Anda di halaman 1dari 44

Case Report Session

KESEHATAN IBU DAN ANAK (PENYEBAB KEMATIAN IBU)


DI PUSKESMAS AMBACANG

Oleh:

Audia Syifa Nur Malika Utami 1840312735

Preseptor:

Dr. dr. Edison, MPH

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/KEDOKTERAN

KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kesehatan Ibu
dan Anak (Penyebab Kematian Ibu) di Puskesmas Ambacang”. Makalah ini
merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. dr. Edison, MPH selaku
pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Padang, Januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…....................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL................................................................................................. 4
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ 5
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 6
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................... 7
1.4 Batasan Masalah.......................................................................................8
1.5 Metode Penulisan.......................................................................................................8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kesehatan Ibu dan Anak...........................................................................9
2.2 Program Kesehatan Ibu.............................................................................9
2.3 Penyebab Kematian Ibu…....................................................................... 16

BAB 3 ANALISIS SITUASI


3.1 Kondisi Geografis.....................................................................................................18
3.2 Kondisi Demografis..................................................................................................19
3.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan..........................................................................20
3.4 Data Sumber Daya Manusia .................................................................................22
3.5 Kondisi social,budaya dan ekonomi .................................................................24
3.6 Program Puskesmas Ambacang ………………………………………..25
3.7 Program Kesehatan Ibu ………………………………………………...26
3.8 Pencapaian Program kesehatan Ibu ……………………………………29

BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Permasalahan Kesehatan ibu di Puskesmas Ambacang............................25
4.2 Pemecahan Masalah Kesehatan Ibu di Puskesmas Ambacang ...................27

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................34
5.2 Saran........................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................39

3
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Imunisasi TT…………………………………..……………….11


Tabel 3.1 Data Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja
Puskesmas Ambacang Tahun 2019……………………………………..…19
Tabel 3.2 Sasaran Program Kesehatan Puskesmas Ambacang
Tahun 2019……………………………………………………………..…20
Tabel 3.3 Fasilitas Pendidikan Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang…...22
Tabel 3.4 Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di Puskesmas
Ambacang………………………………………………………………….23
Tabel 3.5 Jenis Pekerjaan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang…………………………………………………………………..…24
Tabel 3.6 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Wilayah Kerja puskesmas
Ambacang …………………………………………………………………….25
Tabel 3.7 Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan…..……….……26
Tabel 3.8 Capaian SPM KIA IBU Puskesmas Ambacang Tahun 2020………….29

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1

5
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
1
nifas, ibu menyusui, bayi baru lahir, bayi dan anak balita. Kematian serta
kesakitan ibu dan bayi merupakan masalah besar negara berkembang termasuk di
2
Indonesia. Kematian dan kesakitan ibu dapat terjadi saat kehamilan, persalinan,
dan nifas. Kesehatan bayi meliputi permasalahan perawatan pasca persalinan, ASI
2
eksklusif, diare dan pneumonia.

Kematian ibu adalah kematian seorang wanita saat hamil atau dalam 42
hari setelah berakhirnya kehamilan, terlepas dari durasi dan lokasi kehamilan, dari
segala penyebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera. Untuk
memudahkan identifikasi kematian ibu dalam keadaan dimana penyebab kematian
tidak memadai, kategori baru telah diperkenalkan yakni kematian terkait
kehamilan didefinisikan sebagai kematian seorang wanita saat hamil atau dalam
waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, terlepas dari penyebab
3
kematiannya.

Setiap hari pada tahun 2017, sekitar 810 wanita meninggal karena sebab
yang dapat dicegah terkait dengan kehamilan dan persalinan. Antara 2000 dan
2017, rasio kematian ibu/Angka Kematian Ibu (MMR/AKI, jumlah kematian ibu
4
per 100.000 kelahiran hidup) turun sekitar 38% di seluruh dunia.

Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi di Indonesia dan belum


5,6
mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.
Target global MDGs ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi
5
102 per 100.000 kelahiran hidup. Target Sustainable Development Goals (SDGs)
pada tahun 2030 mengurangi angka kematian ibu setidaknya menjadi 70 per
7
100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 359
per 100.000 kelahiran hidup, Angka ini sedikit menurun

6
dibandingkan dengan SDKI pada tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000
5
kelahiran hidup. Berdasarkan Survei Penduduk antar Sensus (SUPAS) 2015,
6
angka kematian ibu menurun menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka kematian ibu di Sumatera Barat pada tahun 2017 berjumlah 113
orang per 100.000 kelahiran hidup, meningkat jika dibandingan pada tahun 2016
8
yaitu sebanyak 108 orang per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu di Kota
Padang pada tahun 2018 ditemukan sebanyak 17 kasus per 100.000 kelahiran
hidup, jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2017 sebanyak 16 kasus per
8
100.000 kelahiran hidup. Tedapat dua kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas
10
Ambacang pada tahun 2019. Penyebab kematian ibu paling banyak adalah
2
perdarahan diikuti dengan hipertensi/eklamsi dan infeksi.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun


2016 tentang standar pelayanan minimal dibidang kesehatan. Pelayanan kesehatan
pada ibu hamil dan ibu bersalin merupakan indikator standar pelayanan minimal
11
dibidang kesehatan. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa perlu
untuk membahas kesehatan ibu dan anak terutama penyebab kematian ibu di
Puskesmas Ambacang.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan kesehatan ibu dan pencapaiannya di wilayah

kerja Puskesmas Ambacang.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengelolaan kesehatan ibu dan pencapaiannya di

wilayah kerja Puskesmas Ambacang

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pencapaian program kesehatan ibu di Puskesmas


Ambacang

b. Menganalisa permasalahan kesehatan ibu di wilayah kerja Puskesmas


Ambacang

7
c. Mengetahui solusi terhadap permasalahan kesehatan ibu di Puskesmas
Ambacang

1.4 Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai program kesehatan ibu, pencapaian

program dan permasalahan kesehatan ibu di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

1.5 Metode Penullisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk

kepada berbagai literatur, laporan tahunan Puskesmas Ambacang dan diskusi

dengan pemegang program KIA ibu di Puskesmas Ambacang.

8
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Ibu dan Anak

Kesehatan menurut WHO adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik,


mental, dan sosial. Sedangkan menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
12
sosial dan ekonomis. Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin,
1
ibu nifas, ibu menyusui, bayi baru lahir, bayi dan anak balita.

2.2 Program Kesehatan Ibu

11,13,14
Program kesehatan ibu antara lain :

A. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.
Pelayanan Kesehatan Masa Hamil bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga mampu menjalani
kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat
14
dan berkualitas.

Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan kepada


ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal satu kali pada trimester
pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga yang
11
dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan.

Standar pelayanan antenatal adalah pelayanan yang dilakukan kepada ibu


11
hamil dengan memenuhi kriteria 10T yaitu :

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan


untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan
yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap

9
bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk


menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari
145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic
Disproportion).

b) Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan


untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah atau tungkai bawah;
dan atau proteinuria)

c) Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga


kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK. Kurang energi
kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah
berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu
hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

d)Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan


untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.
Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada
gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur
setelah kehamilan 24 minggu.

e)Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan


selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala,
atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul
sempit atau ada masalah lain.

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali

10
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih
dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.

f) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus


Toksoid (TT) bila diperlukan

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat


imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasinya.
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status imunisasi TT
ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan
perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5
(TTLong Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.

Tabel 2.1 Imunisasi TT

Imunisasi TT Selang Waktu Minimal Lama Perlindungan


Pemberian Imunisasi

TT1 Langakah awal


pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
tetanus
TT2 1 bulan setelah TT1
3 Tahun
TT3 6 bulan setelah TT2
5 Tahun
TT4 12 bulan setelah TT3
10 Tahun
TT5 12 bulan setelah TT4
≥25 Tahun

g) Beri tablet tambah darah

Untuk mencegah anemia defisiensi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet selama
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.

11
h) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah


pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, dan
pemeriksaan spesifik daerah endemis/epidemi (malaria, HIV, dll). Sementara
pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang
dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi:

1. Pemeriksaan Golongan Darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui
jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor
darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

2. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali


pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh
kembang janin dalam kandungan. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil
pada trimester kedua dilakukan atas indikasi.

3. Pemeriksaan Protein dalam Urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator
terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.

4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan


pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga.

12
5. Pemeriksaan Darah Malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah


malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non
endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.

6. Pemeriksaan Sifilis

Pemeriksaan sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinddi dan ibu hamil
yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini
mungkin pada kehamilan.

7. Pemeriksaan HIV

Di daerah epidemi HIV meluasdan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di


fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua ibu hamil
secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan
antenatal atau menjelang persalinan.

Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan
diprioritaskan kepada ibu hamil dengan IMS dan TB secara inklusif pada
pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau
menjelang persalinan.

8. Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita


tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak mempengaruhi
kesehatan janin. Selain pemeriksaan tersebut, apabila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.

i)Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan


laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kesenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak
dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

13
j)Temu wicara (konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang


meliputi :

1. Kesehatan ibu

2. Perilaku hidup bersih dan sehat

3. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan.

4. Tanda baha pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan


menghadapi komplikasi.

5. Asupan gizi seimbang

6. Gejala penyakit menular dan tidak menular

7. Penawaran untuk melakukan tes HIV

8. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif

9. KB pascapersalinan

10. Imunisasi

11. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan.

Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan kesehatan


14
komprehensif dan berkualitas yang dilakukan melalui :
1. Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi
dan gizi agar kehamilan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat
dan cerdas.
2. Deteksi dini masalah, penyakit, dan penyulit/komplikasi kehamilan.
3. Penyiapan persalinan yang bersih dan aman.
4. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakaukan rujukan
apabila terjadi penyulit/komplikasi.
5. Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila

14
diperlukan.

6. Melibatkan ibu hamil, suami, dan keluarganya dalam menjaga


kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan
bila terjadi penyulit / komplikasi.

B. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar.


Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan yang dilakukan oleh Bidan
dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan baik persalinan normal dan
11,13,14
atau persalinan dengan komplikasi.

Standar persalinan normal adalah acuan persalinan normal (APN) sesuai


standar yakni dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga penolong
minimal 2 orang, terdiri dari dokter dan bidan, 2 orang bidan atau bidan dan
14
perawat.
Persalinan diberikan kepada ibu bersalin dalam bentuk 5 aspek
14
dasar meliputi:
1. Membuat keputusan klinik.
2. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi.
3. Pencegahan infeksi.
4. Pencacatan (rekam medis) asuhan persalinan.
5. Rujukan pada kasus komplikasi ibu dan bayi baru

lahir. C. Pelayanan Kesehatan Sesudah Melahirkan

Pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan meliputi pelayanan


15
kesehatan bagi ibu dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Pelayanan
kesehatan bagi ibu sesudah melahirkan paling sedikit dilakukan sebanyak 3 kali
14
selama masa nifas meliputi:

a. 1 (Satu) kali pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 3 (tiga)


hari pascapersalinan;
b. 1 (Satu) kali pada periode 4 (empat) hari sampai dengan 28 (dua
puluh delapan) hari pascapersalinan; dan
c. 1 (Satu) kali pada periode 29 (dua puluh sembilan) hari sampai
dengan 42 (empat puluh dua) hari pascapersalinan.

15
Kegiatan pelayanan kesehatan ibu sesudah melahirkan
14
meliputi: a. pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan
suhu; b. pemeriksaan tinggi fundus uteri;
c. pemeriksaan lokhia dan perdarahan;
d. pemeriksaan jalan lahir;
e. pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI
Eksklusif; f. pemberian kapsul vitamin A;
g. pelayanan kontrasepsi pascapersalinan;
h. konseling; dan
i. penanganan risiko tinggi dan komplikasi pada nifas.

2.3 Penyebab Kematian Ibu


Kematian ibu sangat tinggi di seluruh dunia. Sekitar 295.000 wanita
meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan pada tahun 2017.
Mayoritas besar dari kematian ibu (sekitar 94%) terjadi di negara dengan
4
penghasilan rendah, dan sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah.

Tingginya jumlah kematian ibu di beberapa negara di dunia mencerminkan


ketidaksetaraan dalam akses ke layanan kesehatan yang berkualitas dan adanya
kesenjangan antara kaya dan miskin. Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara
berpenghasilan rendah pada tahun 2017 adalah 462 per 100.000 kelahiran hidup
berbanding 11 per 100.000 kelahiran hidup di negara-negara berpenghasilan
4
tinggi.

