Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY.

E USIA 55 TAHUN
RESIKO TINGGI PENGGUNAAN KB PIL PADA USIA
PRAMENOUPOSE DI RT 03 RW 07 KAMPUNG KARYAWANGI
KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT
TAHUN 2020

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Kerja Lapangan Kebidanan

Chelsea Putri Lisdiani


2117095

D III KEBIDANAN STIKES RAJAWALI BANDUNG


TAHUN 2020

1
2

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY. E USIA 55 TAHUN
RESIKO TINGGI PENGGUNAAN KB PIL PADA USIA
PRAMENOUPOSE DI RT 03 RW 07 KAMPUNG KARYAWANGI
KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT
TAHUN 2020

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA

Laporan individu KK Binaan


telah memenuhi persyaratan dan disetujui
Tanggal,

Menyetujui dan Mengesahkan

Koordinator KLK Pembimbing KK Binaan


Tahun ajaran 2019/ 2020

Liawati, S.S.T., M.Kes Diani Aliansy, S.S.T.,M.Kes

Mengetahui,
Ketua Prodi D III Ilmu Kebidanan
STIKES Rajawali

Erni Hernawati, S.S.T., M.M., M.Keb


3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
berkah, rahmat, dan karunia – Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
laporan Individu mengenai “ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA
NY. E USIA 55 TAHUN RESIKO TINGGI PENGGUNAAN KB PIL PADA
USIA PRAMENOUPOSE DI RT 03 RW 07 KAMPUNG KARYAWANGI
KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT
TAHUN 2020” tepat pada waktunya. Laporan individu ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kerja Lapangan Kebidanan
(KLK).
Berkat dukungan dan bantuan dari semua pihak, akhirnya penulis dapat
mengatasi berbagai kesulitan dalam penyusunan laporan individu ini. saya
mendapat pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini saya
mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat:
1. Tonika Tohri, S.kp., M.Kes. selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Rajawali Bandung.
2. Erni Hernawati., S. S. T., M.M., M.Keb selaku Ketua Program Studi
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali Bandung.
3. Liawati, S.S.T., M.Kes. selaku Koordinator Kerja Lapangan Kebidanan
(KLK)
4. Liawati, S.S.T., M.Kes selaku Pembimbing Kerja Lapangan Kebidanan
(KLK)
5. Seluruh dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali Bandung yang
telah memberikan ilmu sebagai bekal pelaksanaan melakukan praktik
Kerja Lapangan Kebidanan.
Secara khusus saya mengucapkan terimakasih banyak kepada
pembimbing studi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada saya
selama penyusun laporan praktik ini. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada
seluruh mahasiswa kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali Bandung,
serta kepada pihak yang bersangkutan.
4

Dalam penyusunannya saya sebagai penulis menyadari bahwa laporan ini


masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis mohon maaf kepada semua pihak
yang terkait apabila masih banyak kekurangan dan kesalahan yang terdapat pada
laporan ini, kritik dan saran yang membangun saya harapkan dari pembaca.
Semoga laporan individu kasus ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Februari 2020

Penulis
5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan
kelompok masyarakat (komunitas). Individu yang dilayani adalah bagian dari
keluarga atau komunitas. Pelayanan ini mencakup upaya pencegahan
penyakit, pemeliharaan dan peningkatan, serta penyembuhan serta pemulihan
kesehatan. Sasaran utama kebidanan komunitas adalah ibu dan balita yang
berada didalam keluarga dan masyarakat. Bidan memandang pasiennya
sebagai makhluk sosial. Yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh
kondisi eknomi, politi, sosial budaya tertentu dan dipengaruhi oleh ondisi
ekonomi, politik, sosial budaya dan lingkungan sekitarnya. Unsur-unsur yang
tercakup dalam kebidanan komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan,
linkungan, pengetahuan serta tekonologi (Maternity, 2017).
Perkembangan nasional dibidang kesehatan bertujuan untuk mencapai
kemampuan untuk hidup sehat, bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan kesehatan
masyarakat secara optimal diperlukan peran serta masyarakat dan sumber daya
masyarakat (Ismainar, 2015).
Dalam pelaksanaanya, sasaran pelaksanaan program KB yaitu Pasangan
Usia Subur (PUS). Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri
yang terikat dalam perkawinan yang sah, yang istrinya berumur antara 15
sampai dengan 49 tahun (Kemenkes RI, 2017).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya
itu bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen. Pemakaian
kontrasepsi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi fertilitas.
Jenis-jenis metode kontrasepsi memiliki tingkat efektivitas yang tinggi untuk
mencegah kehamilan, akan tetapi efektivitas kontrasepsi juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu perilaku dan sosial budaya pemakainya (BKKBN,
2012).
KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu
khususnya ibu dengan kondisi 4T yaitu terlalu muda melahirkan (dibawah usia
20 tahun), Terlalu sering melahirkan, Terlalu dekat jarak melahirkan, dan
Terlalu tua melahirkan (diatas usai 35 tahun) (Kemenkes RI, 2016).

