Anda di halaman 1dari 144

ASUHAN KEBIDANAN

KOMPREHENSIF PADA NY. Y G4P2A1


USIA 35 TAHUN DENGAN RETENSIO
PLASENTA
DI RSUD PELABUHAN RATU
TAHUN 2022

KOMPREHENSIF

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Bidan (Bd.)

ADE
SOLIHAT
8121033

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
berkah, rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
tugas mengenai “Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. Y di RSUD
Pelabuhan Ratu Tahun 2022” ini tepat pada waktunya. Asuhan komprehesif ini
penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk lulus dari Program Studi
Profesi Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
Berkat dorongan dan bantuan dari segala pihak, akhirnya penulis dapat
mengatasi berbagai kesulitan tersebut. Penulis banyak mendapatkan pengarahan
dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat:
1. Tonika Tohri S.Kp., M.Kes. selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung;
2. Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb. selaku Dekan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali Bandung;
3. Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Keb. selaku Penanggung Jawab Program Profesi
Bidan Institut Kesehatan Rajawali Bandung
4. dr. Hj. Damayanti Pramasari, MARS. selaku direktur RSUD Pelabuhan Ratu.
5. Fathia Rizki, S.S.T., M.Tr. Keb. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan serta masukan dan arahan sehingga tugas ini selesai
tepat pada waktunya
6. Seluruh dosen Institut Kesehatan Rajawali Bandung yang telah membekali ilmu.
7. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali
Bandung yang telah memberikan banyak ilmu selama penulis menempuh studi
di Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
8. Suami, anak-anak dan rekan-rekan yang telah banyak memberikan dukungan,
do’a, bantuan moril maupun materil.

i
Semoga atas kebaikan yang bersangkutan Allah SWT memberikan balasan
yang berlipat ganda, Aamiin Yaa Rabbal’Alamiin. Akhirnya, besar harapan
penulis semoga Allah SWT meridhoi kita semua dan tulisan ini semoga
memberikan manfaat khususnya bagi perkembangan Pendidikan kebidanan.

Sukabumi, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................4
1.4.1 Tujuan Umum.....................................................................................4
1.4.2 Tujuan Khusus....................................................................................4
1.4 Manfaat........................................................................................................4
1.4.1 Manfaat Teoritis..................................................................................4
1.4.2 Manfaat Praktis…...............................................................................4
BAB II TINJAUANAN PUSTAKA
2.1 Antenatal.....................................................................................................6
2.2 Intranatal.....................................................................................................25
2.3 Postnatal......................................................................................................33
2.4 Bayi Baru Lahir..........................................................................................42
2.5 Retensio Plasenta….....................................................................................48
2.6 Standar Asuhan Kebidanan….....................................................................55
BAB III ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
3.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan…...............................................................62
3.2 Asuhan Kebidanan Persalinan....................................................................68
3.3 Asuhan Kebidanan Nifas............................................................................82
3.3.1 Kunjungan Nifas 1….........................................................................88
3.3.2 Kunjungan Nifas 2….........................................................................93
3.3.3 Kunjungan Nifas 3….........................................................................93
3.3.4 Kunjungan Nifas 4.............................................................................97
3.4 Neonatal.....................................................................................................101
3.4.1 KN 1................................................................................................101
3.4.2 KN 2................................................................................................105

iii
3.4.3 KN 3................................................................................................109

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian data.........................................................................................113
4.2 Identifikasi Diagnosa................................................................................122
4.3 Penatalaksanaan........................................................................................123
4.4 Peran Bidan...............................................................................................123
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...............................................................................................124
5.2 Saran..........................................................................................................124
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ibu adalah anggota keluarga yang berperan penting dalam mengatur


semua urusan rumah tangga, pendidikan anak dan kesehatan seluruh anggota
keluarga. Sebagian dari upaya penyelenggaraan kesehatan, ibu dan anak perlu
mendapatkan perhatian khusus dan prioritas kesehatan. Status Kesehatan Ibu
penting untuk dilakukan pemantauan karna Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan salah satu indikator dalam menggambarkan kesejahteraan di suatu
wilayah. (Dinkes Jabar, 2021)
Keberhasilan program kesehatan ibu dapat dinilai melalui indikator
utama Angka Kematian Ibu (AKI). Kematian ibu dalam indikator ini
didefinisikan sebagai semua kematian selama periode kehamilan, persalinan,
dan nifas yang disebabkan oleh pengelolaannya tetapi bukan karena sebab
lain seperti kecelakaan atau insidental. AKI adalah semua kematian dalam
ruang lingkup tersebut di setiap 100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes, 2022)
Di Indonesia, jumlah kematian ibu yang dihimpun dari pencatatan
program kesehatan keluarga di Kementerian Kesehatan meningkat setiap
tahun. Pada tahun 2021 menunjukkan 7.389 kematian di Indonesia. Jumlah
ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2020 sebesar 4.627
kematian. Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada tahun
2021 terkait COVID-19 sebanyak 2.982 kasus, perdarahan sebanyak 1.330
kasus, dan hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.077 kasus. (Kemenkes,
2022)
Jumlah kematian Ibu di Jawa Barat tahun 2020 berdasarkan pelaporan
profil kesehatan kabupaten/kota sebanyak 745 kasus atau 85,77 per 100.000
KH, meningkat 61 kasus dibandingkan tahun 2019 yaitu 684 kasus. Penyebab
kematian ibu masih didominasi oleh 27,92 % pendarahan, 28,86 % hipertensi
dalam kehamilan, 3,76 % Infeksi, 10,07 % gangguan sistem peredaran darah
(jantung), 3,49 % gangguan metabolik dan 25,91 % penyebab lainnya.
(Dinkes Jabar.

1
2

Menurut Dinas Kesehatan Jawa Barat, Kabupaten Sukabumi merupakan


satu dari 10 Kabupaten/Kota dengan kematian ibu tertinggi di Jawa Barat.
Kasus Kematian Ibu di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2021 sebanyak 62
Kasus dengan penyebab kematian akibat Covid-19 32 orang, Perdarahan 18
orang, Hipertensi 11 orang, jantung 1 orang. Dimana ada pergeseran kasus
kematian karena adanya pandemi Covid-19 menyebabkan kasus kematian ibu
50% akibat Covid-19.
Penyebab kematian ibu bisa terjadi karena komplikasi pada masa hamil,
bersalin dan nifas persalinan. Adapun menurut riskesdas 2018 komplikasi
yang terjadi pada masa persalinan di Indonesia sebesar 23.2% dari total
78.736 kasus persalinan, dengan rincian posisi janin melintang/sungsang
3.1%, perdarahan 2.4%, kejang 0.2%, ketuban pecah dini 5.6%, partus
lama 4.3%, lilitan tali
pusat 2.9%, plasenta previa 0.7%, Plasenta tertinggal 0.8%, Hipertensi 2.7%.
(Kemenkes, 2019)
Menurut data yang diperoleh dari RSUD Pelabuhan Ratu pada bulan
Januari-Juli 2022 angka kejadian sebanyak 5 orang diantaranya 3 orang
perdarahan postpartum dan 2 orang akibat eklampsia.
Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh Sri Sumarmi di Surabaya
Tahun 2018 Mengenai “Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan Dan
Pendekatan Continuum Of Care Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu”
disebutkan bahwa salah satu upaya untuk menurunkan AKI adalah
pemeriksaan kehamilan atau antenatal care, tujuan dari antenatal care adalah
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar.
Sebagai upaya penurunan AKI, pemerintah melalui Kementerian
Kesehatan sejak tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood initiative,
sebuah program yang memastikan semua wanita mendapatkan perawatanyang
dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya.
Upaya tersebut dilanjutkan dengan program Gerakan Sayang Ibu tahun 1996
oleh Presiden Republik Indonesia. Upaya lain juga telah dilakukan yaitu
3

strategi Making Pregnancy Safer yang dicanangkan tahun 2000. Pada tahun
2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and
Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan AKI dan AKB sebesar
25%. Program EMAS berupaya menurunkan angka kematian ibu dan angka
kematian neonatal dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan emergensi
obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit Pelayanan Obstetri
Neonatal Esensial Komprehensip (PONEK), 300 Puskesmas/Balkesmas
Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar (PONED) dan memperkuat
sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit.
Dalam Rencana Strategis Kementrian Kesehatan 2015-2019 salah satu
sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat dengan target salah satu indikatornya, yaitu AKI pada tahun
2019 turun menjadi 306/100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI, 2015)
Oleh karena itu untuk membantu upaya percepatan penurunan AKI salah
satunya adalah melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau Continuity of
Care. Continuity of Care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin
hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang
berkelanjutan berkaitan dengan tenaga professional kesehatan, pelayanan
kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua
trimester, kelahiran dan melahirkan sampai 6 minggu pertama postpartum.
(Pratami, 2014)
Berdasarkan latar belakang diatas maka upaya untuk meningkatkan
kesehatan maternal dan neonatal menjadi sangat strategis bagi upaya
pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Usaha tersebut dapat
dilihat dari penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Dari uraian
diatas, maka penulis melakukan asuhan Continuity of Care pada ibu mulai dari
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir pada Ny. Y usia 35 tahun
G4P2A1 di RSUD Pelabuhan Ratu”.
4

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Y usia 35 tahun
G4P2A1 di RSUD Pelabuhan Ratu?”
1.3 Tujuan Penuliasan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian
asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. Y usia 35 tahun G4P2A1 di
RSUD Pelabuhan Ratu.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari studi kasus ini adalah:
1. Mampu melakukan pengkajian data pada masa hamil, berdalin,
nifas dan BBL pada Ny. Y usia 35 tahun G4P2A1 di RSUD
Pelabuhan Ratu.
2. Mampu mengidentifikasi diagnosa asuhan kebidanan pada Ny. Y
usia 35 tahun G4P2A1 di RSUD Pelabuhan Ratu.
3. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. Y
usia 35 tahun G4P2A1 di RSUD Pelabuhan Ratu.
4. Mampu menerapkan peran bidan dalam melakukan asuhan
kebidanan pada Ny. Y usia 35 tahun G4P2A1 di RSUD Pelabuhan
Ratu.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis
Diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan bagi pembaca untuk menambah wawasan
pengetahuan dan dapat digunakan sebagai proses pembelajaran
mengenai asuhan kebidanan secara komprehensif.
1.4.2 Manfaat praktis
1. Bagi Bidan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan dan standar pelayanan
kebidanan yang berkualitas dalam memberikan asuhan kebidanan.
5

2. Bagi Pasien
Mendapatkan pelayanan kebidanan yang baik sesuai harapan
pasien dengan asuhan pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kajian terhadap materi Asuhan Kebidanan serta
referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan Asuhan
Kebidanan secara komprehensif pada kehamilan, persalinan, nifas,
dan bayi baru lahir.
4. Bagi Lahan Praktik/Rumah Sakit
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan
mutu pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan
kebidanan secara komprehensif sesuai standar pelayanan minimal
sebagai sumber data untuk meningkatkan penyuluhan pada ibu
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Antenatal
2.1.1 Definisi
Kehamilan merupakan periode yang dihitung sejak HPHT (hari
pertama haid terakhir) hingga dimulainya persalinan sejati. Periode
antepartum atau kehamilan ini dibagi menjadi 3 trimester yang masing-
masing terdiri dari trimester pertama dimulai dari minggu pertama
sampai minggu ke-12 (12 minggu), trimester kedua dimulai dari minggu
ke-13 sampai minggu ke-13 sampai minggu ke-27 (15 minggu), dan
trimester ketiga dimulai dari minggu ke-28 sampai minggu ke-40 (13
minggu) atau sampai minggu ke-42 (15 minggu). Lama kehamilan
diperkirakan kurang lebih 280 hari, 40 minggu, 10 bulan (berdasarkan
perputaran bulan atau lunar) (Varney, 2007).
Kehamilan merupakan masa dari mulai konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari HPHT (hari pertama haid terakhir). Kehamilan
dihitung 3 trimester yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai
3 bulan, trimester kedua dari keempat sampai 6 bulan, trimester ketiga
dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2014).
2.1.2 Tujuan Asuhan Kehamilan
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi,
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi,
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi,
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan,
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI eksklusif,

6
7

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran


bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, 2016).
2.1.3 Standar Asuhan Kebidanan
1. Kunjungan Antenatal care (ANC) minimal:
a. Pemeriksaan pertama dilakukan pada usia kehamilan trimester I
<14 minggu atau dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid
b. Pada kehamilan trimester II 14-28 minggu satu kali kunjungan
c. Pada kehamilan trimester III 28-36 minggu dan sesudah minggu ke
36 dua kali kunjungan
2. Standar asuhan minimal kehamilan termasuk dalam "10T".
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Pemeriksaan tekanan darah
c. Nilai status gizi (nilai lengan atas)
d. Pemeriksaan puncak Rahim (tinggi fundus uteri)
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
f. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
g. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus
toksoid (TT)
h. Tes laboratorium (rutin dan khusus)
i. Tata laksana kasus
j. Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan,
pencegahan, komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan
(Sulistiyawati, 2011).
2.1.4 Tanda-Tanda Kehamilan
1. Tanda Pasti Hamil
a. Tanda hegar, adalah melunaknya isthmus uteri sehingga serviks
dan korpus uteri seolah-olah terpisah. Perubahan ini terjadi
seitar 4 sampai 8 minggu setelah pembuahan (Husin, 2015)
8

b. Tanda goodell, adalah melunaknya leher rahim sejak 4 minggu


kehamilan. Tanda goodell dapat diketahui melalui pemeriksaan
dalam (Husin, 2015).
c. Tanda chadwick, adalah adanya warna kebiruan, keunguan atau
agak gelap pada mukosa vagina, hal ini dapat diketahui dengan
pemeriksaan spekulum (Husin, 2015).
d. Ballotement, dapat dideteksi pada usia kehamilan 16 hingga 20
minggu, ketika air ketuban lebih besar dibandingkan dengan
besar janin. Sehingga jika segmen bawah uterus atau serviks
didorong akan terasa pantulan dari kebutan dan isinya (Husin,
2015).
e. Pemeriksaan hormonal, melakukan tes kehamilan yaitu dengan
melakukan cek hormon human chorionic gonadotropin (hcg)
dapat dilakukan dengan menggunakan tespeck. Hormon hCG
ada kaitannya dengan hormon plasenta dan produksi progesteron
oleh korpus luteum (Husin, 2015)
2. Tanda Tidak Pasti Hamil
a. Amenorhea, merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan tidak adanya haid pada wanita usia subur.
Amenorhea terdiri dari amenorhea primer yang merupakan
wanita yang pertama kali menarche, sedangkan amenorhea
sekunder adalah kondisi tidak adanya haid pada usia reproduksi
setelah 3 kali siklus yang sebelumnya memiliki haid yang
normal, penyebab terbanyaknya yaitu karena kehamilan (Husin,
2015).
b. Mual dan muntah, Terjadi pada trimester pertama kehamilan.
Kondisi ini dialami pada pagi atau malam hari bahkan lebih
terkenal dengan istilah morning sicknes (Husin, 2015)
c. Sering buang air kecil, pada bulan pertama kehamilan, wanita
mengalami kondisi buang air kecil yang lebih sering. Pada bulan
pertama kehamilan uterus membesar dan juga menekan pada
kandung kemih. Memasuki trimester kedua , kondisi ini akan
9

hilang dengan sendirinya.Muncul kembali pada trimester akhir


kehamilan (Husin, 2015).
d. Perubahan bentuk payudara tanda tidak pasti kehamilan
selanjutnya dalah mammae yang membesar. Perubahan bentuk
buah dada ini dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron yang
merangsang alveoli payudara. Inilah yang menyebabkan
kelenjar montgomery terlihat lebih besar (Husin, 2015).
2.1.5 Perubahan Fisiologis Kehamilan dan Adaptasi pada Masa Kehamilan
1. Sistem Reproduksi dan Payudara
a. Uterus
Perubahan ukuran, bentuk dan posisi. Pada saat konsepsi
uterus bebbrntuk seperti buah pir terbalik dengan beratnya kurang
lebih 30 gr, pada minggu ke-7 uterus akan berukuran sebesar telur
ayam yang besar, pda minggu ke-10 ukurannya akans ebesar
jeruk atau dua kali dari ukuran sebelum hamil, dan pada minggu
ke 12 akan berukuran sebesar jeruk bali dan seberat 1000 gram
pada akhir kehamilan (Lowdermilk, 2013).
Pembesaran uterus terjadi karena peningkatan vaskularisasi
dan dilatasi pembuluh darah, hiperplasia dan hipertropi, dan
perkembangan desidua, karena tekanan mekanisme janin yang
terus berkembang (Indriyani, 2013).
b. Plasenta
Plasenta bentuknya bundar, dengan ukuran 15x20 cm, tebal
2,5-3cm dan berat sekitar 500 gram. Tali pusat yang
menghubungkan plsentansekitar 60 cm, dan plasenta terbentuk
pada minggu ke 16 dimana desidua parietalis dan desidua
kapsularis telah menjadi satu. Sebelum plasenta terbentuk
fungsinya dilakukan oleh korpus luteum. Plasenta berfungsi
sebagai alt nutritif untuk mendapatkan bahan ayng diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, sebagai alat
pembuangan sisa metabolisme, sebagai alat pertukaran O2 dan
1

CO2, menghasilkan hormon pertumbuhan dan pemberian ASI,


sebagai alat penyalur antibody ke tubuh janin dan sebagai barier
atau filter (Indriyani, 2013).
c. Air Ketuban
Jumlah air ketuban antara 1000-1500 ml pada kehamilan
aterm dan terdiri dari bahan organik (protein, vernik kaseosa,
rambut lanugo, zat lemak, lesitindan spingomielin) dan bahan
anorganik (air, garam yang larut dalam air) (Indriyani, 2013).
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami peningkatan pembuluh darah
yang diakibatkan oleh pengaruh estrogen sehingga tampak merah
dan kebiru-biruan (Tanda Chadwick). Selama hamil PH sekresi
vagina menjadi lebih asam yaitu dari 4 menjadi 6,5. Peningkatan
PH ini membuat ibu hamil rentan terhadap infeksi vagina,
khususnya infeksi jamur (Indriyani, 2013).
e. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dam perkembangan
sebagai persiapan laktasi. Perkembangan payudara dipengaruhi
oleh hormon estrogen, progesteron dan somatomammotropin.
Estrogen berfungsi menimbulkan hipertropi sistem saluran
payudara, membuat pertumbuhan lemak dan air serta garam
sehingga payudara makin membesar. Hormon progesteron
berfungsi untuk mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi
dan menambah jumlah asinus. Hormon somatomammotropin
berfungsi untuk mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,
laktalbumin dan latoglobulin, penimbunan lemak sekitar alveolus
payudara dan merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan
(Indriyani, 2013).
2. Sistem Kardiovaskular
Penyesuaian ibu selama kehamilan terhadap sistem
kardiovaskular memiliki perubahan yang signifikan baik secara
1

anatomi dan fisiologis. Pada saat kehamilan ada tekanan dari


diafragma ke jantung sehingga menyebabkan posisi jantung akan
terangkat keatas dan berputar ke kiri depan. Perubahan sirkulasi
jantung menyebabkan perubahan pada sirkulasi jantung yaitu pada
bunyi jantung pertama (S1) dan kedua (S2) bunyi tambahan (S3)
mungkin dapat didengar setelah usia 20 minggu (Lowdermilk, 2013).
Antara kehamilan 14 dan 20 minggu, denyut nadi meningkat
sekitar 10 sampai 15x/menit, yang kemudian menetap sampai
kelahiran aterm. Irama jantung mungkin akan terganggu wanita
hamil akan mengalami sinus aritmia, kontraksi atrial prematur,
dan
kontraksi ventrikel prematur (Lowdermilk, 2013).
a. Volume Darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum
darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi
pengenceran darah (hemodilusi), pada usia kehamilan 16 minggu
dengan puncaknya pada umur 32 minggu. Curah jantung akan
bertambah sekitar 30% (Indriyani, 2013).
b. Tekanan Darah
Pada awal kehamilan terjadi penurunan tahan tekanan
vaskuler perifer, sehingga pada usia 24 minggu atau pertengarah
kehamilan tekanan darah sistolik menurun rata-rata 5-10mmHg,
namun akan kembali naik pada kehamilan cukup bulan (Husin,
2015).
c. Sel Darah
Sel darah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahn
sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah
sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis.
Protein darah dalam bentuk albumin dan gammaglobulin dapat
menurun pada trimester pertama, sedangkan fibrinogen
meningkat. Pada
1

postpartum dengan terjadinya hemokonsentrasi dapat terjadi


tromboplebitis (Indriyani, 2013).
d. Curah Jantung
Curah jantung meningkat dari 30% sampai 50% pada usia
kehamilan 32 minggu dan menurun sampai 20% pada usia
kehamilan 40 minggu. peningkatan curah jantung disebabkan oleh
peningkatan sekuncup (stroke volume) dan denyut jantung,
sebagai repon kebutuhan oksigen pada jaringan (Lowdermilk,
2013).
3. Sistem Pernapasan
Pada masa kehamilan konsumsi oksigen meningkat sebesar
30% sampai 40%. Kenaikan disebabkan oleh kebutuhan
metabolisme janin, uterus, plasenta, untuk meningkatkan kerja
jantung dan adanya desakan dari diafragma karena dorongan uterus
semakin meningkatkan kebutuhan oksigen (Husin, 2015).
4. Sistem Ginjal
Ginjal bertanggung jawab untyk menjaga keseimbangan
elektrolit dan asam basa, mengatur volume cairan ektrasel, eksresi
produk sisa, dan menyimpan nutrisi penting. Pada minggu ke 10
pelvis ginjal dan ureter berdilatasi. Dinding otot polos ureter
mengalami hiperplasia, hipertropi dan relaksasi tonus otot. Hal ini
mengakibatkan pelvis dan ureter mampu menampung urin dalam
jumlah banyak dan memperlambat laju aliran urin, sehingga statis
urin ini dapat menjadikan kondisi terdapat selang waktu antara
pembentukan urin sampai urin mencapai kandung kemih dan urin
menjadi media untuk berkembangnya mikroorganisme dan membuat
wanita hamil rentan terkena infeksi saluran kemih (Lowdermilk,
2013).
Peningkatan frekuensi berkemih terjadi pada awal kehamilan
hal ini dikarenakan sensitivitas dan akan muncul kembali pada saat
usia kehamilan aterm karena desakan kepala janin karena penurunan
(Indriyani, 2013).
1

