Anda di halaman 1dari 39

Case Report Session

KESEHATAN IBU DAN ANAK (PENYEBAB KEMATIAN IBU)


DI PUSKESMAS PAUH

Oleh:

Dhesty Mira Erviza 1840312626

Preseptor:

dr. Ida Rahmah Burhan, MARS

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/KEDOKTERAN

KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kesehatan Ibu
dan Anak ( Penyebab Kematian Ibu) di Puskesmas Pauh”. Makalah ini merupakan
salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada Ibu dr. Ida Rahmah Burhan, MARS selaku pembimbing.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Padang, Juli 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…........................................................................................ 2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
DAFTAR TABEL.................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ 5
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 6
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................... 7
1.4 Batasan Masalah......................................................................................8
1.5 Metode Penulisan......................................................................................................8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Ibu dan Anak..........................................................................9
2.2 Program Kesehatan Ibu.............................................................................9
2.3 Penyebab Kematian Ibu…........................................................................16
BAB 3 ANALISIS SITUASI
3.1 Kondisi Geografis.....................................................................................................18
3.2 Kondisi Demografis..................................................................................................19
3.3 Program Puskesmas Pauh.........................................................................20
3.4 Program Kesehatan Ibu Puskesmas Pauh.................................................21
3.5 Pencapaian Program Kesehatan Ibu…..................................................... 25
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Permasalahan Kesehatan ibu di Puskesmas Pauh......................................32
4.2 Pemecahan Masalah Kesehatan Ibu di Puskesmas Pauh................................34
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................36
5.2 Saran........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................38

3
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Imunisasi TT............. ......................................................... ... .......... 11

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk menurut Kelurahan di Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh tahun 2019............................................................... ... .......... 19

Tabel 3.2 Data Distribusi Bumil, Bulin, Bufas, dan Bumil Risti menurut

Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2019............... ... .......... 20

Tabel 3.3 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1) di Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh Tahun 2019.... ......................................................... ... .......... 25

Tabel 3.4 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) di Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh Tahun 2019.... ......................................................... ... .......... 26

Tabel 3.5 Cakupan Deteksi Dini Bumil Resti di Wilayah Kerja Puskesmas

Pauh Tahun 2019................................................................................ ... .......... 27

Tabel 3.6 Cakupan Program P4K di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun

2019........................................... ......................................................... ... .......... 28

Tabel 3.7 Cakupan Persalinan dengan tenaga kesehatan di Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh Tahun 2019.... ......................................................... ... .......... 29


Tabel 3.8 Cakupan Pelayanan ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas

Pauh Bulan Desember Tahun 2019....................................................... .......... 30


Tabel 3.9 Kematian Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2019.......... 31

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pauh......................................................18

5
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
menyusui, bayi baru lahir, bayi dan anak balita. 1 Kematian serta kesakitan ibu dan
2
bayi merupakan masalah besar negara berkembang termasuk di Indonesia.
Kematian dan kesakitan ibu dapat terjadi saat kehamilan, persalinan, dan nifas.
Kesehatan bayi meliputi permasalahan perawatan pasca persalinan, ASI eksklusif,
diare dan pneumonia.2
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita saat hamil atau dalam 42
hari setelah berakhirnya kehamilan, terlepas dari durasi dan lokasi kehamilan, dari
segala penyebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera. Untuk
memudahkan identifikasi kematian ibu dalam keadaan dimana penyebab kematian
tidak memadai, kategori baru telah diperkenalkan yakni kematian terkait
kehamilan didefinisikan sebagai kematian seorang wanita saat hamil atau dalam
waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, terlepas dari penyebab

kematiannya.3
Setiap hari pada tahun 2017, sekitar 810 wanita meninggal karena sebab
yang dapat dicegah terkait dengan kehamilan dan persalinan. Antara 2000 dan
2017, rasio kematian ibu/Angka Kematian Ibu (MMR/AKI, jumlah kematian ibu
4
per 100.000 kelahiran hidup) turun sekitar 38% di seluruh dunia.
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi di Indonesia dan belum
mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.5,6
Target global MDGs ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi
102 per 100.000 kelahiran hidup.5 Target Sustainable Development Goals (SDGs)
pada tahun 2030 mengurangi angka kematian ibu setidaknya menjadi 70 per
100.000 kelahiran hidup.7 Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 359
per 100.000 kelahiran hidup, Angka ini sedikit menurun

6
dibandingkan dengan SDKI pada tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000
kelahiran hidup.5 Berdasarkan Survei Penduduk antar Sensus (SUPAS) 2015,
6
angka kematian ibu menurun menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu di Sumatera Barat pada tahun 2017 berjumlah 113
orang per 100.000 kelahiran hidup, meningkat jika dibandingan pada tahun 2016
8
yaitu sebanyak 108 orang per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu di Kota
Padang pada tahun 2018 ditemukan sebanyak 17 kasus per 100.000 kelahiran
hidup, jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2017 sebanyak 16 kasus per
100.000 kelahiran hidup.8 Kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas Pauh pada
tahun 2018 tidak ada kasus kematian ibu dan tahun 2019 terdapat 2 kasus.
Penyebab kematian yaitu perdarahan post partum (1 kasus) dan lupus (1
10,11
kasus). Penyebab kematian ibu paling banyak adalah perdarahan diikuti
2
dengan hipertensi/eklamsi dan infeksi.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun
2016 tentang standar pelayanan minimal dibidang kesehatan. Pelayanan kesehatan
pada ibu hamil dan ibu bersalin merupakan indikator standar pelayanan minimal
dibidang kesehatan.12
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa perlu untuk membahas
kesehatan ibu dan anak terutama penyebab kematian ibu di Puskesmas Pauh.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan kesehatan ibu dan pencapaiannya di wilayah

kerja Puskesmas Pauh.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengelolaan kesehatan ibu dan pencapaiannya di wilayah

kerja Puskesmas Pauh

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui program kesehatan ibu di Puskesmas Pauh

b. Mengetahui pencapaian program kesehatan ibu di Puskesmas Pauh

7
c. Menganalisa permasalahan kesehatan ibu di wilayah kerja Puskesmas
Pauh
d. Mengetahui solusi terhadap permasalahan kesehatan ibu di Puskesmas
Pauh

1.4 Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai program kesehatan ibu, pencapaian

program dan permasalahan kesehatan ibu di wilayah kerja Puskesmas Pauh.

1.5 Metode Penullisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk

kepada berbagai literatur, laporan tahunan Puskesmas Pauh dan diskusi dengan

pemegang program kesehatan lingkungan di Puskesmas Pauh.

8
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Ibu dan Anak

Kesehatan menurut WHO adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik,


mental, dan sosial. Sedangkan menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
13
sosial dan ekonomis. Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin,
1
ibu nifas, ibu menyusui, bayi baru lahir, bayi dan anak balita.

2.2 Program Kesehatan Ibu

Program kesehatan ibu antara lain :12,14,15

A. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.
Pelayanan Kesehatan Masa Hamil bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga mampu menjalani
kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat

dan berkualitas. 15
Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan kepada
ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal satu kali pada trimester
pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga yang
12
dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan.

Standar pelayanan antenatal adalah pelayanan yang dilakukan kepada ibu


12
hamil dengan memenuhi kriteria 10T yaitu :
a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan


untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan
yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap

9
bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk


menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari
145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic
Disproportion).

b) Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan


untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah atau tungkai bawah;
dan atau proteinuria)

c) Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga


kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK. Kurang energi
kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah
berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu
hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

d)Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan


untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.
Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada
gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur
setelah kehamilan 24 minggu.

e)Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan


selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala,
atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul
sempit atau ada masalah lain.

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali

10
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih
dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.

f) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus


Toksoid (TT) bila diperlukan

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat


imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasinya.
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status imunisasi TT
ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan
perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5
(TTLong Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.

Tabel 2.1 Imunisasi TT

Imunisasi TT Selang Waktu Minimal Lama Perlindungan


Pemberian Imunisasi

TT1 Langakah awal


pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
tetanus
TT2 1 bulan setelah TT1 3 Tahun

TT3 6 bulan setelah TT2 5 Tahun

TT4 12 bulan setelah TT3 10 Tahun

TT5 12 bulan setelah TT4 ≥25 Tahun

g) Beri tablet tambah darah

Untuk mencegah anemia defisiensi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet selama
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.

11
h) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah


pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, dan
pemeriksaan spesifik daerah endemis/epidemi (malaria, HIV, dll). Sementara
pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang
dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi:

1. Pemeriksaan Golongan Darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui
jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor
darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

2. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali


pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh
kembang janin dalam kandungan. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil
pada trimester kedua dilakukan atas indikasi.

3. Pemeriksaan Protein dalam Urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator
terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.

4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan


pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga.

12
5. Pemeriksaan Darah Malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah


malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non
endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.

6. Pemeriksaan Sifilis

Pemeriksaan sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinddi dan ibu hamil
yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini
mungkin pada kehamilan.

7. Pemeriksaan HIV

Di daerah epidemi HIV meluasdan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di


fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua ibu hamil
secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan
antenatal atau menjelang persalinan.

Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan
diprioritaskan kepada ibu hamil dengan IMS dan TB secara inklusif pada
pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang
persalinan.

8. Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita


tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak mempengaruhi
kesehatan janin. Selain pemeriksaan tersebut, apabila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.

i)Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan


laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kesenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak
dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

13
j)Temu wicara (konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang


meliputi :

1. Kesehatan ibu

2. Perilaku hidup bersih dan sehat

3. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan


persalinan.

4. Tanda baha pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan


menghadapi komplikasi.

5. Asupan gizi seimbang

6. Gejala penyakit menular dan tidak menular

7. Penawaran untuk melakukan tes HIV

8. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif

9. KB pascapersalinan

10. Imunisasi

11. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan.

Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan kesehatan


15
komprehensif dan berkualitas yang dilakukan melalui :
1. Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi
dan gizi agar kehamilan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat
dan cerdas.
2. Deteksi dini masalah, penyakit, dan penyulit/komplikasi kehamilan.
3. Penyiapan persalinan yang bersih dan aman.
4. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakaukan rujukan
apabila terjadi penyulit/komplikasi.
5. Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila
diperlukan.

14
6. Melibatkan ibu hamil, suami, dan keluarganya dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan
bila terjadi penyulit / komplikasi.

B. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar.


Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan yang dilakukan oleh Bidan
dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan baik persalinan normal dan
12,14,15
atau persalinan dengan komplikasi.
Standar persalinan normal adalah acuan persalinan normal (APN) sesuai
standar yakni dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga penolong
minimal 2 orang, terdiri dari dokter dan bidan, 2 orang bidan atau bidan dan
15
perawat.
Persalinan diberikan kepada ibu bersalin dalam bentuk 5 aspek
dasar meliputi:15
1. Membuat keputusan klinik.
2. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi.
3. Pencegahan infeksi.
4. Pencacatan (rekam medis) asuhan persalinan.
5. Rujukan pada kasus komplikasi ibu dan bayi baru

lahir. C. Pelayanan Kesehatan Sesudah Melahirkan

Pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan meliputi pelayanan


15
kesehatan bagi ibu dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Pelayanan
kesehatan bagi ibu sesudah melahirkan paling sedikit dilakukan sebanyak 3 kali
15
selama masa nifas meliputi:
a. 1 (Satu) kali pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 3 (tiga)
hari pascapersalinan;
b. 1 (Satu) kali pada periode 4 (empat) hari sampai dengan 28 (dua
puluh delapan) hari pascapersalinan; dan
c. 1 (Satu) kali pada periode 29 (dua puluh sembilan) hari sampai
dengan 42 (empat puluh dua) hari pascapersalinan.

15
15
Kegiatan pelayanan kesehatan ibu sesudah melahirkan meliputi:
a. pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu;
b. pemeriksaan tinggi fundus uteri;
c. pemeriksaan lokhia dan perdarahan;
d. pemeriksaan jalan lahir;
e. pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI
Eksklusif; f. pemberian kapsul vitamin A;
g. pelayanan kontrasepsi pascapersalinan;
h. konseling; dan
i. penanganan risiko tinggi dan komplikasi pada nifas.

2.3 Penyebab Kematian Ibu


Kematian ibu sangat tinggi di seluruh dunia. Sekitar 295.000 wanita
meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan pada tahun 2017.
Mayoritas besar dari kematian ibu (sekitar 94%) terjadi di negara dengan
4
penghasilan rendah, dan sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah.
Tingginya jumlah kematian ibu di beberapa negara di dunia mencerminkan
ketidaksetaraan dalam akses ke layanan kesehatan yang berkualitas dan adanya
kesenjangan antara kaya dan miskin. Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara
berpenghasilan rendah pada tahun 2017 adalah 462 per 100.000 kelahiran hidup
berbanding 11 per 100.000 kelahiran hidup di negara-negara berpenghasilan

tinggi.4
Risiko kematian ibu yang tertinggi pada gadis remaja di bawah 15 tahun
dan komplikasi dalam kehamilan dan persalinan lebih tinggi di antara remaja
4
perempuan usia 10-19 (dibandingkan dengan wanita berusia 20-24).
Wanita meninggal karena komplikasi selama dan setelah kehamilan dan
persalinan. Sebagian besar komplikasi ini berkembang selama kehamilan dan
sebagian besar dapat dicegah atau diobati. Komplikasi lain mungkin ada sebelum
kehamilan tetapi memburuk selama kehamilan, terutama jika tidak dikelola
dengan baik. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua

kematian ibu adalah:4

16
a. Perdarahan hebat (perdarahan setelah melahirkan)

b. Infeksi (biasanya setelah melahirkan)

c. Tekanan darah tinggi selama kehamilan (preeklamsia dan eklamsia)

d. Komplikasi dari persalinan

e. Aborsi yang tidak aman.

Sisanya disebabkan oleh atau terkait dengan infeksi seperti malaria atau

terkait dengan kondisi kronis seperti penyakit jantung atau diabetes.4


Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor faktor yang memperberat
keaddan ibu hamil seperti 4 Terlalu ( terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering
melahirkan, dan terlalu dekat jarak kelahiran ), maupun yang mempersulit proses
penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti 3 Terlambat
( terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai
15
fasilitas kesehatan dan terlambat dalam menangani kegawatdaruratan ).

Sebagian penyebab kematian ibu dapat dicegah. Pelayanan kesehatan


harus memberikan solusi untuk mencegah dan menangani komplikasi terkait hal
tersebut. Setiap persalinan harus di lakukan oleh tenaga kesehatan yang ahli,
penatalaksanaan dan managemen terhadap komplikasi harus dilakukan sesegera
mungkin. Memberikan injeksi oksitosin segera setelah melahirkan dapat
mengurangi risiko perdarahan masif. Melakukan tindakan aseptis untuk mencegah
terjadinya infeksi. Preeklamsi dapat dideteksi dan ditatalaksana sehingga tidak
terjadi onset kejang (eklampsi) dan komplikasi yang mengancam nyawa,
pemberian magnesium sulfat dapat mengurangi risiko berkembangnya penyakit
4
menjadi eklampsi.
Faktor utama yang menyebabkan seorang ibu tidak menerima atau mencari
perawatan saat hamil atau melahirkan diantaranya, kemiskinan, jarak yang jauh
dengan fasilitas kesehatan, kurangnya informasi, tidak adekuatnya pelayanan dan

faktor budaya.4

17
BAB 3

ANALISIS SITUASI

3.1 Kondisi Geografis Puskesmas Pauh

Puskesmas Pauh terletak di Jalan Irigasi Pasar Baru Kelurahan Cupak


Tangah Kecamatan Pauh, berjarak sekitar +8 km dari pusat kota sebelah timur
Kota Padang. Wilayah kerja Puskesmas Pauh membentang pada 00 58' Lintang
Selatan, 100 21' 11' Bujur Timur, ketinggian 10-1.600 m dari permukaan laut dan
terdiri dari 60% dataran rendah dan 40% dataran tinggi, curah hujan +384.88
mm/tahun, temperatur antara 28°-31° C. Jumlah kelurahan sebanyak 9 Kelurahan
yang terbagi menjadi 52 RW dan 176 RT dengan luas wilayah +146,29 km 2,
10,11
adapun batas wilayah kerja Puskesmas Pauh adalah sebagai berikut:
a. Sebelah timur berbatas dengan Kabupaten Solok
b. Sebelah barat berbatas dengan Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan
Kuranji
c. Sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Koto Tangah
d. Sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Lubuk Kilangan dan
Kecmatan Lubuk Begalung
Batas wilayah tersebut dapat juga kita lihat melalui peta wilayah kerja
10,11
seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

10,11
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

18
3.2 Kondisi Demografis Puskesmas Pauh
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pauh yang menjadi sasaran
kegiatan Puskesmas selama tahun 2019 adalah sebanyak 69.040 jiwa dengan luas
wilayah kerja sekitar 146,29 Km2. Jumlah penduduk menurut kelurahan adalah

sebagai berikut :10,11

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk menurut Kelurahan di Wilayah Kerja


10,11
Puskesmas Pauh tahun 2019

Kelurahan Penduduk RW RT
Pisang 9.125 7 23
Binuang 6.294 5 18
Piai Tangah 4.037 4 12
Cupak Tangah 9.931 6 21
Kapalo Koto 9.081 4 15
Koto Luar 8.260 6 25
Lambung Bukit 3.562 4 13
Limau Manis Selatan 10.805 8 31
Limau Manis 7.945 8 18
Jumlah 69.040 52 176

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa dengan luas wilayah kerja
pauh sebesar 146,29 km2 yang dihuni oleh 69.040 jiwa, maka rata-rata tingkat

kependudukan di wilayah kerja Puskesmas Pauh adalah 507 jiwa/km 2.


Berdasarkan UU No.56 tahun 1960, angka ini menunjukkan wilayah kerja
Puskesmas Pauh termasuk kategori kependudukan sangat padat.

19
Tabel 3.2 Data Distribusi Bumil, Bulin, Bufas, dan Bumil Risti menurut
10,11
Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2019.
Kelurahan Bumil Bulin/Bufas Bumil Risti
Cupak Tangah 151 144 30
Binuang 127 121 26

Pisang 193 185 39

Piai Tangah 102 97 21

Limau Manis 224 213 45

Selatan
Koto Luar 186 178 37

Kapalo Koto 136 130 27

Limau Manis 117 111 23

Lambung Bukit 85 82 17

Jumlah 1321 1261 265

3.3 Program Puskesmas Pauh


Sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama, Puskesmas Pauh
bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat sesuai dengan sistem kesehatan nasional. Upaya kesehatan
10,11
wajib yang dilaksanakan di Puskesmas Pauh antara lain adalah:
1. UKM Esensial dan Perawatan Kesehatan Masyarakat
a. Promosi Kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
c. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum (TTU)
d. Pengawasan Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)
e. Pengawasan Kualitas Air Bersih dan Depot Air Minum
f. Penyelenggaraan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
g. Pengawasan Rumah dan Lingkungannya
h. Konseling Sanitasi
i. KIA/KB

20
j. P2P
k. Gizi
2. UKM Pengembangan
a. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
b. Program Lansia
c. Program Kesehatan Jiwa
3. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
a. Rawat Jalan
b. Program Kesehatan Gigi dan Mulut
c. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
d. Pelayanan Kefarmasian
e. Pelayanan Laboratorium

3.4 Program Kesehatan Ibu Puskesmas Pauh10,11


Pemantauan Wilayah Setempat - Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
bertujuan untuk memantau secara berkesinambungan pelayanan kesehatan ibu
hamil, dari mulai ANC sampai persalinannya serta kesehatan anaknya.
Pemantauan yang dilakukan adalah pemantauan K1, K4, Deteksi Resti oleh tenaga
kesehatan/masyarakat, kunjungan neonatus, persalinan oleh tenaga kesehatan , dan
persalinan yang ditolong dukun.
Pogram pokok kesehatan ibu dilingkungan Puskesmas Pauh terbagi atas :

A. Program Pelayanan Ibu Hamil


1. Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4)
Penilaian terhadap pelaksanaan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan
dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang
telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan
dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu
satu tahun. Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal
yang dianjurkan di setiap trimester dibandingkan dengan jumlah sasaran ibu hamil
di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.

21
2. Deteksi Dini Bumil Risiko Tinggi
Pelaksanaan deteksi dini ibu dengan risiko tinggi (risti) merupakan bentuk
program mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Pada setiap dilakukan
pelayanan antenatal setiap ibu harus dinilai apakah terdapat adanya risiko yang
mungkin dapat menyebabkan atau meningkatkan angka kematian ibu ataupun bayi.
Setelah dilakukan deteksi dini dan wawancara yang efektif, langkah selanjutnya
dapat dipertimbangkan apakah Ibu dapat melahirkan di fasilitas pekayanan primer
seperti puskesmas atau dirujuk dengan fasilitas dan tenaga kesehatan yang lebih
mumpuni.
Deteksi risiko tinggi (risti) yang dilakukan berupa wawancara adanya
risiko pada kehamilan seperti 4T (Terlalu muda, Terlalu tua, Terlalu sering
melahirkan, Terlalu dekat jarak kehamilan), riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya (apakah terdapat penyulit atau komplikasi selama kehamilan dan
persalinan.
Deteksi risiko tinggi (risti) juga dilakukan dengan serangkaian
pemeriksaan seperti pengukuran LiLA untuk menilai adanya kekurangan energi
kronis (KEK), pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk menilai adanya anemia, dan
pemeriksaan triple elimination ( pemeriksaan HIV,hepatitis B, dan sifilis), serta
pemeriksaan penyakit kronis (hipertensi, diabetes mellitus, dan jantung).
Setelah dilakukan deteksi risiko tinggi ibu hamil dengan permasalahan
tertentu akan dirujuk kepada tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan seperti
ibu KEK akan dikonsultasikan ke bagian gizi untuk diberikan pemberian makanan
tambahan (PMT) dan ibu dengan anemia akan diberikan tablet Fe sebanyak 90
tablet selama kehamilan, ibu hamil dengan penyulit dan komplikasi akan dirujuk
kepada dokter spesialis atau rumah sakit rujukan agar mencapai persalinan yang
bersih dan aman.

3. Program P4K
Program P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi) merupakan salah satu program untuk mengurangi angka kematian ibu
dan bayi. Komplikasi semasa kehamilan diantaranya abortus, hiperemesis,
perdarahan pervaginam, KPD dan hipertensi dalam kehamilan. Komplikasi

22
semasa persalinan diantaranya kelainan letak, hipertensi dalam kehamilan, HPP,
infeksi persalinan prematur, distosia, dan kehamilan ganda.

B. Program Pelayanan Ibu Bersalin


1. Persalinan dengan Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar
terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan
persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya kompetensi kebidanan.
Setiap persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi dan dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan dengan dibantu
setidaknya dengan 4 tangan, terdiri atas dokter dan bidan, bidan dan perawat, atau
dua orang bidan.

C. Program Pelayanan Ibu Nifas


1. Kunjungan Ibu Nifas
Penyebab kematian ibu paling banyak adalah perdarahan yang biasanya
terjadi selama masa nifas. Masa nifas adalah masa pemulihan organ reproduksi
paska persalinan dan merupakan masa yang penting bagi ibu maupun bayi. Masa
nifas ini diperkirakan terjadi selama 6-8 minggu.
Kunjungan ibu nifas dilakukan setidaknya 3 kali selama masa nifas ibu.
Program ini bertujuan untuk menilai ada atau tidaknya komplikasi selama masa
nifas ibu. Diantara komplikas pada masa nifas seperti infeksi nifas dan perdarahan
selama nifas.

D. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Ibu


1. Kelas Ibu Hamil
Kelas ibu hamil merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan pada ibu
hamil di 9 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Masing-masing kelas ibu
hamil dilaksanakan tiap bulan dengan tiga kali pertemuan setiap kelompok. Kelas
ibu hamil dilaksanakan dengan kegiatan dan materi yang disesuaikan dengan usia
kehamilan dan kebutuhan dari ibu hamil. Beberapa materi yang dapat diberikan
seperti mual-mual pada ibu hamil, pemeriksaan kehamilan antenatal

23
care (ANC) dan senam ibu hamil.
2. P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Komplikasi)
Pelaksanaan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Komplikasi)
dilakukan pemasangan stiker di setiap pintu rumah ibu hamil oleh petugas dan
bekerjasama dengan kader di seluruh wilayah kerja Puskesmas Pauh dan setelah
bersalin stiker dicabut kembali pada hari ke-42 dan ditempelkan di belakang buku
KIA oleh petugas.
3. Gerakan Sayang Ibu (GSI)
Dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan ibu
yang optimal diperlukan peran serta masyarakat baik secara perseorangan maupun
terorganisasi salah satunya yakni dengan Gerakan Sayang Ibu (GSI). Gerakan
Sayang Ibu (GSI) alah gerakan yang mengembangkan kualitas perempuan
utamanya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang dilaksanakan
bersama-sama dengan masyarakat. GSI ini dilaksanakan di setiap kelurahan di
wilayah kerja Puskesmas Pauh, kegiatannya meliputi :
a. Pembentukan satuan tugas
b. Pemetaan ibu hamil
c. Pembentukan ambulan desa
d. Pembentukan tabulin (tabungan ibu bersalin)
e. Pelaksanaan KIE
4. Pembinaan oleh Bidan Koordinator Puskesmas
Pembinaan ini dilakukan kepada Bidan Praktek Swasta, Rumah Bersalin,
Klinik, Pos Kesehatan Kelurahan, dan Bidan Puskesmas Pembantu. Pembinaan
yang telah dilakukan antara lain :
a. Sosialisasi pelaksaan Asuhan Persalinan Normal (APN)
b. Sosialisasi pelayanan Kunjungan Neonatus (KN) dan Kunjungan Nifas
(KF)
c. Sosialisasi KB pasca salin

Kegiatan khusus untuk ibu sebelum hamil, bersalin dan nifas di Puskesmas
Pauh belum ada. Program yang melibatkan suami dan keluarga dalam pelayanan
kesehatan ibu juga belum ada.

24
3.5 Pencapaian Program Kesehatan Ibu Puskesmas Pauh
Tabel 3.3 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1) di Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Tahun 2019

Kelurahan Sasaran Ibu Hamil %


Kunjungan K1

Cupak Tangah 151 142 94,04


Binuang 127 125 98,43

Pisang 193 167 86,53

Piai Tangah 102 87 85,29

Limau Manis 224 174 77,68

Selatan
Koto Luar 186 153 82,26

Kapalo Koto 136 141 103,68

Limau Manis 117 120 102,56

Lambung Bukit 85 91 107,06

Jumlah 1321 1200 90,84

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa cakupan kunjungan ibu hamil (K1)
angka cakupan paling tinggi di wilayah kelurahan Lambung Bukit (107,6%) dan
paling sedikit di wilayah Limau Manis Selatan (77,68%).

25
Tabel 3.4 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) di Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Tahun 2019

Kelurahan Sasaran Ibu Hamil %


Kunjungan K4

Cupak Tangah 151 145 96,0


Binuang 127 120 94,5

Pisang 193 132 68,4

Piai Tangah 102 81 79,4

Limau Manis Selatan 224 144 64,3

Koto Luar 186 115 61,8

Kapalo Koto 136 148 108,8

Limau Manis 117 120 102,6

Lambung Bukit 85 81 95,3

Jumlah 1321 1086 82,2

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa cakupan kunjungan ibu hamil (K4)
memiliki angka cakupan paling tinggi di wilayah kelurahan Kapalo Koto (108,5%)
dan paling rendah di wilayah Koto Luar (61,8%).

26
Tabel 3.5 Cakupan Deteksi Dini Bumil Resti di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
Tahun 2019

Kelurahan Sasaran Ibu Hamil %


Deteksi Dini

Cupak Tangah 30 27 90,0


Binuang 26 43 165,38

Pisang 39 74 189,74

Piai Tangah 21 34 161,90

Limau Manis Selatan 45 36 80,00

Koto Luar 37 37 100,00

Kapalo Koto 27 38 140,74

Limau Manis 23 59 256,52

Lambung Bukit 17 26 152,94

Jumlah 265 374 141,13

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa cakupan deteksi dini bumil risti
memiliki angka cakupan paling tinggi di wilayah kelurahan Limau Manis
(256,52%) dan paling rendah di wilayah Limau Manis Selatan (80%).

27
Tabel 3.6 Cakupan Program P4K di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2019

Kelurahan Sasaran Sasaran Bumil Bumil Berstiker Bumil Ibu yang Bulin di Nakes
Bumil Bulin Mendapatkan Mendapatkan Berstiker Mengalami Mendapat
Stiker ANC Sesuai Bersalin di Komplikasi Pelayanan Nifas
Standar Nakes Tertangani

Cupak Tangah 151 144 142 (94,04%) 142 (94,04%) 119 (82,64%) 29(19,21%) 119(82,64%)
Binuang 127 121 125 (98,42%) 125 (98,42%) 103 (85,12%) 23(18,11%) 98(80,99%)
Pisang 193 185 167 (86,52%) 167 (86,52%) 150 (81,08%) 29(15,03%) 150(81,08%)
Piai Tangah 102 97 87 (85,29%) 87 (85,29%) 82 (84,54%) 29(28,43%) 78(80,41%)
Limau Manis 224 213 174 (77,68%) 174 (77,68%) 161 (75,59%) 17(7,59%) 147(69,01%)
Selatan
Koto Luar 186 178 153 (82,26%) 153 (82,26%) 145 (81,46%) 16(8,60%) 138(77,53%)
Kapalo Koto 136 130 141 (103,68) 141 (103,68) 114 (87,69%) 17(12,50%) 103(79,23%)
Limau Manis 117 111 120 (102,56%) 120 (102,56%) 106 (95,50%) 27(23,08%) 113(101,80%)
Lambung Bukit 85 82 91 (107,06%) 91 (107,06%) 70(85,37%) 15(17,65%) 72(87,80%)

Jumlah 1321 1261 1200 (90,84%) 1200 (90,84%) 1050(83,27%) 202(15,29%) 1018(80,73%)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa cakupan program P4K bumil yang
mendapatkan ANC sesuai standar paling tinggi di kelurahan Lambung Bukit
(107,06%) dan paling rendah di Limau Manis Selatan (77,68%). Bumil berstiker
bersalin di tenaga kesehatan paling tinggi di Limau Manis (95,50%) dan terendah
di Limau Manis Selatan (75,59%). Ibu yang mengalami komplikasi tertangani
paling tinggi di wilayah Piai Tangah (28,43%) dan terendah di Limau Manis
Selatan (7,59%). Ibu bersalin mendapat pelayanan nifas paling tinggi ditemukan di
Limau Manis (101,80%) dan terendah di Limau Manis Selatan (69,01%).

28
Tabel 3.7 Cakupan Persalinan dengan tenaga kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Tahun 2019

Kelurahan Ibu Bersalin


Sasaran Persalinan
tenaga
kesehatan %
Cupak Tangah 144 118 81,94
Binuang 121 103 85,12
Pisang 185 150 81,08
Piai Tangah 97 82 84,54
Limau Manis Selatan 213 161 75,59
Koto Luar 178 145 81,46
Kapalo Koto 130 114 87,69
Limau Manis 111 106 95,50
Lambung Bukit 82 70 85,37

Jumlah 1261 1049 83,19

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa cakupan ibu bersalin dengan tenaga
kesehatan memiliki angka cakupan paling tinggi di wilayah kelurahan Limau
Manis (95,50%) dan paling rendah di wilayah Limau Manis Selatan(75,59%).

29
Tabel 3.8 Cakupan Pelayanan ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun
2019

Ibu Nifas
Kelurahan Sasaran KF 1 KF 2 KF 3

Cupak Tangah 144 117(81,25%) 115(79,86%) 112(77,78%)


Binuang 121 98(80,99%) 97(80,17%) 102(84,30%)
Pisang 185 150(81,08%) 148(80,00%) 137(74,05%)
Piai Tangah 97 78(80,41%) 76(78,35%) 66(68,04%)
Limau Manis Selatan 213 147(69,01%) 143(67,14%) 137(64,32%)
Koto Luar 178 138(77,53%) 139(78,09%) 133(74,72%)
Kapalo Koto 130 109(83,85%) 108(83,08%) 110(84,62%)
Limau Manis 111 113(101,80%) 109(98,20%) 98(88,29%)
Lambung Bukit 82 72(87,80%) 72(87,80%) 68(82,93%)

Jumlah 1261 1022(81,05%) 1007(79,86%) 963(76,37%)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa cakupan pelayanan ibu nifas pertama
(KF1) paling tinggi di kelurahan Limau Manis (101,80%) dan terendah di Limau
Manis Selatan (69,01%). KF 2 paling tinggi di kelurahan Limau Manis (98,20%)
dan terendah di Limau Manis Selatan (67,14%). KF 3 paling tinggi pada wilayah
Limau Manis (88,29%) dan terendah di Limau Manis Selatan (64,32%).

30
Tabel 3.9 Kematian Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2019.
Kelurahan Tahun 2019
Cupak Tangah 0
Binuang 0
Pisang 0
Piai Tangah 0
Limau Manis Selatan 1
Koto Luar 0
Kapalo Koto 0
Limau Manis 1
Lambung Bukit 0

Jumlah 2

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah kematian ibu pada 1 tahun terakhir
berjumlah 2 orang ibu. Penyebab dari kematian ibu pada tahun 2019 disebabkan
oleh perdarahan post partum, pasien dilaksanakan tindakan sectio caesarea di RST
Dr. Reksodiwiryo Padang. Sementara kematian ibu lainnya disebabkan oleh
penyakit lupus yang sudah diderita ibu selama 6 tahun di RSUP Dr. M. Djamil
Padang.

31
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Permasalahan Kesehatan Ibu di Puskesmas Pauh

Berdasarkan pencapaian program kesehatan Ibu Puskesmas Pauh pada


Tahun 2019 masih terdapat beberapa permasalahan. Dari tabel 3.3 tentang
cakupan kunjungan ibu hamil (K1) masih belum mencapai target (100%) yaitu
90,84%, hal ini dikarenakan sebagian besar ibu hamil melakukan ANC ke klinik
swasta dan praktek dokter yang berada didaerah Puskesmas Pauh, masih ada
penanggung jawab posyandu yang belum mengetahui sasaran ibu hamilnya, dan
sebagian ibu hamil ada yang bekerja sehingga sulit untuk ditemui di rumah.

Tabel 3.4 tentang cakupan kunjungan ibu hamil (K4) masih belum
mencapai target (100%) yaitu 82,21%, hal ini dikarenakan sebagian besar ibu
hamil melakukan ANC ke klinik swasta dan prakter dokter yang berada didaerah
Puskesmas Pauh, masih ada penanggung jawab posyandu yang belum
mengetahui sasaran ibu hamilnya, dan sebagian ibu hamil ada yang bekerja
sehingga sulit untuk ditemui di rumah.
Berdasarkan data pada tabel 3.5 cakupan deteksi dini bumil resti di
wilayah kerja Puskesmas Pauh pada tahun 2019, didapatkan beberapa kelurahan
seperti Kelurahan Binuang, Pisang, Piai Tangah, Koto Luar, Kapalo Koto, Limau
Manis, dan Lambung Bukit sudah memenuhi target sasaran yaitu 100%, namun
kelurahan Cupak Tangah (90%) dan Limau Manis Selatan (80%) masih belum
mencapai target. Hal ini dikarenakan adanya ibu yang melakukan ANC pada
Klinik swasta dan kurang taunya penanggung jawab posyandu terhadap sasaran
ibu hamil resti.
Permasalahan pada tabel 3.6 tentang cakupan program P4K di wilayah
kerja Puskesmas Pauh tahun 2019,bumil yang mendapatkan ANC sesuai standar
belum mencapai target pada beberapa kelurahan seperti Kelurahan Cupak
Tangah, Binuang, Pisang, Piai Tangah, Limau Manis Selatan, dan Koto Luar. Hal
ini dikarenakan adanya ibu yang melakukan ANC pada Klinik swasta dan praktik
dokter yang berada didaerah Puskesmas Pauh.

32
Pada tabel 3.7 tentang cakupan persalinan dengan tenaga kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Pauh Tahun 2019, didapatkan kesembilan kelurahan
belum mencapai target yaitu 100%. Hal ini disebabkan karena sebagian besar ibu
bersalin yang terdata di wilayah kerja Puskesmas Pauh bersalin di klinik swasta
dan mempersulit pendataan dari penanggung jawab posyandu.
Berdasarkan laporan data dari tabel 3.8 mengenai cakupan pelayanan ibu
nifas di wilayah kerja Puskesmas Pauh bulan Desember 2019, belum mecapai
target 100%. Penyebab belum tercapainya target karena sebagian ibu bersalin
melakukan pemeriksaan saat nifas ke klinik swasta, dan masih adanya anggapan
kondisi saat nifas yang tidak ada keluhan tidak memerlukan pemeriksaan.

Berdasarkan tabel 3.9 tentang kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas


Pauh. Terdapat 2 kasus kematian ibu pada tahun 2019 dan pada tahun 2020 dari
Januari-Juli 2020 terdapat 2 kasus kematian ibu (1 kasus ibu hamil 8 bulan karena
jatuh di kamar mandi dan 1 kasus pada ibu nifas karena jantung). Hal ini
disebabkan karena belum terlaksananya secara optimal kegiatan pemantauan
kesehatan ibu hamil, kunjungan rumah, dan penjaringan data ibu hamil risti.
Penanganan kasus dengan risiko komplikasi harus dilakukan dengan baik,
mengenali risiko seperti 4 Terlalu dan 3 Terlambat dapat menurunkan angka
kematian ibu.
Jika dilihat berdasarkan permasalahan diatas kebanyakan ibu hamil, ibu
bersalin dan ibu nifas melakukan pemeriksaan ke klinik swasta ataupun ke
praktik dokter sehingga pencatatan dan pelaporan data belum terintegrasi antara
puskesmas dengan jejaring. Alur pencatatan dan pelaporan dimulai dengan
jejaring memberikan laporan ke puskesmas lalu data akan diambil oleh pembina
wilayah di masing-masing kelurahan. Selain itu dibutuhkan kerjasama dengan
Ketua RT dan kader untuk mendapatkan informasi ibu yang hamil dan bersalin di
wilayahnya setiap bulan.
Permasalahan selanjutnya yakni kurangnya aktifitas kader kesehatan
untuk mengajak ibu hamil ke pelayanan kesehatan dan juga kurangnya
koordinasi dengan pembina wilayah di masing-masing kelurahan sehingga
diharapkan masing-masing bidan penanggungjawab dapat meningkatkan

33
koordinasi dan meningkatkan pengetahuan kader tentang pelayanan ibu hamil.
Kader berasal dari masyrakat. Setiap kelurahan memiliki 4 orang kader ibu balita
dan 1 diantaranya merupakan kader ibu hamil risiko tinggi. Alokasi dana untuk
kader berasal dari BP3AP2KB.
Program ANC terpadu belum tersosialisasi dengan baik juga merupakan
salah satu permasalahan yang ditemukan di Puskesmas Pauh sehingga
dibutuhkan kerjasama dengan program promkes untuk menyediakan media
penyuluhan ANC terpadu dan kerjasama dengan bidan penanggungjawab
wilayah untuk memberikan informasi tentang ANC terpadu pada masyarakat.
Pada Puskesmas Pauh juga terdapat ibu-ibu hamil diusia 15-19 tahun
sebanyak 19 orang, dan masih belum ada program khusus untuk skrining pada
ibu-ibu hamil diusia muda sehingga dibutuhkan kerjasama lintas sektor seperti
BKKBN,KUA dan Dinas Pendidikan untuk mengendalikan angka kejadian
kehamilan diusia muda dan komplikasi kehamilan serta memberikan penyuluhan
terkait kesehatan reproduksi pada remaja.
Saat ini di Puskesmas Pauh, ibu-ibu hamil yang terdata oleh pembina
wilayah akan dimasukkan kedalam group whatsapp yang didalam group tersebut
ada pemegang program kesehatan ibu dan pimpinan puskesmas.
Pada kondisi pandemi Covid-19 saat ini banyak program ataupun
kegiatan pelayanan kesehatan ibu yang tidak dapat terlaksana seperti kelas ibu
hamil dan kunjungan rumah. Apabila terdapat kondisi-kondisi darurat pada ibu
hamil, bersalin atau nifas, nanti ibu hamil atau keluarganya akan menghubungi
puskesmas melalui telepon setelah itu dilakukan kunjungan ke rumah.

4.2 Pemecahan Masalah Kesehatan Ibu Puskesmas Pauh

Berbagai upaya pemecahan masalah kesehatan Ibu perlu dilakukan untuk


mencegah berbagai masalah kesehatan ibu sehingga dapat mengurangi angka
kematian ibu yang terjadi di wilayah Puskesmas Pauh. Beberapa upaya yang
telah dan dapat dilakukan di antaranya:

1) Dilaksanakannya Gerakan Sayang Ibu (GSI) di wilayah kerja


Puskesmas Pauh.

34
2) Memberikan informasi terkait sasaran ibu bersalin, ibu hamil dan
ibu nifas kepada penanggung jawab Posyandu.

3) Mengoptimalkan kegiatan pemantauan kesehatan ibu hamil,


kunjungan rumah, kegiatan posyandu, kelas ibu hamil, serta
penjaringan data ibu hamil risti oleh masing-masing pembina
wilayah.
4) Memastikan pengisian pemeriksaan ibu hamil K1 dan K4 oleh
penanggung jawab posyandu dan pembina wilayah
5) Pendataan ibu bersalin yang lebih lengkap oleh penanggung jawab
posyandu dan pembina wilayah
6) Kunjungan rumah oleh penanggung jawab Posyandu dan pembina
wilayah untuk melakukan kunjungan ibu berisiko tinggi dan
kunjungan ibu nifas 3 kali.
7) Mendata dan memberikan informasi terkait kedatangan kunjungan
rumah kepada ibu yang akan dilakukan kunjungan rumah.
8) Memberikan informasi kepada ibu nifas terkait pentingnya
kunjungan nifas lengkap untuk mengetahui dan mendeteksi dini
kemungkinan komplikasi yang akan terjadi.
9) Memberikan informasi terkait komplikasi dan penyebab kematian
ibu kepada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas.

35
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1) Kesehatan ibu mencakup pelayanan ibu hamil seperti kunjungan
ibu hamil K1, K4, deteksi dini ibu hamil dengan risiko tinggi, dan
P4K; ibu bersalin seperti persalinan ibu hamil ditolong oleh tenaga
kesehatan; dan ibu nifas seperti kunjungan nifas lengkap.
2) Permasalahan kesehatan ibu di wilayah kerja Puskesmas Pauh yaitu
sebagian ibu hamil, bersalin dan nifas melakukan kunjungan pada
klinik swasta sehingga tidak terdata, kurang taunya penanggung
jawab posyandu tentang sasarannya, dan kurangnya kesadaran ibu,
serta belum terlaksananya secara optimal kegiatan pemantauan
kesehatan ibu hamil, kunjungan rumah, dan penjaringan data ibu
hamil risti.
3) Pemecahan masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pauh
berupa pendataan dan kunjungan rumah, peningkatan kesadaran
ibu, pemberian informasi terkait sasaran dan penanganan kasus
dengan risiko tinggi yang sesuai.

5.2 Saran
1) Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui penyebaran informasi
dan penyuluhan mengenai pentingnya kesehatan ibu dan anak
khususnya penyebab kematian ibu.
2) Melakukan deteksi dini pada ibu hamil terkait penyulit/komplikasi
yang mungkin timbul.
3) Membuat suatu aplikasi yang dapat diakses oleh semua elemen
masyarakat terutama ibu hamil, ibu bersalin, maupun ibu nifas agar
dapat memantau kesehatannya.
4) Mengoptimalkan kunjungan rumah terhadap kunjungan ibu hamil,
ibu dengan risiko tinggi dan kunjugan nifas.
5) Melakukan pendekatan keluarga terhadap ibu hamil, bersalin, nifas
dan ibu dengan risiko tinggi.

36
6) Melakukan koordinasi terhadap klinik dan bidan praktek swasta di
wilayah kerja Puskesmas Pauh terkait pencatatan dan pemeriksaan
terhadap ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Suwirmayanti N, Hadi R, Nugraheni Y. Perancangan Aplikasi Penyuluhan


Kesehatan Ibu dan Anak. Jurnal Sistem dan Informatika.2017;11(2):141-8.
2. Widoyo R. Peningkatan Peran Suami dalam Kesehatan Ibu dan Anak Indonesia.
JKMA.2015;9(2):63-64.
3. WHO(2019).Maternal mortality. World Health Organization
https://www.who.int/healthinfo/statistics/indmaternalmortality/en/- Diakses Juli
2020
4. WHO(2019).Maternal mortality. World Health Organization

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality - Diakses

Juli 2020

5. Depkes RI (2015). InfoDATIN Mothers Day. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia http://www.kemkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infod atin-ibu.pdf - Diakses Juli 2020.
6. BPS (2015). Profil Penduduk Indonesia Hasil SUPAS. Badan Pusat Statistik
https://www.bps.go.id/publication/2016/11/30/63daa471092bb2cb7c1fada6/profi l-
penduduk-indonesia-hasil-supas-2015.html -Diakses Juli 2020.
7. BPS (2014). Kajian Indikator Sustainable Development Goals (SDGs). Badan
Pusat Statistik
https://www.bps.go.id/publication/2014/10/06/db07e5b8991c5f33c0f1309c/kajia n-
indikator-sustainable-development-goals--sdgs-.html-Diakses Juli 2020.
8. Dinkes Sumbar (2018). Profil Kesehatan 2018. Dinas Kesehatan Sumatera
Barat. http://dinkes.sumbarprov.go.id/details/news/450-Diakses Juli 2020
9. Dinkes Kota Padang (2018). Profil Kesehatan Kota Padang. Dinas Kesehatan
Kota Padang
https://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_20
17/1371_Sumbar_Kota_Padang_2017.pdf Diakses Juli 2020
10. Puskesmas Pauh. Laporan Tahunan Puskesmas Pauh Tahun 2019. Padang:
Puskesmas Pauh;2019.
11. Puskesmas Pauh. Profil Kesehatan Puskesmas Pauh Tahun 2019. Padang:
Puskesmas Pauh;2019.
12. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2016

38
tentang Standar Pelayanan Minimal dibidang Kesehatan. Jakarta: Permenkes RI.
2016.
13. Presiden RI. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

kesehatan.Jakarta:Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia. 2009.

14. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal di Bidang Kesehatan. Jakarta: Permenkes RI. 2019
15. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa
Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan
Kesehatan Seksual. Jakarta: Permenkes RI. 2014

39

Anda mungkin juga menyukai