Bedasarkan data Rt 03 dari 29 kk 1 keluarga diantaranya mengalami


masalah yaitu Resiko Tinggi yang ada di desa Karyawangi untuk menghindari
lebih banyak masalah kesehatan pada ibu, maka adanya Keluarga Binaan
(KABIN) yang ditangani saat ini, Ibu Resiko tinggi yang tidak mau ber KB.
Untuk itu akan diberikan konseling dan penyuluhan untuk mengatasi masalah
saat ini yang terjadi pada ibu. “ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
PADA NY. E USIA 55 TAHUN RESIKO TINGGI PENGGUNAAN KB
PIL PADA USIA PRAMENOUPOSE DI RT 03 RW 07 KAMPUNG
KARYAWANGI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN
BANDUNG BARAT TAHUN 2020”

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan kemampuan dan keterampilan dalam
Asuhan Kebidanan di Komunitas khususnya pada Ny. U dengan cara
memberikan penyuluhan mengenai resiko penggunaan kontrasepsi pil pada
usia pramenoupouse
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menggambarkan tingkat pengetahuan Ny. U tentang metode
kontrasepsi dengan pemakaian kontrasepsi jangka panjang

6
7

2. Mahasiswa mampu Menggambarkan pemakaian kontrasepsi jangka


panjang
3. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan wanita pramenopouse
tentang metode kontrasepsi dengan pemakaian kontrasepsi jangka
panjang .

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Bagi perkembangan ilmu pengetahuan diharapkan dapat memberikan
pengetahuan serta wawasan baru bagi bidan dimasa yang akan datang
mengenai tindakan yang harus dilakukan untuk memberikan asuhan
kebidanan pada ibu pramenoupose tentang metode kontrasepsi dan
pemakaian kontrasepsi jangka panjang.
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Keluarga Ny. E
Dapat memberikan informasi kepada ibu praqmenoupose tentang
metode kontrasepsi dan pemakaian kontrasepsi jangka panjang.
2. Bagi RW dan RT
Menambah pengetahuan masyarakat tentang permasalahan yang ada
dilingkungan setempat dan dapat meningkatkan peran serta masyarakat.
Pada saat bersosialisasi dengan masyarakat diharapkan RW.07 RT.03
Desa Karyawangi dapat menambahkan penyuluhan ibu pramenoupuse
tentang metode kontrasepsi dan pemakaian kontrasepsi jangka panjang.
3. Bagi STIKes Rajawali Bandung
Dapat memberikan gambaran, informasi dan mafaat bagi lembaga
pendidikan untuk mengembangkan pengetahuan dan membandingkan
mengenai penerapan teori perkuliahan baik di institusi pendidikan
maupun dilahan praktik khususnya dalam asuhan kebidanan komunitas.

7
8

1.4 Ruang lingkup


Adapun ruang lingkup dalam pemberian asuhan kebidanan komunitas ini
yaitu meliputi upaya-upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, diagnosis dini
dan penatalaksanaan yang tepat guna serta kemitraan antara bidan sebagai
tenaga kesehatan yang diambil oleh penulis yaitu asuhan kebidanan komunitas
pada ibu pramenoupose tentang penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang.

8
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KB
2.1.1 Pengertian
Keluarga berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah yang
dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah
penduduk. Program Keluarga Berencana menurut pemerintah adalah agar
keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi
pada pertumbuhan yang seimbang (Irianto, 2014).
Keluarga berencana adalah (family planning) adalah gerakan untuk
mewujudkan keluarga kecil sejahtera dan bahagia melalui penurunan
tingkat kelahiran secara bermakna. Keluarga berencana merupakan upaya
peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia sejahtera (Yanti, 2011).
Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan yang disadari. Metode
kontrasepsi meliputi metode barier, kontrasepsi hormonal, alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR), sterilisasi, dan metode perilaku, sedangkan
kontrasepsi darurat efktif hingga beberapa hari setelah berhubungan seks
(Marmi, 2016).

9
Metode yang paling efektif adalah yang tahan lama dan tidak
memerlukan kunjungan perawatan kesehatan secara terus-menerus.
Kontrasepsi mantap, kontrasepsi implant, dan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) memiliki tingkat kegagalan pada tahun pertama kurang dari 1%.
Pil kontrasepsi hormonal, koyo atau cincin, dan metode amenore laktasi
(MAL), bila digunakan dengan ketat, juga memiliki tingkat kegagalan
pada tahun pertama (atau untuk MAL, enam bulan pertama) kurang dari
1% (Marmi,2016).
2.1.2 Jenis Kontrasepsi
Metode kontrasepsi dapat dikelompokkan menurut :
1. Pemakainya yaitu untuk laki-laki atau perempuan.
a. Kontrasepsi untuk wanita
1) Metode mekanis :
a) Kap serviks (cervical cap)
b) Diafragma
c) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/ intra uterine device
(IUD)
2) Metode hormonal/kimiawi
a) Pil KB
b) Suntikan KB
c) Implant/ susuk KB
d) Spermaticide
3) Metode operatif : Medis Operatif Wanita (MOW)/Tubektomi
b. Kontrasepsi untuk laki-laki :
1) Metode mekanis : kondom KB
2) Metode operatif : Medis Operatif Pria (MOP)Vasektomi
2. Metodenya yaitu sederhana atau modern.
a. Metode kontrasepsi sederhana/ Alamiah/ Tradisional :
1) Metode kalender/ pantang berkala/ metode ritmil dari knaus dan
ogino (The Safe Period)
2) Metode suhu basal

26
27

3) Metode lender serviks/ metode ovulasi


4) Metode sanggama terputus (coitus interuptus)
5) Tidak langsung berefek kontrasepsi : metode laktasi (menyusui)
6) Aborsi
b. Metode kontrasepsi modern/konvensional :
1) Metode mekanis :
a) Kondom KB
b) Kap serviks (cervical cap)
c) Diafragma
d) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/ Intra uterine Device
(IUD)
2) Metode hormonal :
a) Pil KB
b) Implant/ susuk KB
c) Suntikan KB
3) Kimiawi :
a) Supositorial
b) Jelly/ cream/ pasta
c) Tissue
d) Tablet berbusa
e) Aerosol
4) Metode operatif :
a) Medis Operatif Wanita (MOW)/ Tubektomi
b) Medis Operatif Pria (MOP)/ Vasektomi
3. Tujuan pemakaian yaitu untuk menunda kehamilan, mengatur
kehamilan, atau untuk mengakhiri kesuburan (Marmi,2016).
2.2.3 Metode Kontrasepsi Sederhana
Kontrasepsi berasal dari kata ‘kontra’ yang berarti
mencegah/menghalangi dan ‘konsepsi’ yang berarti pembuahan atau
pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi adalah suatu
28

cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan


antara sel telur dengan sperma (Marmi,2016).

