TAHUN 2023
DISUSUN OLEH:
1. DICKA 2013154010005
CI PEMBIMBING CI LAPANGAN
TA 2022 / 2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai
kemudahan petunjuk serta karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar berjudul
“Asuhan Kebidanan pada Ny.W G2P0A1H0 dengan indikasi KPD diruangan OK RSUD
Padang panjang”.Seminar ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas PKK 3 di D3
Dalam penyusunan seminar ini penulis telah mendapatkan banyak bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
panjang.
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga seminar ini dapat
terwujud.
3. Ibu Rini Amelia S.ST, M.Keb Selaku pembimbing Akademik selama melakukan
Penulis menyadari jika terdapat banyak kekurangan didalam penulisan seminar ini,
maka dari itu penulis mengharapkan sebuah kritik dan saran yang membangun dari
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................3
1.2 Tujuan Penulisan....................................................................................7
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................7
1.2.2 Tujuan Khusus...............................................................................7
1.3 Manfaat..................................................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi....................................................................................................9
2.2 Etiologi....................................................................................................9
2.3 Tanda dan gejala....................................................................................10
2.4 Patofisiologi...........................................................................................10
2.5 Pathway………….................................................................................11
2.6 Pelaksanaan...........................................................................................11
BAB III MANAJEMEN
3.1 Manajemen INC....................................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan……………………………………………………………31
BAB V PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................33
4.2Saran.......................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang alamiah dan pasti akan
dialami setiap wanita. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama
kehamilan adalah bersifat fisiologis bukan patologis. Masalah utama yang sering kali
dihadapi dalam maternal care adalah masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB). Hal ini merupakan salah satu masalah yang serius (Depkes,
2018). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator pembangunan
kesehatan suatu negara. Menurut World Health Organization (WHO) AKI sangat tinggi
sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi terkait kehamilan atau persalinan di
seluruh dunia setiap hari Sekitar 303.000.
4
di Propinsi Sumatera Barat sebanyak 700 orang yang tersebar di 19 Kab/Kota dengan
penyumbang kematian tertinggi dari Kota Padang sebanyak 111 orang.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan dan setelah satu jam ditunggu belum ada tanda-tanda persalinan. Ketuban pecah
dini dapat terjadi pada kehamilan cukup bulan maupun pada kehamilan belum cukup
bulan, pada keadaan ini dimana risiko ibu dan janin meningkat. Ketuban pecah dini
merupakan salah satu masalah dalam kasus kedaruratan kehamilan dan persalinan. Setelah
ketuban pecah, kuman yang berada di servik mengadakan invasi ke dalam selaput ketuban
(saccus amnion) dan dalam waktu 24 jam cairan ketuban akan terinfeksi (Kennedy et al.,
2019). Masalah yang sering mengancam kehamilan yaitu adanya indikasi ketuban pecah
dini, ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya
melahirkan (Rohmawati & Fibriana, 2018). Ketuban pecah dini sering menyebabkan
dampak yang serius pada ibu serta bayinya, terutama dalam kematian perinatal yang cukup
tinggi (Legawati, 2018).
Dampak yang ditimbulkan ketuban pecah dini terhadap janin meliputi lahir belum
cukup bulan (prematuritas), infeksi, posisi janin (mal presentasi), prolaps tali pusat dan
kematian saat persalinan, sedangkan dampak terhadap ibu ialah persalinan lama,
perdarahan setelah persalinan, rahim tidak bisa berkontraksi kembali setelah melahirkan
(atonia uteri), infeksi persalinan. Faktor risiko ibu yang mempengaruhi kejadian ketuban
pecah dini antara lain 3 pekerjaan, jumlah anak yang mampu hidup diluar rahim (paritas),
umur, riwayat ketuban pecah dini, usia kehamilan, infeksi, trauma, leher rahim membuka
terlalu awal pada kehamilan (servik inkompeten) dan pendapatan (P.A.D.Lestari,2021).
