Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA

REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA


DI DESA JAWILAN KECAMATAN JAWILAN

Nama : Imas Migiarti

NPM : 07210400351

PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA


REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA
DI DESA JAWILAN KECAMATAN JAWILAN

Oleh:

NAMA : Imas Migiarti

NPM : 07210400351

Telah disahkan

Jakarta, Tanggal 28 Juli 2022

Disetujui oleh,
Menyetujui,

Pembimbing Praktik Komunitas

(Madinah, S.ST. M.Kes)


NIDN .

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...............
Segala Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
nikmat dan karunia-Nya saya selaku penulis dapat menyelesaikan laporan
Individu Keluarga yang berjudul “Remaja Putri Dengan Anemia di Desa Jawilan
Kecamatan Jawilan”. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini banyak
kekurangan, baik secara isi, tulisan maupun cara penulisan namun penulis
bersyukur dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu untuk itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang setingi-tingginya
kepada pihak yang telah banyak membantu terselesaikannya laporan individu
keluarga antara lain :
1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju

2. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrahman, MPH, selaku Pembina Yayasan
Indonesia Maju.

3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia


Maju.

4. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik


Universitas Indonesia Maju.

5. Dr. Rindu, SKM.,M.Kes Selaku Wakil Rektor II Bidang Non-Akademik


Universitas Indonesia Maju.

6. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi


Universitas Indonesia Maju.

7. Hedy Hardiana, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi


Universitas Indonesia Maju.

ii
8. Fanni Hanifa, S.ST., M.Keb., Selaku Koordinator Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan Universitas Indonesia Maju

9. Milka Anggraeni Karubuy , S. ST, M.Kes, Selaku Dosen Pembimbing


Stase 1

10. Uci Ciptiasrini, SKM., STr. Keb., M.Kes Selaku Dosen Penguji Stase 1

11. Fifih Magfiroh, S.ST., M.Kes Selaku CI Responsi

12. Salfia Dami,S.ST,M.Kes, Selaku Dosen Response Stase 1

13. Hj. Imas Migiarti, SKM, Selaku Kepala Puskesmas Jawilan

14. Keluarga tercinta yang tidak ada henti-hentinya memberikan support baik
moral maupun materil.

Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan berkah dan hidayah-Nya


kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan individu
keluarga. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak agar laporan ini semakin lengkap dan sempurna sehingga bisa
bermanfaat bagi yang membaca maupun penulis.

Serang, 28 Juli 2022

Penulis

Imas Migiarti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………… i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………… 1
1.2 Tujuan …………………………………………………………………… 3
1.3 Manfaat ………………………………………………………………….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Nifas ………………………………………………………….5
2.2 Konstipasi …………………………………………………………. …….6
2.3 Pengaruh Konsumsi Makanan Tinggi Serat Pada Masa Nifas ………….. 7
2.4 Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Masa Nifas………………….. 8
2.5 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas……………………………………….. 13
2.6 Asuhan Nifas……………………………………………………………..

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Data subjektif……………………………………………………………. 19
3.2 Data objektif……………………………………………………………... 21
3.3 Analisis Data…………………………………………………………….. 22
3.4 Penatalaksaan …………………………………………………………… 22

BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………… 25

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan………………………………………………………………… 29
5.2 Saran ……………………………………………………………………. 29
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai kesepakatan


pembangunan global yang diadakan di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Salah satu perubahan mendasar yang dibawa oleh SDGs yaitu target
pelayanan dalam era SDGs lebih menyeluruh 100% dengan tujuan
pembangunan 17 tujuan 169 target yang harus dicapai selama 15 tahun ke
depan (berlaku sejak 2016 hingga 2030) guna mengurangi AKI hingga di
bawah 70 per 100.000 KH dan AKB 12 per 1.000 KH pada tahun 2030
(SDGs, 2017).
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia,
karena pada masa itu mereka juga mengalami menstruasi dan lebih-lebih mereka
berpengetahuan kurang terhadap anemia. Pada saat remaja putri mengalami
menstruasi yang pertama kali, membutuhkan lebih banyak zat besi untuk
menggantikan kehilangan darah akibat menstruasi tersebut. Nilai ambang batas
untuk anemia menurut WHO (2015) adalah untuk umur 5-11 th < 11,5 g/dl, 11- 14
tahun 12,0 g/dl, remaja diatas 15 tahun untuk anak perempuan < 12 g/dl dan anak
laki-laki < 13 g/dl. (Dardjito dan Anandari, 2016)
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan anemia antara lain adalah
status gizi, menstruasi, dan sosial ekonomi. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Nasional tahun 2013 menunjukkan pravelensi anemia pada usia 5-
14 tahun sebesar 26,4%. (Basith et al, 2017)

Upaya yang dilakukan untuk membantu program yang telah ditetapkan


oleh pemerintah Indonesia. Pemberian Tablet Tambah Darah ini bertujuan
yang pertama untuk menjalankan program pemerintah tentang pemberian
Tablet Tambah Darah pada remaja putri dan untuk mengurangi kejadian
anemia pada remaja putri saat menstruasi agar tidak mengganggu saat proses
pembelajaran berlangsung dikarenakan saat menstruasi banyak remaja putri

v
yang merasakan lesu, lemes, nyeri dan mengurangi konsentrasi saat belajar.
(Kemenkes, 2017)

Untuk Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur khususnya Puskesmas


Gumawang melakukan perencanaan pendistribusian tablet tambah darah pada
desa-desa seperti di Desa Sidomakmur. Puskesmas Gumawang telah
memberikan Tablet Tambah Darah di Desa Sidomakmur setiap 3 bulan sekali
sesuai dengan jumlah remaja putri setempat dengan memberikan pendidikan
kesehatan dengan membentuk Posyandu Remaja namun pihak Puskesmas
sebelumnya tidak pernah memberikan pendidikan kesehatan tentang
pentingnya konsumsi tablet Fe pada remaja putri dan tidak melakukan
pemeriksaan kadar haemoglobin terlebih dahulu pada remaja putri di Desa
Sidomakmur. Pihak Puskesmas berkerjasama dengan bidan desa dan perangkat
desa untuk pembentukan posyandu remaja putri dan pendistribusian Tablet
Tambah Darah, selanjutnya bidan desa bekerja sama dengan kader-kader
posyandu yang berada di Desa Sidomakmur untuk pembagian Tablet Tambah
Darah yang diberikan setiap 4 minggu sekali pada seluruh remaja putri yang
sudah terdata oleh bidan desa dan mendapatkan 1 keping tablet fe per orang,
pada saat pembagian Tablet Tambah Darah bidan desa dan kader-kader
posyandu membawa air minum dan mewajibkan remaja putri untuk
mengkonsumsi Tablet Tambah Darah di Poskesdes. Yang dikonsumsi hanya 1
tablet. Dan sebagaian besar remaja putri yang diberikan tablet tambah darah
tidak dikonsumsi dirumah.

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) yang


dilaksanakan oleh Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Dinas
Kesehatan Kabupaten (DKK) OKU Timur terhadap remaja putri
menunjukkan bahwa kenaikan presentase dari tiga tahun berturut-turut yaitu
39,8% (2017), 41,6% (2018) dan 44,8% (2019)
remaja putri menderita anemia.(Dinkes, 2019)
Anemia pada remaja putri di Kabupaten OKU Timur masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat, karena prevalensinya >20%. Sebagai upaya
untuk menanggulangi masalah tersebut, Pemerintah Kabupaten OKU Timur
menerbitkan Instruksi Bupati OKU Timur dalam pembentukan Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) tanggal 04 Juli 2018 dilaksanakan
penanda-tanganan komitmen lintas sector dan pelatihan untuk kader remaja.
(Dinkes, 2019)

vi
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya anemia pada remaja putri.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Mampu memahami dan menerapkan asuhan kebidanan pada ibu nifas


dengan Konstipasi di Puskesmas Jawilan Kecamatan Jawilan

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Melaksanakan pengkajian data subjektif asuhan kebidanan pada ibu
nifas dengan konstipasi pada Ny. N di Puskesmas Jawilan
Kecamatan Jawilan
b. Melakukan pemeriksaan data objektif asuhan kebidanan pada ibu
nifas dengan konstipasi pada Ny. N di Puskesmas Jawilan
Kecamatan Jawilan
c. Melakukan Analisa dan teori dalam menegakkan diagnosis pada
kasus asuhan kebidanan ibu nifas dengan konstipasi pada Ny. N di
Puskesmas Jawilan Kecamatan Jawilan
d. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
konstipasi pada Ny. N di Puskesmas Jawilan Kecamatan Jawilan

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Bagi Puskesmas Jawilan


Dapat menjadi sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pengelola
program kesehatan dalam menangani ibu nifas dengan konstipasi sesuai
standar,sehingga mampu memberikan pelayanan yang bermutu.
1.3.2 Manfaat Bagi Mahasiswa Profesi
Penulisan ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi bidan
karena meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang
asuhan pada ibu nifas dengan konstipasi sesuai standar .

vii
1.3.3 Manfaat Bagi Klien
Pasen dan keluarga mengetahui tentang perawatan pada ibu nifas yang
aman Sehingga komplikasi selama masa nifas dapat dicegah.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Nifas


Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan parous
artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa
nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari
saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan
seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha,
2013).
Masa nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula atau pada keadaan
sebelum hamil. Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Kebutuhan ibu nifas yang
harus di penuhi salah satunya adalah nutrisi yang seimbang dan lengkap,
kualitas dan jumlah makanan ibu sangat berpengaruh pada jumlah ASI yang
dihasilkan. Menu makanan yang wajib dikonsumsi adalah porsi tidak
berlebihan dan teratur, dan berfungsi untuk mempercepat pemulihan
kekuatan dan kesehatan, meningkatkan produksi asi, mencegah terjadinya
infeksi, dan mencegah konstipasi (Rahmawati, 2019).

viii
Menurut Nurjanah, dkk, 2013 Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu
puerperium dini (immediate puerperium), puerperium intermedial (early
puerperium) dan remote puerperium (later puerperium). Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1. Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan di mana
ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam
Postpartum). Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa di mana
pemulihan dari organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama
kurang lebih 6-8 minggu.
3. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara
bertahap terutama jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu
mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu,
bulan bahkan tahun.

2.2 Konstipasi
merupakan suatu keadaan adanya kesukaran atau tidak dapat buang air
besar (BAB), feses atau tinja yang keras, rasa buang air besar tidak tuntas
(ada rasa ingin buang air besar tetapi tidak dapat mengeluarkannya) atau
jarang buang air besar (Miftakhul dan Fitri, 2019).
Nutrisi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dan
harus mendapatkan perhatian khusus, terutama pada ibu postpartum dimana
masih ada luka perineum dimana gizi diperlukan dalam proses
penyembuhan luka tersebut. Hal utama yang diperhatikan dalam nutrisi
bukan terkait banyaknya makanan yang dikonsumsi, akan tetapi zat gizi
yang terkandung didalam makanannya (Solehati, 2020) Kebutuhan Gizi
masa nifas akan meningkat 25%, untuk proses kesembuhan dan produksi
ASI. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah cukup dan
teratur, dan harus mengandung; 1).sumber tenaga (energi), 2). sumber
pembangunan (protein), 3). Sumber dan pelindung (mineral, vitamin dan

ix
air). Ibu nifas memerlukan gizi untuk mempertahankan tubuh terhadap
infeksi, mencegah konstipasi dan untuk memulai proses laktasi. Asupan
kalori yang dibutuhkan per-hari 500 kalori dan dapat ditingkatkan sampai
2700 kalori. Asupan cairan per-hari ditingkatkan sampai 3000 ml dengan 12
asupan susu 1000 ml. Suplemen zat besi dapat diberikan kepada ibu nifas
selama 4 minggu pertama setelah kelahiran (Masruroh, 2013) .
Konstipasi adalah penurunan frekwensi defekasi, yang diikuti oleh
pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering (Perry & Potter, 2017).
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko
tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang
jarang atau keras, atau keluarnya tinja terlalu kering dan keras (Alimul,
2006). Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa
berkurangnya frekwensi buang air besar, sensasi tidak puasnya buang air
besar, terdapat rasa sakit, harus mengejan atau keluar jumlahnya hanya
sedikit, keras, kering dan gerakan usus hanya terjadi kurang dari 3 kali
dalam seminggu.
Menurut Perry dan Potter (2017) menyebutkan bahwa diit yang
mengandung rendah serat dapat meninggalkan sedikit sisa / residu sehingga
feses menjadi kering dan keras. Pada ibu nifas yang mengalami konstipasi
disebabkan karena adanya pengaturan pola makan yang kurang benar.
Konstipasi sering terjadi dan disebabkan oleh penurunan motilitas usus
sehingga memerlukan waktu lebih lama untuk menyerap cairan. Demikian
pula usus dapat saling berdesakan akibat tekanan dari uterus yang
membesar. Karena kerja usus cenderung melambat dan ibu yang baru
melahirkan mudah mengalami konstipasi (Perry & Potter, 2017).
Kebanyakan ibu pasca melahirkan mengalami obstipasi setelah melahirkan
yang disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu mempengaruhi
peristaltik usus.
Selain itu, akibat perubahan gastrointestinal konstipasi mungkin
menjadi masalah pada puerperium awal karena kurangnya makanan padat
selama persalinan dan karena wanita menahan defekasi. Wanita mungkin

x
menahan defekasi karena perineumnya mengalami perlukaan atau karena ia
kurang pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak jahitan jika
melakukan defekasi (Varney, 2012).

2.3 Pengaruh Konsumsi Makanan Tinggi Serat Terhadap Kejadian


Konstipasi Pada Ibu Nifas
Menurut Sears diit yang tepat untuk ibu nifas pasca partum adalah
makanan tinggi serat dengan gizi yang seimbang, diantaranya kelima
kelompok makanan dasar seperti : kelompok nasi, serealia, roti gandum, atau
pasta; kelompok sayuran; kelompok buah-buahan; kelompok ikan, daging,
unggas, kacang kering, telur, dan kacang; dan kelompok susu, yoghurt, dan
keju. Selain itu, mengkonsumsi makanan dari masing-masing kelompok
tersebut dengan memperhatikan tiga kelompok dasar kalori diantaranya:
karbohidrat, harus terdapat dalam 50-55 persen dari total kalori harian, dan
porsi utama dari sumber energi ini harus dalam bentuk gula sehat, terutama
biji-bijian, nasi atau pasta, dan buah; lemak yang menyehatkan, yang harus
terdapat dalam 30 persen dari total kalori harian; protein, harus terdapat
dalam 15-20 persen dari total kalori harian (Perry and Potter, 2017).

Sedangkan menurut Nurjanah (2013), salah satu perawatan diri ibu nifas
adalah defekasi. Keadaan ini disebabkan karena tonus otot usus menurun
selama proses persalinan dan pada masa pascapertum, dehidrasi, kurang
makan dan efek anastesi. Untuk dapat buang air besar secara teratur dapat
dilakukan diit teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat
dan olahraga atau ambulasi dini. Jika pada hari ketiga ibu juga tidak buang air
besar maka laksan supositoria dapat diberikan pada ibu (Nurjanah, dkk.,
2013: 115-120).

Pada ibu nifas konstipasi sering terjadi yang disebabkan karena adanya
pengaturan pola makan yang kurang benar. Diit yang tinggi serat seperti
buah-buahan, sayuran, gandum atau sereal mungkin dapat membantu
mengatasi konstipasi. Menurut Perry dan Potter (2017) menyebutkan bahwa
diit yang mengandung rendah serat dapat meninggalkan sedikit sisa / residu

xi
sehingga feses menjadi kering dan keras. Konstipasi sering terjadi dan
disebabkan oleh penurunan motilitas usus sehingga memerlukan waktu lebih
lama untuk menyerap cairan. Demikian pula usus dapat saling berdesakan
akibat tekanan dari uterus yang membesar. Karena kerja usus cenderung
melambat dan ibu yang baru melahirkan mudah mengalami konstipasi (Perry
& Potter, 2017).

2.4 Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Masa Nifas


Perubahan Fisiologis pada masa nifas: (Walyani, 2015).
1. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang
mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan
haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh
darah kembali ke ukuran semula.
2. Sistem Reproduksi
a.Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
1. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr
2. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah
pusat dengan berat uterus 750gr
3. Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat
simpisis dangan berat uterus 500gr
4. Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat urterus 350gr
5. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat
uterus 50gr
b. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Macam-macam lochea:

xii
Tabel 2.1
Perubahan Lochea berdasarkan Waktu dan Warna

Lochea Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra (cruenta) 1-3 hari Merah Berisi darah segar dan sisa-sisa
postpartum selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dan
Mekonium
Sanguinolenta 3-7 hari Berwarna Berisi darah dan lender
postpartum merah
kekuningan
Serosa 7-14 hari Merah Cairan serum, jaringan desidua,
postpartum jambu leukosit, dan eritrosit.
kemudian
Kuning
Alba 2 minggu Berwarna Cairan berwarna putih seperti
postpartum Putih krim terdiri dari leukosit dan sel-
sel desidua.
Purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk
Locheastatis Lochea tidak lancar keluarnya
c. Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur, terkulai dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus
dan serviks uteri berbentuk cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Segera setelah bayi lahir, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3
jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Namun
demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama seperti sebelum
hamil (Rukiyah, 2011).
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul

xiii
kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. (Walyani, 2015).
e. Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu
produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama sembilan bulan
kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan fungsinya untuk
menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika
hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambat kelenjar
pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Ketika bayi
menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus posterior pituitary untuk
menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down
(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus
payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena
isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk
menghasilkan ASI lebih banyak (Saleha, 2013).

3. Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan
konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi
hal ini karena kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan
adanya reflek hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada
perineum karena adanya luka episiotomi (Bahiyatun, 2016)
4. Perubahan Sistem Perkemihan

xiv
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena
saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal
setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih
mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh
adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine
yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan
oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat
berkurang setelah 24 jam postpartum (Bahiyatun, 2016).
5. Perubahan Tanda-tanda Vital
Perubahan Tanda-tanda Vital terdiri dari beberapa, yaitu: (Nurjanah, 2013)
a. Suhu Badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit
(37,5oC-38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan (dehidrasi) dan kelelahan karena adanya
bendungan vaskuler dan limfatik. Apabila keadaan normal suhu
badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik
lagi karena adanya pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak,
berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun
kemungkinan adanya infeksi endometrium, mastitis, tractus
genetalis atau system lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per -70
kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi akan
lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus
waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole
dan 10 mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak
berubah (normal), kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah
ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi pada masa
postpartum.

xv
d. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan
juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus
pada saluran napas contohnya penyakit asma. Bila pernapasan
pada masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
tanda-tanda syok
e. Perubahan Sistem Kardiovaskular
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung
sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan.
Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan
kembali normal pada akhir minggu ke-3 postpartum (Bahiyatun,
2016).

6. Perubahan Psikologis Nifas


Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru,
bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-
faktor yang mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang
tua pada masa postpartum, yaitu: (Bahiyatun, 2016).
1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4. Pengaruh budaya
Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin setelah melahirkan,
ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut: (Nurjanah, 2013)
a) Masa Taking In (Fokus pada Diri Sendiri)
Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru melahirkan akan
bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya (trauma), segala
energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang badannya. Dia akan
bercerita tentang persalinannya secara berulang-ulang.
a. Masa Taking On (Fokus pada Bayi)
Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir
tentang kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung

xvi
jawabnya sebagai ibu dalam merawat bayi semakin besar.
Perasaan yang sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika
komunikasinya kurang hati-hati.
b. Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa
Bantuan NAKES
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
mengambil langsung tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia
harus menyesuaikan diri dengan tuntutan ``ketergantungan
bayinya dan terhadap interaksi social. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase
2.7 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
1. Nutrisi Dan Cairan
Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada pantangan diet.
Dua jam setelah melahirkan perempuan boleh minum dan makan seperti
biasa bila ingin. Namun perlu diperhatikan jumpal kalori dan protein ibu
menyusui harus lebih besar daripada ibu hamil, kecuali apabila si ibu
tidak menyusui bayinya.
Kebutuhan pada masa menyusui meningkat hingga 25% yaitu untuk
produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali
dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusi sebanyak 500 kkal
tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melaksanakan
aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta
sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan
dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi
syarat, seperti susunanya harus seimbang , porsinya cukup dan teratur,
tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin
serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang
mengandung unsure-unsur , seperti sumber tenaga, pembangunan,
pengatur dan perlindung.
a. Sumber Tenaga (Energi)

xvii
Sumber tenaga yang diperlukan untuk membakar tubuh dan
pembentukan jaringan baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber energy
adalah karbohidrat dan lemak. Karbohidrat berasal dari padi-padian,
kentang, umbi, jagung, sagu, tepung roti, mie, dan lain-lain. Lemak
bias diambil dari hewani dan nabati.lemak hewani yaitu mentega dan
keju. Lemak nabati berasal dari minyak kelapa sawit, minyak sayur
dan margarine.
b. Sumber Pembangun (Protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang
rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani
dan protein nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan,
udang kering, susu dan keju. Sedangkan protein nabati banyak
terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain.
c. Sumber pengatur dan pelindung ( mineral, air dan vitamin)
Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam
tubuh. Sumber zat pengatur bias diperoleh dari semua jenis sayur dan
buah- buahan segar. Beberapa mineral yang penting, antara lain :
- Zat kapur untuk membentuk tulang. Sumbernya berasal dari
susu, keju, kacangkacangan dan sayur-sayuran berdaun hijau.
- Fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi. Sumbernya berasal
dari susu, keju dan daging.
- Zat besi untuk menambah sel darah merah. Sumbernya berasal
dari kuning telur, hati, daging, kerang, kacang-kacangan dan
sayuran.
- Yodium untuk mencegah timbulnya kelemahan mental.
Sumbernya berasal dari ikan, ikan laut dan garam beryodium.
- Kalsium merupakan salah satu bahan mineral ASI dan juga
untuk pertumbuhan gigi anak. Sumbernya berasal dari susu, keju
dan lain-lain.
- Kebutuhan akan vitamin pada masa menyusui meningkat untuk
memenuhi kebutuhan bayinya. Beberapa vitamin yang penting

xviii
antara lain :
• Vitamin A untuk penglihatan berasal dari kuning
telur ,hati mentega, sayur berwarna hijau, wortel, tomat
dan nangka.
• Vitamin B1 agar nafsu makan baik yang berasal dari
hati, kuning telur, tomat, jeruk, nanas.
• Vitamin B2 untuk pertumbuhan dan pencernaan berasal
dari hati, kuning telur, susu, keju, sayuran hijau.
• Vitamin B3 untuk proses pencernaan, kesehatan kulit,
jaringan saraf dan pertumbuhan. Sumbernya antara lain
susu, kuning telur, daging, hati,beras merah, jamur dan
tomat.
• Vitamin B6 untuk pembentukan sel darah merah serta
kesehatan gigi dan gusi. Sumberny antara lain gandum,
jagung, hati dan daging.
• Vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan
kesehatan jaringan saraf. Sumbernya antara lain telur,
daging, hati, keju, ikan laut dan kerang laut.
• Vitamin C untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan
semua jaringan ikat ( untuk penyembuhan luka ),
pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan terhadap
infeksi dan memberikan kekuatan pada pembuluh darah.
Sumbernya berasal dari jeruk, tomat, melon, mangga,
papaya dan sayur.
• Vitamin D untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang
dan gigi serta penyerapan kalsium dan posfor.
Sumbernya berasal dari minyak ikan, ikan susu,
margarine, san penyinaran kulit dengan matahari
sebelum jam 9.
• Vitamin K untuk mencegah perdarahan. Sumbernya
berasal dari hati, brokoli, bayam dan kuning telur.
• Untuk kebutuhan cairannya, ibu menyusui harus

xix
meminum sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan
untuk ibu minum setiap kali menyusui) Kebutuhan pada
masa menyusui meningkat hingga 25% yaitu untuk
produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang
meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori
pada ibu menyusi sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan
yang dikonsumsi ibu berguna untuk melaksanakan
aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses
produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan
dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu
memenuhi syarat, seperti susunanya harus seimbang ,
porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau
berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin serta bahan
pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang
mengandung unsure- unsur , seperti sumber tenaga,
pembangunan, pengatur dan perlindung. Anjurkan
makanan dengan menu seimbang, bergizi untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup,
memperoleh tambahan 500 kalori setiap hari, berguna
untukproduksi ASI dan mengembalikan tenaga setelah
persalinan. Tidak mengonsumsi makanan yang
mengandung alcohol. Minum air mineral 2 liter setiap
hari. Tablet zat besi diminum minimal 40 hari pasca
persalinan.

xx
2.8 Asuhan Nifas
Asuhan ibu masa nifas adalah asuhan yang diberikan kepada ibu segera
setelah kelahiran sampai 6 minggu setelah kelahiran. Tujuan dari masa nifas
adalah untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera
setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehanilan, dalam
persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan. Adapun hasil yang
diharapkan adalah terlaksanakanya asuhan segera atau rutin pada ibu post
partum termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnose, mengidentifikasi
masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial,
tindakan segera serta merencanakan asuhan,

Tabel 2.2
Jadwal Kunjungan tersebut adalah sebagai berikut: (Saleha, 2013).

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam setelah 1. Mencegah perdarahan masa nifas
persalinan karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan, rujuk
bila perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermi
2 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus
persalinan berjalan normal: uterus
berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan

xxi
Kunjungan Waktu Tujuan
abnormal, dan tidak ada bau
2. Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan
cukup makanan, ciaran, dan
istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan
baik, dan tidak memperlihatkan
tanda- tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat,
6. menjaga bayi tetap hangat dan
perawatan bayi sehari-hari
3 2 minggu setelah 1. Sama seperti diatas (6 hari setelah
Persalinan persalinan)
4 6 minggu setelah 1. Menanyakan pada ibu tentang
persalinan penyulit- penyulit-penyulit yang
ia alami atau bayinya
2. Membrikan konseling KB secara
dini
3. Menganjurkan/mengajak ibu
membawa bayinya ke posyandu
atau puskesmas untuk
penimbangan dan imunisasi

BAB III
TINJAUAN KASUS

xxii
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS

No. Registrasi         : 01/VI/2022


Tanggal Pengkajian    : 12 Juni 2022
Waktu Pengkajian      : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian    : Puskesmas Jawilan
Pengkaji            : Yuliana Maharani

3.1 DATA SUBYEKTIF


BIODATA
Nama : Ny. N Nama : Ny. N
Umur : 32 Tahun Umur : 30 Tahun
Suku / : WNI Suku / Kebangsaan : WNI
Kebangsaan
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang
Alamat Rumah : Kp. Kalapa Ciung Alamat Rumah : Kp. Kalapa
Ds. Pasirbuyut Ciung Ds.
Pasirbuyut
Telpon : 0812 8801 0582 Telpon : 0812 8801 0582

1. Keluhan Utama        : belum bisa BAB 


2. Riwayat Persalinan
a. Tempat melahirkan    : Puskesmas Jawilan
b. Ditolong oleh    : Bidan
c. Jenis persalinan    : Spontan
d. Lama persalinan

xxiii
 Dipimpin Meneran    : 0 jam 30 menit
 Kala I            : 6 jam 20 menit
 Kala II            : 0 jam 20 menit
 Kala III            : 0 jam 5 menit
e. Ketuban pecah pukul   : 02.15 WIB
f. Amniotomi            : Ya / Tidak
g. Banyak air ketuban        : ±500 cc
h. Komplikasi dalam persalinan : Ada / tidak, Jelaskan jika ada …………..
3. Plasenta                
a. Lahir spontan            : Ya/ Tidak
b. Dilahirkan dengan indikasi    : Ya / Tidak, Jelaskan jika ada
……………
c. Lengkap, ukuran        : 25 cm             Berat     : 500 gr
d. Kelainan                : tidak ada
e. Panjang tali pusat        : ± 50 cm
f. Kelainan                 : tidak ada
g. Sisa plasenta            : ada / tidak
4. Perineum             
a. Utuh            : Ya / tidak
b. Robekan             : Ya /tidak, jika Ya tingkat II
c. Episiotomi                : Ya / tidak       
d. Anastesi            : Ya / tidak
e. Jahitan dengan        : tekhnik Jelujur
5. Perdarahan             
a. Kala I            : 30 ml
b. Kala II            : 50 ml
c. Kala III            : 150 ml
d. Kala IV            : 50 ml
e. Selama operasi     : - ml
6. Tindakan lain        : tidak ada.

7. Bayi 

xxiv
a. Lahir pukul        : 02.45 WIB
b. BB                : 2800 gr
c. PB                : 48 cm 
d. Nilai Apgar        : 9/10
e. Cacat bawaan      : Ya / tidak
f. Masa gestasi        : 38 mg
8. Komplikasi              
a. Kala I            : tidak ada
b. Kala II             : tidak ada
c. Air ketuban banyaknya : ±500 cc          Warna        : Jernih
3.2 DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
• Keadaan umum        : Baik
• Keadaan emosional    : Compos mentis
• Tanda – tanda vital :
Tekanan darah     : 110/70 mmHg
Nadi            : 89 x/i
Suhu tubuh        : 36.5 oC
Pernapasan        : 20 x/i
2. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara       
• Pengeluaran    : ASI +
• Puting susu        : Menonjol
• Benjolan            : Tidak ada
• Konsistensi        : Padat
b. Uterus
• TFU            : Pertengahan pusat
• Konsistensi uterus : Keras
• Kontraksi uterus    : Baik
• Posisi uterus        : Retroversi
c. Pengeluaran lochea
 Warna            : Merah

xxv
 Bau            : Khas
 Jumlah            : ± 50 cc
 Konsistensi       : Cair
d. Perineum            : Masih basah
e. Kandung kemih        : ± 100 cc
f. Ekstremitas 
 Oedema            : Tidak ada      
 Kemerahan        : Tidak ada
3. Tanda Homan        : Tidak ada
4. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

3.3 ANALISIS DATA  :


Ny. N P2A0 Post Partum 5 hari dengan Konstipasi

3.4 PENATALAKSANAAN :
1. Menggunakan APD Level 2
2. Melakukan informed consent kepada klien untuk dilakukan pemeriksaan
dan pasien menyetujui
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu Hasil pemeriksaan TD:
110/70 mmHg, R: 18x/menit,Nadi: 88x/menit, S: 370C. TFU 2 jari diatas
simfisis , uterus berkontraksi dengan baik, tidak ada perdarahan
abnormal dan tidak berbau, terdapat perut kembung dan ibu dalam
keadaan tidak bisa BAB 5 hari (Konstipasi ) dimana ibu tidak dapat
buang air besar dengan lancar dan jika dibiarkan bisa menjadi berbahaya
Evaluasi :Ibu mengerti atas penjelasan yang telah di berikan
4. Menganjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang bergizi dan
mengandung serat tinggi seperti sayuran, buah-buahan dan agar-agar,
sayuran yang mengandung serat tinggi yaitu sayuran yang berwarna
hijau seperti: bayam, brokoli, caisim, kangkung dll, buah-buahan yang
mengandung serat yaitu seperti: papaya, buah naga, pir, apel dll
Evaluasi :Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran bidan untuk
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan yang mengadung serat

xxvi
5. Menganjurkan ibu untuk minum air putih 8 gelas/hari untuk proses
pemulihan kesembuhan luka dan tidak terjadi konstipasi
Evaluasi :Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran bidan
6. Menjelaskan kepada ibu tentang bahaya konstipasi jika tidak segera
ditangani maka akan menjadi ambeien atau dapat melukai usus tanda
bahaya pada Nifas lainnya diantaranya perdarahan yang tidak normal,
demam, sakit kepala hebat, Pembengkakan pada betis,pembengkakan
pada payudara, sesak nafas, depresi,
Evaluasi :Ibu mengerti atas penjelasan yang di berikan tentang bahaya
konstipasi dan tanda bahaya pada ibu nifas.
7. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet Fe yaitu sehari satu
tablet (60 mg besi elemental) dan 0,25 mg asam folat. Berturut-turut
sampai 42 hari masa Nifas.
Evaluasi : Ibu akan akan meminum tablet Fe sampai 42 hari melahirkan
8. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan,karena harus menyusui bayi usahakan untuk
rileks dan istirahat yang cukup 8 jam pada malam hari dan satu jam pada
siang hari, terutama saat bayi sedang tidur. Memintah bantuan suami
atau keluarga ketika ibu merasa lelah.
Evaluasi : Ibu akan melakukan anjuran yang di berikan untuk istirahat yang
cukup dan suami akan membantu agar ibu bisa istirahat.
9. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI Eksklusif yaitu bayi hanya
di
berikan ASI saja tanpa tambahan makana atau cairan lain
Evaluasi : Ibu telah memberikan ASI kepada bayi tanpa tambahan makanan
atau cairan lain .
10. Mengajarkan ibu tentang personal hygiene
Evaluasi : Ibu mengerti atas penjelasan yang di berikan dan akan melakukan
anjuran yang di berikan.
11. Melakukan pendokumentasian.
Evaluasi : Dokumentasi telah di buat di rekam medik

xxvii
12. Menganjurkan ibu untuk kontrol 3 hari berikutnya jika tidak ada
perubahan Kontrol Kembali

Serang, 12 Juni 2022

Pengkaji,

(Yuliana Maharani)

xxviii
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini menyajikan hasil pemeriksaan baik secara subjektif dan
objektif, permasalahan yang terjadi serta penatalaksanaan yang diberikan untuk
menangani masalah dengan membandingkan kesesuaian antara teori dengan
praktik yang diberikan pada Ny N P2A0 Post Partum 5 Hari dengan Konstipasi di
Puskesmas Jawilan Kecamatan Jawilan
a. Analisis sesuai data Subjektif
Pada data subjektif ibu melakukan kunjungan pada hari ke 5 merupakan
kunjungan yang ke 2 setelah melahirkan.menurut (Dewi dan Sunarsih, 2012)
melakuan kunjungan nifas minimal empat kali Kunjungan selama masa Nifas
(KF) yaitu selama 6-8 jam setelah persalinan (KF1), 6 hari setelah persalinan
(KF2), 2 minggu setelah persalinan (KF3), 6 minggu setelah persalinan (KF4) .
Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan salah satu
penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Komplikasi kebidanan adalah
kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam
kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular
dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu ataupun janin.
dari hasil pemeriksaan data subjektif di peroleh tentang riwayat
persalinan ,riwayat,ginekologi,riwayat penyakit serta riwayat penyakit
keluarga hasilnya normal.
Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru,
bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-
faktor yang mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang tua
pada masa postpartum, yaitu: (Bahiyatun, 2016).Respon dan dukungan dari
keluarga dan teman,Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan
serta aspirasi,Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang
lain,Pengaruh budaya pada riwayat psikosial dalam kasus di atas dukungan
keluarga dan suami baik sehingga psikososial dalam kasus di atas tidak ada
masalah.

xxix
Hasil pemeriksaan pola nutrisi yang tidak baik,pola aktivitas yang kurang
banyak ,pola Eliminasi yang tidak baik serta personal hygnie pada kasus
tersebut terdapat masalah di mana ibu belum mengkonsumsi makan makanan
yang gizi seimbang karena pengaruh budaya adat setempat, Pola aktivitas ibu
belum begitu banyak karena perasaan tidak nyaman untuk melakukan banyak
aktifitas/ambulansi yang kurang baik serta pada eliminasi ibu mempunyai
kesulitan defekasi/ Konstipasi. Sehinggga timbul masalah pada masa nifas
yang berhubungan dengan pola nutrisi,aktifitas dan pola eliminasi.
kurangnya pengetahuan ibu nifas. Hal ini menyebabkan ini ibu nifas belum
mengetahui tentang pentingnya makanan bagi penyembuhan luka paska
melahirkan. Masih ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi nutrisi tinggi
serat yang kurang, salah satunya adalah kebudayaan, selain itu ibu nifas masih
melakukan pantangan makanan, hal ini dapat mempengaruhi proses defekasi,
sehingga dapat mengalami konstipasi.

2. Kejadian Konstipasi Pada Ibu Nifas

Hasil survei menunjukkan bahwa kejadian konstipasi pada ibu nifas di


Puskesmas Jawilan Kecamatan Jawilan sebagian besar tidak terjadi konstipasi
yaitu sejumlah 12 orang (40%).

Konstipasi adalah penurunan frekwensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran


feses yang lama atau keras dan kering (Perry & Potter, 2017). Konstipasi
merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami
stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, atau
keluarnya tinja terlalu kering dan keras (Alimul, 2006). Konstipasi adalah
persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekwensi buang air
besar, sensasi tidak puasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, harus
mengejan atau keluar jumlahnya hanya sedikit, keras, kering dan gerakan usus
hanya terjadi kurang dari 3 kali dalam seminggu.

Menurut Perry dan Potter (2017) menyebutkan bahwa diit yang


mengandung rendah serat dapat meninggalkan sedikit sisa / residu sehingga
feses menjadi kering dan keras. Pada ibu nifas yang mengalami konstipasi

xxx
disebabkan karena adanya pengaturan pola makan yang kurang benar.
Konstipasi sering terjadi dan disebabkan oleh penurunan motilitas usus
sehingga memerlukan waktu lebih lama untuk menyerap cairan. Demikian pula
usus dapat saling berdesakan akibat tekanan dari uterus yang membesar.
Karena kerja usus cenderung melambat dan ibu yang baru melahirkan mudah
mengalami konstipasi (Perry & Potter, 2017).

Dari uraian diatas, penulis berpendapat dengan mengkonsumsi makanan


tinggi serat yang baik maka ibu nifas akan terhindar dari konstipasi setelah
melahirkan yang berdampak memperlancar proses ekskresi atau pembuangan
kotoran. Konsumsi makanan tinggi serat yang baik tentunya mengandung
berbagai komponen seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral
yang didapat dari berbagai bahan makanan seperti nasi, sayur, buah, lauk-
pauk,dll akan mengurangi terjadinya angka konstipasi pada ibu nifas.
Konsumsi serat yang kurang juga akan menambah tingginya akan konstipasi
pada ibu nifas yang akan menyebakan feses menjadi keras dan kering.
Makanan tinggi akan serta dapat didapatkan melalui sayursayuran dan buah-
buahan. Konstipasi sering terjadi disebabkan oleh penurunan motilitas usus
akibat kerja usus cenderung melambat dan pada ibu yang baru melahirkan
mudah mengalami konstipasi yang disebabkan karena pada waktu melahirkan
alat pencernaan mendapat tekanan, selain itu mempengaruhi peristaltik usus.
Mengingatnya pentingnya konsumsi makanan tinggi serat diharapakan
berbagai pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dapat memberikan
penyuluhan tentang makanan tinggi serat pada ibu nifasuntuk mencegah
terjadinya konstipasi.

b. Analisis sesuai data Objektif


Hasil pemeriksaan Objektif keadaan umum ibu baik, TTV dalam batas
normal,pada pemeriksaan fisik secara menyeluruh dalam keadaan
normal,pada pemeriksaan abdomen tfu Pertengahan pusat . hal ini sesuai teori
walyani,2015 bahwa Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba
pertengahan pusat simpisis dangan berat uterus 500gr dan pada pemeriksaan
cairan yang keluar dari kemaluan berwarna Merah (lochea Sanguinolenta),
Hal ini sesuai dengan pendapat walyani (2015), yang menyatakan bahwa

xxxi
pada hari ke 5 setelah persalinan terdapat pengeluaran lochea Sanguinolenta

c. Analisis sesuai penatalaksanaan yang di berikan


Penatalaksanaan asuhan masa nifas hari ke 5 pada Ny N telah
memenuhi standar asuhan nifas hari ke 5, dimana asuhan yang wajib di
lakukan pada nifas 6 Hari yaitu Memastikan involusi uterus berjalan normal:
uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, dan tidak ada bau.Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal,Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan,
dan istirahat,Memastikan ibu menyusui dengan baik, dan tidak
memperlihatkan tanda- tanda penyulit, Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,menjaga bayi tetap hangat dan
perawatan bayi sehari-hari( Saleha,2013). Ibu juga masih mengonsumsi tablet
Fe. Menurut Rukiah (2012), ibu dalam masa nifas harus mengonsumsi pil zat
besi setidaknya 42 hari pasca bersalin dan vitamin A (200.000 unit) agar bisa
memberikan Vitamin A kepada bayinya melalui ASInya Sehinga secara
keseluruhan asuhan kebidanan pada Ny N di Puskesmas Jawilan Kecamatan
Jawilan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik

xxxii
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, dapat


disimpulkan bahwa sebagai seorang bidan sangat penting memberikan
asuhan sesuai standar kepada setiap pasien dan masyarakat terutama di
dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan. Asuhan masa nifas
dengan Konstipasi pada Ny N di Puskesmas Jawilan Kecamatan Jawilan di
dapatkan berdasarkan data subjektif , objektif dan mampu melakukan analisa
serta dapat menegakkan diagnosa yang tepat , kunjungan nifas 5 hari dengan
Konstipasi. Asuhan ini di lakukan untuk memantau perkembangan
kesehatan ibu dan bayi serta mendeteksi dini adanya komplikasi yang
mungkin terjadi sehingga dapat dihindari/dicegah.

Konsumsi makanan tinggi serat pada ibu nifas agar kejadian


Konstipasi pada ibu nifas tidak terjadi.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Klien

Diharapkan ibu nifas yang konsumsi makanan tinggi serat kurang


dapat meningkatkan pemahamannya tentang pentingnya makanan
tinggi serat diantaranya mengkonsumsi sayur setiap kali makan (3
kali sehari), minum air putih 8 gelas/hari untuk proses pemulihan
kesembuhan luka dan tidak terjadi konstipasi, dan bagi ibu nifas
sudah melaksanakan dengan baik hendaknya dapat mempertahankan
hal tersebut.

5.2.2 Bagi Puskesmas Jawilan

Senantiasa memberikan pelayanan yang baik dan bermutu sehingga


memberikan kepuasan kepada pelanggan/masyarakat.

xxxiii
5.2.3 Bagi Profesi

Diharapkan bidan senantiasa meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan dalam menerapkan asuhan kebidanan yang Profesional
dengan baik dan benar dan memahami perkembangan ilmu
pengetahuan yang up to date.

xxxiv
DAFTAR PUSTAKA

Christina, IS. 2016. Perawatan Kebidanan Jilid 3. Bandung : Bharata.

Hidayat, AAA. 2018. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :


Salemba Medika.

Kusumaningrum. 2015. Hubungan Pemenuhan Nutrisi Tinggi Serat Dengan


Kejadian Konstipasi Pada Ibu Nifas 3-6 Hari.
http://stikesmuhla.ac.id/wp-content/ uploads/86-92-Andri-Tri-Kusuma
ningrum.pdf. diakses 20 Maret 2020.

Laili dan Nisa. 2019. Pencegahan Konstipasi pada Ibu Nifas dengan Early
Exercise. Jurnal Bidan Cerdas (JBC), Vol. 2 No. 2 (Agustus 2019),
ISSN: 2654-9352.

Nurjanah, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Postpartum (Dilengkapi dengan Asuhan


Kebidanan Post Sectio Caesarea). Jakarta : Refika Aditama.

Perry & Potter. 2017. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Prawirahardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.

Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

Walyani dan Poerwoastuti. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.


Yogyakarta : Pustaka Baru.

Bartini, I. 2014. ANC Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Dewi, V.N.L., dan T. Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan.


Jakarta: Salemba Medika.

Hutahaean, S. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika.

xxxv
Kemenkes. 2015. Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development Goals
(SDGs).http://sdgsindonesia.or.id/index.php?
option=com_bdthemes_shortcod es&view=download&id=3 (diakses
tanggal 01 Juli 2022)

2016a. Profil Kesehatan Indonesia


2015.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan- indonesia/profil-kesehatan-indonesia2015.pdf (diakses
tanggal 01 Juli 2022)

2016b. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Indonesia.

Kusmiyati, Y. Wahyuningsih, dan Sujiyatini. 2010. Perawatan Ibu hamil.


Yogyakarta; Fitramaya.

Manuaba, I.A.C. 2014. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Edisi 2.
Jakarta: EGC.

Mochtar, R. 2013. Sinopsis Obstetri. Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta:EGC.

Mulati, Erna, (ed.). 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak Continuum Of
Carelife Cycle. Jakarta: Kemenkes

Nugroho, T, dkk. 2014a. Buku Ajar Askeb I Kehamilan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Pantiawati, I, dan Saryono. 2015. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta:


Nuha Medika.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.


http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas% 202013.pdf (diakses tanggal 01 Juli 2022).

Romauli, S. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan I. Yogyakarta: Nuha Medika.


Rukiah, A.Y., dkk. 2013. Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Edisi
Revisi. Jakarta:

xxxvi
LAMPIRAN

xxxvii

Anda mungkin juga menyukai