Kontrasepsi ilmiah adalah suatu upaya mencegah atau menghalangi


pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma dengan
menggunakan metode-metode yang tidak membutuhkan alat ataupun
bahan kimia (yang menjadi cirri khas metode perintang) juga tidak
memerlukan obat-obatan (Marmi,2016).
2.2.4 Metode Kalender
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/ metode
kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan
tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/
ovulasi (Marmi, 2016).
1. Manfaat
a. Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan
b. Untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saat
masa subur/ ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bias hamil
(Marmi, 2016).
2. Keuntungan
a. Lebih sederhana.
b. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
c. Tidak membutuhkan alat.
d. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
e. Tidak memerlukan biaya.
3. Keterbatasan
a. Memerlukan kerja sama yang baik antara suami istri.
b. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
c. Suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
d. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
e. Harus mengamati siklus mentruasi.
f. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain
(Marmi,2016).
29

2.2.5 Metode Suhu Basal


Metode suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh
selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu
basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum
melakukan aktivitas lainnya (Marmi, 2016).
1. Manfaat
a. Manfaat konsepsi pada metode suhu basal berguna bagi pasangan
yang menginginkan kehamilan.
b. Manfaat kontrasepsi pada metode suhu basal berguna bagi
pasangan yang menginginkan mengindari atau mencegah
kehamilan (Marmi, 2016).
2. Keuntungan
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada suami istri
tentang masa subur/ ovulasi.
b. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur
mendeteksi masa subur/ ovulasi.
c. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan
kesempatan untuk hamil.
d. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat
mengalami masa subur/ ovulasi seperti perubahan lender serviks.
e. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu
sendiri (Marmi, 2016).
3. Keterbatasan
a. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
b. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
c. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan
tidur, merokok, alkohol, stress, penggunaan narkoba.
d. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
e. Tidak mendeteksi awal masa subur.
f. Membutuhkan masa pantang yang lama (Marmi, 2016).
30

2.2.6 Metode Pengamatan Lendir Serviks


Metode lendir serviks merupakan cara mengenali masa subur dari
siklus menstruasi dengan mengamati lender serviks dan perubahan rasa
pada vulva menjelang hari-hari ovulasi (Marmi, 2016).
1. Manfaat
Metode lendir serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu
dengan berpantang senggama pada masa subur, dan bagi wanita yang
menginginkan kehamilan (Marmi, 2016).
2. Kelebihan
a. Mudah digunakan.
b. Tidak memerlukan biaya.
c. Merupakan metode keluarga berencana alami yang mengamati
tanda-tanda kesuburan (Marmi, 2016).
3. Keterbatasan
a. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan
dengan metode kontrasepsi lain.
b. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh tubuh
alat kelaminnya.
c. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan
tanda-tanda kesuburan.
d. Wanita yang menghasilkan sedikit lender (Marmi, 2016).
2.2.7 Metode Amenorea Laktasi
Metode amenorea laktasi adalah metode kontrasepsi sementara yang
mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan
ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya.
1. Manfaat
a. Efektivitas tinggi 98% apabila digunakan selama 6 bulan pertama
melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui eksklusif.
b. Dapat segera dimulai setelah melahirkan.
c. Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat.
d. Tidak memerlukan pengawasan medis.
31

e. Tidak mengganggu senggama.


f. Mudah digunakan.
g. Tidak perlu biaya.
h. Tidak menimbulkan efek samping sistemik
i. Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama (Marmi, 2016).
2. Keuntungan
a. Untuk bayi adalah mendapatkan kekebalan pasif, peingkatan gizi,
mengurangi risiko penyakit menular, dan terhindar dari keterpaparan
terhadap kontaminasi air, susu formula atau alat minum yang
dipakai.
b. Untuk ibu adalah mengurangi perdarahan post partum, membantu
proses involusi uteri (uterus kembali normal), mengurangi risiko
anemia, dan meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi
(Marmi,2016).
3. Keterbatasan
a. Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan.
b. Metode ini efektif digunakan selama 6 bulan setelah melahirkan,
belum mendapat haid dan menyusui secara eksklusif.
c. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk Hepatitis
B ataupun HIV/AIDS.
d. Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak menyusui.
e. Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif
(Marmi, 2016).
2.2.8 Metode Senggama Terputus (Coitus interuptus)
Metode sanggama terputus adalah metode keluarga berencana
alamiah, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum
mencapai ejakulasi (Marmi, 2016).
1. Manfaat
a. Alamiah.
b. Efektif bila dilakukan dengan benar.
c. Tidak mengganggu produksi ASI.
32

d. Tidak ada efek samping.


e. Tidak membutuhkan biaya.
f. Tidak memerlukan persiapan khusus.
g. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
h. Dapat digunakan setiap waktu (Marmi, 2016).
2. Keterbatasan
a. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan
tumpahan sperma selama senggama.
b. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.
c. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan
setelah interuptus coitus.
d. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.
e. Kurang efektif untuk mencegah kehamilan (Marmi, 2016).
2.2.9 Metode Kontrasepsi Modern
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya konsepsi sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sel sperma dengan menggunakan alat
atau obat-obatan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen
dan progesteron.
Berdasarkan jenis dan cara permakaiannya dikenal tiga macam
kontrasepsi hormonal yaitu : Kontrasepsi Suntikan, Kontrasepsi Oral, (pil),
dan Kontrasepsi Implan, AKDR, MOW dan MOP (Marmi, 2016).
a. Pil KB (oral Contraceptives Pill)
Pil KB oral Contraceptives Pill merupakan alat kontrasepsi
hormonal yang berupa obat dalam bentuk pil yang dimasukkan melalui
mulut (diminum), berisi hormone estrogen dan atau progesterone, yang
bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan
dengan menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya
(Marmi,2016).
33

Jenis Pil KB secara umum antara lain :


1. Pil Kombinasi atau Combination Oral Contraceptive Pill. Pil KB
yang mengandung estrogen dan diminum sehari sekali.
a. Jenis Pil KB Kombinasi
1) Monofasik
Monofasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasa
21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesterone
dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Menurut Everett (2008), Pil jenis ini adalah jenis pil yang
paling banyak digunakan.
2) Bisfasik
Bisfasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesterone
dengan dua dosis yang berbeda, denagan 7 tablet tanpa
hormone aktif. Masih menurut Everett (2008), Biasanya pil ini
diberi kode dengan warna yang berbeda, misalnya BinNovum.
3) Trifasik
Trifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif esterogen dan progesteron
dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormone
aktif.
2. Minipill. Pil KB yang hanya mengandung progesterone saja dan
diminum sehari sekali.
3. Pil Sekunseal.
Pil ini dibuat seperti urutan hormone yang dikeluarkan ovariun pada
tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormone tersebut, estrogen
hanya diberikan selama 14-16 gen pertama 5-7 hari terakhir (Marmi,
2016).
1. Cara kerja
a. Mencegah implantasi.
b. Menghambat ovulasi.
34

c. Mengentalkan lender serviks.


d. Memperlambat transpotasi ovum.
e. Menekan perkembangan telur yang telah dibuahi.
2. Keuntungan
a. Tidak mengganggu hubungan seksual.
b. Mudah dihentikan setiap saat.
c. Jangka panjang.
d. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
e. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
3. Efek samping
a. Penigkatan risiko thrombosis vena, emboli paru, serangan
jantung, stroke dan kanker leher Rahim.
b. Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan.
c. Penurunan libido
d. Mual.
e. Pendarahan bercak atau spotting.
f. Pusing.
g. Amenorea.
h. Nyeri payudara.
i. Kenaikan berat badan (Marmi, 2016).
2.2.10 Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang
disuntikan ke dalam tubuh wanita secara periodic dan mengandung
hormonal, kemudian masuk ke dalam pembulu darah diserap sedikit demi
sedikit oleh tubuh yang berguna untuk mencegah timbulnya kehamilan
(Marmi, 2016).
1. Jenis KB Suntik
a. Kontrasepsi Suntik Progestin
Adalah suatu sintesa progestin yang mempunyai efek progestin asli
dari tubuh wanita dan merupakan suspensi steril medroxy
progesterone acetate dalam air, yang mengandung progesterone
35

acetate 150 mg. tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanyya


mengandung progestin, yaitu :
1) Depoprovera, mengandung 150 mg DMPA (Depo Medroxi
Progesteron Asetat), yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuscular
2) Depo Noristerat, mengandung 200 mg Noretindron Enantat, yang
diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular.
b. Kontrasepsi Suntik Kombinasi
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang mengandung kombinasi
antara progestin dan estrogrn,yaitu:
1) Cyclofem berisi 25 mg DMPA dan 5 mg Estradiol sipionat yang
diberikan setiap bulan dengan cara disuntik intramuscular
2) Kombinasi 50 mg Noretindrone Enantat dan 5 mg Estradiol
Valerat yang diberikan setiap bulan dengan cara intramuskular
(Marmi, 2016).
2. Cara kerja
a. Menekan ovulasi.
b. Membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu.
c. Perubahan pada endometrium sehingga implantasi terganggu.
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Marmi, 2016).
3. Keuntungan
a. Sangat efektif.
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
f. Klien tidak peril menyimpan pil.
g. Dapat digunakan oleh perempuan >35 tahun sampai
perimenopause.
36

h. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.


i. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
j. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
k. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (Marmi, 2016).
4. Indikasi
a. Usia reproduksi.
b. Setelah melahirkan.
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e. Perokok.
f. Setelah abortus atau keguguran.
g. Telah banyak anak tetapi belm menghendaki tubektomi.
h. Sering lupa meggunakan pil kontrasepsi.
i. Tidak dapat menggunakan kontrasepsi berestrogen.
j. Anemia defisiensi besi Teknan darah <180/110 mmHg. Dengan
masalah pembukuan darah atau anemia bulan sabit.
k. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiurat) atau obat
teberkulosis (rifampisin).
l. Mendekati usia menopause yang tidak mampu atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (Marmi, 2016).
5. Efek Samping
a. Gangguan haid (ini yang paling sering terjadi) Amenorhoe, Spotting,
dan Metrorhagia.
b. Sakit kepala.
c. Penambahan berat badan.
d. Keputihan.
e. Depresi.
f. Pusing dan mual.
g. Menurunkan libido (Marmi, 2016).
6. Kontraindikasi
a. Hamil atau diduga hamil.
37