Pertolongan pada ketuban pecah dini dapat dilakukan secara sectio caesarea, tindakan
sectio caesarea merupakan suatu tindakan guna melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Dampak yang sering timbul dari sectio
caesarea terutama akibat ketuban pecah dini yaitu infeksi, apabila hal tersebut tidak segera
ditangani maka akan menyebabkan kematian pada ibu. Perawat harus berpegang teguh
pada prioritas keselamatan ibu dan bayi serta berkolaborasi dalam pemberian antibiotik
profilaksis untuk mengatasi komplikasi, sehingga setelah dilakukan tindakan keperawatan
yang tepat dapat mengurangi angka kematian ibu dan bayi (Aspiani & Reny, 2019)
5
Peran bidan sebagai pelaksana adalah memberikan asuhan kebidanan untuk
menjaga kesehatan ibu dan janin serta mencegah terjadinya komplikasi. Sebab itu asuhan
kebidanan pasien dengan ketuban pecah dini dilakukan dengan tujuan dan keyakinan
bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga
membantu individu memenuhi kabutuhan hidup, memelihara kesehatan dan
kesejahteraannya.Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, kelompok tertarik untuk
mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. W G2P0A1H0 Dengan
Ketuban Pecah Dini Di Ruang OK Di RSUD Kota Padang Panjang.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
1) Melakukan Interpretasi dat dasar pada Ny. W Persalinan secara SC dengan KPD Di
Ruangan OK di RSUD Padang Panjang.
6
3) Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
pada Ny. W Persalinan secara SC dengan KPD di Ruangan OK di RSUD Padang
Panjang.
7) Pendokumentasian.
1. Waktu
2. Tempat
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan (Sukarni dan Sudarti, 2019). Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan. Apabila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature
(Setiyaningrum dan Sugiarti, 2019).Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah
sebelum terdapat atau dimulainya tanda inpartu dan setelah ditunggu satu jam belum
ada tanda inpartu (Maryunani, 2020). Dari pendapat-pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa ketubahan pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadinya tanda-tanda dan proses persalinan yang disebabkan meningkatnya
tekanan intrauterine.
1. Infeksi: infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
KPD.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang, hal ini dapat menyebabkan tidak ada
bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
8
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
C. Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini
Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini
(Sukarni dan Margareth, 2019):
1. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.
D. Patofisologi Ketuban Pecah Dini
Terdapat banyak teori yang menyatakan tentang penyebab kasus ketuban
pecah dini, mulai dari defect kromosom kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada
sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi. High virulensi:
Bacteroieds dan low virulensi: Lactobacillus (Setiyaningrum dan Sugiarti,
2018).Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degredasi jaringan kolagen
dikontrol oles sistem aktivitas dan inhibisi interleukin dan prostaglandin
(Setiyaningrum dan Sugiarti, 2019).Apabila terdapat infeksi dan inflmasi, maka
akan terjadi peningkatan aktivitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan
kolagenese jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput
korion/amnion. Hal ini menyebabkan ketuban tipis, lemah, dan mudah pecah
spontan (Setiyaningrum dan Sugiarti, 2018)
E. Pathway
Di bawah ini merupakan pathway ketuban pecah dini
9
Gambar 2.1 pathway Ketuban Pecah Dini (KPD)
Sumber : Wiradharma et al (2019)
F.
F.
F.
F.
F.
F.
F.
F.
F.
F.
F.
F.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia
gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin. Penatalaksanaan ketuban
pecah dini ada dua yaitu penatalaksanaan konservatif dan aktif (Setiyaningrum
dan Sugiarti, 2019).
1. Penatalaksanaan konservatif
a. Rawat di rumah sakit
Apabila terdapat perdarahan per vaginam dengan nyeri perut, curigai
adanya solusio plasenta.
b. Apabila terdapat tanda-tanda infeksi (demam, dan cairan vagina berbau),
berikan antibiotik sama halnya jika terjadi amnionitosis.
c. Usia kehamilan <32-34 minggu: dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu
10
kematangan paru-paru janin.
e. Jika kehamilan 32-34 minggu masih keluar air ketuban, maka usia
kehamilan 35 minggu perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan
(hal ini tergantung pada kemampuan perawatan bayi premature).
f. Apabila tidak terdapat infeksi dan usia kehamilan < 37 minggu: berikan
antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin, berikan
ampisilin 4x500 mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250 mg per oral
(Setiyaningrum dan Sugiarti, 2019).
2. Penatalaksanaan aktif
a. Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila
gagal seksio caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram
– 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam, maksimal 4x.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan
persalinan diakhiri. Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah
dini adalah :
1) Pertimbangkan waktu dan berat janin dalam rahim.
2) Terdapat tanda infeksi uteri. Suhu meningkat >380C, dengan
pengukuran rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban.
3. Penatalaksanaan lanjutan:
a. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali
kondisi ibu yang menggigil.
b. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum
persalinan adalah tindakan adekuat sepanjang DJJ dalam batas
normal. Pemantauan DJJ dengan alat pemantau janin elektronik
secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat
tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat. Takikardi (nadi
>160x/menit) dapat mengindikasi infeksi uteri.
c. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
Pada kehamilan kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak
perlu dilakukan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu
11
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen
bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme
tersebut bisa dengan cepat menjadi pathogen.Pemeriksaan dalam
hanya dilakukan apabila KPD yang sudah dalam persalinan atau
dilakukan induksi persalinan. (Setiyaningrum dan Sugiarti, 2019).
12
BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN
DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)
PADA NY. W DI RUANGAN OK RSUD PADANG PANJANG
TAHUN 2023
I . PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas / Biodata
Indonesia Indonesia
13
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
HPHT : 10-07-2022
b. Riwayat Pernikahan
ini
BB sebelum Hamil : 55 Kg
HPHT : 10-07-2022
TP : 17-04-2023
14
a. Trimester 1
Status T : Lengkap
b. Trimester 2
Anc : 2 kali ke Bidan 1 kali ke Dokter
Status TT : Lengkap
c. Trimester 3
15
6. Riwayat Kontrasepsi : ibu mengatakan tidak ada memakai Kb jenis
apapun
7. Riwayat Kesehatan
16
c. Prilaku kesehatan
b. Pola makan
Menu
c. Pola minum
17
d. Pola eliminasi
9. Keadaan Ekonomi
18
10. Psikososial
B. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
a. kesadaran : Composmentis
d. TB : 158 cm
e. BB : 65 kg
f. LILA : 30 cm
g. Vital sign
b. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
19
Pembengkakan : Tidak ada
b. Muka
Simetris : Simetris
c. Mata
Simetris : Simetris
Sklera : Jernih
d. Hidung
Simetris : Simetris
Kebersihan : Bersih
e. Gigi/mulut
Simetris : Simetis
Lidah : Bersih
20
Caries : Tidak ada
f. Telinga
Simetris : Simetris
Kebersihan : Bersih
g. Leher
h. Payudara
Simetris : Simetris
Pengeluaran : Ada
i. Abdomen
Palpasi uterus
Leopold IV : Divergen
Blass : Minimum
TFU :31 cm
Auskultasi
Frekuensi : 145x/i
Intensitas : Kuat
Irama : Teratur
Pembukaan : 1-2 cm
22
l. Ekstremitas
Atas
Kuku : Bersih
Bawah
Kuku : Bersih
m. Anogenital
Inspeksi
Vulva/vagina
n. anus
23
II. INTERPRESTASI DATA
a. Diagnosa
Ibu G2P0A1H0,Usia kehamilan 38-39 minggu,janin hidup
tunggal,intrauterine,puka,letkep,ibu dengan KPD ±29 jam dan
disertai dengan CPD dan gagal induksi.
b. Data Dasar
1. Ibu mengatakan ini kehamilan anak kedua,pernah keguguran 1
kali
P : 23x/i S : 36,7oC
DJJ : 145x/i
d. Kebutuhan
a) Informasi
24
c) Dukungan psikologis
e) Pakaian operasi
V. RENCANA ASUHAN
VI. PELAKSANAAN
3. Pada pukul 12.00 wib Memberikan ibu injeksi cefotaxim secara bolus
sebanyak 4 cc sebagain antibiotik,sebelum menginjeksikan cefotaxim
pada ibu sebaikanya lakukan skintest terlebih dahulu guna untuk
mengetahui apakah ibu alergi antibiotik
25
pakaian dalam dll.