Pada kehamilan normal fungsi ginjal mengalami perubahan


yang besar, yaitu meningkatnya laju filtrasi glomerulus 40-50%. Hal
ini dikarenakan pengaruh hormon kehamilan, ginjal harus mengatur
peningkatan metabolik dan kebutuhan sirkulasi ibu dan eksresi
produk sisa janin (Lowdermilk, 2013).
5. Sistem Pencernaan
Perubahan pada sistem pencernaan dipengaruhi oleh hormon
dalam kehamilan seperti, estrogen menyebabkan peningkatan aliran
darah ke mulut sehingga gusi menjadi rapuh dan dapat menimbulkan
gingivitis. Banyak yang beranggapan bahwa janin mendapatkan
asupan kalsium dari gigi ibu. Janin mendapatkan kalsium dari
cadangan kalsium dari dalam tubuh ibu bukan dari gigi ibu. Saliva
menjadi lebih asam tetapi jumlahnya tidak meningkat (Varney,
2007). Hormon progesteron mempengaruhi taonus pada sfingter
esofagus bagian bawah yang menyebbakan relaksasi otot polos.
Pergeseran diafragma dan penekanan akibat pembesaran uterus yang
diperburuk oleh hulangnya tonus sfingter, mengakibatkan refluks
dan nyeri ulu hati. Hormon progesteron pada otot-otot polos
menyebabkan lambung hipotonus yang disertai penurunan motilitas
dan waktu pengosongan yang panjang. Efek progesteron pada
usu halus menyebabkan lama absorpsi nutrien, mineral dan obat-
obatan
(Varney, 2007).
Efek yang ditimbulkan oleh progesteron lainnya yaitu dapat
menyebabkan konstipasi karena waktu transit yang melambat
membuat air semakin banyak diabsorpsi dan meningkatkan faltulen
karena usus mengalami pergeseran akibat dari desakan uterus
(Varney, 2007).
6. Sistem Endokrin
Saat kehamilan kelanjar tiroid mengalami pembesaran secara
moderat akibat hiperplasi jaringan glandular dan peningkatan
vaskularitas. Kebutuhan oksigen meningkat, demikian juga dengan
1

metabolisme basal akibat aktivitas janin. Peningkatan ini mulai pada


minggu ke-20 (Lowdermilk, 2013).
Hormon pituitari dan plasenta, selama kehamilan peningkatan
kadar estrogen dan progesteron pertama kali diproduksi oleh korpus
luteum di ovarium sampai minggu ke 14 kemudian digantikan oleh
plasenta menekan sekresi FSH dan LH oleh hipofisis anterior
(Lowdermilk, 2013).
Kelenjar paratiroid mengontrol metabolisme kalsium dan
magnesium, kehamilan akan menginduksi sedikit
hiperparatiroidisme, hasil dari peningkatan kebutuhan kalsium dan
vitamin D janin. Kadar puncak hormon paratiroid terjadi pada
minggu ke-15 dan 35 kehamilan, saat kebutuhan untuk rangka janin
paling besar. Kadar akan kembali normal setelah melahirkan
(Lowdermilk, 2013).
Pankreas, janin membutuhkan sejumlah glukosa untuk tumbuh
dan berkembang. Untuk memenuhi kebutuhannya janin tidak hanya
mengambil dari cadangan ibu, namun menurunkan kemampuan ibu
untuk menyintesis glukosa dengan mengambil asam aminonya.
Glukosa darah ibu akan menurun, insulin ibu tidak mampu
menembus plasenta ke janin, karena itu pada awal kehamilan
pankreas akan menurunkan produksi insulin (Lowdermilk, 2013).
Pada kehamilan berlanjut plasenta berkembang dan secara
progresif memproduksi sejumlah hormon yaitu hCG, estrogen dan
progesteron dalam kadar yang lebih besar. Hormon tersebut
memberikan pengaruh terhadap ibu yaitu oenurunan kemampuan ibu
untuk menggunakan insulin ini merupakan mekanisme protektif
yang menjamin suplai glukosa guna mencukupi kebutuhan
fetoplasental (Lowdermilk, 2013).
7. Sistem Neurologi
Perubahan sistem neurologi adalah perubahan sensori tungkai
bawah karena kompresi saraf panggul tau statis vaskuler. Lordosis
1

dorsolumbal sehingga menyebabkan nyeri karena tarikan pada saraf


perifer sehingga terjadi carpal tunnel syndrome selama trimester
ketiga, dengan gejala parastesia dan nyeri pada tangan menjalar ke
siku (Indriyani, 2013).
8. Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen selama kehamilan yaitu
hiperpigmentasi yang distimulasi oleh hormon melanotrofin dari
hifofisis anterior. Hiperpigmentasi kulit terjadi pada striae
gravidarum lividae atau alba, areola mamae, papila mamae, linea
nigra pada simfisis sampai pubis sampai fundus dengan garis
melintang, chloasma gravidarum terdapat pada pipi, hidung, dan
dahi. Tanda- tanda ini tidak selalu muncul pada setiap ibu hamil dan
akan hilang setelah persalinan (Lowdermilk, 2013).
9. Sistem Muskuloskeletal
Selama kehamilan terdapat perubahan bentuk postur tubuh
dikarenakan menyesuaikan dengan beban terkait pertumbuhan dan
perkembangan janin. Peningkatan distensi abdomen membuat
panggul miring ke depan, tonus otot abdomen menurun, dan berat
badan meningkat, sehingga hal ini membutuhkan penyesuaian
ulang. Pusat gravitasi bergeser ke depan, kurva lumbosakrum
normal harus semakin melengkung dan daerah servikodorsal harus
terbentuk kurvatura (fleksi anterior kepala berlebihan) untuk
mempertahankan keseimbangan. Pergerakan menjadi sulit
ligamentum dan otot tulang belakang bagian tengah dan bwah
mendapat tekanan berat (Indriyani, 2013).
2.1.6 Perubahan Psikologis Kehamilan
Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara
kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam
kandungan dan kehidupan nantisetelah anak tersebut lahir. Secara
umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil. Ia
dapat memiliki
1

reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya kerap berubah dengan cepat.
Perubahan psikologis pada ibu hamil pertrimester diantaranya:
1. Trimester I, yang merupakan masa transisi dan dianggap sebagai
masa penyesuaian. Pada trimester I fokus wanita adalah dirinya
sendiri sehingga biasanya pada trimester I banyak perempuan yang
mengalami kekecewaan, rasa takut akan kehamilannya, kecemasan
yang berhubungan dengan kemampuannya menjadi seorang ibu.
Perubahan psikologis yang ibu alami dipengaruhi oleh
ketidaknyamanan pada trimester I dan dukungan keluarga.
2. Trimester II, yakni periode dimana perempuan merasa nyaman dan
bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal saat hamil.
3. Trimester III, atau sering diakatakan sebagai periode penantian dan
dengan penuh kewaspadaan. Pada fase ini wanita mulai menyadari
dari kehadiran bayi. Pada fase ini dimulai persiapan persalinan.
Sejumlah kecemasan muncul pada trimester III wanita mungkin
merasa cemas dengan keadaan bayi nya (Varney, 2007).
2.1.7 Ketidaknyamanan Pada Kehamilan
1. Ketidaknyamanan pada trimester I
Masa awal kehamilan atau disebut juga trimester pertama yang
dimulai dari konsepsi sampai minggu ke 12 kehamilan. Pada masa ini
banyak keluhan yang biasanya ibu rasakan diantaranya adalah:
a. Mual dan muntah atau emesis gravidarum merupakan suatu
keadaan mual yang terkadang disertai muntah (frekuensi kurang
dari 5 kali). Selama kehamilan, sebanyak 70-85% wanita
mengalami mual dan muntah (Medforth, 2014).
b. Hipersaliva atau air liur berlebih merupakan peningkatan sekresi air
liur (1-2L/hari). Sebesar 2,4 % wanita hamil pada trimester pertama
mengalami peningkatan air liur. Keadaan ini dihubungkan dengan
emesis gravidarum yang dialami ibu pada trimester I. Penyebab
hipersaliva dikarenakan oleh peningkatan keasaman diluar mulut
1

atau peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjar


mengalami sekresi (Husin, 2015).
c. Pusing biasanya terjadi pada awal kehamilan. Penyebab pasti
belum diketahui akan tetapi diduga karena pengaruh hormon
progesterone yang memicu dinding pembuluh darah melebar,
sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah dan
membuat ibu menjadi pusing (Husin, 2015).
d. Mudah lelah pada awal kehamilan, wanita sering mengeluhkan
mudah lelah penyebab pastinya belum diketahui. Teori yang
muncul yaitu diakibatkan oleh penurunan drastis laju metabolisme
dasar pada awal kehamilan. Selain itu peningkatan progesterone
memiliki efek menyebabkan tidur (Husni, 2015).
e. Heartbun atau rasa terbakar pada dada yang biasa ibu hamil rasakan
pada trimester I dan biasanya menghilang pada saat masuk ke
trimester II. Heartbun disebabkan oleh peningkatan hormone
progesteron, estrogen dan relaxing yang mengakibatkan relaksasi
otot-otot dan organ termasuk sistem pencernaan. Hal tersebut
menurunkan ritme dan motilitas lambung serta penurunan tekanan
sfingter esofagus bawah. Akibatnya makanan yang masuk
cenderung lambat sehingga makanan relatif menumpuk.
Progeterone akan melemaskan katup, sehingga makanan dan asam
lambung naik melewati esofagus, hal ini yang menyebabkan rasa
terbakar atau burning (Husni, 2015).
f. Peningkatan frekeunsi berkemih selama kehamilan, terjadi
perubahan yang besar baik secara anatomi maupun fisiologi. Dalam
sistem perkemihan pada usia gestasi 7 minggu ukuran ginjal
bertambah 1 cm akibat peningkatan vaskular dan jarak interstitial.
Hal ini mengakibatkan peningkatan GFR sebesar 40-50%.
Perubahan juga terjadi pada saluran kemih bagian bawah.
Peningkatan progesterone dan estrogen mengakibatkan mukosa
pada bladder (kandung kemih) menjadi hyperemic (peningkat
1

jumlah pembuluh darah). Peningkatan level progesterone dan


estrogen pada kehamilan menyebabkan bladder mengalami
hipotonia. Selain itu letak kandung kemih yang bersebelahan
dengan rahim membuat kapasitasnya berkurang (Medforth, 2014).
g. Konstipasi merupakan penurunan frekuensi buang air besar yang
disertai dengan perubahan karakteristik feses yang menjadi keras
sehingga sulit untuk dibuang. Pada kehamilan konstipasi terjadi
pada 24% wanita. Pada awal kehamilan konstipasi terjadi akibat
peningkatan progesterone yang menyebabkan tonus otot polos
menurun, termasuk pada sistem pencernaan, sehingga sistem
pencernaan menjadi lambat. Motilitas otot polos yang menurun
dapat menyebabkan absorpsi air di usus besar meningkat sehingga
feses menjadi keras (Medforth, 2014).
2. Ketidaknyamanan pada trimester II
a. Pusing umunya dialami oleh ibu hamil trimester II, pusing
disebabkan oleh peningkatan volume plasma darah mencapai 50%.
Peningkatan volume plasma akan meningkatkan sel darah merah
sebesar 15-18%. Peningkatan jumlah sel darah merah akan
mempengaruhi kadar haemoglobin darah, sehingga jika
peningkatan volume dan sel darah merah tidak diimbangi dengan
haemoglobin yang cukup akan mengakibatkan terjadinya anemia
(Husin, 2015).
b. Nyeri perut bagian bawah biasa dikeluhkan 10%-30% ibu hamil
pada trimester I atau ketika memasuki trimester II. Nyeri perut
bagian bawah disebabkan oleh semakin membesarnya uterus
sehingga keluar dari rongga panggul menuju rongga abdomen.
Keadaan ini berakibat pada tertariknya ligamen-ligamen uterus
seiring dengan pembesaran yang terjadi yang menimbulkan rasa
ketidaknyamanan pada perut bagian bawah (Husin, 2015).
c. Nyeri punggung, rasa nyeri pada bagian tubuh atau low back pain
dialami oleh 20%-25% ibu hamil. Keluhan ini dimulai pada usia
kehamilan 12 minggu dan akan meningkat pada usia kehamilan 24
1

minggu hingga menjelang persalinan. Rasa nyeri sering dirasakan


oleh ibu pada waktu malam hari. Hal ini diakibatkan oleh pengaruh
aliran darah vena kearah lumbal sebagai peralihan cairan dari
intraseluler kearah ekstraseluler akibat aktifitas yang dilakukan
oleh ibu (Medforth, 2014).
d. Flek kecoklatan pada wajah dan sikatrik, perubahan kulit yang
dialami selama masa kehamilan merupakan efek dari ketidak
seimbangan hormon selama kehamilan, yang mempengaruhi
perubahan pada kulit dan dialami oleh 90% wanita selama
kehamilan. Hal ini tidak menimbulkan ketidaknyamanan bagi ibu
hamil, namun lebih menimbulkan efek yang berkenaan dengan
estetika wanita, sehingga mempengaruhi psikologis ibu. Keluhan
yang sering dialami oleh ibu hamil yaitu timbulnya streatch mark
dan hiperpigmentasi kulit (Husin, 2015).
e. Sekret vagina berlebih, leukorrhea merupakan pengeluaran yang
dihasilkan oleh seviks maupun vagina, yang berasal dari
metabolisme glikogen dan dikeluarkan dalam bentuk lendir mapun
semi cair. Leukorrhea biasanya terjadi pada wanita yang mendekati
masa ovulasi dan pada masa kehamilan yaitu pada awal kehamilan,
serta secara berangsur-angsur akan meningkat hingga pertengarah
trimester III (Husin, 2015).
f. Penambahan berat badan merupakan suatu hal yang menjadi bagian
pada proses kehamilan, dimana hal ini menggambarkan keadaan
suatu kehamilan seseorang. Penambahan berat pada kehamilan
harus dipantau dengan baik, hal ini menjadi salah satu indikator
keadaan kehamilan. Penambahan berat badan terjadi karena
bertambahnya komposisi uterus, berkembangnya plasenta, janin
dan cairan ketuban. Selain itu, bertambahnya berat badan karena
bertambahnya volume darah, peningkatan retensi cairan serta
produksi lemak selama kehamilan. Penambahan berat badan
selama kehamilan ditentukan dengan menggunakan rumus
indeks massa tubuh.
2

Penambahan berat badan yang disarankan pada masa kehamilan


menurut IMT (Husin, 2015).

IMT sebelum hamil Penambahan yang disarankan


>18,5 kg/m2 0.5 kg/minggu
18,5-24,9 kg/m2 400 gr/minggu
<25 kg/m2 >300 gr/minggu

g. Pergerakan janin atau quickening yaitu keadaan dimana ibu


merasakan gerakan janin pertama kali pada masa kehamilannya.
Seorang multigravida, biasanya mulai merasakan pergerakan janin
pertama kali pada usia 16-18 minggu, sedangkan pada primigravida
pergerakan mulai dirasakan pada minggu ke 18-20 minggu. akan
tetapi, beberapa studi menyatakan bahwa sebagian ibu merasakan
pergerakan janin setelah 20 minggu usia kehamilannya atau lebih
(Husin, 2015).
3. Ketidaknyamanan pada trimester III
Trimester III mencakup minggu ke-29 sampai 42 kehamilan.
Trimester III seringkali disebut periode menunggu, penantian dan
waspada, sebab pada saat itu ibu tidak sabar untuk menunggu kelahiran
bayinya. Trimester III merupakan masa persiapan dalam menanti
kelahiran bayi dan menjadi orang tua, sehingga sebagian besar
perhatian tertuju pada kesiapan persalinan. Selama periode ini sebagian
besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata. Hal ini mendasari
ketidaknyamanan trimester III diantaranya:
a. Pertambahan ukuran uterus akibat dari pertumbuhan janin dan
plasenta serta turunnya kepala pada rongga panggul menimbulkan
pengaruh pada sistem oragan maternal. Hal tersebut menjadi dasar
timbulnya ketidaknyamanan pada ibu selama trimester III,
b. Pada trimester III kadar progesteron mengalami peningkatan dan
stabil hingga 7 kali lebih tinggi dari masa sebelum hamil,
c. Penantian dan persiapan akan persalinan mempengaruhi psikologis
ibu. Ibu merasa khawatir terhadap proses persalinan yang akan
2

dihadapinya, keadaan bayi saat dilahirkan. Sehingga dukungan


pendamping sangat dibutuhkan (Husin, 2015).
Perubahan-perubahan tersebut menjadi dasar timbulnya
Keluhan-keluhan fisiologis pada trimester III yaitu:
1. Sering berkemih, keluhan sering berkemih karena tertekannya
kandung kemih oleh uterus yang semakin membesar dan
menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang serta frekuensi
berkemih meningkat (Irianti, 2015). Frekuensi berkemih pada
trimester ketiga paling sering dialami oleh wanita primigravida
setelah lightening terjadi. Efek lightening adalah bagian presentasi
akan menurun masuk kedalam panggul dan menimbulkan tekanan
langsung ke kandung kemih dan menyebabkan frekuensi berkemih
bertambah (Varney, 2007).
2. Sesak nafas merupakan ketidaknyamanan terbesar yang dialami pada
trimester ketiga. Selama peroide ini uterus mengalami pembesaran
hingga terjadi penekanan diafragma. Dimana diafragma akan
terdorong keatas sekitar 4 cm disertai pesgeseran keatas tulang iga.
Tekanan pada diafragma ini (kemungkinan menurunkan volume
residu fungsional lebih lanjut); menimbulkan perasaan atau
kesadaran tentang kesulitan bernapas atau sesak napas (Varney,
2007).
3. Nyeri punggung bawah merupakan nyeri punggung yang terjadi
pada area lumbosakral. Nyeri punggung bawah biasanya akan
meningkat intensitasnya seiring pertambahan usia kehamilan karena
nyeri ini akibat pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan postur
tubuhnya. Perubahan-perubahan ini dikarenakan oleh berat uterus
yang membesar. Wanita tersebut pada saat berjalan akan
mengayunkan tubuhnya ke belakang akibat peningkatan lordosis.
Lengkung ini kemdian akan meregangkan otot punggung dan
menimbulkan rasa sakit atau nyeri (Varney, 2007).
4. Bengkak/Edema pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena
dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.
Gangguan
2

sirkulasi ini disebabkan oleh tekanan uterus yang membesar pada


vena-vena panggul, saat wanita tersebut duduk atau berdiri dan pada
vena kava inferior saat ia berasa pada posisi terlentang. Edema
akibat kaki yang menggantung secara umum terlihat pada area
pergelangan kaki dan kaki dan harus dibedakan secara cermat
dengan edema yang terjadi pada kasus pre-ekslampsia dan
ekslampsia (Varney, 2007). Edema kaki ini biasanya terjadi pada
minggu ke-34 kehamilan, sumber lain menyebutkan bahwa edema
kaki ini karena uterus yang semakin membesar akan mempengaruhi
sirkulasi cairan dan adanya tarikan gravitasi menyebabkan retensi
cairan (Husin, 2015).
5. Kram pada kaki ini biasanya terjadi pada kehamilan > 24 minggu
sampai dengan 36 minggu, keadaan ini diperkirakan terjadi karena
adanya gangguan aliran atau sirkulasi darah pada pembuluh darah
panggul yang disebabkan oleh tertekannya pembuluh darah tersebut
oleh uterus yang semakin membesar pada kehamilan lanjut (Husin,
2015).
6. Kesemutan dan baal pada jari, perubahan pada pusat gravitasi akibat
uterus yang membesar dan bertambah berat dapat menyebabkan
wanita mengambil postur dengan posisi bahu terlalu jauh ke
belakang dan kepalanya antefleksi sebagai upaya menyeimbangkan
berat bagian depannya dan lengkung punggungnya. Postur ini diduga
menyebabkan penekanan pada median dan ulnar lengan, yang akan
mengakibatkan kesemutan dan baal pada jaru-jari (Varney, 2007).
7. Gangguan tidur atau insomnia, pada wanita hamil atau pun tidak,
dapat dikarenakan oleh sejumlah penyebab, seperti kekhawatiran,
kecemasan, terlalu gembira menyambut suatu acara untuk keesokan
harinya dll. Wanita hamil bagaimanapun mempunyai tambahan
alasan fisik sebagai penyebab insomnia. Hal ini meliputi
ketidaknyamanan akibat uerus yang membesar, keinginan berkemih
pada malam hari, pergerakan janin terutama bila pergerakannya aktif
ataupun ketidaknyamanan lainnya (Varney, 2007).
2

2.1.8 Tanda Bahaya pada Kehamilan


1. Ibu tidak mau makan dan muntah terus
Kebanyakan ibu hamil dengan usia 1-3 bulan sering mual dan
kadang-kadang muntah. Keadaan ini normal dan hilang dengan
sendirinya pada kehamilan lebih dari 3 bulan. Namun, jika ibu tetap
tidak mau makan muntah terus menerus sehingga ibu lemah dan tidak
dapat bangun, keadaan ini berbahaya bagi janin dan kesehatan ibu
karena ada ganguan asupan nutrisi bagi ibu hamil.
2. Berat badan ibu hamil ridak bertambah
Selama kehamilan berat badan ibu naik sekitar 9-12 kg kg karena
pertumbuhan janin dan bertambahnya jaringan tubuh akibat
kehamilan. Kenaikan berat badan biasanya terlihat sejak usia 4 bulan
sampai menjelang persalinan. Jika berat badan ibu tidak naik pada
akhir bulan ke-4 atau berat badan kurang dari 45 kg pada akhir bulan
ke-6 pertumbuhan janin mungkin terganggu.
3. Perdarahan
Perdarahan melalui jalan lahir merupakan tanda bahaya yang
mengakibatkan kematian ibu dan janin. Perdarahan melalui jalan lahir
ini bisa disebabkan karena abortus ataupun lainnya.
4. Bengkak di tangan dan wajah, pusing, serta diikuti kejang
Sedikit bengkak pada kaki atau tungkai bawah pada usia
kehamilan 6 bulan keatas mungkin masih noral. Akan tetapi, bengkak
pada tangan atau wajah, apabila disertai dengan tekanan darah tinggi
dan sakit kepala (pusing), sangat berbahaya. Jika dibiarkan ini
merupakan tanda gejala dari keracunan kehamilan atau ekslampsia
5. Gerakan janin berkurang atau tidak ada
Pada keadaan normal, gerakan janin dapat dirasakan ibu pertama
kali pada usia kehamilan 4-5 bulan. Sejak saat itu, gerakan janin yang
sehat bergerak secara teratur. Jika gerakan janin berkurang melemah
atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam, merupakan tanda gejala
dari gawat janin.
2

6. Ketuban pecah sebelum waktunya


Keluarnya air-air dari vagina setelah usia kehamilan 22 minggu.
Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan
preterm maupun aterm (Syafrudin, 2009).
2.1.9 Persiapan Persalinan
Persiapan persalinan merupakan hal yang penting dan harus
menjadi perhatian untuk ibu hamil, suami termasuk keluarganya, hal ini
bertujuan agar proses persalinan yang akan dihadapi ibu bisa berjalan
dengan lancar dan segala kegawatdaruratan dapat ditangani dengan
segera, persiapan persalinan diantaranya:
1. Tanyakan kepada bidan dan dokter tanggal perkiraan persalinan,
suami atau keluarga mendampingi ibu saat periksa kehamilan,
2. Persiapkan tabungan atau dana cadangan untuk biaya persalinan dan
biaya lainnya,
3. Rencanakan melahirkan ditolong oleh dokter atau bidan di fasilitas
kesehatan,
4. Siapkan KTP, kartu keluarga, kartu jaminan kesehatan nasional dan
keperluan lain untuk ibu dan bayi yang akan dilahirkan,
5. Untuk memperoleh kartu JKN, daftarkan diri anda ke kantor BPJS
kesehatan setempat, atau tanyakan ke petugas puskesmas,
6. Siapkan lebih dari 1 orang yang memiliki golongan darah yang sama
dan bersedia menjadi pendonor jika diperlukan,
7. Suami, keluarga, dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika
sewaktu-waktu diperlukan,
8. Pastikan ibu hamil dan keluarga menyepakati amanat persalinan
dalam stiker P4K dan sudah ditempelkan didepan rumah ibu hamil,
9. Rencanakan ikut keluraga berencana (KB) setelah bersalin.
Tanyakan ke petugas kesehatan tentang cara ber-KB (buku KIA;
Kepmenkes RI, 2015).
2

2.1.10 Peran Bidan


Berdasarkan Permenkes RI No 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan (pasal 10 ayat 2 b) menyebutkan, bidan
harus memberikan asuhan kepada ibu hamil, meliputi pemeriksaan fisik
ibu hamil dan pemeriksaan labolatorium ibu hamil serta pemberian obat-
obatan jika diperlukan. Pada pemeriksaan fisik hal yang menjadi
pemeriksaan terfokus ialah pemeriksaan janin yang dikandung ibu ham`il
tersebut. Melakukan deteksi dini dan pelayanan rujukan terhadap ibu
hamil dengan resiko tinggi.
Berdasarkan Permenkes RI No 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan disebutkan bahwa kewenangan
pemberian obat atau suplemen bidan pada asuhan kehamilan adalah
pemberian tablet Fe (pasal 10 ayat 3 d). Selebihnya bidan dalam
menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan
kesehatan meliputi asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus
penyakit kronis tertentu, dilakukan dibawah supervisi dokter (pasal 13
ayat 1 b).
Berdasarkan Permenkes No 369/menkes/SK/III/2007 bidan
berwenang melakukan deteksi dini pada ibu hamil yang meliputi
pemeriksaan penunjang seperti cek kadar haemoglobin, test gula, protein,
aseton dan bakteri dalam urin.

2.2 Intranatal
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati,
yang ditandai oleh perubaha progresif pada serviks, dan diakhiri dengan
pelahiran plasenta (Varney, 2008).
Persalinan merupakan bagian dari proses melahirkan. Sebagai respon
terhadap kontraksi uterus teregang dan menipis, serviks berdilatasi, jalan lahir
terbentuk dan bayi bergerak turun ke bawah melalui rongga panggul (Hanretty,
2014).
2

2.2.1 Jenis-Jenis Persalinan


1. Jenis-Jenis persalinan berdasarkan bentuk persalinan
a. Persalinan spontan adalah proses persalinan seluruhnya
berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
b. Persalinan buatan adalah proses persalinan dengan bantuan tenaga
dari luar
c. Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk
bersalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
2. Jenis persalinan menurut usia kehamilan
a. Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan usia 20 minggu atau
berat badan janin kurang dari 500 gram
b. Partus immatur adalah pengeluaran buah kehamilan antara usia
kehamilan 20 minggu dan 28 minggu atau berat badan janin
antara 500 gram dan kurang dari 1000 gram
c. Partus prematur adalah pengeluaran buah kehamilan antara usia
kehamilan 28 minggu dan <37 minggu atau berat badan janin
antara 1000 gram dan kurang dari 2500 gram
d. Partus matur atau partus aterm adalah pengeluaran buah
kehamilan 37 minggu dan 42 minggu atau berat badan janin lebih
dari 2500 gram
e. Partus serotinus atau partus postmatur adalah pengeluaran buah
kehamilan lebih dari 42 minggu (Nurasiah, 2014).
2.2.2 Tahapan Persalinan
1. Kala I, dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat
(frekuensi dan kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan, sampai
serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I terdiri dari dua fase yaitu
fase laten dan fase aktif (Nurasiah, 2014).
2. Kala II, persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm), atau serviks telah terbuka dengan lengkap. Kala II disebut
juga dengan kala pengeluaran bayi (Nurasiah, 2014).
2

3. Kala III
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran
plasenta:
a. Cara pelepasan plasenta
Metode ekspulsi schultze, pelepasan ini dapat dimulai dari tengah
plasenta, disini terjadi hematoma retro placentair
Metode ekspulsi matthew-duncan, pelepasan secara duncan
dimulai dari pinggir plasenta.
b. Manajemen aktif kala III
a) Pemberian suntikan oksitosin dilakukan dalam 1 menit
pertama setelah bayi lahir
b) Penegangan tali pusat terkendali
c) Masase uterus segera setelah plasenta lahir, lakukan masase
fundus uteri dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan
identifikasi kelengkapan plasenta (Nurasiah, 2014).
4. Kala IV
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta. Pada kala IV dilakukan
observasi terhadap perdarahan pasca persalinan yaitu pada 2 jam
postpartum. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Tingkat kesadaran pasien
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika
jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc (Nurasiah, 2014).
2.2.3 Mekanisme Persalinan
1. Turunnya Kepala/ Engagement
Masuknya kepala ke dalam PAP pada primigravida terjadi
dibulan akhir kehamilan sedangkan pada multigravida biasanya
terjadi pada awal persalinan (Nuraisah, 2014). Turunnya kepala
melalui 3 proses diataranya:
2

1) Sinklistismus, yaitu arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan


bidang PAP atau sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah antara
simfisis dan promontorium
2) Asinklistismus anterior, yaitu bila sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga parietal depan lebih rendah dari parietal
belakang atau apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip
ke depan PAP
3) Asinklistismus posterior, yaitu arah sumbu kepala janin miring
dengan PAP atau sutura sagitalis agak ke depan mendekati
simfisis atau aga kebelakang mendekati promontorium (Nurasiah,
2014).
2. Majunya kepala
Majunya kepala bersamaan dengan gerakan fleksi, putaran
paksi dalam dan ekstensi
3. Fleksi
Fleksi kepala janin dapat memasuki ruang panggul dengan
ukuran yang paling kecil yakni dengan diameter suboksipito
bregmatikus (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia suboksipito
bregmatikus (32 cm) sampai didasar panggul kepala janin berada
didalam keadaan fleksi maksimal (Saifuddin, 2014).
4. Putaran Paksi Dalam
Putaran paksi dalam ialah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar ke depan ke bawah simfisis (Nurasiah, 2014).
5. Ekstensi
Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah kedepan dan atas, sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya (Nurasiah, 2014).
6. Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir maka kepala bayi memutar kembali ke
arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang
terjadi karena putaran paksi dalam (Nurasiah, 2014).
2

7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah simfisis
dan mejadi hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian
bahu depan menyusui dan selanjutnya seluruh badan anak lahir
searah dengan paksi jalan lahir (Nurasiah, 2014).
2.2.4 Patograf
Patograf adalah salah satu alat bantu yang digunakan selama
persalinan. Tujuan utama penggunaan patograf adalah untuk mencatat
hasil observasi dan kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah
persalinan berjalan dengan normal.
1. Halaman depan patograf
Halaman depan patograf mencantumkan bahwa observasi yang
dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan kolom untuk
mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama persalinan diantaranya:
a. Indentitas Ibu
b. Waktu dan keterangan pecahnya selaput ketuban
a) U : ketuban utuh (belum pecah)
b) J : ketuban sedah pecah dan air ketuban jernih
c) M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
d) D : ketuban sudah pecah dan air ketuban darah
e) K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
c. Kondisi janin
a) DJJ (denyut jantung janin)
b) Warna dan adanya air ketuban
c) Penyusupan (molase) kepala janin/bagian terendah janin
d. Kemajuan persalinan
a) Pembukaan serviks
b) Penurunan bagian terbawah janin atau persentasi janin
c) Garis waspada atau garis bertindak
e. Jam dan waktu
f. Kontraksi uterus, frekuensi dan lamanya
3

g. Obat-obatan cairan yang diberikan


h. Kondisi ibu
a) Nadi, tekanan darah, dan suhu tubuh
b) Urin (voleme, aseton, atau protein)
i. Asuhan, pengamatan dan keputusan klnik lainnya (dicatat dalam
kolom tersedia disisi patograf atau di catatan kemajuan persalinan)
(Saifuddin, 2016).
2. Halaman belakang patograf
Halaman belakang patograf merupakan bagian untuk mencatat hal-
hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan
yang dilakukan sejak kala I persalinan sampai kala IV persalinan.
Gambar 2.1 Patograf
3

Sumber : (Saifuddin, 2016).


2.2.5 Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Kegiatan yang tercakup dalam
asuhan persalinan normal, adalah sebagai berikut :
1. Secara konsisten dan sistematik menggunakan praktik pencegahan
infeksi, misalnya mencuci tangan secara rutin, menggunakan APD
(alat pelindung diri) serta menerapkan standar proses peralatan.
2. Memberikan asuhan rutin dan memantau selama persalinan dan
setelah bayi lahir, termasuk penggunaan partograf. Partograf
digunakan sebagai alat bantu untuk membuat suatu keputusan klinik,
berkaitan dengan pengenalan dini komplikasi yang mungkin terjadi
dan memilih tindakan yang sesuai.
3

3. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan,


pascapersalinan, dan nifas, termasuk menjelaskan kepada ibu dan
keluarganya mengenai proses kelahiran bayi dan meminta para suami
dan kerabat untuk turut berpartisipasi dalam proses persalinan dan
kelahiran bayi.
4. Menyiapkan rujukan bagi setiap ibu bersalin atau melahirkan bayi.
5. Menghindari tindakan-tindakan yang berlebihan atau berbahaya,
seperti episiotomi secara rutin, amniotomi, katerisasi, dan penghisapan
lender secara rutin sebagai upaya untuk mencegah perdarahan
6. Memberikan asuhan bayi baru lahir, termasuk mengeringkan dan
menghangatkan tubuh bayi, memberi ASI secara dini, mengenalkan
sejak dini komplikasi dan melakukan tindakan yang bermanfaat secara
rutin.
7. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir,
termasuk dalam masa nifas dini secara rutin. Asuhan ini akan
memastikan ibu dan bayinya berada dalam kondisi aman dan nyaman,
mengenal sejak dini komplikasi pascapersalinan dan mengambil
tindakan yang sesuai dengan kebutuhan.
8. Mengajarkan kepada ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini
bahaya yang mungkin terjadi selama mas nifas dan pada bayi baru
lahir.
9. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan (Saifuddin,
2016).
2.2.6 Asuhan Sayang Ibu pada Persalinan
Asuhan sayang Ibu sangat penting diberikan pada saat ibu bersalin
untuk membantu proses persalinan agar berjalan dengan baik, asuhan
sayang ibu diantaranya:
1. Pendampingan keluarga, selama proses persalinan berlangsung, ibu
membutuhkan teman dari keluarga ataupun suami,
2. Libatkan keluarga, dalam asuhan persalinan keterlibatan keluarga
dapat membantu ibu beganti posisi, teman bicara, melakukan
rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman, membantu
3

dalam mengatasi rasa nyeri dengan memijat bagian lumbal atau


pinggang
3. KIE proses persalinan, penolong persalinan selalu menginformasikan
setiap pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu, yang bertujuan dapat
mengurangi perasaan cemas yang dihadapi oleh ibu pada saat proses
persalinan
4. Dukungan psikologi,
5. Membantu ibu memilih posisi
6. Cara mengejan/meneran, penolong persalinan menganjurkan ibu
untuk meneran bila ada dorongan yang kuat dan spontan untuk
meneran
7. Pemberian nutrisi, ibu bersalin perlu diperhatikan pemenuhan
kebutuhan cairan, elektrolit dan nutrisi. Hal ini untuk mengantisipasi
ibu mengalami dehidrasi (Nurasiah, 2014).
2.3 Postnatal
Masa nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologis
maupun psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan (Nurjanah, 2013).
Nifas adalah masa nifas (peurperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil, masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2016).
2.3.1 Tahapan Masa Nifas
1. Puerperium dini, suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan
untuk berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial, suatu masa dimana kepulihan menyeluruh
alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna yang berlangsung sekitar 3 bulan. Tapi bila selama hamil
maupun bersalin ibu mempunyai komplikasi masa ini bisa
berlangsung lebih lama sampai tahunan (Nurjanah, 2013).
3

2.3.2 Perubahan fisiologis pada masa nifas


1. Involusi alat-alat kandungan
a. Involusi merupakan proses kembalinya uterus hampir ke keadaan
semula, uterus secara berangur-angsur beratnya berkurang. Pada
hari ke 7 setelah melahirkan, berat rahim berkurang menjadi
setengah dari berat rahim pada saat setelah melahirkan. Involusi
disebabkan oleh fenomena autolisis, yaitu suatu proses
pencernaan sitoplasma secara enzimatik dan trombosis serta
degenerasi hialin pembuluh-pembuluh darah. Endometrium
beregenerasi sampai hari ke-10, kecuali tempat insersi plasenta,
yang berlangsung selama 6 minggu (Hanretty, 2014).
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut
Masa Involusi
Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus

Bayi lahir
Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir
2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu
Pertengahan pusat dan 500 gram
sympisis Tidak teraba diatas
2 minggu
sympisis Bertambah kecil 300 gram
Seperti normal
6 minggu
50 gram
8 minggu
30 gram

Sumber: (Saifuddin, 2016).


b. Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x
5 cm, dimana pembuluh darah besar bermuara. Bekas luka
implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke 2 sebesar 6 -8
cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm. Luka bekas imlantasi
plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang
berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.
3

c. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh
dalam 6-7 hari
d. Rasa sakit yang disebut after pain (mules) disebabkan kontraksi,
biasanya berangsung 2-4 hari pasca persalinan (Nurjanah, 2013).
2. Lochea
Lochea adalah sekresi cairan rahim selama nifas, pengeluaran
lochea ini biasanya berakhir dalam waktu 3 sampai 6 minggu.
Lochea terdiri dari 4 tahapan :
a. Lochea Rubra, muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 post partum.
Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi) dan mekonium
b. Lochea sanguinolenta, berwarna merah kecoklatan dan berlendir,
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.
c. Lochea serosa, berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari
ke 7 sampai hari 14 postpartum
d. Lochea alba, mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa
berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum (Nurjanah,
2013).
3. Perubahan pada mammae
Umumnya produksi ASI baru berlangsung pada hari ke 2-3
post partum. Pada hari pertama yaitu air susu yang mengandung
kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental dari pada ASI,
mengandung protein yang mudah dicerna dan mengandung antibody.
Rangsangan psikis ibu juga merupakan refleks ke otak untuk
merangsang keluarnya oksitosin sehingga ASI dapat dikeluarkan dan
sekaligus mempunyai efek samping memperbaiki involusi uteri.
(Nurjanah, 2013).
3

4. Perubahan pada serviks


Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh
darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/
perlukaan kecil. Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh
korpus uteri yang mengadakan kontraksi. Muara serviks yang
berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap.
Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2
jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum serviks
menutup (Nurjanah, 2013).
5. Kembalinya menstruasi dan ovulasi
Jika wanita setelah melahirkan tidak menyusui, menstruasi
mungkin akan kembali dalam 6-8 minggu setelah persalinan. Tetapi
secara klinis sulit untuk menentukan waktu spesifik masa menstruasi
pertama setelah melahirkan (Nurjanah, 2013).
6. Perubahan pada vagina
Vagina adalah jalan lahir bayi pada persalinan spontan atau
normal pada saat persalinan terjadi peregangan dan luka-luka pada
vagina tersebut karena dilalui oleh bayi akan tetapi luka-luka pada
vagina akan berangsur-angsur pulih seperti sedia kala pada saat nifas
(Nurjanah, 2013).
7. Perubahan tanda-tanda vital
Tekanan darah, suhu, pernafasan, dan nadi perlu diatasi karena
merupakan gejala kelainan apabila keadaan tidak normal. Tekanan
darah mengalami sedikit perubahan pada 48 jam pertama post
partum. Sehabis melahirkan biasanya suhu tubuh meningkat akibat
efek dehidrasi selama persalinan. Pada nadi terjadi peningkatan pada
jam- jam pertama post partum. Sedangkan pada pernafasan dalam 1-
2 jam post partum (Nurjanah, 2013).
8. Perubahan pada sistem perkemihan
Ibu setelah bersalin diharapkan maksimal 6 jam persalinan
postpartum ibu sudah berkemih sendiri akibat pada partus muskulus
3

spingter vesika ex uretra mengalami tekanan oleh kepala janin


sehingga fungsinya terganggu. Bila hal ini terjadi, lakukan
kateterisasi pada ibu tersebut (Nurjanah, 2013).
9. Perubahan pada pencernaan
Pada sistem pencernaan sangat disarankan pada ibu setelah
bersalin mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein
untuk proses penyembuhan luka-luka setelah persalinan. Banyak
mengandung serat agar mempermudah pada saat defekasi dan cukup
kalori dan air untuk pemulihan tenaga selama persalinan (Nurjanah,
2013).
10. Perubahan pada perineum
Perineum ibu pada saat persalinan spontan kadang-kadang
mengalami luka. Hal ini sering tejadi pada ibu yang mempunyai
perineum kaku sehingga luka-luka tersebut harus dijahit agar
kembali seperti semula (Nurjanah, 2013).
2.3.3 Asuhan Postnatal di Komunitas
Asuhan postnatal di komunitas merupakan suatu bentuk
manajemen yang dilakukan pada ibu nifas di masyarakat berupa
aplikasi dari asuhan kebidanan ibu nifas di masyarakat. Asuhan
kebidanan ibu nifas di komunitas merupakan kelanjutan asuhan dari
rumah sakit atau pelayanan kesehatan. Asuhan kebidanan di komunitas
adalah pemberian asuhan secara menyeluruh tidak hanya kepada ibu
nifas, tetapi melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat di
sekitar ibu nifas yang dapat dilakukan dengan kunjungan rumah
(Yulifah, 2014).
1. Tujuan umum Asuhan Postnatal
a. Mengevaluasi keadaan postpartum dan kesejahtraan ibu
b. Mengevaluasi kesejahtraan ibu
c. Mengevaluasi kemajuan dan kenyamanan dalam kemampuan
merawat dan menerima peran sebagai orang tua
d. Memudahkan akses untuk menciptakan kontak dengan ibu agar
merasa nyaman
3

e. Memberikan pendidikan kesehatan dan konseling sesuai


kebutuhan (Karwati, 2011)
2. Kunjungan Rumah
Pelaksanaan pemberian asuhan kebidanan ibu nifas di
komunitas dilakukan melalui kunjungan–kunjungan. Kunjungan
dilakukan paling sedikit empat kali selama ibu dalam masa nifas.
Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan meliputi pencegahan,
pendektesian, dan penaganan masalah-masalah yang terjadi pada
saat nifas. Adapun jadwal kunjungan tersebut sebagai berikut :
a. Kunjungan Pertama
Kunjungan pertama adalah kunjungan yang dilakukan pada
6-8 jam setelah ibu melahirkan. Adapun tujuan dari kunjungan
pertama adalah sebagai berikut.
a. Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain, apabila ada
pendarahan berlanjut segera lakukan rujukan
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagai mana mencegah pendarahan masa nifas karena
atonia uteri
d. Inisiasi dini pemberian ASI
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia,
jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan stabil.
b. Kunjungan kedua
Kunjungan kedua pada ibu nifas dilakukan enam hari
setelah persalinan yang bertujuan untuk :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, ditandai dengan
uterus berkontraksi, fundus terletak pada pertengahan
abnormal, dan lokea tidak berbau;
3

b. Menilai adanya tanda–tanda demam, infeksi. Dan pendarahan


abnormal;
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat;
d. Memastikan ibu menyusi dengan baik dan tidak
memperlihatkan adanya tanda – tanda penyulit;
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
seperti perawatan tali pusar, menjaga suhu bayi agar tetap
hangat, dan perawatan bayi sehari-hari.
c. Kunjungan ketiga
Kunjungan ketiga dilakukan dua minggu setelah ibu
melahirkan dengan tujuan :
a. Mengevaluasi perjalanan postpartum dan kesejahteraan ibu;
b. Mengevaluasi kesejahtraan bayi;
c. Mengevaluasi kemajuan dan kenyamanan dalam kemampuan
merawat dan menerima peran sebagai orang tua;
d. Mengeksplorasi pengalaman persalinan ibu;
e. Memudahkan akses dalam menerima pertanyaan dan masalah;
f. Memberikan pendidikan kesehatan dan konseling yang
dibutuhkan
d. Kunjungan keempat
Kunjungan keempat merupakan kunjungan akhir yang
dilakukan pada ibu nifas. Kunjungan ini dilakukan enam minggu
setelah ibu melahirkan, dengan tujuan ;
a. Mengevaluasi normalitas dan akhir puerperium;
b. Mengidentifikasi kebutuhan ibu, termasuk kebutuhan
kontrasepsi (Yulifah, 2014).
2.3.4 Manajemen Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir
Manajemen ibu nifas dan bayi baru lahir di komunitas sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan manajemen pada kasus-kasus
kebidanan yang dilakukandi rumah sakit ataupun pelayanaan kesehatan.
4

Manajemen tesebut meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan


evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk memperoleh data subjektif dan
objektif baik melalui ibu, bayi, maupun riwayat sosial ekonomi
klien. Pasa saat pengkajian yang harus ditanyakan adalah riwayat
kesehatan lengkap serta pemeriksaan fisik dan panggul. Berikut
adalah pengkajian yang dapat dilakukan pada ibu :
1) Anamnesis
2) Riwayat bayi
3) Riwayat sosial ekonomi
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik dilakukan sesuai dengan jadwal kunjungan
yang dilakukan dan kebutuhan ibu/bayi pada saat berkunjung. Secara
garis besar pemeriksaan fisik ketiga yang dilakukan pada ibu pada
kunjungan pertama dan kedua meliputi pemeriksaan berikut ini :
a. Tekanan darah
b. Suhu tubuh
c. Evaluasi payudara
d. Pengkajian abdomen
e. Pemeriksaan abdomen
f. Pemeriksaan perineum termasuk pengkajian lokea
3. Perencanaan
Langkah kedua setelah melakukan pengkajian adalah membuat
perencanaan yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan
implementasi dan evaluasi. Perencanaan dibuat berdasarkan
diagnosis atau permasalahan yang muncul pada saat melakukan
pengkajian, penentuan tujuan, dan kriteria hasil yang harus dapat
diukur.
4. Pelaksanaan
a. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
b. Memberikan nasihat dan penyuluhan pada ibu tentang:
4

1) Kebersihan diri
2) Nutrisi
3) Istirahat
4) Motivasi ibu untuk menyusui
5) Motivasi ibu untuk melakukan stimulasi perkembangan bayi
6) Imunisasi bayi
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir untuk melihat keberhasilan
dari tindakan yang telah dilakukan dan untuk menilai status
kesejahteraan baik ibu nifas maupun bayi (Yulifah, 2014).
2.3.5 Peran Bidan
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan
dengan ibu dan anak, dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekan kebersihan yang aman
7. Melakukan manajemen asuhan dengn cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
8. Memberikan asuhan secara profesional (Walyani, 2015).
4

2.4 Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan
berat badan lahir 2500-4000 gram. Bayi baru lahir adalah masa dimana bayi
baru saja lahir sampai satu jam pertama setelah kelahiran (Saifuddin, 2016).
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke
kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan
baik (Marmi, 2015)
2.4.1 Manajemen bayi baru lahir
1. Pencegahan Kehilangan Panas
Penyediaan suhu yang optimal merupakan hal terpenting agar
dapat memfasilitasi transisi ke kehidupan di luar kandungan yang
sukses.Dimanapun bayi dilahirkan, hal terpenting yang harus
dilakukan bidan yaitu berusaha menyediakan tempat yang sesuai
suhu 21-25°C.mengeringkan bayi pada saat lahir membantu
mengurangi hilangnya panas melalui evaporasi, dan penting untuk
memastikan bahwa handuk yang basah diganti, dan bayi dibungkus
di dalam handuk yang telah dihangatkan (Myles, 2011).
2. Membersihkan Jalan Napas
Saat kepala bayi dilahirkan, sekresi lendir yang berlebih dari
mulut dapat dibersihkan dengan lembut. Namun, hindari menyentuh
lubang hidung karena dapat merangsang refleks inhalasi debris di
trakea (Saifuddin, 2016).
3. Pengikatan dan Pemotongan Tali Pusat
Pengikatan dan pemotongan tali pusar segera setelah
persalinan banyak dilakukan secara luas diseluruh dunia,
berdasarkan penelitian waktu terbaik yang dianjurkan untuk
pemotongan dan pengikatan tali pusat adalah 1 sampai 3 menit
karena transfusi darah berlangsung paling cepat di menit pertama
yaitu 75% dari jumlah transfusi dan pada umunya berhenti pada
menit ketiga (Saifuddin, 2016).
4

4. Perawatan Tali Pusat


Perawatan tali pusar yang benar sampai lepasnya tali pusar
dalam minggu pertama bermakna dapat mengurangi insiden infeksi
pada neonatus. Yang terpenting dalam perawatan tali pusar ialah
menjaga agar tali pusar tetap kering dan bersih (Saifuddin, 2016).
5. Pelabelan
Label atau tanda pengenal nama bayi atau nama ibu yang
berbentuk gelang harus diletakkan pada pergelangan tangan atau
kaki sejak diruang bersalin. Pemasangan dilakukan sesuai agar tidak
terlalu ketat atau longgar sehingga mudah lepas (Saifuddin, 2016).
8. Profilaksis Mata
Pemberian antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat
mencegah terjadinya konjungtivitis. Profiklasis mata yang sering
digunakan yaitu tetes mata silver nitrat 1 %, salep mata eritromisin,
dan salep mata tetrasiklin (Saifuddin, 2016).
9. Pemberian Vitamin K
Vitamin K harus diberikan pada bayi baru lahir untuk
mencegah perdarahan pada bayi baru lahir ini berpotensi untuk
menjadi kondisi serius. Semua bayi baru lahir harus mendapatkan
profilaksis vitamin K1 (fetomendion).
a. Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1
b. Vitamin K1 diberikan intramuscular.
c. Dosis untuk semua bayi baru lahir: Intramuskular, 1 mg,
diberikan pada waktu bayi baru lahir.
d. Profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir dijadikan sebagai
program nasional (Saifuddin, 2016).
10. Imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepatitis B berguna untuk mencegah infeksi hepatitis
B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi. Terdapat 2
jadwal pemberian imunisasi hepatitis B. jadwal pertama, imunisasi
hepatitis B sebanyak 3 kali pemberian, yaitu usia 0 hari (segera
setelah
4

lahir menggunakan uniject) 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi


hepatitis B sebanyak 4 kali pemberian yaitu pada 0 hari (segera
setelah lahir) dan DPT+Hepatitis B pada 2,3, dan 4 bulan usia bayi
(Saifuddin, 2016).
11. Pengukuran Berat dan Panjang Bayi
Bayi baru lahir harus ditimbang berat lahirnya yang bertujuan
untuk mengetahui status kesehatan dan kesejahteraan bayi.
Pengukuran panjang bayi sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
stadiometer bayi dengan menjaga bayi dalam posisi lurus dan
ekstremitas dalam keadaan ekstensi (Saifuddin, 2016).
12. Memandikan Bayi
Waktu untuk memandikan tunggu sampai 6 jam, tetapi waktu
ini tidak menjadi acuan bayi harus dimandikan setelah 6 jam
disesuaikan juga dengan keadaan bayi baru lahi tersebut. Suhu ruang
saat memandikan bayi harus hangat (> 25°C) dan suhu air yang
optimal adalah 40°C. untuk bayi kurang dari 2 bulan dan dapat
berangsur turun sampai 30°C untuk bayi di atas 2 bulan (Saifuddin,
2016).
2.4.2 Pemeriksaan harian pada bayi baru lahir
Tujuan pemeriksaan harian pada bayi baru lahir adalah memantau
perkembangan normal bayi dan deteksi awal adanya penyimpangan dari
normal pemantauan meliputi:
1. Informed consent terlebih dahulu pada bayi, bahwa bayi harus
ditelanjangi dan periksa lingkungan yang bebas dari aliran udara
2. Warna kulit bayi tidak boleh pucat, sianosis atau ikterik, kulit di
inspeksi untuk melihat adanya ruam dan bintik-bintik
3. Cek suhu tubuh bayi
4. Pernapasan harus teratur dengan frekuensi normal dari 40 sampai
60x/menit
5. Mata, mulut dan hidung di inspeksi untuk ada atau tidaknya rabas
atau infeksi lainnya
4

6. Periksa tali pusat ada pelepasan dan tanda-tanda infeksi


7. Bayi harus mengeluarkan urine selama 24 jam pertama
8. Feses pertama kali keluar adalah mekonium suatu zat berwarna
hitam yang lengket berwarna hitam yang terakumulasi didalam usus
selama kehidupannya didalam rahim
9. Setelah beberapa hari pemberian susu, warna feses berubah menjadi
kecoklatan ini menandakan kepatenan saluran cerna
10. Selanjutnya feses berwarna kuning ini menandakaan bahwa susu
dicerna sepenuhnya
11. Berat badan bayi harus dicatat pada hari ke sepuluh untuk
memastikan bahwa berat badannya sama dengan pada saat lahir.
Jika ibu mengeluhkan suatu kekhawatiran bahwa bayinya tidak
sesuai dengan pertumbuhannya yang normal, misalnya menunjukkan
tanda-tanda seperti letargi, tonus otot buruk, kesulitan bernapas atau
menyusu, perlu dirujuk ke dokter anak (Medforth, 2014).
2.4.3 Refleks Pada Bayi
1. Reflek Moro
Bayi menggembangkan tangan lebar-lebar dan melebarkan
jari- jari lalu mengembalikan dengan tarikan yang cepat seakan-akan
memeluk seseorang
2. Reflek rooting
Timbul karena stimulasi taktil pada pipi dan daerah mulut, bayi
akan memutar kepala seakan-akan mencari putting susu. Reflek
rooting berkaitan erat dengan reflek menghisap dan dapat dilihat jika
pipi atau sudut mulut bayi dengan pelan disentuh bayi akan
menengok secara spontan kearah sentuhan, mulutnya akan terbuka
dan akan memulai menghisap. Reflek ini biasanya menghilang paa
usia 7 bulan.
3. Reflek sucking
Timbul bersamaan dengan refle rooting untuk menghisap
putting susu dan menelan ASI.
4. Reflek batuk dan bersin
4

Timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernafasan


5. Reflek Graps
Timbul bila ibu jari diletallan pada telapak tangan bayi makan
bayi akan menutup telapak tanganya. Respon yang sama diperoleh
ketika telapak kaki digores dekat ujung jari kaki, menyebabkan jari
menekuk.
6. Reflek Tonick neck
Reflek jika bayi mengangkat leher dan menoleh ke kanan atau
ke kiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini tidak dapat dilihat pada
bayi berusia 1 hari, meskipun sekali reflex ini keliatan, reflek ini
diamati sampai bayi berusia 3-4 bulan.
7. Reflek walking and stepping
Reflek timbul jika bayi dalam posisi berdiri, aka nada gerakan
spontan melangkah kedepan walaupun bayi tersebut belum bias
berjalan. Reflek in kadang-kadang sulit diperoleh karena tidak semua
bayi kooperatif. Meskipun secara terus-menerus reflek ini biasanya
dapat dilihat. Menginjak biaanya berangsur-angsur menghilang usia
4 bulan.
8. Reflek Babinski
Ketika bayi ada ransangan pada telapak kaki, ibu jari akan
bergerak keatas dan jari-jari lain membuka. Reflex ini akan
menghilang setelah berusia 1 tahun.
9. Reflek membongkokan badan
Ketika bayi tengkurap goresan pada punggung menyebabkan
pelvis membengkokan ke samping. Jika punggung digores dengan
keras kira-kira 5 cm dari tulang belakang dengan gerakan bawah,
bayi merespon dengan membengkokan badan kesisi yang digores.
Reflek ini berkurang ppada usia 2-3 bulan.
2.4.4 IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
Pemberian ASI pertama kali harus diwapadai oleh
bidan/dokter/tenaga kesehatan yang berwenang. Setelah lahir bayi
4

dibersihkan secukupnya vernik dan tangan bayi tidak perlu dibersihkan


karena bau cairan amnion pada tangan bayi lah ynag akan membantu
bayi mencari puting susu ibunya. Bayi yang siap menyusu akan
menunjukkn gejala refleks menghisap seperti membuka mulut dan
mulai mengulum puting (Safuddin, 2016).
Manfaat IMD bagi bayi dan ibu :
1. Bayi
a. Dapat membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik
b. Sebagai antibodi
c. ASI mengandung komposisi yang tepat untuk bayi
d. Mengurangi kejadin karies dentis
e. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan
antara ibu dan bayi
f. Terhindar dari alergi
g. ASI meningkatkan kecerdasan bayi
h. Membantu perkembangan rahang da merangsang pertumbuhan
gigi
2. Ibu
a. Memberikan 98% metod kontrasepsi yang efisien selama 6
bulan pertama sesudah kelahiran bila memberikan ASI secara
ekslusif dan belum terjadi menstruasi kembali
b. Mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan, mencegah
kanker payudara dan ovarium
c. Membantu menurunkan berat badan
d. ASI membuat ibu merasa bangga dan diperlukan, juga rasa
yang dibutuhkan oleh semua manusia (Walyani, 2016).
2.4.5 Peran Bidan dalam Perawatan Bayi Baru Lahir
Peran bidan meliputi mengenali tanda dan gejala abnormal,
memberikan perawatan penunjang yang adekuat, dan pendidikan orang
tua. Peran bidan juga terbatas, terdiri dari penatalaksanaan mandiri atau
4

pemindahan pediatri. Namun, bidan tidak diperkenankan untuk


menangani perawatan bayi baru lahir yang sakit (Varney, 2008).
2.5 Retensio Plasenta
2.5.1 Definisi
Retensio plasenta adalah bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus
setengah jam setelah anak lahir (Prawihardjo, 2010). Menurut
Latifatulzahro (2020) bahwa retensio plasenta adalah plasenta yang tidak
lahir lebih dari 30 menit setelah kelahiran bayi.
2.5.2 Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya retensio pla-senta adalah plasenta
previa, bekas seksio sesarea, pernah kuret berulang dan paritas
(Saifuddin, 2009). Faktor predisposisi lain yang menyebabkan retensio
plasenta yaitu usia, jarak persalinan, penolong persalinan, riwayat
manual plasenta, anemia, riwayat pembedahan uterus, destruksi
endometrium dari infeksi sebelumnya atau bekas endometritis dan
implantasi corneal (Manuaba, 2010).
Sebab fungsional
1. Faktor maternal
a. Usia lanjut
b. Multiparitas
2. Faktor uterus
a. Bekas SC (sering plasenta tertanam pada jaringan cicatrix uterus)
b. Bekas pembedahan uterus
c. Anomali uterus
d. His yang kurang adekuat (penyebab utama)
e. Pembentukan contraction ring (lingkaran kontraksi pada bagian
bawah perut). ( Kurniarum, 2016)
Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena melekat dan
tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
1. Bila plasenta belum lepas sama sekali, maka tidak akan terjadi
perdarahan tetapi bila sebagian plasenta telah terlepas maka akan
4

terjadi perdarahan, hal ini akan menjadi indikasi untuk segera


mengeluarkannya.
2. Plasenta kemungkinan tidak keluar disebabkan oleh vesika urinaria
atau kandung kemih dan rektum penuh, hal yang harus dilakukan
dengan mengosongkannya.
3. Dapat diketahui plasenta telah lepas atau belum saat tindakan
pemeriksaan dalam dan tarikan tali pusat serta terjadi lebih dari 30
menit maka dapat dilakukan plasenta manual (Maryunani dan
Yulianingsih, 2009).
Latifatulzahro (2020) menjelaskan bahwa retensio plasenta
disebabkan oleh kontraksi yang kurang kuat untuk melepaskan plasenta,
atau perlekatan plasenta terlalu kuat untuk melepaskan plasenta, atau
perlekatan plasenta terlalu kuat pada dinding uterus yang disebabkan oleh
villi korialis menembus desidua sampai miometrium sampai di bawah
peritoneum (plasenta akreta- perkreta). Plasenta yang sudah lepas tapi
belum keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau
karena kesalahan penanganan mengalami kuretase, seksio sesarea
maupun retensio plasenta akan berisiko 2 kali untuk mengalami retensio
plasenta.
Kontraksi kurang kuat pada saat proses melahirkan disebabkan
salah satunya karena kurangnya suplai oksigen. Kekurangan kadar
haemoglobin dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang di
bawa ke sel tubuh maupunsel otak dan uterus. Kandungan oksigen yang
kurang dalam darah menjadikan otot-otot uterus tidak mampu
berkontraksi secara adekuat yang akhirnya menyebabkan inersia uteri /
gangguan his, partus lama dan atonia uteri yang kemudian
mengakibatkan perdarahan banyak. Pengaruh anemia saat kehamilan
dapat berupa abortus, persalinan prematur, perdarahan antepartum dan
ketuban pecah dini. Pengaruh anemia saat persalinan dapat berupa
gangguan his, partus lama dan perdarahan karena atonia uteri. Selain itu
bahaya anemia selama persalinan dapat menyebabkan gangguan his,
kekuatan waktu mengejan, kala pertama dapat berlangsung lama
sehingga dapat terjadi partus terlantar, kala dua
5

berlangsung lama, sehingga dapat melelahkan, kala uri dapat diikuti


retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri, kala
empat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri
(Manuaba, 2013).
Menurut Putri dan Hastina (2020) bahwa anemia pada kehamilan
dapat menyebabkan abortus, partus prematurus, partus lama, retensio
plasenta, perdarahan post partum, syok, infeksi intrapartum maupun
postpartum.
2.1.3 Jenis – jenis Retensio Plasenta
Jenis-jenis perlekatan plasenta yang abnormal yaitu (Saifudin, dkk., 2016)
1. Plasenta Adhesiva: Kegagalan mekanisme saparasi fisiologis yang
disebabkan karena implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta.
2. Plasenta Akreta: Suatu keadaan implantasi jonjot korion plasenta yang
kemudian memasuki sebagian lapisan myometrium sehingga
menyebabkan plasenta tidak dapat dipisahkan dari dinding uterus baik
sebagian maupun seluruhnya.
3. Plasenta Inkreta: Implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/memasuki myometrium.
4. Plasenta Perkreta: Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus. Penetrasi
abnormal elemen-elemen korionik ke dalam lapisn serosa uterus.
5. Plasenta Inkarserata: Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
2.1.4 Pencegahan
Pencegahan retensio plasenta dengan cara pemberian oksitosin
segera setelah pelahiran bahu anterior, mengklem tali pusat segera setelah
pelahiran bayi dan menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk
pelahiran plasenta (Varney, 2007).
Selain itu, pencegahan yang dapat dilakukan pada ibu hamil yaitu
konsumsi makanan yang mengadung gizi tinggi yang dapat menjaga dan
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah. Selain itu ibu hamil dapat
5

menggunakan obat seperti tablet Fe untuk mencegah terjadinya anemia.


Zat besi (Fe) berperan sebagai sebuah komponen yang membentuk
mioglobin, yakni protein yang mendistribusikan oksigen menuju otot,
membentuk enzim, dan kolagen. Selain itu, zat besi juga berperan bagi
ketahanan tubuh.Tablet zat besi (Fe) penting untuk ibu hamil karena
memiliki beberapa fungsi untuk menambah asupan nutrisi pada janin,
mencegah anemia defisiensi zat besi, mencegah pendarahan saat masa
persalinan dan menurunkan risiko kematian pada ibu karena pendarahan
pada saat persalinan (Kemenkes, 2018).
2.1.5 Penatalaksanaan bagi Bidan
Pada kondisi Retensio plasenta dengan perdarahan > 500 cc, maka perlu
langsung melakukan plasenta manual.
1. Persiapan
a. Memasang infus
b. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9 %
atau Ringer Laktat dengan kecepatan tetesan 60 tetes/menit dan
10 unit oksitosin IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam
1000 ml larutan NaCl 0,9 % atau ringer Laktat dengan kecepatan
40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti
c. Menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuan Tindakan
d. Melakukan anastesi verbal/analgesik per rektal
e. Menyiapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeks
f. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
g. Memastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
h. Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,
tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai secara obstetrik,
masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke
bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
i. Setelah mencapai pembukaan servik, minta seseorang
asisten/penolong lain untuk menegangkan klem tali pusat
kemudian pindahkan tangan keluar untuk menahan fundus uteri
5

j. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke


kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
k. Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam
(ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).
2. Melepas Plasenta Dari Dinding Uterus
a. Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling
bawah.
b. Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di
sebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta
dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke
bawah (posterior ibu).
c. Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali
pusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan
dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas
(anterior ibu).
d. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding
uterus, maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser
tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas (kranial)
hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
3. Mengeluarkan Plasenta
a. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan
eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.
b. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan
segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong
untuk menarik tali pusat
4. Pemantauan Pasca Tindakan
a. Periksa kembali tanda vital ibu.
b. Catat kondisi ibu dan buat laporan Tindakan.
c. Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan
dan asuhan lanjutan.
d. Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai.
5

PENANGANAN RETENSIO PLASENTA

No Dokumen : No Revisi : Halaman :


UPTD RSUD RSPL/SPO/PROGNAS
01 1/3
PALABUHANRATU
KABUPATEN
SUKABUMI

Tanggal Terbit Ditetapkan,


: 1 Juli 2019 Direktur RSUD Palabuhanratu
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
dr. H. Asep Rustandi
NIP. 196106261989031005

Retensio placenta adalah suatu keadaan placenta tidak bisa


PENGERTIAN
keluar dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.

Sebagai acuan tatalaksana pasien retensio placenta dengan


tujuan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan
TUJUAN

Keputusan Direktur UPTD RSUD Palabuhanratu No


KEBIJAKAN Kepmenkes 1456/ Menkes /SK /XII/20019/ tentang
Retensio Plasenta

PERSIAPAN :
1. Infus set / tranfusi set
PROSEDU 2. Kapas alkohol
R 3. Heating set
4. Doek steril
5. Cairan infus
6. Bethadine
7. Oksigen
8. Kapas savlon
9. Obat suntik axytocin 10 unit
10. dan methil ergometrin
11. Pot tampung / ember
12. tampung
13. Handscoen
5

14. Semprit injeksi


15. Tempat sampah medisdan
16. non medis
17. Kateter
PELAKSANAAN
:
1. Pasien diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Suami / keluarga juga diberi penjelasan tentang
tindakan yang akan dilakukan serta diminta
menandatangani surat ijin
3. Periksa suhu, nadi tekanan darah dan Hb pasien
4. Kalau perlu diberi oksigen
5. Penolong cuci tangan dan memakai skort plastik
6. Memakai handscoen
7. Tidurkan penderita dengan posisi lithothomi
8. Kosongkan kandung kencing, jika diperlukan lakukan
keterisasi kandung kencing
9. Apabila plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit
IM. jika belum lakukan penanganan kala tiga
10.jika plasenta belum dilahirkan selam 30 setelah diberi
oksitosin dan uterus
terasa berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat
terkendali
a. Satu tangan diletakan pada korpus uteri tepat diatas
simfisis pubis.Selama kontraksi tangan
mendorong korpus uteri dengan gerakan
dorso cranial kerah belakang dan kearah ibu
b. tangan yang satu memmgang tali pusat dengan
klem 5-6 cm
didepan vulva
c. Ada tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu
adanya kontraksi
kuat (2-3 menit)
d. selama kkontraksi, lakukan tarikan terkendalai pada
tali pusat tang
terus menerus, dal;am tegangan yang sama ke
uterus.

Catatan : Hindari penarikan tali pusat dan penekanan


fundus yang terlalu
kuat karena dapat menyebabkan inversi
uterus”

PONEK
UNIT TERKAIT Ruang Bersalin
5

Ruang Nifas
Kamar Bedah Central
5

2.6 Standar Asuhan Kebidanan


2.6.1 Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang
dilaksanakan oleh bidan kepada klien, yang mempunyai kebutuhan
atau permasalahan, khususnya dalam KIA atau KB.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan
tanggungjawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada
klienyang mempunyai kebutuhan dan/atau masalah kebidanan
meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan keluarga
berencana termasuk kesehatan reproduksi perempuan serta
pelayanan kesehatan masyarakat (Asrinah, dkk, 2017).
2.6.2 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Pendokumentasian adalah suatu pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap keadaan yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan. Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan
dapat diterapkan dengan metode SOAP.
Dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data
objektif, A adalah analis/assesment dan P adalah planning. SOAP
merupakan catatan yang sederhana, jelas, logis dan singkat.
2.6.3 Standar Asuhan Kebidanan Menurut Kepmenkes RI No
938/Menkes/SK/VIII/2007
Standar asuhan kebidanan adalah acuan proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan,
perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pencatatan asuhan
kebidanan.
5

a. Standar I : Pengkajian
Pernyataan standar:
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat,
relevan, dan lengkap dari semua sember yang berkaitan dengan
pasien
Kriteria pengkajian:
a) Data tepat, akurat, dang lengkap
b) Terdiri dari data subjektif (hasil anamnese; biodata, keluhan
utama, riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar
belakang sosial budaya).
c) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologi, dan
pemeriksaan penunjang).
b. Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah
Kebidanan
Pernyataan standar:
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterprestasikan secara akurat dan logis untuk
menegakkan diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.
Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan:
a) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur Kebidanan
b) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
c) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan.
c. Standar III : Perencanaan
Pernyataan standar:
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan
diagnosa dan masalah yang ditegakkan.
Kriteria perencanaan:
a) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah
dan kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan
asuhan secara komprehensif.
5

b) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga


c) Mempertimbangkan kondisi psikologis sosial budaya
klien/ keluarga
d) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan
kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan
memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat
untuk klien
e) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan
yangberlaku, sumber daya serta fasilitas yang ada
d. Standar IV : Implementasi
Pernyataan standar:
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara
komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence
based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Kriteria evaluasi:
a) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-
psiko-sosial-spiritual dan kultural
b) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan
dari klien atau keluarganya (informed consent)
c) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence
based
d) Melibatkan klien atau pasien dalam setiap Tindakan
e) Menjaga privasi klien/pasien
f) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
g) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara
berkesinambungan
h) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada
dan sesuai
i) Melakukan tindakan sesuai standar
j) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
5

e. Standar V : Evaluasi
Pernyataan standar:
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan
Kriteria hasil
a) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien
b) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan
kepada keluarga
c) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
d) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi
klien/ pasien
f. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
Pernyataan standar:
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat,
singkat, dan jelas mengenai keadaan/ kejadian yang
ditemukan Kriteria pencatatan asuhan kebidanan:
a) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan
asuhan pada formulir yang tersedia rekam medis/ KMS
(Kartu Menuju Sehat/ KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak)/status pasien)
b) Ditulis dalam bentuk catatan pengembangan SOAP
S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
O adalah data objektif, mancatat hasil pemeriksaan
A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah
kebidanan
P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh
perencanaan dan pelaksanan yang sudah dilakukan.
5

2.7 Tugas dan Wewenang Bidan


Tugas dan wewenang bidan diatur dalam Permenkes RI No.04 tahun
2019 pada bagian kedua pasal 46 yang berbunyi bidan bertugas
memberikan pelayanan yang meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
d. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dan atau
e. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
Bidan dalam melakukan tugasnya dapat dilaksanakan secara
bersama- sama atau secara mandiri dengan penuh tanggungjawab dan
akuntabel.
Dalam pasal 47 selanjutnya disebutkan bahwa dalam
menyelenggarakan praktek Kebidanan, bidan dapat berperan sebagai :
a. Pemberi pelayanaan Kebidanan
b. Pengelola pelayanan Kebidanan
c. Penyuluh dan konselor
d. Pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik
e. Pengerakan peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan
dan/ atau
f. Peneliti
Dalam penyelenggaraan praktek tersebut diatas pada pasal
selanjutnya yaitu pasal 48 meyebutkan bahwa dalam melaksakan tugas dan
perannya harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan harus
sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
Pada paragraf 1 pasal 49 wewenang bidan pada pelayanan kesehatan
ibu yang dimaksud yaitu :
a. Memberikan asuhan kebidanan pada masa sebelum hamil
b. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal
c. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong
persalinan normal
d. Memberikan Asuhan pada masa nifas
60
6

e. Melakukan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan ibu hamil,


bersalin, nifas dan rujukan; dan
f. Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa
kehamilan, paska persalinan, masa nifas, serta asuhan paska
keguguran dan selanjutnya dilakukan rujukan
Pada paragraf 2 pasal 50 tentang pelayanan kesehatan anak yang
dimaksud adalah :
a. Memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita dan
anak prasekoalah
b. Memberikan imunisasi sesuai dengan program pemerintah pusat
c. Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan anak
prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh
kembang dan rujukan; dan
d. Memberikan pertolongan pertama pada kasus kegawatdaruratan pada
bayi baru lahir dan dilanjutkan dengan rujukan
Dalam bertugas bidan dapat melakukan tugas wewenang
berdasarkan pelimpahan wewenang secara mandat dan secara delegative:
a. Pelimpahan wewenang secara mandat sesuai pasal 54 harus dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Mandat diberikan oleh dokter kepada bidan sesuai dengan
kewenangannya
b) Mandat harus dilakukan secara tertulis
c) Tanggungjawab sepenuhnya berada pada pemberi
mandat/wewenang
d) Dokter yang memberikan pelimpahan wewenang harus
melakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala
b. Pelimpahan wewenang secara delegative sesuai pasal 55 diberikan
oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah kepada bidan disertai
pelimpahan tanggungjawab
61

61

Pada paragraf 5 pasal 59 bidan dapat memberikan penanganan


pertama pada keadaan gawat darurat berdasarkan ketentuan sebagai
berikut:
a) Melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sesuai dengan
kompetensinya
b) Pertolongan pertama yang dilakukan bidan bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa pasien
c) Kegawatdaruratan yang dimaksud adalah kondisi yang mengancam
nyawa pasien
d) Kegawatdaruratan yang dialami pasien ditetapkan oleh bidan sesuai
dengan hasil evaluasi Berdasarkan keilmuannya
e) Penanganan kegawatdaruratan yang dimaksud dilaksanakan sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Kehamilan

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PADA NY.Y G4P2A1


USIA 35 TAHUN GRAVIDA 39 MINGGU
DI RSUD PELABUHAN RATU
TAHUN 2022

No. Medrek 703401


Hari / Tanggal : Selasa, 19 Juli 2022
Tempat : Poli Kandungan RSUD Pelabuhan Ratu
Pengkaji : Ade Solihat

I. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas / Biodata
Nama : Ny. Y Nama Suami : Tn. E
Usia : 35 tahun Usia : 31 tahun
Suku : Sunda Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kp. Gadog, Cikakak 1/17
2. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin melakukan pemeriksaan USG atas anjuran dari bidan.
3. Keluhan Utama
Ibu datang pada tanggal 19 Juli 2022 mengaku hamil 9 bulan datang ingin
memeriksakan kandungannya. Ibu menyangkal adanya mules dan cairan
keluar dari jalan lahir, Ibu juga mengatakan gerakan janinnya masih
dirasakan ibu.

62
63

4. Riwayat Menstruasi
a) Haid pertama : Usia 14 tahun
b) Siklus : ± 28 hari
c) Lamanya : ± 6 hari
d) Konsistensi : Menggumpal pada hari pertama dan kedua, encer
pada hari ketiga dan seterusnya
e) Banyaknya : 2-3x ganti pembalut dalam 1 hari
f) Dismenorhea : Kadang-kadang terjadi pada hari pertama
g) Warna : Merah segar di hari pertama,
selanjutnya kecoklatan
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No
Penyulit TahunUK TempatPenyulitJK BB PB Keadaanpenyulit

1.Tidak ada20149 bln Bidan Tidak ada Tidak L 3200 49 cm Hidup Tidak ada
ada gr 3000
gr
2.Tidak ada20179 bln Bidan P 50 cm Hidup Tidak ada

3. Abortus 2020

4.Hamil ini

6. Riwayat Kehamilan Sekarang


a. HPHT : 20-10-2021
b. TP : 27-07-2022
c. Usia Kehamilan : 39 minggu
d. Riwayat ANC : ibu mengatakan memeriksakan
kehamilannya 6 kali di PMB secara
teratur,
Trimester 1 : 1 kali, UK 10 minggu
64

Trimester 2 : 2 kali, UK 16 minggu dan 24 minggu


Trimester 3 : 3 kali, UK 29 minggu, 31 minggu dan 35
minggu
e. Imunisasi TT : TT terakhir TT5 (bulan Desember)
f. KB Sebelumnya : Pil.
7. Riwayat Penyakit
Ibu mengatakan baik ibu maupun keluarga tidak mempunyai riwayat
penyakit berat seperti hipertensi, asma, jantung, paru-paru, diabetes.
8. Pola Sehari-hari
No Pola sehari-hari Sebelum hamil Saat hamil
1. Pola Nutrisi
a) Makan :
- Frekuensi
2-3 kali sehari 2-3 x sehari
- Jenis makanan
Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
- Makanan
Tidak ada Tidak ada
pantangan
b) Minum :
- Frekuensi
3-4 gelas sehari 5-6 gelas sehari
- Jenis Minuman
Air putih, teh Air putih, teh manis,
manis
susu
2. Pola Eliminasi
a) BAK :
- Frekuensi
7-8x sehari
- Warna 3-4x sehari
Kuning jernih
- Masalah Kuning jernih
Tidak ada
b) BAB : Tidak ada
- Frekuensi
2x sehari
- Warna 1x sehari
Kuning kecoklatan
- Masalah Kuning kecoklatan
Tidak ada
Tidak ada
65

3. Pola istirahat dan


tidur
± 2jam ± 3 jam
- Tidur Siang
± 8 jam ± 7 jam
- Tidur malam
4.. Pola aktivitas Mengurus pekerjaan Tiduran, menyapu rumah
rumah tangga sendiri dengan di bantu
keluarga

9. Riwayat sosial dan psikologi


Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan pertama bagi ibu maupun
suami. Ibu juga mengatakan sangat senang dengan kehamilan ini dan
keluarga sangat mensuport dengan kehamilan ibu ini.

II. DATA OBJEKTIF


1. a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmetis
c. TTV : TD : 120/80 mmHg N: 80x/menit
S : 36.40C R : 22 x/menit
d. BB : 62 kg
e. TB : 152 cm
f. BB sebelum hamil : 51 kg
g. IMT : BB/TB2= 51/2.31 = 22.07 kategori normal
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Simetris, rambut hitam merata, tidak ada benjolan
b. Muka :Simetris, tidak ada oedema, tidak ada cloasma gravidarum
c. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
d. Hidung : Bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
pengeluaran
e. Telinga : Bersih, pendengaran baik, tidak ada pengeluaran secret
f. Mulut : Mulut bersih, bibir merah muda, tidak ada caries gigi
g. Leher : Tidak ada nyeri telan, tidak ada pembengkakak kelenjar
tiroid
66

h. Dada : Simetris, tidak dada tarikan dinding dada


i. Payudara :Bentuk Simetris, tidak teraba massa, puting susu
menonjol, sudah ada pengeluaran colostrum
j. Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi : Terdapat linea nigra dan striae gravidarum
TFU : 36 cm
TBBJ : 36 – (11) x 155 = 3875 gram
b) Palpasi
Leopold I : Bagian atas teraba bulat, lunak tidak melenting (bokong)
Leopold II : Bagian kanan teraba memanjang seperti papan (puka),
bagian kiri ibu teraba bagian kecil janin
Leopold III: Teraba bulat, keras, melenting (kepala), dan sudah
masuk PAP
Leopold IV : Divergent, Perlimaan: 3/5
c) Auskultasi
Frekuensi DJJ : 142x/menit
k. Ekstremitas atas : Kebersihan baik, pergerakan aktif
l. Ekstremitas bawah : Pergerakan aktif, tidak oedema, tidak ada varises,
refleks patella (+)
3. Pemeriksaan penunjang :
a. Laboratorium : Hb = 11.5 gr%
b. USG : janin hidup tunggal intrauterine, presentasi kepala, air
ketuban cukup, usia kehamilan 39 minggu 5 hari, TBJ :
3150 gram, plasenta di fundus
III. ANALISA
Diagnosa : G4P2A1 gravida 39 minggu janin hidup tunggal intrauterin
dengan keadaan normal
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
ibu Evaluasi : Ibu dan keluarga mengetahui hasil
pemeriksaan
67

2. Menjelaskan ketidaknyamanan kehamilan trimester 3, seperti sering buang


air kecil, gangguan tidur, nyeri perut bagian bawah, nyeri punggung, dan
cara mengatasinya.
Evaluasi: Ibu mengerti tentang ketidaknyamanan kehamilan trimester 3.
3. Menjelaskan tanda-tanda persalinan seperti nyeri perut yang kuat dan
sering yaitu 3x dalam 10 menit, keluarnya air-air dari jalan lahir, keluarnya
lendir darah dari jalan lahir, jika menglami tanda- tanda seperti di atas ibu
harus segera datang ke tenaga kesehatan terdekat
Evaluasi : ibu mengerti dan mengenali tanda tanda persalinan, dan akan
segera mengunjungi tenaga kesehatan bila tanda-tanda diatas terjadi
4. Menganjurkan ibu istirahat atau tidur miring ke kanan atau ke kiri,
atau memilih posisi senyaman mungkin
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia melakukan cara tersebut
5. Menganjurkan klien untuk datang kembali 1 minggu kemudian tgl
26/07/2022 atau saat ada tanda persalinan
Evaluasi : Klien akan kembali dalam 1 minggu kemudian.
6. Melakukan pendokumentasian berbentuk
SOAP Evaluasi : pendokumentasian sudah
dilakukan
68

3.2 Asuhan Persalinan

ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. Y


USIA 35 TAHUN G4 P2 A1 GRAVIDA 40 MINGGU
DI RSUD PELABUHAN RATU
TAHUN 2022

No. Medrek 703401


Hari / Tanggal : Selasa, 26 Juli 2022 jam 12.00 WIB
Tempat : RSUD Pelabuhan Ratu
Pengkaji : Ade Solihat

I. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas / Biodata
Nama : Ny.Y Nama Suami : Tn. E
Usia : 35 tahun Usia : 31 tahun
Suku : Sunda Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kp. Gadog, Cikakak 1/17
2. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksa kehamilannya.
3. Keluhan Utama
Ibu datang mengaku hamil 9 bulan mengeluh mules dari pukul 02.00
WIB semakin sering dan lama, ibu menyangkal adanya air-air keluar dari
jalan lahir dan gerakan janin masih dirasakan ibu.
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. HPHT : 20-10-2021
b. TP : 27-07-2022
c. Usia Kehamilan : 40 minggu
69

d. Riwayat ANC : ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya 6


kali di PMB secara teratur,
Trimester 1 : 1 kali, UK 10 minggu
Trimester 2 : 2 kali, UK 16 minggu dan 24 minggu
Trimester 3 : 3 kali, UK 29 minggu, 31 minggu dan 35 minggu
e. Imunisasi TT : TT terakhir TT5 (bulan Desember)
f. KB Sebelumnya : Pil
5. Riwayat Penyakit
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit berat seperti
hipertensi, asma, jantung, paru-paru, diabetes, dll.
6. Riwayat psikososial: Ibu mengatakan sedikit cemas dan takut akan
menghadapi persalinan.
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD : 110/80 mmHg N : 80x /menit
S : 36,7oC R : 24x /menit
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Simetris, rambut hitam merata, tidak ada benjolan
b. Muka : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada cloasma gravidarum
c. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
d. Hidung : Bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
pengeluaran
e. Telinga : Bersih, pendengaran baik, tidak ada pengeluaran secret
f. Mulut : Mulut bersih, bibir merah muda, tidak ada caries gigi
g. Leher : Tidak ada nyeri telan, tidak ada pembengkakak kelenjar
tiroid
h. Dada : Simetris, tidak dada tarikan dinding dada
i. Payudara :Bentuk Simetris, tidak teraba massa, puting susu menonjol,
sudah ada pengeluaran colostrum
j. Pemeriksaan Abdomen
70

d) Inspeksi : Terdapat linea nigra dan striae gravidarum


TFU : 32 cm
TBBJ : (32 – 11) x 155 = 3255 gram
e) Palpasi
Leopold I : Bagian atas teraba bulat, lunak tidak melenting (bokong)
Leopold II : Bagian kanan teraba memanjang seperti papan (puka),
bagian kanan ibu teraba bagian kecil janin
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting (kepala), dan sudah
masuk PAP
Leopold IV : Divergent, perlimaan: 2/5
His : 3x10’30”
f) Auskultasi
Frekuensi DJJ : 140x/menit
k. Ekstremitas atas : Pergerakan aktif, tidak oedema, tidak ada
varises.
l. Ekstremitas bawah : Pergerakan aktif, tidak oedema, tidak ada
varises.
m. Genitalia : Tidak ada varices, tidak ada oedema, tidak ada
kelainan, tidak ada luka, tidak ada
pembengkakan kelenjar bartholini.

5. Pemeriksaan dalam
a. V/V : Tidak ada kelainan
b. Portio : Tipis lunak
c. Pembukaan : 4 cm
d. Ketuban : (+)
e. Presentasi : Kepala
f. Posisi : UUK kanan depan
g. Penurunan : Stasion 0
h. Molase : Tidak ada (0)
6. Anus : Tidak ada hemoroid
71

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (hematologi lengkap)
Rapid Antigen : Negatif
Hemoglobin : 11.6 gr%
PCV : 28%
Eritrosit : 3.86 juta/mm3
MCV : 73 L
MCH : 24 pg
MCHC : 33 gr/dl
Leukosit : 8.750/mm3
Trombosit : 403.000 mm3

III. ANALISA
Diagnosa : G4P2A1 parturien 40 minggu kala 1 fase aktif, janin hidup tunggal
intrauterin dengan keadaan normal

IV. PENATALAKSANAAN
a. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
ibu Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui hasil
pemeriksaan
b. Memberitahu hasil pemeriksaan dalam bahwa pembukaan 4 cm dan sudah
masuk fase aktif
Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
c. Menganjurkan ibu untuk minum jika tidak ada mules
Evaluasi: Ibu mengerti anjuran
d. Melakukan asuhan sayang ibu seperti memberikan dukungan moril serta
menyarankan suami untuk selalu mendampingi ibu.
Evaluasi: sudah dilakukan.
e. Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri untuk mempercepat penurunan
kepala bayi
Evaluasi: ibu mengerti dan melakukan anjuran
72

f. Memberitahu ibu tentang teknik relaksasi dan menyarankan ibu untuk


tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap
g. Memberitahu keluarga untuk mempersiapkan keperluan persalinan seperti
peralatan bayi, dll.
Evaluasi: Keperluan persalinan sudah disiapkan
h. Mempersiapkan alat-alat persalinan seperti partus set, hecting set, dan
obat- obatan.
Evaluasi : alat-alat persalinan sudah disiapkan
i. Mengobservasi keadaan umum, TTV, HIS, dan kemajuan persalinan
Evaluasi : Observasi sudah dilakukan. Lembar observasi terlampir
TanggalJam TDNR S DJJ His Keterangan

26-07- 12:00 100/80802436.7oC 140 3x10’30”- V/V : T.A.K


2022 Portio : Tipis lunak Pembukaan : 4 cm Ketuban : Utuh P
Molase : Tidak ada
Bagian yang menumbung: tidak ada

12:3084231454x10’45”-

13:00 8824 142 4x10’45”-

13.30 8220 148 4x10’50”-

14.00 842236.8oC 150 4x10’50”-

14.30 8323 146 4x10’50”-

15.00 8624 152 4x10’50”-

15.30 8422 150 4x10’50”-

16:00130/80882437.2 oC1345x10’45’’- V/V : T.A.K


Portio : Tidak teraba Pembukaan : 10 cm
Ketuban : Pecah spontan (jernih)
Presentasi : kepala Station: +2 Molase : Tidak ada
Bagian yang menumbung: tidak ada
73

PENGKAJIAN KALA II

Tangal Pengkajian : 26 Juli 2022


Waktu pengkajian : 16.00 WIB

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mulas semakin kencang dan sering dan keluar air secara
tiba-tiba, serta dorongan ingin mengejan.

