JAWABAN
1. Hal ini disebabkan karena belum terlaksananya secara optimal kegiatan pemantauan
kesehatan ibu hamil, kunjungan rumah, dan penjaringan data ibu hamil Risti.
Penanganan kasus dengan risiko komplikasi harus dilakukan dengan baik, mengenali
risiko seperti 4 Terlalu (Terlalu muda, Terlalu tua, Terlalu sering melahirkan, Terlalu
dekat jarak kehamilan), dan 3 Terlambat
2. Program yang melibatkan Suami Suami Siaga Anemi suatau kegiatan dengan
sassaran ibu hamil yang melibatkan peran keluarga dalam hal ini suami untuk
memantau atau mengingaktan istri dalam mengonsumsi tablet tambah darah selama
minimal 90 tablet.
Ada juga peran Mahasiswa di Fakultas kedokteran Hasanudin sejak tahun 2011 “
Satu mahasiswa—Satu bayi” yang pada tahun 2014 diresmikan oleh menkes RI
menjadi program 1000 hari awal kehidupan (Gerakan Kampus Mengawal Generasi)
Cara melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil : Evaluasi dilakukan untuk menilai
a. Evaluasi pada pelaksanaan kelas ibu hamil : pre test-post test
b. Evaluasi Kemampuan Fasilitator Pelaksanaan Kelas Ibu Hami : Untuk mengetahui kemampuan
fasilitator dalam memfasilitasi pelaksanaan kelas ibu hamil dilakukan evaluasi harian/setiap kali
pertemuan. x Evaluasi dilakukan setiap akhir pertemuan (pertemuan I, II, III) x Evaluasi dilakukan
oleh bidan dan koordinator bidan atau Dinas Kesehatan Kabupaten atau Dinas Kesehatan
Provinsi. x Aspek yang dievaluasi:
Untuk keseluruhan sasaran di puskesmas (1008) hanya 72 ibu yang mengikuti kelas ibu
hamil (7,14%) dan untuk partisipasi suami dalam kelas ibu hamil ini sangat minimal sekali
di puskesmas Ambacang
Jumlah kali pertemuan minimal 3 kali dan jumlah materinya sesuai dengan kesepakatan,
penyajian materi:
5. PKM ambacang belum menjadi pkm Poned. PKM mampu PONED Adalah Puskesmas
rawat inap yang mampu menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal
emergensi/komplikasi tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
1). Kriteria Puskesmas yang siap untuk ditingkatkan menjadi Puskesmas mampu PONED:
a. Puskesmas rawat inap yang dilengkapi fasilitas untuk pertolongan persalinan, tempat tidur
rawat inap sesuai kebutuhan untuk pelayanan kasus obstetri dan neonatal
emergensi/komplikasi.
b. Letaknya strategis dan mudah diakses oleh Puskesmas/ Fasyankes non PONED dari sekitarnya.
d. Puskesmas telah dimanfaatkan masyarakat dalam/ luar wilayah kerjanya sebagai tempat
pertama mencari pelayanan, baik rawat jalan ataupun rawat inap serta persalinan normal.
f. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan Puskesmas non PONED ke
Puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam dengan transportasi umum mengingat waktu
paling lama untuk mengatasi perdarahan 2 jam dan jarak tempuh Puskesmas mampu PONED ke
RS minimal 2 jam
b. Mempunyai Tim inti yang terdiri atas Dokter, Perawat dan Bidan sudah dilatih PONED,
bersertifi kat dan mempunyai kompetensi PONED, serta tindakan mengatasi kegawatdaruratan
medik umumnya dalam rangka mengkondisikan pasien emergensi/komplikasi siap dirujuk dalam
kondisi stabil.
c. Mempunyai cukup tenaga Dokter, Perawat dan Bidan lainnya, yang akan mendukung
pelaksanaan fungsi PONED di Puskesmas/ Fasyankes tingkat dasar.
d. Difungsikan sebagai Pusat rujukan antara kasus obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi,
dalam satu regional wilayah rujukan kabupaten
e. Puskesmas telah mempunyai peralatan medis, non medis, obat-obatan dan fasilitas tindakan
medis serta rawat inap, minimal untuk mendukung penyelenggaraan PONED (terlampir).
h. Adanya komitmen dari para stakeholders yang berkaitan dengan upaya untuk memfungsikan
Puskesmas mampu PONED dengan baik
6. Apa saja peran petugas kesehatan dalam Menurunkan AKI ? ( dikrertas satu lagi )