Anda di halaman 1dari 32

Case Report Session

KESEHATAN IBU DAN ANAK (PENYEBAB KEMATIAN IBU)


DI PUSKESMAS SEBERANG PADANG

Oleh:

Audia Syifa Nur Malika Utami 1840312735

Preseptor:

Dr. dr. Edison, MPH

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/KEDOKTERAN

KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kesehatan Ibu
dan Anak (Penyebab Kematian Ibu) di Puskesmas Ambacang”. Makalah ini
merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. dr. Edison, MPH selaku
pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Padang, Januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…....................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL................................................................................................. 4
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ 5
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 6
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................... 7
1.4 Batasan Masalah......................................................................................8
1.5 Metode Penulisan.......................................................................................................8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Ibu dan Anak..........................................................................9
2.2 Program Kesehatan Ibu.............................................................................9
2.3 Penyebab Kematian Ibu…....................................................................... 16
BAB 3 ANALISIS SITUASI
3.1 Kondisi Geografis.....................................................................................................18
3.2 Kondisi Demografis..................................................................................................19
3.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan..........................................................................20
3.4 Sasaran pelayanan kesehatan.................................................................................20
3.5 Pencapaian Program Kesehatan Ibu…...............................................................20
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Permasalahan Kesehatan ibu di Puskesmas Ambacang............................25
4.2 Pemecahan Masalah Kesehatan Ibu di Puskesmas Ambacang ...................27
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................29
5.2 Saran........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................30

3
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Imunisasi TT.....................................................................................................11

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang...............................19


Gambar 3.2 Grafik Pencapaian K1 Puskesmas Seberang Padang..........................20
Gambar 3.3 Grafik Pencapaian K4 Puskesmas Seberang Padang..........................21
Gambar 3.4 Grafik Pencapaian Deteksi Bumil Resti Puskesmas...........................21
Gambar 3.5 Grafik Bumil Resti Berdasarkan Resiko................................................22
Gambar 3.6 Grafik Capaian Persalinan oleh Nakes....................................................22
Gambar 3.7 Grafik Capaian Kunjungan Ibu Nifas......................................................25
Gambar 3.8 Kematian Ibu Hamil di Puskesmas Seberang Padang........................25

5
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
1
nifas, ibu menyusui, bayi baru lahir, bayi dan anak balita. Kematian serta
kesakitan ibu dan bayi merupakan masalah besar negara berkembang termasuk di
2
Indonesia. Kematian dan kesakitan ibu dapat terjadi saat kehamilan, persalinan,
dan nifas. Kesehatan bayi meliputi permasalahan perawatan pasca persalinan, ASI
2
eksklusif, diare dan pneumonia.

Kematian ibu adalah kematian seorang wanita saat hamil atau dalam 42
hari setelah berakhirnya kehamilan, terlepas dari durasi dan lokasi kehamilan, dari
segala penyebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera. Untuk
memudahkan identifikasi kematian ibu dalam keadaan dimana penyebab kematian
tidak memadai, kategori baru telah diperkenalkan yakni kematian terkait
kehamilan didefinisikan sebagai kematian seorang wanita saat hamil atau dalam
waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, terlepas dari penyebab
3
kematiannya.

Setiap hari pada tahun 2017, sekitar 810 wanita meninggal karena sebab
yang dapat dicegah terkait dengan kehamilan dan persalinan. Antara 2000 dan
2017, rasio kematian ibu/Angka Kematian Ibu (MMR/AKI, jumlah kematian ibu
4
per 100.000 kelahiran hidup) turun sekitar 38% di seluruh dunia.

Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi di Indonesia dan belum


5,6
mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.
Target global MDGs ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi
5
102 per 100.000 kelahiran hidup. Target Sustainable Development Goals (SDGs)
pada tahun 2030 mengurangi angka kematian ibu setidaknya menjadi 70 per
7
100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 359
per 100.000 kelahiran hidup, Angka ini sedikit menurun

6
dibandingkan dengan SDKI pada tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000
5
kelahiran hidup. Berdasarkan Survei Penduduk antar Sensus (SUPAS) 2015,
6
angka kematian ibu menurun menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka kematian ibu di Sumatera Barat pada tahun 2017 berjumlah 113
orang per 100.000 kelahiran hidup, meningkat jika dibandingan pada tahun 2016
8
yaitu sebanyak 108 orang per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu di Kota
Padang pada tahun 2018 ditemukan sebanyak 17 kasus per 100.000 kelahiran
hidup, jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2017 sebanyak 16 kasus per
8
100.000 kelahiran hidup. Tedapat satu kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas
10
Seberang Padang pada tahun 2019. Penyebab kematian ibu paling banyak
2
adalah perdarahan diikuti dengan hipertensi/eklamsi dan infeksi.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun


2016 tentang standar pelayanan minimal dibidang kesehatan. Pelayanan kesehatan
pada ibu hamil dan ibu bersalin merupakan indikator standar pelayanan minimal
11
dibidang kesehatan. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa perlu
untuk membahas kesehatan ibu dan anak terutama penyebab kematian ibu di
Puskesmas Seberang Padang.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan kesehatan ibu dan pencapaiannya di wilayah

kerja Puskesmas Ambacang.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengelolaan kesehatan ibu dan pencapaiannya di

wilayah kerja Puskesmas Ambacang

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pencapaian program kesehatan ibu di Puskesmas


Ambacang

b. Menganalisa permasalahan kesehatan ibu di wilayah kerja Puskesmas


Ambacang

7
c. Mengetahui solusi terhadap permasalahan kesehatan ibu di Puskesmas
Ambacang

1.4 Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai program kesehatan ibu, pencapaian

program dan permasalahan kesehatan ibu di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

1.5 Metode Penullisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk

kepada berbagai literatur, laporan tahunan Puskesmas Ambacang dan diskusi

dengan pemegang program KIA ibu di Puskesmas Ambacang.

8
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Ibu dan Anak

Kesehatan menurut WHO adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik,


mental, dan sosial. Sedangkan menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
12
sosial dan ekonomis. Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin,
1
ibu nifas, ibu menyusui, bayi baru lahir, bayi dan anak balita.

2.2 Program Kesehatan Ibu

11,13,14
Program kesehatan ibu antara lain :

A. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.
Pelayanan Kesehatan Masa Hamil bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga mampu menjalani
kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat
14
dan berkualitas.

Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan kepada


ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal satu kali pada trimester
pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga yang
11
dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan.

Standar pelayanan antenatal adalah pelayanan yang dilakukan kepada ibu


11
hamil dengan memenuhi kriteria 10T yaitu :

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan


untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan
yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap

9
bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk


menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari
145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic
Disproportion).

b) Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan


untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah atau tungkai bawah;
dan atau proteinuria)

c) Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga


kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK. Kurang energi
kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah
berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu
hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

d)Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan


untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.
Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada
gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur
setelah kehamilan 24 minggu.

e)Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan


selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala,
atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul
sempit atau ada masalah lain.

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali

10
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih
dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.

f) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus


Toksoid (TT) bila diperlukan

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat


imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasinya.
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status imunisasi TT
ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan
perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5
(TTLong Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.

Tabel 2.1 Imunisasi TT

Imunisasi TT Selang Waktu Minimal Lama Perlindungan


Pemberian Imunisasi

TT1 Langakah awal


pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
tetanus
TT2 1 bulan setelah TT1
3 Tahun
TT3 6 bulan setelah TT2
5 Tahun
TT4 12 bulan setelah TT3
10 Tahun
TT5 12 bulan setelah TT4
≥25 Tahun

g) Beri tablet tambah darah

Untuk mencegah anemia defisiensi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet selama
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.

11
h) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah


pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, dan
pemeriksaan spesifik daerah endemis/epidemi (malaria, HIV, dll). Sementara
pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang
dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi:

1. Pemeriksaan Golongan Darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui
jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor
darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

2. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali


pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh
kembang janin dalam kandungan. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil
pada trimester kedua dilakukan atas indikasi.

3. Pemeriksaan Protein dalam Urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator
terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.

4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan


pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga.

12
5. Pemeriksaan Darah Malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah


malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non
endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.

6. Pemeriksaan Sifilis

Pemeriksaan sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinddi dan ibu hamil
yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini
mungkin pada kehamilan.

7. Pemeriksaan HIV

Di daerah epidemi HIV meluasdan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di


fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua ibu hamil
secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan
antenatal atau menjelang persalinan.

Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan
diprioritaskan kepada ibu hamil dengan IMS dan TB secara inklusif pada
pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau
menjelang persalinan.

8. Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita


tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak mempengaruhi
kesehatan janin. Selain pemeriksaan tersebut, apabila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.

i)Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan


laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kesenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak
dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

13
j)Temu wicara (konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang


meliputi :

1. Kesehatan ibu

2. Perilaku hidup bersih dan sehat

3. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan.

4. Tanda baha pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan


menghadapi komplikasi.

5. Asupan gizi seimbang

6. Gejala penyakit menular dan tidak menular

7. Penawaran untuk melakukan tes HIV

8. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif

9. KB pascapersalinan

10. Imunisasi

11. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan.

Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan kesehatan


14
komprehensif dan berkualitas yang dilakukan melalui :
1. Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi
dan gizi agar kehamilan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat
dan cerdas.
2. Deteksi dini masalah, penyakit, dan penyulit/komplikasi kehamilan.
3. Penyiapan persalinan yang bersih dan aman.
4. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakaukan rujukan
apabila terjadi penyulit/komplikasi.
5. Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila

14
diperlukan.

6. Melibatkan ibu hamil, suami, dan keluarganya dalam menjaga


kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan
bila terjadi penyulit / komplikasi.

B. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar.


Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan yang dilakukan oleh Bidan
dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan baik persalinan normal dan
11,13,14
atau persalinan dengan komplikasi.

Standar persalinan normal adalah acuan persalinan normal (APN) sesuai


standar yakni dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga penolong
minimal 2 orang, terdiri dari dokter dan bidan, 2 orang bidan atau bidan dan
14
perawat.
Persalinan diberikan kepada ibu bersalin dalam bentuk 5 aspek
14
dasar meliputi:
1. Membuat keputusan klinik.
2. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi.
3. Pencegahan infeksi.
4. Pencacatan (rekam medis) asuhan persalinan.
5. Rujukan pada kasus komplikasi ibu dan bayi baru

lahir. C. Pelayanan Kesehatan Sesudah Melahirkan

Pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan meliputi pelayanan


15
kesehatan bagi ibu dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Pelayanan
kesehatan bagi ibu sesudah melahirkan paling sedikit dilakukan sebanyak 3 kali
14
selama masa nifas meliputi:

a. 1 (Satu) kali pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 3 (tiga)


hari pascapersalinan;
b. 1 (Satu) kali pada periode 4 (empat) hari sampai dengan 28 (dua
puluh delapan) hari pascapersalinan; dan
c. 1 (Satu) kali pada periode 29 (dua puluh sembilan) hari sampai
dengan 42 (empat puluh dua) hari pascapersalinan.

15
Kegiatan pelayanan kesehatan ibu sesudah melahirkan
14
meliputi: a. pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan
suhu; b. pemeriksaan tinggi fundus uteri;
c. pemeriksaan lokhia dan perdarahan;
d. pemeriksaan jalan lahir;
e. pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI
Eksklusif; f. pemberian kapsul vitamin A;
g. pelayanan kontrasepsi pascapersalinan;
h. konseling; dan
i. penanganan risiko tinggi dan komplikasi pada nifas.

2.3 Penyebab Kematian Ibu


Kematian ibu sangat tinggi di seluruh dunia. Sekitar 295.000 wanita
meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan pada tahun 2017.
Mayoritas besar dari kematian ibu (sekitar 94%) terjadi di negara dengan
4
penghasilan rendah, dan sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah.

Tingginya jumlah kematian ibu di beberapa negara di dunia mencerminkan


ketidaksetaraan dalam akses ke layanan kesehatan yang berkualitas dan adanya
kesenjangan antara kaya dan miskin. Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara
berpenghasilan rendah pada tahun 2017 adalah 462 per 100.000 kelahiran hidup
berbanding 11 per 100.000 kelahiran hidup di negara-negara berpenghasilan
4
tinggi.

Risiko kematian ibu yang tertinggi pada gadis remaja di bawah 15 tahun
dan komplikasi dalam kehamilan dan persalinan lebih tinggi di antara remaja
4
perempuan usia 10-19 (dibandingkan dengan wanita berusia 20-24).

Wanita meninggal karena komplikasi selama dan setelah kehamilan dan


persalinan. Sebagian besar komplikasi ini berkembang selama kehamilan dan
sebagian besar dapat dicegah atau diobati. Komplikasi lain mungkin ada sebelum
kehamilan tetapi memburuk selama kehamilan, terutama jika tidak dikelola
dengan baik. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua
4
kematian ibu adalah:

16
a. Perdarahan hebat (perdarahan setelah melahirkan)

b. Infeksi (biasanya setelah melahirkan)

c. Tekanan darah tinggi selama kehamilan (preeklamsia dan eklamsia)

d. Komplikasi dari persalinan

e. Aborsi yang tidak aman.

Sisanya disebabkan oleh atau terkait dengan infeksi seperti malaria atau
4
terkait dengan kondisi kronis seperti penyakit jantung atau diabetes.
Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor faktor yang memperberat
keadaan ibu hamil seperti 4 Terlalu ( terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering
melahirkan, dan terlalu dekat jarak kelahiran ), maupun yang mempersulit proses
penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti 3 Terlambat
( terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai
14
fasilitas kesehatan dan terlambat dalam menangani kegawatdaruratan ).

Sebagian penyebab kematian ibu dapat dicegah. Pelayanan kesehatan


harus memberikan solusi untuk mencegah dan menangani komplikasi terkait hal
tersebut. Setiap persalinan harus di lakukan oleh tenaga kesehatan yang ahli,
penatalaksanaan dan managemen terhadap komplikasi harus dilakukan sesegera
mungkin. Memberikan injeksi oksitosin segera setelah melahirkan dapat
mengurangi risiko perdarahan masif. Melakukan tindakan aseptis untuk mencegah
terjadinya infeksi. Preeklamsi dapat dideteksi dan ditatalaksana sehingga tidak
terjadi onset kejang (eklampsi) dan komplikasi yang mengancam nyawa,
pemberian magnesium sulfat dapat mengurangi risiko berkembangnya penyakit
4
menjadi eklampsi.

Faktor utama yang menyebabkan seorang ibu tidak menerima atau mencari
perawatan saat hamil atau melahirkan diantaranya, kemiskinan, jarak yang jauh
dengan fasilitas kesehatan, kurangnya informasi, tidak adekuatnya pelayanan dan
4
faktor budaya.

17
BAB 3

ANALISIS SITUASI

3.1 Sejarah Singkat Puskesmas Seberang Padang


Puskesmas Seberang Padang merupakan salah satu dari tiga puskesmas
yang berada di kecamatan Padang Selatan. Puskesmas Seberang Padang berdiri
pada tahun 1970, dan termasuk puskesmas tertua di kota Padang. Dahulunya
Puskesmas Seberang Padang merupakan satu-satunya puskesmas untuk kecamatan
Padang Selatan sebelum adanya Puskesmas lain pada tahun 1980 dan 1992. Saat
itu Puskesmas Seberang Padang membawahi 24 Kelurahan, namun sejak adanya 2
Puskesmas lain dan penciutan jumlah kelurahan, wilayah kerja dari Puskesmas
Seberang Padang sekarang tinggal 4 kelurahan saja.

3.2 Keadaan Geografis


Puskesmas Seberang Padang berlokasi di Kecamatan Padang Selatan
kelurahan Seberang Padang. Wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang
mencakup 4 (empat) kelurahan yaitu:
• Kelurahan Seberang Padang,
• Kelurahan Alang Laweh,
• Kelurahan Ranah Parak Rumbio,
• Kelurahan Belakang Pondok.
Keempat Kelurahan tersebut dapat di lalui dengan jalan darat. Luas
wilayah ± 2.37 km2, terletak Lintang 0,91352 dan Bujur 100,3662 lebih kurang 4
meter di atas permukaan laut. Dan merupakan zona merah bencana tsunami. Batas
wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang adalah sebagai berikut :
• Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Parak Gadang Timur
• Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Rawang
Kelurahan Mata Air
• Sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Pemancungan
Kelurahan Pasa Gadang
• Sebelah timur berbatasan Kecamatan Lubuk Begalung

18
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang tahun 2019

3.3 Keadaan Demografi


Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang pada tahun 2019
berjumlah 18.597 jiwa, terdiri dari penduduk asli dan pendatang.
Tabel 3.1 menggambarkan distribusi jumlah penduduk tahun 2019 di
wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang berdasarkan kelompok sasaran.

Tabel 3.1 Data Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas
Seberang Padang 2019

Tabel 3.1 menjelaskan sasaran penduduk di Kecamatan Padang Selatan


wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang pada tahun 2019 (18597 jiwa). Jumlah
penduduk terbanyak berada di Kelurahan Seberang Padang (7460 jiwa). Jumlah

19
RT, RW, Kepala Keluarga, dan jumlah rumah per kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Seberang Padang tahun 2019.

Tabel 3.2 Data Distribusi RT, RW, KK, dan Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas
Seberang Padang 2019

3.4 Sarana dan Prasarana Kesehatan


Sarana dan Prasarana Umum, terdiri dari:
• Sarana ibadah ; mesjid dan mushalla.
• Sarana-sarana lingkungan; Perumahan, Tempat-Tempat Umum (TTU), Tempat
Pengolahan Makanan (TPM), Sarana Air Bersih (SAB) dan Sarana Pembuangan
Air Limbah (SPAL).
• Sarana pendidikan; dari TK hingga PT, Madrasah Ibtidaiyah, SLB, Panti Asuhan
dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
• Sarana pelayanan kesehatan terdiri dari sarana kesehatan milik pemerintah,
UKBM dan swasta. Sarana kesehatan pemerintah selain Puskesmas Seberang
Padang juga terdapat 1 Puskesmas Pembantu dan 3 Pos Kesehatan Kelurahan.
Sedangkan UKBM berupa Posyandu berjumlah 23 pos. Untuk sarana pelayanan
kesehatan pemerintah/swasta antara lain adalah :
1. Rumah Sakit Swasta : 1 unit
2. Klinik Swasta : 6 unit
3. Dokter Praktek Umum : 17 Orang
4. Bidan Praktek Mandiri : 4 Orang
5. Bidan Klinik Mandiri : 1 orang
6. Kader aktif : 92 Orang
7. Posyandu Balita : 23 unit

20
8. Posyandu Lansia : 4 unit
9. Batra : 2 unit

Tabel 3.3 Data Sarana Umum Dan Lingkungan Puskesmas Seberang Padang Tahun 2019

3.5 Program Puskesmas Seberang Padang


Sebagai pelayanan tingkat pertama, Puskesmas Seberang Padang
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat sesuai dengan sistem kesehatan nasional. Upaya kesehatan
yang dilaksanakan di Puskesmas Seberang Padang terdiri dari Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) Essensial, Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) Tingkat
Pertama, dan Program Pengembangan. Salah satu contoh UKM essensial yang ada
di Puskesmas Seberang Padang adalah KIA Ibu.

3.5.1 Program Kelas Ibu Hamil Puskesmas Seberang Padang


Kelas Ibu Hamil merupakan kegiatan bagi ibu hamil yang meliputi diskusi
& tukar pengalaman untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang
kehamilan, persalinan, perawatan nifas & perawatan bayi baru lahir melalui
praktek dengan menggunakan Buku KIA yang difasilitasi petugas kesehatan.
Untuk puskesmas Seberang Padang juga dilakukan senam hamil dan pemberian
penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil.

21
Tabel 3.4 Kelas Ibu Hamil Di Puskesmas Seberang Padang Tahun 2019 Tahun

3.6 Pencapaian Program Kesehatan Ibu di Puskesmas Seberang Padang

3.6.1 Pencapaian K1 Ibu Hamil


Pada tahun 2019 program K1 ibu hamil puskesmas Seberang Padang
hampir mencapai target yaitu 100 % dari target yang telah ditetapkan DKK yaitu
100% dan ada juga yang telah melebihi target 100% dimana pencapaian kelurahan
Seberang Padang yaitu 96,2%, Alang Laweh 108,9%, Ranah Parak Rumbio 77%
dan Belakang Pondok 70% dapat dilihat dari gambar grafik berikut:

Gambar 3.2 Grafik Pencapaian K1 Puskesmas Seberang Padang

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa kelurahan yang belum


mencapai target K1 adalah Kelurahan Ranah Parak Rumbio dan Belakang Pondok
Sedangkan K1 untuk kelurahan Seberang Padang, Alang Laweh sudah mencapai
target.

3.6.2 Capaian K4 Ibu Hamil


Secara keseluruhan cakupan K4 puskesmas Seberang Padang belum
mencapai target dari yang telah ditetapkan Dinas Kesehatan kota Padang yaitu 96
% dalam setahun.

22
Gambar 3.3 Grafik Pencapaian K4 Puskesmas Seberang Padang

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa K4 masih ada yang belum
tercapai yaitu di kelurahan Seberang Padang, Alang Laweh dan Belakang Pondok.
Sedangkan K4 di kelurahan Ranah Parak Rumbio sudah melebihi target sebanyak
96,7 %.

3.6.3 Capaian Deteksi Ibu Hamil Resiko Tinggi Puskesmas Seberang Padang

Indikator Bumil resti adalah umur Ibu < 20 tahun / > 35 tahun, jarak anak
kurang dari 2 tahun, jumlah anak lebih dari 4, Hb < 10,5 gr %, LiLA < 23,5 cm
dan tinggi badan < 145 cm.

Gambar 3.4 Grafik Pencapaian Deteksi Bumil Resti Puskesmas Seberang Padang

23
Target penemuan bumil resti adalah 80 %. Berdasarkan grafik di atas
Kelurahan yang belum mencapai target adalah Kelurahan Belakang Pondok
sebanyak 50%.

Gambar 3.5 Grafik Bumil Resti Berdasarkan Resiko Di Puskesmas Seberang Padang

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa resiko ibu hamil yang
paling banyak adalah LILA < 23,5 cm.

3.6.4 Capaian Persalinan Oleh Nakes

Gambar 3.6 Grafik Capaian Persalinan oleh Nakes Puskesmas Seberang Padang

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa persalinan pada nakes di


Puskesmas Seberang Padang masih belum tercapai (97,5%). Kelurahan yang
sudah tercapai adalah Kelurahan Ranah Parak Rumbio, Seberang Padang dan

24
Alang Laweh.

3.6.5 Capaian Kunjungan Ibu Nifas

Gambar 3.7 Grafik Capaian Kunjungan Ibu Nifas Puskesmas Seberang Padang

Target pencapaian Ibu Nifas secara total di Puskesmas Seberang Padang


belum tercapai (95%). Jika dilihat dari grafik hasil pencapaian kunjungan ibu nifas
hanya berkisar 54,9 %.

3.6.6 Kematian Ibu Hamil Puskesmas Seberang Padang


Pada tahun 2019 di Puskesmas Seberang Padang terdapat 1 kematian ibu
hamil dengan data sebagai berikut :

Gambar 3.8 Kematian Ibu Hamil di Puskesmas Seberang Padang

25
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Permasalahan Kesehatan Ibu di Puskesmas Seberang Padang


Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program KIA di
Puskesmas Seberang Padang, jumlah data sasaran ibu hamil, bersalin, dan nifas
di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang ditentukan oleh Dinas Kesehatan
Kota Padang.
Terdapat lima fasilitas kesehatan lain di wilayah kerja Puskesmas
Seberang Padang yang melayani ibu hamil, yaitu empat praktik bidan mandiri
dan satu klinik mandiri. Namun, pada beberapa kondisi, ada juga beberapa ibu
hamil yang memeriksakan kehamilannya ke klinik atau praktik bidan di luar
wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang dan sebaliknya juga ada
kemungkinan beberapa ibu hamil di luar wilayah kerja puskesmas Seberang
Padang yang memeriksakan kehamilannya di fasilitas kesehatan untuk ibu hamil
yang ada di wilayah kerja puskesmas Seberang Padang. Hal ini ditunjukkan pada
Gambar 3.2 mengenai capaian K1 yang belum mencapai target (100%), yaitu
rata-rata 95% namun ada kelurahan yang melebihi capaian yaitu 108,9% pada
kelurahan Alang Laweh. Data pada gambar 3.3 mengenai capaian K4 yang juga
belum mencapai target (96%), yaitu 78,3%. Rendahnya ibu hamil yang
melakukan K4 dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan adalah usia,
pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, dukungan keluarga dan jangkauan
ke tempat pelayanan kesehatan. Selain itu, penyebab rendahnya capaian K4 juga
dapat disebabkan ibu hamil yang melakukan K4 di tahun selanjutnya, sehingga
tidak tercatat pada laporan tahunan.
Gambar 3.4 menunjukkan data capaian deteksi ibu hamil resiko tinggi.
Sebagian besar sudah mencapai target yaitu 80%, hanya kelurahan Belakang
Pondok yang masih belum mencapai target yaitu hanya 50%. Hal ini disebabkan
kurangnya minat, dukungan keluarga, masyarakat sekitar. Hal ini mungkin juga
dikarenakan kurangnya informasi atau akses terhadap informasi mengenai
pentingnya deteksi dini resiko dalam kehamilan, atau mungkin ia tidak
mempunyai kebebasan untuk menentukan, misalnya harus tunduk kepada

26
suami, mertuanya atau orang lain yang ia segani (personal autonomy). Faktor
lain yang mungkin menyebabkan ibu ini tidak mau melakukan deteksi dini resiko
tinggi kehamilan adalah karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan,
misalnya alasan kesehatan (action situation).
Gambar 3.5 menunjukkan data mengenai jumlah ibu hamil dengan resiko
tinggi berdasarkan resiko di Puskesmas Seberang Padang. Didapatkan sebanyak
72 bumil resti dari total ibu hamil yang ada yaitu 360, sehingga didapatkan
persentasi bumil resti sebanyak 20%. Berdasarkan komponen resikonya yang
paling banyak adalah ibu hamil dengan LILA < 23,5 cm yang mengindikasikan
KEK kemudian diikuti pada resiko paling banyak yang kedua adalah jarak anak
< 2 tahun.
Gambar 3.6 menunjukkan data mengenai cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang belum mencapai target (100%), yaitu 77% padahal Puskesmas
Seberang Padang sudah memiliki layanan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar (PONED). Hal ini dikarenakan masih adanya ibu yang
melakukan persalinan di dukun dan masih kurangnya pemahaman pentingnya
bersalin yang dibantu oleh tenaga kesehatan. Persalinan oleh selain tenaga
kesehatan ini tentunya dapat meningkatkan resiko kematian ibu karena
kurangnya kompetensi dan fasilitas yang memadai dalam mengatasi komplikasi
yang dapat terjadi saat dan setelah persalinan yang dapat beresiko kematian Ibu.
Selain itu, ibu hamil yang tercatat di akhir tahun akan melakukan persalinan di
tahun selanjutnya sehingga data akan tercatat di capaian pada tahun selanjutnya.
Berdasarkan data pada gambar 3.7 cakupan kunjungan Ibu nifas masih
belum mencapai target (95%), yaitu 54,9%. Hal ini dapat disebabkan oleh Ibu nifas
yang melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan lain di luar wilayah kerja
puskesmas Seberang Padang. Selain itu, banyak ibu hamil yang merasa sudah sehat
dan tidak ada keluhan sehingga tidak perlu melakukan kunjungan nifas lagi.
Berdasarkan tabel 3.8 mengenai kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas
Seberang Padang menunjukkan terdapatnya 1 kematian ibu di tahun 2019.
Puskesmas Seberang Padang merupakan puskesmas PONED yang dapat melayani
proses persalinan dan juga dapat menjadi tempat rujukan dari puskesmas non
PONED sekitarnya. Berdasarkan wawancara dengan pemegang program

27
puskesmas, telah dilakukan audit terhadap kematian ibu hamil primipara berusia
38th dengan usia kehamilan 32-33 minggu yang terjadi pada tanggal 7/9/2019.
Didapatkan penyebab kematian Ibu karena hipertensi dalam kehamilan. Hal ini
tentu merupakan tanggung jawab puskesmas sebagai garda terdepan dalam
mendeteksi ibu hamil dengan resiko tinggi agar tidak terjadi komplikasi dalam
kehamilan.
Pada kondisi pandemi Covid-19 saat ini banyak program ataupun
kegiatan pelayanan kesehatan ibu yang tidak dapat terlaksana seperti kelas ibu
hamil dan kunjungan rumah. Apabila terdapat kondisi-kondisi darurat pada ibu
hamil, bersalin atau nifas, nanti ibu hamil atau keluarganya akan menghubungi
puskesmas melalui telepon setelah itu dilakukan kunjungan ke rumah.

4.2 Pemecahan Masalah Kesehatan Ibu Puskesmas Seberang Padang


Berbagai upaya pemecahan masalah kesehatan ibu perlu dilakukan untuk
mencegah berbagai masalah kesehatan ibu di wilayah Puskesmas Seberang
Padang. Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas Seberang Padang
di antaranya yaitu:
1) Mengumpulkan data ibu hamil, bersalin, dan nifas yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Seberang Padang. Data yang dikumpulkan berupa form
yang telah dibuat oleh Puskesmas Seberang Padang dan disebarkan dan
diisi oleh fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Seberang
Padang. Pengumpulan data dilakukan setiap bulan. Selain
mengumpulkan data dari praktik bidan dan klinik swasta, Puskesmas
Seberang Padang juga menjemput data ibu hamil, bersalin, dan nifas
yang melakukan layanan KIA di luar wilayah kerja Puskesmas Seberang
Padang. Penjemputan data dilakukan dengan cara sweeping melalui
kunjungan rumah dan via telepon oleh kader di Posyandu dan petugas
puskesmas yang dilakukan setiap bulan.
2) Koordinasi kader dengan ketua RT dalam mendapatkan data ibu hamil,
bersalin, dan nifas di wilayahnya setiap bulan.
3) Membuat grup Whatsapp dalam skala kelurahan dan juga posyandu yang
berisi ibu-ibu hamil agar lebih mudah memberikan edukasi dan
memantau ibu hamil baik yang berisiko tinggi maupun tidak, untuk

28
melakukan ANC dan kelas ibu hamil. Edukasi mengenai kehamilan,
persalinan, dan nifas juga diberikan pada saat kelas ibu hamil agar
meningkatkan kesadaran ibu hamil akan pentingnya memeriksakan
kehamilan, melakukan persalinan dengan tenaga kesehatan, dan
melakukan kunjungan nifas.