b. Menyusui.
c. Perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya.
d. Penyakit hati akut.
e. Usia > 35 tahun yang merokok.
f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi >
180/110 mmHg.
g. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20
tahun.
h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau
migrain.
i. Keganasan pada payudara (Marmi, 2016).
2.2.11 Implant / Susuk KB
Implant adalah alat kontrasepsi berupa kapsul kecil karet terbuat
dari silikon, berisi levonorgestrel, terdiri 6 kapsul kecil dan panjang 3 cm
sebesar batang korek api yang disusukan di bawah kulit lengan atas bagian
dalam oleh dokter atau bidan yang sudah terlatih (Marmi, 2016).
1. Jenis Implant
A. Non Biodegradable Implant
1) Norplant Terdiri dari (6 kapsul) berisi hormon levonegestrel daya
kerja 5 tahun, Norplan-2 (2 batang) berisi hormon levonegestrel
daya kerja 3 tahun, Satu batang berisi ST-1455 daya kerja 2
tahun. Direncana telah siap pakai tahun 2000, satu batang berisi
hormon 3-kote desogestrel daya kerja 3,5-4 tahun.
2) Biodegradable Implant
Biodegradable Implant melepaskan progestin dan bahan pembawa
/ pengangkut yang secara perlahan – lahan larut di dalam jaringan
tubuh pembawa sama sekali tidak diperlukan untuk dikeluarkan
lagi seperti pada norplant (Marmi, 2016).
2. Keuntungan Implant
a. Daya guna tinggi.
b. Perlindungan jangka panjang.
38

c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.


d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
e. Bebas dari pengaruh estrogen.
f. Tidak menggangu ASI.
g. Tidak menggangu kegiatan senggama.
h. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
i. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan (Marmi, 2016).
3. Kerugian / efek samping
a. Perubahan pola haid.
b. Perdarahan bercak (spotting).
c. Hipermenorea.
d. Amenorea.
e. Sakit kepala.
f. Perubahan berat badan.
g. Perubahan suasana hati.
h. Depresi (Marmi, 2016).
4. Indikasi
a. Usia reproduksi.
b. Tidak miliki anak ataupun belum punya anak.
c. Menhendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
d. Menyusui dan belum membutuhkan kontasepsi.
e. Pasca persalinan dan tidak menyusui (Marmi, 2016).
5. Kontradikasi
a. Hamil dan atau dicurigai adanya kehamilan.
b. Perdarahan abnormal dari uterus yang belum diketahui diagnosisnya.
c. Bejolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
d. Diabetes mellitus / penyakit endokrin lainnya.
e. Psikosis, neurosis.
f. Ada riwayat mola hidatidosa.
g. Varises berat.
39

h. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.


i. Mioma uterus dan kanker payudara.
j. Gangguan toleransi glukosa.
k. Penyakit jantung dan hipertensi (Marmi, 2016).
2.2.12 AKDR
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah satu alat kontrasepsi
modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan
dan masa aktif fungsi kontrasepsi) yang di masukkan kedalam rahim yang
sangat efektif, reversible dan berjangka panjang, dan dapat dipakai oleh
semua perempuan usia reproduksi sebagai suatu usaha pencegahan
kehamilan (Affandi, 2014).
Walaupun alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) digunakan oleh
kurang dari satu persen wanita beresiko hamil di Amerika Serikat. Jenis ini
merupakan kontrasepsi reversible yang paling banyak digunakan di
seluruh dunia. Alat kontrasepsi ini menggunakan berbagai bahan dengan
bentuk beragam. Biasanya bahan dasar alat kontrasepsi tersebut adalah
polietilen, suatu plastik elastis. Bahan dasar alat kontrasepsi tersebut
haruslah plastik elastis. Bahan dasar alat kontrasepsi tersebut haruslah
1. Tidak menyebabkan inflamasi pada uterus yang normal,
2. Merupakan alat yang fleksibel saat dimasukkan dan dilepas, dan
3. Mampu mempertahankan “ingatannya” sehingga alat kontrasepsi
tersebut dapat kembali kebentuknya semula ketika berada pada
posisinya di dalam tubuh.
AKDR memiliki sambungan ke serviks berupa untaian benang.
Benang-benang. Benang-benang ini memudahkan pelepasan alat
kontrasepsi dan memungkinkan seorang wanita memeriksa dirinya secara
berkala untuk memastikan apakah AKDR tetap ditempat, dan
memungkinkan pemeriksaan dengan cepat mengidentifikasi keberadaan
AKDR.
Ada dua jenis AKDR yakni yang mengandung obat (medicated) dan
tidak mengandung obatt (non-medicated). AKDR yang mengandung obat
40

adalah alat kontrasepsi yang ditambahkan zat kimiawi ke dalam bahan


dasarnya untuk meningkatkan keefektifan alat ini dengan menurunkan
angka kehamilan, angkat alat kontrasepsi yang lepas dari tubuh secara
spontan, dan meminimalkan efek samping penggunaan AKDR. Dua jenis
AKDR yang tersedia di Amerika Serikat merupakan jenis yang
mengandung obat, yakni Copper T 380A (ParaGard) dan sistem intrauterus
pelepas levonogestrel (LNG-IUS/ Mirena). AKDR tanpa obat meliputi
Loop Lippers, yang sampai saat ini masih digunakan di Indonesia.
Beberapa pengguna AKDR menunjukan respons yang baik terhadap
pengguna AKDR karena metode kontrasepsi ini tidak berkaitan langsung
dengan aktivitas hubungan seksual itu sendiri. Keuntungan tambahannya
ialah bahwa wanita yang menggunakan AKDR tidak perlu memikirkan
persiapan.

