Lastiar Kristina-S1 Ajeng-Kls 2 D - Skripsi Hasil
Lastiar Kristina-S1 Ajeng-Kls 2 D - Skripsi Hasil
SKRIPSI
LASTIAR KRISTINA
6221456
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Hubungan usia dan paritas dengan kejadian preeklampsia
pada ibu bersalin di RSUD Otista Kabupaten Bandung tahun 2021”. Yang diajukan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
Tidak sedikit rintangan yang saya hadapi dalam penyusunan skripsi ini, baik
dalam teknik penulisan maupun dalam pengumpulan dan pengolahan data. Berkat
dorongan dan bantuan dari segala pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi berbagai
kesulitan tersebut, saya banyak mendapatkan pengarahan dari berbagai pihak, untuk
itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
2. Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb. selaku Dekan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
3. Lia Kamila S.S.T., Bd., M.Keb. selaku Penanggung jawab program program
studi Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali sekaligus pembimbing
utama skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
pengarahan dan bantuan selama penyusunan skripsi.
4. Anne Loisza S.S.T., Bd., M.Tr.Keb. selaku pembimbing pendamping skripsi
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan
bantuan selama penyusunan skripsi.
5. Seluruh dosen Institut Kesehatan Rajawali Bandung yang telah memberikan
ilmu dan bimbingannya dalam pelaksanaan penyusunan skripsi.
6. Seluruh bidan dan perawat yang telah membantu dalam melakukan
pengumpulan data dan pelaksanaan penelitian.
7. Papah yg sudah tenang di surga sana terimakasih untuk motivasinya selama
papah hidup banyak sekali nasehat dan cinta kasih yang papah berikan untuk
3
saya, Mama yang selalu mensupport dan memberikan nasehat dan kasih sayi
nng sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Suami dan anak-anak tercinta yang dengan penuh kasih sayangnya telah
banyak memberikan doa, dukungan dan motivasi secara materil maupun
moril guna kelancaran penyelesaian skripsi.
9. Abang , kakak serta adik yang telah memberikan banyak dukungan dan
motivasi kepada saya sehingga saya dapat termotivasi untuk menyelesaikan
skripsi ini.
10. Sahabat yang sudah saya anggap saudara saya sendiri Ama, Ibun & Mami
Uwi terimakasih telah banyak memberikan masukan dan motivasinya.
11. Adik adik saya Sri Sulastri dan Nita yang telah banyak membantu dan selalu
memotivasi saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Rekan-rekan seperjuangan Yeni, Sindi, Yulfi, Santi, Desi Serta Semua
Angkatan saya mahasiswa Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali
Bandung yang senantiasa selalu memberikan doa, dukungan dan semangat.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu
memberikan dukungan, Doa , serta semangat kepada penulis.
Semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi banyak pihak serta
dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menambah wawasan
pengetahuan serta pengalaman.
Penulis
4
DAFTAR ISI
5
3.2 Kerangka Penelitian.....................................................................23
3.3 Variabel Penelitian.......................................................................23
3.4 Definisi Operasional Variabel......................................................24
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian....................................................24
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian.....................26
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data..................................................26
3.6.2 Prosedur Penelitian..............................................................26
3.7 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data.........................................27
3.7.1 Pengolahan Data..................................................................27
3.7.2 Analisa Data .......................................................................28
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................29
BAB IV PEMBAHASAN ………………........................................................34
4.1 Hasil Penelitian.............................................................................34
4.1.1 Analisis Univariat................................................................34
4.1.2 Analisis Bivariat..................................................................35
4.2 Pembahasan.................................................................................36
BAB V SIMPULAN DAN SARAN …… ......................................................40
5.1 Simpulan ....................................................................................40
5.2 Saran ...........................................................................................40
DAPTAR PUSTAKA......................................................................................30
LAMPIRAN
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 40
Gambar 3.1 Kerangka Konsep.......................................................................... 41
7
DAFTAR LAMPIRAN
8
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Data Kemenkes 2020 AKI di Jawa Barat tahun 2019 sebesar 684 kasus
meningkat pada tahun 2020 menjadi 745 Kasus/100.000 KH. Hasil survey
Badan Pusat Statistik (BPS) di Kabupaten Bandung tahun 2018 menunjukkan
bahwa AKI mencapai 39/100.000 kelahiran hidup. Perdarahan merupakan
komplikasi yang paling sering terjadi sebagai akibat kematian ibu yaitu sekitar
44,68 % baik saat kehamilan, persalinan dan nifas. Adapun penyebab kematian
ibu disebabkan oleh perdarahan (27%), hipertensi atau preeklampsia (14%),
Infeksi (11%), Abortus (8%), Emboli (3%), kematian tidak langsung (28%) dan
kematian langsung (10%). UNICEF (2020). Preeklampsia di kabupaten
Bandung menempati peringkat kedua penyumbang angka kematian ibu
sebanyak 19,56 %.
Preeklampsia dapat dideteksi ketika kehamilan ≤ 34 minggu dan
ditemukan tekanan darah sistol < 160 mmHg dan tekanan darah diastol < 110
mmHg maka pasien memiliki komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia,
selanjutnya dilakuakan evaluasi janin termasuk evaluasi ultrasonografi
pertumbuhan janin dan perkiraan volume cairan ketuban saat masuk,
velosimetri Doppler arteri umbilikalis, pemantauan detak jantung janin, dan
evaluasi klinis kriteria janin (Le et all, 2019). Preeklampsia pada awalnya
penyakit ringan sepanjang kehamilan, namun pada akhir kehamilan berisiko
terjadinya kejang yang dikenal eklampsia. Jika eklampsia tidak ditangani secara
cepat dan tepat, terjadilah kegagalan jantung, kegagalan ginjal dan perdarahan
otak yang berakhir dengan kematian (Fatkhiyah,2018).
Penyebab preeklampsia masih belum diketahui secara pasti. Namun
masalah kesehatan tersebut dapat dihubungkan dengan beberapa faktor. Para
ahli mempercayai bahawa preeklampsia disebabkan oleh adanya masalah
dengan perkembangan Plasenta. Preeklampsia dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu umur, paritas, riwayat hipertensi, hamil kembar, obesitas dan diabetes
melitus (Bothamley et al, 2012)
Sekitar 13% wanita berusia 15 - 20 tahun lebih memiliki resiko tinggi
baik untuk ibu maupun janinnya, wanita berusia 35 tahun memperlihatkan
3
(3,9%) dan angka kematian ibu ditahun 2021 sebanyak 10 orang (0,9%) karena
preeklampsia.
Maka berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Hubungan usia dan paritas dengan kejadian
preeklampsia di RSUD Otista Soreang Kabupten Bandung tahun 2021.
Paritas ialah jumlah kelahiran hidup atau jumlah anak yang dimiliki oleh
seorang ibu baik itu hidup atau pun mati.
Faktor paritas mempunyai pengaruh persalinan, ibu hamil memiliki
risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan selama masa kehamilan.
Primigravida sering mengalami stress dalam persalinan dikarenakan belum
adanya pengalaman melahirkan, sehingga dapat mempengaruhi terjadinya
hipertensi dalam kehamilam atau preeklampsia. Stres emosi mengakibatkan
peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh
hipotalamus,kemudian menyebabkan peningkatan terhadap kortisol. Kortisol
mempersiapkan tubuh merespon terhadap semua stressor dengan meningkatkan
respon simpatis, termasuk respon untuk meningkatkan curah jantung dan
mempertahankan tekanan darah. Ibu hamil dengan Preeklampsia tidak terjadi
penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga
mengakibatkan peningkatan volume darah yang berakibat meningkatkan curah
jantung dan tekanan darah. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi hermawati
tahun 2022 jika paritas tidak ada hubungan dengan preeklampsia (Hermawati,
2020). Dampak preeklampsia pada ibu yaitu kelahiran prematur, oliguria,
kematian, sedangkan dampak pada janin yaitu pertumbuhan janin terhambat,
oligohidramnion, dapat pula meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Yogi ED
et al,2014).
2.1 Preeklampsia
2.1.2 Definisi Preeklampsia
Kehamilan serta persalinan merupakan suatu peristiwa alamiah dan hal
yang sangat dinanti setiap ibu yang sedang menunggu proses kelahiran bayinya.
Meskipun persalinan merupakan peristiwa fisiologis namun setiap proses
persalinan yang terjadi berisiko mengalami komplikasi selama persalinan. Hal
tersebut dapat memperburuk kondisi baik ibu maupun bayi selama persalinan
berlangsung sehingga berdampak terjadinya kematian pada ibu dan bayi
(Cuningham, 2014).
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya
inflamasi sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis
preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang
disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada
umur kehamilan diatas 20 minggu. Preeklampsia selalu didefinisikan dengan
adanya hipertensi dan proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onset
hypertension with proteinuria),(POGI,2016). Meskipun kedua kriteria ini masih
menjadi definisi klasik preeklampsia, beberapa wanita lain menunjukkan adanya
hipertensi disertai gangguan multsistem lain yang menunjukkan adanya kondisi
berat dari preeklampsia meskipun pasien tersebut tidak mengalami proteinuri.
Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena
sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal,(POGI, 2016).
Preeklampsia sebagai salah satu komplikasi persalinan didefinisikan
sebagai suatu kumpulan gejala pada ibu hamil ditandai dengan peningkatan
tekanan darah sistolik ≥ 140/90 MmHg dan tingginya kadar protein pada urine
(proteinuria) yang sering muncul pada umur kehamilan ≥ 20 minggu disertai
dengan proteinuri (≥300mg/24 jam atau 1+ dipstik), (POGI, 2016). Hipertensi
10
didiagnosis secara empiris bila tekanan darah yang diambil secara tepat
melebihi
11
11
2.1.2 Etiologi
Sejumlah mekanisme telah diusulkan untuk menjelaskan penyebab
Preeklampsia bukan hanya "satu penyakit", tetapi merupakan hasil akhir dari
berbagai faktor yang mungkin mencakup sejumlah faktor pada ibu, plasenta, dan
janin. Faktor-faktor yang saat ini dianggap penting meliputi:
1. Implantasi plasenta disertai invasi trofoblastik abnormal pada pembuluh
darah uterus.
2. Toleransi imunologis yang bersifat maladaptif di antara jaringan maternal,
paternal (plasental), dan fetal.
3. Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau inflamatorik
yang terjadi pada kehamilan normal
4. Faktor-faktor genetik, termasuk gen predisposisi yang diwariskan, serta
pengaruh epigenetik.
1) Invasi Trofoblastik Abnormal
Implalantasi normal adalah karakteristik dipicu oleh remodeling
ekstensif arteriola spiralis didalam desidua basalis. Trofoblas
endovaskular menggantikan endotel vaskular dan lapisan otot untuk
memperbesar diameter pembuluh darah. Pada preeklamsia, mungkin
terjadi invasi trofoblastik inkomplet. Bila terjadi invasi yang dangkal
scperti ini, pcmbuluh desidua, dan bukan pembuluh miometrium, akan
dilapisi oleh trofoblas endovaskular.
12
2.1.3 Patofisiologi
Meskipun penyebab preeklamsia masih belum diketahui, bukti manifestasi
preeklamsia dimulai pada awal kehamilan, dengan perubahan patofisiologi
terselubung yang mendapatkan momentum selama kehamilan dan akhirnya
menjadi nyata secara klinis. Kecuali pengiriman supervenes, perubahan ini pada
14
2.1.4 Mekanisme
Terdapat sejumlah manifestasi neurologis sindrom preeklampsia.
Masing- masing manifestasi menunjukkan ketetlibatan berat suatu organ
dan memerlukan perhatian segera:
15
Afrika-Amerika. Hubungan berat badan ibu dan dan resiko preeklampsia bersifat
progresif Risiko ini meningkatkan dari 4,3 persen untuk perempuan yang
memiliki indeks masa tubuh (IMT) <20kg/m² menjadi 13,3 persen pada
perempuan yang memiliki IMT>35 kg/m². Pada perempuan dengan kehamilan
kembar, di bandingkan dengan kehamilan tunggal ,insiden hipertensi
gestasional-13 versus 6 persen, meningkat secara signifikan. Insiden ini
berkaitan dengan zigositas kembar tersebut (Cunningham, F. Gary, 2018)
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Preeklampsia
1) Faktor umur
Umur ibu <20 tahun atau >35 tahun menjadi salah satu faktor
preeklampsia karena Pada umur <20 tahun diketahui bahwa organ
reproduksi matang secara sempurna selain itu diduga karena adanya
suatu mekanisme imunologi disamping endokrin dan genetic hal ini
akan meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk
preeklampsia dan eklampsia (Situmorang et al., 2016).
Umur pada umur >35 tahun atau semakin bertambahnya umur ibu
hamil, dapat terjadi proses degeneratif yang menyebabkan terjadinya
pengerasan dinding pembuluh darah yang selanjutnya menyebabkan
terjadinya penyempitan pembuluh darah dan rentang menderita
Preeklampsia karena kehamilan atau superimposed Preeklampsia .
(Lowdermilk et al., 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian komalasari
tahun 2021 jika umur yang berisiko tinggi memiliki 3,9 kali lebih besar
pada preeklamsia (Komalasari et al., 2021)
2) Paritas
Paritas ialah jumlah kelahiran hidup atau jumlah anak yang
dimiliki oleh seorang ibu baik itu hidup atau pun mati. Faktor paritas
mempunyai pengaruh persalinan, ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami gangguan selama masa kehamilan. Primigravida
sering mengalami stress dalam persalinan dikarenakan belum adanya
pengalaman melahirkan, sehingga dapat mempengaruhi terjadinya
hipertensi dalam kehamilam atau preeklampsia.
17
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan janin,
namun beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun janin
adalah sebagai berikut (Marianti, 2017)
1. Bagi Ibu
1) Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet
count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim
liver, dan rendahnya jumlah trombosit.
2) Eklamsia, preeklampsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang
ditandai dengan kejang-kejang.
3) Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan
dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika
mempunyai riwayat preeklampsia.
4) Kegagalan organ, preeklampsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa
organ seperti, paru, ginjal, dan hati.
5) Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa
perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan untuk
20
2.3 Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup yaitu kondisi
yang menggambarkan kelahiran sekelompok atau kelompok wanita selama masa
reproduksi (BKKBN, 2018). Menurut Bobak (2017) paritas merupakan jumlah
kehamilan yang menghasilkan janin hidup bukan jumlah janin yang dilahirkan.
Jumlah janin yang lahir atau mati setelah viabilitas dicapai, tidak mempengaruhi
paritas. Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil atau pernah hamil
berdasarkan jumlahnya, yaitu :
1. Primigravida adalah wanita hamil untuk pertama kali..
2. Multigravida dalah wanita yang pernah hamil beberapa kali, dimana
kehamilan tersebut tidak lebih dari 5 kali.
3. Grandemultigravida adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali
Menurut sumber lain Siswosudarmo (2012) Paritas adalah jumlah janin
dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah
dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tak diketahui maka dipakai
umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Adapun jenis paritas bagi ibu yang sudah
partus antara lain yaitu:
1. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang mampu
hidup
2. Primipara adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi yang telah
mencapai tahap mampu hidup
3. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin viabel atau lebih
Ibu hamil dengan usia > 35 tahun dengan paritas 2-3 dan jarak lahir > 5
tahun memiliki faktor resiko terjadinya preeklampsia, selain itu juga status
pendidikan, riwayat hipertensi, riwayat komplikasi kehamilan memegang
peranan penting untuk meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia dan resiko
tinggi kehamilan. Jarak aman kehamilan dan proses bersalin yaitu 2-5 tahun.
Jarak lahir <2 tahun menandakan bahwa uterus atau alat reproduktif ibu tidak
akan kembali ke normal, sedangkan jika melahirkan dengan jarak lahir > 5 tahun
akan meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia yang berhubungan dengan
23
proses degeneratif atau kekuatan fungsi otot uterus dan otot pelvis melemah
yang sangat berpengaruh terhadap proses bersalin ketika terjadi kehamilan
dikemudian hari.
Wanita yang baru menjadi ibu atau ibu dengan pasangan baru memiliki
enam sampai 8 kali resiko lebih mudah terkena preeklampsia dibandingkan
multipara, sedangkan anak wanita dan saudara wanita ibu dengan preeklampsia
memiliki resiko lebih tinggi terjadinya preeklampsia. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa usia kehamilan (sebelum minggu ke 28), usia ibu lebih dari
25 tahun, dan ibu multigravida dan ibu yang menderita hipertensi kronis atau
penyakit ginjal merupakan salah satu faktor meningkatnya jumlah morbilitas dan
mortalitas maternal dan perinatal tertinggi yang disebabkan oleh preeklampsia
berat- eklampsia .
Menurut Wiknjosastro (2015), paritas 2-3 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari kasus kematian ibu. Paritas pertama berhubungan dengan
kuranganya pengalaman dan pengetahuan ibu dalam perawatan kehamilan.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih
dari tiga) merupakan paritas beresiko terjadinya preeklampsia. Ibu dengan
paritas tinggi (lebih dari 4) sudah mengalami penurunan fungsi sistem
reproduksi, selain itu biasanya ibu terlalu sibuk mengurus rumah tangga
sehingga sering mengalami kelelahan Evi Diliana Rospia, dkk.: Hubungan
Paritas dengan Kejadian Preeklampsia Berat di RSUD Panembahan Senopati
Bantul CARING, Volume 5 Nomor 2, Desember 2021 26 dan kurang
memperhatikan pemenuhan gizinya (Henderson, 2006). Pada primigravida
sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi
pada primigravida menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic- releasing
hormone (CRH) oleh hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan
kortisol. Efek kortisol adalah mempersiapkan tubuh untuk berespons terhadap
semua stresor dengan meningkatkan respons simpatis, termasuk respons yang
ditujukan untuk meningkatkan curah jantung dan mempertahankan tekanan
darah. Pada wanita dengan preeklamsia/eklamsia, tidak terjadi penurunan
sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan
24
besar volume darah langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah.
(Windaryani, dkk. 2013).
Indikasi persalinan berdasarkan faktor risiko pada janin dan ibu. Cara
persalinan yang dipilih adalah pervaginum. Cara ini dapat menghindarkan resiko
pembedahan dan stres berkelanjutan pada ibu dan janin. Ketika keputusan
ditetapkan untuk melakukan perrsalinan maka induksi persalinan segera dapat
dilakukan. Apabila persalinan pervaginum tidak dapat dilakukan sehubungan
waktu yang urgensi atau karena kontra indikasi lain, maka persalinan dapat
dilakukan dengan seksio sesaria. Apabila ternyata seksio sesaria harus dilakukan,
maka pilihan anestesi yang dianjurkan adalah epidural. Pembiusan secara umum
sedapat mungkin dihindari karena hal ini dapat meningkatkan resiko
preeklampsia. (Varney, H. et al, 2007).
27
Usia
- Preeklampsia
Paritas
27
28
2. Paritas Jumlah anak yang telah Rekam 1. Resiko Tinggi (1, >3) Ordinal
dilahirkan oleh responden medis 2. Resiko Rendah (2-3)
yang tercatat dalam buku
register
3. Preeklampsia Ibu bersalin yang memiliki Rekam 1. Preeklampsia Ordinal
Tekanan darah medis 2. Tidak Preeklampsia
≥140/90mmHg dan disertai
proteinuria (di atas positif 1)
dan atau edema menyeluruh
yang
didiagnosis oleh tenaga
kesehatan.
Keterangan :
n = Jumlah sample
N = Ukuran populasi
e= Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambil sample
yang masih bisa di tolerir.
Pengambilan e + 0,1 dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut :
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 1.548 ibu bersalin,
sehingga presentase kelonggaran yang digunakan adalah 5 % dan hasil
perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian. Maka untuk
mengetahui sampel penelitian, dengan perhitungan sebagai berikut :
N
n= 2
1+ N (e)
1.548
n=
1+ 1.548.( 5 %)2
1.548
n= 2
1+ 1.548.( 0,05)
1.548
n=
1+ 1.548(0,0025)
1.548
n=
1+ 3,87
1.548
n=
4,87
n = 317,8 kemudian dibulatkan menjadi 318
c. Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah:
a) Ibu bersalin normal di RSUD Otista Kab. Bandung tahun 2021.
b) Data Lengkap yang di ambil dari data sekunder ( Rekam Medis).
2. Kriteria Ekslusi
Kriteria Ekslusi dalam penelitian ini adalah :
a) Ibu yang mengalami komplikasi tambahan selain PEB pada persalinan
seperti perdarahan pervaginam, plasenta previa dan solutio plasenta.
P = F x 100
N
Keterangan :
P = Persentase F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
Untuk pembahasan hasil selanjutnya data dinterprestasikan dengan
menggunakan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2016):
0 % = Tidak satupun
1-25% = Sebagian kecil
26-49% = Kurang dari setengahnya
50% = Setengahnya
51-75% = Lebih dari setengahnya
76-99% = Sebagian besar
100% = Seluruhnya
Analisis Univariat didapatkan hasil dari variabel usia di RSUD Otista Soreang
Kabupaten Bandung hampir setengah responden mengalami usia beresiko
sebanyak (45,2%) responden. Variabel paritas hampir setengah responden
mengalami paritas resiko tinggi sebanyak (45,2%) responden. Variabel
Preeklampsia Sebagian besar responden mengalami Preeklampsia sebanyak
(64,2%) responden.
33
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan untuk memperoleh
gambaran setiap variabel, distribusi frekuensi berbagai variabel yang diteliti baik
variabel terikat maupun bebas yang kemudian ditampilkan dalam bentuk distribusi
frekuensi.
1. Distribusi Frekuensi Usia Pada Ibu Bersalin di RSUD Otista Kabupaten
Bandung Tahun 2021
Usia Frekuensi %
Beresiko 134 42,1
Tidak Beresiko 184 57,9
Total 318 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 318 responden
kurang dari setengah dari responden memiliki usia yang beresiko sebanyak 134
responden (42, 1%).
2. Distribusi Frekuensi Paritas Pada Ibu Bersalin di RSUD Otista Kabupaten
Bandung Tahun 2021
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Paritas Pada Ibu Bersalin di RSUD
Otista Kabupaten Bandung Tahun 2021
Paritas Frekuensi %
Resiko Tinggi 134 42,1
Resiko Rendah 184 57,9
Total 318 100,0
36
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari 318 responden
kurang dari setengah dari responden memiliki paritas yang resiko tinggi sebanyak
134 responden (42, 1%).
3. Distribusi Frekuensi Preeklampsia Pada Ibu Bersalin di RSUD Otista
Kabupaten Bandung Tahun 2021.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Preeklampsia Pada Ibu Bersalin di
RSUD Otista Kabupaten Bandung Tahun 2021
Preeklampsia Frekuensi %
Preeklampsia 204 64,2
Tidak Preeklampsia 114 35,8
Total 318 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 318 responden
lebih dari setengahnya dari responden mengalami Preeklampsia sebanyak 204
responden (64, 2%).
Preeklampsia Total P
Usia Preeklampsia Tidak Preeklampsia
F % F % F %
Beresiko 85 63,4 49 36,6 134 100 0,003
Tidak Beresiko 119 64,7 65 35,3 184 100
37
Preeklampsia Total P
Paritas Preeklampsia Tidak Preeklampsia
F % F % F %
Beresiko Tinggi 85 63,4 49 36,6 134 100 0,003
Beresiko Rendah 119 64,7 65 35,3 184 100
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, juga dketahui bahwa preeklampsia pada ibu
dengan paritas 2-3 (63,4%) adalah lebih sedikit daripada ibu dengan paritas 1 atau >
3 (64,7%), sebaliknya tidak preeklampsia berat pada ibu dengan paritas 2-3
jumlahnya (36,6%) lebih besar dibandingkan pada ibu dengan paritas 1 > 3
(35,3%).
Hasil Penelitian menunjukkan uji statistic Chi-Squer diperoleh nilai p.0,003
(p.value <0,05) yang berati ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan
kejadian preeklampsia pada ibu bersalin di RSUD Otista Kabupaten Bandung
Tahun 2021
4.2 Pembahasan
Usia ibu hamil terbukti berhubungan dengan kejadian preeklampsia berat di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Usia ibu yang berisiko tersebut yaitu
38
usia ibu 35 tahun atau juga dikenal sebagai usia berisiko. Jumlah ibu hamil dengan
usia berisiko pada penelitian ini sebanyak 63,4%; angkanya hampir sama dengan
yang dilaporkan dalam penelitian Mulastin dkk. (2019) yang berjumlah sebanyak
20%. Dinyatakan sebagai usia berisiko karena usia yang terlalu muda (35 tahun)
dapat menyebabkan ibu hamil terpapar komplikasi obstetrik dan medik. Pada usia
terlalu tua, terdapat kemungkinan terjadi perdarahan pada umur kehamilan lanjut
serta meningkatnya perdarahan karena solusio plasenta juga plasenta previa. Usia
terlalu tua juga berisiko pada tingginya kematian maternal (Andriani, 2019). Pada
ibu hamil usia berisiko didapatkan 69,2% preeklampsia berat dimana angkanya
lebih tinggi daripada preeklampsia berat pada kelompok usia tidak berisiko
(36,7%). Dilihat dari nilai/tingkat risiko didapatkan risiko preeklampsia berat pada
ibu hamil usia berisiko adalah 1,885 kali. Usia 35 tahun berisiko pada preeklampsia
berat karena pada usia berisiko akan lebih rentan terjadi komplikasi selama
kehamilan yang bisa berakibat buruk baik bagi ibu maupun janin. Pada usia <20
tahun ukuran rahim belum normal sepenuhnya sehingga risiko komplikasi
kehamilan akan tinggi (Sari dkk , 2017). Pada usia <20 tahun juga dimungkinkan
terjadi imunologis maladaption dimana hasil konsepsi (zygot) dianggap sebagai
tubuh/benda baru yang masih asing, sementara itu mekanisme imunologis di usia
muda masih belum sempurna yaitu human leukocyte antigen G (HLA-G) belum
efektif dalam menghambat pembentukan antibodi, dan sebagai akibatnya proses
implantasi trofoblas pada jaringan desidual akan terganggu. Sementara itu menurut
usia lebih dari 35 tahun, proses degenerasi yang terjadi mengakibatkan pergantian
struktural dan fungsional pada vaskularisasi perifer sehingga meningkatkan tekanan
darah dan munculnya preeklampsia (Sari dkk,2017).
Pada penelitian di RS DR. M Djamil Padang juga didapatkan ada hubungan usia
dengan kejadian preeklampsia, dimana preeklampsia pada usia berisiko ditemukan
sebesar 69% sedangkan pada usia tidak berisiko sebanyak 36,4% (Sari, Utama and
Agus, 2017). Pada penelitian di RSU Haji Surabaya tahun 2013 juga ditemukan
preeklampsia berat yang lebih besar pada kelompok usia berisiko yaitu 71,7% lebih
tinggi daripada yang ditemukan pada kelompok usia tidak berisiko yaitu sebanyak
50,0%. Usia merupakan faktor risiko preeklampsia berat (Haryani dkk., 2017).
39
Berdasarkan status paritas, sebagian besar ibu hamil dengan preeklampsia pada
penelitian ini adalah multipara yaitu sebanyak 62,9%;dengan rata-rata jumlah anak
lahir hidup yang dimiliki adalah 2 anak. Pada kelompok ibu hamil multipara ini
kejadian preeklampsia berat didapatkan sebanyak 55,0% lebih tinggi angkanya
dibandingkan dengan preeklampsia berat pada ibu hamil primipara (22,7%).
Berdasarkan uji chi square didapatkan nilai p sebesar 0,014 menunjukkan bahwa
paritas berhubungan dengan preeklampsia berat dengan nilai RP sebesar 2,420
(IK95%: 1,066 – 5,494).
Temuan mengenai hubungan paritas dan preeklampsia berat juga
ditunjukkan oleh Djaga dkk., (2020) di RS Panti Wiloso Citarum Semarang yang
melaporkan sebanyak 55% preeklampsia berat ditemukan pada multipara, serta
pada penelitian Tonasih dan Kumalasary (2020) di RSD Gunung Jati Cirebon yang
melaporkan preeklampsia berat pada multipara sebanyak 21,7% lebih tinggi
daripada preeklampsia berat pada primipara (19,6%) dan 47,8% pada
grandemultipara dengan nilai p = 0,000 bahwa semakin tinggi paritas risiko
preeklampsia berat juga meningkat. Namun pada penelitian ini tidak ada status
paritas grandemultipara.
Temuan mengenai risiko preeklampsia berat yang lebih tinggi pada
multipara juga sesuai dengan penelitian Haryani dkk., (2017) yang menemukan
bahwa risiko preeklampsia berat pada multipara lebih tinggi dibandingkan dengan
nulipara, namun berbeda dengan temuan penelitian Punyatora (2013) yang
menyatakan bahwa preeklampsia berat lebih tinggi pada nulipara dibandingkan
multipara, karena terbentuknya respon imun lebih sempurna daripada kehamilan
sebelumnya sehingga risiko preeklampsia berat akan lebih rendah. Hasil penelitian
ini juga tidak mendukung temuan penelitian di RSUD Pelabuhan Ratu yang
menyatakan bahwa primipara adalah yang lebih berisiko pada preeklampsia berat
dibandingkan dengan multipara (p = 0,015) dengan perbandingan kejadian 26,9%
dan 63,2% (Laila, 2019). Temuan ini juga tidak sejalan dengan teori yang
disampaikan oleh Cunningham dkk. (2013) yang menyatakan bahwa primipara dan
multipara berisiko preeklampsia berat lebih rendah daripada nulipara.
40
Perbedaan hasil penelitian ini dan sebelumya atau dengan teori dapat diakibatkan
oleh keberadaan faktor lain (perancu) yang juga dapat ikut mempengaruhi
preeklampsia berat. Pada penelitian ini faktor perancu yang sudah dikendalikan
meliputi status obesitas dan keberadaan penyakit kronis seperti DM, penyakit ginjal
dan hipertensi kronis, namun untuk faktor kehamilan dengan suami lama atau suami
baru atau mengenai riwayat preeklampsia berat di kehamilan sebelumnya, jarak
kehamilan/melahirkan < 2 tahun, riwayat melahirkan BBLR, atau persalinan
prematur, riwayat penyakit systematic lupus erythematosus (SLE), serta kepatuhan
melakukan kunjungan ANC tidak dipertimbangkan mengingat data tersebut tidak
semuanya dapat diperoleh dari rekam medis.
Multipara pada penelitian ini berisiko lebih tinggi pada preeklampsia berat
dibandingkan dengan primipara karena terdapat kemungkinan bahwa terdapat
riwayat preeklampsia berat pada kehamilan sebelumnya. Hal tersebut dijelaskan
dalam penelitian yang menyatakan bahwa Riwayat preeklampsia di kehamilan
sebelumnya adalah prediktor kuat bagi kekambuhan preeklampsia pada kehamilan
berikutnya (Hernández-Díaz dkk., 2009). Kehamilan oleh pergantian pasangan atau
perubahan paternitas juga bisa menjadi faktor yang ikut berkontribusi pada
tingginya preeklampsia berat pada multiparitas. (Robillard dkk, 2021).
Pergantingan pasangan kurang mendukung perluasan antigen spesifik sel-sel Treg
paternal sehingga terjadi preeklampsia. Pasangan baru yang sebelumnya juga
memiliki istri dengan riwayat preeklampsia dapat ikut berkontribusi karena kadar
sitokin seminal yang dimiliki akan mempengaruhi penyimpangan imun maternal,
karakteristik HLA spesifik paternal, serta single nucleotide polymorphisms (SNPs)
spesifik paternal terutama yang mengekspresikan gen-gen paternal yang dapat
mempengaruhi plasentasi sehingga menyebabkan preeklampsia (Saito, 2018).
Alasan-alasan tersebut dikemukakan mengingat setelah disesuaikan dengan usia
ibu, preeklampsia berat ini signifikan ditemukan pada multipara di kelompok usia
tidak berisiko (Lampiran 2E).
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat mengungkap lebih jauh
mengenai sebab preeklampsia berat pada multipara, serta terkendala dengan
41
perolehan data secara langsung dari sumber data primer atau dari ibu bersalin
preeklampsia karena sumber data berupa data sekunder.
42
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Gambaran Usia di RSUD Otista Soreang Kabupaten Bandung hampir
setengah responden mengalami usia beresiko sebanyak (45,2%) responden.
2. Gambaran Paritas di RSUD Otista Soreang Kabupaten Bandung hampir
setengah responden mengalami paritas resiko tinggi sebanyak (45,2%)
responden.
3. Gambaran Preeklampsia di RSUD Otista Soreang Kabupaten Bandung
Sebagian besar responden mengalami Preeklampsia sebanyak (64,2%)
responden.
4. Terdapat hubungan bermakna antara usia ibu dengan kejadian preeklampsia
berat di RSUD Otista Soreang Kabupaten Bandung dengan nilai p value
0,003.
5. Terdapat hubungan bermakna antara paritas dengan kejadian preeklampsia
pada ibu bersalin di RSUD Otista Soreang Kabupaten Bandung dengan nilai
p value 0,003.
5.2 Saran
1. Untuk RSUD Otista
Hasil penelitian ini agar lebih meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan kesehatan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi,
misalnya mangadakan penyuluhan sebagai pegenalan penyebab terjadinya
preeklamsia serta gejala-gejala yang timbul sehingga pencegahan dan
penanganan dapat dilakukan secara dini. Rumah sakit juga harus
menyediakan peralatan dan fasilitas yang lengkap dan menujang untuk
pemeriksaan ibu hamil.
2. Untuk Petugas Kesehatan
Petugas Kesehatan terutama yang berhubungan langsung kepada ibu
hamil lebih di perhatikan dalam melakukan deteksi scrinning preeklampsia
terutama pada usia beresiko (<20 atau >35 tahun ), ibu yang hamil untuk
43
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
Williams (Ed.23). Jakarta : EGC; 2017.
Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Gilstrap, L., &
Wenstrom, K. D.. Preterm Premature Ruftur Of Membranes. Dalam F. G.
Cunningham, K. J. Leveno, S. L. Bloom, J. C. Hauth, L. Gilstrap, & K. D.
Wenstrom (Penyunt.), Williams Obstetrics (24th Edition ed.). New York:
The McGraw-Hill Companies: 2014.
Hellen, Varney. Buku ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC; 2006.
Ika D. R Bere, Paulina et Al. Faktor Risiko Kejadian Pre-Eklamsia Pada Ibu
Hamil Di Kabupaten Belu. Jurnal MKMI 2017. Vol. 13 No. 2.
Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2020. Jakarta; 2020.
Manuaba, IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. EGC. Jakarta.
2012.
Muzalfah, Renita et al. Kejadian Preeklampsia pada Ibu Bersalin. Higea Journal of
Public Health Research and Development 2018. Vol. 2 No. 3.
Notoatmodjo,S, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta; 2018.
Ratnawati, et al. Faktor Risiko pada Pasien Preeklampsia. Jurnal Ilmiah Kesehatan
2017.Vol. 10 No. 2.
Oxorn, H William R.F. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan . Edisi I.
Yogyakarta: CV andi Offset. 2010.
Yogi. Hubungan Antara Usia Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di Poli Kia RSUD
Kefamenanu Kabupaten Timor Tengah Utara, 3(2), 10–19
46
47
48