NPM : 07210400351
Oleh:
NPM : 07210400351
Telah disahkan
Disetujui oleh,
Menyetujui,
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...............
Segala Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
nikmat dan karunia-Nya saya selaku penulis dapat menyelesaikan laporan
Individu Keluarga yang berjudul “Remaja Putri Dengan Anemia di Desa Jawilan
Kecamatan Jawilan”. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini banyak
kekurangan, baik secara isi, tulisan maupun cara penulisan namun penulis
bersyukur dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu untuk itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang setingi-tingginya
kepada pihak yang telah banyak membantu terselesaikannya laporan individu
keluarga antara lain :
1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju
2. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrahman, MPH, selaku Pembina Yayasan
Indonesia Maju.
ii
8. Fanni Hanifa, S.ST., M.Keb., Selaku Koordinator Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan Universitas Indonesia Maju
10. Uci Ciptiasrini, SKM., STr. Keb., M.Kes Selaku Dosen Penguji Stase 1
14. Keluarga tercinta yang tidak ada henti-hentinya memberikan support baik
moral maupun materil.
Penulis
Imas Migiarti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………… 1
1.2 Tujuan …………………………………………………………………… 3
1.3 Manfaat ………………………………………………………………….. 4
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………… 25
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan………………………………………………………………… 29
5.2 Saran ……………………………………………………………………. 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
v
yang merasakan lesu, lemes, nyeri dan mengurangi konsentrasi saat belajar.
(Kemenkes, 2017)
vi
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya anemia pada remaja putri.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.3 Manfaat
vii
1.3.3 Manfaat Bagi Klien
Pasen dan keluarga mengetahui tentang perawatan pada ibu nifas yang
aman Sehingga komplikasi selama masa nifas dapat dicegah.
BAB II
TINJAUAN TEORI
viii
Menurut Nurjanah, dkk, 2013 Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu
puerperium dini (immediate puerperium), puerperium intermedial (early
puerperium) dan remote puerperium (later puerperium). Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1. Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan di mana
ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam
Postpartum). Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa di mana
pemulihan dari organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama
kurang lebih 6-8 minggu.
3. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara
bertahap terutama jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu
mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu,
bulan bahkan tahun.
2.2 Konstipasi
merupakan suatu keadaan adanya kesukaran atau tidak dapat buang air
besar (BAB), feses atau tinja yang keras, rasa buang air besar tidak tuntas
(ada rasa ingin buang air besar tetapi tidak dapat mengeluarkannya) atau
jarang buang air besar (Miftakhul dan Fitri, 2019).
Nutrisi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dan
harus mendapatkan perhatian khusus, terutama pada ibu postpartum dimana
masih ada luka perineum dimana gizi diperlukan dalam proses
penyembuhan luka tersebut. Hal utama yang diperhatikan dalam nutrisi
bukan terkait banyaknya makanan yang dikonsumsi, akan tetapi zat gizi
yang terkandung didalam makanannya (Solehati, 2020) Kebutuhan Gizi
masa nifas akan meningkat 25%, untuk proses kesembuhan dan produksi
ASI. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah cukup dan
teratur, dan harus mengandung; 1).sumber tenaga (energi), 2). sumber
pembangunan (protein), 3). Sumber dan pelindung (mineral, vitamin dan
ix
air). Ibu nifas memerlukan gizi untuk mempertahankan tubuh terhadap
infeksi, mencegah konstipasi dan untuk memulai proses laktasi. Asupan
kalori yang dibutuhkan per-hari 500 kalori dan dapat ditingkatkan sampai
2700 kalori. Asupan cairan per-hari ditingkatkan sampai 3000 ml dengan 12
asupan susu 1000 ml. Suplemen zat besi dapat diberikan kepada ibu nifas
selama 4 minggu pertama setelah kelahiran (Masruroh, 2013) .
Konstipasi adalah penurunan frekwensi defekasi, yang diikuti oleh
pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering (Perry & Potter, 2017).
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko
tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang
jarang atau keras, atau keluarnya tinja terlalu kering dan keras (Alimul,
2006). Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa
berkurangnya frekwensi buang air besar, sensasi tidak puasnya buang air
besar, terdapat rasa sakit, harus mengejan atau keluar jumlahnya hanya
sedikit, keras, kering dan gerakan usus hanya terjadi kurang dari 3 kali
dalam seminggu.
Menurut Perry dan Potter (2017) menyebutkan bahwa diit yang
mengandung rendah serat dapat meninggalkan sedikit sisa / residu sehingga
feses menjadi kering dan keras. Pada ibu nifas yang mengalami konstipasi
disebabkan karena adanya pengaturan pola makan yang kurang benar.
Konstipasi sering terjadi dan disebabkan oleh penurunan motilitas usus
sehingga memerlukan waktu lebih lama untuk menyerap cairan. Demikian
pula usus dapat saling berdesakan akibat tekanan dari uterus yang
membesar. Karena kerja usus cenderung melambat dan ibu yang baru
melahirkan mudah mengalami konstipasi (Perry & Potter, 2017).
Kebanyakan ibu pasca melahirkan mengalami obstipasi setelah melahirkan
yang disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu mempengaruhi
peristaltik usus.
Selain itu, akibat perubahan gastrointestinal konstipasi mungkin
menjadi masalah pada puerperium awal karena kurangnya makanan padat
selama persalinan dan karena wanita menahan defekasi. Wanita mungkin
x
menahan defekasi karena perineumnya mengalami perlukaan atau karena ia
kurang pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak jahitan jika
melakukan defekasi (Varney, 2012).
Sedangkan menurut Nurjanah (2013), salah satu perawatan diri ibu nifas
adalah defekasi. Keadaan ini disebabkan karena tonus otot usus menurun
selama proses persalinan dan pada masa pascapertum, dehidrasi, kurang
makan dan efek anastesi. Untuk dapat buang air besar secara teratur dapat
dilakukan diit teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat
dan olahraga atau ambulasi dini. Jika pada hari ketiga ibu juga tidak buang air
besar maka laksan supositoria dapat diberikan pada ibu (Nurjanah, dkk.,
2013: 115-120).
Pada ibu nifas konstipasi sering terjadi yang disebabkan karena adanya
pengaturan pola makan yang kurang benar. Diit yang tinggi serat seperti
buah-buahan, sayuran, gandum atau sereal mungkin dapat membantu
mengatasi konstipasi. Menurut Perry dan Potter (2017) menyebutkan bahwa
diit yang mengandung rendah serat dapat meninggalkan sedikit sisa / residu
xi
sehingga feses menjadi kering dan keras. Konstipasi sering terjadi dan
disebabkan oleh penurunan motilitas usus sehingga memerlukan waktu lebih
lama untuk menyerap cairan. Demikian pula usus dapat saling berdesakan
akibat tekanan dari uterus yang membesar. Karena kerja usus cenderung
melambat dan ibu yang baru melahirkan mudah mengalami konstipasi (Perry
& Potter, 2017).
xii
Tabel 2.1
Perubahan Lochea berdasarkan Waktu dan Warna
xiii
kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. (Walyani, 2015).
e. Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu
produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama sembilan bulan
kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan fungsinya untuk
menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika
hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambat kelenjar
pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Ketika bayi
menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus posterior pituitary untuk
menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down
(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus
payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena
isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk
menghasilkan ASI lebih banyak (Saleha, 2013).
3. Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan
konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi
hal ini karena kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan
adanya reflek hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada
perineum karena adanya luka episiotomi (Bahiyatun, 2016)
4. Perubahan Sistem Perkemihan
xiv
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena
saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal
setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih
mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh
adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine
yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan
oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat
berkurang setelah 24 jam postpartum (Bahiyatun, 2016).
5. Perubahan Tanda-tanda Vital
Perubahan Tanda-tanda Vital terdiri dari beberapa, yaitu: (Nurjanah, 2013)
a. Suhu Badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit
(37,5oC-38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan (dehidrasi) dan kelelahan karena adanya
bendungan vaskuler dan limfatik. Apabila keadaan normal suhu
badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik
lagi karena adanya pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak,
berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun
kemungkinan adanya infeksi endometrium, mastitis, tractus
genetalis atau system lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per -70
kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi akan
lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus
waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole
dan 10 mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak
berubah (normal), kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah
ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi pada masa
postpartum.
xv
d. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan
juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus
pada saluran napas contohnya penyakit asma. Bila pernapasan
pada masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
tanda-tanda syok
e. Perubahan Sistem Kardiovaskular
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung
sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan.
Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan
kembali normal pada akhir minggu ke-3 postpartum (Bahiyatun,
2016).
xvi
jawabnya sebagai ibu dalam merawat bayi semakin besar.
Perasaan yang sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika
komunikasinya kurang hati-hati.
b. Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa
Bantuan NAKES
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
mengambil langsung tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia
harus menyesuaikan diri dengan tuntutan ``ketergantungan
bayinya dan terhadap interaksi social. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase
2.7 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
1. Nutrisi Dan Cairan
Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada pantangan diet.
Dua jam setelah melahirkan perempuan boleh minum dan makan seperti
biasa bila ingin. Namun perlu diperhatikan jumpal kalori dan protein ibu
menyusui harus lebih besar daripada ibu hamil, kecuali apabila si ibu
tidak menyusui bayinya.
Kebutuhan pada masa menyusui meningkat hingga 25% yaitu untuk
produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali
dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusi sebanyak 500 kkal
tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melaksanakan
aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta
sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan
dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi
syarat, seperti susunanya harus seimbang , porsinya cukup dan teratur,
tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin
serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang
mengandung unsure-unsur , seperti sumber tenaga, pembangunan,
pengatur dan perlindung.
a. Sumber Tenaga (Energi)
xvii
Sumber tenaga yang diperlukan untuk membakar tubuh dan
pembentukan jaringan baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber energy
adalah karbohidrat dan lemak. Karbohidrat berasal dari padi-padian,
kentang, umbi, jagung, sagu, tepung roti, mie, dan lain-lain. Lemak
bias diambil dari hewani dan nabati.lemak hewani yaitu mentega dan
keju. Lemak nabati berasal dari minyak kelapa sawit, minyak sayur
dan margarine.
b. Sumber Pembangun (Protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang
rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani
dan protein nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan,
udang kering, susu dan keju. Sedangkan protein nabati banyak
terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain.
c. Sumber pengatur dan pelindung ( mineral, air dan vitamin)
Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam
tubuh. Sumber zat pengatur bias diperoleh dari semua jenis sayur dan
buah- buahan segar. Beberapa mineral yang penting, antara lain :
- Zat kapur untuk membentuk tulang. Sumbernya berasal dari
susu, keju, kacangkacangan dan sayur-sayuran berdaun hijau.
- Fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi. Sumbernya berasal
dari susu, keju dan daging.
- Zat besi untuk menambah sel darah merah. Sumbernya berasal
dari kuning telur, hati, daging, kerang, kacang-kacangan dan
sayuran.
- Yodium untuk mencegah timbulnya kelemahan mental.
Sumbernya berasal dari ikan, ikan laut dan garam beryodium.
- Kalsium merupakan salah satu bahan mineral ASI dan juga
untuk pertumbuhan gigi anak. Sumbernya berasal dari susu, keju
dan lain-lain.
- Kebutuhan akan vitamin pada masa menyusui meningkat untuk
memenuhi kebutuhan bayinya. Beberapa vitamin yang penting
xviii
antara lain :
• Vitamin A untuk penglihatan berasal dari kuning
telur ,hati mentega, sayur berwarna hijau, wortel, tomat
dan nangka.
• Vitamin B1 agar nafsu makan baik yang berasal dari
hati, kuning telur, tomat, jeruk, nanas.
• Vitamin B2 untuk pertumbuhan dan pencernaan berasal
dari hati, kuning telur, susu, keju, sayuran hijau.
• Vitamin B3 untuk proses pencernaan, kesehatan kulit,
jaringan saraf dan pertumbuhan. Sumbernya antara lain
susu, kuning telur, daging, hati,beras merah, jamur dan
tomat.
• Vitamin B6 untuk pembentukan sel darah merah serta
kesehatan gigi dan gusi. Sumberny antara lain gandum,
jagung, hati dan daging.
• Vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan
kesehatan jaringan saraf. Sumbernya antara lain telur,
daging, hati, keju, ikan laut dan kerang laut.
• Vitamin C untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan
semua jaringan ikat ( untuk penyembuhan luka ),
pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan terhadap
infeksi dan memberikan kekuatan pada pembuluh darah.
Sumbernya berasal dari jeruk, tomat, melon, mangga,
papaya dan sayur.
• Vitamin D untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang
dan gigi serta penyerapan kalsium dan posfor.
Sumbernya berasal dari minyak ikan, ikan susu,
margarine, san penyinaran kulit dengan matahari
sebelum jam 9.
• Vitamin K untuk mencegah perdarahan. Sumbernya
berasal dari hati, brokoli, bayam dan kuning telur.
• Untuk kebutuhan cairannya, ibu menyusui harus
xix
meminum sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan
untuk ibu minum setiap kali menyusui) Kebutuhan pada
masa menyusui meningkat hingga 25% yaitu untuk
produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang
meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori
pada ibu menyusi sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan
yang dikonsumsi ibu berguna untuk melaksanakan
aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses
produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan
dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu
memenuhi syarat, seperti susunanya harus seimbang ,
porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau
berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin serta bahan
pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang
mengandung unsure- unsur , seperti sumber tenaga,
pembangunan, pengatur dan perlindung. Anjurkan
makanan dengan menu seimbang, bergizi untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup,
memperoleh tambahan 500 kalori setiap hari, berguna
untukproduksi ASI dan mengembalikan tenaga setelah
persalinan. Tidak mengonsumsi makanan yang
mengandung alcohol. Minum air mineral 2 liter setiap
hari. Tablet zat besi diminum minimal 40 hari pasca
persalinan.
xx
2.8 Asuhan Nifas
Asuhan ibu masa nifas adalah asuhan yang diberikan kepada ibu segera
setelah kelahiran sampai 6 minggu setelah kelahiran. Tujuan dari masa nifas
adalah untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera
setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehanilan, dalam
persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan. Adapun hasil yang
diharapkan adalah terlaksanakanya asuhan segera atau rutin pada ibu post
partum termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnose, mengidentifikasi
masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial,
tindakan segera serta merencanakan asuhan,
Tabel 2.2
Jadwal Kunjungan tersebut adalah sebagai berikut: (Saleha, 2013).
xxi
Kunjungan Waktu Tujuan
abnormal, dan tidak ada bau
2. Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan
cukup makanan, ciaran, dan
istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan
baik, dan tidak memperlihatkan
tanda- tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat,
6. menjaga bayi tetap hangat dan
perawatan bayi sehari-hari
3 2 minggu setelah 1. Sama seperti diatas (6 hari setelah
Persalinan persalinan)
4 6 minggu setelah 1. Menanyakan pada ibu tentang
persalinan penyulit- penyulit-penyulit yang
ia alami atau bayinya
2. Membrikan konseling KB secara
dini
3. Menganjurkan/mengajak ibu
membawa bayinya ke posyandu
atau puskesmas untuk
penimbangan dan imunisasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
xxii
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS
xxiii
Dipimpin Meneran : 0 jam 30 menit
Kala I : 6 jam 20 menit
Kala II : 0 jam 20 menit
Kala III : 0 jam 5 menit
e. Ketuban pecah pukul : 02.15 WIB
f. Amniotomi : Ya / Tidak
g. Banyak air ketuban : ±500 cc
h. Komplikasi dalam persalinan : Ada / tidak, Jelaskan jika ada …………..
3. Plasenta
a. Lahir spontan : Ya/ Tidak
b. Dilahirkan dengan indikasi : Ya / Tidak, Jelaskan jika ada
……………
c. Lengkap, ukuran : 25 cm Berat : 500 gr
d. Kelainan : tidak ada
e. Panjang tali pusat : ± 50 cm
f. Kelainan : tidak ada
g. Sisa plasenta : ada / tidak
4. Perineum
a. Utuh : Ya / tidak
b. Robekan : Ya /tidak, jika Ya tingkat II
c. Episiotomi : Ya / tidak
d. Anastesi : Ya / tidak
e. Jahitan dengan : tekhnik Jelujur
5. Perdarahan
a. Kala I : 30 ml
b. Kala II : 50 ml
c. Kala III : 150 ml
d. Kala IV : 50 ml
e. Selama operasi : - ml
6. Tindakan lain : tidak ada.
7. Bayi
xxiv
a. Lahir pukul : 02.45 WIB
b. BB : 2800 gr
c. PB : 48 cm
d. Nilai Apgar : 9/10
e. Cacat bawaan : Ya / tidak
f. Masa gestasi : 38 mg
8. Komplikasi
a. Kala I : tidak ada
b. Kala II : tidak ada
c. Air ketuban banyaknya : ±500 cc Warna : Jernih
3.2 DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
• Keadaan umum : Baik
• Keadaan emosional : Compos mentis
• Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 89 x/i
Suhu tubuh : 36.5 oC
Pernapasan : 20 x/i
2. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara
• Pengeluaran : ASI +
• Puting susu : Menonjol
• Benjolan : Tidak ada
• Konsistensi : Padat
b. Uterus
• TFU : Pertengahan pusat
• Konsistensi uterus : Keras
• Kontraksi uterus : Baik
• Posisi uterus : Retroversi
c. Pengeluaran lochea
Warna : Merah
xxv
Bau : Khas
Jumlah : ± 50 cc
Konsistensi : Cair
d. Perineum : Masih basah
e. Kandung kemih : ± 100 cc
f. Ekstremitas
Oedema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
3. Tanda Homan : Tidak ada
4. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan
3.4 PENATALAKSANAAN :
1. Menggunakan APD Level 2
2. Melakukan informed consent kepada klien untuk dilakukan pemeriksaan
dan pasien menyetujui
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu Hasil pemeriksaan TD:
110/70 mmHg, R: 18x/menit,Nadi: 88x/menit, S: 370C. TFU 2 jari diatas
simfisis , uterus berkontraksi dengan baik, tidak ada perdarahan
abnormal dan tidak berbau, terdapat perut kembung dan ibu dalam
keadaan tidak bisa BAB 5 hari (Konstipasi ) dimana ibu tidak dapat
buang air besar dengan lancar dan jika dibiarkan bisa menjadi berbahaya
Evaluasi :Ibu mengerti atas penjelasan yang telah di berikan
4. Menganjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang bergizi dan
mengandung serat tinggi seperti sayuran, buah-buahan dan agar-agar,
sayuran yang mengandung serat tinggi yaitu sayuran yang berwarna
hijau seperti: bayam, brokoli, caisim, kangkung dll, buah-buahan yang
mengandung serat yaitu seperti: papaya, buah naga, pir, apel dll
Evaluasi :Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran bidan untuk
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan yang mengadung serat
xxvi
5. Menganjurkan ibu untuk minum air putih 8 gelas/hari untuk proses
pemulihan kesembuhan luka dan tidak terjadi konstipasi
Evaluasi :Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran bidan
6. Menjelaskan kepada ibu tentang bahaya konstipasi jika tidak segera
ditangani maka akan menjadi ambeien atau dapat melukai usus tanda
bahaya pada Nifas lainnya diantaranya perdarahan yang tidak normal,
demam, sakit kepala hebat, Pembengkakan pada betis,pembengkakan
pada payudara, sesak nafas, depresi,
Evaluasi :Ibu mengerti atas penjelasan yang di berikan tentang bahaya
konstipasi dan tanda bahaya pada ibu nifas.
7. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet Fe yaitu sehari satu
tablet (60 mg besi elemental) dan 0,25 mg asam folat. Berturut-turut
sampai 42 hari masa Nifas.
Evaluasi : Ibu akan akan meminum tablet Fe sampai 42 hari melahirkan
8. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan,karena harus menyusui bayi usahakan untuk
rileks dan istirahat yang cukup 8 jam pada malam hari dan satu jam pada
siang hari, terutama saat bayi sedang tidur. Memintah bantuan suami
atau keluarga ketika ibu merasa lelah.
Evaluasi : Ibu akan melakukan anjuran yang di berikan untuk istirahat yang
cukup dan suami akan membantu agar ibu bisa istirahat.
9. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI Eksklusif yaitu bayi hanya
di
berikan ASI saja tanpa tambahan makana atau cairan lain
Evaluasi : Ibu telah memberikan ASI kepada bayi tanpa tambahan makanan
atau cairan lain .
10. Mengajarkan ibu tentang personal hygiene
Evaluasi : Ibu mengerti atas penjelasan yang di berikan dan akan melakukan
anjuran yang di berikan.
11. Melakukan pendokumentasian.
Evaluasi : Dokumentasi telah di buat di rekam medik
xxvii
12. Menganjurkan ibu untuk kontrol 3 hari berikutnya jika tidak ada
perubahan Kontrol Kembali
Pengkaji,
(Yuliana Maharani)
xxviii
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini menyajikan hasil pemeriksaan baik secara subjektif dan
objektif, permasalahan yang terjadi serta penatalaksanaan yang diberikan untuk
menangani masalah dengan membandingkan kesesuaian antara teori dengan
praktik yang diberikan pada Ny N P2A0 Post Partum 5 Hari dengan Konstipasi di
Puskesmas Jawilan Kecamatan Jawilan
a. Analisis sesuai data Subjektif
Pada data subjektif ibu melakukan kunjungan pada hari ke 5 merupakan
kunjungan yang ke 2 setelah melahirkan.menurut (Dewi dan Sunarsih, 2012)
melakuan kunjungan nifas minimal empat kali Kunjungan selama masa Nifas
(KF) yaitu selama 6-8 jam setelah persalinan (KF1), 6 hari setelah persalinan
(KF2), 2 minggu setelah persalinan (KF3), 6 minggu setelah persalinan (KF4) .
Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan salah satu
penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Komplikasi kebidanan adalah
kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam
kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular
dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu ataupun janin.
dari hasil pemeriksaan data subjektif di peroleh tentang riwayat
persalinan ,riwayat,ginekologi,riwayat penyakit serta riwayat penyakit
keluarga hasilnya normal.
Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru,
bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-
faktor yang mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang tua
pada masa postpartum, yaitu: (Bahiyatun, 2016).Respon dan dukungan dari
keluarga dan teman,Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan
serta aspirasi,Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang
lain,Pengaruh budaya pada riwayat psikosial dalam kasus di atas dukungan
keluarga dan suami baik sehingga psikososial dalam kasus di atas tidak ada
masalah.
xxix
Hasil pemeriksaan pola nutrisi yang tidak baik,pola aktivitas yang kurang
banyak ,pola Eliminasi yang tidak baik serta personal hygnie pada kasus
tersebut terdapat masalah di mana ibu belum mengkonsumsi makan makanan
yang gizi seimbang karena pengaruh budaya adat setempat, Pola aktivitas ibu
belum begitu banyak karena perasaan tidak nyaman untuk melakukan banyak
aktifitas/ambulansi yang kurang baik serta pada eliminasi ibu mempunyai
kesulitan defekasi/ Konstipasi. Sehinggga timbul masalah pada masa nifas
yang berhubungan dengan pola nutrisi,aktifitas dan pola eliminasi.
kurangnya pengetahuan ibu nifas. Hal ini menyebabkan ini ibu nifas belum
mengetahui tentang pentingnya makanan bagi penyembuhan luka paska
melahirkan. Masih ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi nutrisi tinggi
serat yang kurang, salah satunya adalah kebudayaan, selain itu ibu nifas masih
melakukan pantangan makanan, hal ini dapat mempengaruhi proses defekasi,
sehingga dapat mengalami konstipasi.
xxx
disebabkan karena adanya pengaturan pola makan yang kurang benar.
Konstipasi sering terjadi dan disebabkan oleh penurunan motilitas usus
sehingga memerlukan waktu lebih lama untuk menyerap cairan. Demikian pula
usus dapat saling berdesakan akibat tekanan dari uterus yang membesar.
Karena kerja usus cenderung melambat dan ibu yang baru melahirkan mudah
mengalami konstipasi (Perry & Potter, 2017).
xxxi
pada hari ke 5 setelah persalinan terdapat pengeluaran lochea Sanguinolenta
xxxii
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Klien
xxxiii
5.2.3 Bagi Profesi
xxxiv
DAFTAR PUSTAKA
Laili dan Nisa. 2019. Pencegahan Konstipasi pada Ibu Nifas dengan Early
Exercise. Jurnal Bidan Cerdas (JBC), Vol. 2 No. 2 (Agustus 2019),
ISSN: 2654-9352.
Perry & Potter. 2017. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
Bartini, I. 2014. ANC Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal. Yogyakarta:
Nuha Medika.
xxxv
Kemenkes. 2015. Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development Goals
(SDGs).http://sdgsindonesia.or.id/index.php?
option=com_bdthemes_shortcod es&view=download&id=3 (diakses
tanggal 01 Juli 2022)
2016b. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Indonesia.
Manuaba, I.A.C. 2014. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Mulati, Erna, (ed.). 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak Continuum Of
Carelife Cycle. Jakarta: Kemenkes
xxxvi
LAMPIRAN
xxxvii