VII. EVALUASI
PERSIAPAN OPERASI
Data dasar :
Masalah :
Ibu tampak cemas menghadapi operasi SC
Kebutuhan:
1. Informasi
2. Persiapan alat
3. Anestesi
5. Menjaga keseterilan
26
III. IDENTIFIKASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL
V. RENCANA ASUHAN
9. Suppost pervagina
VI. PELAKSANAAN
27
dengan menggunakan jarum spinocan no 27G. Tindakan ini
proses pembedahan
berlangsung
terjadinya kontraksi
28
8. Pada pukul 13.05 wib Memberikan tramadol dan katerolac
DO : TD :110/80 mmHg
N :87 x/i
RR:22x/i
S :36,0 c
Perdarahan : +- 300 cc
Cairan urin bag : 250 cv
RENCANA ASUHAN
a. Hentikan perdarahan
b. Atur posisi pasien
c. Cek perdarahan dan TTV
d. Observasi
e. Intervensi
PELAKSANAAN
b. Mengatur posisi pasien agar pasien merasa aman dan nyaman dan
melakukan observasi kepada pasien selama +- 2 jam di ruangan RR
29
c. Mengecek perdarahan dan TTV
EVALUASI :
a. Perdarahan telah di hentikan menggunakan kasa
b. pasien tidur terlentang,operasi telah selesai dilakukan dan dilakukan
observasi di ruang RR selama +- 2 jam
c. perdarahan tidak ada,tanda vital stabil,kulit utuh tidak ada cedera
d. masalah teratasi operasi berjalan lancer
e. pasien sudah di letakan di atas brangkar dan akan di bawa ke ruang
rawatan,intervensi akan dilanjutkan di ruangan kebidanan.
30
BAB IV
PEMBAHASAN
31
Menurut hasil penelitian, ibu yang mengalami KPD lebih sering terjadi pada
ibu primigravida. Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Rifiana
dan Hasanah (2018) bahwa ibu primigravida memiliki risiko 5,4 kali mengalami
KPD dibandingkan ibu multigravida. Hasil penelitian tersebut dapat terjadi karena
faktor aktivitas dan pekerjaan yang meningkat. Kelelahan akibat pekerjaan
mengakibatkan lemahnya korion amnion sehingga terjadi ketuban pecah
dini.karena ini tidak ada kesenjangan antara praktek dengan teori.
Menurut hasil penelitian, ibu yang mengalami KPD sering terjadi pada ibu
usia yang tidak berisiko (20-35 tahun). Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Pradana dan Surya (2020) bahwa ibu bersalin dengan KPD lebih
banyak usia 20-35 tahun. Hal ini karena usia 20-35 tahun merupakan usia
produktif untuk hamil. Namun hal tersebut tidak sejalan dengan teori Nugroho
(2012) bahwa usia < 20 tahun atau > 35 tahun berisiko KPD. Umur muda (< 20
tahun) keadaan uterus kurang matur untuk proses melahirkan sehingga rentan
terjadi KPD. Umur > 35 tahun merupakan umur tua untuk proses melahirkan
khususnya primipara tua sehingga berisiko tinggi terjadi KPD. Hasil yang berbeda
ini dapat diakibatkan pengelolaan antenatal care yang baik pada usia ibu yang
berisiko.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara
ketuban pecah dini dengan persalinan sectio caesarea dengan nilai Asymptotic
Significance (2-sided) sebesar 0,039. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Yoan et al (2019) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara ketuban
pecah dini dengan persalinan sectio caesarea dengan nilai P value 0,032.
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan sectio caesarea adalah kelahiran janin yang dilakukan melalui
insisi dinding abdomen (Cunningham et al., 2014). Persalinan sectio caesarea
dilakukan hanya bila terdapat indikasi untuk mengurangi angka sectio caesarea
yang tidak diperlukan dan komplikasi terkait sectio caesarea (Haloob R, 2016).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada
tanda-tanda persalinan. Sampai saat ini belum diketahui penyebab dari ketuban
pecah dini, tetapi terjadinya KPD terdapat beberapa faktor predisposisi. Tanda
dan gejala dari KPD ada banyak, salah satunya ketuban keluar dengan warna
putih keruh, kuning, dan keluar sedikit-sedikit atau bisa langsung banyak. Ada
dua macam untuk penatalaksanaan pada KPD yaitu penatalaksanaan secara
konservatif dan penatalaksanaan aktif. Sebagai tenaga kesehatan yang baik
sudah semestinya melakukan proses keperawatan pada pasien dengan KPD,
mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui
apa yang dirasakan pasien. Dalam pengkajian ini, perawat harus mampu
mengkaji pasien dengan baik supaya tidak salah dalam menegakkan diagnosa
sehingga tidak salah dalam melakukan intervensi dan implementasi.
B. Saran
1. Lahan Praktek
Diharapkan RSUD Padang Panjang dapat mempertahankan
pelayanannya yang baik dan menjadi lebih baik lagi.
2. Pendidik
Diharapkan pendidik dapat mempertahankan kualitas mahasiswa untuk
turun praktek lapangan.
3. Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat mempertahankan pelayanan dalam
melayani pasien yang ada di RSUD Padang Panjang.
33
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. Chandranita, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi ObstetriJakarta. EGC.
34