1. Jenis AKDR
a. AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
b. AKDR Nova T (schering) (Affandi, 2014).
2. Cara Kerja
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
(Affandi, 2014).
3. Keuntungan
a. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
b. Metode jangka panjang.
c. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ngingat.
d. Tidak mengganggu hubungan seksual.
e. Tidak mempengaruhi kualitas ASI.
f. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus.
41

g. Dapat digunakan sampai menopause.


h. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
i. Membantu mencegah kehamilan ektopik.
j. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
(Marmi, 2016).
4. Kerugian
a. Perubahan siklus menstruasi (umumnya pada 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan).
b. Haid lebih lama dan banyak.
c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
d. Saat haid lebih sakit (Marmi, 2016).
5. Kontraindikasi
Berikut adalah kontraindikasi pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) pada seorang wanita, yang dilakukan oleh bidan.
1. Kehamilan
a. Dipastikan
b. Dicurigai
c. Kemumngkinan (mis, bila seorang wanita melakukan koitus tanpa
menggunakan metode kontrasepsi yang valid sejak periode
menstruasi yang valid sejak periode mentruasi normal terakhir).
2. Penyakit inflamasi pelvik (PID)
a. Riwayat PID kronis
b. Adanya PID akut atau subakut
c. Riwayat PID dalam tiga bulan terakhir, termasuk endometritis
pasca-melahirkan atau aborsi terinfeksi
3. Karsinoma serviks atau uterus (diketahui atau dicurigai)
a. Pap smear yang tidak jelas, abnormal (kelas III, CINI, atau lebih
besar)
b. Perdarahan uteri yang abnormal
42

4. Riwayat atau keberadaan penyakit katup jantung (kontraindikasi


karena penderita penyakit ini rentan terhadap endokarditis
bakterial). Prolaps katup mitral tidak tercakup di sini
5. Keberadaan miomata, malformasi kongenital, atau anomali
perkembangan yang dapat memengaruhi rongga uterus.
6. Diketahui atau dicurigai alergi terhadap tembaga atau penyakit
Wilson (penyakit genetik diturunkan yang mempengaruhi
metabolisme tembaga sehingga mengakibatkan penumpukan
tembaga di berbagai organ dalam tubuh.
7. Ukuran uterus dengan alat periksa (saden) berada di luar batas yang
ditetapkan pada petunjuk terbaru tentnag cara memasukan AKDR
(sesuai pernyataan ini, uterus harus terekam pada kedalaman enam
sampai 9 cm.
8. Risiko tinggi penyakit menular seksual (mis, pasangan seksual yang
berganti-ganti atau pasangan memiliki pasangan seksual yang
berganti-ganti.
9. Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah
kehamilan ektopik merupakan kontraindikasi hanya ada penggunaan
AKDR hormonal.
6. Efek samping dan Komplikasi
Efek samping dan komplikasi berikut merupakan keadaan yang
umum terjadi pada saat penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim.
1. Sinkop vasovaganal saat pemasangan AKDR
2. Bercak darah dan kram abdomen sesaat setelah pemasangan
3. Kram, nyeri punggung bagian bawah, atau kedua keadaan tersebut
terjadi bersamaan selama beberapa hari setelah pemasangan AKDR
4. Nyeri berat yang berlanjut akibat kram uterus
5. Dismenorea, terutama yang terjadi selama satu sampai tiga bulan
pertama setelah pemsangan AKDR.
6. Perubahan/gangguan menstruasi (menoragia, metroragia, amenorea,
oligomenorea).
43

7. Perdarahan berat atau berkepanjangan.


8. Anemia
9. Benang AKDR hilang, terlalu panjang, atau terlalu pendek.
10. AKDR tertanam dalam endometrium atau miometrium
11. AKDR terlepas spontan
12. Kehamilan, baik AKDR masih tertanam dalam endometrium atau
setelah AKDR lepas spontan tanpa diketahui.
13. Kehamilan ektopik.
14. Aborsi sepsis spontan
15. Aborsi sepsis spontan
16. Perforasi serviks atau uterus,
17. Penyakit inflamasi uterus (PID)
18. Kista ovarium- hanya pada penggunaan AKDR hormonal.
7. Rencana Penatalaksanaan Pada penggunaan AKDR
Penatalaksanaan perawatan bagi wanita yang menggunakan AKDR
terdiri dari beberapa komponen berikut :
1. Memberitahu tentang wanita angka keefektifan AKDR, memberi
informasi produk, membahas efek samping dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan memintanya menandatangani surat persetujuan
dalam brosur yang disediakan oleh pabrik.
2. Melakukan pengkajian riwayat kesehatan secara umum, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan pelvik, serta pemeriksaan laboratorium, yang
meliputi tes kehamilan, pap smear, pengambilan kultur klamidia dan
gonorea, serta pemeriksaan kadar haemoglobin/hematokrit.
3. Melakukan skrining terhadap penyimpangan dan semua
kontraindikasi saat akan melakukan pemasangan AKDR
4. Memilih AKDR yang tepat bagi wanita
5. Memasang AKDR
6. Memberikan pendidikan kesehatan kepada wanita tentang cara
memeriksa AKDR yang dimilikinya
7. Memberi pengarahan kepada wanita tentang perawatan lanjutan.
44

8. Membuat jadwal dan mengatur rencana kunjungan ulang


9. Mengatur kemungkinan efek samping dan masalah yang akan terjadi
berkaitan dengan AKDR
10. Melepas AKDR bila ada indikasi.
8. Memilih AKDR yang tepat
Cooper T 380A (paraGard) merupakan alat berbentuk T yang terbuat
dari polietien yang dibungkus dengan kawat tembaga pada batang alat
tersebut dan dengan lapisan tembaga.
9. Waktu pemasangan AKDR
Bidan harus yakin bahwa klien tidak hamil dan klien bebas dari infeksi
vagina atau uterus saat akan memasang AKDR. Beberapa dokter lebih
menyukai melakukan pemasangan AKDR selama klien mengalami
periode menstruasi. Melakukan pemasangan AKDR selama masa
menstruasi akan menghilangkan risiko pemasangan AKDR ke dalam
uterus yang kemungkinan dalam keadaan hamil. Walaupun beberapa
penulis telah menguraikan beberapa pilihan pemasangan AKDR yaitu
segera setelah melahirkan atau aborsi, namun bidan harus tetap waspada
dan jika memungkinkan, menawarkan metode kontrasepsi sementara
dan menunggu pemasangan AKDR sampai involusi uterus berakhir
atau sampai empat hingga enam minggu setelah melahirkan atau sampai
kunjungan dua minggu pascaaborsi.
45

