Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEBIDANAN PADA

Ny. “T” UMUR 57 TAHUN MENOPAUSE DENGAN HIPERTENSI


DI PUSKESMAS DAWAR BLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

Oleh :
AFIF FIRONIKA
NIM : 2022082511

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
TAHUN 2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Gawat Darurat Maternal Pada Ny “T” umur 57 tahun
Menopause dengan hipertensi dilaksanakan sebagai dokumen/laporan praktik yang telah
dilaksanakan di Puskesmas Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto, disahkan oleh pembimbing
pada :
Hari :
Tanggal :

Jombang, 2023
Mahasiswa

AFIF FIRONIKA
NIM. 2022082511

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik Program Studi


Puskesmas Dawar Blandong Profesi Bidan STIKES Husada Jombang

Istiqomah, SST Wahyu Anjas Sari, SST., M. Kes


NIP. 19680507 199901 2 001 NPP. 011006075

Mengetahui,
Ketua STIKES Husada Jombang Ketua Program Studi Profesi Bidan
STIKES Husada Jombang

Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes, MM Semi Naim, SSt., MM, M. Kes
NPP. 010201901 NPP. 01403002

2ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “Praktik Asuhan Kebidanan pada Bayi, Balita dan
anak pra sekolah di Puskesmas Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto, Laporan ini disusun
sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas pada Pendidikan Profesi Bidan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Husada Jombang.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk dan saran
dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes. MM.selaku Ketua STIKES Husada Jombang, yang
telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Semi Naim, SST, MM, Mkes selaku Ketua Program Stusi Pendidikan Profesi
Bidan STIKES Husada Jombang.
3. Istiqomah, SST selaku pembimbing Lahan Praktek
4. Bdn. Wahyu Anjas Sari, SST., M. Kes selaku pembimbing akademik dalam
penyusunan laporan stase ini Suami tercinta serta anaku dan orangtuaku yang
senantiasa memberikan motivasi.
5. Suami tercinta, anak – anak, orang tua, dan adik – adik tercinta yang senantiasa
memberikan motivasi.
6. Teman-teman sejawat khususnya di Puskesmas Moropelang Kabupaten Lamongan
yang telah membantu dan selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian laporan
studi kasus ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal baik
yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
penulis pada khususnya.
Jombang, .......................... 2023
Penulis
(Afif Fironika)

iii
3
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktik ............................................................................................................... 3
1.3 Manfaat ......................................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Menopause .................................................................................................................... 4
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Remaja ..................................................................... 13
2.3 Sistem Pendokumentasian SOAP ................................................................................... 18
BAB 3 TINJAUAN KASUS .............................................................................................. 19
3.1 Pengkajian .................................................................................................................... 19
3.2 Analisa .......................................................................................................................... 22
3.3 Penatalaksanaan............................................................................................................. 22
BAB 4 PEMBAHASAN..................................................................................................... 29
BAB 5 PENUTUP .............................................................................................................. 31
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 31
5.2 Saran ............................................................................................................................. 31
LAMPIRAN....................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA

4iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menopause merupakan peristiwa berahirnya masa reproduksi bagi wanita, yang
ditandai dengan berhentinya menstruasi secara teratur. Pada masa ini waita ini sering
mengalami stress fisiologis dan gejala fisik seperti rasa panas, kemerahan pada wajah, sakit
kepala, jantung berdebar, sering buang air kecil. Pada umumnya gejala menopause dimulai
pada usia40-an dan menstruasi terakhir umumnya terjadi pada usia 50-an. Namun bisa lebih
awal atau lebih lambat (Mickey Harpaz, 2019). WHO mengatakan pada tahun 2030 jumlah
perempuan di seluruh dunia yang memasuki masa menopause diperkirakan mencapai 1,2
miliar orang (WHO, 2019). Tahun 2025 diperkirakan di Indonesia akan ada 60 juta
perempuan menopause. Sementara perkiraan umur rata-rata usia menopause di Indonesia
adalah 48 tahun (Dinkes, 2014).
Menurut (Ulfah, 2018) berdasarkan data yang di peroleh dari WHO (World Health
Organization) total populasi wanita yang mengalami menopause di seluruh dunia mencapai
373 juta orang di tahun 2012 dan diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar orang pada tahun
2030. Badan Pusat Statistik (BPS) menyimpulkan bahwa jumlah penduduk wanita berusia
diatas 52 tahun meningkat dari 10,7 juta menjadi 37,3 juta orang dan diperkirakan tahun 2025
akan menjadi 75 juta jumlah perempuan menopause.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan pada usia
menopause yaitu dibuatnya peraturan yang mengatur mengenai kesehatan pada usia lanjut di
Indonesia yaitu pada UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 7 yang berisi setiap orang
berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggung jawab. Selain itu, juga terdapat pedoman asuhan kebidanan masa perimenopause
yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
229/MENKES/SK/II/2010.
Pada periode menopause, wanita dapat mengalami beberapa gejala, seperti siklus
menstruasi yang tidak teratur dan hot flushes. Saat melalui fase menopause, wanita akan
mengalami beberapa gejala akibat perubahan kadar hormon di dalam tubuh. Gejala utama
menopause adalah siklus menstruasi tidak teratur. Selain gangguan menstruasi, gejala lainnya
yang dapat terjadi pada menopause atau menjadi tanda-tanda menopause sudah dekat.
Sebagian wanita tidak dapat menoleransi gejala-gejala lain tersebut, 2 sehingga mengalami
gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Semakin meningkatnya usia menopause,

1
mereka akan mengalami kemunduran, salah satu penyakit yang sering muncul pada wanita
menopause adalah hipertensi. Kejadian hipertensi pada wanita lebih tinggi saat memasuki
masa menopause jika dibandingkan dengan laki-laki, sebesar 41%. Hal ini diakibatkan pada
wanita menopause terjadi penurunan kadar hormon estrogen.
Insiden hipertensi meningkat tajam pada wanita umur menopause yang berisiko
tinggi menderita hipertensi, dibandingkan wanita pramenopause. Hal tersebut menimbulkan
dugaan bahwa faktor hormonal dan biokimiawi pada masa menopause berperan penting
terhadap kejadian hipertensi. Perubahan hormonal yang berhubungan dengan menopause
dapat meningkatkan kadar androgen relatif, mengaktifasi Renin Angiotensin System (RAS),
meningkatkan kadar renin, plasma endothelin, sensitivitas garam dan resistansi insulin,
aktivitas simpatetik, berat badan, dan akhirnya menyebabkan hipertensi (InaSH, 2019).
Permasalahan yang muncul adalah sebagian besar wanita umur menopause yang
sudah terdiagnosis hipertensi belum melakukan pengobatan secara teratur sehingga tekanan
darahnya tidak terkontrol. Berdasarkan dataWHO pada tahun 2010 didapatkan kejadian
hipertensi di Negara berkembang sebesar 40%, sedangkan di di Negara maju sebesar 35%.
Berdasarkan data for Health Statistics (US) kejadian hipertensi pada wanita dewasa di seluruh
penjuru dunia sebesar 25%, sedangkan di Amerika Serikat kejadian hipertensi pada wanita
menopause sebesar 75. Di Indonesia kejadian hipertensi pada tahun 2013 sebesar 9,5%. Data
di Jawa Timur kejadian hipertensi pada tahun 2016 sebesar 13,47% atau sekitar 935.736
penduduk dengan proporsi laki-laki sebesar 13,78% dan perempuan 13,25%. (Estin dan
Nunik, 2019).
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan hipertensi
pada usia menopause yaitu dengan cara menurunkan berat badan jika saat ini bobot tubuh di
atas ideal, hindari atau minimalkan asupan alkohol, bangun kebiasaan aktif bergerak, rutin
olahraga setidaknya 30 menit, konsumsi makanan yang tinggi kalsium, magnesium, dan
kalium tapi minim lemak jahat seperti susu dan yogurt rendah lemak, kacang panggang tanpa
perasa dan tambahan garam, Hindari gorengan, keju, mentega, daging berlemak, aneka saus,
makanan olahan, makanan berpengawet, makanan instan, makanan cepat saji karena tinggi
garam, natrium, dan lemak jahat, stop merokok dan hindari paparan asap rokok, kelola stres,
upayakan untuk tidur berkualitas minimal enam jam setiap malam dan rutin melakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala, 3 termasuk mengukur tekanan darah. (Afifah, 2022).

2
1.2 Tujuan Praktik
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan, informasi, dan memberikan asuhan
kebidanan pada menopause.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada menopause dari pengkajian sampai
evaluasi dengan pendekatan kebidanan berupa:
1. Dapat melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif pada menopause.
2. Dapat menentukan diagnosa pada menopause.
3. Dapat menentukan implementasi (penatalaksanaan) dan evaluasi pada
menopause.

1.3 Lama Praktik


Praktik Asuhan Kebidanan pada Menopause dilaksanakan pada tanggal 01 s.d 30 November
2023.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Menopause
2.1.1. Pengertian Menopause
Kata menopause berasal dari Bahasa Yunani, yakni dari kata “men‟ yang artinya
bulan dan kata “peuseis‟ yang artinya penghentian sementara. Secara linguistik kata
yang lebih tepat adalah menocease yang berarti masa berhentinya haid. Menopause
merupakan tahap dalam kehidupan wanita ketika menstruasi berhenti, dengan
demikian tahun – tahun melahirkan anak juga berhenti. Wanita dikatakan telah
menopause jika sudah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan sejak menstruasi
terakhir yang disebabkan oleh penurunan fungsi ovarium (Suryoprajogo, 2019).
Untuk lebih memastikan akan dilakukan pemeriksaan Follicle Stimulating
Hormone (FSH) dan hormon estrogen. Seorang wanita dikatakan mengalami
menopause apabila kadar FSH meningkat, sedangkan kadar estrogennya rendah.
Selain itu dilakukan juga pemeriksaan Tyroid Stimulating Hormone (TSH) dan
hormon tiroid. Pemeriksaan ini untuk memastikan penderita tidak mengalami
hipotiroidisme atau penurunan hormon tiroid yang bisa menimbulkan gejala serupa
dengan menopause (Jalilah dan Prapitasari, 2020).
2.1.2. Tahapan Menopause
Empat tahapan menopause yang terdapat dalam Riyadina (2019), adalah sebagai
berikut:
1. Pramenopuse
Pramenopause adalah masa selama 4-5 tahun sebelum terjadi menopause.
Singkatnya, pramenopause adalah seluruh periode masa subur sebelum menopause
yaitu periode dari menarche sampai menopause. Pada fase ini menstruasi mulai
tidak teratur, namun belum muncul tanda klasik gejala menopause, seperti hot
flashes atau semburan panas, kekeringan vagina, dan lainsebagainya.
Pramenopause biasanya dialami wanita pada usia 40-an. Wanita pada fase ini masih
subur yang artinya masih bisa hamil.
2. Perimenopause
Perimenopause disebut juga fase peralihan. Perimenopause terjadi sekitar dua
tahun sebelum menopause sampai sekitar dua tahun setelahnya. Pada fase ini
terdapat gejala khas yakni penurunan fungsi ovarium yang ditandai dengan

