam keluarga.
Keluarga Tn. S merupakan salah satu keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan. Keluarga Tn. S merupakan keluarga kecil yang sederhana.. Dalam
satu rumah Keluarga Tn. S terdapat dua KK, yang terdiri dari Kakek, Nenek,
Ayah, Ibu dan Anak. Permasalahan kesehatan keluarga Tn. S yang paling
menonjol adalah Ny. S kurangnya pengetahuan tentang keluarga berencana.
B. Tujuan Umum dan Khusus

1. Tujuan Umum

Setelah akhir praktik kebidanan komunitas, mahasiswa mampu melaksanakan


asuhan kebidanan komunitas secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan praktik kebidanan komunitas mahasiswa dapat

1
2

a. Melakukan pengkajian kepada keluarga Tn. S kususnya tentang KB


b. Menginterpretasikan masalah apa saja yang terjadi pada keluarga Tn. S
c. Menentukan diagnose potensial apa yang terjadi pada keluarga Tn.S
d. Menentukan antisipasi masalah

e. Melakukan perencanaan terhadap masalah yang terjadi

f. Melaksanaan perencanaan yang telah dibuat

g. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan

C. Manfaat

Dalam laporan kebidanan komunitas ini penulis berharap dapat bermanfaat bagi:
1. Keluarga

Diharapkan dapat mengurangi kecemasan keluarga tentang keluhan yang


dialami selama masalah itu terjadi.
2. Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan antara teori yang diperoleh


di akademik dengan praktek – praktek yang dihadapkan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Management Keluarga

1. Konsep Keluarga

a. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas


kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
b. Struktur Keluarga

Struktur keluarga didasarkan pada organisasi keluarga, yaitu perilaku


anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Pola hubungan itu
akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam keluarga. Struktur
keluarga terdiri dari sebagai berikut.
1) Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
4) Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5) Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami dan istri.
c. Tipe/Bentuk Keluarga

Keluarga terdiri dari berbagai macam tipe/bentuk. Tipe/bentuk keluarga


antara lain sebagai berikut.
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak.

3
4

2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah


sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari
perempuan dan lakilaki yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan satu keluarga inti.
4) Keluarga Duda/Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
5) Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
6) Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
Di samping itu, di dalam keluarga terdapat pemegang kekuasaan.
Pemegang kekuasaan dalam keluarga adalah sebagai berikut.
1) Patriakal, yaitu pihak ayah yang dominan dan memegang
kekuasaan dalam keluarga.
2) Matriakal, yaitu pihak ibu yang dominan dan memegang
kekuasaan dalam keluarga.
3) Equalitarian, yaitu ayah dan ibu yang memegang kekuasaan
dalam keluarga.
d. Peranan dan Fungsi Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,


sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai
peranan yang umumnya terdapat di dalam kebanyakan keluarga, terutama
di Indonesia adalah sebagai berikut.
1) Peranan ayah

Peranan ayah adalah sebagai suami dari ibu dan ayah untuk anak-
anak. Di samping itu, ayah juga berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala
5

keluarga, anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota


masyarakat dalam lingkungannya.
2) Peranan ibu

Peranan ibu adalah sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dalam lingkungannya.
3) Peranan anak

Anak dalam keluarga melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai


dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, maupun
spiritual.
Pembagian peranan ini tidak memang mutlak. Dalam komunitas, bisa
saja ayah yang mengurus rumah tangga dan ibu pencari nafkah. Namun
kondisi seperti ini masih dipandang oleh kebanyakan orang sebagai hal
yang tidak seharusnya. Kondisi ini menunjukkan masih adanya gender
stereotype, ibu hanya dipandang sebagai orang kedua setelah ayah
sehingga ketika keduanya sama-sama bekerja, sekalipun penghasilan ibu
lebih besar, masih tetap dianggap sebagai pencari nafkah tambahan.
e. Keperawatan Kesehatan Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan


masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai saran/penyalur. Keluarga dijadikan sebagai unit
pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling
mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi
pula keluargakeluarga di sekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan.
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan adalah sebagai berikut.
1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat.
6

2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,


mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya.
3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu
(pasien), keluarga
5) tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan para anggotanya.
6) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
berbagai upaya kesehatan masyarakat.
7) Setiap keluarga mempunyai cara yang unik dalam menghadapi
masalah kesehatan para anggotanya.
f. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga

Asuhan kebidanan keluarga adalah serangkaian kegiatan yang merupakan


implementasi dari ilmu kebidanan yang diberikan melalui praktik
kebidanan dengan sasaran keluarga dan ditujukan untuk mengatasi
masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan pendekatan asuhan
kebidanan.
1) Peran bidan dalam pelayanan kebidanan

Dalam memberikan asuhan kebidanan pada keluarga, terdapat


beberapa peranan yang penting yang dapat dilakukan oleh bidan,
antara lain sebagai berikut.
a) Health monitor

Bidan dapat membantu keluarga untuk mengenal masalah


kesehatan terutama yang terkait dengan ilmu kebidanan dengan
menganalisa data secara obyektif, serta berperan untuk membuat
keluarga sadar akan akibat masalah tersebut dalam
perkembangan keluarga.
b) Pemberi pelayanan pada anggota keluarga yang sakit
7

Bidan berperan sebagai pemberi pelayanan pada keluarga dengan


memberikan asuhan kebidanan kepada anggota keluarga yang
memerlukan.
c) Koordinator pelayanan kesehatan keluarga

Bidan dapat berperan sebagai koordinator pelayanan kesehatan


keluarga khususnya masalah kesehatan yang terkait dengan
praktik kebidanan. Dalam hal ini, bidan berperan
mengkoordinasikan pelayanan kesehatan keluarga khususnya
terkait dengan praktik kebidanan, baik secara berkelompok
maupun individual.
d) Sebagai fasilitator

Bidan berperan sebagai fasilitator yaitu mampu menjadikan


pelayanan kesehatan khususnya dalam lingkup kebidanan yang
mudah dijangaku oleh keluarga serta mampu mencarikan cara
pemecahan masalahnya.
e) Pendidik kesehatan

Bidan sebagai pendidik kesehatan yaitu untuk mengubah


perilaku keluarga dari perilaku yang kurang/ tidak sehat menjadi
perilaku sehat.
f) Sebagai penyuluh dan konsultan

Bidan sebagai penyuluh dan konsultan yang berperan dalam


memberikan petunjuk tentang asuhan kebidanan dasar dalam
keluarga.
Dalam melaksanakan perannya ini, seorang bidan tidak dapat bekerja
sendiri, melainkan perlu berkolaborasi atau bekerja sama dengan profesi
lain dalam rangka mencapai asuhan kebidanan pada keluarga yang
komprehensif, efektif dan efisien.
2) Tanggung jawab bidan dalam asuhan kebidanan pada
keluarga
Bidan sebagai bagian utama dalam pelayanan asuhan kebidanan
pada keluarga mempunyai tanggung jawab, antara lain sebagai
berikut.
a) Memberikan asuhan /pelayanan secara langsung
8

Pelayanan secara langsung harus diberikan secara intermiten


khususnya yang terkait dengan praktik kebidanan sesuai dengan
tugas dan kewenangan Bidan. Namun demikian, pelayanan yang
diberikan di rumah (dalam konteks keluarga) hendaknya lebih
melibatkan anggota keluarga tersebut dalam upayan memberikan
kesadaran bahwa semua anggota keluarga mempunyai tanggung
jawab yang sama terhadap kesehatan. Dengan demikian,
pendidikan kesehatan menjadi intervensi utama dalam pelayanan
kesehatan/asuhan kebidanan komunitas pada keluarga.
b) Pendokumentasian proses asuhan kebidanan Pendokumentasian
terhadap proses pelayanan/asuhan kebidanan selama dalam
keluarga sangat penting terutama untuk melihat
kemajuan status kesehatan keluarga
khususnya dan kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan yang sedang dialami pada umumnya. Dokumentasi
yang jelas dan komprehensif dari pengkajian hingga evaluasi, di
samping mampu memberikan gambaran tentang perkembangan
status kesehatan keluarga juga dapat membantu keluarga sebagai
klien untuk menentukan kerangka waktu dalam menyelesaikan
masalah secara realistik.
c) Koordinasi dengan tim pelayanan kesehatan lain dan
manajemen kasus
Bidan mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan
atau berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain dalam
memberikan pelayanan kepada keluarga, sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi keluarga tersebut dapat diatasi secara
komprehensif. Sedangkan tanggung jawab bidan dalam
manajemen kasus adalah kemampuan untuk mengkaji masalah,
menemukan masalah, menentukan prioritas masalah,
mengidentifikasi
9

cara mengatasi masalah dengan penyusunan rencana dan


mengimplementasikan rencana tersebut secara sistematis.
d) Menentukan frekuensi dan lamanya asuhan/pelayanan kebidanan
Frekuensi asuhan/pelayanan kebidanan yang dimaksud adalah
intensitas kunjungan yang dilakukan selama periode waktu
tertenu dalam proses asuhan kebidanan yang diberikan.
Sedangkan lamanya asuhan/pelayanan kebidanan adalah lamanya
waktu asuhan pelayanan kebidanan yang dilakukan di rumah atau
di dalam keluarga. Selama proses ini, keluarga senantiasa
dilibatkan dalam dari perencanaan sampai menentukan prioritas
rencana rencana tindakan yang akan diimplementasikan. Bidan
juga harus memperkirakan alokasi waktu dan frekuensi yang
kemungkinan berbeda ketika harus berkolaborasi ketika harus
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan/profesi lain.
3) Tujuan asuhan kebidanan pada keluarga

