Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ‘W’ G2P0A1H0 DENGAN

INDIKASI KETUBAN PECAH DINI (KPD)

DI RUANGAN OK RSUD PADANG PANJANG

TAHUN 2023

DISUSUN OLEH:

1. DICKA 2013154010005

2. BEATA LINCE 2114154012314

3. PUTRI FADILA 2013154010025

CI PEMBIMBING CI LAPANGAN

(RINI AMELIA,S.ST,M.Keb) (Ns.OKTRIA LAURA,S.Kep)

PRODI DIII KEBIDANAN

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR

TA 2022 / 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai

kemudahan petunjuk serta karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar berjudul

“Asuhan Kebidanan pada Ny.W G2P0A1H0 dengan indikasi KPD diruangan OK RSUD

Padang panjang”.Seminar ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas PKK 3 di D3

kebidanan UMNatsir Bukittinggi.

Dalam penyusunan seminar ini penulis telah mendapatkan banyak bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Ibu dr.Lismawati R,M.Biomed.,Sp.PA Selaku Direktur RSUD Padang panjang

yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan praktek di RSUD padang

panjang.

2. Ibu Ns.Oktria Laura,S.Kep selaku CI pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga seminar ini dapat

terwujud.

3. Ibu Rini Amelia S.ST, M.Keb Selaku pembimbing Akademik selama melakukan

praktek PKK3 ini.

Penulis menyadari jika terdapat banyak kekurangan didalam penulisan seminar ini,

maka dari itu penulis mengharapkan sebuah kritik dan saran yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan seminar ini.

Padang panjang,06 April 2023


Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................3
1.2 Tujuan Penulisan....................................................................................7
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................7
1.2.2 Tujuan Khusus...............................................................................7
1.3 Manfaat..................................................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi....................................................................................................9
2.2 Etiologi....................................................................................................9
2.3 Tanda dan gejala....................................................................................10
2.4 Patofisiologi...........................................................................................10
2.5 Pathway………….................................................................................11
2.6 Pelaksanaan...........................................................................................11
BAB III MANAJEMEN
3.1 Manajemen INC....................................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan……………………………………………………………31
BAB V PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................33
4.2Saran.......................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang alamiah dan pasti akan
dialami setiap wanita. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama
kehamilan adalah bersifat fisiologis bukan patologis. Masalah utama yang sering kali
dihadapi dalam maternal care adalah masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB). Hal ini merupakan salah satu masalah yang serius (Depkes,
2018). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator pembangunan
kesehatan suatu negara. Menurut World Health Organization (WHO) AKI sangat tinggi
sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi terkait kehamilan atau persalinan di
seluruh dunia setiap hari Sekitar 303.000.

Berdasarkan data WHO (2018) , memperkirakan 800 perempuan meninggal


setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran salah satunya akibat ketuban
pecah dini. Prevalensi KPD di dunia mencapai 2-10% dan KPD mempengaruhi sekitar 5-15% dari
kehamilan dengan insidensi tertinggi berada di Afrika. Angka kejadian KPD di Indonesia menurut
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 mencapai 5,6% dari semua kehamilan.Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI 2019 menyatakan bahwa penyebab AKI di Indonesia
yaitu akibat perdarahan, preeklamsia, infeksi, partus lama, dan abortus. Salah satu penyebab infeksi
saat bersalin yaitu kejadian KPD yang tidak segera mendapatkan penanganan. Angka kematian ibu
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2018 menunjukan bahwa terdapat kenaikan dan
penurunan jumlah kasus, yaitu pada tahun 2014 terjadi 40 kasus, tahun 2013 terjadi 46 kasus, tahun
2015 terjadi 29 kasus, tahun 2016 terjadi 39 kasus, tahun 2017 terjadi 34 kasus, dan tahun 2018
terjadi 36 kasus. Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Bantul 14 kasus dan terendah di Kabupaten
Kulon Progo 3 kasus (Kemenkes RI, 2020). Data AKI di Provinsi Sumatera Barat
memperlihatkan percepatan penurunan. AKI di Sumatera Barat mengalami penurunan dari
129/100.000 KH pada tahun 2011 menjadi 99/100.000 KH pada tahun 2012 (Profil Dinas
Kesehatan Propinsi Sumbar, 2012). Penurunan AKI di Provinsi Sumatera Barat juga terjadi
pada tahun 2014 menjadi 86/100.000 kelahiran hidup (PUSDATIN, 2013). Kematian Bayi

4
di Propinsi Sumatera Barat sebanyak 700 orang yang tersebar di 19 Kab/Kota dengan
penyumbang kematian tertinggi dari Kota Padang sebanyak 111 orang.

Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan dan setelah satu jam ditunggu belum ada tanda-tanda persalinan. Ketuban pecah
dini dapat terjadi pada kehamilan cukup bulan maupun pada kehamilan belum cukup
bulan, pada keadaan ini dimana risiko ibu dan janin meningkat. Ketuban pecah dini
merupakan salah satu masalah dalam kasus kedaruratan kehamilan dan persalinan. Setelah
ketuban pecah, kuman yang berada di servik mengadakan invasi ke dalam selaput ketuban
(saccus amnion) dan dalam waktu 24 jam cairan ketuban akan terinfeksi (Kennedy et al.,
2019). Masalah yang sering mengancam kehamilan yaitu adanya indikasi ketuban pecah
dini, ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya
melahirkan (Rohmawati & Fibriana, 2018). Ketuban pecah dini sering menyebabkan
dampak yang serius pada ibu serta bayinya, terutama dalam kematian perinatal yang cukup
tinggi (Legawati, 2018).

Dampak yang ditimbulkan ketuban pecah dini terhadap janin meliputi lahir belum
cukup bulan (prematuritas), infeksi, posisi janin (mal presentasi), prolaps tali pusat dan
kematian saat persalinan, sedangkan dampak terhadap ibu ialah persalinan lama,
perdarahan setelah persalinan, rahim tidak bisa berkontraksi kembali setelah melahirkan
(atonia uteri), infeksi persalinan. Faktor risiko ibu yang mempengaruhi kejadian ketuban
pecah dini antara lain 3 pekerjaan, jumlah anak yang mampu hidup diluar rahim (paritas),
umur, riwayat ketuban pecah dini, usia kehamilan, infeksi, trauma, leher rahim membuka
terlalu awal pada kehamilan (servik inkompeten) dan pendapatan (P.A.D.Lestari,2021).
Pertolongan pada ketuban pecah dini dapat dilakukan secara sectio caesarea, tindakan
sectio caesarea merupakan suatu tindakan guna melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Dampak yang sering timbul dari sectio
caesarea terutama akibat ketuban pecah dini yaitu infeksi, apabila hal tersebut tidak segera
ditangani maka akan menyebabkan kematian pada ibu. Perawat harus berpegang teguh
pada prioritas keselamatan ibu dan bayi serta berkolaborasi dalam pemberian antibiotik
profilaksis untuk mengatasi komplikasi, sehingga setelah dilakukan tindakan keperawatan
yang tepat dapat mengurangi angka kematian ibu dan bayi (Aspiani & Reny, 2019)

5
Peran bidan sebagai pelaksana adalah memberikan asuhan kebidanan untuk
menjaga kesehatan ibu dan janin serta mencegah terjadinya komplikasi. Sebab itu asuhan
kebidanan pasien dengan ketuban pecah dini dilakukan dengan tujuan dan keyakinan
bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga
membantu individu memenuhi kabutuhan hidup, memelihara kesehatan dan
kesejahteraannya.Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, kelompok tertarik untuk
mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. W G2P0A1H0 Dengan
Ketuban Pecah Dini Di Ruang OK Di RSUD Kota Padang Panjang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengangkat rumusan masalah

“ Bagaimanakah Penerapan Asuhan Kebidanan pada Ny. W persalinan secara Sectio


Caesrea (SC) dengan indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruangan OK RSUD Padang
Panjang ?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk melaksanakan asuhan kebidanan ibu bersalin secara SC pada Ny. W


G2P0A1H0 usia kehamilan 38-39 minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney di RSUD Padang Panjang.

2. Tujuan khusus

Melakukan pendokumentasian dengan manajemen kebidanan 7 langkah varney

1) Melakukan Interpretasi dat dasar pada Ny. W Persalinan secara SC dengan KPD Di
Ruangan OK di RSUD Padang Panjang.

2) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada Ny. W Persalinan secara


SC dengan KPD Di Ruangan OK di RSUD Padang Panjang.

6
3) Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
pada Ny. W Persalinan secara SC dengan KPD di Ruangan OK di RSUD Padang
Panjang.

4) Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada Ny. W Persalinan secara SC dengan


KPD di Ruangan OK di RSUD Padang Panjang.

5) Melaksanakan perencanaan pada Ny. W Persalinan secara SC dengan KPD di


Ruangan OK di RSUD Padang Panjang.

6) Mengevaluasi Asuhan Kebidanan pada Ny. W Persalinan secara SC dengan KPD


di Ruangan OK di RSUD Padang Panjang.

7) Pendokumentasian.

D. Waktu dan Tempat

1. Waktu

Asuhan Kebidanan ini dilakukan pada tanggal 6 April 2023.

2. Tempat

Ruangan OK RSUD Padang Panjang.

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan (Sukarni dan Sudarti, 2019). Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan. Apabila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature
(Setiyaningrum dan Sugiarti, 2019).Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah
sebelum terdapat atau dimulainya tanda inpartu dan setelah ditunggu satu jam belum
ada tanda inpartu (Maryunani, 2020). Dari pendapat-pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa ketubahan pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadinya tanda-tanda dan proses persalinan yang disebabkan meningkatnya
tekanan intrauterine.

B. Etiologi Ketuban Pecah Dini

Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui. Faktor predisposisi ketuban


pecah dini. Kemungkinan faktor predisposisinya (Nugroho, 2019):

1. Infeksi: infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
KPD.

2. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh


karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage)

3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan


(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidroamnion (keadaan cairan
amnion yang berlebih), gamelli.

4. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,


maupun amnionsintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya
disertai infeksi

5. Kelainan letak, misalnya sungsang, hal ini dapat menyebabkan tidak ada
bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
8
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
C. Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini
Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini
(Sukarni dan Margareth, 2019):
1. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.
D. Patofisologi Ketuban Pecah Dini
Terdapat banyak teori yang menyatakan tentang penyebab kasus ketuban
pecah dini, mulai dari defect kromosom kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada
sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi. High virulensi:
Bacteroieds dan low virulensi: Lactobacillus (Setiyaningrum dan Sugiarti,
2018).Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degredasi jaringan kolagen
dikontrol oles sistem aktivitas dan inhibisi interleukin dan prostaglandin
(Setiyaningrum dan Sugiarti, 2019).Apabila terdapat infeksi dan inflmasi, maka
akan terjadi peningkatan aktivitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan
kolagenese jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput
korion/amnion. Hal ini menyebabkan ketuban tipis, lemah, dan mudah pecah
spontan (Setiyaningrum dan Sugiarti, 2018)
E. Pathway
Di bawah ini merupakan pathway ketuban pecah dini

9
Gambar 2.1 pathway Ketuban Pecah Dini (KPD)
Sumber : Wiradharma et al (2019)

F.
F.
F.
F.
F.
F.
F.
F.
F.
F.
F.
F.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia
gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin. Penatalaksanaan ketuban
pecah dini ada dua yaitu penatalaksanaan konservatif dan aktif (Setiyaningrum
dan Sugiarti, 2019).
1. Penatalaksanaan konservatif
a. Rawat di rumah sakit
Apabila terdapat perdarahan per vaginam dengan nyeri perut, curigai
adanya solusio plasenta.
b. Apabila terdapat tanda-tanda infeksi (demam, dan cairan vagina berbau),
berikan antibiotik sama halnya jika terjadi amnionitosis.
c. Usia kehamilan <32-34 minggu: dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu
10
kematangan paru-paru janin.
e. Jika kehamilan 32-34 minggu masih keluar air ketuban, maka usia
kehamilan 35 minggu perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan
(hal ini tergantung pada kemampuan perawatan bayi premature).
f. Apabila tidak terdapat infeksi dan usia kehamilan < 37 minggu: berikan
antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin, berikan
ampisilin 4x500 mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250 mg per oral
(Setiyaningrum dan Sugiarti, 2019).
2. Penatalaksanaan aktif
a. Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila
gagal seksio caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram
– 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam, maksimal 4x.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan
persalinan diakhiri. Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah
dini adalah :
1) Pertimbangkan waktu dan berat janin dalam rahim.
2) Terdapat tanda infeksi uteri. Suhu meningkat >380C, dengan
pengukuran rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban.
3. Penatalaksanaan lanjutan:
a. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali
kondisi ibu yang menggigil.
b. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum
persalinan adalah tindakan adekuat sepanjang DJJ dalam batas
normal. Pemantauan DJJ dengan alat pemantau janin elektronik
secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat
tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat. Takikardi (nadi
>160x/menit) dapat mengindikasi infeksi uteri.
c. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
Pada kehamilan kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak
perlu dilakukan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu

11
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen
bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme
tersebut bisa dengan cepat menjadi pathogen.Pemeriksaan dalam
hanya dilakukan apabila KPD yang sudah dalam persalinan atau
dilakukan induksi persalinan. (Setiyaningrum dan Sugiarti, 2019).

G. Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Sectio Caesarea


Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya kulit ketuban
sebelum awitan persalinan. KPD dapat dilakukan induksi dengan
mempertimbangkan manfaat ibu dan janin yang lebih besar daripada
manfaat jika kehamilan dilanjutkan. Induksi persalinan dilakukan
sebagai upaya untuk menstimulasi kontraksi sebelum dimulainya
persalinan. Kondisi uterus dan serviks yang belum matang dan siap
akan mengakibatkan kegagalan induksi. Kegagalan induksi
persalinan dalam ketuban pecah dini biasanya akan diselesaikan
dengan sectio caesarea. Sectio caesarea harus berdasarkan indikasi
medis dari ibu dan janin. Persalinan sectio caesarea dilakukan
apabila persalinan pervaginam tidak mungkin dilakukan pada
kehamilan yang berisiko tinggi seperti kondisi KPD. Pecahnya
ketuban sering kali tidak disadari penyebabnya sehingga perlu
mempercepat persalinan karena kekhawatiran infeksi maternal
maupun janin. Dengan demikian KPD meningkatkan risiko
terjadinya persalinan sectio caesarea (Cunningham et al., 2014)
Persalinan sectio caesarea adalah kelahiran janin yang
dilakukan melalui insisi dinding abdomen (Cunningham et al.,
2014). Persalinan sectio caesarea dilakukan hanya bila terdapat
indikasi untuk mengurangi angka sectio caesarea yang tidak
diperlukan dan komplikasi terkait sectio caesarea (Haloob R, 2016).
Factor yang mempenagruhi persalinan section caesarea yaitu
oligohidirmanion,gawat janin,partus lama,ketuban pecah
dini,plasenta previa,umur ibu,ukuran panggul dan lain sebagainya.

12
BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN
DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)
PADA NY. W DI RUANGAN OK RSUD PADANG PANJANG
TAHUN 2023

Tanggal Pengkajian : 06 April 2023

Jam pengkajian : 11.45 WIB

I . PENGKAJIAN

A. Data Subjektif

1. Identitas / Biodata

Nama istri : Ny “W” Nama suami : Tn”B ”

Umur : 28 Tahun Umur : 28 Tahun

Suku/Bangsa : koto / Suku/Bangsa : Caniago/

Indonesia Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta


Alamat : Tabek Gadang No hp : 0812xxx

2. Alasan Kunjungan : Ibu mengatakan sudah ingin melahirkan

Keluhan : Ibu mengatakan sakit pinggang menjalar ke ari-ari

dan keluar lendir bercampur darah serta air-air

dari kemaluan Sejak kemaren pukul 06.00 WIB

13
3. Riwayat Obstetri

a. Riwayat menstruasi

 Haid pertama : 13 Tahun Teratur / tidak : Teratur

 Siklus : 28 Hari Lamanya : 7 hari

 Banyaknya : 3x ganti duk Sifat darah : Encer

 Dismenorhea : Ada Warna darah : Merah

 HPHT : 10-07-2022

b. Riwayat Pernikahan

Status Perkawinan : Sah Kawin : I

Kawin : 26 tahun suami umur: 26 tahun

Lamanya : 2 tahun abortus : ada

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu


Ana Kehamilan Persali Nif
k ke nan as
Anc TT UK Penyu Ttl JP Penolo Tempa Komp Bb/Pb JK Keada Invol Laktasi
l it ng t l an u si
ikasi nifas
1 abor
tus

ini

5. Riwayat Kehamilan Sekarang

BB sebelum Hamil : 55 Kg

HPHT : 10-07-2022

TP : 17-04-2023

14
a. Trimester 1

Anc : 2 kali ke bidan dan puskemas

Keluhan : Badan lelah, mual muntah

Anjuran : Tingkatkan nutrisi

Terapi : Asam folat, kalsium,B12

Status T : Lengkap

Tanda Bahaya : Tidak ada

b. Trimester 2
Anc : 2 kali ke Bidan 1 kali ke Dokter

Keluhan : Tidak ada

Anjuran : Istirahat yang cukup

Terapi : Tablet Fe, kalsium,asam folat

Status TT : Lengkap

Tanda Bahaya : Tidak ada

c. Trimester 3

Anc : 2 kali ke Bidan 1 kali ke Dokter

Keluhan : Tidak ada

Anjuran : Kurangi aktivitas yang berat

Terapi : Tablet Fe,kalsium,asam folat,B1

Tanda Bahaya : Tidak ada

Frekuensi Pergerakan Janin : 1 x/jam

15
6. Riwayat Kontrasepsi : ibu mengatakan tidak ada memakai Kb jenis
apapun

7. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat penyakit yang pernah diderita

 Penyakit Jantung : Tidak ada

 Penyakit Hipertensi : Tidak ada

 Penyakit Ginjal : Tidak ada

 Penyakit Diabetes Melitus : Tidak ada

 Penyakit Asma : Tidak ada

 Penyakit Epilepsi : Tidak ada

 Penyakit Menular Seksual : Tidak ada

b. Riwayat Penyakit keturunan dan keluarga

 Penyakit Jantung : Tidak ada

 Penyakit Hipertensi : Tidak ada

 Penyakit Ginjal : Tidak ada

 Penyakit Diabetes Melitus : Tidak ada

 Penyakit Asma : Tidak ada

 Penyakit Epilepsi : Tidak ada

 Penyakit Menular Seksual : Tidak ada

16
c. Prilaku kesehatan

 Penggunaan alkohol / obat sejenisnya :Tidak ada

 Obat/jamu yang sering digunakan : Tidak ada

 Rokok, makan sirih : Tidak ada

8. Aktifitas Sehari Hari

b. Pola makan

Frekuensi sebelum hamil :3x/hari

Frekuensi sekarang : 3x/hari

Menu

Pagi : 1 piring nasi+ 1 potong telur+ 1 mangkok sayur

Siang: 1 piring nasi+ 1 potong lauk,ikan, ayam atau daging + 1

mangkok sayur + kerupuk

Malam: 1 piring nasi+ 1 potong lauk,ikan,ayam atau daging + 1


mangkok sayur

c. Pola minum

Frekuensi sebelum hamil : 6-7gelas /hari

Frekuensi sekarang : 8-9 gelas /hari

Jenis : air putih dan susu

Keluhan : tidak ada

17
d. Pola eliminasi

BAK BAB Personal hygiene

Frekuensi : 8x sehari Frekuensi : 1x Mandi : 2x sehari


sehari
Warna : Kuning Warna : Keramas :3x
Kecoklatan seminggu
Bau : khas Konsistensi : Lunak Gosok gigi : 2x
sehari

Keluhan : Tidak ada Keluhan : Tidak Ganti pakaian dalam


ada : 2x/hari
Ganti pakaian luar :
2x/hari

e. Pola istirahat dan tidur

 Tidur malam : 7-8 jam

 Tidur siang : 1-2 jam

f. Kegiatan sehari – hari : Mengurus pekerjaan rumah tangga dibantu suami

g. Pola Seksualitas : 1x seminggu

9. Keadaan Ekonomi

 Penghasilan per bulan : Rp.3.000.000,00

 Penghasilan per tahun : Rp.36.000.000,00

18
10. Psikososial

h. Psikologis : Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya

i. Sosial : Ibu mengatakan Hubungan baik dengan suami dan keluarga

j. Spritual : Ibu mengerjakan shalat 5

k. Kultural : Ibu mengatakan tidak percaya dengan mitos yang beredar

B. Data Objektif

a. Pemeriksaan umum

a. kesadaran : Composmentis

b. Keadaan emosional : Baik

c. Postur tubuh : Lordosis

d. TB : 158 cm

e. BB : 65 kg

f. LILA : 30 cm

g. Vital sign

 TD : 120/92 mmHg Nadi : 90x/i

 RR : 20x/i Suhu : 36,7 0C

b. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

 Warna rambut : Hitam

 Pedikulus humanus : Tidak ada

 Ketombe : Tidak ada

19
 Pembengkakan : Tidak ada

 Kerontokan : Tidak ada

b. Muka

 Simetris : Simetris

 Pucat : Tidak pucat

 Oedema : Tidak Oedema

 Cloasma gravidarum : Tidak ada

c. Mata

 Simetris : Simetris

 Palpebra : Tidak Oedema

 Konjungtiva : Merah Mudah

 Sklera : Jernih

d. Hidung

 Simetris : Simetris

 Kebersihan : Bersih

 Pembengkakan : Tidak ada

e. Gigi/mulut

 Simetris : Simetis

 Bibir : Tidak pucat

 Lidah : Bersih

 Stomatits : Tidak ada

20
 Caries : Tidak ada

 Caries denties : Tidak ada

 Tonsil : Tidak ada

f. Telinga

 Simetris : Simetris

 Kebersihan : Bersih

 Radang : Tidak ada

g. Leher

 Kelenjar lymfe :Tidak ada pembesaran

 Kelenjer tiroid : Tidak ada pembengkakan

 Vena jugularis : Tidak ada pelebaran

h. Payudara

 Simetris : Simetris

 Striae : Tidak ada

 Areola mamae : Hiperpigmentasi

 Papilla mamae : Menonjol

 Retraksi : Tidak ada

 Massa : Tidak ada

 Pengeluaran : Ada

i. Abdomen

 Pembesaran perut : Sesuai usia kehamilan

 Bekas luka operasi : Tidak ada


21
k. Pemeriksaan kebidanan (diruang kebidanan)

 Palpasi uterus

 Leopold I : TFU teraba pertengahan px dengan

pusat, pada fundus teraba bundar,

lunak dan tidak melenting

 Leopold II :Bagian kanan perut ibu teraba

panjang,datar pada Bagian kiri perut

ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil

 Leopold III : Bagian terbawah teraba bulat,keras

tidak bisa digoyangkan

 Leopold IV : Divergen

 Lingkaran Bandle : Tidak ada

 Blass : Minimum

 TFU :31 cm

 TBBJ : (31-11) X 155 = 3.100 gram

 Auskultasi

 Frekuensi : 145x/i

 Punctum Maks : 1/3 pusat ke sias

 Intensitas : Kuat

 Irama : Teratur

 Pembukaan : 1-2 cm

22
l. Ekstremitas

 Atas

 Oedema : Tidak Oedema

 Sianosis : Tidak sianosis

 Kuku : Bersih

 Bawah

 Oedema : Tidak Oedema

 Sianosis : Tidak sianosis

 Kuku : Bersih

 Varises : Tidak ada

 Reflek patella ka/ki : Positif (+)/(+)

m. Anogenital

 Inspeksi

 Vulva/vagina

- Varises : Tidak ada

- Kemerahan : Tidak ada

- Luka : Tidak ada

 Pemeriksaan dalam di (OK) : Tidak dilakukan

n. anus

Hemoroid : Tidak ada

23
II. INTERPRESTASI DATA
a. Diagnosa
Ibu G2P0A1H0,Usia kehamilan 38-39 minggu,janin hidup
tunggal,intrauterine,puka,letkep,ibu dengan KPD ±29 jam dan
disertai dengan CPD dan gagal induksi.
b. Data Dasar
1. Ibu mengatakan ini kehamilan anak kedua,pernah keguguran 1
kali

2. Ibu mengatakan sudah keluar lendir bercampur darah disertai air-


air sejak pukul 06.00 kemaren.

3. Ibu mengatakan hasil pemeriksaan di IGD dan ruang kebidanan


pembukaan sudah 1-2 cm,ketuban ibu sudah pecah tetapi tidak ada
juga penurunan kepala bayi.

4. Ibu mengatakan sudah dilakukan induksi di ruang kebidanan tetapi


juga belum ada penurunan

5. Ibu mengatakan HPHT : 10-07-2022 dan TP : 17-04-2023

6. KU ibu dan Janin dengan hasil TTV dan DJJ

TTV : TD : 120/92 N : 90x/i

P : 23x/i S : 36,7oC

DJJ : 145x/i

7. Ibu mengatakan cemas karena mau di operasi dan ibu mengatakan


tidak pernah operasi sebelumnya
c. Masalah
Ibu tampak cemas

d. Kebutuhan

a) Informasi

b) Persiapan pre operasi

24
c) Dukungan psikologis

d) Injeksi secara bolus cefotaxim

e) Pakaian operasi

III.IDENTIFIKASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL

-Potensial terjadinya Infeksi

-Cemas berhubungan dengan tindakan operasi

IV. TINDAKAN SEGERA


SC

V. RENCANA ASUHAN

1. Jelaskan informasi hasil pemeriksaan

2. Berikan dukungan psikologis pada ibu menjelang SC

3. Berikan injeksi cefotaxim secara bolus

4. Berikan ibu pakaian operasi

VI. PELAKSANAAN

1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yang didapatkan yaitu TD


:120/92 N: 90x/i P : 23x/i DJJ : 145x/i keadaan ibu dengan KPD
±29 jam

2. Memberikan ibu dukungan psikologis dengan meyakikan ibu bisa


melewati proses SC dengan selamat dan bayi lahir dengan sehat.

3. Pada pukul 12.00 wib Memberikan ibu injeksi cefotaxim secara bolus
sebanyak 4 cc sebagain antibiotik,sebelum menginjeksikan cefotaxim
pada ibu sebaikanya lakukan skintest terlebih dahulu guna untuk
mengetahui apakah ibu alergi antibiotik

4. Memakaikan ibu pakaian operasi dan pastikan ibu tidak memakai

25
pakaian dalam dll.

VII. EVALUASI

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan


2. Ibu sudah diberikan dukungan psikologis oleh suami dan keluarga
3. Injeksi cefotaxim telah diberikan
4. Ibu telah dipakaikan pakaian operasi.

PERSIAPAN OPERASI

II. INTERPRESTASI DATA

Diagnosa pre operasi :

Ibu G2P0A1H0, Usia kehamilan 38-39 minggu,dengan indikasi KPD

±29 jam disertai CPD.

Data dasar :

Ibu mengatakan sudah siap untuk menjalani tindakan SC

Masalah :
Ibu tampak cemas menghadapi operasi SC

Kebutuhan:

1. Informasi

2. Persiapan alat

3. Anestesi

4. Keamanan dan kenyamanan

5. Menjaga keseterilan

6. Tindakan insisi dan heacting

7. Injeksi obat dan antibiotik

26
III. IDENTIFIKASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL

Terjadi infeksi pada bekas luka operasi

IV. TINDAKAN SEGERA

Kolaborasi dengan dokter

V. RENCANA ASUHAN

1. Informasikan pada ibu bahwa tindakan akan segera dilakukan

2. Melakukan persiapan alat

3. Melakukan tindakan spinal anestesi

4. Berikan rasa aman dan nyaman

5. Menjaga keseterilan alat

6. Lakukan tindakan insisi dan heacting

7. Injeksikan obat dan antibiotik pasca operasi

8. Infus RL dengan drip tramadol + katerolac

9. Suppost pervagina

VI. PELAKSANAAN

1. pada pukul 12.15 wib Menginformasikan pada ibu bahwa

tindakan operasi akan segera dilakukan. Dari hasil pemeriksaan

keadaaan umum ibu dan janin dalam batas normal.

2. pada pukul 12.20 wib Melakukan persiapan alat operasi

seperti section cesarea set,suction,heacting set,baju skort

steril,patient monitor yang telah terpasang,imfarm warmer,dll.

3. pada pukul 12.30 wib Melakukan tindakan spinal anestesi

dengan menginjeksikan fetatanyl dan bucain pada lumbal

27
dengan menggunakan jarum spinocan no 27G. Tindakan ini

bertujuan untuk mengurangi rasa sakit yang terjadi selama

proses pembedahan

4. Memberikan rasa aman dan nyaman pada ibu selama tindakan

berlangsung

5. Menjaga keseterilan alat dengan selalu memakai handscond

steril dan tidak menyentuh alat yang tidak steril

6. pada pukul 12.45 Selanjutnya proses operasi dilakukan oleh

dokter SpOG dan dibantu oleh 2 orang asisten,serta satu dokter

anak untuk melakukan pemeriksaan pada bayi baru

lahir.Tindakan awal yang dilakukan yaitu memberikan betadine

pada bagian abdomen yang akan dilakukan insisi. Setelah bayi

dan plasenta lahir dilakukan tindakan eksplorasi guna

memastikan tidak adanya jaringan yang tertinggal. Selanjutnya

lakukan tindakan heacting.

7. pada pukul 13.00 wib Memberikan injeksi secara bolus

setelah tindakan dilakukan,injeksi yang diberikan yaitu:

 Ondansentron untuk mencegah terjadinya mual yang

disebabkan oleh pemberian anestesi

 Metylgen dengan oksitosin untuk merangsang

terjadinya kontraksi

 Traneksamat acid,vitamin C, dan vitamin K untuk

mengurangi terjadinya perdarahan

28
8. Pada pukul 13.05 wib Memberikan tramadol dan katerolac

dengan mendrip ke dalam cairan infus yang berfungsi

sebagai analgetic post operasi

9. Memberikan obat suppost post operasi

ASUHAN INTRA DAN POST OPERASI

DO : TD :110/80 mmHg
N :87 x/i
RR:22x/i
S :36,0 c
Perdarahan : +- 300 cc
Cairan urin bag : 250 cv

DIAGNOSA : Resiko gangguan ketidakseimbangan cairan dan


elektrolit

RENCANA ASUHAN
a. Hentikan perdarahan
b. Atur posisi pasien
c. Cek perdarahan dan TTV
d. Observasi
e. Intervensi

PELAKSANAAN

a. Pada pukul 13.10 wib Menghentikan perdarahan menggunakan kasa


dan melakukan heacting

b. Mengatur posisi pasien agar pasien merasa aman dan nyaman dan
melakukan observasi kepada pasien selama +- 2 jam di ruangan RR

29
c. Mengecek perdarahan dan TTV

Perdarahan : dalam batas normal

TD: 110/80 mmHg N:87x/I RR:22x/I S:36,0 c

d. 13.30 wib Telah dilakukan tindakan operasi,pasien diletakan di atas


brangkar dan akan dibawa ke ruang kebidanan.

e. Intervensi sudah dilakukan

EVALUASI :
a. Perdarahan telah di hentikan menggunakan kasa
b. pasien tidur terlentang,operasi telah selesai dilakukan dan dilakukan
observasi di ruang RR selama +- 2 jam
c. perdarahan tidak ada,tanda vital stabil,kulit utuh tidak ada cedera
d. masalah teratasi operasi berjalan lancer
e. pasien sudah di letakan di atas brangkar dan akan di bawa ke ruang
rawatan,intervensi akan dilanjutkan di ruangan kebidanan.

30
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan ini bertujuan untuk merumuskan kesenjangan antara teori


dan kasus nyata pada asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny.W G2P0AIH0 UK
38-39 minggu,asuhan ini dilakukan pada tanggal 6 april 2023 di RSUD Padang
panjang, dengan menggunakan stnadar asuhan kebidanan yang terdiri dari
pengkajian,merumuskan diagnosa kebidanan,melaksanakan asuhan
kebidanan ,dan melakukan evaluasi serta pendokumentasian asuhan kebidanan
dengan 7 langkah manajemen varney.Pada kehamilan ke-2 Ny.W ini harus
melahirkan secara section saesarea karena ada indikasi KPD. Hal tersebut sejalan
dengan Andayasari (2015) bahwa untuk melakukan persyaratan untuk melakukan
persalinan section saesarea adalah indikasi fetal distress,ketuban pecah dini
(KPD),preeklamsia dan eklamsia.Hal ini menunjukan tidak ada kesenjangan
antara teori dengan praktek.
Pada Ny. W masih terpasang kateter setelah keluar ruangan operasi..
Hal ini sejalan dengan Bobak,Lowdermik& Jensen (2005) bahwa kandung kemih
yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada pasien, menghalangi
involusi uteri dan menyebabkan perdarahan,oleh karena itu dianjurkan
pemasangan kateter 24-48 jam atau lebih tergantung jenis operasi dan keadaan
pasien.Hal ini menunjukan tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.
kasdu (2013) menyatakan bahwa seorang ibu yang baru saja menjalani operasi
sectio caesarea akan mengalami ketergantungan pada saat melakukan aktivitas
namun setelah dilakukan \ dianjurkan mobilisasi sesegera mungkin maka proses
penyembuhan pada pasien akan lebih cepat sehingga pasien dapat mandiri dalam
melakukan aktivitas nya dan juga pasien terhindar dari komplikasi-komplikasi
yang dapat terjadi seperti resiko tinggi perdarahan abnormal, dan rawat inap yang
memanjang.Pendapat Danefi dan Agustin (2015) pada jurnalnya,mengatakan
bahwa mobilisasi dini tidak hanya mempercepat kesembuhan luka tetapi juga
memulihkan kondisi tubuh ibu jika dilakukan dengan benar dan tepat.

31
Menurut hasil penelitian, ibu yang mengalami KPD lebih sering terjadi pada
ibu primigravida. Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Rifiana
dan Hasanah (2018) bahwa ibu primigravida memiliki risiko 5,4 kali mengalami
KPD dibandingkan ibu multigravida. Hasil penelitian tersebut dapat terjadi karena
faktor aktivitas dan pekerjaan yang meningkat. Kelelahan akibat pekerjaan
mengakibatkan lemahnya korion amnion sehingga terjadi ketuban pecah
dini.karena ini tidak ada kesenjangan antara praktek dengan teori.
Menurut hasil penelitian, ibu yang mengalami KPD sering terjadi pada ibu
usia yang tidak berisiko (20-35 tahun). Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Pradana dan Surya (2020) bahwa ibu bersalin dengan KPD lebih
banyak usia 20-35 tahun. Hal ini karena usia 20-35 tahun merupakan usia
produktif untuk hamil. Namun hal tersebut tidak sejalan dengan teori Nugroho
(2012) bahwa usia < 20 tahun atau > 35 tahun berisiko KPD. Umur muda (< 20
tahun) keadaan uterus kurang matur untuk proses melahirkan sehingga rentan
terjadi KPD. Umur > 35 tahun merupakan umur tua untuk proses melahirkan
khususnya primipara tua sehingga berisiko tinggi terjadi KPD. Hasil yang berbeda
ini dapat diakibatkan pengelolaan antenatal care yang baik pada usia ibu yang
berisiko.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara
ketuban pecah dini dengan persalinan sectio caesarea dengan nilai Asymptotic
Significance (2-sided) sebesar 0,039. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Yoan et al (2019) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara ketuban
pecah dini dengan persalinan sectio caesarea dengan nilai P value 0,032.

32
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Persalinan sectio caesarea adalah kelahiran janin yang dilakukan melalui
insisi dinding abdomen (Cunningham et al., 2014). Persalinan sectio caesarea
dilakukan hanya bila terdapat indikasi untuk mengurangi angka sectio caesarea
yang tidak diperlukan dan komplikasi terkait sectio caesarea (Haloob R, 2016).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada
tanda-tanda persalinan. Sampai saat ini belum diketahui penyebab dari ketuban
pecah dini, tetapi terjadinya KPD terdapat beberapa faktor predisposisi. Tanda
dan gejala dari KPD ada banyak, salah satunya ketuban keluar dengan warna
putih keruh, kuning, dan keluar sedikit-sedikit atau bisa langsung banyak. Ada
dua macam untuk penatalaksanaan pada KPD yaitu penatalaksanaan secara
konservatif dan penatalaksanaan aktif. Sebagai tenaga kesehatan yang baik
sudah semestinya melakukan proses keperawatan pada pasien dengan KPD,
mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui
apa yang dirasakan pasien. Dalam pengkajian ini, perawat harus mampu
mengkaji pasien dengan baik supaya tidak salah dalam menegakkan diagnosa
sehingga tidak salah dalam melakukan intervensi dan implementasi.
B. Saran
1. Lahan Praktek
Diharapkan RSUD Padang Panjang dapat mempertahankan
pelayanannya yang baik dan menjadi lebih baik lagi.

2. Pendidik
Diharapkan pendidik dapat mempertahankan kualitas mahasiswa untuk
turun praktek lapangan.

3. Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat mempertahankan pelayanan dalam
melayani pasien yang ada di RSUD Padang Panjang.

33
DAFTAR PUSTAKA

Yulaikhah, Lily. 2008.Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan Jakarta: EGC.

Manuaba. Chandranita, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi ObstetriJakarta. EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal  Jakarta: YBP-SP

.-------2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal Jakarta:YBP-SP.

Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2 Jakarta: EGC.

Johnson Marion, Maas Meridean, and Moorhead Sue.


2000. Nursing OutcomesClassification (NOC) Second Edition.USA: Mosby.

McCloskey C. Joanne and Bulechek M. Gloria. 1996. Nursing Interventions


Classification(NIC) Second EditionUSA: Mosby.

Asih, Yusari, dan Risneni. 2016. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan.


Jakarta Timur : CV. Trans Info Media

Halimah S. “Hubungan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Saat Persalinan


Dengan Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir (BBL)”.
(http://www.scribd.com/doc/15689407). Diunduh pada tanggal 20
September 2018 pukul 17.00 WIB.

Herdman, T.H. 2017. NANDA-1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2018-2020. Alih bahasa oleh Budi Anna Keliat. Jakarta: EGC.

Maryunani, Anik. 2016. Buku Praktis Kehamilan dan Persalinan Patologis


(Risiko Tinggi dan Komplikasi) Dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media.

34

Anda mungkin juga menyukai