4
defisiensi progesteron dan estrogen 6 sehingga tanda klasik gejala menopause mulai
muncul. Perimenopause dialami oleh wanita pada usia 50-an.
3. Menopause
Menopause adalah keadaan di mana wanita sudah tidak lagi haid yang
dihitung dari 12 bulan sejak haid terakhir. Pada awal menopause terkadang kadar
estrogen rendah, namun bisa sebaliknya pada wanita gemuk. Pada fase ini sudah
muncul tanda klasik gejala masa menopause. Penting untuk mencatat tanggal
terakhir menstruasi karena jika terjadi perdarahan vagina dalam jangka waktu satu
tahun sejak tanggal tersebut, dianggap tidak normal. Oleh karena itu, harus
memeriksakan diri ke dokter.
4. Pascamenopause
Pascamenopause adalah fase setelah menopause sampai senium. Fase ini
merupakan masa lima tahun setelah menopause. Di fase ini tanda klasik gejala
menopause sudah mulai menghilang akibat keseimbangan hormon yang telah
dicapai tubuh.
2.1.3. Keluhan Fisik dan Psikologis Menopause
Menurut Nurlina (2021), keluhan fisik dan psikologis pada masa menopause
adalah sebagai berikut :
1. Fisik
a. Hot Flushes (Semburan Panas)
Hot flushes merupakan suatu kondisi ketika tubuh mengalami rasa panas
yang menyebar dari wajah hingga ke seluruh tubuh. Hot flushes dapat
berlangsung selama satu sampai dua tahun setelah menopause atau dalam
beberapa kasus dapat berlanjut sampai 10 tahun atau lebih (Riyadina, 2019).
Sholihah (2018), mengatakan hot flushes berkaitan dengan vasodilatasi dan
peningkatan suhu tubuh yang menghasilkan keringat serta peningkatan
konduktansi kulit akibat penurunan kadar hormon estrogen. Kondisi ini tidak
berbahaya namun menimbulkan rasa tidak nyaman.
Hot flushes yang terjadi selama tidur disebut night sweat atau keringat
malam Kemunculan Hot flushes berhubungan erat dengan cuaca panas dan
lembab, ruang sempit, kafein, alkohol, makanan pedas, pakaian yang telalu
ketat atau tidak menyerap keringat 8 sehingga hal tersebut perlu dihindari agar
tidak memperparah hot flushes. Keluhan hot flushes akan berkurang seiring

5
dengan tubuh yang menyesuaikan dengan kadar estrogen yang rendah
(Hekhmawati 2019).
b. Vagina Kering
Penelitian oleh Hekhmawati (2019), mengatakan penurunan hormon
estrogen pada masa menopause mengakibatkan perubahan pada vagina. Vagina
akan menjadi atrofi, kering, gatal, dan panas sehingga nyeri atau tidak nyaman
saat berhubungan seks. Untuk mengatasi hal ini, wanita menopause dapat
menggunakan pelumas vagina atau krim sebagai pengganti hormon estrogen
dengan mengusapkannya pada vagina atau melakukan foreplay lebih lama.
c. Uretra Mengering, Menipis, dan Kurang Elastis
Uretra adalah saluran yang menyalurkan air seni dari kandung kemih ke
luar tubuh. Pada masa menopause, kadar estrogen menurun hal ini
menyebabkan dinding dan lapisan otot polos uretra mengering, menipis,
elastisitasnya berkurang, serta mengalami gangguan pada penutupan uretra
sehingga terjadi inkontinensia urine, perubahan pola aliran urine, serta mudah
terjadi infeksi pada saluran kemih bagian bawah (Widjayanti dan Yethi, 2020).
d. Hilangnya Jaringan Penunjang
Kadar estrogen yang rendah juga berpengaruh pada kolagen yang
merupakan bagian dari jaringan penunjang. Hilangnya kolagen menyebabkan
kulit kering dan keriput, rambut rontok, gigi mudah goyang, gusi berdarah,
sariawan, kuku rusak, dan rasa nyeri pada persendian.
e. Penambahan Berat Badan
Sebanyak 29% wanita pada masa menopause mengalami 9 kenaikan
berat badan dan 20% diantaranya memperlihatkan kenaikan yang mencolok.
Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dan gangguan pertukaran
zat dasar metabolisme lemak. Selain itu juga disebabkan oleh kurangnya
aktivitas wanita pada usia menopause. (Widjayanti dan Yethi, 2020).
f. Gangguan Tulang dan Persendian
Hormon estrogen sangat berperan dalam mempertahankan
keseimbangan kerja osteoblast (pembentukan tulang) dan osteoklast
(penyerapan tulang). Estrogen akan berikatan dengan reseptor estrogen pada
osteoblast yang secara langsung memodulasi aktivitas osteoblastik dan secara
tidak langsung mengatur pembentukan osteoklast yang bertujuan menghambat
resorpsi tulang sehingga apabila kadar estrogen turun maka tidak ada yang

