SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Kebidanan
ELIN HERLIATIN
F622230
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal yang berjudul “Faktor_ Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Ketuban
Pecah Dini pada Ibu Bersalin Di RSUD Oto Iskandar Di Nata Soreang Kabupaten
Bandung Tahun 2022”. Yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
Tidak sedikit rintangan yang saya hadapi dalam penyusunan skripsi ini, baik
dalam teknik penulisan Maureen dalam pengumpulan dan pengolahan data.
Berkat dorongan dan bantuan dari segala pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi
berbagai kesulitan tersebut, saya banyak mendapatkan pengarahan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
2. Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb. selaku Dekan Fakultas
Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
4. Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Keb. selaku selaku Penanggung jawab program
program studi Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali dan
pembimbing utama skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, pengarahan dan bantuan selama penyusunan skripsi.
5. Dhini Wahyuni Novitasari, S.S.T., M.Tr.Keb selaku pembimbing
pendamping skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, pengarahan dan bantuan selama penyusunan skripsi.
6. Seluruh dosen Institut Kesehatan Rajawali Bandung yang telah memberikan
ilmu dan bimbingannya dalam pelaksanaan penyusunan skripsi.
7. dr. Riantini ., MMRS Selaku Direktur RSUD Oto Iskandar Di Nata Soreang
Kab.bandung
8. Kedua orang tua, Suami, anak tercinta yang dengan penuh kasih sayangnya
telah banyak memberikan doa, dukungan dan motivasi secara materil maupun
moril guna kelancaran penyelesaian skripsi
9. Seluruh Bidan RSUD Oto Iskandar Di Nata Soreang Kab. Bandung yang
telah membantu dalam melakukan pengumpulan data dan pelaksanaan
penelitian.
10. Rekan-rekan sepejuangan mahasiswa Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan
Rajawali Bandung yang senantiasa selalu memberikan doa, dukungan dan
semangat.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu
memberikan dukungan, Doa, serta semangat kepada penulis.
Semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi banyak pihak serta dapat
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menambah wawasan pengetahuan
serta pengalaman.
Bandung 2023
Penulis
DAFTAR ISI
1
survey Badan Pusat Statistik (BPS) di Kabupaten Bandung tahun 2019
menunjukkan
2
2
adalah usia, paritas, umur kehamilan, anemia, IMS, riwayat KPD, serviks
yang inkompetensik dan peningkatan intra uterm yang meninggi atau
meningkat secara berlebihan. Selain itu fisiologi selaput ketuban yang
abnormal, serviks inkompetensia, kelainan letak janin, faktor golongan darah,
merokok, keadaan social ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat abortus
dan persalinan preterm sebelumnya, kesempitan panggul, kelelahan ibu dalam
bekerja, serta trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, amniosintesis dan paritas (Tahir, 2018).
Dampak dari ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah
bagi ibu maupun bagi janin. Bagi ibu dapat menyebabkan infeksi intrapartal
(dalam persalinan), infeksi puerparalis (masa nifas), partus lama, perdarahan
postpartum, morbiditas, dan mortalitas maternal. Sedangkan bagi bayi dapat
menyebabkan prematuritas, prolaps funiculli (penurunan tali pusar, hipoksia,
asfiksia ringan sampai dengan asfiksia berat, sindrom deformitas janin,
morbiditas, dan mortalitas perinatal.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ketuban pecah
dini yaitu dengan cara memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil
tentang kehamilan, persalinan dan juga menganjurkan agar ibu hamil secara
rutin melakukan ANC (Ante Natal Care) ke tempat pelayanan kesehatan
selama kehamilan berlangsung.
Menurut hasil penelitian Raydian U (2019), bahwa ada hubungan antara
umur dengan kejadian ketuban pecah dini, tidak ada hubungan antara paritas
dengan kejadian ketuban pecah dini, ada hubungan antara gamelli dengan
kejadian ketuban pecah dini, ada hubungan antara malpresentasi dengan
kejadian ketuban pecah dini ,dan Tidak terdapat hubungan antara Hidramnion
dengan kejadian KPD.
Hasil penelitian yang juga sama di lakukan oleh Khofifah (2019) ada
hubungan hubungan antara gamelli dengan kejadian ketuban pecah dini, ada
hubungan antara kelainan letak sungsang dengan ketuban pecah dini, tidak ada
hubungan kelainan letak lintang dengan kejadian ketuban pecah dini. Studi pra
penelitian yang dilakukan di RSUD Oto Iskandar Dinata Soreang
4
1.2 Identifikasi Masalah
RSUD Oto Iskandar Dinata Soreang Kab. Bandung atau dahulu di
namakan dengan RSUD Soreang merupakan salah satu fasilitas rujukan yang
terdapat di Kabupaten Bandung. Rumah Sakit Daerah Soreang adalah salah
satu rumah sakit pemerintah yang berada di wilayah kerja Kabupaten
Bandung. Berdiri pada tahun 1996 merupakan pengembangan dari
Puskesmas DTP Soreang. RSUD Oto Iskandar Dinata Soreang Kab.Bandung
secara geografis terletak di Kabupaten Bandung dan beralamatkan di Jl.
Gading Tutuka Kampung Cingcin Kolot RT.01 RW.01 Desa Cingcin
Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. Kegiatan pelayanan RSUD Oto
Iskandar Dinata Soreang disesuaikan melalui instalasi-instalasi pelayanan
kesehatan rujukan yang tersedia saat ini adalah Pelayanan Rawat Jalan,
Pelayanan Rawat Inap, Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, dan Pelayanan
Penunjang.
Pelayanan Obstetri Neonatal Komperensif (PONEK) telah dapat
dilakukan di fasilitas ini. Sebagai rumah sakit rujukan kasus kasus resiko
tinggi dan komplikasi dari wilayah sekitarnya. Di rumah sakit ini berdasarkan
informasi yang di peroleh langsung pengelola pelayanan medik ada
peningkatan kecenderungan rujukan ibu hamil dan bersalin dengan KPD.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, dimana
berdasarkan Data Rekam medis angka kejadian ketuban pecah dini pada ibu
bersalin di RSUD Oto Iskandar Dinata Soreang Kab. Bandung pada tahun
5
2020 menunjukan data pasien dengan kasus ketuban pecah dini sebanyak 732
orang (22,8%) dari 3.202 persalinan . Pada tahun 2021 melaporkan data pasien
dengan kasus ketuban pecah dini sebanyak 494 orang (17,9%) dari 2.747
persalinan. Kemudian, pada tahun 2022 melaporkan data pasien dengan kasus
ketuban pecah dini sebanyak 462 Orang(13,11%).
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian KPD di RSUD Oto Iskandar Dinata Soreang Kab.
Bandung Tahun 2022”
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas bahwa rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian KPD di RSUD Oto Iskandar Dinata Soreang Kab Bandung Tahun
2022”
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian KPD
di RSUD Oto Iskandar Dinata Soreang Kab.Bandung Tahun 2022.
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian KPD di RSUD Oto
Iskandar Dinata Soreang Kab. Bandung Tahun 2022.
2) Untuk mengetahui distribusi frekuensi antara umur kehamilan dengan
kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Oto Iskandar
Dinata Soreang Kab.Bandung Tahun 2022.
3) Untuk mengetahui distribusi frekuensi paritas dengan kejadian
ketuban pecah dini pada ibu bersalin di di RSUD Oto Iskandar Dinata
Soreang Kab. Bandung Tahun 2022.
6
1. 6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber rujukan atau
referensi bagi para mahasiswa dan peneliti untuk melakukan penelitian lebih
7
8
9
5. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan dari desidu meningkat saat umur
kehamilan 15 minggu. Hasil percobaan menunjukan bahwa
prostaglandin menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur
kehamilan.
6. Plasenta menjadi tua
Dengan tuanya kehamilan plasenta menjadi tua, villi corialis mengalami
perubahan sehingga kadra progesteron dan estrogen menurun.
2. Majunya kepala
1) Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk
ke rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II.
2) Pada multipara majunya kepala dan masuknya kepala dalam
rongga panggul terjadi secara bersamaan.
3) Majunya kepala bersamaan dengan gerakan fleksi, putaran paksi
dalam, dan ekstensi.
Etiologi majunya kepala :
1) Tingkat cairan intra uterin.
2) Tekanan langsung oleh fundus pada bokong.
3) Kekuatan mengedan.
4) Melurusnya badan anak oleh pelurusan bentuk rahim.
3. Fleksi
a. Dengan majunya kepala, biasanya fleksi juga bertambah hingga ubun-
ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar.
b. Dengan fleksi kepala memasuki rongga panggul pada ukuran yang
kecil, yaitu diameter sub oksipitobregmatika 9,5 cm dan dengan
sirkumferensia sub oksipitobregmatika (30 cm).
c. Sampai di dasar panggul, kepala janin dalam keadaan fleksi
maksimal.
Etiologi dari fleksi :
13
5. Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai didasar pangul dan ubun-ubun kecil di
bawah simfisis, maka dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala
mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan atau terjadilah
ekstensi. Sebab ekstensi :
a. Defleksi kepala atau ekstensi dikarenakan sumbu jalan lahir pada
pintu bawah panggul mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala
harus mengadakan ekstensi untuk memulainya.
b. Bila tidak terjadi ekstensi, kepala akan tertekan pada perineum dan
menembusnya.
c. Pola kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak ke bawah dan
yang satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke
atas, sehingga kekuatannya kearah depan atas.
15
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran
atau timbul kontraksi yang kuat
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
selang waktu 60 menit
15. Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut bahwa ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai atas bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan
bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT / Steril pada kedua tangan
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses lahiran bayi
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara
spontan.
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan ke atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakan.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bahu untuk menopang kepala dan
bahu. Gunakan tangan atas untuk menulusuri dan memegang leher dan
siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
kepunggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk di antara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan
23
melingkar ibu jari pada sati sisi dan jari jari lainnya pada sisi yang lain
agar bertemu dengan jari telunjuk).
25. Lakukan penilaian selintas
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis kuat dan / atau bernapas tanpa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah sati jawaban adalah “TIDAK” lanjut ke langkah resusitasi pada
bayi baru lahir dengan dengan asfiksia (lihat penuntun Belajar Resusitasi
Bayi Asfiksia)
Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke-26
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
(kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks.Ganti handuk basah
dengan handuk/ kain yang kering.Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi
aman di perut bagian bawah ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
(intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan
satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan
jari tengah tangan lain menjepit tali pusat dan geser hingga 3 cm
proksimal dari pusar bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian
tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari terlunjuk dan tengah tangan
lain untuk mendorong isi tali pusat ke arah ibu (sekitar 5 cm) dan kelm
tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan peningkatan tali pusat
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu bayi.
24
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas simfisis),
untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk
menengangkan tali pusat
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambal
tangan yang lain mendorong uterus kea rah belakang-atas (dorso cranial)
secara mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk
mengengangkan tali pusat.
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kea rah dorsal
ternya diikuti dengan pergeseran tali pusat kea rah distal maka lanjutkan
dorongan kearah cranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan.
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras)
39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastic atau
tempat khusus.
40. Evaluasi kemungikinan laserasi pada vagina dan perineum.
41. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan
dengan kain yang bersih dan kering.
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Pastikan kandung kemih kosong
44. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
25
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau
handuk pribadi.
60. Lengkapi partograf (Halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan Kala IV Persalinan.
2.1.7 Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan
terjadinya partus lama (Saifuddin, 2016). Jika digunakan dengan tepat
dan konsisten, patograf akan membantu penolong persalinan untuk:
a. Mencatat kemajuan persalinan
b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini
penyulit persalinan.
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan
klinik yang sesuai dan tepat waktu (Saifuddin, 2016)
kehamilan atau jauh sebelum waktu melahirkan. Ketuban Pecah Dini Preterm
(Preterm Premature rupture of Membrane) merupakan ketuban yang pecah
sebelum usia kehamilan < 37 minggu, KPD yang memanjang merupakan
KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum adanya tanda persalinan. Dan
ketuban yang pecah setelah usia kehamilan 37 .minggu disebut premature
rupture of membrane. (Negara, 2017)
Wanita yang mengalami ketuban pecah dini akan mengalami selubung
cairan yang bocor melalui vagina tanpa rasa sakit (Maknee, 2014). Ketuban
Pecah Dini akan memiliki risiko yang tinggi apabila terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu yang mana akan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas pada ibu dan janin. Sedangkan pada usia kehamilan > 37
minggu memiliki risiko kecil untuk ibu mengalami komplikasi. Disebabkan
oleh masuknya bakteri kedalam rahim pada saat ketuban pecah (Manuaba,
2016), sehingga mengakibatkan tekanan pada tali pusar meningkat dan
menganggu perkembangan paru pada awal pembentukkannya, yang mana
disebabkan karena rendahnya cairan ketuban. ( Manuaba, 2016)
Lapisan yang paling dalam, yang terdekat dengan janin, terdiri dari sel
epitel amnion yang tersusun di atas membran basal yang kaya kolagen IV
28
2.2.2 Patofisiologi
2.2.4 Klasifikasi
Klasifikasi Ketuban Pecah Dini (KPD), yaitu:
1. Premature Rupture of the Membranes (PROM)Ketuban pecah dini/
premature rupture of membranes (PROM) adalah pecahnya ketuban
sebelum waktunya yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan
tes fern (+), IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥ 37 minggu.(Pedoman
Obstetri dan ginekologi pelayanan kedokteran, 2016). Ketuban Pecah Dini
pada saat usia kehamilan >37 minggu. Penyebab PROM dikarenakan
melemahnya membran amnionsecara fisiologis. Kondisi klinis seperti
inkompetensi serviks dan polihidramnion telah diidentifikasi sebagai faktor
risiko yangjelas dalam beberapa kasus ketuban pecah dini.
30
Trauma ini dapat disebabkan oleh hubungan koitus saat hamil yang mana
frekuensi koitus 3 kali seminggu atau lebih, kemudian posisi penetrasi
yang terlalu dalam sehingga memicu ketuban pecah (Saifuddin, 2016).
Kemungkinan kesempitan panggul: perut gantung, bagian terendah
belum masuk PAP, disproporsi sefalopelvik
4. Paritas
Paritas merupakan keadaan frekuensi ibu telah mengalami persalinan,
terdiri dari 2 macam yaitu:
a. Primipara: Wanita yang baru sekali mengalami kehamilan dengan
janin yang dapat mancapai titik hidup. Berkaitan dengan psikologis
dan mencakup keadaan hamil dan gangguan fisiologis.
b. Multipara: Wanita yang telah mengalami kehamilan beberapa kali,
dan mengalami ketubah pecah dini, dapat diyakini bahwa wanita
ini memiliki risiko ketuban pecah dini kembali. Sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Sakinah menunjukan bahwa
paritas memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian
Ketuban Pecah Dini yaitu didapatkan nilai P value 0,001.
(Kemenkes RI, 2018)
5. Usia
Ibu kurang 20 tahun dan atau > 35 tahun Prawirohardjo mendefinisikan
bahwa usia ibu hamil yang aman melakukan persalinan adalah pada
rentan usia 20 – 30 tahun. Dan menurut rosmawati usia ibu yang baik
dalam melakukan persalinan adalah usia 20 -35 tahun dikarenakan usia
ibu pada rentan tersebut telah memiliki kesiapan fisik, emosional dan
psikologis yang lebih matang.15 Ibu hamil dengan usia yang terlalu
muda keadaan uterus kurang matur untuk melahirkan sehingga rentan
untuk mengalami ketuban pecah dini dan pada ibu hamil dengan usia
lebih 35 tahun tergolong usia terlalu tua untuk melahirkan (primitua)
sehingga berisiko tinggi untuk terjadi ketuban pecah dini.(Kemenkes
RI, 2018)
B. Factor fetal / janin
33
1. Kelainan Posisi
kelainan letak janin yaitu letak lintang ataupun sungsang dapat
mempengaruhi terjadinya pecahnya membran selaput ketuban
dikarenakan tidak adanya bagian terendah yang menutupi pintu atas
panggul sehingga tidak ada bagian yang menahan tekanan terhadap
bagian terbawah.
2. Gemeli
Kehamilan kembar dapat meningkatkan risiko rupture membrane
dikarenakan rongga rahim membesar secara maksimal, apabila tidak
diseimbangi dengan nutrisi yang baik kemungkinan pecah ketuban
akan meningkat karena adanya peningkatan tekanan dari kedua janin.
3. Makrosomia
Makrosomia atau berat badan bayi ≥ 4000 gram. Kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over
distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah
sehingga dapat menekan selaput ketuban, menyebabkan selaput
ketuban menjadi tegang dan tipis dan kekuatan membrane menjadi
berkurang sehingga, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah
(Winkjosastro, 2016)
C. Factor lain
1. Merokok: ibu hamil yang merokok akan meningkatkan risiko ketuban
pecah dini dikarenakan dalam rokok mengandung zat 18 kimia yang
berbahaya yang menyebabkan lemahnya selaput membran ketuban
2. Sosial Ekonomi: Pendapatan keluarga merupakan faktor yang
menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan keluarga, pendapatan
yang tinggi dapat menunjang kondisi kesehatan yang berjalan dengan
baik, sedangkan pendapatan yang rendah dapat memberikan rintangan
dalam keluarga dalam mencapai kesejahteraan kesehatan.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan, yaitu :
34
A. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya disusul dengan persalinan. Periode laten
tergantung dari umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi
dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan 28-34 minggu
persalinan terjadi lebih dari 24 jam, pada kehamilan < 28 minggu
terjadi dalam 1 minggu setelah ketuban pecah (Manuaba,2016).
B. Infeksi
Ketuban Pecah Dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar
dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi
ascenden. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau
menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga
mengurangi kemungkinan infeksi. Semakin lama periode laten, makin
besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan
selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan
bayi atau janin dalam rahim (Saifuddin, 2016). Tanda adanya infeksi
apabila suhu ibu 380C, air ketuban yang keruh dan bau serta leukosit
darah > 15.000/ mm .
C. Asfiksia
Ketuban pecah dini dapat mengakibatkan pengurangan jumlah air ketuban
dalam rahim atau disebut oligohidramnion, sehingga mengakibatkan
penekanan pada tali pusar yang mengakibatkan sirkulasi dalam tali
pusar tidak baik dan menimbulkan hipoksia, sehingga terjadi gawat
janin.
D. Sindrom deformitas janin
Komplikasi yang sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distres pernafasan, ini terjadi
pada10-40% bayi baru lahir,risiko infeksi akan meningkat pada
kejadian ketuban pecah dini, semua ibu hamil dengan ketuban pecah
dini prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis. Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat
bisa terjadi pada ketuban pecah dini. Risiko kecacatan dan kematian
35
Faktor Ibu
Usia
Paritas
Umur
Kehamilan
Anemia
Infeksi menular Seksual
Riwayat KPD
sebelumnya
Pendidikan
Servik
Inkompeten
Korio amnio sinteris
Faktor Janin
Kelainan letak
Gemeli Ketuban Pecah
Makrosomia Dini
Faktor Lain
Merokok
Sosial Ekonomi
Trauma
1. Umur
2. Paritas
3. Riwayat KPD
4. Malpresentasi
sebelumnya
5. Gemelli Ketuban
Pecah Dini
38
3.4 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat ukur Kategori Skala
1 Ketuban Ketuban pecah Rekam 1. KPD Ordinal
pecah dini dini adalah Medis 2. Tidak KPD
pecahnya selaput
ketuban sebelum
terjadinya
kelahiran. yang
sudah di
diagnosa tercatat
dalam
rekam medis
2 Usia Usia adalah Rekam 1. Beresiko ( 35 Ordinal
lamanya waktu Medis tahun )
hidup atau sejak 2. Tidak beresiko
dilahirkan dihitung (20-35 tahun)
dalam tahun. Usia
ibu bersalin yang
tercatat di buku
register
3 Paritas Persalinan yang di Rekam 1. Resiko Ordinal
alami seseorang Medis Tinggi
yang melahirkan (1dan>3 )
bayi yang dapat 2. Resiko Rendah
hidup yang tercatat (2-3)
di buku rekam
medis
39
keadaan letak malpresentasi
sungsang maupun
letak lintang yang
tercatat di buku
register
6. Gemelli Ibu yang memiliki Rekam 1. Gemelli Ordinal
jumlah janin lebih Medis 2. Tidak Gemelli
dari 1 yang tercatat
di buku register
Keterangan :
Dalam rumus tersebut, terlihat unsur-unsur rumus seperti n, N, dan e. Berikut adalah
penjelasannya:
n adalah jumlah sampel yang dicari
N adalah jumlah populasi
e adalah margin eror yang ditoleransi 5 %
n= 3525
1+(3525x (0.052 )
n= 3525
1+ (3525 x 0,0025)
= 3525
(1+ 8,8125)
= 360
Berdasarkan rumus diatas sampel didapatkan total sampel dalam penelitian ini sebanyak
352 responden yang diambil dari data rekam medis pasien .
40
3.5.3 Tekhnik Pengambilan Sampling
Pengambilan sampel secara random atau acak disebut random sampling, dan
sampel yang diperoleh disebut sampel random. Teknik random sampling ini hanya
boleh digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu bersifat homogen atau
diasumsikan homogen. Hal ini berarti setiap anggota populasi itu mempunyai
kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018).
1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria inklusi
dalam penelitian ini adalah :
1) Ibu bersalin dengan diagnosa KPD yang di rawat di RSUD Oto Iskandar Dinata
dan tercatat dalam buku register dan catatan rekam medis.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai
sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Ibu bersalin yang mempunyai komplikasi penyakit yang lain.
2) Ibu dengan catatan rekammedis tidak lengkap.
3.6 Tekhnik pengumpulan data dan Prosedur Penelitian
3.6.1 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data sekunder
yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2018). Dalam penelitian ini
yang menjadi sumber data sekunder adalah catatan Buku register dan rekam medis ibu
bersalin di RSUD Oto Iskandar Dinata tahun 2022.
3.6.2 Cara Pengumpulan Data
1. Melihat buku register persalinan untuk mencari nomor rekam medis seluruh ibu
bersalin meliputi ibu bersalin yang terdiagnosa.
2. Mencari data rekam medis sesuai dengan daftar nomor rekam medis yang
diperoleh.
3. Melakukanskriningsampelberdasarkriteriainklusidaneksklusi
4. Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan kriteria yangcsudah ditentukan
5. kemudiandilihatapakahterdapatketubanpecahdini.
6. Memasukkandatapadalembarpengumpulandata.
3.6.3 Instrumen dan Bahan Penelitian
41
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini lembar pengumpulan data. Data
yang diperoleh dari rekam medis RSUD Oto Iskandar Dinata kemudian dimasukkan
dalam lembar pengumpulan data.
3.6.4 Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Mengurus dan menyerahkan surat izin studi pendahuluan ke bagian diklat RSUD
Oto Iskandar Dinata
b. Melakukan studi pendahuluan di rekam medik RSUD Oto Iskandar Dinata
c. Membuat proposal penelitian
d. Mengurus ethical clereance
e. Mengurus dan menyerahkan surat izin penelitian ke Direktur RSUD Oto Iskandar
Dinata
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Peneliti melihat jumlah ibu bersalin dan melihat nomor rekam medis persalinan
pasien di RSUD Oto Iskandar Dinata
b. Nomor rekam medis yang telah diperoleh oleh peneliti selanjutnya dipilih
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti
c. Melakukan penelitian dari catatan rekam medis persalinan pasien dengan
memasukkan data yang diperlukan ke dalam master tabel
3. Tahap Penyelesaian
a. Mengolah data dan mengintepretasikan hasil penelitian
b. Konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing dan revisi hasil penelitian
c. Melakukan sidang penelitian, revisi hasil penelitian, dan pengesahan hasil
penelitian
42
Transfering yaitu memasukkan atau memindahkan data-data dimana data tersebut
sebelumnya sudah di koding ke dalam master tabel dengan bantuan komputer
sehingga mempermudah dalam penjumlahan dan tabulasi.
4. Tabulating
Tabulating yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
diinginkan oleh peneliti. Tabulating dalam penelitian ini adalah dengan membuat
tabel-tabel kemudian didapat hasil sesuai dengan tujuan peneliti.
3.7.2 Analisis Data
Data yang sudah diperoleh dari hasil data rekam medis akan diolah
menggunakan SPSS. Data yang diperoleh dalam peneitian berupa data kuantitatif. Data
yang telah terkumpul, diteliti dan dianalisis secara komputerisasi yang meliputi
analisis univariate dan analisis bivariate.
1. Analisis Univariate
Analisis univariate digunakan untuk mendeskripsikan setiap variabel dan
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel. Analisis ini
digunakan agar dapat memberikan gambaran umum terhadap data hasil dari
penelitian. Data akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi.
Distribusi frekuensi adalah penyusunan data ke dalam kelas- kelas tertentu dimana
setiap data dimasukkan kedalam salah satu kelas tertentu (Pengelompokkan data).
Tujuannya adalah untuk mengatur data mentah yang acak (belum dikelompokkan)
ke dalam bentuk yang rapi dengan tetap mempertahankan informasinya. Analisis
data yang diperoleh dari rekam medis pasien dilakukan dengan cara peneliti
melakukan tabulasi hasil rekam medis pasien kemudian melakukan coding dan
kategorisasi beberapa jawaban yang memiliki makna yang sama akan
dikelompokkanmenjadi satu, kemudian menghitung jumlah ataupun frekuensi yang
muncul dari jawaban tersebut dan diurutkan berdasarkan jumlah terbanyak.
P = F x 100
N
Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
43
Untuk pembahasan hasil selanjutnya data dinterprestasikan dengan menggunakan
kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2016):
0% = Tidak satupun
1-25% = Sebagian kecil
26-49% = Kurang dari setengahnya
50% = Setengahnya
51-75% = Lebih dari setengahnya
6-99% = Sebagian besar
100% = Seluruhnya
2. Analisis Bivariate
Analisis bivariate digunakan untuk menyatakan analisis terhadap 2 variabel, yakni 1
variabel dependen dan 1 variabel independen. Analisis bivariate dilakukan setelah
ada perhitungan analisis univariate. Analisis bivariate dilakukan dua tahap yang
diduga berhubungan atau berkolerasi. Untuk membuktikan ada tidaknya hubungan
tersebut, dilakukan uji statistik chi-square dengan derajat kepercayaan 95% (α =
0,05). Selanjutnya data tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel. Pada penelitian
ini bila uji normalitas terdistribusi normal maka menggunakan uji korelasi
Koefisien Kontengensi atau Lambda karena skala pengukuran pengujian yang akan
diuji yaitu Nominal- Nominal dan Nominal-Ordinal. Bila uji normalitas tidak
terdistribusi normal, maka menggunakan uji Chi Square dengan rumus sebagai
berikut :
X2 = Chi Square
fo= Frekuensi hasil observasi dari sampel
fh = Frekuensi harapan dalam sampel
Taraf signifikan yang digunakan adalah 95% dengan menggunakan kemaknaan
atau p sebesar 5%. Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi.
Bila uji korelasi dinyatakan < 0,05 maka dilanjutkan dengan uji koefisien
korelasi untuk mengetahui keeratan suatu hubungan dari uji korelasi. Kekuatan
koefisien korelasi digolongkan menjadi 5 tingkat (Sugiyono, 2012) , yaitu :
1.) 0,000 – 0,199 : Sangat lemah
2.) 0,200 – 0,399 : Lemah
3.) 0,400 – 0,599 : Sedang
4.) 0,600 – 0,799 : Kuat
44
5.) 0,800 – 1,000 : Sangat Kuat Pengambilan
Keputusan berdasarkan :
1. Kriteria pengujian Jika x2 hitung < x2 tabel = H0 diterima (tidak terdapat
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat). Jika x2 hitung > x2
tabel = H0 ditolak atau H1diterima (terdapat hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat).
2. P Value P > 0,05 , maka H0 diterima P < 0,05 , maka H0 ditolak atau H1
diterima
45
46
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong
CY. Obstetri Williams (Ed.23). Jakarta : EGC; 2018.
Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Gilstrap, L., &
Wenstrom, K. D.Preterm Premature Ruftur Of Membranes. Dalam F. G.
Cunningham, K. J. Leveno, S. L. Bloom, J. C. Hauth, L. Gilstrap, & K. D.
Wenstrom (Penyunt.), Williams Obstetrics (24th Edition ed.). New York:
The McGraw-Hill Companies: 2018.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat. Bekasi; 2020.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Profil kesehatan Kabupaten Bandung
tahun 2020. Soreang ; 2020.
Fraser Diane M dan Cooper MA. Myles Buku Ajar Bidan Edisi 14. EGC. Jakarta;
2014.
Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta; 2018.
Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2020. Jakarta; 2020.
Negara KS, Mulyana RS, Pangkahila ES. Buku ajar ketuban pecah dini.
Denpasar: RS Sanglah; 2017.
Raydian AU, Rodiani. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
DI RSUD Abdul Moeloek Periode Maret-Agustus 2017. Medula Januari
2020; 9 (4):658-66.
Saiffuddin, AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka ; 2016.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alvabeta; 2014.