Peningkatan status kesehatan keluarga tentunya akan merupakan


tujuan akhir yang diharapkan dapat dicapai dari pelayanan/asuhan
kebidanan pada keluarga yang diberikan. Karena dengan
meningkatnya status kesehatan seluruh anggota keluarga pasti akan
meningkatkan pula produktivitas keluarga terebut dan dengan
meningkatnya produktivitas keluarga, maka kesejahteraan keluarga
akan semakin meningkat. Secara lebih rinci tujuan asuhan kebidanan
pada keluarga adalah sebagai berikut.
a) Tujuan umum

Secara umum, tujuan asuhan kebidanan pada keluarga adalah


untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
keluarga dalam meningkatkan, mencegah dan memelihara
kesehatan mereka sehingga status kesehatannya semakin
meningkat serta mampu melaksanakan tugas – tugas mereka
secara produktif.
b) Tujuan khusus
10

Secara khusus, asuhan kebidanan pada keluarga ditujukan untuk:


(1) meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan yang dihadapi khususnya yang berkaitan
dengan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak;
(2) meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi
masalah kesehatan dasar dalam keluarga;
(3) meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan yang tepat;
(4) meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan
pelayanan terhadap anggota keluarga yang sakit; dan
(5) meningkatkan produktivitas keluarga dalam rangka
meningkatkan mutu hidup keluarga.
4) Prinsip-prinsip asuhan kebidanan pada keluarga

Terdapat beberapa prinsip penting yang harus diperhatikan oleh


bidan dalam memberikan asuhan kebidanan/pelayanan kesehatan,
antara lain sebagai berikut.
a) Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan
kesehatan
Dalam konteks ini, keluarga dipandang sebagai klien atau
sebagai fokus utama pengkajian dalam pelayanan/asuhan
kebidanan. Keluarga dipandang sebagai sistem yang saling
berinteraksi dengan memperhatikan dinamika dan hubungan
internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga dan saling
ketergantungan keluarga dengan pelayanan kesehatan serta
dengan lingkungannya.
b) Dalam memberikan asuhan/pelayanan kebidanan keluarga, status
sehat adalah menjadi tujuan utamanya melalui peningkatan status
kesehatan keluarga khususnya dengan program kesehatan ibu,
bayi baru lahir, dan anak agar keluarga dapat meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraannya.
11

c) Asuhan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai


peningkatan kesehatan keluarga.
d) Dalam memberikan asuhan kebidanan pada keluarga, bidan
harus mampu melibatkan peran aktif dari semua anggota
keluarga mulai dari mengidentifikasi masalah, merumuskan
masalah dan kebutuhan keluarga dalam rangka mengatasi
masalah kesehatan yang sedang dihadapinya.
e) Diupayakan lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat
promotif dan preventif dengan tanpa mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitatif.
f) Dalam memberikan asuhan kebidanan hendaknya selalu
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin.
g) Sasaran pelayanan asuhan kebidanan pada keluarga adalah
keluarga secara keseluruhan.
h) Pendekatan yang digunakan dalam pelayanan asuhan kebidanan
pada keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah (problem
solving approach) dengan menggunakan proses asuhan
kebidanan pada keluarga.
i) Kegiatan essensial dalam memberikan asuhan kebidanan keuarga
adalah penyuluhan/pendidikan kesehatan dan pelayanan
kesehatan dasar.
j) Pemberian pelayanan/asuhan diutamakan kepada keluarga yang
mempunyai risiko tinggi terhadap masalah kesehatan terutama
masalah kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak.
Keluarga – keluarga yang tergolong mempunyai risiko tinggi
dalam kesehatan antara lain sebagai berikut.
a) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur,
dengan masalah sebagai berikut.
(1) Tingkat sosial ekonomi rendah.

(2) Keluarga kurang/tidak mampu mengatasi masalah


kesehatan sendiri.
(3) Keluarga dengan penyakit keturunan.
12

b) Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan, yaitu sebagai


berikut.
(1) Ibu hamil dengan usia terlalu muda atau terlalu tua (<16
tahun atau > 35 tahun).
(2) Ibu hamil dengan anemia/kekurangan gizi.

(3) Primipara atau multipara.

(4) Riwayat persalinan dengan komplikasi.

c) Keluarga dengan kondisi anak sebagai berikut.

(1) Lahir prematur.

(2) Berat badan rendah atau sulit bertambah/naik.

(3) Lahir dengan cacat kongenital.

(4) Ibu menderita penyakit menular, dan sebagainya.

5) Langkah-langkah dalam asuhan kebidanan pada keluarga

Langkah – langkah yang harus dilakukan oleh bidan dalam


memberikn asuhan kebidanan pada keluarga antara lain sebagai
berikut.
a) Membina hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga,
dengan cara:
(1) melakukan kontak sosial yang memandang keluarga sebagai
sistem di mana mereka hidup di masyarakat yang
mempunyai struktur organisasi kemasyarakatan tersendiri,
sehingga sebelum melakukan dengan kontak dengan
keluarga, sebaiknya menyampaikan dan menjelaskan maksud
dan tujuan terlebih dahulu kepada struktur kemasyarakatan
yang ada;
(2) menyampaikan maksud dan tujuan serta minat untuk
membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
mereka;
(3) menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi
kebutuhan kesehatan yang dirasakan oleh keluarga; serta
(4) membina komunikasi dua arah yang harmonis dengan
keluarga.
13

b) Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah


kesehatan keluarga.
c) Menganalisa data untuk menentukan masalah kesehatan
keluarga, dengan melakukan pengelompokan data.
d) Merumuskan masalah dan mengelompokkan masalah dengan
mengacu pada tipologi dan sifat masalah kesehatan keluarga
dengan kriteria.
e) Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan
keluarga untuk melaksanakan tugas- tugas keluarga dalam bidang
kesehatan.
f) Menentukan skala prioritas masalah kesehatan keluarga dengan
mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan keluarga.
g) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada keluarga sesuai
dengan urutan prioritas masalah yang telah disusun dengan
langkah – langkah yang sistematis.
h) Melaksanakan/mengimplementasikan asuhan kebidanan pada
keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun.
i) Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
j) Meninjau kembali masalah kesehatan keluarga yang belum
teratasi dan merumuskan kembali rencana asuhan kebidanan
yang baru.
6) Implikasi dari pelayanan kesehatan yang dipusatkan pada
keluarga
Terdapat beberapa implikasi dalam pemberian pelayanan asuhan
kebidanan yang dipusatkan atau berorientasi kepada keluarga, antara
lain sebagai berikut.
a) Pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan diarahkan untuk
membantu seluruh anggota keluarga dalam meningkatkan cara
hidup sehat sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan
derajat kesehatan keluarga.
14

b) Cakupan pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan menjadi


lebih luas karena banyak anggota keluarga yang bisa dicakup dan
sumber – sumber keluarga yang ada dapat diarahkan untuk
meningkatkan kesehatan keluarga.
c) Pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan dipusatkan kepada
keluarga sebagai satu kesatuan yang utuh.
d) Pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan lebih ditekankan
pada waktu – waktu rawan dalam kehidupan keluarga, terutama
pada keluarga – keluarga dengan risiko tinggi.
e) Diperlukan pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan yang
mempunyai kemampuan yang kompeten dalam memberikan
asuhan kebidanan secara kontinyu dan sistematis agar dapat
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan terutama pada
keluarga – keluarga yang rawan terhadap masalah kesehatan.
2. Manajemen/asuhan kebidanan pada keluarga

a. Pengkajian

Pengkajian kebidanan keluarga ini melalui tiga tahapan yaitu


persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Pengkajian dimulai dengan
pengenalan keluarga, pengumpulan data, riwayat keluarga, tahap dan
tugas perkembangan keluarga. Metode yang digunakan dalam pengkajian
adalah wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi.
1) Persiapan

Dalam asuhan kebidanan pada keluarga diawali dengan melakukan


pengkajian. Pengkajian data yang baik akan membantu Anda dalam
merumuskan diagnosa masalah kebidanan pada keluarga. Adapun
persiapan yang disiapkan adalah instrumen/format pengkajian data
keluarga yang telah disusun secara sistematis serta alat tulis yang
mendukung serta alat kesehatan yang diperlukan saat melakukan
pemeriksaan.
2) Pelaksanaan
15

Pada saat pelaksanaan perlu dijelaskan maksud dan tujuan


melakukan pengkajian data keluarga dengan komunikasi dan
wawancara yang kondusif. Wawancara bisa dilaksanakan di dalam
lingkungan rumah atau di luar rumah, diawali dengan mengkaji
identitas keluarga secara umum seperti data anggota keluarga,
mulailah dengan menanyakan nama istri atau suami, nama anak-anak
atau anggota keluarga di rumahsephingga sesuatu data yang lebih
spesfisik tentang kesehatan anggota keluarga Pertanyaan diajukan
seputar nama, usia, jenis kelamin, hubungan keluarga, pendidikan,
pekerjaan, golongan darah, penyakit yang sedang diderita, kondisi
saat ini, serta jenis jaminan kesehatan. Catat seluruh informasi
tersebut ke dalam data anggota keluarga.
Selanjutnya struktur keluarga yang meliputi tahap perkembangan
keluarga, struktur keluarga, pola komunikasi. Tanyakan bagaimana
proses komunikasi dalam keluarga, apakah berjalan dengan baik
sehingga tidak ada konflik. Untuk mengkaji peran keluarga gali
informasi apakah setiap anggota keluarga dapat menjalankan
perannya, seperti ayah pencari nafkah, ibu sebagai pendidik anak,
dan lain sebagainya. Kaji nilai budaya dan norma keluarga.
Kemudian dilanjutkan dengan pengkajian data penunjang keluarga
antara lain pengambil keputusan dalam keluarga, pendapat tentang
fasilitas kesehatan. Jelaskan berdasarkan opini kepala keluarga untuk
posyandu, poskesdes, puskesmas, pendapatan tetap kepala keluarga
perbulan, pengetahuan tentang jaminan kesehatan.
Selama proses pengkajian pengkajian keluarga harus dilakukan
dengan teliti, tahap demi tahap, tidak perlu tergesa- gesa, gali
sebanyak mungkin informasi tentang kesehatan keluarga yang
sebenarnya. Jika di dalam keluarga ada ibu hamil, nifas dan bayi
balita, gunakan formulir pengkajian sesuai dengan data yang
dibutuhkan.
Setelah mengkaji semua data dan melakukan pemeriksaan fisik,
berarti Anda telah selesai melakukan pengkajian keluarga.
16

Data yang terkumpul dari tahap pengkajian berupa data subyektif dan
data objektif. Data subjektif diperoleh dari hasil wawancara dengan
keluarga, selain itu wawancara bisa dilakukan dengan kader
kesehatan dan lingkungan sekitar untuk mendukung data yang
diperoleh.
3) Pelaporan

Semua data yang terkumpul selama proses pengkajian


dikumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk penyusunan
laporan. Laporan disusun sesuai dengan urutan-urutan dalam
pengkajian. Gunakan komputer dan laptop untuk menyusun laporan
keluarga binaan dan ketik dengan arial font 11 dengan spasi 1,5.
Cetak laporan dan kumpulkan kepada pembimbing.
b. Analisis
Data

Bidan harus mampu menganalisis data yang diperoleh pada


pengkajian dan menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk
menegakkan diagnosa dan atau masalah kebidanan pada keluarga.
Praktik merumuskan diagnosa asuhan kebidanan terdiri dari 2 langkah,
yaitu langkah pertama mengidentifikasi dan menganalisis data senjang
hasil pengkajian keluarga, dan tahap kedua yaitu menegakkan diagnosa.
Merumuskan diagnosa dan/atau masalah harus melibatkan keluarga, oleh
karena itulah mengapa keluarga merupakan latar belakang sebagai
sasaran pelayanan kebidanan.
Menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa
dan masalah kebidanan pada keluarga yang tepat. Menurut definisi,
masalah adalah terdapatnya kesenjangan (gap) antara harapan dengan
kenyataan. Oleh sebab itu, cara perumusan masalah yang baik adalah
kalau rumusan tersebut jelas menyatakan adanya kesenjangan.
Kesenjangan tersebut dikemukakan secara kualitatif dan dapat pula
secara kuantitatif.
Hasil analisis tersebut dirumuskan sebagai syarat dapat ditetapkan
masalah kesehatan ibu dan anak pada keluarga di
17

komunitas Perumusan diagnosa dan/atau masalah dilakukan dengan


mempertimbangkan kriteria yaitu:
1) diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan,

2) masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi keluarga/klien, serta


3) dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
Data pengkajian yang berkualitas, akan memudahkan Anda dalam
menyusun diagnosa kebidanan pada keluarga. Merumuskan diagnosa
juga merupakan bagian terpenting karena bila diagnosa yang ditegakkan
salah, maka penatalaksanaan yang kita lakukan juga tidak sesuai.
Setyawan (2014) mengemukakan dalam
mendiagnosa/menentukan masalah keluarga, harus didasarkan pada:
1) keluarga mengenal masalah kesehatan keluarganya dan membuat
keputusan tindakan kesehatan yang tepat,
2) masalah kesehatan yang dijumpai dalam keluarga, harus
mempertimbangkan faktor resiko dan potensial terjadi masalah/
penyakit,
3) kemampuan keluarga dalam pemecahan masalah dilihat dari sumber
daya keluarga (finansial, pengetahuan, pengetahuan, dukungan
keluarga), disusun dengan melibatkan anggota keluarga,
4) diagnosa kebidanan pada keluarga merupakan gambaran kebutuhan
atau repon keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi,
5) dengan mengacu pada pelayanan kesehatan promotif dan preventif,
6) rumusan diagnosa harus merefleksikan pendekatan promotif dan
preventif.
c. Penentuan Skala Prioritas
18

Setelah menentukan masalah atau diagnosa kebidanan pada keluarga,


langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah kesehatan dan
kebidanan pada keluarga.
Hal-hal yang perlu Anda perhatikan dalam prioritas masalah adalah
sebagai berikut.
1) Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan kebidanan yang
ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus.
2) Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat mengancam
kehidupan keluarga, seperti masalah penyakit atau masalah kesehatan ibu
dan anak.
3) Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan
kebidanan yang akan diberikan.
4) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.
5) Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah
kesehatan/kebidanan pada keluarga.
6) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.

7) Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk kelompok risiko tinggi


(Setyawan, 2014).
Menurut Bailon dan Maglaya (1978), untuk dapat menentukan prioritas
kesehatan dan kebidanan pada keluarga, perlu disusun skala prioritas sebagai
berikut.
Tabel 1.1

Skala Prioritas Masalah

No Kriteria Nilai Bobot


1 Sifat masalah 1
Skala :
3
a. Tidak/kurang
2
sehat
b. Ancaman 1
kesehatan
c. Krisis
2 Kemungkinan masalah 2
dapat diubah
Skala : 2
a. Dengan mudah
1
b. Hanya sebagian
0
c. Tidak dapat
19

3 Potensi masalah untuk 1


dicegah
Skala :
a. Tinggi 3
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Skala :
a. Masalah
berat,harus
ditangani 2
b. Masalah tidak
perlu segera
ditangani 1
c. Masalah tidak
dirasakan 0

Skoring:

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria.

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot.

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.

4) Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot

Alat tersebut di atas bertujuan untuk melihat masalah-masalah seobjektif


mungkin. Dalam menentukan prioritas dari masalah-masalah kesehatan,
terdapat 4 kriteria sebagai berikut.
1) Sifat masalah, dikelompokkan menjadi:

a) ancaman kesehatan,

b) keadaan sakit atau kurang sehat, dan

c) situasi krisis.

2) Kemungkinan masalah dapat diubah, adalah kemungkinan keberhasilan


untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan
asuhan kebidanan.
3) Potensi masalah untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah yang
akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui asuhan kebidanan.
4) Masalah yang menonjol, adalah cara keluarga melihat dan menilai
masalah dalam hal berat dan mendesaknya masalah untuk diatasi melalui
asuhan kebidanan.
d. Pelaksanaan Asuhan/Implementasi
20

Pelaksanaan pelayanan kebidanan di komunitas merupakan bentuk


pelaksanaan yang bersifat operasional pelayanan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan berdasarkan diagnosa dan prioritas
masalah. Bentuk pelaksanaan kegiatan, bisa berupa kegiatan pelayanan
yang bersifat mandiri, kolaborasi maupun rujukan sesuai lingkup
wewenang bidan. Dalam memberikan implementasi dan
pendokumentasian ini, dimulai melalui tahap persiapan, pelaksanaan dan
pelaporan. Implementasi disusun berdasarkan rencana berdasarkan
prioritas masalah, kemudian persiapkan alat atau media dan selalu
melakukan pelibatan seluruh keluarga dalam penatalaksanaan dan
evaluasi asuhan.
Susanto (2014) mengemukakan perencanaan asuhan merupakan
kumpulan tindakan yang ditentukan bersama-sama sehingga masalah
kesehatan yang telah di identifikasi dapat diselesaikan. Adapun asuhan
harus mewakili status yang diinginkan yang dapat dicapai atau
dipertahankan melalui implementasi.
Tujuan implementasi asuhan terbagi atas jangka panjang dan jangka
pendek, yaitu sebagai berikut.
1) Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir
yang diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian masalah
keperawatan/kebidanan (penyelesaian satu diagnosa atau masalah)
dan biasanya berorientasi pada perilaku seperti pengetahuan, sikap
dan pengetahuan. Misalnya, keluarga mau memberikan dukungan
untuk melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak balita.
2) Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang diharapkan dari setiap
akhir kegiatan yang dilakukan pada waktu tertentu disesuaikan
dengan penjabaran jangka panjang. Misalnya setelah dilakukan satu
kali kunjungan, keluarga mengerti tentang stimulasi. Pada tujuan
juga perlu ditentukan rencana evaluasi yang merupakan kriteria
(tanda/indikator yang mengukur pencapaian tujuan dan tolak ukur
dari kegiatan
21

tertentu) dan standar tingkat penampilan sesuai tolak ukur yang ada.
Sedangkan prinsip -prinsip dalam implementasi asuhan
kebidanan pada keluarga di komunitas, yaitu sebagai berikut.
1) Rencana penatalaksanaan disusun berdasarkan prioritas
masalah.
2) Penatalaksanaan dilakukan secara bertahap/urgensi masalah.

3) Tentukan tujuan atau goal bersama keluarga yang dapat diukur,


realistis ada batasan waktu.
4) Asuhan ditentukan berdasarkan sifat masalah dan sumber yang
tersedia.
5) Pelibatan seluruh anggota keluarga dan memberdayakan keluarga
untuk mampu memecahkan masalah.
6) Implementasi harus memperhatikan nilai dan norma yang berlaku
dalam keluarga tersebut.
7) Implementasi dilakukan berorientasi pada pemecahan masalah yang
paling mudah dan paling murah.
8) Asuhan yang diberikan sesuai dengan tugas dan kewenangan bidan.
9) Monitoring evaluasi dilakukan sesuai dengan masalah dan strategi
pemecahan masalah.
10) Evaluasi jangka ppendek dan jangka panjang.

11) Sinkronisasi hasil evaluasi dengan program – program


puskesmas.
12) Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain.

13) Melaporkan dan mendiskusikan dengan tim kesehatan lain.

e. Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah mengetahui ketepatan dan kesempurnaan


antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu
pengkajian dinyatakan berhasil bila evaluasi menunjukkan data yang
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Bila kegiatan berhasil mencapai
tujuan maka identifikasi dilakukan dalam mengantisipasi kemungkinan
terjadi masalah lain yang timbul akibat keberhasilan tersebut.
22

B. Teori yang bersangkutan dengan masalah

1. Definisi KB

KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan


dengan menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran. KB bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, serta terciptanya penduduk
yang berkualitas. Adapun sasaran dari program KB, yaitu: sasaran langsung
dan tidak langsung. Ruang lingkup program KB, meliputi: komunikasi
informasi dan edukasi konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan seks,
konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan. serta konsultasi
genetik. Adapun jenis-jenis akseptor KB, yaitu: akseptor aktif, aktif kembali,
KB baru, KB dini, KB langsung, dan KB dropout. Adapun akseptor KB
menurut sasarannya, meliputi: fase menunda kehamilan, fase mengatur/
menjarangkan kehamilan, dan fase mengakhiri kesuburan.
2. Manfaat KB

Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha


untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi
akibat kehamilan yang dialami wanita.
3. Macam-macam metode kontrasepsi

a. Metode KB sederhana tanpa alat

1) Metode Amenore Laktasi (MAL)

a) Pengertian

Metode amenorea laktasi adalah metode kontrasepsi sementara


yang mengandalkan pemberian AI secara eksklusif.
b) Cara Kerja

Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan terjadinya


ovulasi. Pada saat laktasi/ menyusui, hormon yang berperan
adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka
kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotropin melepaskan
hormon penghambat.
23

Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen sehingga


tidak terjadi ovulasi
c) Efektifitas

Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 % apabila digunakan


secara benar dan memenuhi syarat sebagai berikut : selama enam
bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid pasca
melahirkan dan menyusui secara eksklusif.
d) Manfaat

MAL memberikan manfaat kontrasepsi maupun non kontrasepsi


Manfaat kontrasepsi MAL antara lain :

(1) Efektifitas tinggi 98 % apabila digunakan selama enam bulan


pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid dan
menyusui eksklusif
(2) Dapat segera dimulai setelah melahirkan

(3) Tidak memelukan prosedur khusus, alat maupun obat

(4) Tidak memerlukan pengawasan medis

(5) Tidak mengganggu senggama

(6) Tidak perlu biaya

(7) Tidak menimbulkan efek samping sistemik

(8) Mudah digunakan

Manfaat Non kontrasepsi antara lain :

(1) Untuk bayi

(a) Mendaptkan kekebalan pasif

(b) Peningkatan gizi

(c) Mengurangi resiko penyakit menular

(d) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air,


susu formula atau alat minum yang dipakai
(2) Untuk ibu

(a) Mengurangi perdarahan postpartum/setelah


melahirkan
(b) Membantu proses involusi uteri (uterus kembali
normal)
24

(c) Mengurangi resiko anemia

e) Yang tidak dapat menggunakan MAL

(1) Wanita pasca melahirkan sudah mendapat haid

(2) Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif

(3) Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6
jam
(4) Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi
tambahan
(5) Bayi sudahberumur lebih dari 6 bulan

2) Pantang berkala

a) Pengertian

Cara atau metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh


pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau
hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.
b) Manfaat

Cara atau metode kontrasepsi sederhana bermanfaat sebagai


kontrasepsi maupun konsepsi. Kontrasepsi sebagai alat
pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan, sedangkan
konsepsi dapat digunakan oleh para pasangan untuk
mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saat
masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil.
c) Keuntungan

Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana, dapat


digunakan oleh setiap wanita yang sehat, tidak membutuhkan
alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya, tidak
mengganggu pada saat berhubungan seksual, kontrasepsi dengan
menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko
kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi, tidak
memerlukan biaya, dan tidak memerlukan tempat pelayanan
kontrasepsi.
d) Keterbatasan
25

Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri, harus ada


motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya, pasangan
suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat,
pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak
subur, harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali
siklus, siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi
penghambat),lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain.
e) Faktor penyebab metode kalendar tidak efektif

Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup


sel sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan
selama 3 hari), anggapan bahwa perdarahan yang datang
bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi.
Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan
setelah ovulasi menjadi tidak tepat, penentuan masa tidak subur
tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri, kurangnya
pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan
perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya,
anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari
berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan
penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
f) Penerapan

Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada
tiga tahapan:
1) Masa sebelum ovulasi

2) Masa subur

3) Masa setelah ovulasi

Berikut ini anda akan diberikan conto-contoh terkait dengan


penghitungan metode kontrasespsi kalender bila haid teratur dan
haid tidak teratur. Perhitungan masa subur ini akan efektif bila
siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan
jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal
enam kali siklus berturut-turut. Kemudian
26

hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah


dicatat.
1) Haid teratur (28 hari)

Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke 1


dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam
siklus haid.
Contoh: Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9
Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka
hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh
pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal
20 Maret hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini
merupakan masa pantang untuk melakukan senggama.
Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus
menggunakan kontrasepsi.
2) Haid tidak teratur

Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi

18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur.


Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi
11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus :
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18 Hari
terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11 Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek
25 hari dan siklus terpanjang
30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7

Langkah 2 : 30 – 11 = 19

Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-
19. Sehingga masa ini, suami istri tidak boleh melakukan
senggama. Apabila ingin melakukan senggama harus
menggunakan kontrasepsi.
27

b. Metode KB sederhana menggunakan alat

1) Kondom

Pada bagian berikutnya Anda diminta untuk mempelajari kontrsepsi


Kondom. Kontrasepsi ini penting untuk dipelajari karena semakin
tingginya angka penderita Penyakit Menular Seksual maupun ISR
(Infeksi Sistem Reproduksi). Kondom merupakan salah satu metode
kontrasepsi barier sebagai perlindungan ganda apabila akseptor
menggunakan kontrasepsi modern dalam mencegah penularan
Penyakit Menular Seksual maupun ISR dan juga sebagai alat
kontrasepsi.
a) Keuntungan

Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan, efektifitas segera


dirasakan., murah dan dapat dikai secara umum, praktis,
memberi dorongan bagi pria untuk ikut berpartisipasi dalam
kontrasepsi, dapat mencegah ejakulasi dini, metode kontrasepsi
sementara apabila metode lain harus ditunda.
b) Kerugian

Angka kegagalan kondom yang tinggi yaitu 3-15 kehamilan per


100 wanita pertahun, mengurangi sensitifitas penis, perlu dipakai
setiap hubungan seksual, mungkin mengurangi kenikmatan
hubungan seksual, pada beberapa klien bisa menyebabkan
kesulitan mempertahankan ereksi.
c) Manfaat

Membantu mencegah HIV AIDS dan PMS, kondom yang


mengandung pelicin memudahkan hubungan intim bagi wanita
yang vaginanya kering, membantu mencegah ejakulasi dini.
c. Metode KB hormonal

1) Pil Kombinasi

a) Profil

Efektif, harus diminum setiap hari, pada bulan pertama efek


samping berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak
28

berbahaya dan segera akan hilang. Efek samping yang serius


sangat jarang terjadi, dapat dipakai oleh semua ibu usia
reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak maupun belum,
dapat diminum setiap saat bila yakin tidak hamil, tidak
dianjurkan pada ibu yang menyusui karena mengurangi produksi
ASI.
b) Macam-macam nama dagang alat kontrasepsi pil Mengandung 2
hormon (Andalan pil KB, Microgynon) dan mengandung 1
hormo (Andalan pil KB, Microlut).
c) Cara kerja pil kombinasi

Mencegah pengeluaran hormon dari kelenjar hipofise (hormon


LH) sehingga tidak terjadi ovulasi, menyebabkanperubahan pada
endometrium, sehingga endometrium tidak siap untuk nidasi,
menambah kepekatan lender serviks, sehingga sulit dilalui
sperma, pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur
dengan sendirinya akan terganggu pula.
d) Keuntungan (manfaat) pil kombinasi

Alat kontrasepsi yang sangat efektif bila minum secara teratur


(tidak lupa), tidak mengganggu senggama, reversibilitas
(pemulihan kesuburan) tinggi siklus haid menjadi teratur,
banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia) tidak terjadi
nyeri haid, dapat digunakan jangka panjang selama perempuan
masih menggunakannya untuk mencegah kehamilan, dapat
digunakan sejak usia remaja hingga menopause, mudah
dihentikan setiap saat, membantu mencegah kehamilan ektopik,
kanker ovarium, penyakit radang panggul, disminore,
mengurangi perdarahan menstruasi.
e) Kerugian pil kombinasi

Membosankan karena harus minum setiap hari, mual, pusing


terutama pada 3 bulan pertama, perdarahan bercak terutama 3
bulan pertama, nyeri payudara, berat badan naik sedikit tetepi
pada perempuan tertentu berat badan justru
29

memilki dampak positif, amenore, tapi jarang sekali untuk pil


kombinasi, tidak boleh diberikan pada ibu yang menyusui karena
akan mengurangi produksi ASI, pada sebagian kecil wanita dapat
menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati sehingga
keinginan untuk melakukan hubungan senggama berkurang,
dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga
resiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena sedikit
meningkat. Pada perempuan usia > 35 tahun keatas dan merokok
perlu hati- hati, tidak mencegah IMS, HIV/AID’s.
Informasi terkini menunjukkan bahwa yang dapat
menggunakan pil kombinasi adalah usia reproduksi, telah
memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak, gemuk atau
kurus, menginginkan alkon dengan efektivitas tinggi, setelah
melahirkan dan tidak menyusui, setelah melahirkan 6 bulan dan
tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan semua cara yang
dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut, pasca keguguran,
anemia karena haid yang berlebihan, nyeri haid hebat, siklus haid
tidak teratur, riwayat kehamilan ektopik, kelainan payudara,
kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah,
mata dan saraf, penyakit tiroid, radang panggul, endometriosis,
atau tumor ovarium jinak, dan varises.
Sementara yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi
adalah yang sedang hamil atau dicurigai hamil, menyusui
eksklusif, perdarahan pervagina yang belum diketahui
penyebabnya, hepatitis, perokok dengan usia lebih 35 tahun,
riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah
> 140/90 mmhg, riwayat gangguan factor pembekuan darah atau
kencing manis > 20 tahun, kanker payudara atau dicurigai kanker
payudara, endometrium, migraine dan gejala neurogik fokal
(epilepsi/riwayat epilepsi).
Penggunaan Pil Kombinasi dapat kontra indikasi relative pada
pasien yang menderita asma, penyakit jantung,
30

penyakit ginjal, penyakit kandung empedu, depresi (terutama


bila memburuk pada masa sebelum menstruasi atau setelah
melahirkan), varises.
Dianjurkan agar diberikan konseling pelayanan KB Pil
Kombinasi yaitu dengan cara :
(1) Tunjukkan cara mengeluarkan pil dari kemasannya dan ikuti
panah yang menunjuk deretan berikut
(2) Pil diminum setiap hari, lebih baik pad ass\aat yang
sama setelah makan malam
(3) Sangat dianjurkan diminum pada hari pertama haid

(4) Bila paket 28 tablet mulai diminum pada hari pertama haid
dan dilanjutkan terus tanpa terputus dengan rangkaian yang
baru, tanpa menghiraukan ada tidaknya haid. Bila paket pil
yang berisi 20, 21, dan 22 mulai diminum pada hari
kelima haid diteruskan sampai habis kemudian tunggu
satu minggu baru mulai minum pil dari paket baru
(5) Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil,
gunakan metode kontrasepsi yang lain
(6) Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam, maka
bila keadaan memungkinkan dan tidak memperburuk
keadaan anda, pil dapat diteruskan
(7) Bila lupa minum 1 pil, sebaiknya bisa langsung diminum
atau sekaligus 2 pil pada hari yang sama. Bila lupa minum 2
pil atau lebih maka pakailah kontrasepsi yang lain dan pil
diminum seperti biasanya satu hari satu tablet sampai habis
(8) Bila lupa minum pil 3 kali berturut-turut mungkin si ibu akan
mengalami haid dan hentikan minum pil, minumlah pil yang
baru mulai hari kelima haid
(9) Bila tidak mendapatkan haid harus periksa ke klinik untuk
tes kehamilan
(10) Pada permulaan minum pil kadang-kadang mual, pening
atau sakit kepala, nyeri payudara,
31

spotting,kelainan seperti ini muncul terutama pada 3 bulan


pertama dan lama-kelamaan akan hilang dengan sendirinya.
Bila keluhan tetap muncul silahkan konsultasi ke dokter.
2) Suntikan kombinasi

a) Profil

Suntikan kombinasi disuntikkan secara IM, diberikan setiap 1


bulanan dan mengandung 2 hormon, sangat efektif (terjadi
kegagalan 0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan), jenisnya ada 3
yaitu cyclofem sebanyak 1 cc, sedangkan gestin F2 sebanyak 1,5
cc, tetapi kalau cyclogeston
sebanyak 1 cc

b) Cara kerja

Menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental


sehingga penetrASI sperma terganggu, perubahan pada
endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu,
menghambat transportasi sperma
c) Keuntungan alat kontrasepsi suntikan kombinasi

Resiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh terhadap


hubungan suami istri, tidak diperlukan pemeriksaan dalam,
jangka panjang, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu
menyimpan obat suntik
d) Keuntungan non kontrasepsi

Mengurangi jumlah perdarahan, mengurangi nyeri saat haid,


mencegah anemia, khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium
dan kanker endometrium, mencegah kehamilan ektopik,
melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang
panggul.
e) Kerugian

Terjadi perubahan pola haid,seperti tidak teratur,spotting,


mual,sakit kepala, nyeri payudara ringan, keluhan seperti ini akan
hilang setelah suntikan kedua atau ketiga, ketergantungan klien
terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali setiap 30
hari untuk mendapatkan suntikan,
32

efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-


obat epilepsy (fenitoin dan barbioturate) atau obat tuberculosis
(firampisin), dapat terjadi efek samping yang serius, seperti
serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan
kemungkinan timbul tumor hati, penambahan berat badan,
kemungkinan terlambat.
f) Yang boleh menggunakan suntik kombinasi

Usia reproduksi, telah memiliki anak, ataupun yang belum, ingin


mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas tinggi, memberikan
ASI pasca persalinan > 6 bulan , pasca persalinan dan tidak
menyusui, anemia , nyeri haid hebat, haid teratur, riwayat
kehamilan ektopik, sering lupa menggunakan pil kontrasepsi,
wanita perokok berusia lebih 35 tahun
g) Yang tidak boleh menggunakan suntik kombinasi

Hamil atau diduga hamil, menyusui dibawah 6 bulan pasca


persalinan, perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya, penyakit hati akut (virus hepatitis), usia lebih 35
tahun dan merokok, riwayat penyakit jantung, stroke, tekanan
darah tinggi >180/110 mmhg, riwayat kencing manis > 20 tahun,
kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau
migrain, keganasan payudara.
3) Minipil

a) Profil

Cocok untuk semu ibu menyusui, dosis rendah,tidak menurun


kan produksi ASI, tidak memberikan efek samping estrogen,
spotting dan perdrahan tidak teratur, banyak dapat dipakai
sebagai kontrasepsi darurat.
b) Efek samping

Menstruasi tidak teratur atau tidak menstruasi, kenaikan berat


badan, nyeri tekan pada payudara, depresi, penurunan HDL,
kemungkinan penurunan massa tulang
c) Tanda peringatan
33

Nyeri hebat pada abdomen bawah, sakit kepala hebat, tidak


menstruasi pada waktu yang biasanya menstruasi, perdarahan
pervaginam hebat (pada penggunaan depo provera). Sangat
diperlukan melakukan konseling konseling mini pil pada klien.
Pasien harus mengetahui secara pasti bahwa Mini pil sangat
efektif (98,5% tidak terjadi kehamilan), jangan sampai ada tablet
yang lupa, tablet digunakan pada jam yang sama (malam hari
setelah makan), senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah
penggunaan mini pil, diminum mulai hari pertama sampai hari
ke-5 siklus haid, bila menggunakannya pada hari ke 5 haid,
jangan melakukan senggama selama 2 hari atau boleh
menggunakan kondom, bila klien tidak haid minipil dapat
digunakan setiap saat asal klien yakin tidak hamil, bila menyusui
penuh antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan mini pil
dapat dimulai setiap saat dan tanpa memerlukan alkon tambahan,
bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan klien telah
mendapat haid, mini pil dapat diminum mulai hari 1 sampai
dengan siklus haid, mini pil dapat diberikan segera pasca
keguguran, bila sebelum pakai hormonal yang lain atau pakai
IUD ingin ganti mini pil, bisa diberikan segera asal yakin tidak
hamil, bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah
menggunakan pil, gunakan metode kontrasepsi lain (kondom),
bila klien ingin melakukan hubungan senggama pada 48 jam
berikutnya, bila klien lupa terlambat minum pil lebih dari 3 jam,
minumlah pil tersebut begitu klien ingat, dan gunakan metode
pelindung selama 48 jam, bila klien lupa minum 1-2 tablet,
minumlah segera pil yang terlupa tersebut sesegera klien ingat
dan gunakan metode pelindung sampai akhir bulan, walaupun
klien belum haid, mulailah paket baru sehari setelah paket
terakhir habis, bila haid teratur setiap bulan dan kemudian
kehilangan 1 siklus haid (tidak haid).
34

4) Implan

a) Profil

Metode implan merupakan metode kontrasepsi efektif yang dapat


member perlindungan 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk
Jadena, Indoplant atau Implanon, terbuat dari bahan semacam
karet lunak berisi hormon levonorgestrel, berjumlah 6 kapsul,
panjangnya 3,4 cm, diameter 2,4 cm, dan setiap kapsul berisi 36
mg hormon levonorgestrel, cara penyebaran zat kontrasepsi
dalam tubuh, yaitu progestin meresap melalui dinding kapsul
secara berkesinambungan dalam dosis rendah. Kandungan
levonorgestrel dalam darah yang cukup untuk menghambat
konsepsi dalam 24 jam setelah pemasangan.
b) Jenis implan

Norplant terdiri 6 kapsul silastik lembut berongga dengan


panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm yang beisi 36 mg
levonorgestrel, Implanon, tersiri satu batang putih lentur,
pajangnya 40 mm, diameter 2 mm, berisi 68 mg desogestrel,
Jadena dan Indoplant, terdiri dari 2 batang yang berisi 75 mg
levonorgestrel
c) Mekanisme kerja

Menghambat ovulasi sehingga ovum tidak diproduksi,


membentuk secret serviks yang tebal untuk mencegah penetrasi
sperma, menekan pertumbuhan endometrium sehingga tidak siap
untuk nidASI, mengurangi sekresi progesteron selama fase
luteal dalam siklus terjadinya ovulasi
d) Keuntungan pemakaian

Angka kegagalan tahun pertama antara 0,2-0,5 per tahun wanita,


awitan kerja sangat cepat 24 jam setelah pemasanganan,
pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan,
perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun, tidak memerlukan
pemeriksaan dalam, bebas estrogen, tidak mengganggu
kegiatan senggama,
35

efektif tidak merepotkan klien, tingkat proteksi yang


berkesinambungan, bias dicabut setiap saat sesuai kebutuhan,
klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan, tidak
mengganggu ASI, mengurangi nyeri haid, jumlah darah haid dan
mengurangi anemia, melindungi terjadinya kanker endometrium,
beberapa penyebab penyakit radang panggul, menurunkan angka
kejadian Endometriosis
e) Kerugian pemakaian

Tidak memberikan efek protektif terhadap penyakit menular


seksual termasuk AID’s, membutuhkan tindakan pembedahan
minor untuk insersi dan pencabutan, akseptor tidak dapat
menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai
keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik, secara kosmetik
susuk Norplant dapat terlihat dari luar, terjadi perubahan pola
darah haid (spotting), hypermenore atau meningkatnya jumlah
darah haid, Amenore (20%) untuk beberapa bulan atau tahun,
pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.
f) Indikasi

Menyukai metode yang tidak memerlukan tindakan setiap hari


sebelum senggama, misalnya keharusan minum pil,
menghendaki metode yang sangat efektif untuk jangka panjang,
pasca persalinan dan tidak menyusui, tidak menyukai metode
kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen, atas
permintaan akseptor sendiri, pada pemeriksaan tidak ada kontra
Indikasi, telah memiliki anak atau belum, menyusui dan
membutuhkan kontrasesi, tidak menginginkan anak lagi dan
tidak mau steril, riwayat kehamilan ektopik.
g) Kontraindikasi

Kemungkinan hamil, penyakit hati atau tumor hati jinak/ganas,


menderita penyakit Tromboembolik aktif, misalnya thrombosis
di kaki, paru atau mata, mengalami
36

perdarahan pervaginan yang tidak diketahui


penyebabnya, adanya benjolan di payudara/dugaan
kanker payudara dan mioma uteri, riwayat stroke
dan penyakit jantung,
Menggunakan obat untuk epilepsi dan tuberculosis

h) Masalah-masalah lain

Wanita dengan masalah-masalah di bawak ini bila


memakai Norplant memerlukan pemeriksaan ulang
yang lebih sering: Diabetes Mellitus, Hypertensi
(tekanan darah 160/90 mmHg), nyeri kepala vaskuler
atau migraine berat, Epilepsi atau tuberculosis,
Depresi, Perokok (terutama berusia di atas 35 tahun)
i) Informasi yang perlu disampaikan

Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah,


bila hebat kemungkinan terjadi kehamilan ektopik,
perdarahan pervaginam yang banyak, rasa nyeri pada
lengan, jika bekas insisi mengeluarkan darah atau
nanah , ekspulsi dari batang implan, sakit kepala yang
hebat, keterlambatan haid yang sebelumnya teratur,
dugaan adanya kehamilan
d. Metode KB non hormonal

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

1) Profil

Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (Cu T


380 A sampai 10 tahun), haid menjadi lebih lama dan
banyak, pemasangan dan pencabutan memerlukan
pelatihan, dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduksi, tidak boleh dipakai oleh perempuan yang
terpapar
2) Jenis AKDR
37

Jenis AKDR yang sering digunakan adalah Cu T 380 A

3) Cara Kerja

Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba


falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai
kavum uteri, AKDR bekerja terutama mencegah sperma
dan ovum bertemu, memungkinkan untuk mencegah
implantasi telur dalam uterus.
4) Keuntungan
38

Sangat efektif, efetif segera seteah pemasangan, jangka panjang,


tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan
hubungan seksual karena tidak takut untuk hamil, tidak ada efek
samping hormonal, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI,
Dapat dipasang segera setelah melahirkan/post abortus, dapat
digunakan sampai menopause, tidak ada interaksi dengan obat-obat,
membantu mencegah kehamilan ektopik.
5) Kerugian
Perubahan siklus haid (lebih lama dan banyak), terjadi spotting
(perdarahan) antar menstruasi, saat haid lebih sakit, merasakan sakit
atau kram selama 3-5 hari pasca pemasangan, perforasi dinding
uterus, tidak mencegah IMS termasuk HIV/AID’s, terjadi penyakit
radang panggul yang dapat memicu infertilitas bila sebelumnya
memang sudah terpapar IMS. Prosedur medis perlu pemeriksaan
pelvik dan kebanyakan perempuan takut selama pemasangan, sedikit
nyeri dan perdarahan setelah pemasangan, klien tidak bisa melepas
AKDR sendiri, bisa terjadi ekspulsi AKDR, tidak mencegah
kehamilan ektopik, harus rutin memeriksa posisi benang
6) Indikasi
Usia reproduktif, keadaan nullipara, menginginkan menggunakan
kontrasepsi jangka panjang, menyusui dan ingin menggunakan
kontrasepsi, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah
mengalami abortus dan tidak ada infeksi, risiko rendah dari IMS,
tidak menghendaki metode hormonal, menyukai kontrasepsi jangka
panjang
7) Kontraindikasi
Kehamilan, gangguan perdarahan, radang alat kelamin, curiga tumor
ganas di alat kelamin, tumor jinak rahim, kelainan bawaan rahim,
erosi, alergi logam, berkali – kali terkena infeksi panggul, ukuran
rongga rahim <5 cm, diketahui menderita TBC pelvik.
8) Seleksi atau penapisan klien
39

Hpht, paritas dan riwayat persalinan terakhir, riwayat kehamilan


ektopik, nyeri hebat saat haid, anemia berat (hb<9gr% atau
hematokrit <30), riwayat isg, phs, berganti ganti pasangan, kanker
serviks
9) Saat pemasangan AKDR
Pada waktu haid, segera setelah induksi haid atau abortus spontan,
setelah melahirkan, setiap saat bila yakin tidak hamil, post abortus,
selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi
10) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi Palpasi perut, inspeksi, pemeriksaan
speculum, pemeriksaan bimanual.
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA INTENSIF PADA Tn.S KHUSUSNYA


NY. S DENGAN KB RT 02 RW 02 DUSUN KRAJAN 1 DESA NGEMPLAK
KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 08 Mei 2023
Jam : 11.00 WIB
Tempat : Rumah Tn. Slamet
Desa : Ngemplak RT 02 RW 02
Kabupaten : Purworejo
Nama Mahasiswa : Malikah Fitriana A
NIM 132020011
1. Data Umum
a. Nama KK : Tn. Slamet
b. Alamat dan telepon : Ngemplak RT 02 RW 02
c. Pekerjaan KK : Buruh Tani
d. Pendidikan KK : SD
e. Komposisi Keluarga
No Nama L/P Um u Hub Pendidi Pekerjaan Status
r deng kan Keseh
an KK atan

1 Marlan L 93 Kakek SD Petani Sehat

2 Sukarmi P 65 Nenek SD Mengurus Sehat


Rumah
Tangga
3 Siti P 44 Istri SLTP/ Mengurus Sehat
Sunarti Sedera Rumah
jat Tangga
4 Hikm P 15 Anak SD Pelajar/mah Sehat
atul asiswa
M

5 Ariyanto L 7 Anak Belum Pelajar/mah Sehat


tamat SD asiswa

39
40

Genogram :

65 TH 93
TH

44 TH 41
TH

15 TH 7 TH

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Orang Tua Kandung


41

f. Tipe keluarga

Dikeluarga Tn.S merupakan Extended Family yang terdiri dari keluarga


besar yaitu : kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak.
g. Tipe bangsa

Dikeluarga Tn. S merupakan kebangsaan Indonesia dan bersuku Jawa.


h. Agama

Keluarga Tn. S menganut agama Islam.

i. Status sosial ekonomi keluarga

Pendapatan keluarga yang utama yaitu Tn.S ± Rp 1.000.000,00 / bulan.


Penghasilan tambahan tidak ada. Pemanfaatan dana keluarga tiap bulan
untuk kebutuhan sehari-hari. Penggunaan dana tiap bulan kurang cukup.
Pengelola keuangan oleh ibu.
j. Aktivitas reaksi keluarga

Kebiasaan hidup sehari-hari keluarga Tn. S makan 3× sehari, teratur


dengan porsi makan 1 piring, minum 7-8 gelas per hari berupa air putih
dan teh. Keluarga Tn. S mempunyai kebiasaan tidur yang cukup mulai
21.00 sampai jam 04.30 pada malam hari dan tidur siang 2 jam. Keluarga
Tn. S mempunyai sarana hiburan yaitu televisi dan radio. Keluarga Tn.S
menggunakan waktu senggang untuk mengbrol dengan tetangga dan
melihat televisi radio.
2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini :

Tahap perkembangan keluarga termasuk dalam tahap


perkembangan menuju sekolah dan lulus sekolah
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Dalam keluarga Tn. S sudah termasuk dalam tugas perkembangan yang


sudah terpenuhi
c. Riwayat kesehatan keluarga inti

1) Tn. Slamet tidak sedang/tidak pernah mengidap penyakit tertentu


2) Ny. Siti Sunarti tidak sedang/tidak pernah mengidap penyakit
tertentu
3) Tn. Marlan tidak sedang/tidak pernah mengidap penyakit tertentu
42

4) Ny. Sukarmi tidak sedang/tidak pernah mengidap penyakit tertentu


5) Hikmatul tidak sedang/tidak pernah mengidap penyakit tertentu

6) Ariyanto tidak sedang/tidak pernah mengidap penyakit tertentu

d. Riwayat keluarga lainnya

Di dalam keluarga Tn.S tidak ada keluarga lainnya

3. Pengkajian Lingkungan

a. Karakteristik rumah

Keluarga Tn.S tinggal dirumah sendiri dimana dindingnya dari dabag,


dan kayu (tidak permanen) ukuran rumah 10× 10 , lantai tanah, atap
rumah terbuat dari genteng, jenis ventilasi pintu, jendela, keadaan
ventilasi memenuhi syarat > 10%. Penerangan menggunakan listrik.
Cahaya matahari masuk ke rumah dengan baik. Pembagian adalah 4
kamar tidur, 1 dapur dan ruang makan, 1 ruang tamu, kamar mandi
diluar. Kebersihan rumah cukup baik.
Perabotan rumah termasuk alat masak menggunakan kompor gas dan
tungku, tempat penyimpanan perabotan dapur diletakkan di rak piring.
Jenis WC yang digunakan adalah blumbang di luar rumah.

Jarak blumbang dengan sumur berjarak >5 m dari sumur.

Sumber air minum yang digunakan di keluarga Tn. G menggunakan


sumber air minum dari sumur dengan kualitas air jernih dan tidak terasa.
Tidak ada sumber pencemaran lain disekitar sumber air.
43

Denah Rumah

b. Karakteristik tetangga dan komunitas


Karakteristik tetangga keluarga Tn.S termasuk masyarakat yang sudah
modern dan mempunyai kerja sama yang tinggi. Kegiatan disekitar
rumah keuarga Tn.S mempunyai berbagai kegiatan seperti kerja bakti,
posbindu, PKK, Dasawisma, Kelompok Tani dan masih banyak lagi
kegiatan posistif yang dapat memperluas wawasan masyarakat setempat
melalui berbagai kegiatan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn.S tidak pernah berpindah tempat atau tidak melakukan
transmigrasi ke daerah lain.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ketika dalam waktu senggang keluarga Tn. S menggunakan waktu
senggangnya untuk mengobrol dengan tetangga dan melihat televisi.
e. Sistem pendukung keluarga
Semua anggota keluarga Tn.S termasuk keluarga yang sehat.
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari keluarga Tn.S menggunakan bahasa jawa dan
bahasa indonesia yang sederhana dan mudah dipahami.
b. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga mampu saling menghormati dan menghargai sesama
saudaranya.
44

c. Struktur peran

Keluarga Tn.S sangat menerapkan perannya sesuai tugasnya yaitu ayah


sebagai kepala keluarga, ibu sebagai pengurus rumah tangga, dan anak
menghormati kedua orang tuanya.
d. Nilai atau norma keluarga

Keluarga Tn.S mempunyai aturan mengenai kesehatan yaitu selalu


menyediakan obat-obatan ringan.
5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Keluarga Tn.S saling menghormati, menghargai dan sangat harmonis.


b. Fungsi sosial

Keluarga Tn.S aktif dalam kegiatan sosial, hubungan anggota keluarga


dengan masyrakat harmonis
c. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga Tn.S mempunyai banyak anggota yang ketika salah anggota


sakit dapat merawatnya dan mengantarkan anggota yang sakit untuk
berobat ke tempat pelayanan kesehatan terdekat di puskesmas. Pengambil
keputusan selalu pada ayah dan ibu.
d. Fungsi reproduksi

Keluarga Tn.S mempunyai 2 anak yang sudah direncanakan. Ibu tidak


menggunakan KB karena sering sakit dalam ber KB.
e. Fungsi ekonomi

Keluarga Tn.S sudah termasuk keluarga yang ekonominya sudah


memenuhi kebutuhan sandang dan pangan untuk keluarganya dalam
kehidupan sehari-hari.
6. Stress dan koping keluarga

a. Stresor jangka pendek, Ketidaktahuan tentang KB

b. Kemampuan mersepon terhadap situasi stresor

c. Strategi koping yang digunakan yaitu dengan menjaga kesehatan.

d. Strategi adaptasi disfungsional yaitu tidak ditemukan adannya strategi


adaptasi yang negatif dalam menghadapi stresor.

7. Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan

Petugas kesehatan dapat memberikan pemecahan masalah mengenai kesehatan


yang ada.
45

8. Pemeriksaan fisik

Seluruh anggota keluarga Tn.S termasuk dalam pemeriksaan fisik dengan


hasil yang normal.
B. Analisis Data

Penjajakan Kesehatan Tahap I

1. Ancaman kesehatan

a. Kurangnya pengetahuan tentang KB

b. Kurangnya pengetahuan tentang bahaya merokok

2. Kurang/tidak sehat
Kurang sehat
3. Situasi krisis
Tidak ada
C. Perumusan Masalah

Sesuai analisis data yang didapatkan dari keluarga Tn.S dapat dirumuskan:
No Data Masalah Kesehatan
1 Kurangnya pengetahuan Ibu kurang mengetahui tentang KB
tentang KB dan ibu sudah tidak menggunakan
KB
2 Kurangnya pengetahuan Bapak kurang mengetahui tentang
tentang bahaya merokok bahaya merokok untuk kesehatan
dirinya dan keluarga

D. Prioritas Masalah

Sesuai data yang diperoleh saat pengkajian terhadap beberapa masalah- masalah
kesehatan yaitu :

1. Kurangnya pengetahuan tentang KB

NO KRITERIA NILAI BOBOT SKOR PEMBENARAN


Sifat masalah Ancaman

2 2 terhadap kesehatan
1 1 dan
×1
3 kegagalan
3
reproduksi
Kemungkinan Masalah
masalah dapat sebenarnya dapat
diatasi 2 diubah, tetapi
46
2 ×2 2 2 secara bertahap
2
sesuai
pemahaman
keluarga
Potensi Masalah dapat
masalah untuk 3 dicegah dengan
3 ×1 1 1
dicegah pendidikan
3 kesehatan
Menonjolnya 2 Ibu tidak
4 masalah skala 1 1 merasakan
×1
2 masalah tersebut
4
TOTAL SKOR 5 4 6

2. Kurangnya pengetahuan bahaya merokok

NO KRITERIA NILAI BOBOT SKOR PEMBENARAN


Sifat masalah 2 2 Ancaman terhadap
1 ×1 1
kesehatan tubuh
2 perokok
3
Kemungkinan Masalah
2
masalah dapat sebenarnya dapat
diatasi diubah,
2
2 2 tetapi secara
×2
2 bertahap sesuai
pemahaman
keluarga
Potensi masalah Masalah dapat
3
untuk dicegah ×1 dicegah dengan
3 1 1
pendidikan
3
kesehatan
Menonjolnya Ibu merasakan
1 1
masalah skala ×1 sebagai masalah
4 1
dan perlu
2
2 ditangani

5 1
4
TOTAL SKOR
6

Penentuan prioritas masalah berdasarkan skor tertinggi adalah :

4
1. Kurangnya pengetahuan tentang KB 4
6

2. Kurangnya pengetahuan tentang bahaya merokok 41


47
6

E. Perencanaan

Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan


Tidak terjadi kehamilan pada Ny.M di
keluarga Tn.S

Kriteria:
(aspek pengetahuan)
1. Keluarga dapat mengenal KB 1. Diskusikan tentang KB

2. Keluarga dapat menyebutkan


macam- macam KB 2. Diskusikan tentang

(aspek sikap) macam-macam KB

3. Keluarga mampu
memutuskan untuk
melakukan KB lagi agar 3. Anjurkan kepada keluarga

tidak terjadi kehamilan lagi. agar mengambil keputusan


mengenai KB agar tidak
terjadi kehamilan

G. Pelaksanaan

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


dan Respon
Waktu
Mei Ny S kurangnya Mendiskusikan tentang Keluarga dapat
2023 pengetahuan KB kepada keluarga menjelaskan
mengenai KB Tn. S yang dihadiri kembali tentang
oleh Bp. S, Ny. S, pengertian KB,
dan anak- manfaat KB,
anaknya macam-macam
KB
48

H. Evaluasi

Tanggal Diagnosa Evaluasi


dan
Waktu
Mei 2023 Ny.S kurangnya pengetahuan S: keluarga mengatakn sudah
mengenai KB tahu apa yang dapat
menyebabkan resiko tinggi
jika terjadi kehamilan dan
akan berusaha untuk
menggunakan KB lagi
O:keluarga terlihat harmonis,
saling
menghargai saudara
kandungnya, dan saling kerja
sama ketika melakukan
pekerjaan rumah A:Masalah
teratasi sebagian
P:
- lanjutkan tindakan
- anjurkan keluarga
agar tetap
menggunakan KB
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa tingkat pengetahuan keluarga


mengenai KB di keluarga Tn. S RT 02 RW 02 dusun Krajan 1, Desa Ngemplak,
Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo kurang. Setelah dilakukan skoring diketahui
prioritas masalah keluarga Tn. S adalah kurangnya pengetahuan tentang KB khususnya
pada Ny. S Keluarga Tn. S diberi penyuluhan pada tanggal Mei 2023 tentang KB. Setelah
diberi penyuluhan tentang KB, keluarga Tn.S dapat mengerti dan memahami mengenai
kehamilan resiko tinggi, sehingga siap untuk melakukan KB lagi.
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran. KB bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak, serta terciptanya penduduk yang berkualitas. Adapun sasaran
dari program KB, yaitu: sasaran langsung dan tidak langsung. Ruang lingkup program
KB, meliputi: komunikasi informasi dan edukasi konseling, pelayanan infertilitas,
pendidikan seks, konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan. serta konsultasi
genetik. Adapun jenis-jenis akseptor KB, yaitu: akseptor aktif, aktif kembali, KB baru,
KB dini, KB langsung, dan KB dropout. Adapun akseptor KB menurut sasarannya,
meliputi: fase menunda kehamilan, fase mengatur/ menjarangkan kehamilan, dan fase
mengakhiri kesuburan. Macam-macam KB yang dapat digunakan yaitu KB MAL, pil ,
suntik, implan , dan IUD. Menggunakan KB merupakan peningkatan dan perluasan
pelayanan KB salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
yang semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita.

49
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Setelah akhir praktik kebidanan komunitas, mahasiswa mampu melaksanakan
asuhan kebidanan komunitas secara komprehensif meliputi:
1. Pengkajian terhadap keluarga Tn.S khususnya masalah KB
2. Menginterpretasikan masalah apa saja yang terjadi pada keluarga Tn. S
3. Menentukan diagnosa potensial apa yang terjadi pada keluarga Tn.S
4. Menentukan antisipasi masalah
5. Melakukan perencanaan terhadap masalah yang terjadi
6. Melaksanaan perencanaan yang telah dibuat
7. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan
B. Saran
1. Bagi keluarga
a. Sebaiknya Ny.S mulai mempersiapkan diri dalam menggunakan KB
b. Sebaiknya keluarga Tn.S lebih memperhatikan tentang bagaimana
menggunakan KB.
2. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola asuhan
kebidanan komunitas sehingga dapat mengaplikasi teori - teori yang ada
dengan keadaan yang ada di lapangan.

50
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatun, Nurul, Ruly, Prapitasari. 2020. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana. Penerbit Adab : Jawa Barat

Prijatni, Ida, Sri, Rahayu. 2017. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana .
Pusdik SDM Kesehatan : Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai