ASUHAN KEBIDANAN
DISUSUN OLEH :
1. DENISYA AYU MIRANDA : 2215401132
2. ENI SAPUTRI : 2215401127
3. MING LIA SAPUTRI : 2215401136
Puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena atas izin, rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul
“ASUHAN KEBIDANAN“ ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan.
Dalam proses penyususnannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai
pihak. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada, sebagai dosen pembimbing Ibu Dr. Ika
Fitria Elmeida, S.ST.,M. Keb. mata kuliah ini dan teman teman yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini.
Untuk itu saya ucapkan banyak terimakasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan
makalah ini Meski demikian, kami menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa ,maupun
isi.
Sehingga kami secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
masyarakat umumnya dan untuk kami sendiri khususnya
KELOMPOK 11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………… 3
BAB 1
PENDAHULUAN…………………………………………………….. 4
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 5
BAB 2
PEMBAHASAN………………………………………………………. 6
2.1 Pengertian kebudayaan…………..………………………………... 6
2.2 Hubungan Antar Kebudayaan Dan Kesehatan Sebelum
Ibu Melahirkan (masa Melahirkan)………………………………... 8
2.3 Hubungan Antara Kebudayaan Dan Kesehatan Ketika Ibu
Persalinan (Melahirkan)……………………………………………. 9
2.4 Hubungan Antara Kebudayaan Dan Kesehatan Ketika Ibu Mulai
Pasca Persalinan…………………………………………………… 10
BAB 3
PENUTUP …………………………………………………………….. 11
3.1 Kesimpulan………………………………………………………… 11
3.2 Saran.................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………... 12
BAB 1
PENDAHULUAN
Keluarga yang sehat dan sejahtera dengan kualitas hidup yang baik, dapat
dilihat dari segi kesehatan ibu karena dalam siklus kehidupan setiap wanita hampir
semua mengalami suatu proses yang dinamakan kehamilan, persalinan, nifas dan
memiliki anak atau bayi baru lahir yang akan menjadi suatu tonggak utama dalam
sebuah keluarga. Setiap tahunnya sekitar 160 juta wanita Indonesia mengalami
kehamilan. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah
proses yang diawali dengan keluarnya sel telur matang pada saluran telur
yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin bahkan kemungkinan terburuk
pada persalinan, nifas, bayi yang dilahirkan, dan tidak menutup kemungkinan
akan berpengaruh pada pemilihan alat kontrasepsi yang akan dipakai ibu
kelak.
kematian bayi. Penentuan jumlah anak dan jarak kehamilan bisa dilakukan
kematian ibu yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah
persalinan. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari 90% kematian ibu
disebabkan komplikasi obstetri, yang sering tidak dapat diramalkan pada saat
baik AKI menunjukkan penurunan dimana AKI menjadi 305 per 100.000.
kelahiran hidup dan AKB 22.23 per kelahiran hidup. Berdasarkan Profil
berfluktuatif dari tahun 2013-2017 dimana tahun 2017 AKI di Provinsi Bali
turun menjadi 68,6 per 100.000 KH dimana angka ini merupakan angka yang
paling rendah dalam tiga tahun terakhir dan AKB tahun 2017 mencapai 4,8
per 100.000 KH dan target SDGs tahun 2030 yaitu 12 per 1000 KH.
Kemudian AKB pada tahun 2017 yaitu 39 per 10.819 kelahiran hidup.
Dimana angka kematian bayi di kabupaten buleleng pada tahun 2017 sebesar
RPJMD kabupaten Buleleng yaitu 17 per 1000 kelahiran hidup dan target
septik, dan non obstetric. Kemudian untuk AKB pada tahun 2017 yaitu yaitu
4,5% dari seribu kelahiran hidup yang paling banyak disebabkan oleh
tolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Untuk pelayanan ibu Nifas dapat di
berikan sekurangnya 3 kali sesuai jadwal yang dianjurkan yaitu 6 jam sampai
3 hari setelah persalinan, hari ke-4 sampai hari ke 28, dan pada hari ke 29
dapat di berikan sebanyak 3 kali pada usia 0-48 jam, Kn 2 pada hari ke 3- 7,
2019.
1.2 RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
2.1 AMNIOSINTESIS
Amniosentesis adalah pengambilan sampel air ketuban pada ibu hamil untuk
mengetahui kelainan pada janin. Melalui prosedur ini, kelainan genetik pada janin dapat
diketahui sejak bayi masih dalam kandungan. Misalnya, sindrom Down. Prosedur ini juga
dapat dilakukan guna menentukan apakah paru-paru janin sudah berkembang dengan
sempurna. Prosedur ini biasanya dilakukan setelah kehamilan trimester kedua atau ketiga.