II. DATA OBJEKTIF


Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD : 130/80 mmHg R : 24x / menit
N : 88 x /menit S : 37.2oC
4. Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi kandung kemih
kosong, DJJ : 134 x/menit, HIS: 5x10’45”
perlimaan: 5/5
5. Anogenital : Dorongan meneran kuat, ada tekanan pada anus,
perineum menonjol, vulva membuka, bloody show
bertambah banyak, dan terlihat kepala di introitus
vagina.
6. Pemeriksaan dalam
a. V/V : Tidak ada kelainan
b. Portio : Tidak teraba
c. Pembukaan : 10 cm
d. Ketuban : pecah spontan jam 16.00, pengeluaran jernih
e. Presentasi : Kepala
f. Posisi : UUK kanan depan
g. Penurunan : Stasion +2
h. Molase : Tidak ada (0)
74

III. ANALISA
Diagnosa : G4P2A1 Parturient 40 minggu kala II dengan keadaan normal.
IV. PENATALAKSANAAN
1. Mengecek tanda-tanda persalinan seperti terlihat ada dorongan meneran,
tekanan pada anus, perineum menonjol, dan vulva membuka
Evaluasi : ibu telah mengalami tanda-tanda persalinan
2. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga mengenai kondisi
ibu saat ini
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
3. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan ibu sudah boleh
mengedan
Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukannya.
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat-alat seperti partus set, hecting set, dan
obat-obatan,serta mempersiapkan perlengkapan ibu dan bayi
Evaluasi : peralatan sudah disiapkan
5. Memakai alat perlindungan diri dan mencuci tangan
Evaluasi : alat perlindungan diri sudah dipakai dan mencuci tangan telah
dilakukan
6. Menganjurkan ibu untuk mengedan saat ada kontraksi dengan
menempelkan dagu ke dada ibu dan pandangan melihat ke perut ibu dan
kedua tangan memegang sela-sela paha ibu
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
7. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan bagian terkecil dari
janin
Evaluasi : pemeriksaan sudah dilakukan dan tidak ada lilitan tali pusat
serta tidak ada bagian terkecil dari janin yang keluar
8. Memimpin ibu mengedan
Evaluasi: Ibu mengedan jika ada
his
9. Melahirkan kepala dengan tehnik biparietal, tarik kebawah untuk
mengeluarkan bahu anterior dan tarik ke atas untuk mengeluarkan bahu
posterior, kemudian sangga susur
75

Evaluasi : bayi lahir spontan pada pukul 16.45 WIB dengan keadaan
langsung menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan, jenis
kelamin perempuan.
10. Mengeringkan tubuh bayi kecuali telapak tangan dan memotong tali
pusat Evaluasi : bayi sudah dikeringkan dan tali pusat sudah dipotong
11. Mengecek ada tidaknya bayi kedua
Evaluasi : tidak ada bayi kedua.
76

PENGKAJIAN KALA III

Tanggal pengkajian : 16 Juli 2022


Waktu pengkajian : 16.46 WIB

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasa lelah dan masih mules
II. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Abdomen : Kontraksi uterus baik, fundus teraba keras dan
bulat, kandung kemih kosong, TFU sepusat
d. Genitalia : tidak terdapat luka laserasi, tidak terlihat tanda
tanda pelepasan plasenta (tali pusat bertambah
panjang, ada semburan darah), perdarahan ± 50
cc
III. ANALISA
Diagnosa : P3A1 Kala III

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menyuntikan oxytosin segera 10 IU secara IM di paha sebelah kanan 1/3
paha luar ibu jam 16.46
Evaluasi : Oxytosin sudah disuntikan
2. Mengidentifikasi tanda-tanda pelepasan plasenta
Evaluasi : tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta.
3. Melakukan PTT (Peregangan Tali Pusat Terkendali)
Evaluasi : belum ada tanda tanda pelepasan plasenta (tali pusat tidak
memanjang).
77

PENGKAJIAN KALA III DENGAN RETENSIO PLASENTA

Tanggal pengkajian : 16 Juli 2022


Waktu pengkajian : 17.01 WIB

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasa masih mules
II. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Abdomen : Kontraksi uterus baik, fundus teraba keras dan
bulat, TFU sepusat
d. Genitalia : tidak terdapat luka laserasi, tidak terlihat tanda tanda
pelepasan plasenta (tali pusat bertambah panjang,
ada semburan darah).
III. ANALISA
Diagnosa : P3A1 Kala III
IV. PENATALAKSANAAN
1. Menyuntikkan oksitosin 10 IU dosis ke 2 pada paha kiri secara IM
setelah 15 menit pertaa plasenta belum lahir..
Evaluasi : oksitosin inj telah diberikan.
2. Melakukan PTT kembali
Evaluasi : terlihat ada semburan darah dari cavum uteri, tali pusat tidak
memanjang, uterus globuler.
3. Plasenta belum lahir dalam 30 menit setelah lahir, Bidan melakukan
persiapan untuk manual plasenta :
a. Melakukan pemeriksaan tensi, nadi
Evaluasi : Tensi 125/77, nadi 84x/menit
b. Memberitahu pasien tentang Tindakan yang akan dilakukan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia dilakukan manual plasenta.
c. Melakukan pemasangan infus RL
78

Evaluasi : Infus sudah terpasang


d. Memposisikan pasien litotomi / dosal recumbent.
e. Mengosongkan kandung kemih dengan kateterisasi,
Evaluasi : kandung kemih telah dikosongkan.
f. Menunggu uterus berkontraksi,
Evaluasi : uterus sudah berkontraksi.
g. Menggunakan sarung tangan steril obstetrik lalu memasukkan tangan
kanan secara obstetrik menelusuri tali pusat tangan kiri menahan
fundus uteri
Evaluasi : Sudah dilakukan
h. Menemukan implantasi dan tepi plasenta
Evaluasi : sudah ditemukan
i. Mencari bagian plasenta yang terlepas kemudian melakukan
pelepasan plasenta hingga semua perlekatan
Evaluasi : plasenta lepas
j. Memindahkan tangan kiri ke daerah sympisis untuk melakukan
dorsal cranial
Evaluasi : sudah dilakukan
k. Memilin plasenta searah jarum jam
Evaluasi : plasenta lahir jam 17.25 WIB
4. Melakukan masase fundus uterus selama 15 detik sebanyak 15 kali
Evaluasi : sudah dilakukan masase fundus
5. Mengajarkan ibu untuk masase uterus, jika kontraksi keras seperti batu
berarti kontraksi baik, tetapi jika lembek laporkan ke bidan
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
6. Mengidentifikasi plasenta
a. Sisi maternal : kotiledon lengkap, tidak ada anak plasenta, warna
merah segar, tidak ada pengapuran, selaput korion
lengkap
b. Sisi fetal : Inserti tali pusat sentralis, selaput amnion lengkap,
warna tali pusat merah segar
79

Evaluasi : Plasenta lengkap


7. Melakukan pengecekan perineum
Evaluasi : tidak terdapat
laserasi
80

PENGKAJIAN KALA IV

Tanggal pengkajian : 26 Juli 2022


Waktu pengkajian : 17.26 WIB

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih merasa mules dan ibu merasa lega atas kehadiran bayinya
II. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD : 110/80 R : 23 x/menit
S : 36.9oC N : 89 x/meit
4. Abdomen : Kandung kemih kosong, kontraksi kuat, TFU 2 jari
dibawah pusat
5. Genitalia : Pendarahan : ± 100 cc
Laserasi : tidak ada

III. ANALISA
Diagnosa : P3A1 Kala IV dengan keadaan normal

IV. PENATALAKSANAAN
1. Mencelupkan kedua tangan yang menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0.5%, membilas dengan ait DTT dan mengeringkannya
dengan kain
Evaluasi : sarung tangan telah dicelupkan dan telah dikeringkan
2. Membersihkan tempat tidur dan seluruh tubuh ibu dengan air DTT
kemudian membantu ibu mengganti pakaiannya
Evaluasi : ibu tampak bersih dan merasa nyaman
3. Melakukan evaluasi kontraksi uterus dan perdarahan
Evaluasi : kontraksi keras dan perdarahan ± 90 cc
4. Mengajarkan cara masase uterus dan menilai kontraksi kepada ibu
81

Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukannya


5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
Evaluasi : Ibu akan melakukannya
6. Melakukan dekontaminasi alat-alat partus set direndam dilarutan klorin
0,5% selama 10 menit
Evaluasi : alat sudah di sterilkan
7. Melakukan observasi pada kala IV selama 2 jam, yaitu 1 jam pertama
setiap 15 menit dan pada jam kedua setiap 30 menit sekali
Evaluasi : telah dilakukan dan terlampir dalam partograf
8. Melakukan pendokumentasian SOAP
Evaluasi : pendokumentasian telah dilakukan
82

3.3 Asuhan Postpartum

ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL 6 JAM PADA NY. Y P3A1


USIA 35 TAHUN DI RSUD PELABUHAN RATU
TAHUN 2022

No. Medrek 703401


Hari / Tanggal : Selasa, 26 Juli 2022 jam 22.45 WIB
Tempat : Ruang Nifas RSUD Pelabuhan Ratu
Pengkaji : Ade Solihat

I. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas / Biodata
Nama : Ny.Y Nama Suami : Tn. E
Usia : 35 tahun Usia : 31 tahun
Suku : Sunda Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kp. Gadog, Cikakak 1/17
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan masih merasa sedikit mulas
3. Riwayat persalinan saat ini
HPHT : 20-10-2021
TP : 27-07-2022
Usia Kehamilan : 40 minggu
Komplikasi : Tidak ada komplikasi
4. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti tumor, kista,
kanker, polip, vaginitis, penyakit radang panggul, clamydia dan lain lain.
83

5. Riwayat Penyakit
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit berat seperti asma,
jantung, diabetes melitus, TBC, hipertensi dan lain-lain
6. Riwayat Psikososial
Keluarga sangat mendukung atas kelahiran anak ketiga Ny. Y .
7. Pola Sehari-hari
No Pola Sehari-hari Setelah melahirkan
1 Pola Nutrisi
a. Makan
Frekuensi
1x setelah 2 jam melahirkan (jam 19.30 WIB)
Jenis Makanan
Nasi, lauk, sayuran
Makanan
Tidak ada
Pantangan
b. Minum
Frekuensi
4 gelas, terakhir jam 22.30 WIB
Jenis Minuman
Air putih teh manis
2 Pola Eliminasi
a. BAK
Frekuensi
2 x , terakhir jam 20.05 WIB
Warna
Kuing jernih
Masalah
Tidak ada
b. BAB
Frekuensi
Belum
Warna
-
Masalah
-
3 Pola Istirahat & Tidur 2 jam terakhir
4 Personal Hygiene
a. Mandi
Belum
b. Gosok gigi
1x
c. Keramas
Belum
84

d. Perawatan 1x sebelum menyusui bayi


payudara
5 Pola Aktivitas Menyusui bayi, pergi ke kamar mandi

8. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Takhir


a. Masa kehamilan : 40 minggu
b. Tempat persalinan : RSUD Pelabuhan Ratu
c. Penolong : Bidan
d. Jenis persalinan : Normal
e. Komplikasi : Retensio Plasenta
1) Partus Lama : Tidak
2) KPD : Tidak
3) Plasenta
Lahir : manual
4) Perineum
Laserasi : Derajat tidak ada
5) Pendarahan : Pendarahan normal
6) Lama persalinan : ± 7.5 jam
a. Kala 1 : 4 jam
b. Kala 2 : 45 menit
c. Kala 3 : 40 menit
d. Kala 4 : 2 jam
7) Tindakan lain : manual plasenta
9. Riwayat Post partum
1. Pengalaman menyusui : Ibu mengatakan ini adalah ketiga
kalinya ibu menyusi
2. Pengalaman waktu melahirkan : Ibu mengatakan ini adalah
persalinan ketiganya.
3. Pendapat ibu tentang bayinya : Ibu sangat bahagia dengan
kelahiran bayinya
4. Lokasi ketidaknyamanan : tidak ada
85

II. DATA OBJEKTIF


A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Status emosisonal : Baik
4. Tanda-tanda vital : TD : 110/80mmHg N : 84x/m
R : 22 S : 36,4OC
5. Kepala
Rambut : Hitam, distribusi lebat
Muka : Simetris, tidak ada Eodema
Mata : Konjungtiva merah muda,
sklera putih, tidak anemis
Hidung : Simetris, tidak ada
pengeluran sekret, tidak ada
polip
Telinga : Simetris tidak ada
pengeluran sekret
Mulut : Simetris, mukosa kering
kemerahan
Gigi : Bersih, tidak ada caries, tidak ada
stomatitis
6. Leher
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar tiroid : Tidak ada
Vena jugularis : Tidak ada
7. Dada dan payudara
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding
dada, tidak ada bunyi wheezing
Payudara : Simetris, puting susu menonjol,
kolostrum sudah keluar
8. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan
86

abnormal
Palpasi : konsistensi uterus keras, kontraksi
uterus baik
Kandung kemih : Kosong
TFU : 3 jari dibawah pusat
9. Ekstremitas atas dan bawah
Atas : Pergerakan lengan kanan
(+) kiri (+)
Bawah : Pergerakan lengan kanan
(+) kiri (+), tidak ada
oedema.
10. Genitalia : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada
hematoma, lohea rubra,
11. Anus : Tidak ada hematoma
B. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

III. ANALISA
Diagnosa : P3A1 post partum 6 jam dengan keadaan normal
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan TTV pada ibu dan keluarga
TD : 110/80 mmHg S: 36,4oC
N : 84 x/menit R : 22 x/menit
Evaluasi: ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan
keadaan Evaluasi: ibu mengerti dan akan beristirahat
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa mulas yang dirasakan ibu saat ini
adalah hal yang fisiologis di alami oleh ibu nifas. Rasa mulas diakibatkan
oleh kontraksi uterus untuk mencegah pendarahan selain itu selama masa
nias juga akan mengalami peningkatan suhu ubuh, pusing dan lemas
diakibatkan oleh kelelahan ibu setelah menjalani proses persalinan
Evaluasi : Ibu mengerti
87

4. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini untuk memperlancar


pengeluaran lokhea, mengurangi infeksi, mempercepat involusi,
memperlancar fungsi alat perkemihan dan meningkatkan kelancaran
peredaran darah
Evaluasi : ibu mengerti dan mulai melakukan mobilisasi dini seperti
duduk dan berjalan
5. Memberikan penjelasan tentang asupan gizi untuk kebutuhan fisik ibu
sebagai penunjang pertahanan tubuh
Evaluasi : ibu mengerti dan mulai mengkonsumsi makanan yang bergizi
6. Memberikan konseling kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri
terutama daerah perineum yaitu kebersihan dengan sabun dan air bersih,
mengganti pembalut 2 kali sehari atau setiap ibu merasa basah/ risih
Evaluasi: ibu mengerti apa yang disampaikan oleh bidan dan akan
melakukannya
7. Menganjurkan ibu untuk perawatan bayi sehari-hari seperti
menggendongnya bila bayi nangis, menyusuinya, mengganti popok bila
basah , menjaga bayi tetap hangat
Evaluasi: ibu mengerti apa yang bidan sampaikan dan akan melakukannya
8. Melakukan pendokumentasian Soap
Evaluasi: pendokumentasian soap telah dilakukan
88

ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL 6 HARI PADA NY. Y P3A1


USIA 35 TAHUN DI RSUD PELABUHAN RATU
TAHUN 2022

Hari / tanggal : 01 Agustus 2022


Waktu pengkajian : 09.00 WIB
Pengkaji : Ade Solihat

I. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas / Biodata
Nama : Ny.Y Nama Suami : Tn. E
Usia : 35 tahun Usia : 31 tahun
Suku : Sunda Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kp. Gadog, Cikakak 1/17
2. Keluhan
Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan oleh ibu, ibu
mengatakan sudah bisa menyusui bayinya.
3. Pola sehari-hari
No Pola Sehari-hari Saat nifas
1 Pola Nutrisi
a. Makan
Frekuensi
2-3 x sehari
Jenis
Nasi, sayur, lauk, daging
Makanan
Tidak ada
Makanan Pantangan
b. Minum
8-9 gelas perhari
Frekuensi
Air putih, teh manis
Jenis Minuman
2 Pola Eliminasi
89

a. BAK
Frekuensi 4-5 x sehari
Warna Kuning jernih
Masalah Tidak ada

b. BAB
Frekuensi 1 x sehari
Warna Kuning kecoklatan
Masalah Tidak ada
3 Pola Istirahat & Tidur
a. Tidur siang ± 3 jam
b. Tidur malam ± 6 jam
4 Personal Hygiene
a. Mandi 2 x sehari
b. Gosok gigi 2 x sehari
c. Keramas 1x
d. Perawatan payudara 1 x sehari
5 Pola Aktivitas Tiduran dan
menyusui bayinya
6 Pola Seksual Belum
melakukanny
a

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Status emosisonal : Baik
d. Tanda-tanda vital : TD : 120/80mmHg N : 95x/m
R : 22 x/menit S : 36,4OC
e. Kepala
Rambut : Hitam, distribusi lebat
90

Muka : Simetris, tidak ada Eodema


Mata : Konjungtiva merah muda,
sklera putih, tidak anemis
Hidung : Simetris, tidak ada
pengeluran sekret, tidak ada
polip
Telinga : Simetris tidak ada pengeluran
sekret
Mulut : Simetris, mukosa kering
Kemerahan
Gigi : Bersih, tidak ada caries, tidak ada
stomatitis
f. Leher
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar tiroid : Tidak ada
Vena jugularis : Tidak ada
g. Dada dan payudara
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding
dada, tidak ada bunyi wheezing
Payudara : Simetris, puting susu menonjol,
Pengeluaran ASI lancar, tidak ada
bendungan
h. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi :Simetris, tidak ada benjolan
abnormal
Palpasi :TFU pertengahan pusat dan
symphisis
Kandung kemih : Kosong
i. Ekstremitas atas dan bawah
Atas : Pergerakan lengan kanan (+) kiri (+)
Bawah : Pergerakan lengan kanan (+) kiri (+),
91

tidak ada oedema, tidak ada varises,


homan sign (-)
j. Genitalia : Bersih, tidak ada eodema, tidak ada
hematoma, pengeluaran lochea
normal
k. Anus : tidak ada hemoroid.
2. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
III. ANALISA
Diagnosa : P3A1 post partum 6 hari dalam keadaan normal
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan keadaan umum ibu
baik tidak ditemukan kelainan atau komplikasi.
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberitahu ibu mengenai teknik menyusui dengan melumasi areola
dan puting susu dengan ASI kemudian memasukkan puting susu hingga
areola masuk ke dalam mulut bayi serta memastikan tidak ada penyulit
pada ibu dalam menyusui.
Evaluasi : Ibu mengerti, mengetahui, dan akan melakukannya.
3. Memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat untuk
mempercepat penyembuhan ibu dan memperbanyak protein seperti ikan,
telur dan lain-lain. Sebelum dan sesudah menyusui hendak nya ibu
minum air hangat terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan cairan ibu.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan anjurannya.
4. Memberi konseling ibu mengenai kebutuhan istirahat dengan tidur saat
sela bayi tertidur agar ibu tidak kelelahan.
Evaluasi : Ibu mengetahui dan akan melakukannya.
5. Memberitahu ibu tanda bahaya saat nifas seperti suhu meningkat,
menggigil, perdarahan banyak, kontraksi uterus lembek, kehilangan
nafsu makan, dan lain-lain dan memberitahu ibu untuk datang ke fasilitas
kesehatan jika terdapat tanda bahaya nifas.
92

Evaluasi : Ibu mengerti dan mengetahui tanda bahaya nifas, ibu mengerti
dan akan melakukan anjuran tersebut.
93

ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL 2 MINGGU PADA NY. Y


P3A1 USIA 35 TAHUN DI RSUD PELABUHAN RATU
TAHUN 2022

Hari/Tanggal : 09 Agustus 2022 Pukul : 09:00 WIB


Pengkaji : Ade Solihat

I. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas / Biodata
Nama : Ny.Y Nama Suami : Tn. E
Usia : 35 tahun Usia : 31 tahun
Suku : Sunda Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kp. Gadog, Cikakak 1/17
2. Keluhan
Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun, pengeluaran ASI lancar, BAB
dan BAK lancar, tidak ada nyeri pada perut.
3. Pola sehari-hari
No Pola Sehari-hari Saat nifas
1 Pola Nutrisi
c. Makan
Frekuensi
2-3 x sehari
Jenis
Nasi, sayur, lauk, daging
Makanan
Tidak ada
Makanan Pantangan
d. Minum
8-9 gelas perhari
Frekuensi
Air putih, teh manis
Jenis Minuman
2 Pola Eliminasi
c. BAK
94

Frekuensi 4-5 x sehari


Warna Kuning jernih
Masalah Tidak ada

d. BAB
Frekuensi 1 x sehari
Warna Kuning kecoklatan
Masalah Tidak ada
3 Pola Istirahat & Tidur
c. Tidur siang ± 3 jam
d. Tidur malam ± 6 jam
4 Personal Hygiene
e. Mandi 2 x sehari
f. Gosok gigi 2 x sehari
g. Keramas 1x
h. Perawatan payudara 1 x sehari
5 Pola Aktivitas Tiduran dan
menyusui bayinya
6 Pola Seksual Belum
melakukanny
a

II. DATA OBJEKTIF


Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmetis
3. Tanda tanda vital
TD : 120/80 mmHg S : 36,5°C
N : 88x/menit R : 19x/menit
4. Kepala
Simetris, distribusi rambut baik, kebersihan baik.
95

5. Wajah
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan.
6. Mata
Simetris, tidak anemis, sklera jernih, refleks pupil baik.
7. Leher
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
Vena jugularis : Tidak ada pembesaran
8. Dada
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan.
Palpasi : Tidak ada oedema, tidak ada massa.
Auskultasi : Bunyi nafas vaskuler, tidak ada wheezing, bunyi jantung ibu
reguler, tiada ada murmur jantung.
9. Payudara
Simetris, tidak terdapat benjolan/bengkak pada payudara, puting susu ibu
menonjol, terdapat pengeluaran ASI.
10. Abdomen
TFU tidak teraba, tidak ada edema, tidak ada lesi.
11. Ekstremitas
Oedema : Tidak ada nyeri tekan.
Varices : Tidak ada varices.
Tromboflebitis : tidak ada tromboflebitis.
Reflek Patella : Kanan positif/kiri positif.
12. Genetalia
Varises : Tidak ada varices.
Pengeluaran lochea : Lochea serosa.
III. ANALISA
P3A1 postpartum 2 minggu dengan keadaan normal.
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan keadaan umum ibu
baik tidak ditemukan kelainan atau komplikasi.
96

Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan.


2. Memberitahu ibu mengenai teknik menyusui dengan melumasi areola dan
puting susu dengan ASI kemudian memasukkan puting susu hingga areola
masuk ke dalam mulut bayi serta memastikan tidak ada penyulit pada ibu
dalam menyusui.
Evaluasi : Ibu mengerti, mengetahui, dan akan melakukannya.
3. Memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat untuk
mempercepat penyembuhan ibu dan memperbanyak protein seperti ikan,
telur dan lain-lain. Serta, sebelum dan sesudah menyusui hendak nya ibu
minum air hangat terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan cairan ibu.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan anjurannya.
4. Memberi konseling ibu mengenai kebutuhan istirahat dengan tidur saat
sela bayi tertidur agar ibu tidak kelelahan.
Evaluasi : Ibu mengetahui dan akan melakukannya.
5. Memberitahu ibu tanda bahaya saat nifas seperti suhu meningkat,
menggigil, perdarahan banyak, kontraksi uterus lembek, kehilangan nafsu
makan, dan lain-lain dan memberitahu ibu untuk datang ke fasilitas
kesehatan jika terdapat tanda bahaya nifas.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengetahui tanda bahaya nifas, ibu
mengerti dan akan melakukan anjuran tersebut.
97

ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL 6 MINGGU PADA NY. Y


P3A1 USIA 35 TAHUN DI RSUD PELABUHAN RATU
TAHUN 2022

Hari/Tanggal : 06 September 2022 Pukul: 09:00 WIB


Pengkaji : Ade Solihat

I. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas / Biodata
Nama : Ny.Y Nama Suami : Tn. E
Usia : 35 tahun Usia : 31 tahun
Suku : Sunda Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kp. Gadog, Cikakak 1/17
2. Keluhan
Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu mengatakan belum memakai KB
dan berencana memakai KB suntik 3 bulan
3. Pola sehari-hari
No Pola Sehari-hari Saat nifas
1 Pola Nutrisi
e. Makan
Frekuensi
2-3 x sehari
Jenis
Nasi, sayur, lauk, daging
Makanan
Tidak ada
Makanan Pantangan
f. Minum
8-9 gelas perhari
Frekuensi
Air putih, teh manis
Jenis Minuman
2 Pola Eliminasi
e. BAK
98

Frekuensi 4-5 x sehari


Warna Kuning jernih
Masalah Tidak ada

f. BAB
Frekuensi 1 x sehari
Warna Kuning kecoklatan
Masalah Tidak ada
3 Pola Istirahat & Tidur
e. Tidur siang ± 3 jam
f. Tidur malam ± 6 jam
4 Personal Hygiene
i. Mandi 2 x sehari
j. Gosok gigi 2 x sehari
k. Keramas 1x
l. Perawatan payudara 1 x sehari
5 Pola Aktivitas Tiduran dan
menyusui bayinya
6 Pola Seksual Belum
melakukanny
a

II. DATA OBJEKTIF


Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmetis
3. Tanda tanda vital
TD : 120/80 mmHg S : 36,5°C
N : 88x/menit R : 19x/menit
4. Kepala
Simetris, distribusi rambut baik, kebersihan baik.
99

5. Wajah
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan.
6. Mata
Simetris, tidak anemis, sklera jernih, refleks pupil baik.
7. Leher
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
Vena jugularis : Tidak ada pembesaran
8. Dada
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan.
Palpasi : Tidak ada oedema, tidak ada massa.
Auskultasi : Bunyi nafas vaskuler, tidak ada wheezing, bunyi jantung
reguler, tiada ada murmur jantung.
9. Payudara
Simetris, tidak ada benjolan pada payudara, puting susu menonjol, terdapat
pengeluaran ASI banyak, tidak ada tanda-tanda bendungan ASI serta tidak
ada lecet pada putting.
10. Abdomen
TFU tidak teraba, tidak ada edema, tidak ada lesi.
11. Ekstremitas
Oedema : Tidak ada nyeri tekan.
Varices : Tidak ada varices.
Tromboflebitis : Tidak ada tromboflebitis.
Reflek Patella : Kanan positif/kiri positif.
13. Genetalia
Tidak ada varices, pengeluaran lochea (Lochea Alba).
III. ANALISA
P3A1 postpartum 6 minggu dengan keadaan normal.
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan keadaan umum ibu baik
tidak ditemukan kelainan atau komplikasi.
10

Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan.


2. Memberikan ibu konseling tentang berbagai macam kontasepsi,
keuntungan, serta efek samping dari kontrasepsi.
Evaluasi : Ibu mengatakan akan menggunakan KB suntik 3 bulan.
3. Memberitahu ibu tanda bahaya saat nifas seperti suhu meningkat,
menggigil, perdarahan banyak, kontraksi uterus lembek, kehilangan nafsu
makan, dan lain-lain dan memberitahu ibu untuk datang ke fasilitas
kesehatan jika terdapat tanda bahaya nifas.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengetahui tanda bahaya nifas, ibu mengerti
dan akan melakukan anjuran tersebut.
10

3.4 Asuhan Neonatal


ASUHAN KEBIDANAN NEONATAL PADA BY. NY. Y
USIA 1 JAM DI RSUD PELABUHAN RATU
TAHUN 2022

Hari/ tanggal pengkaji : Selasa, 26 Juli 2022


Tempat : RSUD Kota Bandung
Nama Pengkaji : Ade Solihat
I. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Identitas bayi
Nama bayi : By. Ny. Y
Umur : 1 Jam
Tanggal/jam lahir : 26 Juli 2022 Pukul : 16.45 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Berat badan lahir : 3050 gram
Panjang badan lahir : 50 cm
2. Riwayat kesehatan postnatal
a. Usaha nafas : Spontan tanpa bantuan
b. APGAR SCORE
Kriteria 1 Menit 5 Menit

Appereance 1 2

Pulse 2 2

Grimace 1 1

Activity 2 2

Respiration 2 2

SCORE 8 9
10

c. Kebutuhan resusitasi : Tidak ada


d. IMD : Di lakukan selama 1 jam setelah lahir bayi.
e. BAK : Belum BAK
f. BAB : Belum BAB
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital : BJA : 125x/Menit
R : 48x/Menit
S : 36,8 o C
3. Antropometri
a. BB : 3050 gram
b. PB : 50 cm
c. LD : 31 cm
d. LK : 33 cm
4. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Simetris, distribusi rambut lebat, tidak ada oedema, tidak ada benjolan,
tidak ada caput succedeneum, tidak ada cephal hematoma.
2. Muka
Simetris, tidak ada luka, tidak ada benjolan, Tidak ada oedem, tidak ada
massa.
3. Mata
Simetris, tidak ada tanda infeksi, tidak ada pengeluaran.
4. Hidung
Simetris, tidak ada pengeluaran, tidak ada cuping hidung.
5. Mulut
Simetris, warna merah muda, bibir lembab, tidak sianosis, tidak ada
bibir sumbing, palatum tertutup.
10

6. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan
kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
brachial palsi.
7. Dada
Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : Tidak ada benjolan
Auskultasi : Bunyi nafas vaskuler, tidak ada wheezing, jantung
reguler.
8. Abdomen
Tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada perdarahan tali pusat,
tidak ada pembesaran tali pusat saat menangis.
9. Genetalia dan anus
Labia mayora telah menutupi labia minora, anus berlubang, letak
normal.
10. Ekstremitas atas
Simetris, sama panjang, gerak aktif, jari lengkap.
11. Ekstremitas bawah
Simetris, sama panjang, gerak aktif, jari lengkap.
12. Punggung/spina
Tidak ada penonjolan spina bifida.
13. Kulit
Verniks : Positif
Warna : Kemerahan, tidak tanda infeksi
Lanugo : Terdapat sedikit lanugo
Pembengkakan : Tidak ada
Tanda lahir : Tidak ada
14. Refleks
Refleks moro : Positif
Refleks rooting : Positif
Refleks sucking : Positif
10

Refleks grasping : Positif


III. ANALISA
Neonatal cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam dengan keadaan
normal.
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum
bayi dalam keadaan baik.
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menjaga kehangatan bayi.
Evaluasi : Bayi di simpan dalam infant warmer, dengan suhu sama dengan
suhu tubuh bayi.
3. Inform consent kepada keluarga bahwa bayi akan di berikan tidakan suntik
vitamin K (Phytomenadione) 1 mg, dan pemberian salep mata (Tetrasiklin
1%).
Evaluasi : Keluarga menyetujui semua tindakan yang akan di berikan
kepada bayinya.
4. Memberikan bayi salep mata (Tetrasiklin 1%).
Evaluasi: Sudah di berikan salep mata pada conjungtiva mata bayi.
5. Memberikan suntik vitamin K (Phytomenadion) 1 mg, untuk mencegah
perdarahan pada bayi.
Evaluasi: Vitamin K sudah di suntikkan pada 1/3 paha kiri bayi jam 17.45
WIB
6. Melakukan pengecapan sidik jari kaki bayi untuk pendokumentasian.
Evaluasi : Sudah dilakukan pengecapan pada kaki bayi.
7. Memakaikan baju bayi, popok dan mengganti pernel
bayi. Evaluasi : Bayi sudah dalam keadaan rapih.
10

ASUHAN KEBIDANAN NEONATAL BY. NY. Y


USIA 6 HARI DI RSUD PELABUHAN RATU
TAHUN 2022

Waktu Pengkajian : 01 Agustus 2022


Pengkaji : Ade Solihat

I. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan
Ibu mengatakan tidak ada keluhan seperti kuning, demam, maupun
diare pada bayinya dan bayi menyusu kuat.
2. Pola kebutuhan sehari-hari
a. Pola Nutrisi
ASI 11 kali/hari durasi ±20 menit bayi tidak mendapatkan makanan
atau minuman apapun selain ASI.
b. Eliminasi
Ibu mengatakan bayi BAK ±7x/hari, BAB 3x/hari dengan warna dan
konsistensi normal.
c. Istirahat
Ibu mengatakan bayi tertidur setelah diberi ASI.
3. Riwayat imunisasi
Bayi sudah mendapatkan imunisasi HB-0 pada usia 6 jam di berikan di
RSUD Pelabuhan Ratu.
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Tangisan bayi : Kuat
3. Tonus otot : Kuat
4. TTV : BJA : 133x/menit, reguler (Normal)
Respirasi : 42x/menit
Suhu : 36,5 OC
10

5. Antropometri
e. BB : 3100 gram
f. PB : 51 cm
g. LD : 32 cm
h. LK : 33 cm
6. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Tidak ada odema, kulit kepala bersih.
b. Telinga
Sejajar dengan mata tidak ada pengeluaran secret.
c. Mata
Konjugtiva merah muda, sklera putih, reflek mengedip positif.
d. Hidung
Tidak ada penegeluran cairan dari hidung, tidak ada cuping hidung.
e. Mulut
Tidak ada oral trush pada mulut, tidak ada sianosis.
f. Dada
Tidak ada retraksi dinding dada, bunyi nafas normal, tidak ada bunyi
wheezing.
g. Abdomen
Tidak ada benjolan, tali pusat sudah lepas.
h. Genetalia
Bersih, tidak ada pembengkakan, labia mayora menutup labia
minora, terdapat lubang uretra, keadaan genetalia normal.
i. Ekstremitas
a. Atas
Simteris, tonus otot kuat, tidak ada luka tidak ada benjolan.
b. Bawah
Simetris, tonus otot kuat, tidak ada luka tidak ada benjolan.
10

j. Kulit
Warna kulit bayi kemerahan, tidak ikterus pada kulit bayi.
II. ANALISA
Neonatal cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 hari dengan keadaan
normal.
III. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
Evaluasi : Ibu mengetahui dan merasa lega.
2. Memotivasi ibu untuk menyusui bayinya secara ekslusif selama 6 bulan
tanpa tambahan makanan dan minuman apapun.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya.
3. Memberi tahu ibu untuk membuat bayi bersendawa setelah menyususi,
dengan cara ibu duduk tegak dan bayi digendong secara posisi tegak
dengan dagu bayi diletakkan pada bahu ibu sambil ibu menepuk lembut
punggung bayi secara berulang, agar bayi tidak muntah atau gumoh.
Evaluasi : Ibu mengerti, dan akan melakukannya.
4. Memberitahu ibu untuk rutin menjemur bayinya setiap ± 30 menit di pagi
hari dari jam 07.00-08.00 WIB pada bagian depan bayi dan belakang
bayi. Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya.
5. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi dengan cara
membungkus bayi dengan kain kering, segera mengganti kain bayi jika
kain/pakaian basah, tidak menidurkan bayi ditempat yang dingin atau
jendela terbuka.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya.
6. Memberitahukan ibu untuk memandikan bayi dengan menggunakan air
hangat. Dapat dilakukan dengan pengecekan air dengan menggunakan
siku.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya.
7. Memberi tahu ibu jika ada tanda bahaya pada bayi seperti suhu badan
tinggi, tidak mau menyusui, bayi kejang, bayi sesak atau terdapat tarikan
dinding dada, kulit dan mata bayi kuning, diare atau buang air besar
10

dengpan konsistensi feses bayi cair lebih dari 3 kali, feses bayi berwarna
pucat, dan bayi menangis merintih atau menangis terus menerus, segera
datang ke fasilitas kesehatan terdekat.
Evaluasi : Ibu mengerti, dapat mengulang kembali macam-macam tanda
bahaya pada bayi, dan akan melakukannya.
10

ASUHAN KEBIDANAN NEONATAL BY. NY. Y


USIA 14 HARI DI RSUD PELABUHAN RATU
TAHUN 2022

Waktu Pengkajian : 09 Agustus 2022


Pengkaji : Ade Solihat

I. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
2. Riwayat laktasi
Ibu mengatakan ASI diberikan 2-3 jam sekali durasi ±20 menit,
bergantian antara payudara kiri dan kanan. Bayi tidak mendapatkan susu
formula atau sejenis makanan dan minuman apapun selain ASI.
3. Pola kebutuhan sehari-hari
a. Pola Nutrisi
ASI 11 kali/hari durasi ±20 menit bayi tidak mendapatkan makanan
atau minuman apapun selain ASI.
b. Eliminasi
Ibu mengatakan bayi BAK ±7x/hari, BAB 3x/hari dengan warna dan
konsistensi normal.
c. Istirahat
d. Ibu mengatakan bayi tertidur setelah diberi ASI.
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Tangisan bayi : Kuat
3. Tonus otot : Kuat
4. TTV : BJA : 130x/menit, reguler
Respirasi : 45x/menit
Suhu : 36,5 OC
11

5. Antropometri
a. BB : 3200 gram
b. PB : 52 cm
c. LD : 33 cm
d. LK : 35 cm
6. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Tidak ada odema, kulit kepala bersih.
b. Telinga
Sejajar dengan mata tidak ada pengeluaran secret.
c. Mata
Konjugtiva merah muda, skelera putih, reflek mengedip positif.
d. Hidung
Tidak ada penegeluran cairan dari hidung, tidak ada cuping hidung.
e. Mulut
Tidak ada oral trush pada mulut, tidak ada sianosis.
f. Dada
Tidak ada retraksi dinding dada, bunyi nafas normal, tidak ada bunyi
wheezing.
g. Abdomen
Tidak ada benjolan, tali pusat sudah lepas.
h. Genetalia
Bersih, tidak ada pembengkakan, kedaan normal.
i. Ekstremitas
Atas : Simteris, tonus otot kuat, tidak ada luka tidak ada
benjolan. Bawah : Simetris, tonus otot kuat, tidak ada luka tidak
ada benjolan.
10. Kulit
Warna kulit bayi kemerahan, tidak ikterus pada kulit bayi.
III. ANALISA
Neonatal cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 14 hari dengan keadaan
normal.
11

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan fisik bayi.
Evaluasi : Ibu mengetahuinya dan merasa
lega.
2. Tetap memotivasi ibu untuk menyusui bayinya secara ekslusif selama 6
bulan tanpa tambahan makanan dan minuman apapun.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
3. Memberi tahu ibu untuk membuat bayi bersendawa setelah menyususi,
dengan cara ibu duduk tegak dan bayi digendong secara posisi tegak
dengan dagu bayi diletakkan pada bahu ibu sambil ibu menepuk lembut
punggung bayi secara berulang, agar bayi tidak muntah atau gumoh.
Evaluasi : Ibu mengerti, dan akan melakukannya.
4. Memberitahu ibu untuk rutin menjemur bayinya setiap ± 30 menit di
pagi hari dari jam 07.00-08.00 WIB pada bagian depan bayi dan
belakang bayi.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
5. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi dengan cara
membungkus bayi dengan kain kering, segera mengganti kain bayi jika
kain/pakaian basah, tidak menidurkan bayi ditempat yang dingin atau
dekat dengan jendela terbuka.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
6. Memberi tahu ibu jika ada tanda bahaya pada bayi seperti suhu badan
tinggi, tidak mau menyusui, bayi kejang, bayi sesak atau terdapat
tarikan dinding dada, kulit dan mata bayi kuning, diare atau buang air
besar dengan konsistensi feses bayi cair lebih dari 3 kali, feses bayi
berwarna pucat, dan bayi menangis merintih atau menangis terus
menerus, segera datang ke fasilitas kesehatan terdekat.
Evaluasi : Ibu mengerti, dapat mengulang kembali macam-macam
tanda bahaya pada bayi, dan akan melakukannya.
7. Mengingatkan ibu untuk mengimunisasi bayi sesuai jadwal yang tertera
di buku KIA/kartu imunisasi.
11

Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya sesuai jadwal yang ada
di buku KIA/Buku imunisasi.
8. Mengingatkan ibu untuk rutin melakukan kunjungan ke posyandu,
puskemas, atau bidan untuk melihat tumbuh kembang bayinya.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya.
BAB IV
PEMBAHASA
N

Berdasarkan pengkajian yang telah penulis lakukan mengenai Asuhan


Komprehensif di RSUD Pelabuhan Ratu tahun 2022 pada Ny. Y, yang dimulai
dari asuhan Antenatal, Intranatal, Postnatal, dan Neonatal dengan menggunakan 7
langkah varney, yang terdiri dari pengkajian, interpetasi data, atau analisa
masalah, antisipasi masalah potensial, tindakan segera atau kolaborasi,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pengkajian ini dilakukan untuk
mengetahui adanya kesenjangan atau tidak mengenai teori dan praktik di
lapangan.
4.1 Pengkajian Data
Tahap awal dari proses kebidanan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi suatu kesehatan klien (Nursalam, 2008 ).
4.1.1 Kehamilan

Pada tanggal 19 Juli 2022 Ny. Y datang ke poli kandungan RSUD


Pelabuhan Ratu untuk melakukan control kehamilan atas rekomendasi
dari bidan tempat biasa ibu melakukan pemeriksaannya. Dari pengkajian
data didapatkan data bahwa ibu melakukan pemeriksaan kehamilan
sebanyak 6 kali di Praktik Mandiri Bidan (PMB). Trimester 1: 1 kali, UK
10 minggu, Trimester 2 : 2 kali, UK 16 minggu dan 24 minggu,
Trimester 3 : 3 kali,
UK 29 minggu, 31 minggu dan 35 minggu.
Dari hasil anamnesa diketahui bahwa HPHT Ny. Y 20-10-2021 dan
TP Ny. Y adalah pada 27-07-2022. Berdasarkan anamnesa menghitung
TP ibu hamil bisa ditentukan setelah HPHT didapatkan. HPHT adalah
hari pertama haid terakhir seorang wanita sebelum hamil. TP adalah
tanggal taksiran perkiraan persalinan ibu. Hal ini sesuai dengan teori
Mega Sari (2014), yang menjelaskan bahwa cara menentukan HPHT
adalah dengan melakukan anamnesa pada ibu secara tepat karena apabila
terjadi kesalahan maka penentuan usia kehamilan juga menjadi tidak
tepat.
113
11

Berikut ini adalah rumus menghitung tapsiran persalinan (TP) ; Tanggal


HPHT +7, bulan -3, tahun HPHT +1 jika bulan lebih dari 4 sampai 12.
Dari hasil anamnesa dan teori tidak terdapat kesenjangan karena cara
penghitungan manual di RSUD Pelabuhan Ratu sesuai dengan teori,
sehingga di dapatkan hasil TP Ny. Y adalah 27-07-2022.
Hasil anamnesa pula diketahui ibu memiliki riwayat abortus pada
tahun 2020. Menurut Saifuddin (2014), Faktor predisposisi terjadinya
retensio plasenta adalah riwayat abortus dan kuretase berulang. Kejadian
abortus diduga mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik
pada timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu
sendiri. Wanita dengan riwayat abortus mempunyai resiko yang lebih
tinggi untuk terjadinya retensio plasenta. Hal ini disebabkan karena di
bagian isthimus pembuluh darah sedikit sehingga perlu masuk lebih
dalam dan bekas tindakan kuretase pada uterus yang menimbulkan parut
sehingga implantasi plasenta pada parutan dan tertanam lebih dalam.
(Manuaba, 2013).
Pemeriksaan fisik pada Ny. Y dilakukan dari ujung rambut sampai
ujung kaki secara sistemis meliputi insfeksi, palpasi, austaltasi, dan
perkusi. Dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan bahwa keadaan Ny.
Y dalam keadaan baik. Hal ini sesuai dengan teori Rahayu (2016)
mengatakan pemeriksaan fisik pada kehamilan dilakukan melalui
pemeriksaan pandang (insfeksi), pemeriksaan raba (palpasi),
pemeriksaan dengar (auskultasi) dan periksa ketuk (perkusi)
pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki yang
dalam pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan. Dari
hasil pemeriksaan diatas tidak ada kesenjangan antara teori dan kajian
yang dilakukan pada Ny. Y. Dari hasil anamnesa BB sebelum hamil Ny.
Y 51 Kg dan TB 152
cm. Indeks masa tubuh Ny. Y di hitung dengan rumus; IMT 𝑏𝑏
dan
𝑡𝑏2

didapatkan hasil perhitungan IMT sebelum hamil yaitu 51


1,522 = 22,1 dan
termasuk golongan normal. Dan kenaikan berat badan Ny. Y saat hamil 11
11

Kg dari sebelumnya. Menutut Husin (2015) kisaran penambahan berat


badan yang dianjurkan pada kehamilan tunggal digolongkan dari kategori
IMT sebelum hamil. Ibu dengan kategori IMT normal dari 19,8-26 harus
mengalami kenaikan berat badan sekitar 11,5-16 Kg.
Dari hasil pemeriksaan fisik LILA Ny. Y 29 cm. Dari teori Husin
(2015) mengatakan, pengukuran lingkar lengan atas merupakan salah
satu pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui stastus gizi pada ibu
hamil selain menggunakan IMT. Pengukuran LILA pada ibu hamil juga
digunakan sebagai indikator untuk mengidentifikasi ibu hamil yang
beresiko mengalami kurang energi kronis (KEK), selain itu LILA juga
digunakan sebagai prediktor bagi ibu terhadap resiko melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Ukuran nilai lingkar lengan
atas normal pada ibu hamil, ditetapkan dengan nilai tidak kurang dari
23,5 cm. Hal ini menunjukan tidak ada kesenjangan antara teori dan
kajian dari Ny. Y.
Dari hasil pemeriksaan fisik di abdomen Ny. Y, terdapat linea
nigra. Menurut teori Husin (2015) mengatakan linea nigra yaitu dimana
ada garis tengah diperut, awalnya berwarna terang saat kehamilan
berubah menjadi lebih gelap dan menghitam karena peningkatan hormon
ekstrogen dan progesteron pada saat kehamilan. Hal ini menunjukan
tidak ada kesenjangan anatara hasil kajian dan teori mengenai linea nigra.
Hasil pemeriksaan leopold pada Ny. Y di dapatkan loepoid 1 teraba
lunak tidak melenting (bokong), leopold II teraba memanjang keras
seperti papan di sebelah kanan (Puka) yaitu punggung bayi, teraba
bagian-bagian kecil disebelah kiri perut ibu, leopold III teraba bagian
keras tidak melenting (Kepala), leopold IV divergent perlimaan 3/5.
Menurut teori Rahayu (2016) menyebutkan pemeriksaan leopold I untuk
menentukan bagian janin yang ada di fundus, leopold II untuk
menentukan bagian janin yang ada di perut bagian kiri dan kanan ibu,
leopold III untuk menentukan bagian janin yang berada pada bagian
terbawah. Leopold IV untuk menentukan presentasi engagement sampai
berapa jauh derajat desensus
11

janin dan mengetahui seberapa bagian kepala janin masuk ke pintu atas
panggul. Hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil kajian Ny. Y.
Dari hasil auskultasi pada Ny. Y didapatkan hasil DJJ 142x/ menit.
Menurut teori Saifuddin (2016) nilai normal denyut jantung janin antara
120-160 dpm. Hal ini menunjukan tidak ada kesenjangan antara teori dan
kajian DDJ pada Ny. Y.
Kunjungan ANC yang dilakukan oleh Ny. Y selama kehamilannya
adalah 6 kali di PMB serta melakukan USG 2 kali yakni 1kali di
trimester pertama dan 1 kali di trimester ketiga.
4.1.2 Persalinan
1. Kala 1
Pada tanggal 26 Juli 2022 ibu datang kembali ke poli
kandungan RSUD Pelabuhan Ratu dengan keluhan sudah merasakan
mules sejak dini hari sekitar jam 02.00 WIB disertai keluar lender
darah, tapi ibu menyangkal keluar air-air dari jalan lahir. Setelah
dilakukan pemeriksaan di dapatkan hasil TD : 110/80 mmHg, N :
80x /menit, S
: 36,7oC, R : 24x /menit.
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan striae gravidarum, TFU
32 cm dengan TBBJ 3255 gram. Hasil palpasi leopold 1 teraba bulat
tidak melenting yang berarti bokong janin, palpasi leopold 2 teraba
keras seperti papan di bagian kanan yang berarti punggung kanan,
dan bagian kiri teraba bagian bagian kecil janin yang berarti
ekstermitas janin. Hasil palpasi leopold 3 teraba bulat melenting
yang berarti kepala janin serta palpasi leopold 4 dengan hasil kedua
tangan tidak dapat bertemu atau divergen. Kepala tidak dapat
digoyangkan yang berarti kepala janin sudah masuk panggul. Bidan
melakukan pemeriksaan denyut jantung janin menggunakan Doppler
selama 1 menit dengan hasil 140x/menit, Punctum maksimum
berada di perut kiri bawah. Terdapat his sebanyak 3 kali dalam 10
menit durasi 30 detik. Bidan melakukan periksa dalam untuk
memastikan apakah ibu sudah dalam proses persalinan atau belum.
Hasil periksa dalam
11

didapatkan vulva vagina tak ada kelainan, dinding vagina licin,


portio tipis lunak, pembukaan 4 cm, presentasi belakang kepala,
selaput ketuban positif, molase 0, station 0, UUK jam 1.
Sesuai dengan keluhan yang Ny Y sampaikan dan data
objektif, ibu telah memasuki proses persalinan. Sudah ada tanda
pasti persalinan berupa perasaan nyeri yang melingkar dari
punggung hingga perut, keluar lendir darah, timbulnya kontraksi,
serta penipisan dan pembukaan serviks 4 cm berdasarkan periksa
dalam oleh bidan (Kemenkes RI, 2016).
2. Kala 2
Pada tanggal 26 Juli 2022 pukul 16.00 WIB, ibu merasa ada
dorongan mengejan dan keluar cairan dari jalan lahir jernih.
Kesadaran ibu composmentis, keadaan umum baik, TD 130/80
mmHg, suhu, respirasi 24 x/menit, nadi 88 x/menit, pada
pemeriksaan abdomen terdapat 5 kali his dalam 10 menit durasi 45
detik, DJJ 134 x/menit. Pada periksa dalam didapatkan hasil vulva
vagina tak ada kelainan, dinding vagina licin, portio tidak teraba, Ø
lengkap, selaput ketuban negatif, presentasi belakang kepala,
penunjuk UUK di jam 12, molase 0, dan station +2. Kemudian
bidan memimpin persalinan Ny Y. 45 menit setelah Ny Y dipimpin
meneran, bayi lahir spontan langsung menangis, warna kulit
kemerahan, tonus otot aktif, jenis kelamin perempuan. Bayi lahir
spontan pada pukul 16.45 WIB langsung menangis, tonus oto aktif,
warna kulit kemerahan.
Kala ini disebut juga dengan stadium ekspulsi janin atau kala
pengeluaran, mulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap, dan
berakhir ketika janin sudah lahir. Pada kala ini, janin didorong
keluar dengan kekuatan his dan kekuatan mengedan.
3. Kala 3

Dari pengkajian didapatkan data subjektif keluhan utama yang


terjadi pada ibu bersalin dengan retensio plasenta adalah ibu
11

mengeluh lemah dan pusing (Saifuddin, 2009). Data objektif


didapatkan keadaan umum ibu bersalin dengan retensio plasenta
yaitu sedang, kesadaran composmentis (Rukiyah, 2010).
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi : (tekanan darah, nadi, suhu
dan respirasi), plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, dan kontraksi uterus baik (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Pengkajian kasus ibu bersalin dengan retensio plasenta
didapatkan data Subjektif keluhan utama Ny. Y mengatakan
merasa lemah dan pusing, sedangkan data Obyektif Ny. Y
didapatkan keadaan umum juga lemah. Pemberian oksitosin kedua
jam 17.00 wib.
Pada langkah pengkajian ini penulis tidak menemukan
kesenjangan antara teori dan praktik.
4. Kala 4
Segera setelah plasenta lahir, segera dilakukan massage fundus
uteri selama 15 detik dan didapatkan hasil kontraksi uterus baik.
Bidan melakukan pemeriksaan TTV dan didapatkan hasilnya dalam
batasan normal. Dilakukan observasi kala IV selama 2 jam meliputi
tekanan darah, suhu, nadi, respirasi, kontraksi uterus, tinggi fundus
uteri, kandung kemih dan perdarahan. Hal ini bertujuan untuk
melakukan pemantauan kepada ibu serta melakukan tindakan
segera apabila terjadi tindakan gawat darurat.
Bidan memberikan asuhan berupa konseling mengenai
kebutuhan istirahat dan nutrisi, vulva hygine yang benar dan
mengganti pembalut sesering mungkin, memberitahu ibu untuk
tidak menahan BAB dan BAK, mengajarkan kepada ibu dan
keluarga cara masase uterus untuk mencegah perdarahan,
memberitahu ibu tanda bahaya nifas. Dalam kasus ini asuhan yang
diberikan pada Ny. Y sesuai dan tidak ada kesenjangan.
11

4.1.3 Postpartum
1. 6 Jam Postpartum
Diberikan asuhan pencegahan perdarahan akibat atonia uteri
dengan mengajarkan ibu cara massase fundus uteri, memberitahu ibu
kondisi uterus yang baik adalah ketika uterus teraba keras, jika lembek
maka kondisi uterus jelek, dan menganjurkan ibu untuk menyusui
bayinya sedini mungkin karena proses menyusui dapat merangsang
kontraksi uterus. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dan tidak
menahan BAK agar tidak terjadi infeksi pada luka perenium. Ini
sejalan dengan teori (Bahiyatun, 2009), bahwa tujuan kunjungan 6-8
jam postpartum adalah memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri dan pemberian ASI awal untuk mencegah hipotermia.
Asuhan yang diberikan oleh penulis saat kunjungan 6 jam
postpartum telah sesuai antara teori dan praktek.
2. 6 Hari Postpartum
Pada saat kunjungan 6 hari postpartum penulis memberikan
asuhan untuk memastikan involusi berjalan normal, memastikan ibu
mendapat makanan yang bergizi, minum dan istirahat yang cukup,
memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan, dan perawatan bayi
sehari-hari di rumah, serta memberitahu ibu tanda bahaya nifas.
Ny. Y telah mendapat asuhan sesuai kebutuhan dan tidak ada
tanda-tanda penyulit yang terjadi pada ibu mampu bayinya. Asuhan
yang diberikan telah selesai sehingga tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktik.
3. 2 Minggu Post Partum
Asuhan 2 minggu post partum yang diberikan pada Ny. Y tetap
sama dengan kunjungan 6 hari. Menurut (Yanti, 2014) asuhan yang di
berikan saat kunjungan 2 minggu sama dengan kunjungan 6 hari.
12

4. 6 Minggu Postpartum
Pada kunjungan 6 minggu penulis melakukan kunjungan untuk
penyelesaian asuhan selama masa nifas. Asuhan yang diberikan yaitu
menanyakan penyulit yang dialami ibu dan bayi alami, dan
mengevaluasi mengenai program KB yang ibu akan gunakan. Ibu
mengatakan merasa senang dan tidak mengalami penyulit pada masa
nifas dan tidak mengalami kesulitan merawat bayinya. Ibu memilih
suntik KB karena sudah nyaman dengan kontrasepsi tersebut. Hal ini
sesuai dengan teori (Varney, 2008) bahwa kunjungan 6 minggu
postpartum adalah untuk menanyakan penyulit bagi ibu dan bayi, dan
konseling KB secara dini.
Ny. Y telah mendapatkan semua asuhan sebanyak 4 kali,
sehingga kunjungan yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan teori
(Bahiyatun, 2009), yaitu berdasarkan program dan kebijakan teknis
masa nifas, paling sedikit dilakukan 4 kali kunjungan masa nifas,
dengan tujuan untuk memelihara kondisi kesehatan ibu dan bayi,
melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya, mendeteksi adanya
komplikasi dan menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan
mengganggu kesehatan ibu dan bayi.
4.1.4 Neonatal
1. Kunjungan 1 jam
Pada asuhan neonatal 1 jam diberikan inject Vit K dan pemberian
salep mata. Vit K ini berfungsi mencegah terjadinya perdarahan, dan
salep mata ini diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata
(Saputra, 2014).
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada bayi Ny. Y didapatkan
refleks hisap bayi baik, dan bayi menyusu kuat. Secara keseluruhan
asuhan berjalan normal, tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek.
12

2. Kunjungan 6 Hari
Pada asuhan neonatal 6 hari bayi Ny. Y dilakukan pemeriksaan
umum kondisi bayi, didapatkan hasil pemeriksaan bayi dalam keadaan
baik, tidak terdapat tanda-tanda bahaya pada bayi, bayi menyusu
dengan baik, pola eliminasi BAB & BAK dalam batas normal.
Dari data yang di dapatkan bayi sudah di berikan imunisasi HB-0
di RSUD R Syamsudin SH saat bayi berusia 6 jam. Imunisasi ini
berguna untuk mengurangi penularan Hepatitis B sehingga
menurunkan angka kematian oleh sirosis dan kanker hati yang
disebabkan virus Hepatitis B. (Maryunani, 2010)
Pengkaji memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan
yang harus dilakukan seperti pemberian ASI ekslusif, dan perawatan
bayi sehari-hari, dalam hal ini tidak ada kesenjangan teori dan praktik.
3. Kunjungan 14 Hari
Dilakukan asuhan bayi baru lahir seperti melakukan pemeriksaan
umum berupa kondisi bayi, dan di dapatkan bayi dalam keadaan baik,
tidak terdapat tanda bahaya pada bayi, bayi menusu kuat, ibu masih
mempertahankan ASI eksklusif.
Mengingatkan ibu untuk imunisasi BCG bayinya sesuai dengan
jadwal di kartu imunisasi. Imunisasi ini diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC), yaitu penyakit
paru-paru yang sangat menular.
Kunjungan yang dilakukan oleh penulis telah sesuai menurut
(Kemenkes RI, 2013), bahwa bayi baru lahir sebaiknya mendapatkan
semua kunjungan neonatus yang terdiri dari 3 jenis, yaitu saat bayi
berumur 6-48 jam (KN 1), 3-7 hari (KN 2), 8-28 hari (KN 3). Bayi
Ny. Y mendapatkan semua kunjungan neonatus tiga kali sesuai
dengan waktu yang ditentukan. Dikatakan kunjungan neonatus
lengkap. Kunjungan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi
resiko kematian bayi.
12

4.2 Mengidentifikasi Diagnosa / Masalah Aktual


Pada langkah ini, bidan melakukan identifikasi diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi yang akurat terhadap data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasi sehingga
dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Pada masa kehamilannya, Ny. Y mengalami beberapa
ketidaknyamanan fisiologis seperti nyeri pinggang, nyeri perut bagian
bawah, dan sering BAK di malam hari. Namun demikian, tidak ada keluhan
yang mengarah kepada diagnosa kehamilan patologis/komplikasi. Selain itu,
pemeriksaan penunjang juga telah dilakukan seperti USG dan laboratorium
dan hasilnya dalam batas normal. Ketidaknyamanan tersebut dapat
dikurangi dengan pola hidup yang sehat seperti banyak minum air putih,
mengkonsumsi sayur dan dan buah-buahan, menjaga personal hygiene, tidur
miring kiri, serta cukup istirahat. Diagnosa kehamilan pada Ny. adalah
kehamilan fisiologis.
Pada persalianan, perlangsungan pada kala III berdasarkan teori
dimulai setelah bayi lahir, uterus teraba keras, bundar dan tinggi fundus
uteri 1 jari atas pusat. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan
pengeluaran plasenta, proses ini biasa berlangsung 5 sampai 10 menit
setelah bayi lahir dan disertai dengan pengeluaran darah 100 sampai 200 cc.
Sedangkan retensio plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum
lahirnya plasenta atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir yang
disertai dengan terjadinya perdarahan yang melebihi 500 cc setelah bayi
lahir.
Pada kasus Ny Y melahirkan pada tanggal 26 juli 2022 jam 16.45 wib
dengan plasentanya belum lepas 30 setelah bayi lahir, serta tidak terdapat
tanda-tanda pelepasan plasenta. Berdasarkan data tersebut bahwa diagnosa
aktual pada Ny. Y terjadi di persalinan kala III yaitu retensio plasenta.
Saat retensio plasenta sudah berhasil diatasi, bidan melakukan
pengecekan jalan lahir. Hasilnya di ditemukan laserasi jalan lahir sehingga
tidak perlu ada tindakan hecting.
Ny. Y rutin melakukan kontrol ibu nifas dan bayi baru lahir sampai
kunjungan nifas 6 minggu (KF IV), hasil pemeriksaan tanda-tanda vital,
12

involusi uterus serta observasi perdarahan menunjukkan dalam batas


normal. Berdasarkan data tersebut, bidan menegakkan diagnosa Ny. Y
P3A1 postpartum 6 minggu dengan keadaan normal. Begitu pula hasil yang
didapatkan pada pemeriksaan bayi baru lahir pada By. Ny. Y di dapatkan
hasil dalam batas normal, tidak ditemukan tanda-tanda infeksi bayi baru
lahir, serta kenaikan berat badan bayi. Sehingga dapat ditegakkan diagnosa
By. Ny. Y dengan keadaan normal.
4.3 Penatalaksanaan
Pada langkah ini pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
yang telah dibuat seperti diatas. Pelaksanaan pada kasus Ny. Y dalam kasus
retensio plasentapelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan praktik yang ada dilahan.
Sebuah perbandingan atau rencana asuhan yang telah diberikan meliputi
pemenuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2007). Di dalam evaluasi
diharapkan memperoleh hasil : plasenta lahir lengkap, keadaan umum baik,
perdarahan dapat teratasi dan ibu merasa nyaman. Pada kasus ibu bersalin
patologi Ny. Y dengan retensio plasenta didapatkan hasil : keadaan umum :
baik, Tekanan Darah : 110/80 mmHg, Nadi : 89 x/menit, Suhu : 36.9°C,
Pernafasan : 23 x/menit, kontraksi : keras, TFU : 2 jari bawah pusat,
perdarahaan : + 100 cc, plasenta lahir lengkap secara manual, berat + 500
gram, kotiledon lengkap, selaput ketuban utuh, insersi tali pusat sentralis,
panjang tali pusat + 45 cm.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada dilahan.
4.4 Peran Bidan
Sesuai Undang-undang Republik Indonesia No. 4 tahun 2019 tentang
kebidanan mengenai tigas dan wewenang bidan.
12

Pasal 46
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas
memberikan pelayanan yang meliputi:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak;
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
(2) Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapar dilaksanakan
secara bersama atau sendiri.
(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
secara bertanggung jawab dan akuntabel.
Pasal 47
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat berperan
sebagai:
a. pemberi Pelayanan Kebidanan;
b. pengelola Pelayanan Kebidanan;
c. penyuluh dan konselor;
d. pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;
e. penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan;
dan/atau
f. peneliti.
(2) Peran Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 48
Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 dan Pasal 47, harus sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya.
12

Pasal 49
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan berwenang:
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;
b. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;
c. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong
persalinan normal;
d. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;
e. melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin,
nifas, dan rujukan; dan
f. melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa
kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan
pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.
Pencegahan terjadi perdarahan ibu bersalin dan postpartum merupakan
tindakan utama, sehingga dapat menghemat tenaga, biaya dan mengurangi
komplikasi upaya preventif dapat dilakukan dengan :
1. Meningkatkan kesehatan ibu, sehingga tidak terjadi anemia dalam
kehamilan
2. Meningkatan usaha penerimaan KB
3. Melakukan pertolongan persalinan di rumah sakit bagi ibu yang
mengalami perdarahan pada masa bersalin dan post partum
4. Memberikan uteronika segera setelah persalinan bayi, kelahiran plasenta
dipercepat (Manuaba, 2007).
Adapun didalam 24 standar asuhan kebidanan persalinan kala III dan
penanganan retensio plasenta terdapat di standar 11 dan standar 20:
STANDAR 11 : Penatalakasanaan Aktif Persalinan Kala Tiga Secara aktif
bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga. Tujuan
dilaksanakan nya standar ini yaitu membantu secara aktif pengeluaran
plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian
perdarahan pasca persalinan kala tiga, mencegah terjadinya atonia uteri dan
retesio plasenta. Adapaun hasil yang diharapkan yaitu menurunkan
terjadinya
12

perdarahan yang hilang pada persalinan kala tiga. Menurunkan terjadinya


atonia uteri, menurunkan terjadinya retensio plasenta , memperpendek waktu
persalinan kala tiga, da menurunkan perdarahan post partum akibat salah
penanganan pada kala tiga.
STANDAR 20 : Penanganan Kegawat daruratan Retensio Plasenta Bidan
mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama,
termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan
kebutuhan. Tujuan nya adalah mengenali dan melakukan tindakan yang tepat
ketika terjadi retensio plasenta . Hasil yang diharapkan ialah penurunan
kejadian retensio plasenta. Ibu dengan retesio plasenta mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat. Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta
meningkat.
Di Rumah Sakit pelimpahan wewenang dari tenaga medis kepada
perawat atau bidan, khususnya di RSUD Pelabuhan ratu salah satunya
penanganan retensio plasenta berupa tindakan manual plasenta.
1

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan

Setelah penulis memberikan asuhan kebidanan komprehensif kepada


Ny. Y di RSUD Pelabuhan Ratu Tahun 2022, Penulis dapat melakukan
Asuhan Kebidanan seperti :
1. Mampu melakukan pengumpulan data dasar yang diperoleh dari
pengumpulan data subjektif dan objektif pada asuhan kebidanan
komprehensif Ny. Y.
2. Mampu menginterpetasikan diagnosis dengan tepat untuk menentukan
diagnosa, masalah dan kebutuhan berdasarkan data yang telah
dikumpulkan pada asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. Y.
3. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan komprehensif
pada Ny. Y.
4. Mampu menerapkan peran bidan dalam melakukan asuhan kebidanan
pada Ny. Y.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk RSUD Pelabuhan Ratu
Asuhan kebidanan yang diberikan pada pasien sudah cukup baik
dan sesuai dengan Standar Pelayanan Operasional Rumah Sakit
hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan serta mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan
setiap asuhan kebidanan sesuai dengan teori dari mulai kehamilan,
persalinan, nifas, dan BBL.
5.2.2 Untuk Ny. Y dan Keluarga
Agar klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan
keadaan kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih
yakin dan nyaman karena mendapatkan gambaran tentang pentingnya
pengawasan pada saat hamil, persalinan, nifas, dan BBL dengan
melakukan pemeriksaan rutin di pelayanan kesehatan.

127
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, Putri Shinta Siswoyo, Sulistyorini Dewie, Muflihah Ima Syamrotul, Sari
Dian Nirmala. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Jakarta; Graha
Ilmu.
Cuningham F Gary, et all. 2013. William Obstetric. 24th edition New York;
McGraw-Hill education.
Vivian, Dewi. Nany Lia. 2013. Asuhan Neonatus Bayi DAN Balita. Jakarta;
Salemba Medika.
Fraser Diane M, Cooper Margaret A. 2011. Buku Ajar Bidan Myles Edisi 14.
Jakarta; EGC.
Bayu Irianti. 2015. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta; Sagung Seto
Ikatan Bidan Indonesia. 2016. (https://ibi.or.id/).

Irianti Koes. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana. Bandung; Alfabeta IKPI.


Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: CV
Andy.
Johariyah. 2012. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta: Trans Info Media.
Marmi. 2016. Pelayanan KB. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
Nurasiah Ai, Ani Rukmawati, Dewi Lailatul Badriah. 2012. Asuhan Persalinan
Normal Bagi Bidan. Bandung; PT. Refika Aditama.
Oktarina Mika. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir Edisi 1 cetakan 1. Y ogyakarta; CV Budi Utama.
Profil Kesehatan RI 2021 – Pusat Data dan Informasi – Kemenkes [cited
September 2018] PDFwww.pusdatin.kemkes.go.id.
Profil Kesehatan RI 2015 – Pusat Data dan Informasi – Kemenkes [cited
september 2018] PDFwww.depkes.go.id.
Profil Kesehatan RI 2016 – Pusat Data dan Informasi – Kemenkes [cited
November 2018] PDFwww.pusdatin.kemkes.go.id.
Profil Kesehatan RI 2017 – Pusat Data dan Informasi – Kemenkes [cited
Desember 2018] PDFwww.pusdatin.kemkes.go.id.
Rukiyah Ai Yeyeh, Yulianti Lia, Liana Meida. 2010. Asuhan Kebidanan III (Nifas).
Jakarta Timur; Trans Info Medika.
Rohani, Reni Saswita, Marisah. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.
Yogyakarta: Salemba Medika.
Saifuddin Abdul Bari. Ilmu Kebidanan. 2016. Jakarta; PT Bina Pustaka.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2012 [cited September 2018]
kesga.kemkes.go.id.
Sulistyawati Ari, Nugraheny Esti. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Jakarta; Salemba Medika.
Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan persalinan & Bayi Baru Lahir.
Jakarta; Erlangga.
Varney Helen, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta; EGC.
Varney Helen, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta; EGC.
Walyani, Elisabeth Siwi. Endang, Purwoastuti. 2015. Asuhan Kebidanan pada
Kehamilan. Yogyakarta; Pustaka Baru Press.
Walyani, Elisabeth Siwi. Endang, Purwoastuti. 2015. Asuhan Kebidanan Masa
Nifas & Menyusui. Yogyakarta; Pustaka Baru Press.
World Health Organization. 2016. World Health Statistics 2016. www.who.int.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai