Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY “S” UMUR 26 TAHUN G2P1A0

HAMIL 35 MINGGU DENGAN GAMELI DI UNIT RAWAT JALAN


RSUD.H.MOH RABAIN
TAHUN 2023

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
1. HAFIZAH MARHENI NURLAILI NIM.PO7124321073
2. VENNY FELLIA ARIYANTI NIM.PO7124321074
3. NIKEN KENCANA PUTRI NIM.PO7124321083
4. NINIS IPIASARI NIM.PO7124321084

KEPALA RUANGAN UNIT RAWAT JALAN :


IBU RAMAINA, SST.,M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PRODI DIII
KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN 2023

MOTTO

“Raihlah ilmu dan untuk meraih ilmu, belajarlah untuk tenang dan
sabar”

PERSEMBAHAN

Laporan Ini Adalah Bagian Dari Ibadah Kami Kepada Allah SWT, Karena Kepada-Nyalah
Kami Menyembah Dan Kepada-Nyalah Kami Mohon Pertolongan.Sekaligus Sebagai
Ungkapan Terimakasih Kepada Bapak Dan Ibu Yang Selalu Memberikan Motivasi, Dan
Kakak-Kakakku Yang Selalu Memberikan Ilmu, Keterampilan Dan
Pengalaman.Terimakasih Atas Semuanya Bapak Ibu Serta Kakak-Kakak di UnitRawat
Jalan RSUD.H.Moh Rabain Tahun 2023.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Belajar yang berjudul “Asuhan
Kebidanan. Pada NY “S” UMUR 26 Tahun G2P1A0 Hamil 35 Minggu Dengan Gameli
di Rawat Jalan di RSUD Dr.H.M Rabain Muara Enim Tahun 2023”.
Laporan Praktik Belajar Lapangan ini disusun untuk memenuhi tugas pada
Praktik Belajar Lapangan di RSUD Dr.H.M RABAIN Muara Enim Tahun
2023.Laporan ini tidak terlepas dari partisipasi berbagai pihak yang telah ikut serta
dalam memberikan masukan, saran serta bimbingan sehingga laporan ini dapat
diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Ibu Dahliana, SKM.,M.Kes selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Muara
Enim
2. Ibu Hj. Setiawati, SST., M.Kes selaku pembimbing akademik
3. Ibu Jamila, S.SiT., M. Kes selaku pembimbing akademik
4. Ibu Nia Clarasari M.P, SST.,M.Keb selaku pembimbing akademik
5. Ibu Hj. Ekadewi Retnosari, SST., M. Keb selaku pembimbing akademik
6. Ibu Hj. Rita Kamalia, S.Pd., M. Kes selaku pembimbing akademik
7. Ibu Siti Fatimah,. SST., M. Bmd selaku pembimbing akademik
8. Ibu Rika Hairunisyah,. S. SiT., M,. Bmd selaku pembimbing akademik
9. Ibu Miskiyah, SKM., M.Bmd selaku pembimbing akademik
10. Ibu Jenny Kartika, SKM.,M.Kes selaku pembimbing akademik
11. Ibu Umi Daimah, S.SiT., M. Kes Ibu Jenny Kartika, SKM.,M.Kes selaku
pembimbing akademik
12. Ibu Nurayuda, SST., M. Kes Ibu Jenny Kartika, SKM.,M.Kes selaku
pembimbing akademik
13. Ibu Ramaina, SST.,M.Kes selaku kepala Unit Rawat Jalan RSUD
Dr.H.M. Rabain Muara Enim
14. Ibu Ita Yuniarti,Am. Keb selaku pembimbing lahan di Poli Kebidanan
RSUD Dr.H.M Rabain Muara Enim
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN………………………………………...5
1.1 Latar Belakang......................................................................5
1.1 Rumusan masalah.....................................................................8
A. Tujuan Umum.......................................................................8
B. Tujuan Khusus......................................................................8
1.3 Manfaat.....................................................................................9
1.2 Tempat dan Pelaksanaan.......................................................9
BAB II PEMBAHASAN TEORI……………………………….11
2.1 Konsep Dasar......................................................................11
2.1.1 Definisi...............................................................................11
2.1.2 Epidemologi...…………………………………………….…12
2.1.3 Etiologi………………………………………………….…...14
2.1.4 Patofisiologi………………………………………………….15
2.1.5 Klasifikasi Kehamilan Kembar..................................................16
2.1.6 Manifestasi Klinik................................................................20
2.1.7 Penanganan persalinan…………………………………...….23
BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................21
II. DATA OBJEKTIF..............................................................25
III. ANALISA DATA...............................................................27
IV. PENATALAKSANAAN...................................................27
1.1 Kesimpulan.........................................................................33
1.2 Saran...................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,

persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan

nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti

kecelakaan atau terjatuh, di setiap 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini

tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, tetapi juga mampu

menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap

perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun

kualitas (DepKes RI, 2015).

Masih tingginya AKI berdasarkan data selama kurun waktu 25

tahun yaitu 1990 sampai dengan 2015, Data World Health Organization

(WHO) mengenai status kesehatan nasional pada capaian target

Sustainable Development Goals (SDGs) menyatakan secara global

sekitar 830 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi selama

kehamilan dan persalinan, dengan tingkat AKI sebanyak 216 per

100.000 kelahiran hidup (WHO, 2017) Sebanyak 99 persen kematian

ibu akibat masalah kehamilan, persalinan atau kelahiran terjadi di

negara-negara berkembang. Rasio AKI masih dirasa cukup tinggi

sebagaimana ditargetkan menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2030 (WHO, 2017). Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di


antaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI)

(Widiarini, 2017). Di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 359 per

100.000 jiwa pertahun. Dari bulan Januari sampai September tahun

2016 Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat, jika dibandingkan target

AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000

kelahiran hidup.

Hasil Survei Penduduk Sensus (SUPAS) 2016 menunujukkan

AKB sebesar 22,33 per 1.000 kelahiran hidup, yang berarti sudah

mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup

(Badan Pusat Statistik, 2016). Pada tahun 2017, AKI Provinsi Jawa

Timur mencapai 91,92 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini

mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 91 per

100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2017

tertinggi terdapat di Kabupaten Mojokerto yaitu sebesar 171,88 per

100.000 kelahiran hidup atau kematian ibu pada tahun 2017 di

Kabupaten Mojokerto sebanyak 29 orang. Sedangkan AKI terendah ada

di Kabupaten Malang yaitu sebesar 46,48 per 100.000 kelahiran hidup

atau kematian ibu pada tahun 2017 di Kabupaten Malang sebanyak 18

orang. Untuk Kota Mojokerto, Kota Blitar dan Kota Madiun tahun 2017

tidak ada kematian ibu. Walaupun capaian AKI di Jawa Timur sudah

memenuhi target Renstra dan Supas, AKI harus tetap diupayakan

menurun (Dinkes, Jatim 2017).


Keadaan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian

Neonatal (AKN) yang diperoleh dari laporan rutin relatif sangat kecil,

Namun bila dihitung angka kematian absolut masih tinggi yaitu

sebanyak 4.059 Bayi meninggal pertahun dan sebanyak 4.464 balita

meninggal pertahun. Dalam satu hari berarti sebanyak 11 bayi

meninggal dan 12 balita meninggal. sehingga data AKB yang

dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (Provinsi Jawa Timur). Tahun

2017 Angka Kematian Bayi pada posisi 23,1 per 1.000 kelahiran hidup

(angka estimasi dari BPS Provinsi), Angka Kematian Bayi Jatim sampai

dengan tahun 2017 masih dibawah target Nasional (Supas) yaitu 24 per

1.000 kelahiran hidup (Dinkes Jatim, 2017).3,59% atau sebanyak 19

orang (Dinkes Jatim, 2017).

Sedangkan infeksi nifas adalah infeksi peradangan pada semua

alat genetalia pada masa nifas. Dimana suatu komplikasi yang

diakibatkan masuknya kuman ke dalam alat kandungan seperti eksogen

(kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam

tubuh), dan endogen (dari jalan lahir). Dampak dari ketiga hal tersebut

yaitu seperti perdarahan dapat menyebabkan keadaaan syok pada ibu

bersalin diserta dengan perubahan tanda- tanda vital bahkan

menyebabkan kematian, Perdarahan yang sulit dihentikan bisa

mendorong pada keadaan syok hemoragic (Marsha, 2012).

Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan


berkesinambungan (Continuity of care) mulai dari hamil, bersalin, nifas,

neonatus dan pemilihan alat kontrasepsi. Pelayanan kesehatan yang

diberikan pada ibu hamil melalui pemberian pelayanan antenatal

minimum 6 kali selama masa kehamilan yaitu minimal 1 kali pada

trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu). Minimal 2 kali pada

trimester kedua (usia kehamilan 12-28 minggu). Minimal 3 kali pada

trimester ketiga (usia kehamilan 28 minggu – lahir) (Kemenkes, 2015).

Dengan adanya permasalahan ini pemerintah mengupayakan

untuk menyediakan kader dengan tujuan agar dapat membantu bidan

kader juga berperan penting dalam kesejahteraan masyarakat. Adapun

data antenatal care, intranatal care, sampai niifas yang terdapat pada

Bidan Khalimatus Sadiya pada tahun 2018, yaitu ANC setiap tahun

terdapat ±200 orang. Sedangkan persalinan berkisar 100 orang tiap

tahun, yang dirujuk pertiap bulan sekitar 3 sampai 4 orang, pasien yang

dirujuk biasanya karena, kala I memanjang dan kala II lama.

1.2 UMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, memberikan landasan bagi penulis
untuk membuat rumusan masalah:
1. Bagaimana Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Ny “S” UMUR
26 Tahun G2P1A0 HAMIL 35 Minggu Dengan Gamelli di Unit
Rawat Jalan RSUD.H.MOH RABAIN Th 2023?
2. Apa pengertian Gameli ?
3. Apa saja klasifikasi, Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi
Klinis, Penatalaksanaan.
1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum Melaksanakan Asuhan Kebidanan Kehamilan PADA
NY “S” UMUR 26 Tahun G2P1A0 HAMIL 35 MINGGU Dengan
Gameli di Rawat Jalan di RSUD Dr.H.M Rabain Muara Enim :
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi Gameli.
2. Mahasiswa dapat memahami etiologi,klasifikasi,tanda dan gejala
Gameli.
3. Mahasiswa dapat memahami lebih dalam mengenai Apa itu
Gameli.

b. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian secara lengkap Asuhan Kebidanan
Kehamilan Pada NY “S” UMUR 26 Tahun G2P1A0 Hamil 35
Minggu Dengan Gameli di Rawat Jalan di RSUD Dr.H.M
Rabain Muara Enim Tahun 2023.
2. Merumuskan data asuhan kebidanan serta merumuskan diagnosa
kebidanan, masalah, dan kebutuhan pada Ny “S” Tentang
Gameli di RSUD Dr.H.M. Rabain Muara Enim tahun 2023 .
10

BAB II

PEMBAHASAN TEORI

2.1 KEHAMILAN KEMBAR


2.1.1 Definisi Kehamilan Kembar
Kehamilan kembar atau kehamilan multiple adalah suatu kehamilan dengan

dua janin atau lebih. Kehamilan multiple dapat berupa kehamilan ganda / gemelli (2

janin), triplet (3 janin), kuadruplet (4 janin), quintuplet (5 janin) dan seterusnya.

Kehamilan multiple terjadi jika dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi

(dizigotik) atau jika satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga

membentuk dua embrio (monozigotik).

Superfetasi adalah fertilisasi dan perkembangan ovum ketika janin telah

berada di dalam uterus, atau fertilisasi 2 buah telur tidak pada siklus yang sama.

Superfetasi masih belum dibuktikan pada manusia. Sedangkan superfekundasi

adalah fertilisasi ovum melalui inseminasi setelah ovum difertilisasi, atau fertilisasi

telur pada waktu berdekatan tapi tidak pada koitus yang sama. Superfekundasi

dapat terjadi pada manusia, karena dalam kepustakaan diceritakan mengenai seorang

ibu kulit putih yang melahirkan anak seorang kulit putih dan seorang anak mulato

pada suatu persalinan kembar.


11

2.1.2 Epidemologi

Frekuensi kembar monozigotik relative konstan di suluruh dunia,

yaitusekitar 4 per 1000 kelahiran. Sebaliknya, frekuensi kembar dizigotik bervariasi

dalam setiap ras di suatu negara dan dipengaruhi oleh usia ibu (meningkat dari 3

per 1000 kelahiran pada ibu berusia di atas 20 tahun hingga 14 per 1000 kelahiran

pada ibu berusia 35 – 40 tahun) serta paritas. Di Indonesia, terdapat satu kasus

kembar siam untuk setiap 200.000 kelahiran 1,4.

a. Ras

Angka kelahiran kembar mendekati 1 dari 90 kehamilan di AmerikaUtara.

Insiden lebih tinggi terjadi di Afrika yaitu 1 dari 20 kelahiran. Di Asia gemelli

jarang terjadi. Di Jepang misalnya 1 per 155 kelahiran 6.

b. Hereditas

Wanita kembar non-identik memberikan kemungkinan bayi kembar 1 dari 60

kelahiran. Sebaliknya seorang ayah yang kembar non-identik memiliki

kemungkinan bayi kembar hanya 1 dari 125 kelahiran 5.

c. Usia maternal dan riwayat kehamilan

Wanita berusia 35 – 40 tahun dengan empat anak atau lebih, memiliki

kemungkinan melahirkan anak kembar tiga kali lipat dibanding wanita berusia

20 tahun 4.

d. Tinggi dan berat badan ibu

Kembar non-identik lebih sering terjadi pada wanita bertubuh besar dan tinggi

dibandingkan pada wanita yang bertubuh kecil. Hal ini mungkin lebih terkait
12

7
dengan status gizi daripada ukuran tubuh itu sendiri . Nylander (1971)

menunjukkan peningkatan derajat yang jelas dalam pembentukan janin kembar

setara dengan status gizi yang lebih tinggi yang tercermin pada ukuran ibu.

Wanita yang lebih tinggi dan lebih berat memperlihatkan angka kembar 25

sampai 30 persen lebih tinggi daripada wanita pendek yang kekurangan gizi.

MacGilivray (1986) juga mendapatkan bahwa kembar dizigot lebih sering

dijumpai pada wanita besar dan tinggi daripada wanita kecil. Haggarty dkk.,

(2006) melaporkan bahwa asupan asam folat dan konsentrasi folat plasma yang

lebih tinggi berkaitan dengan angka kehamilan kembar

e. Obat-obat penyubur dan kemajuan teknologi

Kehamilan multipel lebih sering terjadi pada wanita yang mengkonsumsi obat-

obat fertilitas selama menjalani induksi ovulasi. Konsumsi clomiphene citrate

memiliki kemungkinan melahirkan anak kembar 5 – 12% dan kurang dari

1%memperoleh kehamilan triplet atau lebih. Hampir 20% kehamilan akibat

konsumsi gonadotropin merupakan kehamilan kembar ganda dan sekitar 5%

merupakan kembar triplet atau lebih. Risiko kehamilan kembar juga meningkat

pada proses transfer embrio dan superovulasi.7

f. Assisted Reproductive Technology (ART)

Teknik-teknik ini dirancang untuk meningkatkan kemungkinan hamil. Tetapi

teknik-teknik ini juga meningkatkan kemungkinan gestasi multijanin. Secara

umum dengan IVF, semakin banyak jumlah mudigah yang dipindahkan,

semakin besar resiko janin kembar dua atau multiple.


13

2.1.3 Etiologi

Bangsa, hereditas, umur, dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap

kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur. Juga obat klomid dan hormon

gonadotropin yang dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi dilaporkan

menyebabkan kehamilan dizigotik. Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula

faktor lain dengan mekanisme tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih

folikel de. Graaf atau terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam satu folikel.

Kemungkinan pertama dibuktikan dengan ditemukannya 21 korpora lutea pada

kehamilan kembar. 6

Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum blastula

terbentuk, menghasilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2 korion, dan 2

plasenta seperti pada kehamilan kembar dizigotik. Bila faktor penghambat

terjadi setelah blastula tetapi sebelum amnion terbentuk, maka akan terjadi

kehamilan kembar dengan 2 amnion, sebelum primitive streak tampak, maka akan

terjadi kehamilan kembar dengan 1 amnion. Setelah primitive streak

terbentuk, maka akan terjadi kembar dalam berbagai bentuk.

2.1.4 Patofisiologi

Setiap jenis anastomosis vaskular yang dijelaskan sebelumnya dapat

dijumpai pada plasenta monokorion. Secara klasik, TTTS kronik terjadi akibat

aliran satu arah melalui anastomosis arteriovenosa. Darah terdeoksigenasi dari

arteri plasenta donor dipompa ke dalam kotiledon yang dipakai bersama oleh

resipien. Jika pertukaran oksigen di vilus korion telah selesai maka darah
14

teroksigenasi meninggalkan kotiledon melalui suatu vena plasenta pada kembar

resipien. Jika tidak terkompensasi, aliran satu arah ini menyebabkan

ketidakseimbangan volume darah.

Sindrom transfusi antar kembar yang secara klinis penting sering bersifat

kronis dan merupakan akibat perbedaan volume vaskular signifikan diantara

kembar. Sindrom ini biasanya bermanifestasi pada pertengahan kehamilan ketika

janin donor menjadi oliguria akibat berkurangnya perfusi ginjal. Janin ini

mengalami oligohidramnion dan janin resipien mengalami hidramnion berat,

diduga karena meningkatnya produksi urin. Cairan amnion yang hampir tidak ada

di kantong donor menghambat gerakan janin, menghasilkan istilah deskriptif stuck

twin atau sindrom hidramnion-oligohidramnion-“poli-oli”. Ketidakseimbangan

cairan amnion ini berkaitan dengan hambatan pertumbuhan, kontraktur, serta

hipoplasia paru pada satu kembar dan ketuban pecah dini dan gagal jantung pada

yang satunya.

Gambar 9. Transfusi pada Twin to Twins Sindrom.


15

2.1.5 Klasifikasi Kehamilan Kembar

a. Kehamilan kembar monozigotik.

Mekanisme pembentukan yang mendasari terjadinya kembar monozigot masih

belum dipahami sepenuhnya. Hasil akhir proses pembentukan kembar monozigot,

bergantung pada waktu pemisahan terjadi. Jika zigot terbagi dalam 72 jam pertma

setelah pembuahan maka terbentuk dua mudiga, dua amnion, dan dua korion, dan akan

berkembang kehamilan kembar dua diamnion dikorion. Dapat terbentuk dua plasenta

yang berbeda atau menyatu. Jika pemisahan terjadi antara hari keempat dan kedelapan,

terbentuk kehamilan kembar diamnion monokorion. Pada sekitar8 hari setelah

pembuahan, korion menghasilkan dua mudigah dalam satu kantong amnion. Kembar

dempet (kembar siam) terjadi jika pemisahan berlangsung lebih belakangan.


16

Gambar 2.Pembuahan monozigot dan dizigot

b. Kehamilan kembar dizigotik.

Kira-kira dua pertiga kehamilan kembar dizigotik yang berasal dari 2

telur; disebut juga heterolog, binovuler, atau fratenal. Jenis kelamin sama

atau berbeda, berbeda seperti anak-anak lain dalam keluarga. Kembar

dizigotik mempunyai 2 plasenta 2 korion dan 2 amnion. Kadang-kadang

2 plasenta menjadi satu. 5

Gambar 3. Korion dan amnion pada gemelli.


17

c. Conjoined twin, Superfekundasi dan Superfetasi

Conjoined twins atau kembar Siam adalah kembar dimana janin melekat

satu dengan yang lainnya. Misalnya torakofagus (dada dengan dada),

abdomenofagus (perlekatan kedua abdomen), kraniofagus (kedua kepala).

Superfekundasi adalah pembuahan dua telur yang dikeluarkan pada ovulasi

yang sama pada 2 koitus yang dilakukan dengan jarak waktu pendek.

Kehamilan demikian ini sukar dibedakan dengan kehamilan kembar dizigotik.

Pada tahun 1910 oleh Archer dilaporkan bahwa seorang wanita kulit putih

yang melakukan koitus berturut-turut dengan seorang kulit putih dan

kemudian dengan seorang Negro melahirkan bayi kembar dengan satu bayi

berwarna putih dan yang lainnya berupa mullato. Superfetasi adalah kehamilan

kedua yang terjadi beberapa minggu atau beberapa bulan setelah kehamilan

pertama terjadi. Keadaan ini pada manusia belum pernah dibuktikan, akan tetapi

dapat ditemukan pada kuda. 5,6


18

Gambar 4. Variasi Plasenta pada kehamilan lembar

Plasenta dan talipusat:


Plasenta dan selaput ketuban pada kembar monozygote dapat bervariasi seperti terlihat
pada gambar dibawah tergantung pada saat “pembelahan awal” pada discus embrionik.
Variasi yang dapat terlihat adalah

1. Pembelahan sebelum stadium morula dan diferensiasi trofoblas (pada hari ke III)
menghasilkan 1 atau 2 plasenta, 2 chorion dan 2 amnion (sangat menyerupai
kembar dizygotic dan meliputi hampir 1/3 kasus kembar monozygotic)
2. Pembelahan setelah diferensiasi trofoblas tapi sebelum pembentukan amnion
(hari ke IV – VIII) menghasilkan 1 plasenta dan 2 amnion (meliputi 2/3 kasus
kembar monozygotic)
3. Pembelahan setelah diferensiasi amnion ( hari ke VIII – XIII) menghasilkan 1
plasenta, 1 chorion dan 1 amnion
4. Pembelahan setelah hari ke 15 menyebabkan kembar tak sempurna, pembelahan
pada hari ke XIII – XV menyebabkan kembar siam.
19

2.1.6 Manifestasi Klinik

Secara umum, derajat perubahan fisiologis ibu lebih besar pada janin

multipel daripada janin tunggal. Sejak trimester pertama, dan secara temporer

berkaitan dengan kadar B-HCG serum yang tinggi, wanita dengan gestasi multi

janin sering mengalami mual dan muntah yang melebihi wanita dengan gestasi

janin tunggal.

Ekspasnsi normal volume darah ibu lebih besar ,sementara peningkatan

rata-rata pada kehamilan tahap akhir adalah 40 sampai 50 persen pada janin

tunggal, angka tersebut menjadi 50 sampai 60 persen pada kembar. Suatu

penambahan 500ml. Massa sel darah merah juga meningkat, tetapi secara

proposional lebih sedikit pada kehamilan kembar dibandingkan kehamilan tunggal.

Peningkatan mencolok pada volume darah serta peningkatan kebutuhan zat besi dan

asam folat meningkatkan prevalensi anemia ibu.

Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati

batas toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus. Usia kehamilan makin

pendek dengan makin banyaknya janin pada kehamilan kembar. Kira-kira 25%

bayi kembar, 50% bayi triplet, dan 75% bayi kuadruplet lahir 4 minggu

sebelum kehamilannya cukup-bulan. Lama kehamilan rata-rata untuk kehamilan

kembar 260 hari, triplet 246 hari dan kuadruplet 235 hari. 5,6

Pertmbuhan uterus pada gestasi multijanin secara substansial lebih besar

daripada kehamilan janin tunggal. Uterus dan kandungan non-janinnya dapat

mencapai volume 10L atau lebih berat melebihi 20pon (sekitar 10kg) khususnya
20

pada kembar monozigot dapat terjadi akumulasi cepat cairan amnion yang

berlebihan. Dalam keadaan tersebut, visera abdomen dan paru ibu dapat nyata

tertekan dan tergeser oleh uterus ibu. Akibatnya, ukuran dan uterus ibu yang besar

menyebabkan wanita yang bersangkutan tidak dapat melakukan aktivitas fisik.

Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah,

sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain. Frekuensi

hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan kembar daripada

kehamilan tunggal. Hidramnion menyebabkan uterus regang, sehingga dapat

menyebabkan partus prematurus, inersia uteri, atau perdarahan postpartum. 5

Jika timbul hiramnion, ungsi ginjal ibu dapat sangat terganggu, terutama

karena uropati obstruktif. Quigley dan Cruikshank melaporkan dua wanita masing-

masing mengandug janin kembar dengan hidramnion akt dan berat menyebabkan

oligouria dan azotemia pada keduanya. Curah urin dan kadar kreatinin plasma ibu

segera kembali normal setelah pelahiran. Pada hidramnion berat, dapat dilakukan

amniosintesis terapeutik untuk meringankan ibu, memperbaiki uropati obstruktif dan

kemungkinan persalinan kurang bulan atau ketuban pecah dini. Sayangnya

hidramnion sering timbul secara akut jauh dari aterm dan sering kambuh kembali

dengan cepat setelah amniosintesis.


21

2.1.7 Penanganan persalinan

Kehamilan kembar perlu perhatian khusus. Rekomendasi untuk

penatalaksanaan intrapartum meliputi hal berikut: tersedianya tenaga professional

yang mendampingi proses persalinan, tersedia produk darah untuk transfusi, dan

tersedianya obstetrisian yang mampu mengidentifikasi bagian janin intrauterine dan

melakukan manipulasi intrauterine. Pemberian ampsilin 2 gram juga disiapkan

setiap 6 jam jika terjadi persalinan premature untuk mencegah infeksi neonatus.

Alangkah lebih baik jika di rumah sakit juga tersedia ultrasonografi. Pada saat

persalinan juga memerlukan dokter anastesi yang dapat dipanggil jika diperlukan.

Sebelum persalinan

Penatalaksanaan Antepartum Kehamilan Kembar

Untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas perinatal pada

kehamilan dengan penyulit kembar, penting diperhatikan bahwa :

1. Pelahiran neonatus yang terlalu kurang bulan dicegah

2. Hambatan pertumbuhan janin diidentifikasi dan janin yang terkena

dilahirkan sebelum sekarat

3. Trauma janin selama persalinan dan pelahiran harus harus di hindari

4. Tersedia perawatan neonatus intensif

Diet

Kebutuhan akan kalori, protein, mineral, vitamin, dan asam lemak esensial

pada wanita dengan janin multipel jelas lebih tinggi. Konsumsi kalori perlu

ditingkatkan sebanya 300kkal/hari. Dianjurkan sumplementasi dengan besi 60


22

sampai 100mg/hari disertai asam folat 1mg/hari.

Surveilans Antepartum

Pemeriksaan sonofrafi serial biasanya dilakukan sepanjang trimester ketiga

untuk memantau pertumbuhan janin. Penilaian volume cairan amnion juga penting.

Adanya oligohidramnion mungkin mengisyaratkan patologi uteroplasenta dan perlu

evaluasi lebih lanjut. AFI dibawah 8cm dianggap abnormal pada usia gestasi 28

sampai 40 minggu.

Pencegahan persalinan kurang bulan

Tirah baring

Dalam satu penelitian, Crowther dkk (1990), secara acak memilih rawat-

inap atau perawatan rutin untuk 139 wanita Zimbabwe dengan kehamilan kembar.

Mereka mendapatkan bahwa tirah baring dirumah sakit tidak memperlama

kehamilan atau memperbaiki kesintasan neonatus, meskipun hal tersebut

memperbaiki pertumbuhan janin. Namun yang terpenting hampir separuh dari

wanita tersebut memerlukan rawat-inap untuk indikasi spesifik misalnya hipertensi

maupun ancaman partus prematurus.

Untuk mengurangi resiko partus kurang bulan dianjurkan pembatasan

aktivitas fisik. Sayangnya, tidak banak bukti yang menunjukan bahwa tindakan-

tindakan ini secara substansial mengubah hasil akhir.

Tokolitik dan Pematangan paru

Sepeti kehamilan tunggal, tidak ada bukti valid bahwa terapi tokolitik

memperbaiki hasil akhir neonatus pada gestasi multi janin. Yang penting, terapi
23

tokolitik pada wanita ini memiliki resiko yang lebih tinggi daripada kehamilan

tunggal. Hal ini disebabkan karena meningkatnya volume darah ibu yang dipicu

oleh janin kembar dan beba kardiovaskular yang meningkatkan kerentanan

terhadap edema paru terkait hidrasi.

Pemakaian kortikosteroid untuk pematngan paru tidak berbeda dengan

gestasi tunggal, yaitu :

Betametason 2x12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam

Deksametason 4x16 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam

Presentasi dan posisi

Pada kehamilan kembar, dokter harus mampu menghadapi semua

kombinasi presentasi janin. Presentasi yang paling sering adalah kepala-kepala

(45%), kepala-bokong (35%), bokong-bokong (10%), kepala-lintang (6%) dan

lain-lain (4%) 3. Hal yang perlu menjadi perhatian adalah posisi ini selain

kepala-kepala adalah tidak stabil baik sebelum maupun selama proses

persalinan.9,10

Jika presentasi janin adalah kepala-kepala dan tidak ada komplikasi,

dapat dilakukan partus pervaginam. Jika presentasi janin kepala-bokong,maka

janin pertama dapat partus vaginam dan janin kedua dapat dilakukan versi luar

sehingga presentasinya kepala kemudian dilakukan partus pervaginam atau

dilakukan persalinan sungsang. Apabila presentasi janin pertama bukan kepala,

kedua janin dilahirkan per abdominam. 10,11


24

Gambar 6. Kiri : presentasi vertex-vertex


Kanan presentasi Vertex- presentasi bokong

Gambar 7. Mekanisme Interlocking pada persalinan kembar


Proses persalinan
25

 Pelahiran Per Vagina

 Presentasi Sefalik-Sefalik

Selama persalinan, janin yang terpresentasi biasanya menyebabkan serviks

membuka. Jika kembar pertama sefalik maka pelahiran biasanya dapat dilakukan

secara spontan atau dengan forceps. Muleba dkk., (2005) mendapatkan adanya

peningkatan angka distress pernapasan pada janin kedua kembar kurang bulan

tanpa memandang cara pelahiran atau pemakaian kortikosteroid.

 Presentasi Sefalik-Non-Sefalik

Rute pelahiran optimal untuk kembar sefalik-non-sefalik masih diperdebatkan.

Beberapa laporan membuktikan keamanan pelahiran per vagina kembar non-

sefalik kedua dengan berat lebih dari 1500 g. Karena itu, jika perkiraan berat

janin lebih dari 1500 g maka janin kedua non-verteks dapat dilahirkan melalu

vagina. Jika perkiraan berat janin kurang dari 1500 g maka masalah ini menjadi

kurang jelas, meskipun dilaporkan bahwa hasil akhir neonatus setara atau

bahkan membaik dengan pelahiran per vagina. Maudlin dkk., (1998) secara

retrospektif mengulas proses pelahiran 84 kembar sefalik-non-sefalik. Mereka

mendapatkan bahwa pelahiran per vagina janin terbawah diikuti oleh ekstraksi

bokong kembar kedua mempersingkat rawat inap ibu dan neonatus secara

signifikan, sebagian karena kembar yang diekstraksi bokong per vagina lebih

jarang mengalami gangguan pernapasan dan infeksi.


26

 Presentasi Sungsang

Seperti pada janin tunggal, jika janin pertama sungsang maka dapat timbul

masalah besar jika:

1. Janin terlalu besar, dan kepala yang datang belakangan lebih besar daripada

jalan lahir.

2. Janin cukup kecil. Ekstremitas dan badan dapat lahir melalui serviks yang

belum mendatar dan berdilatasi secara adekuat, tetapi kepala dapat

terperangkap diatas serviks.

3. Terjadi prolapsus tali pusat.

Jika masalah-masalah ini telah diantisipasi atau diidentifikasi, kelahiran

Caesar sering dipilih, kecuali pada kasus-kasus dimana janin sedemikian imatur

sehingga tidak akan bertahan hidup. Bahkan tanpa masalah-masalah ini, jika

kembar pertama sungsang, banyak dokter kandungan melakukan bedah Caesar.

Fenomena kembar terkunci (locked twins) jarang dijumpai. Untuk

terjadinya penguncian ini, janin pertama harus terletak sungsang dan janin kedua

sefalik. Dengan turunnya bokong melalui jalan lahir, dagu janin pertama

terkunci antara leher dan dagu janin kedua. Bedah Caesar dianjurkan jika

teridentifikasi kemungkinan terjadinya penguncian ini.

 Pelahiran Per Vagina Janin Kedua

Setelah pelahiran kembar pertama, bagian presentasi kembar kedua, ukuran dan

hubungannya dengan jalan lahir perlu segera dan secara hati-hati dipastikan

melalui kombinasi pemeriksaan abdomen, vagina dan kadang intrauterus.


27

Sonografi dapat membantu. Jika kepala janin atau bokong terfiksasi di jalan lahir

maka diberikan tekanan sedang pada fundus dan selaput ketuban dipecahkan.

Segera sesudahnya, pemeriksaan dengan serviks diulang untuk menyingkirkan

prolaps tali pusat. Persalinan dibiarkan berlanjut. Jika kontraksi tidak pulih

dalam waktu sekitar 10 menit maka dapat digunakan oksitosin encer untuk

merangsang kontraksi.

Dahulu interval paling aman antara pelahiran kembar pertama dan kedua

sering dinyatakan sebagai kurang dari 30 menit. Jika dilakukan pemantauan

janin kontinu, maka hasil akhir yang baik masih tercapai bahkan jika interval ini

lebih lama.

 Versi Podalik Internal

Pada maneuver ini, janin diputar menjadi presentasi bokong dengan

menggunakan tangan yang dimasukkan ke dalam uterus. Dokter kebidanan

menangkap kaki janin dan kemudian melahirkan janin melalui ekstraksi bokong.
28

 Pelahiran Per Vagina Setelah Bedah Caesar

Terdapat penelitian yang mendukung upaya pelahiran per vagina setelah bedah

Caesar untuk wanita tertentu dengan kehamilan kembar. Pada situasi ini, resiko

rupture uterus kira-kira setara dengan upaya pelahiran per vagina janin tunggal.

 Pelahiran Caesar

Insisi uterus harus cukup besar agar kedua janin dapat lahir tanpa trauma. Pada

sebagian kasus, insisi vertikal segmen bawah mungkin menguntungkan. Sebagai

contoh, jika satu janin terletak melintang dengan punggung di bawah, dan lengan

secara tak sengaja lahir lebih dulu, maka akan jauh lebih mudah dan aman untuk

memperluas insisi vertikal uterus ke atas daripada memperluas insisi transversal.

Jika janin kedua sungsang dan pelahiran kepala terhambat maka dapat digunakan

forceps Piper seperti pada pelahiran pervagina.


29

BAB III
TINJAUAN KASUS
Tempat Praktik : Di Ruang Poli KIA
No. Reg :-
Tanggal, Jam : 20 Oktober 2023
Oleh : Kelompok I

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY “S” UMUR 26 TAHUN G2P1A0


HAMIL 35 MINGGU DENGAN GAMELI DI RAWAT JALAN

RSUD.H.MOH RABAIN TAHUN 2023

I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
B. Nama Ibu : Ny. “S” Nama Suami : Tn. “A”
Umur : 26 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sumatera/ Indonesia Suku/Bangsa : Sumatera/ Indonesia
Pendidikan : Sma Pendidikan : Sma
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Relly Lahat Alamat : Relly Lahat

Data Kebidanan
1. Keluhan utama
Ibu datang ke RSUD.H.MOH RABAIN ibu mengaku hamil 8 Bulan anak ke-3 tidak
pernah keguguran.Ibu mengaku susah tidur sering bab nyeri perut bawah, dan gerakan
janin masih dirasakan.

2. Riwayat menstruasi
a. Menarche : 13 Tahun
b. Banyaknya : 3 kali ganti pembalut/hari
c. Lamanya : 7 Hari
d. Warna : Merah
e. Amenorhae : Tidak ada

3. Status Perkawinan
a. Kawin/tidak kawin : Iya
b. Usia kawin : 23 Tahun
c. Lama perkawinan : 3 Tahun
d. Perkawinan :1
30

4. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

No Kehamilan Persalinan Nifas BBL

BB Skrg
Hamil ke UK Komp Penolong Jenis Komp Laktasi Komp JK
Lahir
Partus
1 38 Spontan -
1 - Bidan - - - - -
mgg
2 Hamil ini

5. Riwayat Keluarga Berencana (KB)

No Jenis Mulai Berhenti Keluhan Alasan berhenti

- - - - - -
6. Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT : 20 Feb 2023
b. HPL : 27 Nov 2023
c. UK : 35 Minggu
d. ANC :
1) Trimester I : 1 kali di Bidan
2) Trimester II : 2 Kali di Bidan
3) Trimester III : 2 Kali di Bidan
e. Keluhan
1) Trimester I : Mual muntah.
2) Trimester II :-
3) Trimester III : susah tidur sering bab nyeri perut bawah.
C. Pengetahuan/KIE yang pernah didapat : Ibu memberitahu bahwa sudah pernah
mendapatkan KIE Mengenai Tanda-Tanda bahaya kehamilan,kemudian cara
mempersiapkan untuk persiapan persalinan baik Material maupun mental.
D. Data kesehatan
1. Data kesehatan sekarang : Sehat
2. Data kesehatan keluarga : Sehat
3. Data kesehatan yang lalu :Sehat
4. Riwayat penyakit keturunan : Tidak Ada
5. Riwayat keturunan kembar : Tidak Ada
31

E. Data kebiasaan sehari-hari


1. Nutrisi
a. Frekuensi
Sebelum hamil : 3x sehari
Selama hamil : 3x sehari
b. Porsi
Sebelum hamil : 3 piring sehari
Selama hamil : 3 piring sehari
c. Jenis
Sebelum hamil : Nasi, sayur, lauk, buah
Selama hamil : Nasi, sayur, lauk, buah
d. Keluhan makan
Sebelum hamil : Tidak Ada
Selama hamil : Tidak Ada
e. Pantangan makan
Sebelum hamil : Tidak ada
Selama hamil : Tidak Ada
f. Suplemen
Sebelum hamil : Tidak Ada
Selama hamil : Asam folat, tablet Fe
g. Jamu
Sebelum hamil : Tidak Ada
Selama hamil : Tidak Ada
h. Merokok
Sebelum hamil : Tidak merokok
Selama hamil : Tidak Merokok
i. Alkohol
Sebelum hamil : Tidak minum alkohol
Selama hamil : Tidak minum alkohol
j. Minum dalam 1 hari
Sebelum hamil : 8 gelas sehari
Selama hamil : 8 gelas sehari
2. Eliminasi
a. Frekuensi BAK
Sebelum hamil : 3-4 kali sehari
Selama hamil : 3-4 kali sehari
b. Frekuensi BAB
Sebelum hamil : 1 kali sehari
Selama hamil : 1 kali sehari
Keluhan : Tidak Ada
32

3. Pola tidur
a. Tidur siang
Sebelum hamil : 30 menit
Selama hamil : 30 menit
Keluhan : Tidak Ada
b. Tidur malam
Sebelum hamil : 8 jam sehari
Selama hamil : 8 jam sehar
Keluhan : Tidak Ada
c. Keluhan
Selama hamil :Tidak Ada
Keluhan : Tidak
Ada
F. Aktivitas
Sebelum hamil : Bidan
Selama hamil : Bidan
Keluhan : Tidak Ada
G.Pola seksual
Selama hamil : 1 kali seminggu
Keluhan : Tidak Ada
H.Personal hygiene
1. Mandi
Sebelum hamil : 2 kali Sehari
Selama hamil : 3 kali sehari
2. Keramas
Sebelum hamil : 1 kali sehari
Selama hamil : 1 kali sehari
3. Sikat gigi
Sebelum hamil : 2 kali sehari
Selama hamil : 2 kali sehari
4. Ganti pakaian
Sebelum hamil : 2 kali sehari
Selama hamil : 3 kali sehari
33

5. Ganti pakaian dalam : 3 kali sehari

I. Data psikologis
1. Repson ibu terhadap kehamilan ini : Ibusenang dengan
kehamilannya
2. Kehamilan ini direncanakan/tidak : direncanakan
3. Jenis kehamilan yang diharapkan : Normal
4. Kekhawatiran : cemas, takut
J. Data psikososial
1. Respon suami terhadap kehamilan : Suami Senang dengan
kehamilan ibu
2. Rencana melahirkan : Bidan
3. Rencana menyusui : Asi Eksklusif
K.Data social budaya
1. Hubungan dengan keluarga/lingkungan : Baik
2. Budaya : Tidak ada

II. DATA OBJEKTIF


A.Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. Keadaan emosional : Baik
c. Tinggi badan : 159 Cm
d. Berat badan
Sebelum hamil : 53 Kg
Kunjungan lalu : 56 Kg
Kunjungan Sekarang : 62 Kg
e. Lila : 23,8 cm
2. Vital sign
a. Suhu badan : 36,7°c
b. Tekanan darah : 118/80 MmHg
c. Nadi : 98 kali/m
d. Pernafasan : 22x/m
34

B. Pemeriksaan Fisik :
1. Rambut : Bersih, tidak ada ketombe, pertumbuhan rambut merata
2. Muka : Simetris, tidak pucat, tidak ada oedema
3. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
4. Hidung : Simetris, Bersih, tidak ada polip
5. Telinga : Simetris, Bersih, tidak ada secret
6. Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada caries gigi, stomatitis dan
tonsil.
7. Leher : Tidak ada pembesaran pembuluh limfe atau tiroid
8. Dada : Simetris
9. Mammae : Simetris, puting susu menonjol, tidak ada benjolan
10. Perut
a. Inspeksi
Pembesaran abdomen : Sesuai usia kehamilan
Bekas luka operasi : Tidak ada
striae gravidarum : Ada
linea nigra : Ada
Gerakan janin : Masih dirasakan
b. Palpasi
1) TFU Mc. Donald
- Leopold I : TfU teraba bulat keras melenting
(kepala) (Mc.31 cm)
- Leopold II : Teraba Punggung dibagian kanan
perut ibu dan sebelah kiri teraba bagian kecil janin
- Leopold III : bagian bawah teraba bulat lembek
tidak melenting (bokong), intrauteri
- Leopold IV : Convergen
2) TBJ : 4,8 Kg
c. Auskultasi
1) Punctum maximum : Sesuai posisi dan letak
2) DJJ : 140 x/m
3) Irama : Teratur
35

11. Genetalia/vulva : Bersih


12. Ekstremitas
a. Atas : Simetris, tidak ada oedema, jari-jari tangan
cukup
b. Bawah : Simetris, tidak ada oedema, jari- jari kaki
cukup
c. Perkusi (reflex petela) : kanan (+), kiri (+)

C. Pemeriksaan Penunjang
- Darah
HB : 11,4 g/dL
Golongan Darah : A
HbSAg : (-)
- Urine : Negatif
Glukosa Urine : Negatif

III. ANALISA DATA


A. Diagnosa Kebidanan : G2P1A0 HAMIL 34-35 MINGGU JTH,
PRESBO.

IV. PENATALAKSANAAN
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dan janin
dalam keaadan baik.
TD : 118/80 MmHg T : 36,4 c
Rr : 22 x/menit P : 75x/menit
(Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan)
2) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
(Ibu bersedia mengikuti anjuran untuk beristirahat yang cukup)
3) Menganjurkan ibu untuk tetap berdo‟a dan melaksanakan sholat 5 waktu.
( Ibu bersedia mengikuti anjuran )
4) Menganjurkan ibu untuk minum air putih yang banyak
( Ibu bersedia mengikuti anjuran untuk minum air putih yang banyak )
5) Menganjurkan ibu untuk makan-makanan bergizi dan minum 8 gelas sehari.
36

(ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan)

6) Memberitahu ibu bahwa akan di lakukan Rujukan/disarankan dokter pada saat persalinan
mungkin perlu menemui spesialis pengobatan ibu-janin untuk pemeriksaan khusus,
evaluasi USG, atau mengoordinasikan perawatan komplikasi dan tindakan lanjutan yang
akan dilakukan.
(ibu mengerti dan mau menerima saran)
7) Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, dan ganti pakaian dalam
jika sudah lembab.
(ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan)
8) Kolaborasi dengan Dokter spesialis untuk terapi obat.
1. Terapi asam folat 1x1
2. KALK 1x1
(ibu mengerti dan mau mengkonsumsi obat yang diberikan)
9) Menganjurkan ibu untuk selalu memeriksakan kehamilannya 1 minggu sekali atau jika
terdapat keluhan Serta tanda-tanda Persalinan.terutama menjelang persalinan.
Kehamilan ganda meningkatkan risiko komplikasi sehingga dapat membantu
dokter/bidan menemukan komplikasi sejak dini untuk menerapkan pengobatan
atau penatalaksanaan yang efektif. Status gizi dan berat badan Anda juga harus
dipantau lebih ketat pada kehamilan ganda.
(ibu mengerti dan mau melakukannya)
37

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut,
dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang bidan sangat penting
memberikan asuhan sesuai standar kepada setiap pasien dan
masyarakat terutama di dalam memberikan pelayanan
kebidanan. Asuhan ibu hamil yang diberikan pada Ny.S sudah
terlaksana. Asuhan ini di lakukan untuk memantau
perkembangan kesehatan ibu dan bayi serta mendeteksi dini
adanya komplikasi yang mungkin akan terjadi sehingga dapat
dihindari.

3.2 Saran

 Bagi penulis
Meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan sesuai standar kebidanan sehingga dapat
mengaplikasikan dalam praktik klinik kebidanan
selanjutnya.

 Bagi Rumah Sakit


Meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan standar
pelayanan kesehatan.

 Bagi Mahasiswa
Diharapkan semua mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan asuhan
kebidanan yang Profesional, dengan baik dan benar,
mahasiswa lebih memahami ilmu pengetahuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang up to date.
38

DAFTAR PUSTAKA

Anderson-Berry AL. Vanishing twin syndrome. Dalam: emedicine from WebMD, 2005.
Available at URL http://www.emedicine.com/med/topic3411.htm
Lana K, Wagener MD. Diagnosis and management of preeklampsia. American
Family Physician. 2004; 70(12):2317-24.
Luciano EM, Villar J, Khan KS. Mapping the theories of preeclampsia : the need
for systemetic reviews of mechanism of disease. American J Obstet
Gynecol. 2006; 194(2): 317-21.
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid I. Obstetri fisiologi. Jakarta: EGC. 1998
PernollL. Multiple Pregnancy. Decherney AH, Pernoll ML.Current obstetric and
gynecology diagnosis and treatment.Edisi 8.United State of America:
Appletonand Lange, 2014
Putra Roni J. Hubungan faktor bilogis terhadap kadar SELT-1 serum pada wanita
hamil dengan Preeklamsia Berat [Tesis]. Padang: Universitas Andalas.
2010.
Robson, Elizabeth S, Jason W. Patologi pada kehamilan. Jakarta: EGC; 2012.
Thomas Jefferson University Hospital. Care and Managemant of Multiple Pregnancy.
Last update: 2007 http://jeffersonhospital.org/Content.asp?PageID=P08022
Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan Edisi ketiga. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006

Anda mungkin juga menyukai