6
menghambat resorpsi tulang yang mengakibatkan gangguan pada proses tulang
tersebut yang kemudian menyebabkan pengeroposan tulang sehingga timbul
rasa tidak nyaman pada tulang dan persendian. (Widjayanti dan Yethi, 2020).
g. Penyakit
Perubahan hormonal masa menopase akan menyebabkan wanita
menopause lebih rentan terserang kanker dan penyakit degeneratif seperti
diabetes serta penyakit jantung. Faktor genetik dan gaya hidup juga
berpengaruh. Hipertensi atau demensia tipe alzheimer juga ditemukan pada
masa menopause yang mana penurunan kadar hormon seks steroid
menyebabkan perubahan neuroendokrin sistem susunan saraf pusat maupum
biokimiawi otak. Di kondisi ini, terjadi proses degeneratif sel neuro di hampir
semua bagian otak yang berkaitan dengan fungsi ingatan yang mana hal ini
menyebabkan sulit berkonsentrasi dan hilangnya fungsi memori jangka
pendek.
2. Psikologis
a. Kecemasan
Penelitian oleh (Nurlina, 2021), mengatakan sebanyak 51% wanita
menopause mengalami kecemasan yang disebabkan oleh perubahan fisik masa
menopause yang menimbulkanperasaan tidak berharga yang memicu
kekhawatiran akan kemungkinan orang yang dicintai akan berpaling dan
meninggalkannya.
b. Kelelahan Mental
Kelelahan mental berupa lebih mudah marah atau tersinggung dan
perubahan suasana hati yang begitu cepat. Biasanya hal ini tidak disadari oleh
wanita dan tidak jarang orang di sekitarnya dibuat bingung. Maka dari itu
diperlukan pendekatan khusus seperti mengobrol ringan dengan sahabat atau
siapa saja yang pernah mengalami hal yang sama sehingga dapat menjadi
dukungan emosi.
c. Kurang Tidur (Insomnia)
Penelitian oleh Hekhmawati (2019), menemukan sebanyak 42,2% wanita
menopause mengalami gangguan tidur. Insomnia pada masa menopause
biasanya disebabkan oleh hot flashes yang menimbulkan rasa panas, wajah
memerah, serta keringat di malam hari yang menjadikan tidur terasa tidak
nyaman.

7
d. Daya Ingat Menurun
Penelitian oleh Hekhmawati (2019), mengatakan sebagian wanita
menopause (48%) mengalami penurunan daya ingat sehingga sesuatu yang
harus diingat harus di ulang – ulang terlebih dahulu. Hal ini disebabkan oleh
penurunan kadar estrogen dalam sistem saraf pusat yang mana estrogen
mempengaruhi fungsi kognitif yang artinya berpengaruh terhadap fungsi otak.
Selain itu, kemampuan berpikir juga mengalami penurunan.
e. Depresi
Pada masa menopause wanita dapat mengalami perasaan tertekan,
terpuruk, dan merasa hidupnya tidak berguna lagi. Di masa menopause, anak –
anaknya sudah tumbuh dewasa dan biasanya sibuk dengan urusan masing –
masing. Di saat inilah wanita benar – benar kehilangan perannya. Gejala
depresi meliputi lelah terus menerus, murung, sedih, sulit tidur pulas terutama
menjelang dini hari, sulit membuat keputusan, dan dorongan untuk menangis.

2.2. Hipertensi
2.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah angka kesepakatan berdasarkan bukti klinis (evidence based)
atau konsensus atau studi meta-analisis epidemiologi. Jika tekanan darah lebih tinggi
dari tingkat normal yang disepakati, risiko kejadian kardiovaskular, morbiditas dan
kematian akan meningkat. Yang terpenting, tekanan darah harus di atas atau sama
dengan 140/90 mmHg (Setiati; dkk, 2015).
Hipertensi adalah penyebab utama stroke, baik tekanan darah sistolik ataupun
diastolik. Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah salah satu penyakit paling
mematikan di dunia saat ini. Usia merupakan salah satu faktor risiko hipertensi.
Umumnya lebih banyak dijumpai bahwa penderita penyakit tekanan darah tinggi atau
hipertensi pada usia lanjut. Bahkan, diketahui penyebab kematian 9 dari 10 orang yang
menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi. Inilah mengapa hipertensi disebut
dengan “Silent Killer” (Sukmawati, 2016).

8
KATEGORI TTD (mmHg) TDS (mmHg)
Normal <85 <130
Normal Tinggi 85-89 130-139
Hipertensi
Tingkat 1 (Ringan) 90-99 140-159
Tingkat 2 (Sedang) 100-109 160-179
Tingkat 3 (Berat) 110-119 180-209
Tingkat 4 (Sangat Berat) ≥120 ≥210
 Klasifikasi baru menurut the joint national committee on detection, evaluation, and
treatment of high blood pressure, amerika serikat, dalam laporannya yang ke 5 pada
tahun 1992 (JNC-V) dalam buku farmakologi dan terapi obat, 2015.
2.2.2 Etiologi Hipertensi
Hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer dan hipertensi skunder,
berikut penyebab dari hipertensi primer dan hipertensi sekunder:
1. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer adalah tekanan darah. Sama dengan atau lebih dari 140/90
mmHg, pada usia >18 tahun dengan penyebab yang tidak diketahui. Pengukuran
yang telah dilakukan 2 kali atau lebih. Hipertensi primer merupakan penyakit
multifaktorial yang tidak hanya disebabkan oleh satu jenis mekanisme, tetapi juga
oleh interaksi berbagai faktor risiko. Berbagai faktor dan mekanisme tersebut
yaitu: faktor keturunan, lingkungan, diet dan asupan garam, stres, mekanisme
saraf, mekanisme ginjal, mekanisme hormonal, dan mekanisme vaskular,
keturunan, obesitas, dan merokok (Setiati dkk, 2015). Hanya sebagian kecil
penyebab tekanan darah tinggi yang dapat diidentifikasi, sekitar 90-95% kasus
tidak diketahui penyebabnya (Husnunnida, 2019).
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diidentifikasi, seperti: penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroidisme), kelainan pembuluh darah ginjal dan lain-lain
(Sukmawati, 2016). Penyebab hipertensi sekunder antara lain:
a. Penyakit
Penyakit ginjal kronik, penyakit tiroid, sindroma cushing, penyakit
paratiroid, feokromositoma, koarktasi aorta, obstuctive sleep apnea,
aldosteronism primer, penyakit renovaskular dan lain-lain.
9
b. Obat-obatan
Prednison, fludrokortison, triamsinolon, meliputi: amfetamin atau
anorektik: phentermine, phendimetrazine, sibutramine, antivascular endothelin
growth factor agents, estrogen: biasanya kontrasepsi oral, calcineurin
inhibitors: siklosporin, tacrolimus, dekongestan: phenylpropanolamine &
analog, erythropoiesis stimulating agents: erythropoietin, darbepoietin,
NSAIDS, COX-2 inhibitors, bupropion, 13 13 bromokriptin, buspirone,
venlafaxine, metoklopramid, carbamazepine clozapine, ketamine.
c. Makanan
Sodium, etanol, licorice.
2.2.3 Faktor Resiko Hipertensi
1. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah
a. Riwayat Keluarga
Faktor genetis bisa menyebabkan keluarga lebih rentan terkena hipertensi
karena kecenderungan genetis yang berhubungan dengan kadar natrium
intraseluler yang meningkat dan rasio kalsium-natrium yang menurun. Pasien
yang orang tuanya memiliki riwayat hipertensi akan lebih beresiko terkena
hipertensi diusia muda (Permatasari, 2019).
b. Usia
Seiring dangan pertambahan usia mempengaruhi kenaikan baroreseptor
yang berkaitan dalam pengaturan tekanan darah dan kelenturan arteri. Ketika
arteri menjadi kurang lentur, maka akan terjadi peningkatan pada tekanan yang
ada di pembuluh darah. (Permatasari, 2019).
c. Ras
Orang dengan kulit hitam lebih rentan terkena hipertensi disebabkan pola
hidup yang cenderung lebih sering mengonsumsi natrium dengan kadar yang
cukup tinggi (Permatasari, 2019).
d. Jenis Kelamin
Pada keseluruhan insiden hipertensi lebih dominan terjadi pada pria
dibandingkan dengan wanita hingga kira-kira usia 55 tahun. Risiko pada pria
sedangkan wanita hampir sama antara 55-75 tahun, dan setelah 75 tahun maka
risiko hipertensi pada wanita lebih besar. (Permatasari, 2019).
10
2. Faktor yang dapat dirubah
a. Kegemukan
Seseorang dengan kegemukan atau obesitas akan lebih beresiko terserang
hipertensi disebabkan peningkatan jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang
dan perut. (Permatasari, 2019).
b. Penyalahgunaan Obat
Merokok, mengonsumsi banyak alkohol, dan penggunaan obat-obatan
terlarang menjadi faktor resiko hipertensi, dalam rokok terdapat nikotin yang
menjadi penyebab kenaikan darah secara langsung. (Permatasari, 2019).
c. Stressgit
Stress dapat meningkatkan resistensi vaskuler perifer dan curah jantung
dan menstimulasi aktivitas system saraf simpatik yang menjadi penyebab
hipertensi. (Permatasari, 2019).
d. Asupan Mineral
Sebanyak 40% seseorang yang terserang tekanan darah tinggi disebabkan
oleh berlebihnya garam didalam tubuh sehingga menyebabkan pelepasan
hormone natriuretik yang berlebihan dan menstimulasi mekanisme vasopresor
didalam saraf pusat (SSP) hingga mengakibatkan hipertensi. (Permatasari,
2019).
2.2.4 Komplikasi Hipertensi
Hubungan antara peningkatan tekanan darah dan risiko PCV sedang
berlangsung, konsisten dan tidak bergantung pada faktor risiko lainnya. Dalam
jangka panjang, jika hipertensi tidak terus menerus berada dalam kisaran normotensi
target, maka pasti akan merusak organ terkait (TOD). (Setiati; dkk, 2015).
Penyakit kardiovaskular, terutama hipertensi, masih menjadi penyebab
kematian utama di dunia. Risiko komplikasi ini tidak hanya bergantung pada
peningkatan tekanan darah yang terus-menerus tetapi juga pada usia pasien.
Peningkatan tekanan darah secara bertahap juga akan mengganggu fungsi ginjal,
seperti terlihat pada hasil meta analisis Bakris. Semakin tinggi tekanan darah,
semakin rendah laju filtrasi glomerulus, yang pada akhirnya menyebabkan penyakit
ginjal stadium akhir. Karena tekanan darah tinggi adalah faktor risiko independen
yang kuat untuk kerusakan ginjal yang menyebabkan penyakit ginjal tahap akhir
(PGTA), cobalah menjaga tekanan darah Anda dalam 120/80 mmHg untuk
mencegahnya berkembang menjadi PGTA. (Setiati; dkk, 2015).
11
2.2.5 Pencegahan Hipertensi
Diketahui bahwa pra hipertensi bukanlah penyakit, tidak diindikasikan untuk
diobati dengan obat-obatan farmasi, karena diketahui bahwa non hipertensi bukan
merupakan target pengobatan hipertensi, tetapi populasi pra hipertensi merupakan
kelompok penyakit kardiovaskuler resiko tinggi. Insiden pra-hipertensi pada
populasi A.S. adalah sekitar 31%, menurut NHANES 1999-2000. Diperkirakan
populasi prahipertensi ini pada akhirnya akan berkembang menjadi hipertensi
persisten, sehingga perubahan gaya hidup segera (perubahan gaya hidup) harus
direkomendasikan agar tidak berlanjut menjadi PTK pada populasi ini. (Setiati; dkk,
2015).
Studi TROPHY menunjukkan bahwa pengobatan pra-hipertensi dengan
candesartan mengurangi hipertensi tingkat 1 hingga 66% setelah dua tahun. Dua
tahun setelah penghentian obat, risiko hipertensi level 1 menurun 15,68%. Namun,
belum diuji apakah cukup ekonomis menggunakan candesartan sebelum hipertensi.
Whelton memberikan strategi pencegahan hipertensi berikut, yaitu dengan mencoba
membuat model kurva distribusi hipertensi sebelum intervensi berpindah ke kurva
normo-tegangan kiri. Cara pengobatan yang lebih agresif secara individu atau
kelompok disebut hipertensi risiko tinggi (tekanan darah tinggi, riwayat keluarga
hipertensi, kelompok risiko tinggi, paparan lingkungan yang meningkatkan
kemungkinan hipertensi: obesitas, diet tinggi garam, alkohol, ketidakaktifan fisik).
Penurunan tekanan diastolik sebesar 2 mmHg sejak awal dapat menurunkan risiko
prevalensi hipertensi sebesar 17%, kejadian stroke sebesar 14%, dan risiko penyakit
jantung koroner sebesar 6% (Setiati; dkk, 2015).

2.3. Tinjauan Auhan Kebidanan pada Menopause


2.3.1 Data Subjektif
1. Biodata
- Nama
Untuk mengenal dan mengetahui pasien, nama harus jelas dan lengkap
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Ambarwati, 2011).
- Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari
20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum
siap.Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali terhadap gangguan
12
sistem reproduksi. Usia klien merupakan faktor paling penting dalam
evaluasi.Agama
Untuk mengatahui agama yang dianut sehingga memudahkan untuk
memberikan asuhan jika berkaitan dengan agama tertentu.
- Suku/bangsa
Untuk mengetahui adat istiadat sehingga mempermudah dalam
melaksanakan tindakan kebidanan serta mengidentifikasi apakah terdapat
budaya yang mempengaruhi.
- Pendidikan
Untuk memudahkan memperoleh keterangan atau dalam memberikan
informasi dan edukasi.
- Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
- No telepon
Ditanyakan untuk mempermudah jika ada informasi yang terlewat.
2. Keluhan
Klien harus didorong untuk mengekspresikan tujuan dari kunjungannya dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Pertanyaan- pertanyaan terbuka yang terkait
dengan keluhan tersebut dapat membantu mengklarifikasi rincian keluhan
tersebut (Norwitz, 2008).
3. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir, uraian haid terakhir dan
pengalaman haid sebelumnya (Sulistyawati, 2011). Kalender menstruasi akan
bermanfaat dalam menentukan jumlah, frekuensi, dan durasi perdarahan secara
akurat (Norwitz, 2008).
4. Riwayat Obstetric
Dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan
yang aterm, persalinan yang premature, keguguran atau kegagalan kehamilan,
persalinan dengan tindakan (dengan forceps, atau dengan SC), riwayat
perdarahan pada kehamilan, persalinan atau nifas sebelumnya, hipertensi
disebabkan kehamilan pada kehamilan sebelumnya, berat badan bayi
sebelumnya < 2500 atau > 4000 kg, serta masalah – masalah lain. Semakin
sering seorang ibu hamil dan melahirkan maka akan semakin tua atau semakin

13
lama mereka memasuki masa menopause. Selain itu semakin tua seseorang
melahirkan anak, semakin tua ia mulai memasuki usia menopause.
5. Riwayat KB dan Penggunaan Obat Hormonal
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi apa yang pernah dipakai dan berapa
lama memakai alat kontrasepsi, dan adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi.
6. Riwayat Kesehatan
Untuk mentahui apakah klien tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti
diabetes, asama, hipertensi dan tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti
HIV, TBC, Hepatitis.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mentahui apakah keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit menurun
seperti diabetes, asama, hipertensi dan tidak memiliki riwayat penyakit menular
seperti HIV, TBC, Hepatitis.
8. Riwayat Kesehatan Mulut
Untuk mengetahui kondisi mulut klien dan penggunaan gigi palsu.
9. Riwayat Pernikahan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama ibu menikah, dengan suami
sekarang merupakan istri yang ke berapa serta untuk mengetahui usia
perkawinan.
10. Riwayat Ekonomi
Untuk mengetahui penunjang ekonomi klien.
11. Pola Aktivitas Sehari-hari
 Pola Nutrisi
Untuk mengetahui status gizi klien apakah mengalami perubahan, frekuensi
makan, jenis makanan, kualitas dan kuantitas makanan, serta berapa banyak
ibu minum dalam satu hari.
 Pola Eliminasi
Untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK klien apakah ada perubahan
atau tidak. BAB meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau, serta
kebiasaan BAK meliputi frekuensi, warna, dan jumlah. Pada pola eliminasi
terjadi perubahan pada ginjal, terjadi penurunan aliran darah ke ginjal yang
menimbulkan perfusi dan filtrasi ginjal menurun yang menimbulkan
oliguria sehingga menimbulkan proteinuria.
14
 Pola Istirahat
Dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur klien, berapa lama
kebiasaan tidur siang dan tidur malam.
 Personal Hygiene
Untuk mengetahui pola hygiene klien, misalnya berapa kali ganti pakaian
dalam, mandi, gosok gigi dalam sehari, dan keramas dalam satu minggu.
Data ini perlu dikaji karena bagaimanapun juga ini akan mempengaruhi
kesehatan klien.
2.3.2 Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis (Romauli, 2011).
- Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai 140
mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg
(Ambarwati, 2010).
Suhu : Batas normal keadaan suhu badan berkisar antara 36,5 –
37,5 C (Ambarwati,2010).
Nadi : Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas
100x/menit adalah mengindikasikan adanya suatu
infeksi (Ambarwati,2010).
Respirasi : Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,
yaitu sekitar 20–30x/menit (Ambarwati,2010).
Berat Badan : Untuk mengetahui berat tubuh sudah ideal atau tidak
Tinggi Badan : Untuk diketahuinya indeks massa tubuh, yang dihitung
dengan berat badan
IMT : Indeks massa tubuh digunakan untuk menentukan
kategori berat badan dengan membandingkan berat dan
tinggi badan. IMT normalnya 18,50 - 25,0
LILA : Untuk mengetahui stastus gizi klien
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala dan wajah : Sklera putih, konjungtiva merah muda, oedema kelopak
mata, pandangan kabur atau tidak.
Telinga : Cairan, serumen.
15
Hidung : Fungsi penciuman, polip
Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak pucat, tidak ada karies gigi,
gusi berdarah.
Leher : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar thyroid,
ada benjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe
atau tidak.
Dada : Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak,
ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak.
Abdomen : Untuk mengetahui kedaan disekitar perut apakah ada bekas
luka operasi.
Punggung : Untuk mengetahui adanya kelainan punghung seperti
lodorsis, kifosis dan skoliosis.
Genetalia : Untuk mengetahui apakah klien mengalami keputihan
abnormal, ada luka atau lecet, bengkak pada pangkal paha,
adanya vegetasi, kondiloma, jengger ayam, gatal/rasa
terbakar.
Ekstremitas
 Ekstremitas Atas : Ada cacat atau tidak, oedema atau tidak
 Ekstremitas Bawah : Ada cacat atau tidak, oedema atau tidak, terdapat
varices atau tidak.
c. Data Penunjang
Pengukuran konsentrasi hemoglobin merupakan indikator objektif mengenai
kuantitas dan durasi hilangnya darah selama menstruasi.
2.3.3 Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar datadata
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktik dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. Contoh : Ny…
Usia… wanita menopause dengan masalah….
1) Data Subjektif
Pernyataan remaja tentang keluhan, riwayat mesntruasi, dan usia remaja.
16
2) Data Objektif
Hasil pemeriksaan keadaan umum, anogenital dan pemeriksaan penunjang
(Ambarwati, 2010).
b. Masalah
Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada
respon remaja terhadap keadaannya. Masalah ini terjadi belum termasuk dalam
rumusan diagnosa yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhkan penanganan
bidan, maka masalah dirumuskan setelah diagnosa. Permasalahan yang muncul
merupakan pernyataan dari klien, ditunjang dengan data dasar baik subjektif
maupun objekif.
c. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data. Pada
kasus gangguan reproduksi klien membutuhkan konseling tentang keadaannya
dan nutrisi yang adekuat
2.3.4 Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi.
Pada masalah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial, berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhan antisipansi, pencegahan, bila
memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-
benar terjadi.
2.3.5 Tindakan Segera
Setelah merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi
diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan
tindakan emergensi yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi,
secara mandiri, kolaborasi atau rujuka n berdasarkan kondisi klien.
2.3.6 Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di
antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
dilihat dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga
berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang
akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010).

