Anda di halaman 1dari 66

HUBUNGAN PENGGUNAAN KB SUNTIK DENGAN

PENINGKATAN BERAT BADAN DI PMB KARMILA


KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2023

PROPOSAL SKRIPSI

HALAMAN SAMPUL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Kebidanan

Karmila Dewi
F622141

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023

i
PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL SKRIPSI

LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Hubungan Penggunaan Kb Suntik Dengan Peningkatan
Berat Badan di PMB Karmila Kabupaten Bandung Tahun
2023
Nama : Karmila Dewi
NPM : F622141
Program Studi : Sarjana Kebidanan

Mengetahui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Iga Retia Mufti, S.S.T., Bd., M.Kes Silva Dwi Rahmizani, S.S.T., M.KM

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, anugerah serta karunia-Nya pada kita semua.
Salawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para
keluarga dan sahabat-sahabatnya, Alhamdulillah berkat limpahan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi dengan judul “Hubungan
Penggunaan Kb Suntik Dengan Peningkatan Berat Badan di PMB Karmila
Kabupaten Bandung Tahun 2023”, yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program studi Sarjana Kebidanan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
Proses penyusunan Proposal Skripsi ini tidak lepas dari berbagai kesulitan
dan kendala yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki oleh penulis, namun diantara kesulitan itu ada orang-orang yang selalu
memberikan jalan kemudahan bagi penulis dan sehingga penulis banyak sekali
mendapatkan bantuan, bimbingan, arahan maupun dukungan moril dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya sehingga Proposal Skripsi ini tersusun dengan bantuan
banyak pihak, untuk itu izinkan penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya dan ucapan terima kasih kepada ;
1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. Selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung;
2. Erni Hernawati, S.S.T., M.M., Bd., M.Keb. Selaku Dekan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali Bandung;
3. Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Keb. Selaku penanggung Jawab Program Studi
Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali Bandung;
4. Iga Retia Mufti, S.S.T., Bd., M.Kes, sebagai pembimbing Utama yang telah
memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan Proposal Skripsi ini;

iii
5. Silva Dwi Rahmizani, S.S.T., M.KM, sebagai Pembimbing Pendamping yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Proposal Skripsi
ini;
6. Seluruh teman-teman Sarjana Kebidanan Fakultas Kebidanan Institut
Kesehatan Rajawali Bandung;
7. Teman sejawat bidan yang telah membantu partisipasi dalam penelitian ini serta
yang telah memberi dukungan.
Penulis menyadari Proposal Skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna dan
masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk perbaikan dan kemajuan penulis dalam Proposal Skripsi
berikutnya. Penulis berharap semoga Proposal Skripsi ini dapat bermanfaat dan
dapat menambah ilmu pengetahuan bagi Sarjana Kebidanan khususnya dan bagi
dunia kesehatan umumnya.
Bandung, April 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i


PERSETUJUAN SIDANG PROPOSAL SKRIPSI ....................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR BAGAN ..........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................. 6
1.3 Rumusan Masalah ................................................................ 7
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................. 7
1.5 Hipotesis ............................................................................... 7
1.6 Manfaat Penelitian................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 9
2.1 Keluarga Berencana (KB) .................................................... 9
2.2 Kontrasepsi ......................................................................... 14
2.3 KB Suntik ........................................................................... 16
2.4 Kenaikan Berat Badan ........................................................ 32
2.5 Peran Bidan Dalam Pelayanan KB ..................................... 37
2.6 Kerangka Teori ................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................. 41
3.1 Rancangan Penelitian ......................................................... 41
3.2 Kerangka Penelitian ........................................................... 41
3.3 Variabel Penelitian ............................................................. 41
3.4 Definisi Operasional Variabel ............................................ 42
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................... 42
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian .......... 43

v
vi

3.7 Pengolahan dan Analisa Data ............................................. 44


3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 46
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................. 42

vii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 39

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Bimbingan


Lampiran 2 Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3 Instrumen Penelitian

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penggunaan alat kontrasepsi menjadi salah satu penyumbang tingginya
pertumbuhan penduduk di seluruh dunia, berdasarkan data World Health
Organization tahun 2022 menunjukkan bahwa data KB suntik (62%) yang
kemudian disusul dengan penggunaan KB pil sebesar (14%), selanjutnya
ditunjukan dengan KB IUD (4%), dan Implan hanya (3%) (World Health
Organization, 2022). Berdasarkan angka kejadian peningkatan berat badan
pada akseptor KB di Dunia yaitu menurut World Health Organization tahun
2022 diketahui 71,2% akseptor KB yang menggunakann kontrasepsi suntik,
mengalami kenaikan berat badan (World Health Organization, 2022).
Data akseptor KB suntik di Indonesia tahun 2022 yang dilihat dari data
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
menunjukkan data akseptor KB suntik tahun 2020 sebanyak 73% dan tahun
2021 meningkat menjadi 73,5% dan tahun 2022 pengguna kontrasepsi suntik
menjadi (78%). Hal ini perubahan berat badan pada akseptor KB suntik 1
bulan dengan akseptor KB suntik 3 bulan mayoritas perubahan berat badan
pada akseptor KB suntik 3 bulan > 5 kg yaitu 16 (80%) sedikit lebih tinggi
perubahan berat badan dibandingkan akseptor 1 bulan > 5 kg yaitu 14
(66,7%).
Berdasarakan Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2022, jumlah cakupan
peserta KB baru dan KB aktif menurut jenis kontrasepsi menunjukkan
sebagian besar memilih KB suntik dengan persentasi 49,93 %. Untuk cakupan
peserta KB baru di Jawa Barat tahun 2021, di Provinsi Jawa Barat persentasi
13,70 %, sedangkan persentasi peserta KB baru terhadap pasangan usia subur
pada tahun 2020 adalah 13,46%, angka ini lebih rendah dibandingkan capaian
tahun 2021 sebesar 16,51% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2023). Data Akseptor KB suntik 1 bulan dengan lama penggunaan paling

1
2

tinggi yaitu 1 tahun sebanyak 33 responden (31.7%) dan peningkatan berat


badan paling tinggi yaitu 2-5 kg sebanyak 46 responden (48.9%).
Sedangka data cakupan KB suntik di Kabupaten Bandung tahun 2022
jumlah keseluruhan akseptor KB yaitu 1.574 orang, adapun distribusi
berdasarkan jenis metodenya yaitu suntik 1.035 orang (66%), pil 287 orang
(18,2%), implan 100 orang (6,4%), MOW 75 orang (4,8%), IUD 55 orang
(3,5%), MOP 7 orang (0,4% ), kondom 15 orang (0,9%). Dari data tersebut
Pustu Bandung tergolong memiliki akseptor yang cukup banyak dengan
jumlah akseptor KB suntik 3 bulan (Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional, 2022). Berdasarkan data cakupan rata-rata perubahan
berat badan padaapengguna akseptor satu bulan adalah 80% mengalami
kenaikan berat badan, 3.3% berat badan tetap, 16.7% mengalami penurunan
berat badan. Sementara pada akseptor suntik tiga bulan yang mengalami
kenaikan berat badan ada 76.7%, berat badan tetap 16.7%, dan penurunan
berat badan 6.6%.
Kontrasepsi merupakan cara untuk mencegah dan menjarangkan
kehamilan serta merencanakan jumlah anak untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga sehingga dapat memberikan perhatian dan pendidikan
yang maksimal pada anak. Setiap jenis kontrasepsi yang digunakan
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan kontrasepsi harus
disesuaikan dengan status kesehatan wanita, efek samping, konsekuensi
terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, kerja sama pasangan dan norma
budaya mengenai kemampuan mempunyai anak (Utami, 2018)
KB suntik merupakan metode kontrasepsi dengan cara suntikan yang
berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron. KB suntik merupakan
metode kontrasepsi yang sangat efektif, pemakaiannya praktis, harganya
relatif murah, aman dan tidak membutuhkan pemakaian setiap hari. (Nurul
dan Sri, 2018). Selain memiliki keuntungan, KB suntik juga memiliki efek
samping yaitu amenorea, spotting, pertambahan atau penurunan berat badan,
pusing dan sakit kepala, jerawat, dan abses (Nurul dan Sri, 2018). Efek
samping suatu metode kontrasepsi perlu dipertimbangkan dalam menentukan
3

keputusan terhadap keberlangsungan pemakaian kontrasepsi sehingga perlu


diupayakan perlindungan efek samping (Utami, 2018).
Efek samping penggunaan kontrasepsi suntik yang utama adalah
perubahan berat badan. Wanita yang menggunakan kontrasepsi
medroxyprogesterone acetate (DMPA) atau KB suntik rata-rata mengalami
peningkatan berat badan sebanyak 11 pon atau 5,5 kg dan mengalami
peningkatan lemak tubuh sebanyak 3,4% dalam waktu 3 tahun pemakaian.
Perubahan berat badan akseptor KB suntik disebabkan hormon progesteron
yang merangsang hormon nafsu makan yang ada di hipotalamus. Nafsu
makan yang berlebihan menyebabkan tubuh kelebihan zat gizi. Kelebihan zat
gizi oleh hormon progesteron dirubah menjadi lemak dan tersimpan di bawah
kulit. Perubahan berat badan akibat adanya penumpukan lemak yang berlebih
hasil sintesa dari karbohidrat menjadi lemak (Adawiah et al., 2021)
Kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan
Cyclofem merupakan salah satu kontrasepsi yang paling sering dipilih wanita
dalam mengatur dan menjarangkan kehamilan. Efek samping yang
ditimbulkan dari penggunaan kontrasepsi suntik diantaranya terganggunya
pola haid (amenorea, menoragia dan muncul bercak/spotting), peningkatan
berat badan dan kembalinya kesuburan lambat setelah penghentian
pemakaian. Kenaikan berat badan akibat penggunaan kontrasepsi suntik
disebabkan retensi cairan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium dan
efek metabolik hormonal meningkatkan nafsu makan, namun disamping
peningkatan nafsu makan meningkat, secara tidak langsung dapat
meningkatkan berat badan (Saifudin, 2017).
KB suntik 1 bulan merupakan jenis suntikan kombinasi mengandung
hormon esterogen dan progesteron, yang diberikan satu bulan sekali.
Suntikan kombinasi mengandung 25 mg depo medrogsi progestaron asetat
dan 5 mg estradiol sipinoat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali
(cyclofem) dan 50 mg noretrindon enoat dan 5 mg estradiol valerat yang
diberikan injeksi IM sebulan sekali (Saifudin, 2017). Pemberian hormon
progestin menurut Sulistyawati akan menyebabkan pengentalan mukus
4

serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Hormon


tersebut juga mencegah pematangan dan pelepasan sel telur. Endometrium
menjadi tipis dan atrofi dengan berkurangnya aktifitas kelenjar. Selain itu
akan merangsang timbulnya haid setiap bulan (Sulistyawati, 2019)
Hasil penelitian Irianto kenaikan berat badan pada akseptor KB Suntik
DMPA rata-rata antara 2,3-2,9 kg pada tahun pertama, 4 kg pada tahun kedua
setelah penyuntikan karena pengaruh hormonal, yaitu progesteron (2).
Sementara menurut Saifuddin mengatakan umumnya pertambahan berat
badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 2 kg
dalam beberapa bulan pertama penggunaan.
Sesuai dengan hasil penelitian Rufaridah didapatkan hasil perbedaan
mean antara pretest dan postest KB suntik 1 bulan adalah 3,71 Kg/m²,
perbedaan mean KB suntik 3 bulan antara pretest dan postest adalah 5,10
Kg/m² artinya terdapat pengaruh perubahan berat badan kelompok akseptor
yang menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan. Sedangkan uji
independent-test memperlihatkan bahwa nilai p=0,021 (p>0,05). Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan perubahan berat badan
antara akseptor yang menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan
(Rufaridah, 2022)
Penelitian lainnya dilakukan oleh Hidayah, didapatkan hasil rata-rata
kenaikan berat badan suntik 1 bulan dengan jumlah akseptor 30 orang dari
berat badan sebelum ke berat badan sesudah didapatkan rata-rata kenaikan
berat badan 1,3 kg, dan rata-rata kenaikan berat badan suntik 3 bulan dari
jumlah akseptor 35 orang dari berat badan sebelum ke berat badan sesudah
didapatkan rata-rata kenaikan berat badan 3,9 kg. Dapat dilihat dari rata-rata
kedua kontrasepsi suntik tersebut rata-rata paling tinggi adalah suntik 3 bulan
(Hidayah, 2021)
Salah satu masalah dalam pelayanan KB di Indonesia adalah rendahnya
kualitas pelayanan terhadap pengunaan kontrasepsi, hal ini ditandai dengan
masih tingginya angka-angka efek samping seperti peningkatan berat badan.
Pelayanan yang berkualitas harus mencakup pemberian pelayanan yang dapat
5

melindungi klien dari risiko efek samping dan komplikasi serta


meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan pemakaian kontrasepsi.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi berat badan menurut Irianto
adalah olahraga, mengkonsumsi serat makanan, mengurangi konsumsi
lemak, lebih banyak mengkonsumsi protein dan perubahan perilaku (Patel,
2020)
Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan hasil bahwa
akseptor KB yang mengalami kenaikan berat badan yaitu akseptor KB yang
tidak naik/tetap berat badannya sebanyak 11 responden (26,8%) sedangkan
akseptor KB yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 28 responden
(68,3%). Disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur, Pendidikan, paritas,
lama penggunaan dengan kenaikan berat badan akseptor KB. Senada dengan
hasil penelitian yang dilakukan (Qomariah, 2021) menunjukkan hasil bahwa
terdapat hubungan antara umur, pendidikan, informasi, pengetahuan, jumlah
anak, dukungan suami, pendapatan, pekerjaan, dan peningkatan berat badan
terhadap penggunaan KB suntik 1 bulan (Sulastriningsih et al., (2023)
Faktor yang mempengaruhi perubahan berat badan akseptor KB suntik
adalah adanya hormon progesteron yang kuat sehingga merangsang hormon
nafsu makan yang ada di hipotalamus. Dengan adanya nafsu makan yang
lebih banyak dari basanya tubuh akan kelebihan zat-zat gizi oleh hormon
progesterone dirubah menjadi lemak dan disimpan dibawah kulit. Perubahan
berat badan ini akibat adanya penumpukan lemak yang berlebih hasil sintesa
dari karbohidrat menjadi lemak (Handayani, 2019). Faktor-faktor yang
mempengaruhi berat badan yaitu faktor internal , faktor genetik, hormonal
metabolisme. Faktor Eksternal yaitu aktivitas Fisik, Asupan Nutrisi dan gaya
hidup (Nadilla, 2018). Dampak dari kegemukan adalah terjadinya peluang
berbagai macam penyakit khususnya jantung dan diabetes type 2 (Rachma,
2016)
Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengurangi berat badan dengan
melakukan pola hidup sehat. Dimana pola hidup sehat dapat menunjang
kenaikan berat derajat kesehatan bagi pengguna KB suntik, seperti kebiasaan
6

mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, mengkonsumsi sayur dan


buah, aktivitas fisik, manajemen stress dan mengurangi perilaku sehari-hari
(Zahroh, 2019)
Berkaitan dengan persoalan ini, maka untuk mendapatkan gambaran
nyata tentang kejadian Perubahan berat badan yang dialami akseptor suntik
maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui Hubungan
Penggunaan Kb Suntik Dengan Peningkatan Berat Badan Di PMB Karmila
Kabupaten Bandung Tahun 2023

1.2 Identifikasi Masalah


Profil PMB Bidan Karmila Amd.Keb bertempat Kp. Mekarsari RT
002 RW 0027 Kel. Baleendah Kec Baleendah Kabupaten Bandung. Fasilitas
dan pelayanan yang ada yaitu pelayanan ANC yang dibuka setiap hari pukul
7.02-10.00, jam buka Sore dari 16.00-21.00 selain itu juga di PMB Karmila
Amd.Keb menyediakan
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di PMB
Bidan Karmila Dewi diketahui dari data rekam medik bahwa data cakupan
tahun 2021 sampai dengan tahun 2022 jumlah akseptor KB yang
menggunakan KB suntik mengalami peningkatan yaitu tahun 2021 sebanyak
72 orang dan tahun 2022 sebanyak 76 orang. Dari data akseptor KB tersebut
dilihat dari berat badan akseptor KB yang menggunakan KB suntik lebih dari
satu tahun mengalami peningkatan berat badan hingga yaitu sebesar 77%.
Rata-rata peningkatan berat badan yang dialami oleh akseptor KB yaitu
kurang lebih 1-2 kilo dalam 1 bulan.
Banyak faktor yang dapat meningkatkan akseptor KB diantaranya
adalah sesuai teori yang diungkapkan oleh Varney (2020) yang menyatakan
diantaranya adalah Faktor hormonal yang dapat mempengaruhi dalam
peningkatan berat badan, selain itu aktivitas fisik, gaya hidup dan adanya
asupan progesteron sehingga nafsu makan pada akseptor meningkat, sehingga
berat badan meningkat.
7

Tingginya akseptor kontrasepsi suntik menunjukkan perlunya


perhatian dan evaluasi terhadap penggunaan yang meliputi efektifitas,
ketepatan sasaran, dan monitor efek samping penggunaan, oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian tentang hubungan penggunaan KB suntik dengan
peningkatan berat badan di PMB Karmila Kabupaten Bandung Tahun 2023

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini
yaitu untuk mengetahui “Apakah ada hubungan penggunaan KB suntik
dengan peningkatan berat badan di PMB Karmila Kabupaten Bandung Tahun
2023? ”

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan penggunaan KB suntik dengan peningkatan berat
badan di PMB Karmila Kabupaten Bandung Tahun 2023

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi distribusi frekuensi penggunaan KB suntik di PMB
Karmila Kabupaten Bandung Tahun 2023
2. Mengidentifikasi distribusi frekuensi peningkatan berat badan di PMB
Karmila Kabupaten Bandung Tahun 2023
3. Mengetahui hubungan penggunaan KB suntik dengan peningkatan berat
badan di PMB Karmila Kabupaten Bandung Tahun 2023

1.5 Hipotesis
Terdapat hubungan antara penggunaan KB suntik dengan peningkatan berat
badan pada akseptor KB
8

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
Dapat mengembangkan khasanah dalam ilmu kebidanan khususnya tentang
Kb suntik.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Bidan
Dapat memberikan manfaat bagi tempat penelitian dalam
mengembangkan asuhan kebidanan dengan cara memberikan intervensi
bagi ibu akseptor yaitu memberikan konseling terkait KB yang cocok
untuk digunakan bagi akseptor
2. Bagi Responden
Bermanfaat bagi responden untuk memberikan wawasan serta
pengetahuan tentang pentingnya dan manfaat KB suntik yang aman dan
praktis.
3. Penelitian selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan referensi
untuk penelitian lebih lanjut mengenai edukasi pada ibu akseptor terkait
pemilihan KB yang tepat untuk ibu akseptor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana (KB)


2.1.1 Pengertian
Keluarga Berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang
sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran (Prijatni & Rahayu, 2019).
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan
jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan
penjarangan kelahiran (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021).
Keluarga Berencana atau KB menurut UU terbaru KB Nomor 3 Tahun
2017 tentang penyediaan sarana penunjang pelayanan kontrasepsidalam
program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), peningkatan kesejahteraan, pengaturan
kelahiran, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera,
serta pembinaan ketahanan keluarga. Keluarga Berencana merupakan upaya
untuk mengukur jumlah anak dan jarak antar kelahiran anak yang diinginkan.
Maka dari itu, pemerintah menerapkan suatu program atau cara untuk
mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2018)
Keluarga berencana (KB) adalah upaya dari pemerintah untuk
meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat dengan cara
pendewasaan usia nikah, mengatur jarak kelahiran, membina ketahanan
keluarga, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan
keluarga kecil yang sejahtera dan bahagia. Jadi Program KB yaitu program
pemerintah untuk menekan jumlah penduduk dengan cara mengatur jarak
kelahiran. Selain itu, program ini digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kebahagiaan suatu keluaga. Dan orang yang menggunakan
alat kontrasepsi yang berasal dari program pemerintah disebut sebagai
akseptor KB (Affandi, 2020)

9
10

Program Keluarga Berencana atau KB memiliki sasaran salah satunya


yaitu wanita usia subur (WUS). Wanita usia subur adalah wanita yang masih
dalam usia reprodukktif (sejak mendapatkan haid pertama sampai
berhentinya haid), yaitu antara usia 15 sampai 49 tahun, dengan status belum
menikah, menikah, atau jibu yang masih berpotensi untuk memiliki
keturunan. Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang keadaan organ
reproduksinya berfungsi secara baik dan optimal dengan rentang usia sekitar
20 sampai 45 tahun. Pada wanita usia subur biasanya melakukan kegiatan
seksual sekitar 1 sampai 2 kali dalam satu minggu (Novitasary dkk, 2018).
Bukan pengguna KB adalah Wanita Usia Subur (WUS) yang ingin
mengontrol kehamilannya tetapi tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi
apapun. Keinginan wanita usia subur atau wus untuk mengontrol kehamilan
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu keinginan untuk menunda,
menjarangkan, dan mengakhiri kelahiran. Kriteria bukan pengguna KB yaitu,
(1) Wanita hamil yang tidak menginginkan kehamilannya karena tidak
mengunakan alat kontrasepsi saat berhubungan, (2) Wanita nifas yang tidak
menginginkan kehamilannya karena tidak menggunakan alat kontrasepsi saat
berhubungan, (3) Wanita yang belum haid setelah melahirkan dan menunda
kehamilan tetapi tidak menggunakan KB, (4) Wanita yang tidak hamil dan
tidak ingin memiliki anak tetapi tidak menggunakan KB, dan (5) Wanita yang
belum memutuskan untuk memiliki anak tetapi tidak menggunakan KB
(Mulyani, 2016).
Bukan pengguna KB adalah persentase wanita yang pada saat ini tidak
menggunakan alat KB atau alat kontrasepsi dan tidak ingin anak lagi atau
menunda kelahiran, tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.
bukan pengguna KB adalah wanita usia subur yang ingin menunda kehamilan
atau mengakhiri kehamilan untuk masa dua tahun berikutnya ataupun lebih
tetapi tidak mau menggunakan alat kontrasepsi (Khaerunnisa dkk, 2016),
11

2.1.2 Tujuan KB
Tujuan dilaksanakannya program KB adalah untuk membentuk suatu
keluarga kecil yang sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
dengan cara pengaturan jumlah kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga
yang bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidup suatu
keluarga. Selain mengatur kelahiran anak, tujuan KB juga untuk menekan
jumlah kematian ibu, bayi, dan anak, menekan jumlah pertumbuhan
penduduk, meningkatkan kesehatan ibu, bayi, dan anak, serta meningkatkan
pelayanan kesehatan reproduksi (Sulistyawati, 2018)
Keluarga Berencana juga dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya
akibat :
1. Kehamilan dini : Wanita yang sudah hamil saat umurnya belum
mencapai 17 tahun sangat berbahaya karena terdapat ancaman, salah
satu contohnya adalah kematian sewaktu persalinan. Karena tubuhnya
belum sepenuhnya tumbuh dengan cukup matang dan siap untuk
dilewati oleh bayi. Sedangkan bayinya juga terdapat ancaman
kekurangan asupan gizi dan mengalami kematian saat berada dalam
kandungan (Sulistyawati, 2018).
2. Kehamilan yang terlambat : Wanita yang usianya sudah tergolong tua
yaitu umur lebih dari 35 tahun untuk mengandung dan melahirkan akan
terancam lebih banyak lagi bahaya. Khususnya apabila wanita yang
berumur tua memiliki riwayat penyakit serius, contohnya adalah
penyakit diabetes (Sulistyawati, 2018).
3. Kehamilan yang jaraknnya berdekatan : Wanita yang sedang
mengandung dan nantinya melahirkan anak dituntut untuk memakai
banyak energi dan kekuatan dari tubuh wanita ini. Apabila wanita yang
barusan melahirkan kemudian mengalami kehamilan lagi maka terjadi
keletihan pada wanita ini karena belum sempat memulihkan stamina
dan kebugaran tubuh wanita. Hal ini sangat berbahaya karena bisa
terancam oleh kematian (Sulistyawati, 2018).
12

4. Terlalu sering hamil dan melahirkan : Wanita yang sudah punya lebih
dari 4 anak maka akan dihadang oleh bahaya kematian akibat
perdarahan yang hebat dan macam-macam kelainan dan komplikasi
yang berbahaya apabila wanita terus saja mengalami kehamilan dan
melahirkan anak (Sulistyawati, 2018).
Tujuan dari program KB yaitu mencegah semakin banyaknya
kehamilan dan kelahiran seseorang, menurunkan angka kelahiran atau
fertilitas, membantu pasangan suami dan istri untuk menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengontrol
waktu kelahiran, dan menentukan jumlah anak yang diinginkan dalam
keluarga (Sulistyawati, 2018).

2.1.3 Ruang Lingkup Program KB


Ruang lingkup program KB meliputi: Komunikasi informasi dan
edukasi Konseling, Pelayanan infertilitas, Pendidikan seks, Konsultasi pra
perkawinan dan konsultasi perkawinan dan Konsultasi genetic (Prijatni &
Rahayu, 2019)

2.1.4 Manfaat Usaha KB Ditinjau Dari Segi Kesehatan


Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi
akibat kehamilan yang dialami wanita (Prijatni & Rahayu, 2019).

2.1.5 Akseptor Keluarga Berencana


Alasan mengapa wanita usia subur menggunakan atau tidak
menggunakan alat KB dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang
berhubungan terhadap keputusan wanita usia subur untuk memakai KB atau
tidak terdiri dari umur, jumlah anak yang diinginkan. Faktor yang
berhubungan dengan keputusan pasangan usia subur dalam memilih alat
kontrasepsi yaitu tingkat pendidikan dan pengetahuan, ekonomi, tarif alat
kontrasepsi, persetujuan pasangan, serta adat budaya. Sedangkan faktor yang
13

diperkirakan berpengaruh terhadap wus yang tidak menggunakan KB antara


lain umur, tingkat pendidikan dan pengetahuan, jumlah anak masih hidup,
sikap suami terhadap KB, pengalaman pernah memakai KB, aktivitas
ekonomi, jenis pekerjaan, dan indeks kesejahteraan hidup (Porouw, 2015).
Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran (Barbara R.Stright,
2020). Adapun jenis - jenis akseptor KB, yaitu:
1. Akseptor Aktif Akseptor aktif adalah kseptor yang ada pada saat ini
menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi untuk menjarangkan
kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
2. Akseptor aktif kembali Akseptor aktif kembali adalah pasangan usiasubur
yang telah menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih
yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara
alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah
berhenti atau istirahat kurang lebih 3 (tiga)bulan berturut–turut dan bukan
karena hamil.
3. Akseptor KB Baru Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama
kali menggunakan alat atau obat kontrasepsi atau pasangan usia subur
yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau
abortus.
4. Akseptor KB dini Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima
salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau
abortus.
5. Akseptor KB langsung Akseptor KB langsung merupakan para istri yang
memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah
melahirkan atau abortus.
6. Akseptor KB dropout Akseptor KB adalah akseptor yang menghentikan
pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2020).
14

2.1.6 Dampak program KB


Dampak dari program KB yang berhasil yaitu penurunan jumlah
penduduk, penurunan angka kematian pada ibu, bayi, dan anak, peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan keluarga, serta peningkatan pelayanan kesehatan
reproduksi. Dampak dari program KB yang berhasil yaitu menurunnya wanita
usia subur yang hamil dan melahirkan di luar waktu kehamilan yang
diinginkan dan mendapatkan jumlah anak dalam keluarga yang sesuai dengan
yang diinginkan. Dampak bukan pengguna KB yaitu meningkatnya jumlah
anak di keluarga, peningkatan resiko kematian pada ibu dan janin, dan
meningkatnya jumlah kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh kehamilan yang
tidak diinginkan dan tidak direncanakan (Saptarini & Suparmi, 2016).
Dampak yang disebabkan dari kesehatan misalnya adanya kecenderungan
ibu tidak mau memeriksakan kehamilannya, tidak memberikan imunisasi
sacara rutin dan adekuat serta kurangnya perilaku ibu pada saat menyusui.
Dari segi sosial ekonomi misalnya penurunan kesejahteraan ibu dan anak
serta keluarga, meningkatkan angka keguguran dan aborsi, serta berat badan
bayi lahir rendah dan kelahiran prematur, dan meningkatkan risiko kematian
ibu dan anak. Bukan pengguna KB akan memberikan dampak pada
kehamilan yang tidak diinginkan oleh seorang perempuan yang sebenarnya
belum atau sudah tidak menginginkan kehamilan dan kehamilan tidak tepat
waktu (Saptarini & Suparmi, 2016).

2.2 Kontrasepsi
2.2.1 Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maka
kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Prijatni &
Rahayu, 2019. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
15

kehamilan Dimana upaya tersebut dapat bersifat sementara dan dapat pula
bersifat permanen (Prijatni & Rahayu, 2019).

2.2.2 Jenis Kontrasepsi


Berdasarkan jenisnya metode kontrasepsi dibagi beberapa metode
terdiri dari (Marmi, 2020) :
1. Metode Alami
Metode alami disini adalah metode kontrasepsi sederhana tanpa alat
atau obat yaitu Senggama terputus (Coitus Interuptus) yaitu penarikan penis
dari vagina sebelum terjadi ejakulasi dan Pantang Berkala adalah suatu cara
kontrasepsi yang menghindarkan terjadinya pembuahan pada masa subur
wanita adalah saat sel telur dapat dibuahi (Marmi, 2020).
Metode Kontrasepsi sederhana dengan alat atau obat yaitu kondom
adalah suatu karet yang tipis, berwarna atau tidak berwarna dipakai untuk
menutupi penis yang tegang sebelum dimasukkan ke dalam vagina,
Diafragma adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari karet berbentuk
mangkok, dipakai untuk menutupi servik dan Intravak (Tisu KB) adalah alat
kontrasepsi wanita yang digunakan dalam vagina sebelum bersenggama
yang berbentuk kertas dan Crem, Jelly dan tablet atau cairan berbusa adalah
suatu bahan kimia yang menghentikan gerak atau cairan di dalam vagina,
sehingga tidak dapat membuahi sel telur (Marmi, 2020).
2. Metode hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan
yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi
terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormone
yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Marmi, 2020).
3. Metode kontrasepsi modern
Kontrasepsi modern terdiri dari pil, suntik, Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
(AKBK), Alat Kontraepsi Bawah Rahim (AKDR), Metode Operatif Wanita
(MOW) dan Metode Operatif Pria / MOP (Marmi, 2020)
16

4. Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (non MKJP)


Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) adalah cara
kontrasepsi dengan efektivitas dan tingkat kelangsungan pemakaiannya
rendah serta angka kegagalannya yang tinggi. Contoh Non MKJP adalah
Metode Amenore Laktasi (MAL), senggama terputus (coitus interuptus),
metode kalender, metode lendir serviks, metode suhu basal badan,
simptotermal, kondom, spermisida, diafragma, pil dan suntik. Non Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (non MKJP) adalah sebagai berikut :
a. Kontrasepsi pil : Kontrasepsi pil merupakan kontrasepsi hormonal yang
berbentuk tablet berisi hormon estrogen dan progesterone (Anggraini,
2012). Cara kerjanya dapat menekan ovulasi, mencegah implantasi,
mengentalkan lendir serviks. Kontrasepsi hormonal oral ada beberapa
jenis yaitu : 1) Kontrasepsi Oral Kombinasi (KOK) 2) Mini pil.
b. Kontrasepsi suntik yaitu Kontrasepsi suntik merupakan alat kontrasepsi
berupa cairan mengandung hormonal yang disuntikan ke dalam tubuh
wanita secara periodik berguna untuk mencegah kehamilan. Terdapat 2
jenis kontrasepsi suntik yaitu: 1) Suntikan kombinasi, yang ditimbulkan
seperti perubahan pola haid (akan menghilang setelah suntikan kedua
atau ketiga), kenaikan berat badan, spotting, mual, muntah dan pusing
2) Suntikan progestin merupakan jenis suntikan yang mengandung
sintesa progestin (Marmi, 2020)

2.3 KB Suntik
2.3.1 Pengertian
Kontrasepsi suntik merupakan metode kontrasepsi dengan cara suntikan
yang berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron. KB suntik merupakan
suatu metode dari kontrasepsi yang diberikan melalui suntikan. Ini
merupakan metode yang mendapatkan peminat yang paling tinggi karena
dianggap sebagai cara yang aman, lebih efektif, lebih simpel, tidak
mengakibatkan efek samping yaitu tidak mengganggu produksi ASI, serta
dapat digunakan pasca melahirkan (Kementrian Kesehatan RI, 2023)
17

Metode dari KB suntik adalah dengan menyuntikkan cairan yang berupa


hormon progesteron yang diberikan secara periodik kapada seorang wanita.
Setelah disuntikkan, cairan yang berisi hormon progresteron tersebut akan
masuk ke dalam pembuluh darah lalu secara bertahap akan diserap oleh tubuh
guna mencegah kehamilan. Cara kerja dari KB suntik adalah dengan cara
mencegah bertemunya sel telur dengan sperma yaitu dengan jalan
menghentikan keluarnya sel telur dari indung telur dengan tujuan untuk
menghalangi terjadinya ovulasi. Hal ini akan menyebabkan lendir vagina
menjadi lebih kental, sehingga dapat membantu untuk menghalangi sperma
masuk ke dalam rahim (Kementrian Kesehatan RI, 2023)
Menurut sumber BKKBN, KB suntik merupakan pilihan kontrasepsi
yang paling efektif jika dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya.
Metode yang digunakan dalam KB suntik ini adalah dengan menyuntikkan
hormon progresteron intra muskule yang memiliki daya kerja +/- selama 3
bulan. KB suntik merupakan jenis kontrasepsi yang banyak dipilih oleh
masyarakat daripada jenis kontrasepsi lainnya (BBKBN, 2018).
KB suntik mengandung Depo-Provera yang merupakan suspensi cair
yang mengandung kristal–kristal mikro depo medroksi progesteron asetat
(DMPA) yaitu suatu progestin yang mekanisme kerjanya bertujuan untuk
menghambat sekresi hormon pemicu folikel (FSH) dan LH serta lonjakan LH.
Apabila suntikan dimulai dalam lima hari sejak awal menstruasi, maka efek
kontrasepsi akan muncul dengan cepat karena ovulasi tidak akan terjadi pada
bulan pertama. Apabila suntikan mulai diberikan lebih dari lima hari setelah
menstruasi, maka klien harus menggunakan metode kontrasepsi penunjang
selama beberapa minggu karena kemungkinan ovulasi tidak dapat dicegah
pada bulan pertama tersebut. Mekanisme kerja yang kedua adalah
pengentalan lendir serviks, yang kemudian menjadi penghambat sperma, dan
perubahan kondisi endometrium tidak lagi merupakan lingkungan yang
sesuai bagi ovum yang telah dibuahi(Varney, 2017)
18

2.3.2 Efek Samping


Beberapa efek samping yang bisa ditimbulkan dengan penggunaan
kontrasepsi ini. Di antaranya adalah :
1. Timbulnya Gangguan Menstruasi
Sebelum memutuskan untuk memilih menggunakan kontrasepsi KB
suntik, sebaiknya mengetahui bahwa efek samping KB suntik ini bisa
berdampak pada proses menstruasi seperti :
a. Terjadinya perubahan siklus menstruasi, yaitu bisa lebih panjang
maupun lebih pendek, seperti penggunaan jenis obat analgesik.
b. Pada saat menstruasi, darah yang dikeluarkan bisa terlalu banyak,
maupun sedikit. Terkadang hanya timbul bercak-bercak saja
(spotling).
b. Tidak mengalami haid sama sekali.
2. Kurang Efektif
Seseorang yang memutuskan untuk melakukan kontrasepsi KB
suntik harus sering bolak-balik ke pusat pelayanan kesehatan guna
melakukan penyuntikan ulang setelah jangka waktu perlindungan dari
hormon progesteron tersebut habis. Misalnya saja mereka yang
memutuskan untuk ber-KB suntik 3 bulan, maka tiap 3 bulan sekali ia
harus mendapatkan suntikan lagi. Begitu juga dengan KB suntik 1 bulan,
maka setiap bulan ia harus mendapatkan suntikan ulang hormon
progesteron kembali. Selain itu, penggunaan kontrasepsi ini tidak dapat
dihentikan sewaktu-waktu sesuka hati. Pengguna kontrasepsi ini harus
menunggu hingga masa efektif hormon habis.
3. Timbulnya Masalah Berat Badan
Bagi para wanita yang pada dasarnya memiliki badan gemuk,
sebaiknya berhati-hati dengan jenis kontrasepsi ini. KB suntik dapat
menyebabkan kenaikan pada berat badan. Hal ini dikarenakan hormon
progesteron yang disuntikan ke tubuh dapat menambah nafsu makan,
yaitu dengan mempengaruhi pusat pengendali nafsu makan di hipotamus
sehingga akseptor makan akan meningkat dari biasanya.
19

4. Tidak Dapat Menjamin Perlindungan Terhadap Penularan Penyakit


Penggunaan kontrasepsi KB suntik sangat rawan terhadap penularan
berbagai jenis penyakit menular berbahaya HIV/AIDS, Hepatitis B,
maupun penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS).
5. Gangguan Masalah kesuburan
Pada saat memutuskan untuk menghentikan penggunaan KB suntik,
pengguna kontrasepsi ini bisa saja mengalami masalah kesuburannya,
yaitu terlambatnya proses kesuburannya kembali. Banyak yang
beranggapan bahwa hal tersebut adalah kelainan pada organ genitalia.
Namun, sebenarnya hal ini terjadi karena efek pelepasan obat belum
habis.
Efek KB Suntik dalam Jangka Waktu yang Lama. Untuk
penggunaan KB suntik dalam jangka waktu yang panjang yaitu lebih dari
3 tahun, dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti :
a. Menurunkan Kepadatan Tulang. Penggunaan kontrasepsi KB suntik
dalam jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan terjadinya
penipisan pada tulang yang pada akhirnya akan berdampak pada
penurunan kepadatan tulang (osteoporosis). Untuk itu, para ahli
kesehatan sangat menyarankan untuk melakukan konsultasi serta
peninjauan setiap 2 tahun sekali dengan tenaga medis.
b. Vagina Menjadi Kering. Penyuntikan hormon progesteron bisa
mengakibatkan pengentalain lendir pada vagina. Selain itu, juga dapat
mengubah makanan yang mengandung karbohidrat menjadi lemak
yang sulit bereaksi terhadap air. Hal ini berarti bahwa orang yang
memiliki penumpukan lemak di badan cenderung memiliki kadar air
yang sedikit dalam tubuhnya. Kondisi ini serupa saat hormon
progesteron disuntikkan ke tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan
efek samping vagina menjadi kering dan dapat menimbulkan rasa
sakit pada saat melakukan hubungan seksual. Jika hal tersebut
dibiarkan terlalu lama, dikhawatirkan akan berdampak pada
penurunan gairah seksual pada pengguna.
20

c. Dapat Menyebabkan Depresi. Penyuntikkan hormon progesteron bisa


berakibat pada perubahan aktivitas tubuh seorang wanita. Dimana hal
tersebut akan dapat menyebabkan rasa lesu serta penurunan semangat
dalam melakukan rutinitas harian, merasa kepala sering pusing, cepat
lelah, serta terjadinya depresi.
d. Menyebabkan Keputihan. Keputihan saat hamil juga bisa disebabkan
oleh masalah ini. Efek samping KB suntik dapat menyebabkan
perubahan hormon pada seorang wanita. Hal ini diakibatkan oleh
produk hormonal yang digunakan pada kontrasepsi tersebut.
Keputihan bisa ditandai dengan keluarnya cairan seperti lendir (bisa
encer maupun kental), tidak berbau, tidak menimbulkan rasa panas,
tidak gatal, serta tidak menimbulkan keluhan lainnya. Selama tidak
mengalami keluhan, maka hal ini dianggap normal dan tidak
mengkhawatirkan.
e. Dapat Menimbulkan Jerawat. Perubahan hormon yang terjadi akibat
penggunaan KB suntik dapat menyebabkan beberapa gangguan pada
kulit, seperti timbulnya jerawat. Hal ini disebabkan karena hormon
yang disuntikkan dapat menyebabkan sekresi pada kelenjar minyak
dan lemak di wajah secara berlebihan. Yang pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya penyumbatan pori-pori dan terjadi penyakit
kulit dengan timbulnya jerawat.
f. Penurunan Libido. Penggunaan kontrasepsi hormonal seperti KB
suntik dapat berakibat pada penurunan libido. Hal ini nantinya dapat
mempengaruhi gairah seksual seorang wanita. Untuk itu sangat
disarankan untuk melakukan olahraga secara rutin guna meningkatkan
kuantitas hormon yang dapat meningkatkan libido.

2.3.3 Keuntungan Penggunaan KB Suntik


Meskipun banyak sekali efek samping yang bisa terjadi dari pemakaian
KB suntik. Namun KB suntik juga menawarkan berbagai macam keuntungan.
21

Adapun beberapa alasan yang mendasari seseorang lebih memilih alat


kontrasepsi ini antara lain yaitu :
1. Lebih Aman
Hal ini dikarenakan terjadinya kasus kehamilan bagi mereka yang
memilih kontrasepsi ini sangatlah kecil. Jenis kontrasepsi ini juga
sangat aman digunakan oleh wanita yang telah berusia lebih dari 35
tahun.
2. Lebih Praktis
Hal ini mungkin saja dikarenakan penyuntikkan satu hormon pada
tubuh bisa memberikan perlindungan hingga 3 bulan lamanya.
3. Tidak Mempengaruhi Jumlah Produksi ASI
Menurut para ahli kesehatan penyuntikan hormon progesteron justru
berdampak baik bagi produksi ASI. Hal inilah yang menjadikan alasan
mengapa KB suntik sangat cocok bagi mereka yang masih menyusui.
Baca juga : Cara memperbanyak ASI
4. Dapat Membantu Menambah Nafsu Makan
Dalam beberapa kasus, penyuntikan hormon progesteron dapat
menambah nafsu makan, sehingga dapat membantu menaikkan berat
badan seperti konsumsi makanan penambah berat badan.
5. Mengurangi Masalah Haid
Penyuntikan hormon progesteron dapat bermanfaat untuk membantu
menguragi rasa nyeri yang timbul pada saat menstruasi. Selain itu, hal
tersebut juga dapat mengurangi jumlah darah yang keluar pada saat
menstruasi.
6. Tidak Perlu Mengkonsumsi Pil Setiap Hari
Dengan menerapkan KB suntik, maka Anda akan dapat terbebas dari
kebiasaan untuk mengkonsumsi pil kontrasepsi setiap hari. Cukup
dengan satu kali suntikan, Anda dapat terlindungi dari kehamilan yang
tidak diinginkan selama hampir 3 bulan.
22

7. Dapat Menurunkan Risiko Berbagai Macam Penyakit


Menurut para ahli kesehatan, penyuntikkan hormon progesteron pada
tubuh wanita dapat menghindarkannnya dari berbagai jenis penyakit
seperti gangguan penyakit payudara, peradangan daerah panggul,
anemia, dan penyakit reproduksi lainnya.
Berdasarkan ulasan di atas tentunya KB suntik memiliki efek samping
yang ditimbulkan, meski demikian namun setiap individu tidak selalu akan
mengalami efek samping yang ditimbulkan. Hal tersebut karena masing-
masing individu memiliki adaptasi terhadap pemberian hormon progesteron.
Tentunya perlu dilakukan penelitian lebih dalam, untuk mengetahui hal yang
timbul setelah melakukan suntik KB. Dengan demikian setiap aseptor perlu
untuk berkonsultasi dengan tenaga medis yang berkompeten untuk
mengetahui jenis KB yang sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing
aseptor apakah KB suntik 1 bulan atau 3 bulan (Kementrian Kesehatan RI,
2023)

2.3.4 Jenis Alat Kontrasepsi Suntik


Jenis alat kontrasepsi suntik yaitu KB suntik 1 bulan yang mengandung
hormon esterogen dan progesteron, yang diberikan satu bulan sekali, KB
suntik 2 bulan dan KB suntik 3 bulan menggunakan Depo Medroksi
Progesteron Asetat (DMPA) yang mengandung 150 mg DMPA yang
diberikan tiap 3 bulan dengan cara disuntik Intramuskular (Baziad, 2019)
yaitu terurai sebagai berikut:
2.3.4.1 KB Suntik 1 Bulan
Pemilihan Kontrasepsi oleh wanita usia subur yang sesuai keinginan
sangat penting, salah satu kontrasepsi yang banyak dipilih adalah KB
suntikan baik 1 bulan maupun 3 bulan, karena suntik merupakan alat
kontrasepsi yang praktis, aman, murah. KB suntik 1 bulan disuntikkan
setiap 28 hari sekali dan mengandung hormon estrogen dan progestin.
Faktor yang mempengaruhi dalam menggunakan KB suntik, antara lain
23

yaitu: Pengetahuan, Pendidikan, Umur, Media Informasi, Ketersediaan alat,


Petugas Kesehatan, Dukungan Suami (Qomariah, 2021).
KB suntik 1 bulan mencegah kehamilan dengan cara mencegah
ovulasi, mengentalkan lendir di leher rahim, dan menipiskan lapisan rahim.
Lokasi untuk suntik KB 1 bulan sama dengan suntik KB 3 bulan, yaitu di
bokong, paha, atau lengan atas. Efek samping KB suntik 1 bulan sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan KB hormonal kombinasi lainnya. Efek samping
yang muncul masih tergolong aman dan tidak mengganggu kesehatan organ
reproduksi (Kementrian Kesehatan RI., 2023)
Berikut adalah beberapa efek samping KB suntik 1 bulan yang bisa
dialami oleh penggunanya:
a. Perdarahan yang tidak normal
Perdarahan adalah efek samping KB suntik 1 bulan yang paling
umum. Bercak darah dapat muncul di luar siklus menstruasi dan
sebagian wanita mungkin mengalami perdarahan yang lebih banyak dari
biasanya, risiko ini lebih kecil terjadi pada KB suntik 1 bulan daripada
KB suntik 3 bulan dan akan membaik dalam beberapa bulan setelah
pemakaian KB suntik.
b. Kenaikan berat badan
Efek samping KB suntik 1 bulan berupa kenaikan berat badan
kadang membuat wanita ragu dalam memilih metode kontrasepsi ini.
Hal ini karena kontrasepsi hormonal diduga berpengaruh pada
peningkatan nafsu makan. Namun, efek ini belum tentu terjadi pada
setiap wanita yang menggunakan KB suntik.
c. Sakit kepala
Selain berperan penting dalam mengatur siklus menstruasi dan
kehamilan, hormon estrogen dan progesteron juga dapat memengaruhi
zat yang dapat memicu timbulnya sakit kepala. Perubahan hormon
akibat penggunaan KB suntik termasuk salah satu pemicu terjadinya
sakit kepala.
24

d. Nyeri payudara
Kontrasepsi hormonal, baik itu KB suntik, pil KB, maupun implant,
dapat membuat payudara terasa nyeri. Efek samping ini biasanya
dirasakan saat baru memulai KB hormonal dan akan hilang setelah
penggunaan selama beberapa bulan. Selain itu, perubahan hormon juga
menyebabkan pembengkakan, termasuk pada payudara sehingga
payudara akan terasa sedikit lebih berat dan besar.
e. Terlambat menstruasi
Terlambat menstruasi sering dikira sebagai tibu awal kehamilan,
tetapi kondisi ini juga bisa menjadi efek samping KB suntik 1 bulan.
Selain karena faktor hormonal, terlambat menstruasi saat menggunakan
KB juga bisa disebabkan oleh stres, olahraga berat, dan penurunan berat
badan secara drastis.
Cara Mengatasi Efek Samping KB Suntik 1 Bulan adalah beberapa
cara yang bisa di lakukan Menerapkan pola makan sehat serta rutin
berolahraga untuk mencegah terjadinya kenaikan berat badan dan menjaga
berat badan tetap ideal. Mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti
paracetamol dan ibuprofen, jika sakit kepala dirasa mengganggu.
Menghindari konsumsi makanan maupun minuman yang mengandung
kafein dan alkohol, serta makanan tinggi lemak dan garam, guna
mengurangi nyeri payudara, Mengelola stres untuk meminimalkan risiko
terlambat haid (Kementrian Kesehatan RI., 2023)
2.3.4.2 KB Suntik 2 Bulan
Suntikan Gestin adalah suntikan KB dua bulan dengan kandungan
dua hormone Medroxyprogesteron acetate dan Estradiol cypionate yang
efektif untuk mencegah kehamilan dengan menstruasi tetap lancar. Kinerja
dari KB 2 bulan ini sama dengan KB 1 bulan. Hanya saja, KB 2 bulan
dianggap jauh lebih praktis dan ekonomis. Anda hanya perlu disuntik 2
bulan sekali dengan jadwal kunjungan lebih sedikit. Sangat cocok untuk
kondisi di masa pandemi seperti saat ini. Saat ini, Andalan sudah
25

meluncurkan suntik KB 2 bulanan pertama di Indonesia yakni Andalan


Gestin F2 (WHO, 2021)
Andalan Gestin F2 merupakan KB suntik kombinasi hormon
Medroxyprogesterone Acetate 65 mg/mL dan Estradiol Cypionate 7,5
mg/ml yang efektif mencegah kehamilan dengan mekanisme kerja
menghambat sekresi gonadotropin sehingga mencegah pematangan folikel
dan ovulasi, dan juga penebalan mucus pada mulut rahim, tipis
endometrium sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya implantasi.
Andalan Gestin F2 menjadi alternatif baru bagi para perempuan untuk
melakukan KB suntik setiap dua bulanan, efektif mencegah kehamilan dan
menstruasi tetap lancer setiap bulannya. Adanya varian suntik KB 2 bulan
Andalan Gestin F2 ini semakin memberikan alternatif kenyamanan dan
kemudahan bagi akseptor karena frekuensi suntik 2 bulan sekali, sehingga
semakin ekonomis, selain itu menstruasi tetap lancar karena kandungan
hormon kombinasi yang terdapat pada Andalan Gestin F2 (WHO, 2021)
Di usia produktif, perempuan butuh dukungan untuk bisa
memaksimalkan kesempatan berkarir dan mengembangkan diri. Salah
satunya adalah dengan pelayanan KB yang efektif, praktis, dan baik bagi
kesehatan, sesuatu yang menurut WHO merupakan hak setiap orang. Suntik
KB 2 bulanan Andalan Gestin F2 hadir untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan ini. Mekanisme kerjanya ada 3 macam, yaitu sebagai berikut
(WHO, 2021):
1. Mencegah pematangan dan pelepasan sel telur
2. Menebalkan cairan lendir pada leher rahim agar lebih sulit dilalui oleh
sperma
3. Menipiskan lapisan endometrium agar sel telur tidak dapat menempel
bila masih terjadi pembuahan sel telur oleh sperma.
Andalan Gestin F2 memiliki banyak manfaat. Perempuan terkadang
khawatir bahwa menggunakan alat kontrasepsi bisa mengganggu siklus
menstruasi ataupun mengurangi kesuburan secara permanen. Nah, dengan
Andalan Gestin F2, hal ini tidak akan terjadi. Soalnya, kombinasi hormon
26

progesteron dan estrogennya dikembangkan sedemikian rupa sehingga tidak


mengganggu keteraturan siklus menstruasi. Perempuan pun bisa segera
merencanakan kehamilan setelah masa perlindungan Andalan Gestin F2
selesai. Efektifitas Andalan Gestin F2 sudah teruji secara klinis, penelitian
yang di lakukan bekerjasama dengan Departemen Farmakologi dan terapi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran - Bandung yang di lakukan
terhadap 360 subject selama 12 bulan (1 tahun) , dan menunjukan hasil
bahwa tidak terjadi kehamilan terhadap subject yang di suntikan Andalan
Gestin F2.
Selain itu, KB Suntik 2 Bulanan Andalan Gestin F2 ini juga telah
melakukan studi yang menunjukkan bahwa penggunaan Suntik KB 2
Bulanan Andalan Gestin F2, tidak ada perubahan yang signifikan terhadap
hasil pemeriksaan rekam medis, baik terhadap tekanan darah, denyut nadi,
respiratory rate, gula darah, semua masih dalam batas normal2. Suntik KB
2 bulanan Andalan Gestin F2 jauh lebih praktis dan ekonomis. Karena
hanya perlu dilakukan 2 bulan sekali, jumlah jadwal kunjungan suntik jadi
lebih sedikit, cocok sekali untuk kondisi Indonesia yang masih dilanda
pandemi COVID-19(WHO, 2021)

2.3.4.3 KB Suntik 3 Bulan


Suntikan KB ini mengandung hormon Depo medroxy
progesterone Acetate (hormon progestin) 150mg. Sesuai dengan namanya,
suntikan ini diberikan setiap 3 bulan (12 Minggu). Suntikan pertama
biasanya diberikan 7 hari pertama periode menstruasi Akseptor KB , atau
6 minggu setelah melahirkan. Suntikan KB 3 Bulan ada yang dikemas
dalam cairan 3ml atau 1ml (Raidanti dan Wahidin, 2021).
Mekanisme kerja kontrasepsi suntik DMPA. Menurut
(Prawirohardjo, 2019) mekanisme kontrasepsi suntik DMPA yaitu:
1. Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan releasing hormon dari hipotalamus.
2. Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi
27

sperma melalui serviks uteri.


3. Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi. Efek DMPA terlihat
dengan membuat endometrium menjadi kurang layak / baik untuk
implantasi dari ovum yang telah di buahi, yaitu mempengaruhi
perubahan – perubahan menjelang stadium sekresi, yang diperlukan
sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum
yang telah dibuahi.
4. Kecepatan transpor ovum melalui tuba berubah.
Menurut Putri (2019), efek samping dari penggunaan suntik DMPA
adalah:
1. Rusaknya pola pendarahan terutama pada bulan-bulan pertama dan
sudah 3-12bulan umumnya berhenti dengan tuntas.
2. Terjadinya keputihan dalam menggunakan suntik DMPA karena
hormon progesteron mengubah flora dan pH vagina, sehingga jamur
mudah tumbuh dan menimbulkan keputihan.
3. Seringkali berat badan bertambah sampai 2-4 kg dalam waktu 2 bulan
karena pengaruh hormonal, yaitu progesterone.
4. Timbul pendarahan ringan (bercak) pada awal pemakaian Rasa
pusing, mual, sakit di bagian bawah perut juga sering dilaporkan pada
awal penggunaan
5. Kemungkinan kenaikan berat badan 1–2 kg. Namun hal ini dapat
diatasi dengandiet dan olahraga yang tepat
6. Berhenti haid (biasanya setelah 1 tahun penggunaan, namun bisa lebih
cepat). Namun, tidak semua wanita yang menggunakan metode ini
terhenti haidnya.
7. Kesuburan biasanya lebih lambat kembali. Hal ini terjadi karena
tingkat hormon yang tinggi dalam suntikan 3 bulan, sehingga butuh
waktu untuk dapat kembali normal (biasanya sampai 4 bulan)
8. Progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut berfungsi untuk
mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk
menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga
28

mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga


seringkali efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang
menyebabkan berat badan bertambah (Saroha, 2015).
Kelebihan kontrasepsi 3 bulan memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut
(Kementrian Kesehatan RI, 2023):
1. Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi sementara yang paling baik,
dengan angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun.
2. Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI)
3. Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang darah)
4. Memberi perlindungan terhadap radang panggul dan untuk
pengobatan kankerbagian dalam rahim.
5. Kontrasepsi suntik yang tidak mengandung estrogen tidak
mempengaruhi secara serius pada penyakit jantung dan reaksi
penggumpalan darah.
6. Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil, tidak
berpengaruh pada hubungan suami-istri. Pemeriksaan dalam tidak
diperlukan pada pemakaian awal dan dapat dilaksanakan oleh tenaga
paramedis baik perawatmaupun bidan.
7. Oleh karena tindakan dilakukan oleh tenaga medis / paramedis,
peserta tidak perlu menyimpan obat suntik, tidak perlu mengingat
setiap hari, kecuali hanya untuk kembali melakukan suntikan
berikutnya (Marmi, 2016).
Kelemahan dari penggunaan kontrasepsi suntikan antara lain. Menurut
BKKBN (2015), kelemahan dari suntikan DMPA adalah:
1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti: Siklus haid yang memendek
atau memanjang, Perdarahan yang banyak atau sedikit, Perdarahan
tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting) dan Tidak haid sama
sekali
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan)
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut yaitu
29

tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular


seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV, Terlambatnya
kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian. Terlambatnya
kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/kelainan pada
organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat
suntikan dari deponya (tempat suntikan). Terjadi perubahan pada lipid
serum pada penggunaan jangka panjang. Pada penggunaan jangka
panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas) dan
Pada pengguna jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,
nervositas, jerawat.

2.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Metode


Kontrasepsi Suntik
2.3.5.1 Umur
Umur merupakan hal yang sangat berperan dalam penentuan untuk
menggunakan alat kontrasepsi karena pada fase-fase tertentu dari umur
menentukan tingkat reproduksi seseorang. Umur yang terbaik bagi seorang
wanita adalah antara 20-30 tahun karena pada masa inilah alat-alat
reproduksi wanita sudah siap dan cukup matang untuk mengandung dan
melahirkan anak. Bila ditinjau pola dasar penggunaan kontrasepsi yang
rasional maka masa mencegah kehamilan (30 tahun) dianjurkan untuk
menggunakan kontrasepsi dengan urutan kontap, AKDR/IUD, implant,
suntik, pil KB, dan kondom. Dengan demikian umurakan menentukan dalam
pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan (Rizali,2015).
2.3.5.2 Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan akan jelas mempengaruhi pribadi
seseorang dalam berpendapat, berpikir, bersikap, lebih mandiri dan rasional
dalammengambil keputusan dan tindakan. Hal ini juga akan mempengaruhi
secara langsung seseorang dalam hal pengetahuannya akan orientasi
hidupnya termasuk dalam merencanakan keluarganya. Pendidikan juga
30

akan meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat


dinikmati bila ia mempunyai jumlah anak sedikit. Tinggi rendahnya tingkat
sosial ekonomi yang dimiliki oleh responden, membuat responden sangat
susah untuk membiayai atau melanjutkan pendidikannya, disatu sisi
pemenuhan kebutuhan sehari-hari sangat penting untuk dipenuhi (Rozali,
2015)
2.3.5.3 Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk
memperoleh suatu penghasilan guna kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lama
kerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan
dalam pekerjaan. Pertumbuhan dalam pekerjaan dapat dialami oleh setiap
orang hanya apabila dijalani proses belajar dan berpengalaman, diharapkan
orang yang bersangkutan memiliki kecakapan (pengetahuan) kerja yang
bertambah baik serta memiliki keterampilan kerja akan menambah kualitas
dan kuantitas (Septianingrum et al., 2018).
2.3.5.4 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu, terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Melalui panca indra manusia
yaitu : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, peraba.
Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh dimata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat diperlukan untuk
membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2020).
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya atau mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang pernah diterima. Kata
kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu :
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan. Pengukuran
pengetahuan tentang kesehatan dapat di ukur berdasarkan jenis
penelitiannya yaitu penelitian kuantitatif yang padaumumnya mencari
jawaban atas fenomena yang menyangkut berapa banyak, berapa sering,
berapa lama biasanya menggunakan metode wawancara danangket.
31

Sedangkan pengetahuan secara kualitatif digunakan untuk mengetahui


suatu fenomena terjadi atau mengapa terjadi (Notoatmodjo, 2020)
2.3.5.5 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam
kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologis
sosial menyatakan bahwa sikap ini merupakan pelaksanaan motif tertentu,
sikap ini merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku.
Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2020) menjelaskan
bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yang meliputi (1)
kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek, (2)
kehidupan emosional atau evaluasi konsep terhadap suatu objek, (3)
kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini
secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh dalam penentuan sikap
yang utuh ini, pengetahuan, pikiran dan keyakinan dan emosi sangat
memegang peranan penting.
2.3.5.6 Jarak tempat tinggal
Jarak antara tempat tinggal dengan tempat pelayanan KB sangat
mempengaruhi ibu untuk melakukan KB. Hal ini sesuai dengan yang
dinyatakan Lawrance Green dalam buku Notoatmodjo (2020) bahwa faktor
lingkungan fisik atau letak geografis berpengaruh terhadap perilaku
seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan. Berdasarkan hasil
wawancara, diketahui bahwa tempat pelayanan KB terdekat akan
menentukan ibu untuk memilih alat kontrasepsi suntik 3 bulan, akseptor
menjelaskan bahwa jarak antara tempat tinggal dengan tempat pelayanan
KB akan memudahkan ibu untuk berkonsultasi dan kontrol ulang.
32

2.3.5.7 Perilaku (Practice)


Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik
dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Dimana perilaku terdiri dari persepsi (perception), respon terpimpin (guided
respons),mekanisme (mehanisme), adaptasi (adaptation) (Notoatmodjo,
2020). Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh
faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek.
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2020),
perilaku kesehatan terbagi tiga teori penyebab masalah kesehatan yang
meliputi ; faktor predisposisi (Predisposing factors) merupakan faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku sesorang, antara
lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, b.
faktor pemungkin (Enabling factors) merupakan faktor yang
memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan artinya bahwa
faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya
perilaku kesehatan,c. faktor penguat (Reinforcing factors) adalah faktor-
faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, faktor – faktor
tersebut yaitu : 1) dukungan petugas kesehatan, 2) dukungan keluarga,
dimana dukungan keluarga sangatlah penting karena keluarga merupakan
unit terkecil dalam masyarakat dan sebagai penerima asuhan keperawatan.
Oleh karena itu keluarga sangat berperan dalam menentukan keputusan
pemakaian alatkontrasepsi yang dibutuhkan.

2.4 Kenaikan Berat Badan


Menurut Suparyanto (2015), perubahan berat badan adalah
berubahnya ukuran berat, baik bertambah atau berkurang akibat dari
konsumsi makanan yang diubah menjadi lemak dan disimpan di bawah
kulit. Perubahan berat badan dibagi menjadi dua yaitu: berat badan
meningkat atau naik jika hasil penimbangan berat badan lebih besar
dibandingkan dengan berat badan sebelumnya dan berat badan menurun
atau turun jika hasil penimbangan berat badan lebih rendah dibandingkan
33

berat badan sebelumnya. Kontrasepsi suntik umumnya menyebabkan


pertambahan berat badan yang bervariasi antara 1-5 kg dalam tahun
pertama. Kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan salah satu efek
samping dari penggunaan kontrasepsi suntik. Bertambahnya berat badan
terjadi karena bertambahnya lemak tubuh. Hormon progesteron
merangsang pusat pengendali nafsu makan dihipotalamus yang
menyebabkan akseptor makan lebih dari pada biasanya. Namun tidak
semua akseptor akan mengalami kenaikan berat badan, karena efek dari
obat tersebut tidak selalu sama pada masing-masing individu dan
tergantung reaksi tubuh akseptor tersebut terhadap metabolisme
progesteron (Hartanto,2014).
Peningkatan berat badan kemungkinan disebabkan oleh hormon
progesteron yaitu dengan meningkatkan nafsu makan yang disertai dengan
peningkatan penimbunan simpanan lemak. Hormon progesteron
mempengaruhi perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga
lemak di bawah kulit bertambah. Selain itu hormon progesteron juga
menyebabkan nafsu makan bertambah da nmenurunkan aktivitas fisik
akibatnya pemakaian kontrasepsi suntik dapat menyebabkan berat badan
bertambah (Glasier, 2015).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi massa tubuh, faktor-
faktor itu dikelompokkan yaitu :
1. Faktor genetik
Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi
berikutnya dalam sebuah keluarga.Dalam hal ini faktor genetik telah ikut
campur menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh yang berjumlah
besar melebihi ukuran normal,secara otomatis akan diturunkan kepada
bayi yang ada di dalam kandungan (Nadilla, 2012).
2. Hormonal
Hormon progesteron memerlukan terjadinya perubahan karbohidrat dan
gula menjadi lemak sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu
hormon progesteron menyebabkan nafsu makan bertambah dan
34

menurunnya aktifitas fisiksehingga pemakaian suntikan KB progesteron


dapat menyebabkan berat badan bertambah (Nadilla, 2012).
3. Metabolisme
Metabolisme adalah proses pengolahan zat-zat yang diperlukan oleh
tubuh untuk menjalankan fungsinya. Metabolisme lemak merupakan salah
satu faktor penentu dalam diet. Seseorang dapat meningkatkan pembakaran
24 lemak denganmeningkatkan massa otot didalam tubuh. Ketika massa
otot meningkat, metabolisme makanan akan meningkat. Proses ini akan
meningkatkan kebutuhan kalori (Suparyanto,2015).
4. Aktivitas Fisik
Setiap melakukan aktivitas fisik, manusia memerlukan sejumlah
energi.Jika energi yang diberikan oleh makanan tidak cukup, maka energi
diperoleh dari hasilpemecahan lemak didalam tubuh (Suparyanto,2015).
Kegemukan dapat terjadi bukan hanya karena makanan berlebih, tetapi
juga karena aktifitas fisik berkurang, sehingga terjadi kelebihan energi.
Berbagai kemudahan hidup juga menyebabkan berkurangnya aktifitas
fisik, serta kemajuan teknologi di berbagai bidang kehidupan mendorong
masyarakat untuk menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja
fisik yang berat (Nadilla, 2012).
5. Asupan Nutrisi
Berat badan dapat diturunkan dengan mudah dengan cara membatasi
asupan nutrisi. Faktor penggali untuk energi yang umum diterima oleh
banyak orang adalah 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal, 1 gram
protein 4 kkal, dan 1 gramlemak 9 kkal (Suparyanto,2015). Pola makanan
masyarakat perkotaan 25 yang tinggi kalori dan lemak serta rendah serat
memicu peningkatan jumlah penderita obesitas. Masyarakat diperkotaan
cenderung sibuk, biasanyalebih menyukai mengkonsumsi makanan cepat
saji, dengan alasan lebih praktis.Meskipun merekamengetahui bahwa nilai
kalori yang terkandung dalam makanan cepat saji sangat tinggi, dan
didalam tubuh kelebihan kalori akan diubah dan disimpan menjadi lemak
tubuh (Nadilla,2012).
35

Hasil penelitian Rosmiati P. (2018) menunjukkan bahwa akseptor KB


suntik 1 bulan (Cyclofem) di Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa
Kabupaten Kolaka sebagian besar tidak mengalami peningkatan berat
badan sebanyak 21 orang (72,6%). Akseptor KB Suntik 3 bulan (Depo
Medroksi Progesteron Asetat/DMPA) di Polindes Huko-Huko Kecamatan
Pomalaa Kabupaten Kolaka sebagian besar mengalami peningkatan berat
badan sebanyak 20 orang (69,0%). Ada perbedaan peningkatan berat
badan antara akseptor KB Suntik 1 bulan(Cyclofem) dengan akseptor KB
Suntik 3 bulan(Depo Medroksi Progesteron Asetat/DMPA) di Polindes
Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka (p=0,003). Rata-rata
peningkatan berat badan pada akseptor KB suntik 1 bulan adalah 1,1 kg
(mean=1,10±1,86) dan pada akseptor KB suntik 3 bulan adalah 2,8 kg
(mean=2,83±2,00).
Hasil Penelitian Atania Rachma A. dan Sri Widatiningsih (2016)
menunjukkanbahwa pada penggunaan KB suntik 3 bulan yang mengalami
penambahan berat badan 34 atau 73, 9 % responden dari 46 orang.
Penggunaan KB suntik 1 bulan yang mengalami penambahan berat badan
16 atau 34,8% responden. Terdapat perbedaan penambahan berat badan
pada penggunaan KB suntik 3 bulan dan 1 bulan dari analisa Bivariat
dengan hasil uji 2 pihak didapatkan signifikansi sebesar0,00 berarti lebih
kecil dari α (0,05). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang
menyatakan “Ada perbedaan penambahan berat badan pada penggunaan
KBsuntik 3 bulan dan 1 bulan di Kelurahan Karang Kidul, Magelang.
Hasil penelitian Iin Nilawati (2016) menunjukkan bahwa dari 30
akseptor kontrasepsi suntik tiga bulan selama satu tahun hampir
seluruhnya 28 (93,3%) orang mengalami kenaikan berat badan. Sedangkan
dari 30 akseptor kontrasepsi suntik satu bulan selama satu tahun hampir
seluruhnya 23 (76,6%) orang mengalami kenaikan berat badan. Data
analisis univariat dan bivariat menggunakan Uji Mann-Whitney.
Berdasarkan uji statistik menggunakan ujiMann-Whitney diperoleh nilai p
= 0,000 < α (0,05), berarti ada perbedaan peningkatan berat badan akseptor
36

kontrasepsi suntik satu bulan dengan akseptor kontrasepsi suntik tiga bulan
di BPM “Y” wilayah kerja Puskesmas Lingkar Timurtahun 2016
KB suntik adalah alat kontrasepsi yang berupa cairan lalu disuntikkan
kedalam tubuh, ada yang 1 bulan sekali yang berisi estrogen dan
progesteron, tetapi ada juga yang 3 bulan sekali yang hanya berisi
progesteron (Irianto, 2014). KB suntik 1 bulan dan 3 bulan sama-sama
mengandung hormon progesteron yang mempunyai efek terhadap
meningkatnya nafsu makan. Namun demikian, kandungan hormon
progesteron pada KB suntik DMPA lebih besar dibandingkan KB suntik
kombinasi yaitu 25 mg untuk suntik kombinasi dan 150 mg untuk suntik
DMPA. Kandungan hormon progesteron pada KB suntik DMPA lebih
besar dibandingkan dengan KB suntik kombinasi, sehingga pengaruh
terhadap peningkatan berat badan juga lebih besar DMPA dibanding
kombinasi (Setyoningsih, 2018).
Hormon progesteron yang nantinya dapat merangsang pusat pengendali
nafsu makan yang disebut dengan hipotalamus. Semakin banyak hormon
progesteron yang merangsang hipotalamus, maka semakin besar nafsu
makan seseorang. Sehingga akseptor KB suntik DMPA dapat lebih besar
nafsu makannya dibanding KB suntik 1 bulan (Setyoningsih, 2018).
Penambahan berat badan terjadi karena progesteron yang dapat
meningkatkan nafsu makan serta mempermudah perubahan karbohidrat
menjadi lemak, sehingga penumpukan lemak yang menyebabkan berat
badan semakin bertambah. Sedangkan estrogen juga mempengaruhi
metabolisme lipid yang mengarah ke peningkatan cadangan lemak tubuh,
khususnya di daerah perut, sehingga mengakibatkan kenaikan berat badan
(Rufaridah, et al, 2017). Selain itu, komponen estrogen juga dapat
menyebabkan retensi cairan sehingga terjadi pertambahan berat badan
(Hariadini, et al, 2017). Kenaikan berat badan pada KB suntik 3 bulan ini
rata-rata 1-5 kg pada tahun pertama. Sedangkan, kenaikan berat badan
pada KB suntik 1 bulan rata 2-3 kg pada tahun pertama pemakaian
(Rufaridah, et al, 2017).
37

Salah satu efek samping kontrasepsi suntik adalah penambahan berat


badan. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi
antara <1-5 kg dalam tahun pertama. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi Depomedroxy progesterone acetate (DMPA) atau dikenal KB
suntik tiga bulan, rata-rata mengalami peningkatan berat badan sebanyak
11 pon atau 5,5 kilogram dan mengalami peningkatan lemak tubuh
sebanyak 3,4% dalam waktu tiga tahun pemakaian, berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh University of Texas Medical Branch (UTMB). Efek
samping utama pemakaian DMPA adalah kenaikan berat badan. Sebuah
penelitian melaporkan peningkatan berat badan lebih dari 2,3 kilogram
pada tahun pertama dan selanjutnya meningkat secara bertahap hingga
mencapai 7,5 kilogram selama enam tahun. Sedangkan pemakaian
cyclofem berat badan meningkat rata-rata dua hingga tiga kilogram tahu
pertama pemakaian, dan terus bertambah selama tahun kedua (Varney,
2017).
6. Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yang diteliti adalah aktivitas fisik, perilaku
sedentari (perilaku duduk-duduk dan berbaring yang tidak termasuk waktu
tidur dalam waktu yang lama), kebiasaan konsumsi yang berisiko dan stres.
Pada penelitian ini, kebiasaan konsumsi berisiko yang diteliti adalah sering
mengonsumsi makanan dan minuman manis, mengonsumsi makanan
berlemak serta kurangnya konsumsi sayur dan buah (Varney, 2020)

2.5 Peran Bidan Dalam Pelayanan KB


Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Program Keluarga Berencana
Berdasarkan Permenkes 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Bidan berwenang memberikan penyuluhan
dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Peran yang dilakukan bidan dalam program KB meliputi peran
wajib/imperatif dan peran tidak wajib/fakultatif. Peran bidan dalam
pelaksanaan program KB berdasarkan kewenangan. Semua BPM
38

memberikan pelayanan KB antara lain kondom, pil, suntik, IUD, implant


serta melakukan penyuluhan dan konseling pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan KB. Bidan sudah mendapat sosialisasi Permenkes 1464/
Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan
melalui ranting IBI dan saat melakukan perizinan. BPM mengetahui bahwa
salah satu kewenangan bidan praktik mandiri yaitu melakukan KIE KB
(Febriyanti, 2015)
Kepmenkes Nomor 938/Menkes/SK/ VIII/2007 Tentang Standar
Asuhan Kebidanan. Standar IV tentang implementasi disebutkan bahwa
bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien dan aman berdasar evidence based kepada pasien/masyarakat, dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta dilaksanakan
secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. Upaya KIE KB yang dilakukan bidan
merupakan upaya promotif dalam rangka meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan keluarga. Sedangkan pelayanan KB berupa pemberian alat dan
obat kontrasepsi (alkon) merupakan upaya preventif untuk mengatur jumlah
dan jarak kehamilan. Apabila ada keluhan atau masalah dalam penggunaan
alat kontrasepsi maka bidan melakukan asuhan kebidanan untuk menangani
masalah tersebut. Asuhan bidan yang demikian merupakan usaha kuratif dan
rehabilitatif. Kewenangan bidan dalam pelaksanaan program KB termasuk
sebagai kewenangan atributif dalam lingkup pelaksanaan tugas mandiri dan
kewenangan mandat dalam lingkup pelaksanaan tugas pemerintahan
(Febriyanti, 2015)
39

2.6 Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


peningkatan Berat badan
1. Faktor genetik
2. Hormonal
Peningkatan
3. Metabolisme
Berat Badan
4. Aktivitas Fisik
5. Asupan Nutrisi
6. Gaya Hidup
7. KB Suntik

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Manuaba (2020), Saifudin (2017), Varney (2020)

KB suntik memiliki efek samping yang ditimbulkan, meski demikian


namun setiap individu tidak selalu akan mengalami efek samping yang
ditimbulkan. Hal tersebut karena masing-masing individu memiliki adaptasi
terhadap pemberian hormon progesteron. Tentunya perlu dilakukan
penelitian lebih dalam, untuk mengetahui hal yang timbul setelah melakukan
suntik KB. Dengan demikian setiap aseptor perlu untuk berkonsultasi dengan
tenaga medis yang berkompeten untuk mengetahui jenis KB yang sesuai
dengan kebutuhan dari masing-masing aseptor apakah KB suntik 1 bulan atau
3 bulan (Manuaba, 2020)
Perilaku kesehatan terbagi tiga teori penyebab masalah kesehatan yang
meliputi ; faktor predisposisi (Predisposing factors) merupakan faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku sesorang, antara
lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, b. faktor
pemungkin (Enabling factors) merupakan faktor yang memungkinkan atau
menfasilitasi perilaku atau tindakan artinya bahwa faktor pemungkin adalah
sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan,c.
faktor penguat (Reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong
atau memperkuat terjadinya perilaku, faktor – faktor tersebut yaitu : 1)
dukungan petugas kesehatan, 2) dukungan keluarga, dimana dukungan
40

keluarga sangatlah penting karena keluarga merupakan unit terkecil dalam


masyarakat dan sebagai penerima asuhan keperawatan. Oleh karena itu
keluarga sangat berperan dalam menentukan keputusan pemakaian
alatkontrasepsi yang dibutuhkan (Saifudin, 2017)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Rancangan pada jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
korelatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya
hubungan (Sugiyono, 2018). Metode korelatif yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Tanpa melakukan
perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada
(Sugiyono, 2018). Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan
Penggunaan KB Suntik Dengan Peningkatan Berat Badan Di PMB Karmila
Kabupaten Bandung Tahun 2023

3.2 Kerangka Penelitian


Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2020).

Variabel Independen Variabel Dependen

Penggunaan KB Peningkatan
Suntik Berat Badan

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

3.3 Variabel Penelitian


Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang nilainya
bervariasi antara satu objek ke objek lainnya dan terukur (Notoatmodjo,
2020). Variabel pada penelitian ini terdapat 2 variabel yang digunakan :

41
42

1. Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini yaitu Penggunaan KB Suntik
2. Variabel dependen
Variabel dependen pada penelitian ini Peningkatan Berat Badan

3.4 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.1 Definisi Operasional
N Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
O Ukur
1. Pemilihan
p KB Keputusan akseptor KB dalam Rekam 1. Menggunakan Ordinal
Suntik
e memilih kontrasepsi KB Medis KB Suntik ≥1
m suntik tahun
i 2. Menggunakan
KB Suntik <1
tahun
2. Peningkatan Kenaikan berat badan yang Rekam 1. Mengalami Ordinal
Berat Badan dirasakan selama Medis peningkatan ±1-5
pada Akseptor menggunakan KB suntik kg, jika ≥1 tahun
KB dengan kenaikan berat badan 2. Tidak,
rata-rata ±1-5 kilo yang hitung mengalami
dalam satu tahun peningkatan ±1-5
kg, jika <1 tahun

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian


3.5.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2020). Berdasarkan data yang diperoleh populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Akseptor KB di PMB Bidan Karmila Dewi
periode bulan Januari-Juni tahun 2023 sebanyak 97 orang.
43

3.5.2 Sampel
Sampel adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel
yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Notoatmodjo,
2020). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan tehnik Total
sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi (Sugiyono, 2018). Alasan mengambil total sampling karena
menurut Sugiyono (2018) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh
populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Kemudian ditentukan
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Akdseptor KB yang terdapaftar di data rekam medik periode Januari-
Juni 2023 di PMB Bidan Karmila Dewi
b. Responden yang menggunakan KB suntik
2. Kriteria Eksklusi
a. Responden yang bukan WUS usia > 50 tahun keatas
b. Responden yang menggunakan KB selain suntik (MKJP, IUD,
Implan)

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian


3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Peneliti akan mengumpulkan data menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari rekam medis periode Januari-Juni tahun 2023. Kemudian
data rekam medis yang sudah didapat di kumpulkan dengan metode
pengumpulan data.
44

3.6.2 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data
dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yaitu data rekam
medik yang sesuai dengan data di PMB bidan Karmila Dewi periode Januari-
Juni 2023

3.7 Pengolahan dan Analisa Data


3.7.1 Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2020), proses pengolahan data ini melalui tahap-tahap
sebagai berikut :
1. Editing (Pengeditan Data)
Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuisoner. Apakah semua pertanyaan sudah terisi, apakah
jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau terbaca,
apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya, dan apakah jawaban-
jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan lainnya.
2. Coding (Pengkodean)
Setelah melakukan editing, selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau
“coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan yaitu kode pada variabel.
3. Data Entry (Pemasukan Data)
Yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk
“kode” (angka atau huruf) dimasukan kedalam program atau “software”
komputer program yang sering digunakan untuk “entri data” penelitian
adalah paket program statistik.
4. Cleaning Data (Pembersihan Data)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat adanya kemungkinan
kesalahan-kesalahan kode dan ketidak lengkapan, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
45

3.7.2 Analisis Data


3.7.2.1 Analisis Univariat
Analisa yang menjelaskan atau mendeProposal Skripsi kan
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2020). Adapun analisis dalam penelitian ini yaitu
menggunakan rumus persentase frekuensi yaitu untuk mengetahui hasil
persentase dalam setiap kategori dari jawaban responden digunakan rumus
sebagai berikut:
𝑓
𝑃= 100%
𝑁

Keterangan :
P = presentase untuk setiap kategori
f = jumlah setiap kategori
N = jumlah total responden

3.7.2.2 Analisis Bivariat


Analisa bivariat bertujuan untuk melihat atau mengetahui
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pada penelitian ini
analisa bivariat. Dalam penelitian ini akan dilakukan dengan memakai uji
Chi Square karena syarat uji chi square yaitu tabel harus 2x2, tidak boleh
ada sel yang mempunyai nilai harapan atau nilai ekspektasi kurang dari 5
lebih dari 80% dari keseluruhan sel, ditentukan dengan nilai estimasi OR
(Sopyudin, 2018)

Rumus Uji Chi-Square sebagai berikut :

∑ (𝑓0 − 𝑓ℎ )2
𝑥2 =
𝑓ℎ

Keterangan:
x2 : Nilai Chi kuadrat
46

fo : Frekuensi yang diobservasi


fh : frekuensi yang diharapkan
dimana :
(∑ 𝑓 𝑘)𝑥(∑ 𝑓 𝑏)
𝑓𝑒 =
∑ 𝑇

fe = frekuensi yang diharapkan


∑fk = jumlah frekuensi pada kolom
∑ fb = jumlah frekuensi pada baris
∑T = jumlah keseluruhan baris atau kolom

Hasil akhir uji statistik adalah untuk mengetahui apakah


keputusan uji Ho ditolak atau Ho diterima. Digunakan tingkat
kepercayaan 95%. Ketentuan pengujian dengan Chi Square adalah jika
p value ≤ alpha (0, 05) maka ada hubungan yang signifikan antara kedua
variabel, tetapi jika p value > alpha (0, 05) maka tidak ada hubungan
yang signifikan antara keduanya (Notoatmodjo, 2020).

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.8.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilakukan di PMB Bidan Karmila Dewi Jl. Desa
Kp. Mekarsari RT 002 RW 0027 Kel. Baleendah Kec Baleendah Kabupaten
Bandung, Jawa Barat.
3.8.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan bulan Juni 2023
DAFTAR PUSTAKA

Adawiah, R., Olviani, Y., & Sukarlan, S. The Effect Of Pre-Phacoemulsification


Education On Cataract Patients’ Anxieties In Rumah Sakit Islam Banjarmasin.
Jurnal Keperawatan Suaka Insan (Jksi), 6(2), 89–97;2021.

Agustini, R., Wati, D. M., & Ramani, A. Kesesuaian Penggunaan Alat Kontrasepsi
Berdasarkan Permintaan Kb Pada Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kecamatan
Puger Kabupaten Jember. E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 3(1), 155–162;2022.

Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional. Jumlah Data Kb Suntik


Di Kabupaten Bandung. Dines Kesehatan Kabupaten Bandung;2022

Dewi Purba. Hubungan Penggunaan Kb Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat


Badan Pada Wanita Akseptor Kb Suntik 3 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lok Baintan. Dinamika Kesehatan, 1(1), 106–115;2023.

Febriyanti, S. N. U. Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Program Keluarga Berencana


Berdasarkan Permenkes 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan (Studi Kasus Di Kota Semarang). Soepra,
1(1), 91–105;2015.

Kementrian Kesehatan Ri. Efek Samping Kb Suntik 1 Bulan Dan Cara


Mengatasinya. Alodokter, 5(2), 2–4;2023.

Kementrian Kesehatan Ri. Benarkah Ada Efek Samping Pada Kb Suntik. Artikel
Kementrian Kesehatan , 28(118), 1–8;2023.

Nasution, P., Harahap, N. R., & Zuiatna, D. Kenaikan Berat Badan Pada Pengguna
Kb Suntik 3 Bulan. Jurnal Bidan Komunitas, 3(3), 107–118;2020.

Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta. Rineka Cipta;2020.

Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo;2020.

Qomariah. Analysis Of Factors Use Of 1 Mounth Injecting Kb At Bpm. Jurnal


Kesehatan Medika Saintika, 12(Juni), 88–96;2021.

Rilyani, R., & Saputra, S. O. Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Iud Dengan
Tingkat Kenyamanan Dalam Melakukan Hubungan Seksual. Holistik Jurnal
Kesehatan, 14(2), 240–247;2020.

Saifudin. Ilmu Kebidanan, Edisi.4. Akarta: Bina Pustaka;2017.

47
48

Septianingrum, Y., Wardani, E. M., & Kartini, Y. Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Tingginya Akseptor Kb Suntik. Jurnal Ners Dan Kebidanan
(Journal Of Ners And Midwifery), 5(1), 015–019. H;2018.

Sugiyono, P. D. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:


Alfabeta;2018.

Sulastriningsih, K., Wijayanti, R. U., & Ernawati, N. Pengaruh Kenaikan Berat


Badan Pada Akseptor Kb Suntik Tiga Bulan Di Tpmb Bidan K Tahun 2021.
4(1), 77–85;2023.

Utami. Buku Ajar Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Cv. Pustaka Ilmu Group
Yogyakarta;2018.

Varney. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : Egc;2017.

Who. Kb Suntik 2 Bulanan Pertama Di Indonesia. Artikel Kementrian Kesehatan ,


2(6), 1–20;2021.

WHO. World Health Organization: Who. Https://Www.Who.Int/;2022.


LAMPIRAN

49
50
51
INSTRUMEN PENELITIAN
DATA REKAM MEDIS
Penggunaan KB Suntik Peningkatan Berat Badan
Menggunakan KB Menggunakan Mengalami Tidak
No. Nama Ket
suntik≥1 tahun KB suntik<1 Peningkatan Mengalami
tahun BB Peningkatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.

52
53

Penggunaan KB Suntik Peningkatan Berat Badan


Menggunakan KB Menggunakan Mengalami Tidak
No. Nama Ket
suntik≥1 tahun KB suntik<1 Peningkatan Mengalami
tahun BB Peningkatan
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
54

LITERATUR RIVEW
Jenis dan Populasi dan
Judul Volume Tujuan Variabel
No. Penulis desain sampel Analisis Hasil penelitian
Jurnal Tahun Penelitian penelitian
penelitian
1. Kenaikan Vol.III No. 3 (Nasution et Untuk Varibel Desain Seluruh Univariat dan Ada hubungan umur,
Berat Badan Hal. 107- 118 I al., 2020) mengetahui Independen : penelitian ini populasi bivariat pekerjaan, pola makan
Pada e-ISSN 2614- faktor yang umur, menggunakan dijadikan sampel menggunakan (p<0,05) dan tidak ada
Pengguna 7874, 2020 berhubungan pekerjaan, desain survei sebanyak 32 ibu uji chi square hubungan antara aktivitas fisik
Kb Suntik 3 dengan pola makan analitik,dengan yang dan sumber infomasi (P>0,05)
Bulan kenaikan berat aktivitas fisik pendekatan menggunakan KB
badan pada dan sumber cross sectional suntik 3 bulan
pengguna KB infomasi
suntik 3 bulan
di Puskesmas Variabel
Gebang Dependen :
Kabupaten Kenaikan
Langkat Berat Badan
2. Hubungan Vol. 1, No. 1 (Dewi Purba, mengetahui Variabel Survei analitik Jumlah sampel Teknik analisis ada hubungan antara variabel
Penggunaan Februari 2023 2023) Hubungan Independen: dengan yang digunakan data pengetahuan dengan kenaikan
KB Suntik 3 Penggunaan Pengetahuan pendekatan adalah 52 orang menggunakan berat badan, ada hubungan
Bulan KB Suntik 3 Lama metode cross yang diperoleh chi square. hasil antara variabel lama
dengan Bulan Dengan Penggunaan sectional dengan penggunaan dengan kenaikan
Kenaikan Kenaikan Umur menggunakan berat badan, ada hubungan
55

Berat Badan Berat Badan Pendidikan teknik Purposive antara variable umur dengan
pada Wanita Pada Wanita Pekerjaan sampling kenaikan berat badan, ada
Akseptor Usia Subur Di hubungan antara variable
KB Suntik 3 Puskesmas Variabel pendidikan dengan kenaikan
Bulan di Maga Dependen : berat badan dan ada hubungan
Wilayah Kabupaten Kenaikan antara variable pekerjaan
Kerja Mibu iling Berat Badan dengan kenaikan berat badan
Puskesmas Natal Tahun (p<0,05)
Lok Baintan
3. Kesesuaian (Agustini et Untuk Variabel Penelitian Analisis data Hasil penelitian menunjukkan
Penggunaan al., 2022) menganalisis Indpenden : analitik menggunakan Umur, paritas, jumlah anak
Alat kesesuaian Kesesuaian observasional uji chi- square hidup, pendidikan, sumber
Kontrasepsi penggunaan Penggunaan dengan desain pelayanan KB dan biaya ber-
Berdasarkan alat Alat cross sectional KB ada hubungan dengan
Permintaan kontrasepsi Kontrasepsi permintaan KB. Jumlah anak
KB pada berdasarkan Variabel yang diinginkan dan
Pasangan permintaan Dependen : pendapatan tidak ada hubungan
Usia Subur KB. dengan permintaan KB.
(PUS) di Paritas, jumlah anak hidup,
Kecamatan sumber pelayanan KB dan
Puger biaya ber-KB ada hubungan
dengan kesesuaian penggunaan
56

Kabupaten alat kontrasepsi; sementara


Jember umur, jumlah anak yang
diinginkan, pendidikan dan
pendapatan tidak ada hubungan
dengan kesesuaian penggunaan
alat kontrasepsi.
4. Hubungan Holistik Jurnal (Rilyani & Mengetahui Variabel Penelitian ini Akseptor KB Hasil uji Terdapat hubungan
pemakaian Kesehatan, Saputra, 2020) Hubungan Independen : menggunakan sebantak 91 orang statistik chi menggunkan alat kontrasepsi
alat Volume 14, Pemakaian pemakaian survei analitik dengan teknik square IUD dengan tingkat
kontrasepsi No.2, Juni Alat alat dengan random sampling kenyamanan melakukan
IUD dengan 2020: 240-247 Kontrasepsi kontrasepsi pendekatan hubungan seksual.
tingkat Hubungan IUD Dengan IUD cross sectional
kenyamanan Tingkat
dalam Kenyamanan Variabel
melakukan Dalam Dependen:
hubungan Melakukan kenyamanan
seksual Hubungan dalam
Seksual melakukan
hubungan
seksual

Anda mungkin juga menyukai