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Data


3.1.1 Struktur Dan Sifat Keluarga
1. Struktur Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. U
b. Umur : 49 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki-Laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan : Wiraswasta
g. Pendapatan : Rp. 2.500.000
h. Alamat : Kp. Karyawangi RT 03 RW 07 , Desa
Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat.
i. Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
j. Daftar anggota keluarga

Hub. Gol Umur


Nama L/P Pendapatan Agama Pekerjaan
Keluarga Darah (Thn)

Usep Suami L - 49 RP Islam Wiraswasta


Permana Tahun 2.000.000

Eti Istri P - 55 RP Islam Ibu rumah


Tahun 1.500.000 tangga

Nurhaya Anak P - 27 - Islam Sekolah


ti Tahun
46

k. Genogram :

Tn. U Ny. E

An. N

Keterangan :
= KK Binaan

1. Sifat Keluarga
a. Anggota keluarga yang berpengaruh dalam mengambil keputusan :
Ibu
b. Kebiasaan hidup sehari-hari
1) Kebiasaan makan
a) Waktu makan : Teratur
b) Frekuensi makan : 3 kali/hari
c) Jenis makanan
a. Makanan pokok : Nasi
b. Lauk pauk : Ikan
c. Sayuran : Berbagi jenis sayuran
d. Buah-buahan : Jeruk
e. Susu : Kadang-kadang
f. Makanan tambahan/selingan : Ada
Jika ada, sebutkan : Roti
d) Cara pengolahan makanan
47

a. Memenuhi syarat makanan : Ya


b. Menu dalam seminggu : Bervariasi
c. Makan garam beryodium : Ya
e) Kebiasaan cuci tangan :
a. Sebelum makan : Ya, dengan air
b. Sesudah makan : Ya, dengan air
f) Makanan pantangan dalam keluarga : Tidak ada
g) Kebiasaan minum keluarga :
1) Jenis minuman dan jumlah cc/hari
Air putih: 1500 cc – 1750 cc
Teh : 500 cc
2) Contoh menu keluarga :
Nasi, Ikan, Sayuran, Tempe
3) Sarana hiburan keluarga :
Ada, jenis : TV, radio
4) Tempat BAK dan BAB keluarga :
Tempat BAB : Kamar mandi
Tempat BAK : Kamar mandi
5) Hygiene perorangan/keluarga :
Kebiasaan mandi : 2 kali/hari
Kebiasaan gosok gigi : 2 kali/hari
Kebiasaan mencuci rambut
Ya, frekuensi : Setiap hari
Penggunaan alas kaki : Ya
6) Kebiasaan keluarga yang merugikan (merokok)
48

KEBIASAAN
NAMA ANGGOTA
NO. YANG ALASAN KET.
KELUARGA
MERUGIKAN

1. Merokok Tn. U Sudah menjadi Perokok


kebiasaan aktif

2. Merokok Ny. E Tidak merokok Perokok


pasif

3. Merokok An. N Tidak merokok Perokok


pasif

3.1.2 FAKTOR EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA


1. Penghasilan
Penghasilan dalam satu bulan
a. Ayah : Rp 2.00.000
b. Ibu : Rp 1.500.000
c. Anggota keluarga lain :-
Jumlah : Rp 3. 500.000
2. Kegiatan sosial kemasyarakatan
a. Kedudukan kepala keluarga (KK) dalam kemasyarakatan : Warga
b. Partisipasi keluarga dalam kegiatan kemasyarakatan :
Aktif
3. Kebiasaan dalam keluarga berkaitan dengan budaya : -

3.1.3 RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


1. Riwayat kesehatan anggota keluarga (tiga bulan terakhir)
49

No Nama Anggota Jenis Upaya


Ket.
. Keluarga Penyakit Penanggulangan

1. Tn. U - - -

2. Ny. E - - -

2. Kebiasaan memeriksakan diri


a. Waktu : Bila sakit
b. Tempat : Bidan Praktek,Puskesmas dan Rumah Sakit

3.2 Perencanaan Intervensi Masalah Kesehatan Keluarga


Topik : KB pil /oral
Sub Topik :
1. Definisi Metode Kontrasepsi
2. Jenis-jenis Metode Kontrasepsi
3. Manfaat Metode Kontrasepsi
4. Keterbatasan Metode Kontrasepsi

Sasaran : Keluarga Ny. E


Hari/Tanggal : 27 Februari 2020
Waktu : 16:00 WIB
Tempat : Kp. Karyawnagi RT 03 RW 07 Desa Karyawangi,
Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat
Penyuluh : Chelsea Putri Lisdiani
I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
50

Setelah dilakukannya Konseling pada Ny.E bisa memecahkan masalah


perihal pemilihan Metode Kontrasepsi Panjang . Ibu tidak bersedia untuk
menganti alat kontrasepsi
II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti Konseling pada Ny. E dapat memahami tentang:
1. Pengertian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
2. Macam-macam Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
3. Keuntungan dan Kerugian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
4. Cara Kerja dan Efek Samping Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.

III. Urutan Kegiatan


a. Pembukaan : 3 menit
b. Penyuluhan : 10 menit
c. Evaluasi : 5 menit
d. Penutup : 2 menit
IV. Metode
Ceramah dan demonstrasi menggunakan leaflet
V. Bahan dan Alat
Alat dan bahan yang digunakan adalah
1. Leaftlet
VI. Rincian Kegiatan
Waktu Deskripsi Metode dan Media

5 menit PEMBUKAAN: Ceramah dan Tanya


1. Perkenalan (salam). jawab.
2. Menyampaikan kaitan topic ini
dengan faktor-faktor yang ada di
lingkungan sekitar.
3. Menyampaikan tujuan penyuluhan.
51

Menyampaikan struktur penyuluhan


dan buku-buku referensi yang
digunakan.

25 Menit PENJELASAN. Leaflet


1. Definisi keluarga berencana
adalah gerakan untuk
membentuk keluarga yang
sehat dan sejahtera dengan
membatasi kelahiran, itu
bermakna perencanaan jumlah
keluarga dengan pembatasan
yang bias dilakukan dengan
penggunaan alat-alat
kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran.
(Wikipedia)
1. Tujuan program KB nasional
a. Mewujudkan keserasian,
keselarasan dan
keseimbangan kebijakan
kependudukan guna
mendorong terlaksananya
pembangunan nasional dan
daerahyang berwawasan
kependudukan.
b. Mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang melalui
pelembagaan keluarga kecil
52

bahagia sejahtera.
3. Macam-macam KB
a. Pil KB bersifat temporer dan dibagi
ke dalam 2 golongan, yaitu jenis yang
mengandung hormon progesteron dan
kombinasi progesteron-estrogen.
tingkat keberhasilan dalam
penggunaan alat kontrasepsi ini
terbilang cukup baik, tingkat kegagalan
hanya 8% jika penggunanya
menggunakan secara teratur.

b. kb suntik
1) kontrasepsi suntik progestin
Tersedia duajenis kontrasepsi suntikan
yang mengandung progestin
a. Depo Medrokisprogesteron
Asetat (depo provera) yang
diberikan setiap 3 bulan dengan
cara disuntik dibagian
intramuskuler.
b. Depo Nerotisteron Enantat
(Depo Noristerat) diberikan
setiap 2 bulan dengan cara
disuntik dibagian ntramuskuler.
2) kontrasepsi suntik kombinasi
Suntikan yang diberikan sebulan
sekali secara intra muscular (bagian
bokong).
53

C. Implan
Merupakan metode kontrasepsi
hormonal yang efektif, tidak permanen
dan dapat mencegah terjadinya
kehamilan antara tiga hingga lima
tahun .
D. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Yaitu adalah perangkat kontrasepsi
berukuran kecil, sering berbentuk 'T',
mengandung tembaga atau
levonorgestrel, yang dimasukkan ke
dalam rahim. Alat ini adalah salah satu
bentuk kontrasepsi jangka panjang
reversibel yang merupakan metode
pengendalian kelahiran yang paling
efektif. IUD adalah metode penundaan
kehamilan yang paling
direkomendasikan untuk mencegah
kehamilan, terutama untuk menjaga
jarak antar kehamilan.

5 menit Evaluasi. Menanyakan


Apakah ibu bisa memahami dari hasil kembali materi yang
penyuluhan yang telah diberikan. telah diberikan.
(Tanya Jawab)

5 menit Penutup. Ceramah


54

Lembar Kegiatan

Wakt KEGIATAN
No Kegiatan
u Penyuluh Pendengar

 Memberi  Menjawab
salam salam
 Perkenalan  Memahami

3  Memberitah tentang
Pembukaa u tentang tujuan dari
1 meni
n tujuan penyuluhan
t
penyuluhan  Menyepakati
 Melakukan kontrak
kontrak waktu
waktu penyuluhan
 Menyampai  Mendengark
kan materi an
yang akan  Memperhati
dibahas kan
 Definisi
10 Penyuluha kontrasepsi
2
meni n  Jenis-jenis
kontrasepsi,
 Manfaat,
Keuntungan,
Keterbatasan
Kontrasepsi.
3 5 Pengulang  Pemateri  Menjawab
55

menanyakan pertanyaan
kembali dari pemateri
materi yang  Menanyakan
telah materi yang
disampaikan belum paham
 Menjawab
meni pertanyaan
an Materi
t dari peserta
 Memberikan
sedikit
cindra mata
untuk yang
bisa
menjawab
 Menyimpulka  Menjawab salam
n dari materi
yang telah
disampaikan
 Melakukan

2 evaluasi dari
Penut kegiatan
4 men
up penyuluhan
it
perilaku
penyimpangan
seksual ini
 Mengucapkan
terimakasih
dan salam
56

DAFTAR PUSTAKA
Marmi. 2016. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika
Ida Bagus Gde Manuaba. 2001. Kapita SelektaPenatalaksanaan Rutin Obstreti
Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC
Riono Notodiharjo. 2002. Reproduksi, Kontrasepsi, dan Keluarga Berencana.
Surabaya : Kanisius
Manuaba IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.Jakarta: EGC
Abdul Bari Saifuddin, dkk. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepasi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Everett, S., 2007. Buku saku kontrasepsi & kesehatan seksual reproduktif.
Jakarta :EGC
Glasier Anna dkk, 2005. Keluarga Berencana &Kesehatan Reproduksi.Jakarta:
EGC
Dinkes Kota Bandung. Laporan Tahunan 2017.[serial online] 2018.[cited 19
Desember];Availlable
from:http://www.bandungkab.go.id/public/uploads/LAPTAH
%202016%20GABUNGAN.pdf
Karwati. 2011. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta : CV Trans
Info Medika
Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018
Meilani Niken, Nanik Setiyawati, Dwiana Estiwidani, Suherni. 2012. Pelayanan
Keluarga Berencana. Yogyakarta : Fitramaya
Hudin Farid. 2015. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto
Yulifah Rita, Tri Johan AY. 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
57
58
59
60

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai