Anda di halaman 1dari 66

HUBUNGAN STATUS OBSTETRI IBU POST PARTUM

DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI


DI RS ASY-SYIFA MEDIKA TULANG
BAWANG BARAT TAHUN 2023

(Proposal Skripsi)

OLEH:
NURHAYATI
2022206203174P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2023
PERSETUJUAN UJIAN PROPOSAL PENELITIAN

Judul proposal skripsi:

Hubungan Status Obstetri Ibu Post Partum Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di
RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat tahun 2023.

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji di hadapan TIM Penguji Proposal

Nama Mahasiswa : Nurhayati


NIM : 2022206203174P

MENYETUJUI

PEMBIMBING 1 PEMBIMBING 2

Ns. Marlinda, M.Kep., Sp.Kep. Mat. Desi Ari Madi Yanti, M.Kep., Sp.Kep. Mat.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
“Hubungan Status Obstetri Ibu Post Partum Dengan Pemilihan Alat
Kontrasepsi di RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat tahun 2023”.
Proposal penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan berbagai
pihak, pada kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan rasa terima kasih
kepada yang terhormat :

1. Ns. Arena Lestari, M.Kep., Sp. Kep. J., Ph.D., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Pringsewu.
2. Elmi Nuryati, M.Epid., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Universitas Muhammadiyah Pringsewu
4. Ns. Rita Sari, M.Kep., Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu.
5. Ns. Marlinda, M.Kep., Sp.Kep. Mat., selaku Pembimbing I yang telah
membimbing penyusunan proposal ini.
6. Ns. Desi Ari Madiyanti, M.Kep, Sp.Kep.Mat sselaku Pembimbing II yang
telah membimbing penyusunan proposal ini.

Semoga kebaikan serta bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan


yang lebih baik dan semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat.

Pringsewu, Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR........................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7
D. Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 8
E. Manfaat Penelitian......................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kontrasepsi..................................................................................... 10
B. Status Obstetri................................................................................ 25
C. Kerangka Teori............................................................................... 36
D. Kerangka Konsep............................................................................ 37
E. Hipotesis Penelitian........................................................................ 37

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian........................................................................... 38
B. Variabel Penelitian........................................................................ 38
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel............. 39
D. Populasi dan Sampel..................................................................... 40
E. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 42
F. Etika Penelitian.............................................................................. 42
G. Instrumen....................................................................................... 44
H. Metode Pengolahan Data dan Analisis.......................................... 45
I. Jalannya Penelitian........................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman


Tabel 2.1 Tingkat Efektivitas Metode Kontrasepsi....................................... 22
Tabel 3.1 Definisi Operasional...................................................................... 39
DAFTAR G AMBAR

Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori......................................................................... 36

Gambar 2.2 Kerangka Konsep..................................................................... 37


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Concent

Lampiran 2 Lembar Observasi

Lampiran 3 Lembar Konsultasi


PAGE \* MERGEFORMAT 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Keluarga Berencana (KB), selain menekan angka pertumbuhan

penduduk yang tidak terkendali juga telah terbukti efektif dalam mengurangi

angka kematian ibu (AKI) dengan cara mengatur jarak kehamilan serta

mengurangi kelahiran yang berisiko tinggi, dimana hal tersebut dapat menjadi

salah satu faktor meningkatkan risiko pada peningkatan angka kematian ibu.

Peningkatan angka kematian ibu sering disebabkan karena risiko 4 terlalu,

yaitu terlalu muda melahirkan (< 20 tahun), terlalu tua melahirkan (> 35

tahun), terlalu dekat jarak kelahiran (< 3 tahun) dan terlalu banyak jumlah anak

(> 2 anak). Persentase angka kematian ibu saat melahirkan pada ibu berusia <

20 tahun dan > 35 tahun mencapai 33 % dari total kematian ibu secara

keseluruhan, sehingga jika program KB dapat terlaksana dengan baik maka

kemungkinan 33 % kematian ibu ini dapat dicegah (Kemenkes RI, 2021).

Data penggunaan KB di Dunia cukup bervariasi, berdasarkan data World

Health Organitation (WHO) mayoritas Wanita Usia Subur (WUS) yaitu 76 %

memiliki kebutuhan dalam menggunakan metode KB modern, sementara 9 dari

10 WUS yang sudah menikah di wilayah Pasifik Barat sudah memenuhi

kebutuhan mereka dalam penggunaan KB. Sebagian WUS menggunakan

metode sterilisasi (19%), Intrauterine Device (IUD) (14%), KB suntik (5%),

sisanya masih didominasi oleh KB pil dan kondom (KB Non MKJP atau

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

metode kontrasepsi jangka pendek) (Jaksa et al., 2023). Selain itu Hirsch dan

Nathason (2020), menyebutkan bahwa wanita lebih cenderung memilih

menggunakan kontrasepsi hormonal dan IUD dibandingkan dengan jenis yang

lainya, terutama di negara Meksiko dan Amerika. Beberapa penelitian

mencatat bahwa perempuan di negara Meksiko yang imigran dan non-imigran

menggunakan jenis metode yang berbeda.

Data di Indonesia menyebutkan peserta KB aktif di antara Pasangan Usia

Subur (PUS) pada tahun 2020 sebesar 67,6%, sedangkan pada tahun 2021

menurun menjadi 57,4%. Selain terjadi penurunan, pemilihan jenis kontrasepsi

di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar akseptor lebih memilih

metode kontrasepsi jangka pendek, dimana jika dibandingkan tingkat

efektifitas dalam pengendalian kehamilannya lebih rendah dibandingkan

metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Data Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2021 menunjukan sebagian

besar akseptor lebih memilih suntik (59,9%), kemudian pil (15,8%), implan

(10,0%), Intrauterine Device (IUD)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

(8,0%), Metode Operatif Wanita (MOW) (4,2%), kondom (1,8%), Metode

Operatif Pria (MOP) (0,2%) dan Metode Amenorea Laktasi (MAL) (0,1%)

(Kemenkes RI, 2022).

Data Provinsi Lampung menyebutkan bahwa persentase peserta KB aktif

di antara Pasangan Usia Subur (PUS) juga cukup berfluktuatif, dimana pada

tahun 2020 mencapai 72,4%, menurun di tahun 2021 menjadi 61,74% dan

meningkat kembali di tahun 2022 menjadi 73,62%. Angka tersebut belum

mencapai 80%, dan berdasarkan distribusi Kabupaten/ Kota tahun 2022 maka

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

hanya ada 4 Kabupaten pencapaiannya diatas 80%. Pemilihan jenis kontrasepsi

di Provinsi Lampung ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar akseptor

lebih memilih metode kontrasepsi jangka pendek, diantaranya suntik (51,03%),

kemudian pil (25,46%), implan (13,23%), kondom (4,68%), IUD/AKDR

(4,65%), serta MOW/ MOP (0,94%) (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,

2023).

Menurunnya cakupan KB pada tahun 2020 ke 2021 merupakan dampak

pandemi dimana masyarakat enggan untuk pergi ke fasilitas kesehatan untuk

melakukan program KB. Padahal KB memiliki banyak manfaat antara lain

perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali

dalam jangka waktu yang terlalu pendek. Kemudian peningkatan kesehatan

mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk

mengasuh anak, beristirahat, dan menikmati waktu luang serta melakukan

kegiatan lainnya. Manfaat untuk anak-anak yang dilahirkan diantaramya anak

dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam keadaan

sehat dan juga Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan, dan

makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan

direncanakan, serta memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan

fisiknya lebih baik karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup dari

sumber yang tersedia dalam keluarga (Priyanti & Syalfina, 2017).

Ketika pasangan usia subur (PUS) tidak ber-KB, maka secara jangka

panjang akan berdampak buruk pada kesehatan ibu dan anak. Penggunaan

kontrasepsi berhubungan dengan upaya untuk menghindari kehamilan berisiko

tinggi karena terlalu dini, terlalu tua, terlalu banyak, atau jarak kehamilan yang

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

terlalu dekat. Kehamilan berisiko tinggi ini dapat berpengaruh pada kesehatan

anak termasuk mengakibatkan berat bayi lahir rendah (BBLR). Hal ini perlu

menjadi perhatian, mengingat bayi yang lahir dengan BBLR lebih berisiko

mengalami stunting. Sehingga untuk memastikan “safe motherhood” dan juga

mewujudkan kehidupan anak yang sehat diperlukan keberhasilan program

keluarga berencana, terutama MKJP yang dinilai paling efektif untuk menunda

atau mencegah kehamilan (BPS, 2022).

Metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD dan implant sangat baik

dilakukan selama pasca bersalin. Penggunaan kontrasepsi pasca bersalin sangat

penting dilakukan karena kehamilan yang tidak direncanakan biasanya diikuti

dengan perilaku kehamilan yang merugikan dan dapat memberikan dampak

negatif seperti meningkatkan insidensi berat bayi lahir rendah. Selain itu,

interval kehamilan yang terlalu dekat juga dapat menghasilkan dampak negatif

seperti bayi prematur, penyulit persalinan, dan sebagainya. Dengan

mempertimbangkan masa ovulasi yang akan terjadi secepatnya yaitu 25 hari

pada wanita yang tidak menyusui, maka masa pascapersalinan merupakan

masa yang cukup krusial untuk memulai penggunaan kontrasepsi secepat

mungkin (Purwoastuti & Walyani, 2018).

Pemilihan penggunaan alat kontrasepsi dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya yaitu sosial ekonomi, budaya, pendidikan, agama, dan

status obstetri wanita. Berbeda dengan faktor lainnya, status obstetri

merupakan faktor yang paling mudah diidentifikasi secara langsung dan dapat

menentukan pemilihan jenis kontrasepsi pada akseptor KB. Status obstetri pada

masa kehamilan meliputi jumlah kehamilan, paritas, dan riwayat abortus atau

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

sering disingkat sebagai GPA (Gravida, Paritas, dan Abortus) (Priyanti &

Syalfina, 2017). Sedangkan pada ibu nifas, status obstetri yang dikaji untuk

menentukan riwayat perssalinan saat ini adalah PA (Paritas dan Abortus)

(Walyani & Purwoastuti, 2017).

Paritas merupakan kelahiran bayi yang mampu bertahan hidup,

sementara abortus merupakan keluarnya fetus dari rahim sebelum janin dapat

hidup pada usia kehamilan mencapai 20 minggu. Jika dilihat berdasarkan

paritas, pemilihan kontrasepsi jangka pendek lebih didominasi oleh wanita

yang belum punya anak atau wanita dengan paritas rendah (≤ 2), sedangkan

pada paritas tinggi (> 2) biasanya dianjurkan menggunakan MKJP. Selain itu,

metode IUD biasanya cocok dipasang setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi) (Priyanti & Syalfina, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Jaksa et al. (2023), diperoleh bahwa hasil

analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

paritas dengan pemilihan kontrasepsi (p-value = 0,005; OR=1,137). Hasil

penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rati

(2018), dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa sebagian besar ibu

tidak memiliki riwayat abortus yaitu sebanyak 84,7%, dan hasil analisis

bivariat diperoleh terdapat hubungan antara riwayat abortus dengan pemilihan

penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (p-value< 0,05). (Rati , 2018)

Berdasarkan data di RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat tahun

2022, rata-rata jumlah persalinan yaitu sebanyak 76 orang, baik partus normal

ataupun secara Sectio Caesarea (SC).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

dimana pada masa post partum ini merupakan masa yang penting untuk

menentukan alat kontrasepsi apa yang harus digunakan. Fenomena yang terjadi

dilapangan ditemukan bahwa terdapat keterkaitan antara riwayat obstetri

dengan kontrasepsi yang dipilih oleh ibu post partum. Selain itu, belum pernah

ada yang meneliti hubungan antara riwayat obstetri dengan pemilihan alat

kontrasepsi terutama di RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat. Hasil

presurvey di RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat pada bulan

September 2023 terhadap 10 orang ibu post partum, 5 pasien partus normal dan

5 pasien partus dengan SC sehingga diperoleh sebanyak 7 orang (70%)

menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek, dan hanya 3 orang (30%)

menggunakan MKJP. Jika dilihat dari paritas, dari 10 ibu post partum tersebut

sebanyak 7 orang (70%) memiliki paritas primipara dan 3 orang (30%) lainnya

memiliki paritas multipara. Sedangkan dilihat riwayat abortus, sebanyak 9

orang (90%) tidak memiliki riwayat abortus dan 1 orang (10%) pernah abortus.

Berdasarkan teori, penelitian terkait dan juga hasil prasurvey peneliti

diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan

status obstetri ibu post partum dengan pemilihan alat kontrasepsi di RS Asy-

Syifa Medika Tulang Bawang Barat tahun 2023.

B. Rumusan Masalah

Peserta KB aktif di antara Pasangan Usia Subur (PUS) di Indonesia dan

juga di Porovinsi Lampung pada priode 2021 hingga 2022 mengalami

penurunan dan juga belum mencapai 80%. Selain itu, pemilihan jenis

kontrasepsi ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar akseptor lebih

memilih metode kontrasepsi jangka pendek, padahal metode kontrasepsi

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

jangka panjang seperti IUD dan implant memiliki tingkat efektivitas yang lebih

tinggi dan sangat baik dilakukan selama pascasalin. Hasil presurvey di RS

Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat pada bulan September diperoleh

bahwa sebagian besar (70%) masih memilih/ menggunakan metode kontrasepsi

jangka pendek. Bedasarkan dari data dan latar belakang yang telah di

kemukakan diatas, maka yang menjadi pemasalahannya adalah “Apakah ada

hubungan status obstetri ibu post partum dengan pemilihan alat kontrasepsi di

RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat tahun 2023?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan status obstetri ibu post partum dengan

pemilihan alat kontrasepsi di RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat

tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia,

pendidikan dan pekerjaan di RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat

tahun 2023.

b. Mengetahui distribusi frekuensi status obtetri (paritas dan riwayat

abortus) ibu post partum di RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat

tahun 2023.

c. Mengetahui distribusi frekuensi pemilihan alat kontrasepsi di RS Asy-

Syifa Medika Tulang Bawang Barat tahun 2023.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

d. Mengetahui hubungan status obstetri ibu post partum dengan pemilihan

alat kontrasepsi di RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat tahun

2023.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kuantitatif dengan desain survey analitik pendekatan cross sectional. Subjek

penelitian adalah seluruh ibu pospartum yang dirawat di RS. Objek penelitian

ini adalah hubungan status obstetri ibu post partum dengan pemilihan alat

kontrasepsi. Tempat penelitian ini adalah di RS Asy-Syifa Medika Tulang

Bawang Barat, dan waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan November

2023.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan pengetahuan

khususnya tentang hubungan status obstetri ibu post partum dengan

pemilihan alat kontrasepsi.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Pringsewu dan menjadi tambahan refrensi di Perpustakaan serta sebagai

jurnal publikasi ilmiah tentang hubungan status obstetri ibu post partum

dengan pemilihan alat kontrasepsi. Selain itu hasil penelitian ini dapat

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

dipergunakan sebagai rujukan dan bahan perbandingan bagi peneliti lain

yang akan meneliti dalam konteks yang berbeda atau yang lebih luas.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Institusi RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat

Sebagai bahan masukan serta pengambilan kebijakan di Rumah

Sakit dalam rangka meningkatkan minat pada penggunaan MKJP. Selain

itu sebagai dasar tenaga kesehatan untuk melakukan edukasi tentang KB

pascasalin sebagai upaya promosi kesehatan rumah sakit (PKRS)

khususnya kepada ibu bersalin.

b. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman sebagai subjek

penelitian serta menambah pengetahuan ibu bersalin tentang jenis- jenis

kontrasepsi pasca bersalin yang sesuai dengan status obstetri dan

karakteristik yang dimiliki responden.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini menambah pengalaman peneliti dalam menerapkan

metodologi penelitian dan juga mengaplikasaikan ilmu pengetahuan yang

didapatan selama perkuliahan. Manfaat penting lain bagi peneliti sendiri

adalah bertambahnya ilmu si peneliti tentang jenis dan beberapa metode

kontrasepsi serta faktor yang memepengaruhi pada setiap responden yang

tentunya akan berbeda-beda antara satu dengan yang lainya. Hasil

penelitian ini diharapkan menjadi rujukan dan bahan perbandingan bagi

peneliti lain yang akan meneliti dalam konteks yang berbeda atau yang

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

lebih luas berkaitan dengan hubungan status obstetri ibu post partum

dengan pemilihan alat kontrasepsi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kontrasepsi

1. Definisi

Kontrasepsi adalah metode yang digunakan untuk membantu individu

atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak

diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur

interval diantara kelahiran (Yulizawati, Iryani, Sinta, & Insani, 2019).

Kontrasepsi adalah suatu metode pencegahan kehamilan yang

digunakan sebagai upaya suami-istri untuk mengatur jumlah dan jarak anak

yang diinginkan. Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma

laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah

telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di

dalam rahim (Walyani & Purwoastuti, 2018).

Sedangkan menurut Matahari et al. (2018), kontrasepsi adalah suatu

metode pencegahan kehamilan untuk mengatur jumlah dan jarak anak serta

waktu kelahiran. Sedangkan Keluarga Berencana (KB) adalah merupakan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan

nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran.

KB merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang

memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran.

2. Tujuan Penggunaan Kontrasepsi

a. Tujuan umum

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka

mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang

menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan

mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan

penduduk (Walyani & Purwoastuti, 2018).

b. Tujuan khusus:

1) Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan keluarga

berencana dengan cara pengaturan jarak kelahiran (Walyani &

Purwoastuti, 2018).

2) Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha

untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin

tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Matahari et al., 2018).

3. Sasaran Kontrasepsi

Menurut Matahari et al. (2018), sasaran akseptor KB antara lain:

a. Fase Menunda Kehamilan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh

pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun, sebab pada usia di

bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai

anak dengan berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu

kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya

kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini

pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.

Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB, kondom,

suntik, implant dan AKDR (Matahari et al., 2018).

b. Fase Mengatur/ Menjarangkan Kehamilan

Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia

paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak

antara kelahiran adalah 2– 4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan

yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih

mengharapkan punya anak lagi. Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun

sesuai jarak kelahiran yang direncanakan. Kontrasepsi yang cocok dan

yang disarankan adalah AKDR dan Implant (Matahari et al., 2018).

c. Fase Mengakhiri Kesuburan

Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih

dari 30 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat

menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika

terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan

dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi

yang cocok dan disarankan adalah metode kontap (MOW dan MOP)

(Matahari et al., 2018).

4. Jenis Akseptor KB

a. Akseptor Aktif

Akseptor aktif adalah kseptor yang ada pada saat ini menggunakan

salah satu cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau

mengakhiri kesuburan (Walyani & Purwoastuti, 2018).

b. Akseptor aktif kembali

Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah

menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak

diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat

kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah

berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut - turut dan bukan

karena hamil (Walyani & Purwoastuti, 2018).

c. Akseptor KB Baru

Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali

menggunakan alat / obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang

kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus

(Matahari et al., 2018).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

d. Akseptor KB dini

Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima salah satu

cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus

(Matahari et al., 2018).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

e. Akseptor KB langsung

Akseptor KB langsung merupakan para istri yang memakai salah

satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau

abortus (Matahari et al., 2018).

f. Akseptor KB dropout

Akseptor KB dropout adalah akseptor yang menghentikan

pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (Matahari et al., 2018).

5. Metode Kontrasepsi

Menurut Family Planing, ada enam metode kontrasepsi berdasarkan

lama dan kondisi penggunaannya, antara lain:

a. Kontrsepsi reversibel jangka panjang (Long-acting reversible

contraceptives atau LARC) seperti IUD (bertahan 3, lima, atau

sepuluh tahun) dan Implan (bertahan lima tahun).

b. Kontrasepsi penghalang, seperti kondom.

c. Kontrasepsi darurat, seperti pil kontrasepsi darurat (PKD)

d. Kontrasepsi alami dengan mempelajari tanda-tanda kesuburan pada

siklus mesntruasi

e. Kontrasepsi permanen atau dikenal juga dengan istilah steril, seperti

tubektomi dan vasektomi.

Metode kontrasepsi di Indonesia berdasarkan durasi pemakaiannya

atau durasi efektivitasnya dibedakan menjadi metode kontrasepsi jangka

panjang (MKJP) dan kontrasepsi jangka pendek yang disebut non MKJP.

MKJP adalah jenis kontrasepsi yang sekali pemakaiannya dapat bertahan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

selama 3 tahun sampai seumur hidup (Noor et al., 2022). Sedangkan metode

non MKJP merupakan pemakaian jenis kontrasepsi yang efektivitasnya

dibawah 3 tahun (Walyani & Purwoastuti, 2018).

a. Metode kontrasepsi jangka pendek/ Non MKJP

1) Metode Senggama Terputus

Konsep "metode sanggama terputus" adalah mengeluarkan

kemaluan menjelang terjadinya ejakulasi. Sanggama terputus

merupakan metode tertua di duma, karena telah tertulis pada kitab tua

dan diajarkan kepada masyarakat. Kekurangan metode ini adalah

mengganggu kepuasan kedua belah pihak, kegagalan hamil sekitar 30

sampai 35% karena semen keluar sebelum mencapai puncak

kenikmatan, terlambat mengeluarkan kemaluan, semen yang

tertumpah di luar sebagian dapat masuk ke genitalia, dan dapat

menimbulkan ketegangan jiwa kedua belah pihak (Manuaba, 2017).

2) Metode Pantang Berkala

Pantang berkala juga disebut KB kalender adalah tidak

melakukan hubungan seksual pada masa subur wanita. Tampaknya

metode ini mudah dilakukan, namun kenyataannya sulit karena

sulitnya menentukan saat ovulasi wanita dengan tepat. Hanya sedikit

wanita yang memiliki siklus menstruasi teratur; terdapat variasi

khususnya setelah persalinan dan pada wanita menjelang menopause

(Noor et al., 2022). Syarat utama metode pantang berkala adalah

siklus menstruasi teratur dan kerja sama dengan suami harus baik.

Metode pantang berkala mempunyai kegagalan tinggi bila siklus

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

menstruasi tidak teratur. Siklus menstruasi teratur merupakan syarat

penting karena dengan menstruasi teratur dapat memberikan petunjuk

masa subur (Manuaba, 2017).

3) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah metode

kontrasepsi sementara yangmengandalkan pemberian Air Susu Ibu

(ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa

tambahan makanan dan minuman lainnya. Metode Amenorea Laktasi

(MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan

sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau natural

family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan metode

kontrasepsi lain. Kontrasepsi jenis ini tidak berhubungan dengan

gangguan menstruasi (Purwoastuti & Walyani, 2018).

4) Spermisida

Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan

kimia (non-oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma. Jenis

spermisida terbagi menjadi; aerosol (busa), tablet vagina, suppositoria

atau dissolvable film, dan krim. Kontrasepsi jenis ini tidak

menyebabkan gangguan menstruasi (Purwoastuti & Walyani, 2018).

5) Kontrasepsi Darurat Hormonal

Morning after pill adalah hormonal tingkat tinggi yang di

minum untuk mengontrol kehamilan sesaat setelah melakukan

hubungan seks yang berisiko. Pada prinsipnya pil tersebut bekerja

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

dengan cara menghalangi sperma berenang memasuki sel telur dan

memperkecil terjadinya pembuahan. Kontrasepsi jenis ini tidak

menyebabkan gangguan menstruasi (Purwoastuti & Walyani, 2018).

6) Kondom

Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik.

Kondom mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan

cara menghentikan sperma untuk masuk ke dalam vagina. Kondom

pria dapat terbuat dari bahan latex (karet) atau polyurethane (plastik),

sedangkan kondom wanita terbuat dari polyurethane. Kontrasepsi

jenis ini tidak menyebabkan gangguan menstruasi (Purwoastuti &

Walyani, 2018). Kondom bekerja menghalangi masuknya sperma ke

dalam vagina, sebagian besar kondom dibuat dengan bahan karet

elastis, murah dan mudah digunakan. Hal-hal yang berpengaruh

adalah pemakaian tidak teratur, motivasi, umur, paritas sosio-

ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Keuntungan menggunakan

kondom antara lain murah, mudah didapat tanpa perlu resep dokter,

tidak memerlukan pengawasan, dan menurunkan kemungkinan

tertular penyakit (Noor et al., 2022).

7) Pil Kontrasepsi

Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon

estrogen & progestogen) ataupun hanya berisi progestogen saja (pil

mini). Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah terjadinya

ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan dinding rahim. Apabila pil

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

kontrasepsi ini digunakan secara tepat maka angka kejadian

kehamilannya hanya 3 dari 1000 wanita. Disarankan penggunaan

kontrasepsi lain (kondom) pada minggu pertama pemakaian pil

kontrasepsi. Saat pertama pemakaian dapat timbul spotting

(Purwoastuti & Walyani, 2018).

Pil kombinasi adalah jenis kontrasepsi yang paling umum

digunakan, mengandung estrogen dan progesteron diminum setiap

hari dalam 3 minggu dan diikuti periode 1 minggu tanpa pil. Estrogen

yang biasa digunakan adalah ethinyl estradiol dengan dosis 0,05 mcg

per tablet; progestin yang digunakan bervariasi. Kontraindikasinya

seperti riwayat tromboflebitis, kelainan serebrovaskular, gangguan

fungsi hati, dan keganasan payudara. Kontraindikasi relatif mencakup

hipertensi, diabetes, perdarahan vagina yang tidak jelas sumbernya,

laktasi, fibromioma uterus, dan lainnya. Sedangkan pil mini

mengandung progestin dosis kecil, sekitar 0,5 mg atau kurang, tanpa

estrogen. Pil mini harus diminum setiap hari juga saat menstruasi.

Efek sampingnya adalah perdarahan tidak teratur dan spotting. Tanpa

kombinasi dengan estrogen, progestin lebih sering menimbulkan

perdarahan tidak teratur. Pil ini bisa digunakan oleh wanita yang

sedang menyusui (Noor et al., 2022).

8) Suntik/ Injeksi

Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali. Suntikan

kontrasepsi mengandung hormon progestogen yang menyerupai

hormon progesterone yang diproduksi oleh wanita selama 2 minggu

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

pada setiap awal siklus menstruasi. Hormon tersebut mencegah wanita

untuk melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi.

Kontrasepsi jenis ini dapat menyebabkan gangguan menstruasi

(Purwoastuti & Walyani, 2018). Kontrasepsi injeksi terdiri dari

beberapa jenis, yaitu:

a) Kontrasepsi Injeksi Tunggal

Depo-Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) merupakan

metode kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung progesteron

150 mg, disuntikkan secara intramuskular setiap 3 bulan. Efek

samping DMPA adalah gangguan pola menstruasi dan kenaikan

berat badan (Noor et al., 2022).

b) Kontrasepsi Injeksi Kombinasi

Kontrasepsi injeksi kombinasi mirip dengan pil kombinasi

yang mengandung estrogen dan progestin lebih sedikit dibandingkan

DMPA, sehingga dapat mengurangi efek samping perdarahan tidak

teratur. Injeksi dilakukan satu kali setiap 28 hingga 30 hari (Noor et

al., 2022).

9) Kontrasepsi Patch

Patch ini didesain untuk melepaskan 20 mg ethinyl estradiol

dan 150 mg norelgestromin. Mencegah kehamilan dengan cara yang

sama seperti kontrasepsi oral (pil), digunakan selama 3 minggu, dan 1

minggu bebas patch untuk siklus menstruasi. Kontrasepsi jenis ini

tidak menyebabkan gangguan menstruasi (Purwoastuti & Walyani,

2018).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

10) Cervical Cap

Merupakan kontrasepsi wanita, terbuat dari bahan latex, yang

dimasukkan ke dalam liang kemaluan dan menutupi leher rahirn

(serviks). Efek sedotan menyebabkan cap tetap nempel di leher rahim.

Cervical cap berfungsi sebagai barier (penghalang) agar spenna tidak

masuk ke dalam rahim sehingga tidak terjadi kehamilan. Kontrasepsi

jenis ini tidak menyebabkan gangguan menstruasi (Purwoastuti &

Walyani, 2018).

b. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

1) Implant

Implant atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi

yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 em yang di dalamnya

terdapat hormon progestogen, implan ini kemudian dimasukkan ke

dalam kulit di bagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan

dilepaskan secara perlahan dan implan ini dapat efektif sebagai alat

kontrasepsi selama 3 tahun (Purwoastuti & Walyani, 2018). Implant

merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling tinggi daya

gunanya Efek samping implant adalah perubahan haid, nyeri kepala,

pusing, perubahan suasana hati, perubahan berat badan, jerawat, nyeri

payudara, nyeri perut, dan mual (Noor et al., 2022).

2) IUD/ AKDR

IUD (intra uterine device)/ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR) merupakan alat kecil berbentuk seperti huruf T yang lentur

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

dan diletakkan di dalam rahim untuk mencegah kehamilan, efek

kontrasepsi didapatkan dari lilitan tembaga yang ada di badan IUD.

IUD merupakan salah satu kontrasepsi yang paling banyak digunakan

di dunia. Efektivitas IUD sangat tinggi sekitar 99,2-99,9%, tetapi IUD

tidak memberikan perlindungan bagi penularan penyakit menular

seksual (PMS) (Purwoastuti & Walyani, 2018).

Mekanisme IUD berbeda tergantung pada jenis IUD. Secara

umum IUD memiliki lilitan kawat tembaga. Tembaga dalam

konsentrasi kecil yang dilepaskan ke dalam rongga uterus selain

menimbulkan reaksi radang juga menghambat carbonic anhydrase

dan alkali fosfatase Terdapat pula jenis IUD mengandung sejumlah

kecil hormon progestogen, sehingga menyebabkan penebalan lendir

serviks yang dapat menghalangi jalannya sperm. Beberapa efek

samping yang muncul adalah nyeri saat pemasangan, kejang rahim

pada bulan-bulan pertama pemasangan, nyeri pelvik, perdarahan di

luar haid (spotting), darah haid lebih banyak (menorrhagia), dan sekret

vagina lebih banyak Selain itu, terdapat efek samping serius namun

sangat jarang, yaitu perforasi uterus, infeksi pelvis, dan endometritis

(Noor et al., 2022).

3) Kontrasepsi Sterilisasi/ Kontrasepsi Mantap

Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metoda Operasi

Wanita) atau.tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan

saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma.

Kontrasepsi man tap pada pria atau MOP (Metoda Operasi Pria) atau

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

vasektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran benih

agar sperma tidak keluar dari buah zakar (Purwoastuti & Walyani,

2018).

Peserta harus memenuhi persyaratan yaitu calon peserta harus

sukarela memutuskannya, terikat dalam perkawinan yang sah dan

harmonis, memiliki sekurangnya dua anak yang sehat fisik dan mental

dan calon peserta dalam keadaan sehat yang dinyatakan oleh

pemeriksaan dokter (Noor et al., 2022).

6. Tingkat Efektivitas

Tabel 2.1 Tingkat Efektivitas Metode Kontrasepsi

Metode Kontrasepsi Persentase Kehamilan Perempuan dalam 12 Bulan


Pemakaian
Dipakai secara tepat dan Dipakai secara biasa
konsisten
Implan 0,05 0,05
AKDR 0,2 0,2
Vasektomi 0,1 0,15
Tubektomi 0,5 0,5
MAL 0,9 2
Suntik 1 bulan 0,05 3
Suntik 3 bulan 0,3 3
Pil Kombinasi 0,3 8
Pil Mini 0,3 8
Kondom 2 18
Spermasida 18 29
Cervical cup 16,9 32,16
Metode kalender 5 27
Senggama terputus 4 27
Tidak menggunakan 85 85
Keterangan:
0-0,9 = sangat efektif
1-9 = efektif
10-25 = cukup efektif
26-32 = kurang efektif
(Sumber: Matahari et al., 2018)

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

7. Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi

a. Sosial Ekonomi

Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi penduduk

Indonesia turut mempengaruhi pemilihan jenis KB di Indonesia.

Pemilihan metode kontrasepsi tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi

masyarakat karena berkaitan dengan kemampuan untuk membeli alat

kontrasepsi yang digunakan. Dengan suksesnya program KB maka

perekonomian suatu negara akan lebih baik karena dengan anggota

keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan

dapat terjamin (Priyanti & Syalfina, 2017).

b. Budaya

Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih

metode kontrasepsi, faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam

masyarakat mengenai berbagai metode, kepercayaan religius, serta

budaya, tingkat pendidikan persepsi mengenai resiko kehamilan dan

status wanita (Priyanti & Syalfina, 2017).

c. Pendidikan

Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa metode kontrasepsi

jangka pendek lebih banyak digunakan oleh pasangan yang lebih

berpendidikan rendah. Sedangkan metode alamiah misalnya pantang

berkala lebih diminati wanita berpendidikan tinggi, karena dihipotesikan

bahwa wanita berpendidikan tinggi menginginkan keluarga berencana

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

yang efektif, tetapi tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait

sebagai metode kontrasepsi (Priyanti & Syalfina, 2017).

d. Agama

Para akseptor wanita mungkin berpendapat bahwa perdarahan yang

tidak teratur yang disebabkan sebagian metode hormonal akan sangat

menyulitkan mereka. Selama haid mereka dilarang bersembahyang. Pada

sebagian masyarakat, wanita hindu dilarang mempersiapkan makanan

selama haid yang tidak teratur dapat menjadi masalah (Priyanti &

Syalfina, 2017).

e. Status obstetri

Status obstetri wanita dapat mempengaruhi mereka menggunakan

suatu metode kontrasepsi, seperti halnya paritas dan riwayat abortus.

Paritas merupakan kelahiran bayi yang mampu bertahan hidup,

sementara abortus merupakan keluarnya fetus dari rahim sebelum janin

dapat hidup pada usia kehamilan mencapai 20 minggu. Jika dilihat

berdasarkan paritas, pemilihan kontrasepsi jangka pendek lebih

didominasi oleh wanita yang belum punya anak atau wanita dengan

paritas rendah (≤ 2), sedangkan pada paritas tinggi (> 2) biasanya

dianjurkan menggunakan MKJP. Selain itu, metode IUD biasanya cocok

dipasang setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi

infeksi) (Priyanti & Syalfina, 2017).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

f. Ketersediaan Petugas Kesehatan

Ketersediaan petugas kesehatan seperti bidan di lapangan

merupakan isu penting dalam pemilihan metode kontrasepsi. Bidan

merupakan penyedia pelayanan keluarga berencana utama di Indonesia.

Meskipun jumlah dan distribusi bidan dilaporkan lebih baik

dibandingkan dengan dengan petugas kesehatan lainnya seperti dokter

umum dan dokter spesialis, namun distribusi bidan juga masih tidak

merata dan terkonsentrasi di kota-kota besar (Matahari et al., 2018).

g. Dukungan suami

Dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu

pascabersalin sangatlah penting. Ibu akan merasa lebih yakin dan mantap

saat didampingi oleh pasangannya dalam memilih metode ber KB. Selain

dari ini Saragih (2021) menyebutkan bahwa faktor pendidikan , faktor

umur, faktor pengetahuan serta faktor dukungan suami sangat

berpengaruh penting bagi ibu dalam pemilihan metode ber KB.

B. Status Obstetri

1. Paritas

a. Definisi

Paritas merupakan suatu keadaan wanita berkaitan dengan jumlah

anak yang dilahirkan usia kehamilan 20 minggu. Paritas anak kedua dan

anak ketiga merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian

maternal (Walyani, 2018).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

Menurut Wahyuningsih, (2014), paritas adalah jumlah anak yang

dilahirkan dimana telah mampu bertahan hidup di dunia luar. Tingkat

paritas rendah berarti memiliki kejarangan tinggi melahirkan anak,

sehingga jumlah anak terbatas.

Sedangkan menurut Syafrudin, (2015), paritas merupakan jumlah

anak yang dilahirkan hidup. Dikatakan umumnya terdapat

kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang

berparitas tinggi.

b. Kategori

Paritas dikategorikan menjadi:

1) Primipara, jika jumlah anak yang dilahirkan hidup sebanyak 1 anak.

2) Multipara, bila jumlah anak yang lahir dengan hidup (viable) 2-4 anak

3) Grandemultipara, bila jumlah anak yang lahir dengan hidup 5 anak.

(Manuaba, 2017).

c. Hubungan Paritas Dengan Pemilihan Kontrasepsi

Paritas merupakan kelahiran bayi yang mampu bertahan hidup,

sementara abortus merupakan keluarnya fetus dari rahim sebelum janin

dapat hidup pada usia kehamilan mencapai 20 minggu. Jika dilihat

berdasarkan paritas, pemilihan kontrasepsi jangka pendek lebih

didominasi oleh wanita yang belum punya anak atau wanita dengan

paritas rendah (≤ 2), sedangkan pada paritas tinggi (> 2) biasanya

dianjurkan menggunakan MKJP (Priyanti & Syalfina, 2017).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

MKJP bertujuan untuk menjarangkan kehamilan ataupun menunda

kehamilan. Di zaman ini, keluarga sudah sangat memperhatikan kualitas

anak dalam keluarga. Telah terdapat kesadaran yang tinggi terkait

kualitas gizi dan pendidikan dalam keluarga. Jumlah anak yang semakin

banyak akan menimbulkan biaya pengeluaran yang semakin banyak juga.

Oleh karena itu, setiap keluarga memperhatikan biaya pemasukan dengan

biaya pengeluaran termasuk terhadap anak. Oleh karenanya, meskipun

jumlah anak dalam keluarga ≤ 2 orang pasangan suami istri telah tertarik

untuk mulai menggunakan MKJP agar dapat mempersiapkan biaya untuk

kelahiran anak selanjutnya jika keluarga masih ingin menambah jumlah

anak. Atau jika diperhitungkan keluarga belum mampu untuk mebiayai

tambahan anggota keluarga lainnya maka pasangan suami istri memilih

menunda kehamilan dengan menggunakan MKJP segera setelah masa

nifas (Manik, 2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Jaksa, et. al. (2022), tentang

hubungan paritas dan status ekonomi terhadap pemilihan kontrasepsi

wanita usia subur di Indonesia, diperoleh bahwa paritas sebagian besar

adalah ≤ 3 yaitu sebanyak 57,5%, sedangkan pemilihan kontrasepsi

paling banyak adalah pil dan suntik 72,8%. Hasil analisis bivariat

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas

dengan pemilihan kontrasepsi (p-value = 0,005; OR=1,137).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

2. Riwayat Abortus

a. Definisi

Abortus merupakan keluarnya hasil konsepsi sebelum janin mampu

untuk bertahan hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari

500 gr atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu (Manuaba, 2017).

Abortus atau keguguran merupakan hasil konsepsi yang keluar

terjadi saat usia kehamilan kurang dari 20 minggu serta berat janin

kurang dari 500 gram, dimana penyebab terjadinya abortus masih berlum

diketahui secara pasti (Putri & Fajriah, 2020).

Sedangkan menurut Rosyidah & Azizah, (2019), abortus adalah

berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa

mempersoalkan sebabnya. Menurut WHO, abortus berarti keluarnya

janin dengan berat janin < 500 gram atau usia kehamilan < 22 minggu.

Mengingat kondisi penanganan bayi baru lahir berbeda – beda di

berbagai negara, usia kehamilan seperti pada definisi abortus dapat

berbeda – beda pula. Oleh karena itu di negara maju dan berkembang

karena teknologi ilmu kedokteran yang canggih, abortus saat ini diartikan

sebagai keluarnya hasil konsepsi ketika usia kehamilan < 20 minggu atau

berat janin < 500 gram.

b. Etiologi Abortus

Penyebab pasti terjadinya abortus bermacam-macam dan sering

diperdebatkan. Secara umum ada lebih dari satu penyebab, antara lain:

faktor genetik, autoimun, kelainan anatomi/ kelainan kongenital uterus,

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

infeksi, hematologik, defek fase luteal, serta lingkungan hormonal (Putri

& Fajriah, 2020).

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor.

Umumnya abortus didahului oleh kematian janin. Faktor yang dapat

meningkatkan terjadinya abortus antara lain:

1) Faktor janin

Kelainan yang paling sering dijumpai adalah gangguan

pertumbuhan zigot, embrio, janin, atau plasenta.

2) Faktor maternal

a) Infeksi

Beresiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama pada

akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Penyebab

kematian janin tidak diketahui secara pasti akibat infeksi janin atau

oleh toksin yang dihasilkan mikroorganisme penyebab infeksi.

b) Penyakit vaskular

Penyakit vaskuler yang sering menjadi penyebab abortus

adalah hipertensi dan penyakit jantung.

c) Kelainan endokrin

Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak

mencukupi, terjadi disfungsi tiroid, atau defisiensi insulin.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

d) Imunologi

Ketidakcocokan (inkompatibilitas) sistem HLA (Human

Leukocyte Antigen), SLE (Systemic Lupus Erythematosus).

e) Trauma

Jarang terjadi, umumnya segera setelah trauma, misalnya

trauma akibat pembedahan: Pengangkatan ovarium yang

mengandung korpus luteum graviditatum sebelum minggu ke – 8.

Pembedahan intraabdominal dan pembedahan uterus pada saat

hamil.

f) Kelainan uterus

Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa),

serviks inkoompeten atau retroflexio uteri gravidii incarcerata.

3) Faktor eksternal

a) Radiasi

Dosis 1 – 10 rad dapat merusak janin berusai 9 minggu, dosis

lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.

b) Obat – obatan

Antagonis asam folat, antikagulan, dll. Sebaiknya tidak

menggunakan obat – obatan ketika usia kehamilan < 16 minggu

kecuali obat terbukti tidak membahayakan janin atau indikasi

penyakit ibu yang parah (Rosyidah & Azizah, 2019).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

c. Patofisiologi

Umumnya abortus spontan terjadi setelah kematian janin, diikuti

oleh perdarahan kedalam desidua basalis. Selanjutnya terjadi perubahann

nekrotik di daerah implantasi, infiltrasi sel – sel peradangan akut, dan

berakhir dengan perdarahan pervaginam. Pelepasan hasil konsepsi, baik

seluruhnya maupun sebagian diinterprestasi sebagai benda asing dalam

rongga rahim, sehingga uterus mulai berkontraksi untuk mendorong

benda asing keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa

abortus spontan, kematian embrio biasanya terjasi paling lama 2 minggu

sebelum perdarahan, sehingga pengobatan untuk mempertahankan janin

tidak layak dilakukan jika perdarahan sudah sedemikian banyak karena

abortus tidak dapat dihindari. Sebelum minggu ke-10 seluruh hasil

konsepsi biasanya dapat keluar dengan lengkap karena villi korialis

belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua. Pada kehamilan

10 – 12 minggu, korion tumbuh cepat dan hubungan antara vili korialis

dengan desidua makin erat, sehingga abortus yang mulai di saat ini sering

menyisakan korion (plasenta) (Rosyidah & Azizah, 2019).

Pengeluaran tersebut dapat terjadi secara spontan, sebagian atau

seluruh bagian janin denfgan atau tanpa penyulit. Manifestasi abortus

sebagai nyeri perut dan disertai adanya perdarahan disebabkan oleh

kontraksi uterus dalam usahanya mengeluarkan seluruh atau sebagian

dari hasil konsepsi (Manuaba, 2017).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

d. Jenis Abortus

1) Abortus imminens

Abortus iminens didiagnosis bila seorang wanita yang sedang

hamil < 20 minggu mengeluarkan darah pervaginam. Petrdarahan

dapat berlanjut selama beberap hari atau berulang, dapat pula disertai

sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat

menstruasi. Sekitar 50% abortus iminens akan menjadi abortus

komplit atau inkomplit, 50% kasus akan melanjutkan kehamilannya

(Rosyidah & Azizah, 2019).

Perdarahan pervaginam terjadi sebelum usia kehamilan 20

minggu, tanpa nyeri dan ukuran rahim sesuai dengan usia kehamilan

dan leher rahim yang tertutup, tes urin kehamilan masih positif dan

hasil konsepsi masih baik. Pasien disarankan untuk tirah baring hingga

perdarahan tidak terjadi dan disarankan untuk tidak melakukan

hubungan seksual terlebih dulu sampai lebih kurang 2 minggu (Putri

& Fajriah, 2020).

2) Abortus insipiens

Abortus insipiens berarti abortus sedang berlangsung. Abortus

ini didiagnosis bila seorang wanita yang sedang hamil < 20 minggu

mengalami perdarahan banyak, terkadang diserta gumpalan darah dan

nyeri karena kontraksi kuat uterus serta terdapat dilatasi serviks,

sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan meraba ketuban. Kadang –

kadang perdarahan dapat menyebabkan infeksi, sehingga evakuasi

harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati, sehingga upaya

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakn

kontraindikasi (Rosyidah & Azizah, 2019).

Abortus insipiens biasa terjadi pada kehamilan awal dengan

perdarahan vagina dan dilatasi serviks. Biasanya, perdarahan vagina

lebih buruk dibandingkan dengan aborsi mengancam dan lebih banyak

kram yang dirasakan pasien, serta belum ada jaringan yang keluar.

Pemeriksaan USG memperlihatkan hasil konsepsi terletak di segmen

bawah rahim atau saluran serviks. Besar uterus masih sesuai dengan

umur kehamilan dan tes urin kehamilan masih positif. Perawatan

setelah tindakan antara lain kontrol keadaan umum pasien, pemberian

uterotonika dan antibiotika profilaksis lewat advice dokter, konseling

pemenuhan kebutuhan nutrisi/hidrasi, eliminasi, mobilisasi, hygiene,

dan kontrasepsi. (Putri & Fajriah, 2020).

3) Abortus inkompletus

Kehamilan yang berhubungan dengan perdarahan vagina,

dilatasi saluran serviks, dan keluarnya hasil konsepsi. Pada umumnya

pasien merasakan kram yang hebat, dan perdarahan vagina sangat

berat. Pasien dapat menjelaskan terdapat jaringan yang telah keluar,

atau pemeriksa dapat mengamati bukti bahwa jaringan yang telah

keluar di dalam vagina (Putri & Fajriah, 2020).

4) Abortus kompletus

Ketika ada perdarahan vagina dan keluarnya hasil konsepsi

melalui serviks. Pada USG transvaginal, tidak akan ada sisa hasil

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

konsepsi di dalam rahim. Abortus ini ditandai dengan ostium uteri

yang telah menutup, besar uterus lebih kecil dari usia kehamilan,

perdarahan sedikit dan seluruh hasil konsepsi telah keluar,

pemeriksaan urin pada umumnya masih positif hingga 7-10 hari

setelah abortus (Putri & Fajriah, 2020).

5) Abortus habitualis

Merupakan abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih secara

berturut-turut, secara umum pasien yang mengalami abortus habitualis

tidak mengalami kendala untuk dapat hamil kembali, tetapi berakhir

dengan abortus. Salah satu faktor paling sering ditemukan yang

menyebabkan abortus habitualis yakni inkompetensi serviks yaitu

keadaan dimana serviks tidak mampu menerima beban untuk tetap

bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester pertama,

dimana ostium serviks akan membuka tanpa disertai rasa

mules/kontraksi rahim dan akhirnya terjadi pengeluaran janin (Putri &

Fajriah, 2020).

6) Abortus infeksiosa

Abortus Septik; merupakan abortus yang disertai infeksi pada

alat genitalia, sedangkan abortus septik penyebaran nfeksi sudah

mencapai peredaran darah tubuh atau peritoneum. Tanda gejala yang

dapat ditemukan pada pemeriksaan antara lain panas tinggi, tampak

sakit dan lelah, adanya takikardia, perdarahan pervaginam yang

menimbulkan bau, uterus yang membesar dan lembek, serta nyeri

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

tekan, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis (Putri

& Fajriah, 2020).

e. Riwayat Abortus

Riwayat abortus pada penelitian ini dikelompokan menjadi:

1) Tidak memiliki riwayat abortus, jika tidak pernah mengalami abortus.

2) Memiliki riwayat abortus, jika pernah mengalami abortus (Rati,

2018).

f. Hubungan Riwayat Abortus Dengan Pemilihan Kontrasepsi

Riwayat abortus dapat mempengaruhi akseptor KB dalam memilih

alat kontrasepsi yang digunakan. Wanita usia subur yang memiliki

riwayat abortus dapat memilih metode kontrasepsi jangka panjang seperti

IUD, hal tersebut disebabkan karena ibu yang memiliki riwayat abortus

perlu mempersiapkan kondisi rahim agar siap menenerima kehamilan

sehingga perlu pengaturan jarak kehamilan yanhg tepat (Matahari et al.,

2018).

Kejadian abortus meningkat akibat organ reproduksi belum siap

dalam menerima hasil konsepsi. Dengan pemilihan metode kontrasepsi

akan dapat menjarangkan jarak persalinan yang terlau dekat, yakni < 2

tahun merupakan sehingga dapat terhindar dari risiko faktor resiko

terjadinya komplikasi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas (Manik,

2019).

Dengan menjarangkan jarak kehamilan melalui pemilihan metode

kontrasepsi jangka panjang, pasien yang memiliki riwayat abortus dapat

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

mencegah terjadinya komplikasi kehamilan dimana kondisi rahim pada

pasien abortus perlu dipersiapkan terlebih dahulu untuk menerima

kehamilan (Putri & Fajriah, 2020).

C. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang

digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (diamati)

yang berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk

mengembangkan kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2014). Kerangka

teori dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.1
Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi Ibu Bersalin
pemilihan kontrasepsi:
a. Sosial Ekonomi
b. Budaya
c. Pendidikan Pemilihan Kontrasepsi
d. Agama
e. Status obstetri:
1) Paritas
2) Riwayat abortus MKJP: Non-MKJP:
f. Ketersediaan petugas a. Implant, IUD/ a. Senggama terputus
kesehatan AKDR
g. Dukungan keluarga b. Pantang berkala
b. Kontrasepsi
c. MAL
sterilisasi/
Kontrasepsi d. Spermisida
mantap (MOW e. Kontrasepsi darurat
atau MOP). f. Kondom
g. Pil kontrasepsi
h. Suntik/ injeksi
i. Kontrasepsi patch
j. Cervical cap

(Sumber: Priyanti & Syalfina (2017); Matahari et al. (2018)).

D. Kerangka Konsep

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

Kerangka konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal khusus (Notoatmodjo, 2014). Kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2
Kerangka Konsep

Variabel Independent: Variabel Dependent:

Paritas
Pemilihan alat
kontrasepsi
Riwayat Abortus

E. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara peneliti, patokan duga,

atau dalil sementara, yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini

dapat benar dan salah, dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2014)..

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

Ha: Ada hubungan status obstetri (Partus dan Riwayat Abortus) ibu post

partum dengan pemilihan alat kontrasepsi di RS Asy-Syifa Medika Tulang

Bawang Barat tahun 2023.

Ho: Tidak ada hubungan status obstetri (Partus dan Riwayat abortus) ibu post

partum dengan pemilihan alat kontrasepsi di RS Asy-Syifa Medika Tulang

Bawang Barat tahun 2023.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian ilmiah yang

sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.

Penelitian kuantitatif merupakan definisi, pengukuran data kuantitatif dan

statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang

atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang

survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka

(Notoatmodjo, 2014).

Rancangan penelitian ini adalah survey analitik yang bertujuan untuk

mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor

lain. Pendekatan waktu dalam penelitian ini secara cross sectional. yaitu

variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek

penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang

bersamaan) (Notoatmodjo, 2014).

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2014). Variabel independen dalam

penelitian ini yaitu status obstetri yang meliputi paritas dan riwayat abortus.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemilihan alat kontrasepsi.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


. Operasional Ukur

1. Variabel
Inependen: Mengisi 0. Primipara, jika jumlah Ordinal
Paritas Jumlah anak yang Angket angket anak yang dilahirkan
pernah dilahirkan hidup sebanyak 1
responden pada usia anak.
kehamilan lebih 1. Multipara, bila jumlah
dari 20 minggu. anak yang lahir
dengan hidup (viable)
2-4 anak
2. Grandemultipara, bila
jumlah anak yang
lahir dengan hidup >
5 anak.
(Manuaba, 2017).
0. Tidak memiliki riwayat Ordinal
2. Riwayat Keluarnya hasil Angket Mengisi abortus, jika tidak
abortus konsepsi sebelum angket pernah mengalami
janin mampu untuk abortus.
bertahan hidup di 1. Memiliki riwayat
luar kandungan abortus, jika pernah
dengan berat badan mengalami abortus
kurang dari 500 gr (Rati, 2018).
atau umur
kehamilan kurang
dari 20 minggu.
Variabel
3. Dependen:
Pemilihan alat Mengisi 0. MKJP, jika
kontrasepsi Metode kontrasepsi Angket angket menggunakan metode Ordinal
pasca bersalin yang kontrasepsi implant,
akan digunakan IUD/ AKDR,
oleh responden. kontrasepsi sterilisasi/
kontrasepsi mantap
(MOW atau MOP)
1. Non MKJP, jika
menggunakan metode
kontrasepsi senggama
terputus, pantang
berkala, metode
amenorea laktasi
(MAL), spermisida,
kontrasepsi darurat
hormonal, kondom, pil
kontrasepsi, suntik/
injeksi, kontrasepsi
patch atau cervical
cap.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

(Purwoastuti & Walyani,


2018)
D. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

bersalin di Ruang Kebidanan RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat,

dengan rata- rata jumlah persalinan per bulan (Normal dan SC) dari bulan

Mei s.d Agustus 2023 sebanyak 76 orang.

b. Sampel

Sampel adalah objek penelitian yang dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2014). Sampel dalam penelitian ini

menggunakan total populasi ibu bersalin di Ruang Kebidanan RS Asy-

Syifa Medika Tulang Bawang Barat selama penelitian berlangsung,

dengan perkiraan sampel sebanyak 76 orang.

c. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah total

sampling (sampel jenuh) yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan populasi . Alasan mengambil total sampling karena

jumlah populasi sedikit (kurang dari 100), maka seluruh populasi dijadikan

sampel penelitian (Sugiyono, 2017).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

a. Kriteria Inklusi:

1) Ibu bersalin di Ruang Kebidanan RS Asy-Syifa Medika Tulang

Bawang Barat.

2) Ibu dengan jumlah anak hidup >1 menurut BKKBN

3) Berorientasi dengan baik.

4) Dapat membaca dan menulis.

5) Bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi:

1) Pasien membutuhkan perawatan intensif (Intensife Care Unit /ICU,

High Care Unit / HCU,dan Ruang isolasi)

2) Pasien dengan penyulit kehamilan seperti kehamilan Human

Imunodevisisesi Virus (HIV), Hepatitis dan penyakit kronis bawaan

lainya.

3) Ibu post partum (baik partus normal maupun SC) yang dalam

kondisi kehilangan atau tahap berduka.

4) Pasien yang masih ragu-ragu atau masih belum mau ber KB.

5) Pasien menyatakan mundur saat penelitian berlangsung.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Ruang Kebidanan RS Asy-Syifa Medika

Tulang Bawang Barat.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2023.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

(subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2014). Masalah etika penelitian

keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian,

mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia,

maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus

diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

a. Informed Consent (lembar persetujuan)

Informed consent dalam penelitian ini, peneliti memberikan lembar

yang berisi informasi (inform) dan persetujuan sebelum dilakukan

penelitian. Responden diberi penjelasan tentang tujuan, prosedur dan

manfaat penelitian, dan menjelaskan bahwa responden akan dijamin

kerahasiaannya mengenai data yang didapatkan pada penelitian.

Selanjutnya peneliti meminta persetujuan kepada responden untuk

dijadikan bagian dari sampel penelitian, jika responden setuju maka akan

diberikan lembar informed consent untuk diisi dan ditandatangani.

b. Anonimity (tanpa nama)

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa dalam penelitian ini

peneliti memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode nomor responden (berupa angka)

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa tidak akan mencantumkan

nama responden, hanya inisial saja yang ditampilkan pada hasil penelitian.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Menjelaskan kepada responden bahwa peneliti memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

oleh peneliti. Selain itu, peneliti menjelaskan kepada responden bahwa

selain menggunakan anonimity, angket untuk pengumpulan data yang

diperoleh pasien juga akan segera dimusnahkan sehingga kerahasiaan

pasien terjamin.

d. Respect For Human Dignity

Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa hakhak mereka untuk

mendapatkan informasi selalu terbuka berkaitan dengan jalanya penelitian

serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas tanpa paksaan

untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti terlebih dahulu memberikan informasi yang berkaitan

dengan jalannya penelitian, selain itu menjelaskan kepada responden

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

bahwa responden juga diperbolehkan mengundurkan diri saat penelitian

berlangsung jika merasa kurang nyaman.

e. Respect for privacy and confidentiality

Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa responden memiliki

hak-hak dasar individu termasuk privacy dan kebebasan individu.

Responden memiliki hak untuk dihargai tentang apa yang mereka lakukan

dan apa yang dilakukan terhadap responden.

f. Respect for Justice and inclusiveness

Peneliti memberikan kesempatan yang sama bagi rensponden yang

memenuhi kriteria untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Selain itu,

peneliti memberikan kesempatan yang sama dengan responden untuk

mengungkapkan baik sedih maupun senang dan mengungkapkan seluruh

pengalamannya. Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa bahwa

peneliti memberikan kesempatan yang sama pada responden untuk

mengungkapkan perasaannya terkait responnya terhadap berlangsungnya

penelitian.

G. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang telah diamati, secara spesifik semua

fenomena ini disebut variabel penelitian. Jumlah instrumen penelitian

tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk

diteliti (Sugiyono, 2017).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket dengan

perttanyaan tertutup yang diambil dari penelitian sebelumnya yaitu Manik

(2019) menggunakan pertanyaan tertutup dengan 2 sampai 3 opsi jawaban

untuk mengukur paritas, riwayat abortus dan juga pemilihan alat

kontrasepsi masing-masing 1 pertanyaan.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu tahapan proses riset dimana peneliti

menerapkan cara dan teknik ilmiah tertentu dalam rangka mengumpulkan

data secara sistematis guna keperluan analisis. Data yang akan digunakan

untuk penelitian, dikumpulkan terlebih dahulu menggunakan instrumen

penelitian (Notoatmodjo, 2014). Metode pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan data primer dengan cara data diambil secara

langsung dari responden. Data yang diperoleh dikumpulkan pada hari itu

juga dengan menggunakan angket yang diisi oleh responden.

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolah data dengan melalui 4 tahap (Notoatmodjo, 2014), yaitu:

a. Editing

Kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

angket. Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, kalau

memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang, tetapi apabila

tidak memungkinkan maka pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap

tersebut tidak diolah atau dimasukan dalam pengolahan “data missing”.

b. Coding

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

Setelah semua instrumen diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data dalam bentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding pada

penelitian ini antara lain, pada variabel paritas diberi kode “0” untuk

hasil ukur “primipara”, “1” untuk hasil ukur “multipara”, dan “2”

untuk “grandemultipara”, kemudian pada variabel riwayat abortus

diberi kode “0” untuk hasil ukur “tidak memiliki riwayat abortus” dan

“1” untuk hasil ukur “memiliki riwayat abortus”, sedangkan pada

variabel pemilihan alat kontrasepsi diberi kode “0” untuk hasil ukur

“MKJP” dan “1” untuk hasil ukur “Non MKJP”.

c. Processing

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan kedalam program atau

softwere komputer.

d. Cleaning

Apabila data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembentukan atau koreksi.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

umumnya pada analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2014).

b. Analisis Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat hasilnya akan diketahui

karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan

analisis bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Dalam analisis bivariat ini

dilakukan beberapa tahap antara lain:

1) Analisis proporsi atau presentase, dengan membandingkan distribusi

silang atara dua variabel yang bersangkutan.

2) Analisis dari hasil uji statistik menggunakan chi-square.

Berdasarkan hasil uji statistik ini disimpulkan adanya hubungan dua

variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna.

3) Analisis keeratan hubungan antara dua variabel tersebut, dengan

melihat nilai Odds Ratio (OR). Besar kecilnya nilai OR

menunjukkan besar nya keeratan hubungan antara dua variabel yang

diuji (Notoatmodjo, 2014)

4) Bila nilai p-value lebih kecil dari pada α (p≤0,05), berarti hubungan

yang bermakna antara variabel independen dengan variabel

dependen. Sedangkan bila nilai p-value lebih besar dari pada α

(p>0,05), berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel

independen dengan variabel dependen (Sugiyono, 2017).

5) Analisa data di bantu dengan program computer.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

I. Jalannya Penelitian

Jalannya penelitian akan dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Membuat rancangan yang berfungsi sebagai kerangka awal dalam

penelitian, supaya penelitian yang akan dilakukan terlaksana sesuai tujuan

yang dicapai. Langkah-langkah dalam tahap persiapan adalah:

a. Mengurus perizinan kepada institusi dan tempat penelitian. Dimana

peneliti mengajukan surat izin permohonan di Universitas

Muhammadiyah Pringsewu.

b. Dilanjutkan dengan permohonan izin kepada pihak RS Asy-Syifa

Medika Tulang Bawang Barat.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian yaitu proses pengambilan dan pengolahan

data. Langkah-langkah yang akan peneliti lakukan dalam tahap

pelaksanaan penelitian antara lain:

a. Minta izin dari institusi.

b. Menyerahkan surat izin dari institusi.

c. Pengambilan data ditempat penelitian. Memilih responden dengan

ketentuan yang sudah ditentukan dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Peneliti kemudian memberikan penjelasan kepada responden tentang

penelitian, antara lain tujuan penelitian, teknik yang akan digunakan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PAGE \* MERGEFORMAT 49

dan waktu yang digunakan. Jika responden bersedia, responden diminta

menandatangani lembar persetujuan (inform consent).

d. Responden yang bersedia kemudian dipersilakan mengisi angket untuk

memperoleh data variabel peritas, riwayat abortus dan pemilihan alat

kontrasepsinya.

e. Pengolahan data

1) Penyuntingan data (editing)

2) Memberikan kode (coding).

3) Memasukan data (entry).

4) Memasukan data yang telah diskor (entering).

f. Melakukan analisis data dengan mmasukan koding pada SPSS dengan

komputerisasi untuk diolah datanya.

g. Penyusunan hasil penelitian dan proses bimbingan.

h. Sidang hasil.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


DAFTAR PUSTAKA
BPS. (2022). Profil Kesehatan Ibu dan Anak.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2023). Profil Kesehatan Provinsi Lampung
Tahun 2022.
Jaksa, S., Al-maududi, A. A., Fauziah, M., Latifah, N., Romdhona, N., Arinda, Y.
D., & Aprilia, T. (2023). Hubungan Paritas dan Status Ekonomi Terhadap
Pemilihan Kontrasepsi Wanita Usia Subur di Indonesia. Program Studi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Muhammadiyah Jakarta, 26–32.
Kemenkes RI. (2022). Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2021.
Manik, R. M. (2019). Analisis faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode
kontrasepsi pada ibu nifas di wilayah kerja puskesmas Simalingkar B Kota
Medan. Excellent Midwifery Journal, 2(1), 38–46.
Manuaba, I. A. C. (2017). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. EGC.
Matahari, R., Utami, F. P., & Sugiharti, S. (2018). Buku Ajar KB dan Kontrasepsi.
Pustaka Ilmu.
Noor, M. S., Marwan, K., Puteri, A. O., Fakhriyah, Muddin, F. I., Ridwan, A. M.,
Arsyad, M., Qadrinnisa, R., Fitriani, L., Kasmawardah, I., Abdurrahman, M.
H., & Karimah, S. (2022). Buku Ajar Partisipasi Pria Dalam Program
Keluarga Berencana. CV. Mine.
Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Priyanti, S., & Syalfina, A. D. (2017). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana. CV. Kekata Group.
Purwoastuti, E., & Walyani, E. S. (2018). Panduan Materi Kesehatan Reproduksi
dan Keluarga Berencana. Pustaka Baru.
Putri, S. I., & Fajriah, A. S. (2020). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Patologi. CV.
Pena Persada.
Rati, D. (2018). Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ( Mkjp )
Diindonesia ( Analisis Lanjutan Ifls Tahun 2014 ) Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang ( Mkjp ) Di Indonesia ( Analisis Lanjutan Ifls
Tahun 2014 ). Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya, 1(1), 1–
30.
Rosyidah, R., & Azizah, N. (2019). BUKU AJAR MATA KULIAH OBSTETRI
PATHOLOGI ( PATHOLOGI DALAM KEHAMILAN ). UMSIDA Press.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. PT.
Alfabet.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Syafrudin. (2015). Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Trans Info Media.
Walyani, E. S. (2018). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Pustaka Baru Press.
Walyani, E. S., & Purwoastuti, E. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas &
Menyusui. Pustaka Baru Press.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama Mahasiswa : Nurhayati
NIM : 2022206203174P
Adalah mahasiswa Fakultas Keehatan Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung, pada kesempatan ini saya akan melakukan penelitian
tentang “Hubungan Status Obstetri Ibu Post Partum Dengan Pemilihan Alat
Kontrasepsi di RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat tahun 2023”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status obstetri ibu post
partum dengan pemilihan alat kontrasepsi di RS Asy-Syifa Medika Tulang
Bawang Barat tahun 2023.
Besar harapan saya agar Ibu berkenan untuk berpartipasi dalam penelitian
ini dengan mengisi lembar kuisioner. Penelitian ini membutuhkan sekitar 76
subyek penelitian dengan jangka waktu keikutsertaan masing-masing subyek ± 30
menit.

A. Kesukarelaan untuk mengikuti penelitian


Ibu bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.
Bila anda sudah memutuskan untuk ikut, Ibu juga bebas untuk mengundurkan diri
setiap saat tanpa menggangu proses hubungan dengan peneliti atau sangsi apapun.
Jika Ibu tidak bersedia untuk berpartisipasi maka tidak akan mengganggu
hubungan dengan peneliti maupun dengan instansi dengan peneliti.

B. Prosedur Penelitian
Apabila Ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, anda diminta
menandatanangi lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk anda simpan dan
satu untuk peneliti. Prosedur penelitiannya yaitu Ibu diminta mengisi lembar
persetujuan dan mengikuti serangkaian kegiatan dalam penelitian, adapun
kegiatannya adalah sebagai berikut:
1. Mengisi lembar persetujuan untuk menjadi responden (informed concent)
2. Mengisi Angket

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


C. Kewajiban Subyek Penelitian
Sebagai subyek penelitian, Ibu berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk
penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang belum jelas, Ibu,
dipersilahkan bertanya kepada peneliti.

D. Risiko dan Efek Samping dan Penanganannya


Tidak ada efek samping maupun resiko dalam penelitian ini.

E. Manfaat
Berpartisipasi dalam penelitian ini, Ibu akan memperoleh pengalaman
menjadi salah satu subjek penelitian dan memperoleh informasi tentang pemilihan
metode kontrasepsi.

F. Kerahasiaan
Tidak ada informasi pribadi akan disertakan pada penelitian. Data penelitian
dikembalikan secara anonim atau dengan inisial.

G. Kompensasi
Tidak ada kompensasi dari penelitian ini. Peenliti berterimakasih atas
keikutsertaan Ibu menjadi subjek penelitian.

H. Informasi Tambahan
Ibu diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas
terkiat dengan penelitian ini. Jika sewaktu-waktu memerlukan penjelasan lebih
lanjut bapak/ibu/saudara/saudari dapat menghubungi saya di nomor telepon
085366661670.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) UNTUK IKUT SERTA

DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya telah membaca atau memperoleh penjelasan, sepenuhnya menyadari,

mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat, dan risiko yang mungkin

timbul dalam penelitian, serta telah diberi kesempatan untuk bertanya dan telah

dijawab dengan memuaskan, juga sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari


*)
keikut sertaannya, maka saya setuju/ tidak setuju ikut dalam penelitian ini,

yang berjudul: Hubungan Status Obstetri Ibu Post Partum Dengan Pemilihan

Alat Kontrasepsi di RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat tahun 2023.

Saya dengan sukarela memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa

tekanan/paksaan siapapun. Saya akan diberikan salinan lembar penjelasan dan

formulir persetujuan yang telah saya tandatangani untuk arsip saya. Saya setuju:

Ya/Tidak *).

Tanggal: Tanda tangan (bila tidak


bisa dapat digunakan
cap jempol)
Nama Peserta (Inisial):

Usia:

Alamat:

Nama Peneliti:

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


LEMBAR ANGKET

Petunjuk Pengisian:

1. Isilah identitas responden dengan lengkap.


2. Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang dianggap paling tepat pada
pertanyaan dibawah ini.

Identitas Responden:

Nama (inisial) :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :

Pertanyaan:

1. Berapa Jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup pada usia kehamilan lebih
dari 20 minggu?
a. 1 orang
b. 2- 4 orang
c. ≥ 5 orang

2. Apakah ibu pernah mengalami keguguran?


a. Tidak pernah
b. Pernah ( 1 kali)
c. Pernah ( > 1 kali)

3. Apa rencana jenis kontrasepsi yang akan ibu pilih saat ini ?
a. Suntik
b. Pil
c. IUD (Spiral)
d. Implan (Susuk)
e. Kondom
f. MOW (Metode Operasi Wanita / Steril)
g. MOP (Metode Operasi Pria / Steril)

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


REKAPITULASI HASIL ANGKET

Insisial Paritas Riwayat Abortus


No. Responden Umur Pendidikan Pekerjaan ≤ 2 >2 Tidak Memiliki
Memiliki

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


KARTU BIMBINGAN

Nama : NURHAYATI

NPM : 2022206203174P

Judul : Hubungan Status Obstetri Ibu Post Partum Dengan Pemilihan Alat
Kontrasepsi di RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat tahun 2023

NO TANGGAL CATATAN PEMBIMBING PARAF

1. 17 September 2023 Konsul judul

2. 24 September 2023 Konsul bab 1 ( tingkatkan reverensi ttg kb,


+kan msalah prevalensi 202q KB
menurun, kaitkan dengan program
stunting, tingkatkan elaborasi dngan
pneliti trdahulu)

3. 3 Oktober 2023 Revisi bab 1

4. 19 Oktober 2023 Koreksi Bab 1 ( perbaiki manfaat


penelitian)

5. 25 Oktober 2023 Konsul bab 2 ( prbaikan kerangka konsep,


prbaikan instrimen penelitian,)

6. 10 Oktober 2023 Konsul bab 2 3


(perbaikan tabel devinisi oprasional, dan
metode penelitian )

7. 20 Oktober 2023 Konsul bab 123


prbaikan angket, prbaikan lembar inform
konsen, dan psp,)

8. 1 Desember 2023 Konsul ofline bab 123


(perbaikan tehnik samplimg, kriteria
inklusi dan eksklusi)

ACC sidang proposal

Pringsewu, Desember 2023

Pembimbing

(Ns. Marlinda, M.Kep., Sp.Kep. Mat.)

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


KARTU BIMBINGAN

Nama : NURHAYATI
NPM : 2022206203174P
Judul : Hubungan Status Obstetri Ibu Post Partum Dengan Pemilihan
Alat Kontrasepsi di RS Asy-Syifa Medika Tulang Bawang Barat
tahun 2023

NO HARI/TANGGAL CATATAN PEMBIMBING PARAF

20 September 2023 Konsul judul

13 November 2023 Konsul bab 12


(perbnyak reverensi pda tiap point2 ny)

20 November 2023 Konsul bab 123


(tambahkan materi tentang
penggunaan KB)

28 November 2023 Konsul bab 123


(perbaiko table tingkat efektifitas,
perbnyam jirnal pnelitia)

3 Desember 2023 Konsul revisi bab 123

4 Desember 2023 konsul via VC


Perbaikan kriteria inklusi dan ekslusi,)

10 Desember 2023 Perbaikan lembar inform konsen dan


lembar psp.

14 Desember 2023 Revisi bab 123 (revisi PSP)


ACC sidang proposal

Prigsewu, 17 Desember 2023


Pembimbing II

(Desi Ari Madi Yanti, M.Kep., Sp.Kep. Mat.)

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Anda mungkin juga menyukai