Upaya yang bisa dilakukan dalam memudahkan pendataan program KIA


yaitu:
1) Penyelarasan data untuk tiap sasaran cakupan pelayanan dengan data
yang ditemukan dilapangan.
2) Kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Padang untuk membuat
pendataan kunjungan ibu hamil, bersalin, dan nifas secara online
sehingga data ibu hamil, bersalin, dan nifas yang melakukan kunjungan di
luar wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang dapat tercatat di
pendataan Puskesmas Seberang Padang.
3) Mengadakan program yang melibatkan suami / keluarga untuk
memberikan dukungan serta kontribusi dalam memantau kesehatan ibu
hamil, bersalin, dan nifas.

29
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1) Kesehatan ibu mencakup pelayanan ibu hamil seperti kunjungan
ibu hamil K1, K4, deteksi ibu hamil dengan risiko tinggi, persalinan
oleh nakes dan kunjungan ibu nifas.
2) Permasalahan kesehatan ibu di wilayah kerja Puskesmas Seberang
Padang yaitu adanya jumlah sasaran yang belum mencapai target.

3) Masih terdapatnya kematian ibu yang disebabkan oleh kurangnya


deteksi dini kehamilan resiko tinggi yang berujung pada komplikasi
dan kematian ibu.
4) Pemecahan masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Seberang Padang berupa pengumpulan dan penjemputan data ke
klinik swasta, praktik bidan dan ibu hamil, pemberian informasi
terkait sasaran, dan pemantauan sasaran serta edukasi
menggunakan aplikasi Whatsapp.

5.2 Saran
1) Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Padang untuk
membuat pendataan kunjungan ibu hamil, bersalin, dan nifas secara
daring agar memudahkan pendataan.
2) Melibatkan para suami dalam mendukung dan memantau kesehatan
ibu hamil, bersalin, dan nifas.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Suwirmayanti N, Hadi R, Nugraheni Y. Perancangan Aplikasi Penyuluhan


Kesehatan Ibu dan Anak. Jurnal Sistem dan Informatika.2017;11(2):141-8.
2. Widoyo R. Peningkatan Peran Suami dalam Kesehatan Ibu dan Anak Indonesia.
JKMA.2015;9(2):63-64.
3. WHO(2019).Maternal mortality. World Health Organization
https://www.who.int/healthinfo/statistics/indmaternalmortality/en/- Diakses Juli
2020
4. WHO(2019).Maternal mortality. World Health Organization
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality - Diakses
Juli 2020

5. Depkes RI (2015). InfoDATIN Mothers Day. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia http://www.kemkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infod atin-ibu.pdf - Diakses Juli 2020.
6. BPS (2015). Profil Penduduk Indonesia Hasil SUPAS. Badan Pusat Statistik
https://www.bps.go.id/publication/2016/11/30/63daa471092bb2cb7c1fada6/profi l-
penduduk-indonesia-hasil-supas-2015.html -Diakses Juli 2020.
7. BPS (2014). Kajian Indikator Sustainable Development Goals (SDGs). Badan
Pusat Statistik
https://www.bps.go.id/publication/2014/10/06/db07e5b8991c5f33c0f1309c/kajia n-
indikator-sustainable-development-goals--sdgs-.html-Diakses Juli 2020.
8. Dinkes Sumbar (2018). Profil Kesehatan 2018. Dinas Kesehatan Sumatera
Barat. http://dinkes.sumbarprov.go.id/details/news/450-Diakses Juli 2020
9. Dinkes Kota Padang (2018). Profil Kesehatan Kota Padang. Dinas Kesehatan
Kota Padang
https://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_20
17/1371_Sumbar_Kota_Padang_2017.pdf Diakses Juli 2020
10. Puskesmas Seberang Padang. Laporan Tahunan Puskesmas Seberang Padang
Tahun 2019. Padang: Puskesmas Seberang Padang ; 2019.
11. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal dibidang Kesehatan. Jakarta: Permenkes RI. 2016.

31
12. Presiden RI. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan.Jakarta:Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia. 2009.

13. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal di Bidang Kesehatan. Jakarta: Permenkes RI. 2019
14. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa
Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan
Kesehatan Seksual. Jakarta: Permenkes RI. 2014

32

Anda mungkin juga menyukai