Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS

PADA NY.”S” DENGAN KONSELING KB (KELUARGA BERENCANA) MKJP


(METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG) DI RT 04 RW 03 KELURAHAN
TANAH SEREAL KECAMATAN TANAH SEREAL KOTA BOGOR

DISUSUN OLEH:

YUNIA WARDAH
NPM.07200200052

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


JAKARTA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Individu Keluarga Binaan Praktek Kebidanan Komunitas


Mahasiswa Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Di RW 03 Kelurahan Tanah Sereal Kecamatan Tanah Sereal
Tahun 2021

Disusun Oleh :

Nama : Yunia Wardah


NPM : 07200200052

Telah Disahkan di Jakarta

Pada Tanggal September 2021

Menyetujui

Pembimbing Paktik Kebidanan Komunitas

(Madinah Munawaroh Hayatullah, S.ST, M.Kes)


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya sehingga penulis dapat meyelesaikan Laporan Individu Keluarga Binaan
Kebidanan Komunitas pada Ny.”S” dengan Konseling Keluarga Berencana di RW 03 Kelurahan
Tanah Sereal Kecamatan Tanah Sereal kota Bogor dengan baik dan tepat waktu.

Dalam menyusun laporan ini, penulis menghadapi beberapa hambatan dan tantangan.
Tetapi hal ini tidak mengurangi semangat dalam melaksanakan dan menyelesaikan semua
rangkaian kegiatan Kebidanan Komunitas di RW 03 Kelurahan Tanah Sereal Kecamatan Tanah
Sereal kota Bogor yang dilaksanakan pada tanggal 2 sampai 30 September 2021.

Pada kesempatan kali ini ijinkan penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik
moril dan support kepada :
1. Drs. H. Jakub Chatib selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju Jakarta
2. Dr. dr. H. M. Hafizurrachman, MPH selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia
Maju Jakarta
3. Dr. Sobar Darmaja, S.Psi, MKM selaku Wakil Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia
Maju Jakarta
4. Hidayani, SKM, MKM selaku Ketua Program Studi Kebidanan Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta
5. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes selaku Koordinator Program Studi Kebidanan Program Sarjana
Terapan Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta
6. Madinah Munawaroh Hayatullah, S.ST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Kebidanan
Komunitas di RW 03 Kelurahan Tanah Sereal Kecamatan Tanah Sereal Kota Bogor

Penulis menyadari bahwa laporan yang disusun ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
mohon kritik dan yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan dating. Semoga Laporan
Kebidanan Komunitas ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Jakarta, September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Penulis
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
1.3.3 Bagi Keluarga Binaan

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Definisi Keluarga
2.1.2 Struktur Keluarga
2.1.3 Ciri-Ciri Keluarga
2.1.4 Bentuk Keluarga
2.1.5 Peran Fungsi Keluarga
2.1.6 Tugas Keluarga
2.1.7 Tahap-Tahap Kehidupan
2.1.8 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
2.2 Teori atau Konsep Dasar Komunitas
2.2.1 Pengertian Kebidanan Komunitas
2.2.2 Tujuan Asuhan Kebidanan Komunitas
2.2.3 Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan Kebidanan
Komunitas
2.2.4 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Komunitas
2.3 KB
2.3.1 Pengertian KB
2.3.2 Manfaat KB
2.4 Kontrasepsi
2.4.1 Pengertian Kontrasepsi
2.4.2 Cara Kerja Kontrasepsi
2.4.3 Macam-Macam Metode Kontrasepsi
2.5 MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang)
2.5.1 Pengertian MKJP
2.5.2 Jenis-Jenis MKJP
2.6 Manajemen Kebidanan
2.6.1 Manajemen 7 langkah Varney
2.6.2 Pendokumentasian SOAP
2.6.3 Langkah-Langkah Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Di Komunitas
BAB III HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS
3.1 Manajemen Asuhan Kebidanan Kunjungan Ke 1 Pada Ny.S Tanggal 4 September 2021 RW
03 Kelurahan Tanah Sereal Kecamatan tanah Sereal Kota Bogor
3.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Kunjungan Ke 2 Pada Ny.S
3.3 Manajemen Asuhan Kebidanan Kunjungan Ke-3 Pada Ny.S

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
5.2.3 Bagi Keluarga Binaan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan salah satu faktor yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia, disamping itu kesehatan juga merupakan
karunia tuhan. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipeliharadan ditingkatkan kualitasnya
serta di lindungi dari ancaman yang merugikan.
Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya sebagai inventasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah mengkajian kegiatan
masyarakat dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah
untuk memenuhi kebutuhannya di bidang kesehatan dan bidan lain yang berkaitan, agar
mampu mencapai sehat sejahtera.
Program Indonesia sehat 2010 dicanangkan oleh pemerintah adalah suatu upaya
untuk mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, mendorong, memelihara,
dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau. Memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditunjukan
kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal melelui pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, menjamin keterjangkuan pelayanan kesehatan yang dibutukan dan dilibatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat dimana masalah kesehatan dapat
timbul, berupamasalah KIA/KB, KESLING, TUMBANG, PENYAKIT, KRR.
Dalam hal ini penulis mengambil kasus pada keluarga Ny. S pada RW 03
Kelurahan Tanah Sereal Kecamatan Tanah Sereal Kota Bogor sebagai bukti pelaksanaan
praktek kebidanan komunitas dan melaksanakan implementasi sesuai dengan prioritas
masalah. Diharapkan keluarga lebih mengerti dan memahami tentang Keluarga berencana.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Komunitas Tentang Konseling Keluarga
Berencanan MKJP pada Ibu Ny “S“ Di RW 03 Kelurahan Tanah Sereal Kecamatan
Tanah Sereal Kota Bogor.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melaksanakan pengkajian pada ibu Ny “S“ Di RW 03 Kelurahan Tanah Sereal
Kecamatan Tanah Sereal Kota Bogor
2. Melaksanakan perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan pada ibu Ny “S“
Di RW 03 Kelurahan Tanah Sereal Kecamatan Tanah Sereal Kota Bogor
3. Melaksanakan perencanaan pada ibu Ny “S“ Di RW 03 Kelurahan Tanah Sereal
Kecamatan Tanah Sereal Kota Bogor
4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu Ny “S“ Di RW 03 Kelurahan Tanah
Sereal Kecamatan Tanah Sereal Kota Bogor
5. Melaksanakan evaluasi pada ibu Ny “S“ Di RW 03 Kelurahan Tanah Sereal
Kecamatan Tanah Sereal Kota Bogor
6. Melaksanakan pencatatan asuhan kebidanan pada ibu Ny “S“ Di RW 03
Kelurahan Tanah Sereal Kecamatan Tanah Sereal Kota Bogor

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Penulis
1. Mendapatkan pengalaman langsung kepada masyarakat dalam menerapkan
manajemen kebidanan dan memberikan asuhan kebidanan pada keluarga
berencana sehingga pada saat bekerja di lapangan dapat dilakukan secara sistematis
yang pada akhirnya meningkatkan mutu pelayanan yang akan memberikan dampak
menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan
1. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan praktik kebidanan
komunitas dilapangan setelah mendapatkan teori yang lengkap dalam mata kuliah
Kebidanan Komunitas agar mendapatkan lulusan Sarjana Terapan Kebidanan yang
memiliki kompetensi dan professional.
2. Mengetahui adanya kesenjangan dan faktor-faktor penyebab kesenjangan antara
teori dan praktek sebagai bahan analisa untuk pendidikan praktik kebidanan
komunitas yang akan datang.
1.3.4 Bagi Keluarga Binaan
Sebagai bahan masukan dan dapat menjadi suatu pengetahuan bagi keluarga Ny.S
untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan
secara mandiri sehingga terciptanya keluarga yang berkualitas, sehat dan sejahtera.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Keluarga


2.1.1 Defisnisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas Kepala
Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah
adaptasi atau perkawinan. Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri atas 2
orang atau lebih adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu
rumah tangga dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga berinteraksi diantara
sesama anggota keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing,
menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
Keluarga adalah satu kelompok yang terdiri dari 2 orang atau lebih, yang
dipersatukan oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi atau pengakuan sebagai
anggota keluarga yang tinggal bersama, satu kesatuan atau unit yang membina
kerjasama yang bersumber dari kebudayaan umum. Di mana setiap anggotanya belajar
dan melakukan peranannya seperti yang diharapkan. Keluarga sebagai suatu sistem
sosial melakukan beberapa fungsi yang paling dasar seperti memberikan keturunan,
sosialisasi, psikologi, seleksi, proteksi dan sebagainya.
2.1.2 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut effendi, terdiri dari bermacam-macam, diantaranya
adalah :
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
2.1.3 Ciri – Ciri Keluarga
1. Diikat dalam suatu tali perkawinan.
2. Ada hubungan darah.
3. Ada ikatan batin.
4. Ada tanggung jawab masing-masing anggotnya.
5. Ada pengambilan keputusan .
6. Kerjasama diantara anggota keluarga.
7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga.
8. Tinggal dalam satu rumah.
9. Suami sebagai pengambil keputusan
10. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
11. Berbentuk monogram
12. Bertanggung jawab
13. Pengambil keputusan
14. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
15. Ikatan kekeluargaan sangat erat
16. Mempunyai semangat gotong-royong
2.1.4 Bentuk Keluarga
Berbagai bentuk keluarga tradisional adalah sebagai berikut :
1. Keluarga inti
Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah, seorang
ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman, 2010). Keluarga adopsi
Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai
orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke orang tua adopsi, biasanya
menimbulkan keadaan yang saling menguntungkan baik bagi orang tua maupun
anak. Disatu pihak orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasihsayangnya
bagi anak adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat
menginginkan mereka (Friedman, 2010).
2. Keluarga besar (Extended Family)
Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah
tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak / adik, dan keluarga
dekat lainnya. Anak – anak kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki
pilihan model pola perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka
(Friedman, 2010). Keluarga dengan orang tua tunggal
Keluarga dengan kepala rumah tangga duda atau janda yang bercerai,
ditelantarkan, atau berpisah (Friedman, 2010).
3. Dewasa lajang yang tinggal sendiri.
Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa bentuk
jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas kerabat,
jaringan ini dapat terdiri atas teman – teman seperti mereka yang sama – sama
tinggal di rumah pensiun, rumah jompo, atau hidup bertetangga. Hewan
pemeliharaan juga dapat menjadi anggota keluarga yang penting (Friedman,
2010).
4. Keluarga orang tua tiri
Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks dan
peneuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering kali
individu yang berbeda atau subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini
beradaptasi dengan kecepatan yang tidak sama. Walaupun seluruh anggota
keluarga harus menyesuaikan diri dengan situasi keluarga yang baru, anak- anak
seing kali memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan tugas
perkembangan mereka (Friedman, 2010).
5. Keluarga binuclear
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota dari
sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan
paternal, dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang
dihabiskan dalam setiap rumah tangga (Friedman, 2010).
2.1.5 Peran Fungsi Keluarga
a. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Peranan ayah :
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2. Peranan ibu :
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan anak :
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
b. Fungsi Keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010) :
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun
untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendir, sehingga fungsi afektif
merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Peran utama
orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan
dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan
sosioemosional semua anggota keluarganya.
2. Fungsi sosialisasi dan status sosial
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan
dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak 12 tentang cara
menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti peran
yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian status
adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada anak
berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini
tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika.
3. Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu
menyediakan angagota baru untuk masyarakat.
4. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan
terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga
yang paling relafan bagi perawat keluarga.
5. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui
proses pengambilan keputusan.
2.1.6 Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
2.1.7 Tahap – Tahap Kehidupan
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun
secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama.
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
(psikologis) keluarga masing-masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran
anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling
repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir
pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai
6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya.
Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab
serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih
dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung
dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga
dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal:
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi
keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e.Melakukan life review (merenungkan hidupnya)
2.1.8. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998)
dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai berikut :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang
dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua.
Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah
kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
2. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah
kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga
tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a. Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan
perawatannya).
b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
c. Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,
psikososial).
e. Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat Ketika
memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a. Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
b. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
c. Pentingnya hiegine sanitasi.
d. Upaya pencegahan penyakit.
e. Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
f. Kekompakan antar anggota kelompok.
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat Ketika
merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui
hal-hal sebagai berikut :
a. Keberadaan fasilitas keluarga.
b. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
c. Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
d. Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

2.2 Teori atau Konsep Dasar Komunitas


2.2.1 Pengertian Kebidanan Komunitas
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan
dan lulus ujian dengan persyaratan yang berlaku.
Komunitas berasal dari bahasa latin yaitu kommunis yang berarti kesamaan,
publik ataupun banyak. Istilah comunity dapat di terjemahkan sebagai masyarakat
setempat yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa.
Komunitas di gambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik dimana seseoprang
tinggal beserta aspek- aspek sosialnya. Hubungan-hubungan individu dalam sebuah
komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu sistem kepercayaan
atau keyakinan baik tentang arti kekuarga , konsep sehat , maupun sakit. Keyakinan
mereka ini akan di cerminkan daklam perilaku keluarga maupun di kelompok
tertentu.Hal ini merupakan dasar pemikiran mereka dalam pemeliharaan kesehatan
maupun perawatan ketika sakit.
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terbesar yang mempunyai
kebiasaaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama.
Kebidanan komunitas adalah upaya memberikan asuhan kebidanan pada
masyarakat baik individu, keluaraga, kelompok dan masyarakat yang terfokus pada
pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga berencana (KB), Kesehatan
Reproduksi termasuk usia wanita adi yuswa secara paripurna. Pelaksanaan pelayanan
kebidanan komunitas di dasarkan pada 4 konsep utama dalam pelayanan kebidanan
yaitu manusia, masyarakat, lingkungan, kesehatan dan pelayanan kebidanan yang
mengacu pada konsep paradigma kebidanan dan paradigma sehat sehingga di
harapkan tercapainya taraf kesejahteraan hidup masyarakat.
2.2.2 Tujuan Asuhan Kebidanan Dikomunitas
1. Tujuan umum
Mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kesehatan
perempuan diwilayah kerja bidan sehingga masyarakat mampu mengenali
masalah dan kebutuhan serta mampu memecahkan masalahnya secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai tangguang
jawab bidan
b. Meningkatkan pelayanan mutu ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan
nifas, dan perinatal secara terpadu
c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko kehamilan,
persalinan, nifas, dan perinatal
d. Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak
e. Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat
setempat atau terkait.
2.2.3. Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan
Kebidanan Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut :
1. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat,
sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung peran bidan di
komunitas.
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan martabat
kemanusiaan klien.
3. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis.
Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah Kepala
Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah balita, jumlah lansia)
dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan. Contohnya adalah jumlah
perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 kelurahan/ kawasan perumahan/
perkantoran.
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil
kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, kader
kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.
5. Sitem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik. Sistem
pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja yang menjadi
tanggung jawabnya.
Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan komunitas meliputi
kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu, keluarga, dan
masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk menilai mana tradisi yang baik
dan membahayakan, budaya yang sensitif gender dan tidak, nilai-nilai masyarakat
yang adil gender dan tidak, dan hukum serta norma yang ternyata masih melanggar
hak asasi manusia. Disamping itu, bidan harus mampu bertindak profesional dalam
bentuk :
1. Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi dengan tugas
kemanusiaan sebagai bidan.
2. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non discriminative (tidak
membeda-bedakan), dan memenuhi standar prosedur kepada semua klien
(perempuan, laki-laki, transgender).
2.2.4. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Komunitas
Pelayanan asuhan asuhan kebidanan komunitas merupakan salah satu area praktik
bidan, yang pelayanannya diberikan baik pada individu, keluarga, maupun masyarakat
luas dengan memperhatikan dan menghargai budaya dan nilai-nilai masyarakat
setempat untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan keluarganya. Dalam
praktiknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dikenal dengan proses
atau manajemen kebidanan. Langkah atau proses manajemen kebidanan meliputi hal
berikut ini :
1. Mengumpulkan secara sistematis dan mengupdate secara lengkap data yang relevan
untuk pengkajian yang komprehensif keadaan kesehatan setiap klien termasuk
riwayat kesehatan dan pemeriksaaan fisik yang teliti.
2. Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar.
Setelah ditetapkan diagnosa maka bidan harus menentukan rencana untuk
mengatasi permasalahan kesehatan yang ditemuka. Contoh: hasil pemeriksaan Ibu
hamil didapatkan konjungtiva pucat dan pemeriksaan laboratorium penunjang hasil
haemoglobin rendah di bawah normal. Maka ibu dinyatakan diagnosa hamil dengan
anemia.
3. Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien. Contoh: Ibu hamil dengan
anemia, maka rencana yang paling tepat adalah memberikan tablet zat besi untuk
meningkatkan kadar haemoglobin.
4. Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu mengambil
keputusan untuk kesehatannya. Bidan melakukan pendidikan kesehatan terkait
dengan kondisi kesehatan yang ditemukan dengan harapan klien dapat mengikuti
anjuran dari bidan untuk mengatasi masalah kesehatannya.
5. Mengembangkan rencana asuhan bersama klien. Setiap rencana yang akan
dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar klien merasa apa yang diberikan
merupakan kebutuhanya. Contoh: ibu hamil yang anemia perlu penambah zat besi
untuk kesehatan ibu dan janin.
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan kesehatan (promotif)
Bidan lebih mengutamakan langkah promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu
hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan.
Bayi dan balita dilakukan pemantauan tumbuh kembang di posyandu.
2. Pencegahan (preventif)
Salah satu contoh tindakan preventif bidan yang dapat dilakukan adalah pemberian
imunisasi pada bayi dan balita serta ibu hamil.
3. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan.
Bidan diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi melalui
keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus kegawatdaruratan
maternal dan neonatal sehingga dalam proses rujukan tidak mengalami
keterlambatan.
4. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan.
Dalam memberikan asuhan bidan melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan
meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai dengan kondisi klien.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi).
Pada masa pemulihan bidan bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain (dokter
kandungan) untuk mengobservasi kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh adalah
bidan melakukan perawatan pasca operasi pada klien dengan tindakan persalinan
caesar.
6. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial,
kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk mengembalikan individu ke
lingkungan keluarga dan masyarakat. Terutama pada kondisi bahwa stigma
masyarakat perlu dikurangi seperti Tuberculosis (TB), kusta, Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS), kehamilan tidak diinginkan (KTD), kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban perkosaan, dan injecting drug user (IDU).

2.3 KB
2.3.1 Pengertian KB

Keluarga berencana merupakan usaha suami istri untuk mengukur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi
adalah mencegah sperma laki laki mencapai dan membuahi telur wanita
(fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi
(melekat) dan berkembang didalam rahim (Purwoastuti, 2015).
2.3.2 Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.Tujuan program KB lainnya yaitu untuk
menurunkan angka kelahiranyang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut
maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan,
menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk
menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran
yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua.
2.4 Kontrasepsi
2.4.1 Pengertian Kontrasesi
Kontrasepsi adalah suatu upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun
menetap dan dapat dilakukan tanpa menggunakan alat secara mekanis, menggunakan obat
atau alat atau secara operasi.
Pelayanan kontrasepsi mempunyai dua tujuan yaitu:
1. Tujuan umum: pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu
dihayatinya NKKBS.
2. Tujuan pokok: penurunan angka kelahiran yang bermakna.
Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan tiga fase
untuk mencapai sasaran, yaitu:
a. Fase menunda perkawinan/kesuburan
b. Fase menjarangkan kehamilan
c. Fase menghentikan kehamilan atau kesuburan
Maksud kebijaksanaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat
melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada
usia tua.
2.4.2 Cara Kerja Kontrasepsi
Bermacam –macam tetapi pada umumnya mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.
2. Melumpuhkan sperma.
3. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma
2.4.3 Macam-macam Metode Kontrasepsi
Metode kontrasepsi meliputi kontrasepsi oral (pil pengontrol kehamilan), kondom dan
preparat yang menghentikan atau membunuhsperma pada saat bersentuhan
(sperimisida-pada busa vagina, krem, jel ),pencabutan sebelum ejakulasi, diafragma,
penutup leher rahim ,metode kalender, kontrasepsi implantasi, kontrasepsi suntikan
dan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Kontrasepsi dapat digunakan oleh
pasangan suami istri yang secara fisik dapat hamil dan memiliki hubungan seks
dengan seseorang lawan jenisnya namun tidak ingin memiliki bayi pada saat itu.
Setelah mempelajari tentang kegunaan dan berbagai metode kontrasepsi, seseorang
dapat memilih metode yang paling cocok.

2.5 MKJP (METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG)


2.5.1 Pengertian MKJP
MKJP adalah alat kontrasepsi untuk menunda, menjarangkan kehamilan serta
menghentikan kesuburan yang digunakan dalam jangka panjang. Selain itu, MKJP lebih
rasional dan mempunyai efek samping sedikit.
2.5.2 Manfaat MKJP
1. Efektif mencegah kehamilan hingga 99%
2. Jangka waktu pemakaian lebih lama
3. Biaya terjangkau
4. Tidak mempengaruhi produksi ASI
5. Tidak ada perubahan fungsi seksual
6. Merencanakan kehamilan dan masa depan anak
7. Mencegah resiko kematian ibu saat melahirkan
2.5.3 Jenis MKJP
A. Alat kontrasepsi DALAM Rahim (IUD)
1) Profil
a) Sangat efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun :
Cut-380A)
b) Haid menjadi lebih lama dan banyak
c) Pemasangan dan pencabutan membutuhkan pelatihan
d) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
e) Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar PMS
2) Jenis
a) AKDR Cut-380A
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T, disebulungi
oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu)
b) AKDR yang lain beredar di Indonesia adalah NOVA T (Schering)
3) Mekanisme kerja
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b) Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri
c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilitas
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
4) Indikasi
a) Usia reproduksi
b) Keadaan nulipara
c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui banyinya
f) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g) Risiko rendah dari IMS
h) Tidak mengehendaki metode hormonal
i) Tidak menyukai untuk mengingat ingat minum pil setiap hari
j) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama
5) Kontraindikasi
a) Sedang hamil atau di duga hamil
b) Perdrahan pervaginam yang belum jelas diketahui penyebanya
c) Sedang menderita infeksi genetalia
d) Kelainan bawaan uterus yang abnormal/tumor jinak rahim yang dapat
dipengaruhi kavum uteri
e) Penyakit trofoblas yang ganas
f) Diketahui menderita TBC pelvic
g) Kanker alat genetalia
h) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
6) Efek samping
a) Amenore
b) Kejang
c) Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
d) Benang yang hilang
e) Adanya pengeluaran cairan dari vagina/di curigai adanya PRP
7) Waktu penggunaan
a) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
b) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
c) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenore
laktasi (MAL)
d) Perlu diingat angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48
jam pascapersalinan
e) Setelah abortus atau keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila
tidak gejala infeksi
f) Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi
8) Cara pemasangan AKDR
a) Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakuakn dan mempersilakan klien
mengajukan pertanyaan
b) Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada
beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai
pada langkah-langkah tersebut
c) Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya
d) Periksa genetalia eksterna
e) Lakukan pemeriksaan speculum
f) Lakukan pemeriksaan panggul
g) Lakukan pemeriksaan mikroskopik
h) Masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya
i) Masukkan speculum dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic
j) Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks
k) Masukkan sonde uterus
l) Pasang AKDR Copper T 380A
B. Implant
1) Profil
a) Dua kapsul tipis, fleksibel berisi levonorgestrel (LNG) yang disipkan
di bawah kulit lengan atas seseorang wanita
b) Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant atau
Implanon
c) Nyaman
d) Dapat di pakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
e) Pemasangan dan pencabutan oleh bidan/dokter terlatih
f) Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut
2) Cara Kerja
a) Lendir serviks menjadi kental
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
c) Mengurangi transportasi sperma
d) Menekan ovulasi
3) Efektifitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan)
4) Keuntungan kontrasepsi
a) Daya guna tinggi
b) Perlindungan jangka panjang
c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e) Bebas dari pengaruh estrogen
f) Tidak mengganggu kegiatan senggama
g) Tidak mengganggu ASI
5) Keuntungan Non kontrasepsi
a) Mengurangi nyeri haid
b) Mengurangi jumlah darah haid
c) Mengurangi/ memperbaiki anemia
d) Melindungi terjadinya kanker endometrium
e) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
f) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
C. Tubektomi (Pada Perempuan)
Tindakan operasi pengikatan atau pemotongan pada saluran telur wanita. Metode
ini untuk pasangan usia subur yang tidak menginginkan anak lagi. Efektif
mencegah kanker ovarium. Tindakan dilakukan di Rumah Sakit.
D. Vasektomi (Pada Laki-Laki)
Ketika bersenggama cairan mani yang keluar tidak mengandung sperma karena
adanya sayatan kecil dan pengikat pada salurannya. Biaya murah, sekali tindakan
dan dapat segera beraktivitas. Vasektomi tidak mempengaruhi kejantanan pada
pria.
2.6 Manajemen Kebidanan
2.6.1 Manajemen 7 Langkah Varney
Manajemen kebidanan adalah sebuah metode dengan pengorganisasian, pemikiran dan
tindakan-tindakan denga urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi
tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi
asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja,
melainkan juga perilaku pada setiap langkah agar pelayanan yang komprehensif dan aman
dapat tercapai.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang
berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan merupakan penerapan dari unsur, system dan fungsi manajemen
secara umum. Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan
meyeluruh dari bidan kepada kliennya, untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
melalui tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan
data, memberikan pelayanan yang benar sesuai keputusan klinik yang dilakukan dengan
tepat.
Proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh
perawat-bidan pada awal th 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan
pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan
menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini juga menguraikan
bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan. Proses manajemen ini terdiri dari
pemikiran, tindakan, perilaku pada setiap langkah agar pelayanan yang komprehensive dan
aman dapat tercapai.
Proses manajemen harus mengikuti urutan yang logis dan memberikan pengertian yang
menyatukan pengetahuan, hasil temuan dan penilaian yang terpisah pisah menjadi satu
kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.
Terdapat 7 langkah manajemen kebidanna menurut Varney yang meliputi langkah I
pengumpuan data dasar, langkah II interpretasi data dasar, langkah III mengidentifikasi
diagnosa atau masalah potensial, langkah IV identifikasi kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera, langkah V merencanakan asuhan yang menyeluruh, langkah VI
melaksanakan perencanaan, dan langkah VII evaluasi.
a. Langkah I : Pengumpulan data dasar
Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk
megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan semua informasi yang akurat
dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Langkah II: Interpretasi data dasar
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah klien atau kebutuhan
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Kata
“masalah dan diagnose” keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam
rencana asuhan kebidanan terhadap klien. Masalah bisa menyertai diagnose. Kebutuhan
adalah suatu bentuk asuhan yang harus diberikan kepada klien, baik klien tahu ataupun
tidak tahu.
c. Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah
dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan
pencegahan. Penting untuk melakukan asuhan yang aman.
d. Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsultaikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien.
e. Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Rencana asuhan yg menyeluruh meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari klien dan dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya.
f. Langkah VI: Melaksanakan perencanaan
Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efisien dan aman. Jika bidan
tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaanya.
g. Langkah VII: Evaluasi
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah dan diagnosa.
2.6.2 Pendokumentasian SOAP
Dokumentasi kebidanan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh bidan
setelah memberi asuhan kepada pasien, merupakan informasi lengkap meliputi status
kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan/kebidanan serta respons
pasien terhadap asuhan yang diterimanya.
Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP. Catatan
SOAP terdiri atas 4 langkah yang disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan
kebidanan yang dipakai untuk mendokumentasikan asuhan klien dalam rekam medis klien
sebagai catatan kemajuan.
SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap, dan bermanfaat buat bidan
atau pemberi asuhan yang lain. Penggunaan SOAP dalam asuhan ibu hamil cacatan SOAP
ditulis satu kali setiap kunjungan. Sementara bagi ibu dengan intrapartum, SOAP dibuat
lebih dari satu catatan untuk satu orang perhari.
Langkah-langkah pendokumentasian SOAP :
1. Subyektif (S)
Informasi atau data yang diperoleh dari apa yang dikatakan klien.
2. Obyektif (O)
Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan sewaktu melakukan
pemeriksaan dan hasil laboratorium.
3. Analisa (A)
Kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subyektif dan obyektif
4. Penatalaksanaan (P)
Perencanaa, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan yang telah dibuat.
Pendokumentasian dianggap penting karena metode SOAP merupakan kemajuan informasi
yang sistematis yang mengorganisasi penemuan dan kesimpulan untuk menjadi suatu
rencana asuhan. Metode ini merupakan penyaringan inti sari dari proses penatalaksanaan
kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan. SOAP merupakan urut-
urutan yang dapat membantu dalam mengorganisir pikiran dan memberikan asuhan yang
menyeluruh.
2..6.3 Langkah- Langkah Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Di Komunitas
Langkah-langkah proses penatalaksanaan ini pada hakikatnya sudah menjelaskan
dengan jelas pengertian masing-masing. Namun untuk pendokumentasian di komunitas lebih
diarahkan kepada masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Adapun langkah langkahnya
sebagai berikut.
1. Identifikasi Masalah
Sebagai pemberi pelayanan kesehatan, bidan melakukan identifikasi untuk mengatasi
keadaan dan masalah kesehatan masyarakat di desanya, terutama masalah kesehatan ibu
dan anak, untuk itu perlu dilakukan pengumpulan data yang valid dan akurat.
Berdasarkan data, pengumpulan dilaksanakan secara langsung ke masyarakat (data
subyektif) diperoleh langsung dari informasi masyarakat melalui wawancara dan (data
obyektif) yang diperoleh dari hasil observasi, pemeriksaan dan penelaahan catatan
keluarga,masyarakat dan lingkungannya.
a. Hal – hal yang perlu diidentifikasi di masyarakat antara lain sebagai berikut :
1) Identitas Keluarga
2) Faktor lingkungan
3) Komunikasi, transportasi dan informasi
4) Pelayanan kesehatan dan sosial
5) Data Kesehatan ibu (kesehatan ibu hamil, kesehatan ibu nifas, ibu menyusui,
keluarga berencana
6) Data Neonatus, bayi dan balita
7) Data anak usia sekolah ( 5 – 12 tahun)
8) Data remaja
9) Data senium atau menopause ( 65 tahun)
10) Data lansia (59 – 65 tahun)
11) Data sosial budaya ( sarana peribadatan, pemeluk agama atau kepercayaan)
b. Hal – hal yang perlu diidentifikasi di keluarga binaan antara lain sebagai berikut :
1) Identitas keluarga (nama, usia, jenis kelamin, hubungan keluarga, pendidikan,
golongan darah)
2) Penghasilan Kepala keluarga tetap per bulan
3) Kepemilikan jaminan kesehatan
4) Jarak rumah dengan pelayanan kesehatan
5) Alat transportasi keluarga
6) Kepemilikan sarana dan prasarana (adanya jamban sehat, ketersediaan air bersih,
pembuangan sampah limbah rumah tangga)
7) Pengetahuan.
2. Analisis Data
Seluruh data yang dikumpulkan, yang relevan, digunakan sebagai bahan untuk analisa.
Dari data yang terkumpul diperoleh informasi tentang:
a. Hubungan antara penyakit atau status kesehatan dengan lingkungan, keadaan sosial
budaya (perilaku) pelayanan kesehatan yang ada, serta faktor – faktor keturunan
yang berpengaruh terhadap kesehatan.
b. Masalah – masalah kesehatan (termasuk penyakit) ibu dan anak balita.
c. Masalah utama kesehatan ibu dan anak serta penyebabnya.
d. Faktor – faktor pendukung dan penghambat bila upaya perbaikan kesehatan ibu dan
anak balita serta KB dilakukan.
3. Perumusan Masalah
Setelah data di analisa, selanjutnya dirumuskan masalah kesehatan masyarakat. Dalam
penyusunan masalah kesehatan, seseorang harus selalu mengacu pada tipologi masalah
kesehatan, yaitu sebagai berikut :
a. Ancaman kesehatan, adalah yang dapat meningkatkan terjadinya penyakit,
kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
b. Kurang atau tidak sehat, adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan.
c. Situasi krisis, adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau keluarga dalam
menyesuaikan diri.
4. Prioritas Masalah
Setelah menentukan masalah, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah
kesehatan keluarga. Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan keluarga, disasarkan
pada beberapa kriteria sebagai berikut :
a. Sifat masalah, dikelompokkan menjadi ancaman kesehatan, keadaan sakit atau
kurang sehat, situasi krisis.
b. Kemungkinan masalah dapat diubah maksudnya kemungkinan keberhasilan untuk
mengurangi masalah atau menvegah masalah bila dilakukan intervensi kesehatan.
c. Potensi masalah untuk dicegah maksudnya sifat dan beratnya masalah yang akan
timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan kesehatan.
d. Masalah yang menonjol maksudnya cara keluarga melihat dan menilai maslah dalam
hal berat dan mendesaknya masalah tersebut untuk diatasi melalui intervensi
kesehatan.
5. Perencanaan
Langkah selanjutnya adalah menyusun perencanaan kesehatan keluarga. Rencana
kesehatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan bidan untuk
dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan yang telah teridentifikasi.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang dilakukan bidan di komunitas mencakup rencana pelaksanaan yang
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
7. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui keteapatan atau kesempurnaan antara hasil
yang dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu kegiatan dikatakan
berhasil apabila evaluasi menunjukkan data yang sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
BAB III

HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS

3.1 Manajemen Asuhan Kebidanan Kunjungan Ke 1 Pada Ny.S Tanggal 4 September 2021
RW 03 Kelurahan Tanah Sereal Kecamatan tanah Sereal Kota Bogor
Hari Sabtu tanggal 4 September 2021 dilakukan kunjungan pertama ke rumah Ny.S. Pengkaji
melakukan pengkajian pada Ny.S dengan metode wawancara menggunakan asuhan
kebidanan yaitu SOAP.
Dari hasil anamnesa didapatkan hasil Data Subjektif :
Ny.S berumur 34 tahun, agama islam, suku sunda, pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah
tangga. Suami Ny.S bernama Tn.B berusia 38 tahun, agama islam, pendidikan terahir SMA,
suku sunda, pekerjaan POLRI. Ny.S telah menikah selama 10 tahun dan memiliki 3 orang
anak. Didapatkan masalah potensial pada Ny.S yaitu sudah 2 tahun KB suntik 3 bulan berat
badannya selalu naik (BB sebelum KB 49 kg, setelah KB 58 kg) dan mens tidak teratur serta
tidak ingin memiliki anak lagi. Memberitahu ibu efek samping dari suntuk KB 3 bulan,
diantaranya adalah menstruasi yang tidak teratur. Selanjutnya pengkaji meminta izin kepada
Ny.S bahwa akan menjadi keluarga binaan dan Ny.S bersedia. Pengkaji memberitahu
banhwa akan melakukan kunjungan kedua pada hari senin tanggal 6 September 2021 jam
15.30 WIB.

3.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Kunjungan Ke 2 Pada Ny.S


Hari Senin tanggal 6 September 2021 pukul 15.30 WIB dilakukan kunjungan kedua pada
Ny.S untuk melakukan pemeriksaan fisik.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan : keadaan umum baik, kesadaran Composmentis.
Pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 78x/menit, pernafasan
22x/menit, suhu 36,3 derajat celcius. Pemeriksaan fisik : mata simetris ka/ki, tidak ada secret,
konjungtiva merah mud aka/ki, sclera tidak ikterik ka/ki, hidung tidak ada polip, tidak ada
secret, mulut : lidah bersih, gigi tidak ada caries, tidak ada stomatitis, teling : simetris ka/ki,
tidak ada serumen ka/ki, dada simetris ka/ki, reflek patella positif ka/ki, ekstremitas bawah
simetris ka/ki, jari kaki lengkap ka/ki, kuku bersih ka/ki.
Setelah pemeriksaan dilakukan, pengkaji memberitahu hasil pemeriksaan kepada Ny.S
bahwa saat ini Ny.S dalam keadaan sehat dan normal. Serta menganjurkan untuk tetap
menjaga kesehatan, dan tetap menerapkan protocol kesehatan. Kemudian pengkaji
memberitahu Ny.S jika akan dilakukan kunjungan ketiga dengan memberikan konseling dan
penyuluhan tentang KB MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yang rencananya akan
dilakukan pada tanggal 17 September 2021 jam 10.00 WIB. Ny.S setuju dengan jadwal
kunjungan ketiga, kemudian pengkaji berpamitan dengan ny.S.

3.3 Manajemen Asuhan Kebidanan Kunjungan Ke-3 Pada Ny.S


Hari Jumat tgl 17 September 2021 pukul 10.00 dilakukan kunjungan ketiga kepada Ny.S
dengan tujuan konseling dan penyuluhan KB MKJP.
Konseling dilakukan dengan menggunakan media Lembar Balik KB dengan materi KB IUD,
Implant, Tubektomi, Vasektomi. Materi yang disampaikan tentang manfaat KB MKJP, efek
samping dan efektifitas KB MKJP.
Disela-sela konseling, Ny.S diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan apabila ada
yang tidak dimengerti dari apa yang disampaikan oleh pengkaji. Ny.S mengajukan beberapa
pertanyaan terkait KB MKJP.
Hasil yang diperoleh setelah dilakukan konseling dan penyuluhan, Ny.S memahami materi
yang disampaikan dan akan melakukan diskusi dengan suaminya untuk mengambil
keputusan KB apa yang akan digunakan dengan salah satu jenis KB MKJP.
Pengkaji berpamitan dan mengucapkan terimakasih kepada Ny.S karena telah bersedia
meluangkan waktunya.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kunjungan pertama yang dilakukan kepada Ny.S didapatkan data
sunjektif, yaitu Ny.S berusia 34 tahun, agama islam, suku sunda, pendidikan terahir SMA,
pekerjaan ibu rumah tangga, bertempat tinggal di Rt 04 RW 03 Kelurahan Tanah sareal kota
Bogor. Ny.S memiliki suani bernama Tn.B berusia 38 tahun, agama islam, pendidikan terahir
SMA, suku sunda, pekerjaan POLRI.

Ny.S mengatakan menarche pada usia 12 tahun, memiliki siklus haid 28 hari, lama haid
7-8 hari, mengganti pembalut 2-3 kali sehari. Ny.S telah menikah selama 10 tahun dan sudah
memiliki 3 orang anak dengan jenis kelamin anak pertama perempuan usia 10 tahun, anak kedua
perempuan usia 5 tahun, anak ketiga perempuan usia 4 tahun. Pada saat ini Ny.S menggunakan
KB suntik 3 bulan dan sudah berlangsung selama 2 tahun, dan tidak ingin memiliki anak lagi.

Dari hasil data objektif didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD
110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,5 derajat celcius, BB 58 kg, TB
153,5cm.

Setelah melakukan observasi didapatkan masalah didalam keluarga Ny.S yaitu, mens
tidak teratur selama menggunakan KB suntik 3 bulan dan BB terus bertambah. Ny.S ingin sekali
mens teratur, mengganti metode kontrasepsi tetapi masih bingung untuk menggunakan
kontrasepsi apa yang sesuai dengan keinginannya.

Dari penjelasan Ny.S, penulis memutuskan untuk menjadikan ny.S sebagai keluarga
binaan dan memberikan konseling terkait KB MKJP. Hal ini sesuai dengan teori Yusuf, dkk
(2016) konseling individu adalah hubungan yang dilakukan secara tatap muka antara konselor
dengan klien, yang mana konselor sebagai seseorang yang memiliki kompetensi khusus
memberikan suatu situasi belajar kepada klien yang sebagai orang normal untuk dibantu dalam
mengetahui dirinya sendiri, situasi yang dihadapi dan masa depan, sehingga klien dapat
menggunakan potensinya untuk mencapai kebahagiaan pribadi maupun social dan lebih lanjut
klien akan belajar mengenai bagaimana memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan di masa
depan.

Selanjutnya pada kunjungan ketiga penulis memberikan konseling kepada Ny.S tentang
KB MKJP. Konseling yang diberikan yaitu tentang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang yang
diantaranya yaitu dengan menggunakan IUD, Implat, Tubektomo dan Vasektomi. Selama proses
konseling, Ny.S menyimak dengan baik apa yang disampaikan penulis dan kooperatif dengan
menyampaikan beberapa pertanyaan kepada penulis disela-sela konseling saat sedang
dilaksanakan. Setelah konseling dilakukan penulis melakukan evaluasi dengan menanyakan
keputusan Ny.S terkait KB atau metode apa yang akan digunakan oleh Ny.S. lalu Ny.S
menjawab akan melakukan diskusi dahulu dengan suaminya.

Setelah memberikan asuhan dan konseling tentang Kb MKJP, penulis melakukan


pendokumentasian dari kunjungan pertama sampai kunjungan ketiga dengan menggunakan
manajemen kebidanan SOAP.
BAB V

PENUTUP

2.7 Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan pada Ny. S usia 34 tahun dengan KB MKJP, maka penulis
menyimpulkan :

1. Telah mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada Ny. S usia 34 tahun.
2. Telah mampu melakukan pengkajian diagnosa, masalah dan kebutuhan pada Ny.S usia 34
tahun.
3. Telah mampu melakukan asuhan kebidanan pada Ny.S usia 34 tahun tentang perencanaan
kehamilan.
4. Telah mampu memberikan konseling tentang perencanaan kehamilan kepada Ny.S usia 394
tahun.
5. Telah mampu mengajarkan cara menghitung masa subur kepada Ny.S usia 34 tahun.
6. Telah mampu melakukan evaluasi pada hasil asuhan yang diberikan dengan metode SOAP
pada Ny.S usia 34 tahun.

5.1 Saran
Berdasarkan kunjungan yang sudah dilaksanakan maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut :
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Agar menerapkan manajemen kebidanan dan memberikan asuhan kebidanan serta
memberikan konseling dan penyuluhan dilakukan secara sistematis sehingga pada saat
bekerja di lapangan dapat menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan yang akan
memberikan dampak menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
5.2.2 Bagi Institusi
Agar mengetahui adanya kesenjangan dan faktor-faktor penyebab kesenjangan antara
teori dan praktek sebagai bahan analisa untuk pendidikan praktik kebidanan komunitas
yang akan datang
5.2.3 Bagi Keluarga Binaan
Agar tetap melakukan pola hidup sehat, tetap menerapakn protocol kesehatan, dan
dapat menggunakan potensinya untuk mencapai kebahagiaan pribadi maupun social
dan sehingga bisa memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhannya di masa depan
demi terciptanya keluarga yang berkualitas, sehat dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN.2014.Modul Pengajaran Mempersiapkan Kehamilan Yang Sehat.BKKBN dan UMM.

BKKBN.2017. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Lebih Aman dan Pasti. Retrieved
from https://keluargaindonesia.id/infografik/metode-kontrasepsi-jangka-panjang-mkjp-lebih-
aman-dan-pasti

Fauziah, S.ST.,M.Kes. 2020 Buku Ajar Praktik Asuhan Pelayanan Keluarga Berencana.
Jawa Tengah: Cv.Pena Persada

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, Dan Praktek. Edisi Ke-
5. Jakarta: EGC.

Handayani, Sih Rini Dan Triwik Sri Mulyati. 2017. Bahan Ajar Kebidanan Dokumentasi
Kebidanan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Wahyuni, Elly Dwi. 2018. Bahan Ajar Kebidanan Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Yusuf, A.H., Dkk.2016. Kebutuhan Spiritual (Konsep dan Aplikasi Keperawatan). Jakarta:
Mitra Wacana Media.
LAMPIRAN

Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Ny.S Dengan Konseling KB MKJP di RT 04 RW 03


Kelurahan Tanah Sareal Kecamatan Tanah Sareal Kota bogor

Kunjungan I
Tempat : RT 04 RW 03 Kelurahan Tanah Sareal
Pada Tanggal : 4 September 2021
Pukul : 13.00 WIB
Nama Pengkaji : Yunia Wardah

I. Pengumpulan Data
A. Data Subyektif
1. Identitas / Biodata
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. B
Umur : 34 Tahun Umur : 38 Tahun
Suku : Sunda Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : POLRI
Alamat : RT 04 RW 03 Kelurahan tanah Sareal Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor
2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan bahwa mens tidak lancar dan berat badan selalu naik
selama menggunakan kontrasepsi KB suntik 3 bulan
1) Riwayat Perkawinan
a. Riwayat perkawinan sah, kawin 1 kali
b. Menikah usia 24 tahun dengan suami usia 28 tahun. Lama pernikahan 10 tahun,
memiliki 3 orang anak.
2) Riwayat Menstruasi
a. Menarche : usia 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lama : 6 - 7 hari
d. Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut per hari
e. Teratur /tidak teratur : Teratur
f. Sifat darah : Encer
g. Dismenorhoe : tidak
h. Riwayat Persalinan :
NO Tgl/Thn Tempat Umur Jenis Penolong Anak Nifas Keadaan
Partus Partus Kehamilan Partus Anak
JK BB PB Keadaan Meny Sekarang
usui
1 RB 38 mgg spontan Bidan P Sehat/ 2 Sehat/
Normal tahun Normal
2 RB 36 mgg spontan Bidan P Sehat/ 1 Sehat/
Normal tahun Normal
3 RB 38 mgg spontan Bidan P Sehat/ 2 Sehat/
Normal tahun Normal
3. Riwayat KB
Ibu mengatakan KB suntik 3 bulan
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit serius seperti jantung,
diabetes,hipertensi,TBC dan tidak ada riwayat penyakit menular seksual.
5. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak ada riwayat penyakit serius seperti jantung,
diabetes,hipertensi,TBC dan tidak ada riwayat penyakit menular seksual.
6) Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar
a. Nutrisi
Ibu mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur dan lauk. Minum air putih
kurang lebih 1,5 liter.
b. Pola eliminasi
1. BAB : Ibu BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan
2. BAK :Ibu BAK 5-6 kali sehari, warna kuning, jernih, bau khas feses
c. Pola istirahat
Ibu mengatakan tidur malam sekitar 7-8 jam, jarang tidur siang
d. Pola hygine
Ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 3x seminggu dan
ganti pakaian dalam 2x sehari.
e. Pola seksual
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual dengan baik dengan suaminya.
f. Pola aktifitas
Ibu mengatakan setiap pagi menyapu, mengepel, memasak dan menemani anaknya
sekolah online.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TB : 153,5 cm
BB : 58 kg
Tanda-Tanda Vital : TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/m
N : 80 x/m S : 36,5 C
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Rambut bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe, tidak ada odema
Mata : Simetris Ka/Ki, konjungtiva merah muda Ka/Ki, sklera tidak ikterus Ka/Ki,
tidak ada odema Ka/Ki
Muka : Simetris, tidak odema
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret
Telinga : Simetris Ka/Ki, tidak ada serumen Ka/Ki
Mulut/gigi : bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada caries, lidah bersih
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena
jungularis
Payudara : Simestris Ka/Ki, tidak ada benjolan Ka/Ki, puting menonjol Ka/Ki
Abdomen : Simetris, tidak ada bekas luka operasi
Genetalia : Tidak dilakukan
Anus : Tidak dilakukan
Ekstermitas Atas : Simetris kanan kiri Ka/Ki, jari lengkap Ka/Ki, kuku bersih Ka/Ki,
tidak ada oedema Ka/Ki, tidak ada varises Ka/Ki, pergerakan baik Ka/Ki dan refleks
patella positif Ka/Ki
Ekstermitas Bawah : Simetris kanan kiri Ka/Ki, jari lengkap Ka/Ki, kuku bersih Ka/Ki,
tidak ada oedema Ka/Ki, tidak ada varises Ka/Ki, pergerakan baik Ka/Ki dan refleks
patella positif Ka/Ki
3. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

II.  Analisis Data
Ny. S umur 34 tahun P3A0 Akseptor Kb suntik 3 bulan
III. Masalah Potensial
Mens tidak teratur dan BB naik selama menggunakan kontrasepsi suntik KB 3 bulan
IV. Tindakan Segera
Melakukan Konseling kepada Ny.S tentang KB MKJP           
V.   Perencanaan
1. Beritahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada Ny.S.
2. Edukasi ibu tentang efek samping KB suntik 3 bulan
3. Beritahu Ny.S bahwa akan dijadikan keluarga binaan
4. Beritahu kepada Ny. S bahwa akan dilakukan kunjungan kedua pada tanggal 6 September
2021
5. Dokumentasi hasil kunjungan.
VI. Pelaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada Ny.S.
2. Memberikan edukasi tentang efek samping Kb suntik 3 bulan bahwa salah satu efek
samping KB suntik 3 bulan yaitu mens tidak teraur.
3. Memberitahu kepada Ny.S bahwa akan dijadikan keluarga binaan
4. Memberitahu kepada Ny. S bahwa akan dilakukan kunjungan kedua pada tanggal 6
September 2021
5. Mendokumentasikan hasil kunjungan.
VII. Evaluasi
1. Ny. S sudah tahu dan mengerti hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada Ny.S.
2. Ny. S mengerti dan faham bahwa efek samping KB suntik 3 bulan salah satunya yaitu
mens tidak teratur
3. Ny.S bersedia untuk menjadi keluarga binaan
4. Ny. S sudah tahu dan bersedia akan dilakukan kunjungan kedua pada tanggal 6
September 2021
5. Sudah dilakukan dokumentasi hasil kunjungan.

Manajemen Asuhan Kebidanan Pada An. K Kunjungan ke-2

Hari/Tanggal : Senin, 6 September 2021


Tempat : RT 4 RW 3 Kelurahan Tanah Sareal Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor
Pukul : 15.30 WIB
Pengkaji : Yunia Wardah
A. Subjektif (S)
Ibu mengatakan dalam keadaan sehat wal afiat
B. Objektif (O)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tensi : 110/80 mmHg Nadi : 78x/menit
Pernafasan : 22x/menit Suhu : 36,3 C
C. Assesment (A)
Ny. S umur 34 tahun P3A0 Akseptor Kb suntik 3 bulan
D. Planning (P)
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa Ny.S dalam keadaan baik dan normal
Ev : ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa Ny.S dalam keadaan baik dan normal
2. Memberitahu Ny.S agar tetap menjaga kesehatan dan menerapkan protocol kesehatan.
Ev : Ny.S mengerti dan bersedia menjaga kesehatan dan menerapkan protocol
kesehatan.
3. Memberitahu NY.S bahwa aka nada kunjungan ke-3 pada tanggal 17 september 2021
jam 10.00 WIB dengan materi konseling/ penyuluhan tentang KB MKJP
Ev : Ny.S mengetahui dan bersedia dilakukan kunjungan ke-3 pada tanggal 17
september 2021 dengan materi konseling/ penyuluhan tentang KB MKJP
4. Mendokumentasikan hasil kunjungan kedua.
Ev : pendokumentasian dilakukan.

Manajemen Asuhan Kebidanan Pada An. K Kunjungan ke-3


Hari/Tanggal : Jumat, 17 September 2021
Tempat : RT 4 RW 3 Kelurahan Tanah Sareal Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor
Pukul : 10.00 WIB
Pengkaji : Yunia Wardah
A. Subjektif (S)
Ibu mengatakan dalam keadaan sehat wal afiat
B. Objektif (O)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tensi : 100/80 mmHg Nadi : 82x/menit
Pernafasan : 20x/menit Suhu : 36,5 C
C. Assesment (A)
Ny. S umur 34 tahun P3A0 Akseptor Kb suntik 3 bulan
D. Planning (P)
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa Ny.S dalam keadaan baik.
Ev : ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa dalam keadaan baik.
2. Memberikan konseling/ penyuluhan tentang KB MKJP (pengertia, manfaat, jenis-
jenis KB MKJP, efek samping dan efektivitas).
Ev : Ny.S mengerti dan faham tentang KB MKJP (pengertia, manfaat, jenis-jenis
KB MKJP, efek samping dan efektivitas).
3. Memberikan kesempatan kepada Ny.S untuk bertanya
Ev : Ny.S bertanya tentang IUD dan implant dan berkata akan melakukan diskusi
dengan suaminya terkait KB apa yang akan digunakan selanjutnya dengan memilih
salah satu jenis KB MKJP
4. Mengucapkan terimakasih kepada Ny.S dan keluarga karena sudah bersedia
meluangkan waktunya dan menjadi keluarga binaan.
Ev : Ny.S berterimakasih karena sudah diberikan informasi dan ilmu tentang KB
MKJP.
5. Mendokumentasikan hasil kunjungan ketiga.
Ev : pendokumentasian dilakukan.
JOB SHEET

Mata Kuliah/ Praktikum : Asuhan Kebidanan Komunitas


Kode Mata Kuliah/ Sks : 3 SKS
Materi Pokok : KB MKJP
Semester : 8 (Delapan)
Sasaran : Pasangan Usia Subur
Waktu/ Pertemuan : 30 Menit
Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan

OBJEKTIF PERILAKU SISWA

1. Setelah Mengikuti Konseling, Mahasiswa Dapat Mengerti Dan Memahami Tentang Prosedur
Melakukan Konseling KB MKJP.
2. Mahasiswa Dapat Melakukan Konseling Secara Individu Sesuai Dengan Teori.

DASAR TEORI SINGKAT

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas Kepala Keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.
Keluarga berencana merupakan usaha suami istri untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan
kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah mencegah
sperma laki laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur
yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang didalam rahim
(Purwoastuti, 2015).
Kontrasepsi adalah suatu upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun
menetap dan dapat dilakukan tanpa menggunakan alat secara mekanis, menggunakan obat atau
alat atau secara operasi.
MKJP adalah alat kontrasepsi untuk menunda, menjarangkan kehamilan serta
menghentikan kesuburan yang digunakan dalam jangka panjang. Selain itu, MKJP lebih rasional
dan mempunyai efek samping sedikit.

PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

1. Lembar Balik KB

REFERENSI

BKKBN.2014.Modul Pengajaran Mempersiapkan Kehamilan Yang Sehat.BKKBN dan UMM.


BKKBN.2017. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Lebih Aman dan Pasti. Retrieved
from https://keluargaindonesia.id/infografik/metode-kontrasepsi-jangka-panjang-mkjp-lebih-
aman-dan-pasti

Fauziah, S.ST.,M.Kes. 2020 Buku Ajar Praktik Asuhan Pelayanan Keluarga Berencana.
Jawa Tengah: Cv.Pena Persada

PROSEDUR PELAKSANAAN

N
LANGKAH KLINIK ILUSTRASI GAMBAR
O

1 Memberi salam dan memperkenalkan diri

Key point :

Sapa dan berikan salam kepada klien


secara sopan dan santun.
Memperkenalkan diri dengan jelas nama
da nasal institusi untuk lebih membina
hubungan baik dengan klien

2 Menjelaskan tujuan datang ke rumah klien

Key point :

Memberitahu kepada klien bahwa akan


melakukan konseling tentang KB MKJP.

3 Mencuci Tangan
Key point :
Melakukan cuci tangan 6 langkah dengan
cairan antiseptik

4 Menyiapkan Alat
Key point :
Menyiapkan lembar balik
5 Melakukan konseling tentang KB MKJP

Key point :

Pengertian, manfaat, jenis-jenis KB


MKJP, efektifitas dan efek samping

7 Mempersilahkan klien untuk bertanya


Key point :

Memberikan kesempatan kepada klien


disela-sela konseling/penyuluhan

8 Menutup konseling dengan memberikan


salam

Key point :

Berterima kasih kepada klien karena


sudah meluangkan waktunya dan
mengucapkan salam

SAP KIE KB MKJP (METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG)

MATA KULIAH/ PRAKTIKUM : ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS /


KELUARGA BINAAN
KODE MATA KULIAH/ SKS :
SEMESTER : VIII
SASARAN : AKSEPTOR KB / NY.S
MATERI POKOK : KB MKJP
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 MENIT
PROGRAM STUDI : KEBIDANAN SARJANA TERAPAN

A. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator


1. Standar Kompetensi/Tujuan pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan


melakukan konseling KB MKJP.

2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang KB MKJP.
3. Indikator
Setelah mengikuti pembelajaran tentang KB MKJP mahasiswa dapat:
a. Mampu menjelaskan kepada pasien tentang KB MKJP
b. Mampu menjelaskan pengertian KB MKJP
c. Mamp u menjelaskan manfaat KB MKJP
d. Mampu menjelaskan jenis-jenis KB MKJP
e. Mampu menjelaskan efektivitas KB MKJP
f. Mampu menjelaskan efek samping KB MKJP

B. Materi
Keluarga berencana merupakan usaha suami istri untuk mengukur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi
adalah mencegah sperma laki laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi)
atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan
berkembang didalam rahim (Purwoastuti, 2015).
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan
angka kelahiranyang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan
kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan
menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan
anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan
melahirkan pada usia tua.
Kontrasepsi adalah suatu upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara
ataupun menetap dan dapat dilakukan tanpa menggunakan alat secara mekanis,
menggunakan obat atau alat atau secara operasi.
Metode kontrasepsi meliputi kontrasepsi oral (pil pengontrol kehamilan), kondom
dan preparat yang menghentikan atau membunuhsperma pada saat bersentuhan
(sperimisida-pada busa vagina, krem, jel ),pencabutan sebelum ejakulasi, diafragma,
penutup leher rahim ,metode kalender, kontrasepsi implantasi, kontrasepsi suntikan dan
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan
suami istri yang secara fisik dapat hamil dan memiliki hubungan seks dengan seseorang
lawan jenisnya namun tidak ingin memiliki bayi pada saat itu. Setelah mempelajari tentang
kegunaan dan berbagai metode kontrasepsi, seseorang dapat memilih metode yang paling
cocok.
MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) adalah alat kontrasepsi untuk menunda,
menjarangkan kehamilan serta menghentikan kesuburan yang digunakan dalam jangka
panjang. Selain itu, MKJP lebih rasional dan mempunyai efek samping sedikit.
Manfaat MKJP
1. Efektif mencegah kehamilan hingga 99%
2. Jangka waktu pemakaian lebih lama
3. Biaya terjangkau
4. Tidak mempengaruhi produksi ASI
5. Tidak ada perubahan fungsi seksual
6. Merencanakan kehamilan dan masa depan anak
7. Mencegah resiko kematian ibu saat melahirkan
Jenis MKJP
A. Alat kontrasepsi DALAM Rahim (IUD)
1) Profil
a. Sangat efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun : Cut-
380A)
b. Haid menjadi lebih lama dan banyak
c. Pemasangan dan pencabutan membutuhkan pelatihan
d. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
e. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar PMS
2) Jenis
a. AKDR Cut-380A
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T, disebulungi oleh
kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu)
b. AKDR yang lain beredar di Indonesia adalah NOVA T (Schering)
3) Mekanisme kerja
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b. Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilitas
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
4) Indikasi
a. Usia reproduksi
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui banyinya
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Risiko rendah dari IMS
h. Tidak mengehendaki metode hormonal
i. Tidak menyukai untuk mengingat ingat minum pil setiap hari
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama
5) Kontraindikasi
a. Sedang hamil atau di duga hamil
b. Perdrahan pervaginam yang belum jelas diketahui penyebanya
c. Sedang menderita infeksi genetalia
d. Kelainan bawaan uterus yang abnormal/tumor jinak rahim yang dapat dipengaruhi
kavum uteri
e. Penyakit trofoblas yang ganas
f. Diketahui menderita TBC pelvic
g. Kanker alat genetalia
h. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
6) Efek samping
a. Amenore
b. Kejang
c. Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
d. Benang yang hilang
e. Adanya pengeluaran cairan dari vagina/di curigai adanya PRP
7) Waktu penggunaan
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenore laktasi
(MAL)
d. Perlu diingat angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam
pascapersalinan
e. Setelah abortus atau keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak
gejala infeksi
f. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi
8) Cara pemasangan AKDR
a. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakuakn dan mempersilakan klien
mengajukan pertanyaan
b. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa
langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai pada langkah-
langkah tersebut
c. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya
d. Periksa genetalia eksterna
e. Lakukan pemeriksaan speculum
f. Lakukan pemeriksaan panggul
g. Lakukan pemeriksaan mikroskopik
h. Masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya
i. Masukkan speculum dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic
j. Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks
k. Masukkan sonde uterus
l. Pasang AKDR Copper T 380A
B. Implant
1) Profil
a. Dua kapsul tipis, fleksibel berisi levonorgestrel (LNG) yang disipkan di
bawah kulit lengan atas seseorang wanita
b. Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant atau
Implanon
c. Nyaman
d. Dapat di pakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
e. Pemasangan dan pencabutan oleh bidan/dokter terlatih
f. Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut
2) Cara Kerja
a. Lendir serviks menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
c. Mengurangi transportasi sperma
d. Menekan ovulasi
3) Efektifitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan)
4) Keuntungan kontrasepsi
a. Daya guna tinggi
b. Perlindungan jangka panjang
c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e. Bebas dari pengaruh estrogen
f. Tidak mengganggu kegiatan senggama
g. Tidak mengganggu ASI
5) Keuntungan Non kontrasepsi
a. Mengurangi nyeri haid
b. Mengurangi jumlah darah haid
c. Mengurangi/ memperbaiki anemia
d. Melindungi terjadinya kanker endometrium
e. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
f. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
C. Tubektomi (Pada Perempuan)
Tindakan operasi pengikatan atau pemotongan pada saluran telur wanita. Metode ini
untuk pasangan usia subur yang tidak menginginkan anak lagi. Efektif mencegah
kanker ovarium. Tindakan dilakukan di Rumah Sakit.
D. Vasektomi (Pada Laki-Laki)
Ketika bersenggama cairan mani yang keluar tidak mengandung sperma karena adanya
sayatan kecil dan pengikat pada salurannya. Biaya murah, sekali tindakan dan dapat
segera beraktivitas. Vasektomi tidak mempengaruhi kejantanan pada pria.
C. Alat
Lembar Balik KB
D. Metode dan Media
Metode : Konseling/ penyuluhan dan Tanya jawab
Media : Lembar Balik KB

E. Langkah Pembelajaran
NO Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Pembukaan 1. Memberi salam 1. Klien menjawab salam
( 5 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Klien mendengarkan dengan
3. Menjelaskan tujuan kunjungan seksama
3. Klien mengerti dengan tujuan
kunjungan yang disampaikan

2Isi 1. Menjelaskan tentang 1. Klien mendengar dan mengerti


(20 menit) pengertian KB MKJP, penjelasan yang di berikan.
manfaat, jenis-jenis KB MKJP,
efektivitas dan efek samping
KB MKJP
2. Memberikan kesempatan 2. Klien bertanya.
kepada klien untuk bertanya
Penutup 1. Mengevaluasi, ngucapkan 1. Klien memperhatikan
(5 menit) terimakasih kepada klien
karena sudah meluangkan
waktunya
2. Memberikan salam penutup 2. Klien mejawab salam

F. Evaluasi
1. Struktural
a. Persiapan tempat
b. Persiapan waktu (kontrak waktu)
2. Proses
a. Selama konseling, klien aktif dalam bertanya
b. Mahasiswa mampu menjelaskan materi dengan jelas dan mudah dimengerti
3. Hasil
Mahasiswa mampu melakukan konseling tentang KB MKJP dan membantu pasien
memilih KB atau merencanakan KB yang akan digunakan.

G. Daftar Pustaka / Referensi


BKKBN.2014.Modul Pengajaran Mempersiapkan Kehamilan Yang Sehat.BKKBN dan
UMM.
BKKBN.2017. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Lebih Aman dan Pasti.
Retrieved from https://keluargaindonesia.id/infografik/metode-kontrasepsi-jangka-panjang-
mkjp-lebih-aman-dan-pasti
Fauziah, S.ST.,M.Kes. 2020 Buku Ajar Praktik Asuhan Pelayanan Keluarga Berencana.
Jawa Tengah: Cv.Pena Persada

Jakarta, September 2021


Dosen Pembimbing

(Madinah, S.ST,M.KM)

DAFTAR TILIK

KONSELING KB MKJP
Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai berikut :
0. Kurang : Bila langkah klinik tidak dilakukan
1. Cukup : Langkah klinik dilakukan tetapi tidak mampu mendemonstrasikan sesuai prosedur
2. Mampu : Langkah klinik dilakukan dengan bantuan, kurang terampil atau kurang Cek dalam
mendemonstrasikan dan waktu yang diperlukan relative lebih Lama menyelesaikan tugas
3. Baik : Langkah klinik dilakukan dengan bantuan, kurang percaya diri.
Kadang- Kadang tampak cemas dan memerlukan waktu yang dapat dipertanggung
jawabkan
4. Sangat Baik : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan tepat sesuai dengan teknik dalam lingkup
kebidanan dan waktu efisien

PENILAIAN
No Langkah Kerja
A PERSIAPAN
PERSIAPAN TEMPAT
Tempat yang nyaman, aman dan bersih
PERSIAPAN ALAT
Lembar Balik KB
TINDAKAN
Mengucap salam
Memperkenalkan diri

Mencuci tangan
Menjelaskan maksud dan tujuan konseling
Menjelaskan pengertian KB MKJP, manfaat,
jenis-jenis Kb MKJP, efektiitas dan efek
samping KB MKJP
Mempersilahkan ibu untuk bertanya jika ada
yang ingin ditanyakan
Mengucapkan terima kasih kepada ibu dan
berpamitan dengan mengucapkan salam
TEKNIK

Teruji menjelaskan secara sistematis


Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti,
sopan dan santun selama konseling
Kontak mata selama konseling berlangsung
Memberikan kesempatan untuk klien bertanya
dan memberikan umpan balik
Menutup konseling dengan mengucapkan salam
Melakukan pendokumentasian
JUMLAH
NILAI
KETERANGAN

NILAI = ∑SKOR YANG DIDAPATKAN X 100% = ...


15

Jakarta, September 2021

Pembimbing

(Madinah, S.ST,.M.K.M)
LEMBAR BALIK KB

Anda mungkin juga menyukai