Air ketuban atau cairan amnion merupakan cairan yang mengelilingi janin dan
berfungsi untuk melindunginya selama berada dalam kandungan. Cairan ini mengandung sel
janin dan berbagai protein lainnya. Sehingga apabila ada gangguan yang terjadi pada janin,
susunan sel maupun kandungan lain dalam cairan ketuban juga akan berubah.
Pada kondisi tertentu, ibu hamil bisa disarankan untuk melahirkan lebih cepat guna
menyelamatkan janin maupun diri sendiri. Saat hal ini terjadi, dokter dapat menyarankan
untuk dilakukan pemeriksaan amniosentesis untuk melihat apabila paru-paru janin sudah
memungkinkan untuk berfungsi normal di luar rahim.
Pemeriksaan ini umumnya dilakukan antara minggu ke-32 dan ke-39 guna mencegah
komplikasi selama kelahiran.
Pasien yang berencana menjalani amniosentesis pada usia kehamilan di bawah 20 minggu
perlu menjaga agar kandung kemihnya penuh selama prosedur. Kondisi ini bertujuan
menyokong rahim. Pasien akan disarankan untuk banyak minum air putih sebelum
amniosentesis.
Sementara itu, pasien yang akan menjalani amniosentesis pada usia kehamilan di atas 20
minggu perlu mengosongkan kandung kemih. Langkah ini dilakukan untuk meminimalisir
kemungkinan tertusuknya kandung kemih selama prosedur.
Prosedur amniosentesis biasanya dilakukan di rumah sakit atau klinik. Prosedur ini hanya
membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan langkah-langkah di bawah ini:
• Prosedur USG kehamilan akan dilakukan. Melalui USG, dokter dapat mengetahui lokasi
janin.
• Dokter akan memberikan obat anestesi yang dioleskan atau disuntikkan pada kulit di area
perut pasien.
• Dokter akan membersihkan area perut yang menjadi lokasi pengambilan cairan dengan
cairan desinfektan guna mencegah infeksi.
• Dokter lalu memasukkan jarum tipis dan panjang melalui perut hingga mencapai rahim
pasien. Jarum ini digunakan untuk mengambil air ketuban sebanyak kira-kira 20 mililiter atau
setara dengan 4 sendok teh.
• Cairan ketuban akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
• Pada sebagian besar kasus, kondisi janin tetap dipantau dengan USG selama prosedur ini
berlangsung.
Tiap tindakan medis tetap memiliki risiko tersendiri, termasuk amniosentesis. Meski
jarang terjadi, sederet risiko amniosentesis di bawah ini perlu diwaspadai:
•Bocornya cairan ketuban dari vagina setelah prosedur dilakukan.
•Meningkatnya risiko keguguran apabila dilakukan saat usia kandungan di bawah 15 minggu.
•Menimbulkan luka atau cedera pada janin akibat jarum yang tidak sengaja menusuk saat
proses amniosentesis dilakukan
•Infeksi kandung kemih
•Ada risiko penularan infeksi dari ibu ke janin apabila ibu mengidap infeksi seperti hepaitits
C, toksoplasmosis, ataupun HIV/AIDS.
2.2 SKRINNING KEHAMILAN RESIKO TINGGI
Antenatal care (ANC) terpadu merupakan salah satu program yang disusun oleh
kementrian kesehatan RI untuk dapat mendeteksi dini masalah/penyakit pada ibu hamil.
Diharapkan dengan ANC terpadu pada fasilitas kesehatan primer maka status kesehatan ibu
akan meningkat dan dapat menurunkan angka kematian ibu. Pada ANC terpadu dilakukan
penapisan pada faktor risiko dan penyakit yang dapat berpengaruh pada kehamilan.
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu dibagi menjadi penyebab langsung
dan tidak langsung. Penyebab langsung berhubungan dengan komplikasi kehamilan,
persalinan dan nifas seperti perdarahan, pre eklamsia/ eklamsia, infeksi, persalinan macet dan
abortus. Penyebab tidak langsung adalah faktor yang dapat memperberat keadaan ibu hamil
dan mempersulit penanganan kedaruratan seperti empat terlalu dan tiga terlambat.
Empat terlalu terdiri dari terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, dan
terlalu dekat jarak kehamilan, sedangkan tiga terlambat meliputi terlambat mengenali tanda
bahaya, mengambil keputusan, mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat penanganan
kegawat daruratan.Faktor lain yang berpengaruh adalah ibu hamil yang menderita penyakit
menular seperti malaria, HIV/AIDS, tuberkulosis, sifilis, dan tidak menular seperti hipertensi,
diabetes melitus, gangguan jiwa, dan kekurangan gizi.
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, pelayanan standar yang harus dilakukan
meliputi beberapa hal. Pertama di lakukan penimbangan berat badan setiap kali kunjungan
antenatal. Penambahan berat badan kurang dari 9 kg selama kehamilan atau kurang dari 1
kilogram setiap bulan menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
Kedua, lakukan pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) sebagai skrining dari ibu
hamil dengan kurang energi kronis (KEK). Apabila LiLA < 23,5 cm, ibu mengalami KEK
dan berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Selanjutnya penting dilakukan pengukuran tekanan darah untuk mendeteksi adanya
hipertensi (>140/90 mmHg). Perlu diwaspadai tanda-tanda preeklamsia yang lain seperti
edema wajah, tungkai atau proteinuria. Pengukuran tinggi fundus uteri setiap kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin dan kesesuaian dengan usia
kehamilan.
Hitung denyut jantung janin (DJJ) dimulai dari akhir trimester I. Nilai normal DJJ
adalah 120-160x/menit. Tentukan presentasi janin sejak akhir trimester II. Jika pada trimester
III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum masuk ke panggul, waspadai kelainan
letak, panggul sempit atau masalah lain.
Untuk mencegah tetanus neonatorum, setiap ibu hamil diberikan imunisasi TT
disesuaikan dengan status imunisasi ibu. Berikan tablet tambah darah minimal 90 tablet sejak
kontak pertama. Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin pada trimester pertama yaitu
pemeriksaan hemoglobin (diulang pada trimester ketiga) dan golongan darah, dan
pemeriksaan lain atas indikasi seperti protein utin, gula darah/reduksi, malaria, batang tahan
asam (BTA), sifilis, serologi HIV.
Setelah dilakukan pemeriksaan, tenaga kesehatan dapat menentukan penanganan
selanjutnya bagi masing-masing ibu hamil. Kasus yang tidak dapat ditangani harus dirujuk
sesuai dengan sistem rujukan. Kehamilan dapat diklasifikasikan sesuai hasil pemeriksaan.
Kehamilan normal adalah keadaan dimana keadaan umum ibu baik, tekanan darah < 140/90
mmHg, bertambah berat badan minumal 8 kg selama kehamilan sesuai indeks massa tubuh
(IMT) ibu, edema hanya pada ekstremitas, DJJ 120-160x/menit, gerakan janin dapat
dirasakan sejak usia 18-20 minggu hingga melahirkan, tidak ada kelainan obstetri, ukuran
fundus uteri sesuai usia kehamilan, dan hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium dalam batas
normal.
Pada kasus ibu hamil dengan perdarahan antepartum atau preeklamsia yang ditandai
dengan hipertensi, edema wajah dan tungkai, dan proteinuria, maupun adanya tanda gawat
janin maka pasien harus dirujuk untuk penanganan sesuai standar karena termasuk keadaan
gawat darurat. Pada keadaan ini kehamilan diklasifikasikan sebagai kehamilan dengan
kondisi kegawat daruratan dan membutuhkan rujukan segera.
Klasifikasi selanjutnya adalah kehamilan dengan msalah kesehatan yang
membutuhkan rujukan untuk konsultasi dan/atau kerjasama penanganannya. Contohnya pada
ibu dengan riwayat kehamilan sebelumnya janin atau neonatus mati, keguguran ≥ 3x, bayi <
2500 g atau > 4500 g, hipertensi, dan operasi. Selain itu pada kehamilan ini ditemukan
kehamilan ganda, usia ibu < 16 tahun atau > 40 tahun, hipertensi, massa pelvis, penyakit
jantung, ginjal, diabetes melitus, malaria, tuberkulosis, sifilis, TBC, anemia berat, HIV, dan
masalah kesehatan jiwa. Kenaikan berat badan ibu hamil < 1 kg/bulan atau dengan risiko
KEK LiLA < 23,5 cm, tinggi badan < 145 cm, tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan umur
kehamilan, kelainan letak janin pada trimester III, dan infeksi saluran kemih perlu dirujuk
untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Ibu hamil dengan demam dapat ditangani di fasilitas kesehatan primer sesuai
penanganan demam. Namun apabila dalam dua hari masih demam atau keadaan umum
memburuk maka perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan lebih lengkap. Bila pada pemeriksaan
tekanan darah ibu 140/90 mmHg tanpa proteinuri maka tangani hipertensi sesuai standar,
periksa ulang dalam dua hari, bila meningkat maka segera rujuk. Apabila terdapat gangguan
janin perlu untuk segera dirujuk. Ibu hamil dengan hipertensi berat (diastol ≥ 110 mmHg)
tanpa proteinuria perlu dirujuk.
Ibu hamil yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga diklasifikasikan sebagai
kehamilan dengan masalah khusus, seharusnya dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas Pusat
Pelayanan Terpadu (PPT) terhadap korban kekerasan. Rujukan dapat dilakukan pada rumah
sakit umum ataupun rumah sakit POLRI.
Beberapa pusat kesehatan di Jawa Timur menetapkan kartu skor Poedji Rochjati
(KSPR) untuk membantu mendeteksi dini faktor risiko pada kehamilan. Kartu ini
menggolongkan kelompok risiko ibu hamil menjadi kehamilan risiko rendah dengan skor 2,
kehamilan risiko tinggi dengan skor 6-10, dan kehamilan risiko sangat tinggi dengan skor ≥
12. Poin-poin yang menjadi penilaian adalah kehamilan itu sendiri (skor 2),
primi muda (hamil anak pertama usia ≤ 16 tahun), primi tua (lama perkawinan ≥ 4
tahun, ibu umur ≥ 35 tahun), anak terkecil < 2 tahun, primi tua sekunder ( persalinan terakhir
≥ 10 tahun yang lalu), grande multi (melahirkan ≥ 4 kali).
Poin lain yang dihitung pada KPSR adalah tinggi badan ≤ 145 cm, riwayat obstetri
jelek (keguguran, lahir preterm, lahir mati, lahir hidup lalu mati usia ≤ 7 hari, keguguran ≥ 2
kali, riwayat janin mati dalam kandungan), bekas operasi caesar, penyakit pada kehamilan,
pre eklamsia, hamil kembar, hidramnion, janin mati dalam rahim, hamil lebih bulan, letak
sungsang atau lintang, perdarahan antepartum, preeklamsia berat/eklamsia. Apabila hasil skor
pasien tergolong KRT maka persalinan harus dilakukan di tenaga kesehatan, sedangkan pada
pasien KRST persalinan harus di RS atau spesialis kandungan.
Di masa kehamilan memungkinkan untuk ibu hamil mengalami beberapa perubahan
dan keluhan pada tubuh. Keluhan-keluhan yang umum biasanya akan hilang sendiri, namun
ada beberapa keadaan tertentu yang perlu ibu hamil waspadai. Keadaan tersebut harus
diketahui oleh ibu hamil sebagai tanda bahaya pada masa kehamilan. Berikut adalah tanda-
tanda bahaya tersebut!
Nah, itulah tanda bahaya pada masa kehamilan yang harus ibu hamil ketahui agar
dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Jika anda mengalami salah satu atau lebih
tanda bahaya tersebut segera hubungi petugas kesehatanuk ditangani, karena bisa saja ini
pertanda terjadinya pre-eklampsia.
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya penjaringan yang dilakukan
untuk menemukan penyimpangan- penyimpangan yang terjadi selama kehamilan secara dini.
Deteksi dini mengarah pada penemuan ibu hamil berisiko agar dapat ditangani secara
memadai sehingga mobiditas dan mortalitas dapat dicegah.
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil dan
bayi menjadi sakit atau meninggal sebelum kelahiran berlangsung
Skrining kehamilan merupakan prosedur pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
selama periode kehamilan, guna mengetahui apakah janin berisiko memiliki cacat atau
kelainan lahir tertentu. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan pada trimester pertama dan
kedua, tetapi beberapa jenis tes juga dilakukan di trimester ketiga.
renatal screening test atau tes skrining saat hamil adalah seperangkat prosedur yang
dilakukan selama kehamilan untuk menentukan apakah bayi cenderung memiliki kelainan
atau cacat lahir tertentu. Sebagian besar tes ini tidak invasif.
Akademi Kebidanan Margi Rahayu. (2016). Jurnal kebidanan dan kesehatan. Jurnal
Alviani, E. S., Wijaya, M., & Kurnia, I. (2015). Gambaran Lama Waktu Pelepasan
Plasenta dengan Manajemen Aktif Kala III dan Masase Fundus Setelah Bayi
Lahir. 3, 182–188.
Amdad, A., Nurdiati, D. S., & Ratnawati, A. T. (2017). Upaya ibu hamil risiko tinggii
Regita Model for Prevention of High Risk Pregnancy and Childbirth Planned