PROPOSAL SKRIPSI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal yang berjudul “Hubungan Faktor Maternal dengan Kejadian Ketuban
Pecah Dini pada Ibu Bersalin Di RSUD Oto Iskandar Di nata Di kabupaten
Bandung Tahun 2020-2021”. Yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
Tidak sedikit rintangan yang saya hadapi dalam penyusunan skripsi ini,
baik dalam teknik penulisan maupun dalam pengumpulan dan pengolahan data.
Berkat dorongan dan bantuan dari segala pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi
berbagai kesulitan tersebut, saya banyak mendapatkan pengarahan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
2. Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb. selaku Dekan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
3. Intan Karlina S.S.T.,Bd., M.Keb. selaku Penanggung jawab program
program studi Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali sekaligus
pembimbing utama skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, pengarahan dan bantuan selama penyusunan skripsi.
4. Wulan Nurasyriani Saputra.,S.S.T., M.Keb., AIFO. selaku pembimbing
pendamping skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, pengarahan dan bantuan selama penyusunan skripsi.
5. Seluruh dosen Institut Kesehatan Rajawali Bandung yang telah memberikan
ilmu dan bimbingannya dalam pelaksanaan penyusunan skripsi.
6. dr. Riantini ., MMRS Selaku Direktur RSUD Oto Iskandar Di Nata
v
7. Kedua orang tua, Suami, anak tercinta yang dengan penuh kasih sayangnya
telah banyak memberikan doa, dukungan dan motivasi secara materil maupun
moril guna kelancaran penyelesaian skripsi
8. Seluruh Bidan RSUD Oto Iskandar Di Nata yang telah membantu dalam
melakukan pengumpulan data dan pelaksanaan penelitian.
9. Rekan-rekan sepejuangan mahasiswa Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan
Rajawali Bandung yang senantiasa selalu memberikan doa, dukungan dan
semangat.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu
memberikan dukungan, Doa, serta semangat kepada penulis.
Semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi banyak pihak serta
dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menambah wawasan
pengetahuan serta pengalaman.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Struktur Selaput Ketuban ............................................................ 14
Gambar 2 Penyakit Sifilis ............................................................................. 41
Gambar 3 Bakteri Neisseria Gonnorhoeae ..................................................... 43
Gambar 4 Bakteri Chlamydia ........................................................................ 54
Gambar 5 Kondiloma Akuminata ................................................................ 63
Gambar 6 Herpes Genital .............................................................................. 65
xi
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
kelelahan ibu dalam bekerja, serta trauma yang didapat misalnya hubungan
seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis dan paritas (Tahir, 2012).
Dampak dari ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa
masalah bagi ibu maupun bagi janin. Bagi ibu dapat menyebabkan infeksi
intrapartal (dalam persalinan), infeksi puerparalis (masa nifas), partus lama,
perdarahan postpartum, morbiditas, dan mortalitas maternal. Sedangkan bagi
bayi dapat menyebabkan prematuritas, prolaps funiculli (penurunan tali
pusar, hipoksia, asfiksia ringan sampai dengan asfiksia berat, sindrom
deformitas janin, morbiditas, dan mortalitas perinatal (Habibah, 2018).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ketuban
pecah dini yaitu dengan cara memberikan pendidikan kesehatan pada ibu
hamil tentang kehamilan, persalinan dan juga menganjurkan agar ibu hamil
secara rutin melakukan ANC (Ante Natal Care) ke tempat pelayanan
kesehatan selama kehamilan berlangsung.
Ketuban Pecah dini di pengaruhi beberapa faktor maternal yang
salah satunya yaitu umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu preterm,
aterm, posterm. Menjelang usia kehamilan cukup bulan kelemahan focal
terjadi pada selaput janin di atas serviks internal yang memicu robekan di
lokasi ini.(Saifuddin, 2008).
Faktor kedua adalah Anemia pada kehamilan juga merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan terjadinya KPD. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Huda (2013) Anemia merupakan faktor yang dominan yang
menjadi penyebab ketuban pecah dini, sedangkan menurut Kadek (2013)
mengatakan adanya hubungan antara kadar hemoglobin dengan kejadian
ketuban pecah dini.
Faktor ketiga yaitu Infeksi menular seksual yang merupakan
penyebab tersering dari persalinan preterm dan ketuban pecah dini, dimana
bakteri dapat menyebar ke uterus dan cairan amnion sehingga memicu
terjadinya inflamasi dan mengakibatkan persalinan preterm dan ketuban
pecah dini. Terdapat beberapa macam bakteri yang dihubungkan dengan
4
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan faktor maternal dengan kejadian
ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Oto Iskandar Di Nata
di kabupaten Bandung tahun 2020-2021.
2.1 Persalinan
2.1.1 Definisi
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progesif pada seviks, dan
diakhiri dengan pelahiran plasenta. Kala satu persalinan didefinisikan
sebagai permulaan kontraksi persalinan, yang ditandai oleh perubahan
serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10
centimeter). Hal ini dikenal sebagai tahap pembukaan serviks (Varney,
2017).
Persalinan adalah fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini
produk konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban) dilepas
dan dikeluarkan dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Harry &
William, 2010). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin pada kehamilan cukup bulan yaitu sekitar 37-42 minggu
dan lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung selama 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu ataupun
janin (Prawirohardjo, 2016).
Partus normal atau disebut juga partus spontan adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi berlangsung kurang dari
24 jam. Sedangkan partus abnormal adalah persalinan pervaginam dengan
bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
Menurut usia kehamilan, partus dibagi menjadi 6 yaitu:
1. Abortus atau keguguran Ialah terhentinya kehamilan sebelum janin
dapat hidup (viable) dan usia kehamilan di bawah 28 minggu.
2. Partus prematurus dari hasil konsepsi pada kehamilan 28-36 minggu,
9
10
janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin antara 1000-2500 gram.
3. Partus maturus atau aterm Ialah partus pada kehamilan 37-40 minggu,
janin matur, berat badan di atas 2500 gram.
4. Partus postmaturus (serotinus) Persalinan yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari waktu partus yang ditaksir; janin disebut post matur.
5. Partus presipitatus Partus yang berlangsung cepat kurang dari 3 jam.
Mungkin terjadi di kamar mandi, di atas becak dan sebagainya.
6. Partus percobaan Penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh
bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sepalopelvik.
2.1.2 Permulaan Persalinan
A. Causa mulainya persalinan
Sebab-sebab mulainya persalinan dan kenapa persalinan terjadi lebih
kurang pada umur kehamilan 40 minggu tidak diketahui dengan
pasti. Beberapa teori dikemukakan untuk menjelaskan fenomena ini :
1. Diduga persalinan mulai apabila uterus telah teregang sampai pada
derajat tertentu. Dengan demikian dapat diterangkan terjadinya
persalinan yang awal ada kehamilan kembar dan hydramnion.
2. Tekanan bagian terendah janin pada cervix dan segmen bawah
rahim, demikian pula pada plexus vervosus di sekitar cervix dan
vagina, merangsang permulaan persalinan.
3. Siklus menstruasi berulang sampai 4 minggu, dan persalinan
biasanya mulai pada akhir minggu ke 40 atau 10 siklus menstruasi.
4. Begitu kehamilan mencapai cukup bulan, setiap factor emosional
dan fisik dapat memulai persalinan.
5. Beberapa orang percaya bahwa ada hormone khusus yang
dihasilkan oleh plasenta apabila kehamilan sudah cukup bulan
yang bertanggung jawab atas mulainya persalinan.
6. Bertambah tuanya plasenta yang mengakibatkan penurunan kadar
estrogen dan progesterondalam darah diduga menyebabkan
dimulainya persalinan.
11
2. Gemeli
Kehamilan kembar dapat meningkatkan risiko rupture membrane
dikarenakan rongga rahim membesar secara maksimal, apabila
tidak diseimbangi dengan nutrisi yang baik kemungkinan pecah
ketuban akan meningkat karena adanya peningkatan tekanan dari
kedua janin.
3. Makrosomia
Makrosomia atau berat badan bayi ≥ 4000 gram. Kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat
atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin
bertambah sehingga dapat menekan selaput ketuban, menyebabkan
selaput ketuban menjadi tegang dan tipis dan kekuatan membrane
menjadi berkurang sehingga, menimbulkan selaput ketuban mudah
pecah (Winkjosastro, 2009)
C. Factor lain
1. Merokok: ibu hamil yang merokok akan meningkatkan risiko
ketuban pecah dini dikarenakan dalam rokok mengandung zat 18
kimia yang berbahaya yang menyebabkan lemahnya selaput
membran ketuban
2. Sosial Ekonomi: Pendapatan keluarga merupakan faktor yang
menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan keluarga, pendapatan
yang tinggi dapat menunjang kondisi kesehatan yang berjalan
dengan baik, sedangkan pendapatan yang rendah dapat
memberikan rintangan dalam keluarga dalam mencapai
kesejahteraan kesehatan.
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada
usia kehamilan, yaitu :
A. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya disusul dengan persalinan. Periode
22
2.4 Anemia
2.4.1 Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin
adalah salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang
berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya keseluruh
jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk
melakukan fungsinya. Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan
otot akan menyebabkan gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan
kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk dari
gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit.
Anemia merupakan suatu gejala yang harus dicari penyebabnya dan
penanggulangannya dilakukan sesuai penyebabnya (Kementrian
Kesehatan RI, 2018).
Pengertian anemia secara umum adalah suatu keadaan dimana
tubuh memiliki jumlah sel darah merah yang terlalu sedikit, yang mana
sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk
membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Astriana, 2017). Anemia
adalah penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi
hemoglobin di dalam sirkulasi darah. Kadar hemoglobin kurang dari 12
gram/dl untuk wanita tidak hamil dan kurang dari 11 gram/dl untuk
wanita hamil (Padmi, 2018).
Anemia dalam kehamilan adalah suatu keadaan penurunan
kadar hemoglobin darah akibat kekurangan zat besi dengan kadar
hemoglobin pada trimester I dan trimester III <11 gr/dl dan kadar
hemoglobin pada trimester II <10,5 gr/dl. Nilai batas tersebut dan
perbedaanya dengan kondisi wanita tidak hamil adalah karena
terjadinya hemodilusi, terutama pada ibu hamil trimester II (Rahmi,
2019).
28
2. Klasifikasi trafonema.
Treponema pallidum sub spesies pallidum yang
menyebabkan sifilis
Treponema pallidum sub spesies partenue yang
menyebabkan frambusia
Travelling my pallidum sub spesies endemicum yang
menyebabkan bejel.
Treponema caratium menyebabkan pinta
3. Gejala tahapan penyakit sifilis
A. Sifilis Primer
Tanda pertama sifilis primer adalah luka kecil, yang disebut
chancre. Luka muncul di tempat bakteri masuk ke
tubuh.Umumnya orang yang terinfeksi sifilis hanya
mengembangkan satu chancre, namun tak menutup
kemungkinan beberapa orang dapat mengembangkan
beberapa di antaranya.Chancre biasanya berkembang
sekitar tiga minggu setelah terpapar Banyak orang yang
menderita sifilis tidak memperhatikan chancre karena
42
D. Gonore
a) Pengertian
Gonore, atau yang dikenal juga dengan kencing nanah,
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang bersifat
diplococcus. Bakteri ini dapat memasuki selaput lendir yang
utuh dan berkembang biak intra dan subepitel.
Infeksi terjadi oleh koitus dengan pria yang mengandung
Neisseria gonorrhoeae Neisseria gonorrhoeae dalam alat
kelamin nya atau saluran kencingnya. Jarang sekali terjadi
infeksi dengan perantara alat, handuk dan lain lain.
5. Pengobatan
Sebagian besar kasus HPV dapat hilang dengan sendirinya
tanpa diobati. Namun, bagi yang telah terdiagnosis mengalami
infeksi HPV, terutama wanita yang mengalami kutil kelamin,
a. Dokter Kandungan akan menganjurkan pemeriksaan
kembali dalam waktu 1 tahun.
b. Kunjungan ulang ke dokter ini bertujuan untuk
mengetahui apakah penderita masih terinfeksi HPV dan
adakah perubahan sel pada serviks (leher rahim) yang
berisiko menimbulkan kanker serviks.
c. Sedangkan untuk mengobati kutil yang muncul akibat
infeksi HPV, tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter
adalah:
d. Pemberian obat oles.
e. Untuk kutil di kulit, dokter dapat memberikan obat oles
yang berisi asam salisilat. Asam salisilat sebagai obat
kutil kelamin berfungsi mengikis lapisan kutil secara
bertahap.
f. Pengangkatan kutil. Jika obat oles tidak berhasil
menghilangkan kutil,.
6. Komplikasi
Meski demikian, upaya penanganan wajib dilakukan. Jika
tidak ditangani dengan baik, infeksi HPV dapat menyebabkan
komplikasi berupa:
a. Luka di mulut dan saluran pernapasan atas
Luka ini dapat timbul di lidah, tenggorokan, laring, atau
hidung.
b. Kanker
Beberapa jenis kanker yang dapat timbul adalah kanker
serviks, kanker anus, dan kanker pada saluran pernapasan
49
yang berulang
C. Stadium 3
Pada fase ini mulai timbul gejala-gejala infeksi primer yang
khas sehingga dapat mengindikasikan diagnosis infeksi
HIV/AIDS. Gejala pada stadium 3 antara lain:
1) Diare kronis yang berlangsung lebih dari satu bulan
tanpa penyebab yang jelas
2) Penurunan berat badan kurang dari 10% berat badan
sebelumnya tanpa penyebab yang jelas
3) Demam yang terus hilang dan muncul selama lebih dari
satu bulan
4) Infeksi jamur di mulut (Candiasis oral)
5) Muncul bercak putih pada lidah yang tampak kasar,
berobak, dan berbulu
6) Tuberkulosis paru
7) Radang mulut akut, radang gusi, dan infeksi gusi
(periodontitis) yang tidak kunjung sembuh
8) Penurunan sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit
52
D. Stadium 4
Fase ini merupakan stadium akhir AIDS yang ditandai
dengan pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh dan
penderita dapat merasakan beberapa gejala infeksi
oportunistik yang merupakan infeksi pada sistem kekebalan
tubuh yang lemah. Beberapa gejala dapat meliputi:
1) Pneumonia pneumocystis dengan gejala kelelahan berat,
batuk kering, sesak nafas, dan demam
2) Penderita semakin kurus dan mengalami penurunan
berat badan lebih dari 10%
3) Infeksi bakteri berat, infeksi sendi dan tulang, serta
radang otak
4) Infeksi herpes simplex kronis yang menimbulkan
gangguan pada kulit kelamin dan di sekitar bibir
5) Tuberkulosis kelenjar
6) Infeksi jamur di kerongkongan sehingga membuat
kesulitan untuk makan
7) Sarcoma Kaposi atau kanker yang disebabkan oleh
infeksi virus human herpesvirus 8 (HHV8)
8) Toxoplasmosis cerebral yaitu infeksi toksoplasma otak
yang menimbulkan abses di otak
9) Penurunan kesadaran, kondisi tubuh ODHA sudah
sangat lemah sehingga aktivitas terbatas dilakukan di
tempat tidur
3. Diagnose
Apabila menyadari perilaku kita berisiko, segera melakukan
pemeriksaan ke dokter untuk mendapatkan penanganan.
Penanganan awal yaitu dengan diagnosa untuk mendeteksi
apakah seseorang tersebut terinfeksi HIV. Diagnosis HIV
53
H. Trikomoniasis
1. Pengertian
Trikomoniasis jenis penyakit menular seksual (PMS) yang
dapat menimbulkan berbagai gejala. Contohnya rasa gatal atau
perih, dan keluarnya cairan berbau tidak sedap dari bagian
intim. Penyakit ini dapat terjadi pada pria maupun wanita,
dengan risiko lebih tinggi pada wanita. Sementara itu, pria
dapat terkena penyakit ini dan menularkannya kepada pasangan
melalui hubungan intim. Trikomoniasis disebabkan oleh parasit
yang disebut Trichomonas vaginalis (TV). Tidak semua
pengidap akan menunjukkan gejala. Sebagian orang yang
terinfeksi parasit ini tidak mengalami gejala apa pun.
2. Penyebab
Penyebab trikomoniasis yaitu parasit berukuran kecil
bernama Trichomonas vaginalis. Parasit ini biasanya
menyebar dan ditularkan melalui hubungan intim yang
dilakukan tanpa menggunakan kondom, atau saling berbagi
pemakaian alat bantu seksual. Meski demikian, trikomoniasis
ini tidak bisa ditularkan melalui hubungan intim oral, anal,
ciuman, dan berbagi peralatan makan atau peralatan pribadi
bersama.
3. Faktor Risiko
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang
mengalami trikomoniasis, yaitu:
Memiliki banyak pasangan seksual.
Memiliki riwayat infeksi menular seksual lainnya.
Berhubungan intim tanpa menggunakan kondom.
4. Gejala
Gejala trikomoniasis berkembang secara bertahap dalam
waktu kira-kira satu bulan setelah terjadi paparan. Pada
61
b) Diagnosis
Diagnosis dilakukan berdasarkan hasil pengamatan visual
berupa lesi yang khas di daerah genitalia eksterna sewarna
kulit atau keabuan, Hiperkeratotik, eksopitik, dengan
permukaan yang tidak rata dan ukuran yang bervariasi .
c) Biopsi Dilakukan bila :
Diagnosis Meragukan
Lesi tidak berespon pada pengobatan Standar
64
b) Gejala
Herpes genital sering kali tidak menimbulkan gejala. Jika
muncul, keluhannya adalah luka lepuh di area kelamin yang
disertai rasa sakit dan gatal. Gejala ini bisa kambuh beberapa
kali dalam setahun. Namun, seiring terbentuknya sistem
kekebalan tubuh terhadap virus herpes, frekuensi
kekambuhannya akan berkurang. Jika dibiarkan, herpes genital
atau herpes kelamin dapat menyebabkan komplikasi lain yang
berbahaya. Selain penyakit menular seksual lain, seperti HIV,
penderita herpes genital juga dapat terkena peradangan pada
ujung usus besar (rektum) atau kandung kemih.
c) Pengobatan
Penderita herpes genital perlu diberikan obat antivirus.
Pemberian obat ini bertujuan untuk memperpendek lama
kemunculan gejala dan mencegah penularan penyakit ini kepada
orang lain. Pencegahan herpes genital adalah dengan
melakukan hubungan seksual yang aman, misalnya dengan
tidak bergonta-ganti pasangan. (Pittara, 2022)
66
Faktor Ibu
1. Usia
2. Paritas
3. Umur
Kehamilan
4. Anemia
5. Infeksi menular
Seksual
6. Riwayat KPD
sebelumnya
7. Pendidikan
8. Servik
Inkompeten
9. Korio amnio
sinteris
Faktor Janin
1. Kelainan letak Ketuban Pecah
2. Gemeli
Dini
3. Makrosomia
Faktor Lain
1. Merokok
2. Sosial Ekonomi
3. Trauma
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Umur kehamilan.
2. Anemia
Ketuban Pecah Dini
3. IMS
4. Riwayat KPD
sebelumnya
Keterangan :
Dalam rumus tersebut, terlihat unsur-unsur rumus seperti n, N, dan e.
Berikut adalah penjelasannya:
n adalah jumlah sampel yang dicari
N adalah jumlah populasi
e adalah margin eror yang ditoleransi 5 %
n= 574
1+(574x (0.05)2 )
= 574/ 2.435
= 235,728
= 236
Berdasarkan rumus diatas sampel didapatkan total sampel dalam
penelitian ini sebanyak 236 responden yang diambil dari data
rekam medis pasien .
72
3. Transferring
Transfering yaitu memasukkan atau memindahkan data-data dimana
data tersebut sebelumnya sudah di koding ke dalam master tabel
dengan bantuan komputer sehingga mempermudah dalam
penjumlahan dan tabulasi.
4. Tabulating
Tabulating yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti. Tabulating dalam
penelitian ini adalah dengan membuat tabel-tabel kemudian didapat
hasil sesuai dengan tujuan peneliti.
3.7.2 Analisis Data
Data yang sudah diperoleh dari hasil data rekam medis akan
diolah menggunakan SPSS versi 22. Data yang diperoleh dalam peneitian
berupa data kuantitatif. Data yang telah terkumpul, diteliti dan dianalisis
secara komputerisasi yang meliputi analisis univariate dan analisis
bivariate.
1. Analisis Univariate
Analisis univariate digunakan untuk mendeskripsikan setiap
variabel dan menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari
setiap variabel. Analisis ini digunakan agar dapat memberikan
gambaran umum terhadap data hasil dari penelitian. Data akan
ditampilkan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi.
Distribusi frekuensi adalah penyusunan data ke dalam kelas-
kelas tertentu dimana setiap data dimasukkan kedalam salah satu kelas
tertentu (Pengelompokkan data). Tujuannya adalah untuk mengatur
data mentah yang acak (belum dikelompokkan) ke dalam bentuk yang
rapi dengan tetap mempertahankan informasinya
Analisis data yang diperoleh dari rekam medis pasien
dilakukan dengan cara peneliti melakukan tabulasi hasil rekam medis
pasien kemudian melakukan coding dan kategorisasi beberapa
jawaban yang memiliki makna yang sama akan dikelompokkan
76
∑ Keterangan:
X2 = Chi Square
fo= Frekuensi hasil observasi dari sampel
fh = Frekuensi harapan dalam sampel
Taraf signifikan yang digunakan adalah 95% dengan menggunakan
kemaknaan atau p sebesar 5%. Analisis bivariat dilakukan terhadap
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi.
Bila uji korelasi dinyatakan < 0,05 maka dilanjutkan dengan uji
koefisien korelasi untuk mengetahui keeratan suatu hubungan dari uji
korelasi. Kekuatan koefisien korelasi digolongkan menjadi 5 tingkat
(Sugiyono, 2012) , yaitu :
1.) 0,000 – 0,199 : Sangat lemah
2.) 0,200 – 0,399 : Lemah
3.) 0,400 – 0,599 : Sedang
4.) 0,600 – 0,799 : Kuat
5.) 0,800 – 1,000 : Sangat Kuat
Pengambilan Keputusan berdasarkan :
1. Kriteria pengujian Jika x2 hitung < x2 tabel = H0 diterima (tidak
terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat). Jika
x2 hitung > x2 tabel = H0 ditolak atau H1diterima (terdapat
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat).
2. P Value P > 0,05 , maka H0 diterima P < 0,05 , maka H0 ditolak
atau H1 diterima
78
DAFTAR PUSTAKA
Agatha, Maria. Hubungan Usia Kehamilan dan Paritas Ibu Bersalin dengan
Kejadian Ketuban Pecah Dini. 2016.
Ai Yeyeh,. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan).Jakarta:Trans Info Media;
2019.
American College of Obstetrics and Gynecology. ACOG Practice Bulletin No. 80:
Premature rupture of membranes. Clinical management guidelines for
obstetrician- gynecologists. Obstet Gynecol. 2007 Apr;109(4):1007-19
Arsita EP. Kesehatan Ibu dan Anak Dalam Millenium Development Goals. Jakarta:
EGC; 2018:98-103.
Astriana, Willy. Kejadian anemia pada ibu hamil ditinjau dari paritas dan usia.
Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan 2(2) 2017, 123-230
Briawan, D. Anemia Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Jakarta : EGC; 2014.
Caughey AB, Robinson JN, Norwitz ER. Contemporary diagnosis and
management of preterm premature rupture of membranes. Rev Obstet
Gynecol. 2008 Winter;1(1):11-22.
Cherney D. Lange Current .Diagnosis & treatment Obstetrics & Gynecology 10th
edition: Premature Rupture of Membranes; McGrawHill. 2007.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
Williams (Ed.23). Jakarta : EGC; 2017.
Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Gilstrap, L., &
Wenstrom, K. D.. Preterm Premature Ruftur Of Membranes. Dalam F. G.
Cunningham, K. J. Leveno, S. L. Bloom, J. C. Hauth, L. Gilstrap, & K. D.
Wenstrom (Penyunt.), Williams Obstetrics (24th Edition ed.). New York:
The McGraw-Hill Companies: 2014.
Dahlan, M. Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia. 2020.
Departemen Kesehatan RI. Yang perlu diketahui petugas tentang: Kesehatan
Reproduksi. Jakarta. 2008.
80
Dewi. Hubungan Paritas dan Anemia dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di
RSUD Bangkinang Tahun 2018. 2020. Available from : URL :
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jkt/article/view/1108
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan Jawa
Barat. 2021
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Profil kesehatahan Kabupaten Bandung
2019.
Dini dan Lia. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah
Dini Di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011. Program
Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
YPIB Majalengka; 2011.
Fatmasari, Yulia. Hubungan Pengetahuan Dan Paritas Dengan kejadian Anemia
Pada Ibu hamil Di PKM Balai Agung Kab. Muba Tahun 2013.
Fetrisia, Wiwit. Faktor - Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban
Pecah Dini di RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukit tinggi Tahun 2013.
Habibah, W. N., & Supanji Raharja, S. O.. Hubungan Usia Ibu, Paritas, dan Kadar
Hemoglobin terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan
Aterm di RSU. Cilacap : Aghisna Medika; 2018.
Hellen, Varney. Buku ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC; 2006.
Hermmiyanti, Sri (red). Buku Saku Infeksi Saluran Reproduksi dan Infeksi Menular
Sekksual. Jakarta : Departemen Kesehatan RI; 2009.
Ikrawanty Ayu W, Melisa Febrianti, Ana Octaviani. Faktor yang Berhubungan
Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSIA Sitti Khadijah I
Makassar Tahun 2019.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan
Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri Dan Wanita Usia subur.
Yogjakarta : Pustaka Pelajar ; 2018.
Krisnadi. Sofie, Adhi Pribadi. Obstetri Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi.Unpad
edisi 3. Segung Seto. 2019.
Lameshow, S. & David W.H.jr,. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan
(Terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University press; 1997.
81
Oxorn, H William R.F. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan . Edisi I.
Yogyakarta: CV andi Offset; 2010.
Padmi, D.R.K.N., 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia
Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Tegalrejo Tahun 2017.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman nasional pelayanan
kedokteran “Ketuban Pecah Dini”.Jakarta. 2016
Pratiwi, “The Effect Of Anemia On The Incidence Of Premature Rupture Of
Membrane (PROM) In Kertha Usada Hospital. 2018. Available from :
URL : https://www.belitungraya.org/BRP/index.php/bnj/article/view/391
Pribadi. Adhi. Obstetri Patologi Unpad edisi 4.Bandung: Sagung Seto; 2019.
Profil kesehatan kabupaten Bandung tahun 2019 . available from URL :
https://ppid.bandungkab.go.id/image/document/dinas-kesehatan-profil-
dinas-kesehatan-2018-edisi-2019.
Prawirohardjo. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono. 2013.
Purwaningtyas DK, Galuh NP. Faktor Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. HIGEIA;
2017.
Purwanti, E.. Faktor-faktor yang berhubung dengan kejadian ketubaan pecah dini
di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. 2014. Available from : URL :
https://journal.binawan.ac.id/impuls/article/download/40/41/
Ridwan,. Hubungan Kehamilan Ganda Dan Kelainan Letak Janin Dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini Di RSUD Demang Sepulau Raya Lampung Tengah.
Jurnal Kesehatan. 2014.
Riset Kesehatan Dasar (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2013.
Royal Hospital for Women. Obstetric clinical guidelines group: preterm premature
rupture of membranes assessment and management guideline. 2009 Oktober.
Diunduh dari seslhd.health.nsw.gov.au pada 24 Agustus
Saifudin, Abdul Bari. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
Sohail, R. Etiology of Preterm Premature Ruptur of Membranes. In: Desai S.V.,
Tank P., editors. Hand Book On Preterm Prelabor Rupture of Membranes
83