Risiko kematian ibu yang tertinggi pada gadis remaja di bawah 15 tahun
dan komplikasi dalam kehamilan dan persalinan lebih tinggi di antara remaja
4
perempuan usia 10-19 (dibandingkan dengan wanita berusia 20-24).

Wanita meninggal karena komplikasi selama dan setelah kehamilan dan


persalinan. Sebagian besar komplikasi ini berkembang selama kehamilan dan
sebagian besar dapat dicegah atau diobati. Komplikasi lain mungkin ada sebelum
kehamilan tetapi memburuk selama kehamilan, terutama jika tidak dikelola
dengan baik. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua
4
kematian ibu adalah:

16
a. Perdarahan hebat (perdarahan setelah melahirkan)

b. Infeksi (biasanya setelah melahirkan)

c. Tekanan darah tinggi selama kehamilan (preeklamsia dan eklamsia)

d. Komplikasi dari persalinan

e. Aborsi yang tidak aman.

Sisanya disebabkan oleh atau terkait dengan infeksi seperti malaria atau
4
terkait dengan kondisi kronis seperti penyakit jantung atau diabetes.
Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor faktor yang memperberat
keadaan ibu hamil seperti 4 Terlalu ( terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering
melahirkan, dan terlalu dekat jarak kelahiran ), maupun yang mempersulit proses
penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti 3 Terlambat
( terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai
14
fasilitas kesehatan dan terlambat dalam menangani kegawatdaruratan ).

Sebagian penyebab kematian ibu dapat dicegah. Pelayanan kesehatan


harus memberikan solusi untuk mencegah dan menangani komplikasi terkait hal
tersebut. Setiap persalinan harus di lakukan oleh tenaga kesehatan yang ahli,
penatalaksanaan dan managemen terhadap komplikasi harus dilakukan sesegera
mungkin. Memberikan injeksi oksitosin segera setelah melahirkan dapat
mengurangi risiko perdarahan masif. Melakukan tindakan aseptis untuk mencegah
terjadinya infeksi. Preeklamsi dapat dideteksi dan ditatalaksana sehingga tidak
terjadi onset kejang (eklampsi) dan komplikasi yang mengancam nyawa,
pemberian magnesium sulfat dapat mengurangi risiko berkembangnya penyakit
4
menjadi eklampsi.

Faktor utama yang menyebabkan seorang ibu tidak menerima atau mencari
perawatan saat hamil atau melahirkan diantaranya, kemiskinan, jarak yang jauh
dengan fasilitas kesehatan, kurangnya informasi, tidak adekuatnya pelayanan dan
4
faktor budaya.

17
BAB 3

ANALISIS SITUASI

3.1 Kondisi Geografis10


Secara geografis Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang berbatasan dengan
kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab selain Puskesmas
Ambacang, antara lain:
Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji
Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo

Puskesmas Ambacang terletak pada 0° 55' 25.15" Lintang Selatan


dan+100° 23' 50.14" Lintang Utara, dan terletak pada ketinggian 57 m dari
permukaan laut. Luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang adalah sekitar 12 km 2
meliputi empat kelurahan, yaitu: Kelurahan Pasar Ambacang, Kelurahan
Anduring, Kelurahan Ambacang, dan Kelurahan Lubuk Lintah.

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang

Dilihat dari segi topografis dan geografis Puskesmas Ambacang yang terletak di
Jalan Raya By Pass KM 8,5 Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan 17 Kuranji,

18
Kota Padang (± 8 km dari pusat kota) dapat terjangkau dengan kendaraan roda
dua atau roda empat pribadi maupun sarana angkutan umum 10

3.2 Kondisi Demografis dan Sasaran Puskesmas10


Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang yang menjadi
sasaran kegiatan Puskesmas selama tahun 2019 adalah sebanyak 52.684 jiwa
dengan luas wilayah kerja sekitar 12 km2. Distribusi kependudukan menurut
kelurahan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Data Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja


Puskesmas Ambacang Tahun 2019.

Jenis Kelamin
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan

Ps. Ambacang 9.450 9.442 18.892


Anduring 7.536 7.529 15.065
Lubuk Lintah 5.470 5.465 10.935

Ampang 3.898 3.894 7.792


Jumlah 26.354 26.330 52.684

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk di


2
wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji adalah sekitar 4.390 penduduk/km .
Berdasarkan UU No.50 tahun 1960, angka ini menunjukkan wilayah kerja
Puskesmas Ambacang termasuk kategori kependudukan sangat padat. Selain itu
pertambahan jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang selama 7
tahun terakhir dari tahun 2010 (43.114 orang) s/d tahun 2019 adalah sebanyak
9.570 orang. Dengan pertambahan jumlah penduduk yang cukup pesat maka
berbagai masalah dapat bermunculan, seperti masalah Kesehatan.

Jumlah distribusi sasaran penduduk di wilayah kerja Puskesmas


Ambacang selama tahun 2019 adalah sebagai berikut:

19
Tabel 3.2 Sasaran Program Kesehatan Puskesmas Ambacang Tahun 2019
Total
Kelurahan Bayi Balita Bumil Bulin Bufas WUS PUS Lansia Penduduk

Pasar 336 1.615 361 346 346 4.285 3676 1362 18.892
Ambacang
Anduring 264 1.216 288 276 276 3417 2.932 1086 15.065
Lubuk 195 940 209 200 200 2480 2.128 788 10.935
Lintah
Ampang 141 743 150 140 140 1765 1.517 560 7.792
Jumlah 936 4.514 1008 962 962 11.950 10.253 3.796 52.684

Dari tabel di atas setiap puskesmas idealnya menangani maksimal 30.000


penduduk di wilayah kerjanya, sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
terdapat 52.684 penduduk. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa rasio puskesmas
terhadap jumlah penduduk belum mencapai standar ideal.

3.3 Sarana dan Prasarana10


Puskesmas Ambacang telah memiliki sarana dan prasarana yang
mendukung pelaksanaan kegiatan di puskesmas. Puskesmas ini telah memiliki
gedung permanen dua lantai yang dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan kesehatan dan kegiatan administrasi puskesmas. Selain itu
juga terdapat kendaraan operasional puskesmas yang dapat digunakan untuk
menjangkau sarana kesehatan lain dan tempat-tempat pelaksanaan program-
program puskesmas, seperti posyandu, posbindu, poskeskel, dan sebagainya.
Sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang antara lain:
a. Puskesmas : 1 buah
b. Puskesmas Pembantu : 1 buah
c. Pos Kesehatan Kelurahan : 1 perkelurahan (total 4)
d. Roda 2/roda 4 :3
e. Klinik/K.Bersalin :4
f. BPM : 10
g. DPS : 21

20
Gambar 3.2 Geomapping Sarana Kesehatan Wilayah kerja Puskesmas Ambacang

Data UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) di Puskesmas Ambacang:


a. Posyandu Balita : 29 Pos
b. Posyandu Lansia : 12 Pos
c. Posbindu : 12 Pos
d. Batra : 73 Batra
e. Poskestren : 1 Pos
f. Toga : 722 KK
g. Usaha Kesehatan Kerja : 83 UKK
h. Poskeskel : 4 unit

i. Pembinaan RT ber PHBS : 890 RT

Persebaran posyandu di empat kelurahan wilayah kerja puskesmas


Ambacang, yaitu Kelurahan Ampang terdapat 5 posyandu, Kelurahan Lubuk
Lintah terdapat 6 posyandu, Kelurahan Anduring sebanyak 8 posyandu, dan
Kelurahan Pasar Ambacang sebanyak 10 posyandu. Jumlah posyandu yang ideal
menurut Departemen Kesehatan RI, yaitu 1 posyandu untuk 100 balita atau lansia.

Jumlah posyandu sebanyak 29 pos se-wilayah kerja Puskesmas Ambacang


dan jumlah bayi dan balita sebanyak 4.515 orang, maka 1 posyandu diasumsikan

21
melayani 155 orang bayi/balita. Begitu juga untuk posyandu lansia yang
berjumlah 12 buah untuk total lansia sebanyak 3.472 orang, artinya satu posyandu
lansia untuk 385 orang. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah
posyandu masih belum ideal.

Puskesmas Ambacang memiliki 12 pos Posbindu di wilayah kerjanya.


Penyebaran Posbindu ini adalah sebagai berikut, 3 pos di Kelurahan Pasar
Ambacang yang terletak di Daerah Kayu Gadang, Simpang Koto Tingga,
Ketaping, 3 pos di Kelurahan Anduring yang terletak di R3R, sarang gagak, parak
jigarang, 3 pos di Kelurahan Lubuk Lintah terletak di Karang Ganting, Cubadak
Air dan Kampung Sikumbang, 3 pos di Kelurahan Ampang terletak di Daerah
Karang Ganting, Kampung Jambak, dan Panti. Berdasarkan observasi yang telah
dilakukan tidak ada satu pun Posbindu yang memiliki pos mandiri, kegiatan
posbindu dilakukan di rumah warga dengan fasilitas seperti meja, kursi, media
promosi kesehatan yang sangat minimal.
Tabel 3.3 Fasilitas Pendidikan Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang10
Jenis Sekolah Jumlah
TK 8

SD 22

SMP 5

SMA 3

PT 1

Jumlah 39

3.4 Data Sumber Daya Manusia10


Sumber daya manusia dalam sistem kesehatan terdiri atas tenaga kesehatan
dan non kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan. Tenaga kesehatan dan non kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien yang berobat di Puskesmas Ambacang berjumlah 55
orang. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.4.

22
Secara kuantitatif, sumber daya tenaga kesehatan yang bertugas di
Puskesmas Ambacang sudah memenuhi standar rata-rata, dimana berdasarkan
lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 dijelaskan bahwa
jumlah minimal tenaga kesehatan untuk puskesmas nonrawat inap kawasan
perkotaan adalah 22 orang. Meskipun demikian, secara kualitatif tetap diperlukan
upaya peningkatan kualitas SDM di Puskesmas Ambacang melalui pendidikan
dan pelatihan, demi terwujudnya pengembangan upaya kesehatan yang lebih baik.
Tabel 3.4 Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di Puskesmas Ambacang
Status Pegawai Pendidikan Terakhir
No Jenis Kontrak Jumlah
Petugas PNS PTT / honor/ S2 S1 D IV D III DI SL
Voluter TA
Dokter
1 4 - 1 - 5 - - - - 5
Umum
Dokter
2 3 - - - 3 - - - - 3
Gigi
Sarjana
3 2 - - 2 - - - - 2
Kesmas
4 Bidan 14 - 3 - - 2 15 - - 17
5 Perawat 7 - 1 - 1 - 6 - 1 10
Perawat
6 1 - - - - - 1 - - 1
Gigi
7 Kesling 2 - - - - - 2 - - 2
8 Analis - 2 - - - 2 - - 2
Epidemiol
9 ogi 1 - - - 1 - - - - 1
(SKM)
10 Apoteker 1 - - 1 - - - - 1
Asisten
9 2 - - - - - 1 - 1 2
Apoteker
Nutrisioni
10 2 - - - 1 - 1 - - 2
s
11 RR 4 - 2 - - - 3 - 3 6
12 Sopir - - 1 - - - - - 1 1
Administr
13 - 3 - - - 3 - - 3
asi
Cleaning
14 - 2 - - - - - 2 2
service
15 Akutansi - 1 - - - 1 - - 1
Jumlah 43 - 16 1 13 2 35 0 8 59

23
Dari segi rasio tenaga dengan penduduk, sumber daya manusia di
Puskesmas Ambacang relatif kurang memadai. Tenaga medis dokter umum
sebanyak 5 orang dengan rasio 1:52.684 jiwa, artinya 1 dokter melayani 10.536
orang, angka tersebut sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
yang sebelumnya hanya terdapat 3 dokter umum. Angka tersebut sangat jauh dari
ideal apabila dikaitkan dengan sistem pelayanan kesehatan terpadu dimana satu
dokter melayani maksimal 2500 penduduk. Menurut Standar Pelayanan Minimal
(SPM), satu orang bidan maksimal menangani 3.000 penduduk saja. Di
Puskesmas Ambacang terdapat 17 bidan yang menangani 52.684 penduduk
dengan rasio 1 : 3.099. Hal ini memperlihatkan bahwa di Puskesmas Ambacang
jumlah bidannya sudah mencukupi.

3.5 Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi Penduduk10

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang sebagian besar


beragama Islam.Walaupun terdapat perbedaan suku, agama dan budaya, aktivitas
social serta peribadatan penduduk berjalan dengan baik.Suku terbanyak di
Kecamatanadalah suku Minang. Adapun mata pencaharian penduduk antara lain:

Tabel 3.5 Jenis Pekerjaan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ambacang


NO Jenis Pekerjaan Jumlah
Pasar Lubuk Anduring Ampang Puskesm
Ambacang Lintah as
1 PNS 896 38 715 342 1991
2 ABRI/POLRI 48 35 28 10 121
3 PEGAWAI 404 128 171 86 789
SWASTA
4 WIRASWASTA/ 750 459 756 173 2138
PEDAGANG
5 PETANI 402 205 170 68 1690
6 TUKANG 540 315 584 160 1599
7 BURUH TANI 138 70 64 37 309
8 PENSIUNAN 680 250 540 228 1698
9 PEMULUNG 38 45 92 3 178
10 JASA 330 390 392 86 1198
LAINNYA
11 PENGANGGUR 347 150 298 83 878
AN

24
Tabel 3.6 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Ambacang

Jenis Jumlah
Pendidikan Pasar Lubuk Anduring Ampang Puskesmas
Ambacang Lintah
Belum/Tidak 0 998 1445 1031 6073
Sekolah/Tidak
tamat SD
Tamatan SD 1933 878 1131 799 4741
Sederajat
Tamatan SMP 2057 1218 1335 864 5474
Sederajat
Tamatan SMA 6616 2607 6680 2099 18002
Sederajat dan
SMK
Tamatan 120 100 130 61 411
D1/DII
Tamatan DIII 339 2003 352 172 1066
Tamatan 779 702 817 426 2778
DIV/S1
Tamatan S2/S3 67 70 103 43 283

3.6 Program Puskesmas Ambacang


A. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi unit terdepan dalam upaya pencapaian target-target SPM. Sesuai dengan
Permenkes No 4 Tahun 2019. maka ditetapkan Standar Pelayanan Minimal di
Bidang Kesehatan adalah

25
Tabel 3.7 Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Target/ thn
No Jenis Layanan Dasar
absolute %
1 Pelayanan kesehatan ibu hamil (K4) 1008 100%
2 Pelayanan kesehatan ibu bersalin 962 100%
3 Pelayanan kesehatan bayi baru lahir 932 100%
4 Pelayanan kesehatan balita 4498 100%
Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan
5 6019 100%
dasar
6 Pelayanan kesehatan pada usia produktif 35490 100%
7 Pelayanan kesehatan pada usia lanjut 3796 100%
Pelayanan kesehatan pada penderita
8 9507 100%
hipertensi
Pelayanan kesehatan pada penderita
9 943 100%
Diabetes Mellitus
Pelayanan kesehatan pada orang dengan
10 111 100%
gangguan jiwa berat
11 Pelayanan kesehatan orang dengan TB 1200 100%
Pelayanan kesehatan orang dengan resiko 911
12 100%
terinfeksi HIV

B. Upaya Kesehatan Masyarakat


1. UKM Esensial dan Perawatan Kesehatan Masyarakat
- Promosi Kesehatan
- Kesehatan Lingkungan
- KIA/KB
- Gizi
- P2P
2. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan
- Kegiatan Perkesmas
- Kegiatan Yankestrad
- Lansia
- UKS
- UKGS
- Jiwa
- Indra
- UKK
- Kesorga
3. Upaya Kesehatan Perorang
- Kunjungan Rawat Jalan
- Kefarmasian
- Laboratorium
- Kesehatan gigi dan mulut
- Pelayanan UGD
- Visite Rate
26

4. Program Indonesia Sehat Berbasis Keluarga (PIS PK)


- Pendataan PIS PK
- Capaian Indeks Keluarga Sehat
3.7 Program Kesehatan Ibu Puskesmas Ambacang

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu program pokok
di puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil, ibu
bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah merupakan
kelompok yang sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian.

A. Program Pelayanan Ibu Hamil


1. Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4)
Penilaian terhadap pelaksanaan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan dengan
melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan dibandingkan
jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.
Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal
sesuai dengan standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan di
setiap trimester dibandingkan dengan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun.
2. Deteksi Dini Bumil Risiko Tinggi
Pelaksanaan deteksi dini ibu dengan risiko tinggi (risti) merupakan bentuk
program mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Pada setiap dilakukan pelayanan
antenatal setiap ibu harus dinilai apakah terdapat adanya risiko yang mungkin dapat
menyebabkan atau meningkatkan angka kematian ibu ataupun bayi. Setelah
dilakukan deteksi dini dan wawancara yang efektif, langkah selanjutnya dapat
dipertimbangkan apakah Ibu dapat melahirkan di fasilitas pekayanan primer seperti
puskesmas atau dirujuk dengan fasilitas dan tenaga kesehatan yang lebih mumpuni.
Deteksi risiko tinggi (risti) yang dilakukan berupa wawancara adanya risiko
pada kehamilan seperti 4T (Terlalu muda, Terlalu tua, Terlalu sering melahirkan,
Terlalu dekat jarak kehamilan), riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya
(apakah terdapat penyulit atau komplikasi selama kehamilan dan persalinan.

27

Deteksi risiko tinggi (risti) juga dilakukan dengan serangkaian pemeriksaan


seperti pengukuran LiLA untuk menilai adanya kekurangan energi kronis (KEK),
pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk menilai adanya anemia, dan pemeriksaan
triple elimination ( pemeriksaan HIV,hepatitis B, dan sifilis), serta pemeriksaan
penyakit kronis (hipertensi, diabetes mellitus, dan jantung).
Setelah dilakukan deteksi risiko tinggi ibu hamil dengan permasalahan
tertentu akan dirujuk kepada tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan seperti
ibu KEK akan dikonsultasikan ke bagian gizi untuk diberikan pemberian makanan
tambahan (PMT) dan ibu dengan anemia akan diberikan tablet Fe sebanyak 90
tablet selama kehamilan, ibu hamil dengan penyulit dan komplikasi akan dirujuk
kepada dokter spesialis atau rumah sakit rujukan agar mencapai persalinan yang
bersih dan aman.

B. Program Pelayanan Ibu Bersalin


1. Persalinan dengan Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar
terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan
persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya kompetensi kebidanan.
Setiap persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi dan dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan dengan dibantu
setidaknya dengan 4 tangan, terdiri atas dokter dan bidan, bidan dan perawat, atau
dua orang bidan.

C. Program Pelayanan Ibu Nifas


1. Kunjungan Ibu Nifas Lengkap (KF3)
Penyebab kematian ibu paling banyak adalah perdarahan yang biasanya
terjadi selama masa nifas. Masa nifas adalah masa pemulihan organ reproduksi
paska persalinan dan merupakan masa yang penting bagi ibu maupun bayi. Masa
nifas ini diperkirakan terjadi selama 6-8 minggu.
Kunjungan ibu nifas dilakukan setidaknya 3 kali selama masa nifas ibu.
Program ini bertujuan untuk menilai ada atau tidaknya komplikasi selama masa
nifas ibu. Diantara komplikas pada masa nifas seperti infeksi nifas dan perdarahan
selama nifas.

28

3.8 Pencapaian Program Kesehatan Ibu Puskesmas Ambacang

Tabel 3.8 Capaian SPM KIA IBU Puskesmas Ambacang Tahun 2020

Dilayani
Yang Capaian
Jenis Sasaran Sesuai
No Dilayani (%) Ket
Pelayanan 2020 Standar
Tahun 2020
2020
Pelayanan 6 org tdk
1 Kesehatan Ibu 1002 845 836 98,93 periksa labor,
Hamil 3 org k1 tm 2
Pelayanan 2 org
2 Kesehatan Ibu 956 845 843 99,76 melahirkan di
Bersalin rumah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa cakupan kunjungan ibu hamil (K1)
angka capaiannya 98,93% karena terdapat 9 orang yang tidak dilayani sesuai standar
dan untuk cakupan pelayanan kesehatan ibu bersalin mencapai 99,76% karena ada 2
orang yang melahirkan dirumah.

Grafik 3.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Tahun 2020 Puskesmas Ambacang
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan kunjungan ibu hamil (K1)
angka cakupan paling tinggi di wilayah kelurahan Pasar Ambacang (102,79%) dan
paling sedikit di kelurahan Anduring (75,87%).

29
Grafik 3.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Tahun 2020 Puskesmas Ambacang

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan kunjungan ibu hamil (K4)
angka cakupan paling tinggi di wilayah kelurahan Ampang (98.67%) dan paling
sedikit di kelurahan Anduring (71,33%).

Grafik 3.3 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil ResTi Tahun 2020 Puskesmas Ambacang
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan kunjungan ibu hamil ResTi
angka cakupan paling tinggi di wilayah kelurahan Ps Ambacang (25.07%) dan
paling sedikit di kelurahan Ampang (12.67%).

30

Grafik 3.4 Cakupan Persalinan di Fasilitas Kesehatan Tahun 2020 Puskesmas Ambacang
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan Persalinan di Puskesmas
Ambacang cakupan paling tinggi di wilayah kelurahan Ps Ampang (110.71%) dan
paling sedikit di kelurahan Anduring (75.18%).

Grafik 3.5 Cakupan Kunjungan Ibu Nifas 1 Tahun 2020 Puskesmas Ambacang

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan Cakupan Kunjungan Ibu Nifas
1 paling tinggi di wilayah kelurahan Ps Ampang (110.71%) dan paling sedikit di
kelurahan Anduring (75.18%).

30

Grafik 3.6 Cakupan Kunjungan Ibu Nifas Lengkap Tahun 2020 Puskesmas Ambacang
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan Cakupan Kunjungan Ibu Nifas
lengkap paling tinggi di wilayah kelurahan Ps Ampang (108.57%) dan paling
sedikit di kelurahan lubuk Lintah (73.74%).

Grafik 3.7 Cakupan Komplikasi Bumil, Bulin dan Bufas Tertangani Tahun 2020 Puskesmas
Ambacang
Pasar Andurin Lubuk Ampan
Diagnosa Jumlah
Ambacang g Lintah g
Abortus 14 6 7 5 32
Hiperemis 0 3 4 3 10
HAP 3 1 1 0 5
Serotinus 7 3 1 3 14
KPD 8 5 2 5 20
HDK 15 3 0 2 20
Kel Letak 4 0 1 0 5
HPP 1 0 0 0 1
Premature 5 2 0 0 7
Distosia 4 11 4 1 20
Gameli 1 0 0 1 2
Jumlah 62 34 20 20 136

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan Cakupan Komplikasi Bumil,
Bulin dan Bufas Tertangani paling tinggi di wilayah kelurahan Ps Ambacang (88.9%)
dan paling sedikit di kelurahan lubuk Lintah (50%).

31

Tabel 3.9 Jenis Komplikasi Kebidanan yang ditemukan Pada Ibu Hamil, Bulin dan Bufas
Tahun 2020 di Puskesmas Ambacang

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa komplikasi yang paling banyak adalah
Abortus (32 orang) dan paling sedikit adalah HPP (1 orang) dengan kelurahan
terbanyak yang ditemukan komplikasi adalah Pasaar Ambacang (60 orang) dan
paling sedikit adalah kelurahan Lubuk Lintah dan Ampang sebanyak (20 orang).
Tabel 3.10 Jumlah Kematian Ibu Tahun 2018 s/d 2020 Puskesmas Ambacang

N Tahun Tahun Tahun Tempat


Kelurahan Jumlah
o 2018 2019 2020 Meninggal
1 Pasar - - 1 1 RSUP M.Jamil
Ambacang
2 - 1 - 1 Diperjalanan ke
Anduring
RS
3 Lubuk Lintah - 1 - 1 RSUP M.Jamil
4 Ampang 1 - - 1 RSUP M.Jamil
HPP 1. Covid-19 4
Penyebab Eklamsi
2. HPP

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Angka kematian ibu paling tinggi
terjadi pada tahun 2019 (2 orang) penyebab kematian eklamsia dan HPP
sedangkan tahun 2018 dan 2020 jumlah kematian ibu sama (1 orang) penyebab
kematian pada tahun 2018 adalah HPP dan tahun 2020 covid-19, dari 4 kematian
ibu 3 meninggal di RSUP M.Jamil dan 1 di perjalanan ke RS.

32

Tabel 3.10 Pencapaian Program KIA Ibu Tahun 2020 di Puskesmas Ambacang
Indikator Sasaran Target Absolut % GAP Keterangan
K1 1002 100 898 89.26 -10.38.6 -105 orang
K4 1002 96 831 82.93 -13.07 -131 orang
ResTi 1002 20 195 19.46 10.54 -6 orang
Linakes 956 96 845 88.39 11.61 -111 orang
KF1 956 96 844 88.28 -7.72 -74 orang
KF2 956 96 844 88.28 -7.72 -74 orang
KF3 956 96 826 86.4 -9.6 -92 orang
PK 201 80 135 67.16 -12.84 -26 orang
Bumil periksa
HbsAg, HIV, 831 80 525 63.18 -16.82 -135 orang
Sifilis
Kelas Ibu
1002 50 51 5.09 -44.91 -450 orang
Hamil
Covid-19
Kematian Ibu
- - 1 - - dengan
Hamil
komorbid DM

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Pencapaian program paling tinggi adalah
Cakupan kunjungan ibu hamil K1 (89.26%) dan yang terendah adalah Kelas Ibu
Hamil (5.09%).
33

BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Permasalahan Kesehatan Ibu di Puskesmas Ambacang


Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program KIA di
Puskesmas Ambacang, jumlah data sasaran ibu hamil, bersalin, dan nifas di
wilayah kerja Puskesmas Ambacang ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kota
Padang.
Beberapa Ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke klinik atau praktik
bidan di luar wilayah kerja Puskesmas Ambacang dan sebaliknya juga ada
kemungkinan beberapa ibu hamil di luar wilayah kerja puskesmas Ambacang
yang memeriksakan kehamilannya di fasilitas kesehatan untuk ibu hamil yang
ada di wilayah kerja puskesmas Ambacang. Hal ini ditunjukkan pada Grafik 3.1
mengenai capaian K1 yang belum mencapai target (100%), yaitu rata-rata
89.62% namun ada kelurahan yang melebihi capaian yaitu 102,79% pada
kelurahan pasar Ambacang. Data pada Grafik 3.2 mengenai capaian K4 yang
juga belum mencapai target (96%), yaitu 82.93%. Rendahnya ibu hamil yang
melakukan K4 dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan adalah usia,
pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, dukungan keluarga dan jangkauan
ke tempat pelayanan kesehatan. Selain itu, penyebab rendahnya capaian K4 juga
dapat disebabkan ibu hamil yang melakukan K4 di tahun selanjutnya, sehingga
tidak tercatat pada laporan tahunan.

Grafik 3.3 menunjukkan data mengenai jumlah ibu hamil dengan resiko
tinggi berdasarkan resiko di Puskesmas Ambacang. Didapatkan sebanyak 195
bumil resti dari total ibu hamil yang ada yaitu 360, sehingga didapatkan
persentasi bumil resti sebanyak 20%. Berdasarkan komponen resikonya yang
paling banyak adalah ibu hamil dengan LILA < 23,5 cm yang mengindikasikan
KEK kemudian diikuti pada resiko paling banyak yang kedua adalah jarak anak
< 2 tahun.
34
Gambar 3.5 menunjukkan data mengenai jumlah ibu hamil dengan resiko
tinggi berdasarkan resiko di Puskesmas Ambacang. Didapatkan sebanyak 72
bumil resti dari total ibu hamil yang ada yaitu 360, sehingga didapatkan
persentasi bumil resti sebanyak 20%. Berdasarkan komponen resikonya yang
paling banyak adalah ibu hamil dengan LILA < 23,5 cm yang mengindikasikan
KEK kemudian diikuti pada resiko paling banyak yang kedua adalah jarak anak
< 2 tahun.
Gambar 3.6 menunjukkan data mengenai cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang belum mencapai target (100%), yaitu 77% padahal Puskesmas
Ambacang sudah memiliki layanan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar (PONED). Hal ini dikarenakan masih adanya ibu yang melakukan
persalinan di dukun dan masih kurangnya pemahaman pentingnya bersalin yang
dibantu oleh tenaga kesehatan. Persalinan oleh selain tenaga kesehatan ini
tentunya dapat meningkatkan resiko kematian ibu karena kurangnya kompetensi
dan fasilitas yang memadai dalam mengatasi komplikasi yang dapat terjadi saat
dan setelah persalinan yang dapat beresiko kematian Ibu. Selain itu, ibu hamil
yang tercatat di akhir tahun akan melakukan persalinan di tahun selanjutnya
sehingga data akan tercatat di capaian pada tahun selanjutnya.
Berdasarkan data pada gambar 3.7 cakupan kunjungan Ibu nifas masih
belum mencapai target (95%), yaitu 54,9%. Hal ini dapat disebabkan oleh Ibu nifas
yang melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan lain di luar wilayah kerja
puskesmas Ambacang. Selain itu, banyak ibu hamil yang merasa sudah sehat dan
tidak ada keluhan sehingga tidak perlu melakukan kunjungan nifas lagi.
Berdasarkan tabel 3.8 mengenai kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang menunjukkan terdapatnya 1 kematian ibu di tahun 2019. Puskesmas
Ambacang merupakan puskesmas PONED yang dapat melayani proses persalinan
dan juga dapat menjadi tempat rujukan dari puskesmas non PONED sekitarnya.
Berdasarkan wawancara dengan pemegang program

35
puskesmas, telah dilakukan audit terhadap kematian ibu hamil primipara berusia
38th dengan usia kehamilan 32-33 minggu yang terjadi pada tanggal 7/9/2019.
Didapatkan penyebab kematian Ibu karena hipertensi dalam kehamilan. Hal ini
tentu merupakan tanggung jawab puskesmas sebagai garda terdepan dalam
mendeteksi ibu hamil dengan resiko tinggi agar tidak terjadi komplikasi dalam
kehamilan.
Pada kondisi pandemi Covid-19 saat ini banyak program ataupun
kegiatan pelayanan kesehatan ibu yang tidak dapat terlaksana seperti kelas ibu
hamil dan kunjungan rumah. Apabila terdapat kondisi-kondisi darurat pada ibu
hamil, bersalin atau nifas, nanti ibu hamil atau keluarganya akan menghubungi
puskesmas melalui telepon setelah itu dilakukan kunjungan ke rumah.

4.2 Pemecahan Masalah Kesehatan Ibu Puskesmas Ambacang

Berbagai upaya pemecahan masalah kesehatan Ibu perlu dilakukan untuk


mencegah berbagai masalah kesehatan ibu sehingga dapat mengurangi angka
kematian ibu yang terjadi di wilayah Puskesmas Ambacang. Beberapa upaya
yang telah dan dapat dilakukan di antaranya:

1. Membuat Jadwal pembinaan ke BPM oleh Bidan Koordinator minimal 4x1


tahun dan mewajibkan pada klinik swasta atau BPM untuk mengirimkan
pemeriksaan labor pada bumil ke puskesmas dan mendapatkan Buku KIA yang
berstiker
2. Meningkatkan Pembinaan ke Kader P4K dan membentuk kader P4K dimasing-
masing Kelurahan (Pasar Ambacang, Anduring, Ampang dan Lubuk Lintah)
3. Meningkatkan Edukasi pada Ibu Hamil tentang pentingnya pemeriksaan
Hepatitis B dan HIV , Penambahan tenaga SDM labor(rekrutmen dari dan JKN)
4. Mengoptimalkan kegiatan pemantauan kesehatan ibu hamil, kunjungan
rumah, kegiatan posyandu, kelas ibu hamil, serta penjaringan data ibu hamil
risti oleh masing-masing pembina wilayah.
5. Memastikan pengisian pemeriksaan ibu hamil K1 dan K4 oleh penanggung
jawab posyandu dan pembina wilayah
6. Pendataan ibu bersalin yang lebih lengkap oleh penanggung jawab posyandu
dan pembina wilayah

36
7. Kunjungan rumah oleh penanggung jawab Posyandu dan pembina wilayah
untuk melakukan kunjungan ibu berisiko tinggi dan kunjungan ibu nifas 3 kali.
8. Mendata dan memberikan informasi terkait kedatangan kunjungan rumah
kepada ibu yang akan dilakukan kunjungan rumah.
9. Memberikan informasi kepada ibu nifas terkait pentingnya kunjungan nifas
lengkap untuk mengetahui dan mendeteksi dini kemungkinan komplikasi yang
akan terjadi.
10. Memberikan informasi terkait komplikasi dan penyebab kematian ibu
kepada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas.

37
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1) Kesehatan ibu mencakup pelayanan ibu hamil seperti kunjungan
ibu hamil K1, K4, kunjungan ibu hamil dengan risiko tinggi,
persalinan oleh nakes dan kunjungan ibu nifas.
2) Permasalahan kesehatan ibu di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
yaitu sebagian ibu hamil, bersalin dan nifas masih ada yang belum
terdata, kurang taunya penanggung jawab posyandu tentang
sasarannya, dan kurangnya kesadaran ibu, serta belum
terlaksananya secara optimal kegiatan pemantauan kesehatan ibu
hamil, kunjungan rumah, dan penjaringan data ibu hamil risti.
3) Pemecahan masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang berupa Memberdayakan volentir untuk menjeput
laporan ANC dan INC ke PMB yang berada di luar wilayah kerja
Puskesmas Ambacang dan Memberdayakan kader untuk mendata
dan memantau ibu hamil di masing masing posyandu dan
melaporkan ke Pem Program tiap bulan

5.2 Saran
1) Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui penyebaran informasi
dan penyuluhan mengenai pentingnya kesehatan ibu dan anak
khususnya penyebab kematian ibu.
1) Melakukan deteksi dini pada ibu hamil terkait penyulit/komplikasi
yang mungkin timbul.
2) Membuat suatu aplikasi yang dapat diakses oleh semua elemen
masyarakat terutama ibu hamil, ibu bersalin, maupun ibu nifas agar
dapat memantau kesehatannya.
3) Mengoptimalkan kunjungan rumah terhadap kunjungan ibu hamil,
ibu dengan risiko tinggi dan kunjugan nifas.
4) Melakukan pendekatan keluarga terhadap ibu hamil, bersalin, nifas
dan ibu dengan risiko tinggi.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Suwirmayanti N, Hadi R, Nugraheni Y. Perancangan Aplikasi Penyuluhan Kesehatan


Ibu dan Anak. Jurnal Sistem dan Informatika.2017;11(2):141-8.

2. Widoyo R. Peningkatan Peran Suami dalam Kesehatan Ibu dan Anak Indonesia.
JKMA.2015;9(2):63-64.

3. WHO(2019).Maternal mortality. World Health Organization


https://www.who.int/healthinfo/statistics/indmaternalmortality/en/- Diakses Juli 2020

4. WHO(2019).Maternal mortality. World Health Organization


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality - Diakses Juli
2020
5. Depkes RI (2015). InfoDATIN Mothers Day. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia http://www.kemkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infod atin-ibu.pdf - Diakses Juli 2020.

6. BPS (2015). Profil Penduduk Indonesia Hasil SUPAS. Badan Pusat Statistik
https://www.bps.go.id/publication/2016/11/30/63daa471092bb2cb7c1fada6/profi l-
penduduk-indonesia-hasil-supas-2015.html -Diakses Juli 2020.
7. BPS (2014). Kajian Indikator Sustainable Development Goals (SDGs). Badan

8. Pusat Statistik
https://www.bps.go.id/publication/2014/10/06/db07e5b8991c5f33c0f1309c/kajia n-
indikator-sustainable-development-goals--sdgs-.html-Diakses Juli 2020.

9. Dinkes Sumbar (2018). Profil Kesehatan 2018. Dinas Kesehatan Sumatera Barat.
http://dinkes.sumbarprov.go.id/details/news/450-Diakses Juli 2020

10. Dinkes Kota Padang (2018). Profil Kesehatan Kota Padang. Dinas Kesehatan Kota
Padang https://www.depkes.go.id/resources/download/profil/

11. Puskesmas Ambacang. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Tahun 2019. Padang:
Puskesmas Ambacang; 2019

12. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal dibidang Kesehatan. Jakarta: Permenkes RI. 2016.

13. Presiden RI. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan.Jakarta: Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia. 2009.

14. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang standar
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
di bidang Kesehatan. Jakarta: Permenkes RI 2019

15. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa
Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan
Kesehatan Seksual. Jakarta: Permenkes RI. 2014

39

Anda mungkin juga menyukai