17
2.3.7 Penatalaksanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah kelima harus
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan
dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang
efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
2.3.8 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam
masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut
lebih efektif sedang sebagian belum efektif (Ambarwati, 2010).

18
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 15 November 2023
Pukul : 09.45 WIB
Oleh : Afif Fironika
Tempat : Puskesmas Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto

3.1.1 Data Subyektif


1. Biodata Istri Suami
Nama pasien : Ny. T Tn. M
Umur : 57 tahun 57 tahun
Pendidikan terakhir : SMA SMK
Agama : Islam Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia Jawa / Indonesia
Pekerjaan : IRT Jasa swasta
Alamat : Mojokerto Mojokerto
Nomor Telepon : 0892xxxxxxxx 0857xxxxxxxxx
2. Keluhan Utama
Ny. T mengeluh lutut kanan sering terasa nyeri, terkadang susah untuk tidur, pusing, dan
mata berkunang-kunang.
3. Riwayat Menstruasi
a. Usia menarche : 12 tahun
b. Siklus menstruasi : 28 hari
c. Terakhir menstruasi : Saat berusia 50 tahun (tahun 2018)
4. Riwayat Obstetri
Anak Usia Penolong Jenis Penyu L/ BB/ Hidup/ ASI KB
ke- Kehamilan Persalinan Persalin lit P PB Mati
an
1 39 mgg Dokter SC Letak P 2800 Hidup ASI -
Sungs gr / 32 th
ang 49
cm
2 39 mgg Bidan Pervagi - L 3000 Hidup ASI -
nam gr / 28 th
48
cm

19
5. Riwayat KB dan Penggunaan Obat Hormonal
Klien tidak pernah menggunakan KB jenis apapun.
6. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan tidak sedang menderita gejala yang
mengarah pada penyakit menular seperti hepatitis, HIV/AIDS, PMS, dan TBC.
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mempunyai riwayat penyakit menurun yaitu hipertensi (Bapak dari Ny. “T”)
naum tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti hepatitis, HIV/AIDS, PMS, dan
TBC.
7. Riwayat Penggunaan Obat
Ibu rutin mengkonsumsi obat hipertensi Amlodipine 5 mg sejak usia 50 tahun.
8. Riwayat Operasi Gonekologi
Ibu pernah melakukan operasi SC sebelumnya.
9. Aktivitas Sehari-hari
a. Bekerja Aktif
Ibu tidak bekerja hanya melakukan pekerjaan rumah tangga dan rutin mengikuti
pengajian di masjid, arisan, dan terkadang mengikuti posyandu lansia.
b. Aktivitas Olahraga
Terkadang melakukan olahraga ringan seperti jalan kaki setiap pagi sekitar 20 menit.
c. Aktivitas Seksual Aktif
Melakukan hubungan seksual 1 minggu sekali.
d. Pola Makan
Makan sehari 3x dengan komposisi nasi, lauk pauk, sayur, dan buah. Minum air mineral
± 1500 ml/hari, dan terkadang ibu meminum kopi hitam.
e. Pola Istirahat
Tidur siang : Ibu tidak pernah tidur siang.
Tidur malam : ± 3-4 jam/hari.
f. Pola Eliminasi
Frekuensi BAK : 3-4x/hari, berwarna kuning jernih, bau khas, konsistensi
cair.
Frekuensi BAB : 1-2x/hari. Berwarna kuning kecoklatan, bau khas,
konsistensi lembek.
g. Personal Hygiene
Mandi : 2-3x/hari.
Ganti celana dalam : Mengganti pakaian termasuk celana dalam 2x/hari,
tidak mengalami masalah pada daerah kemaluan.

20
3.1.2 Data Obyektif
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 150/80 mmHg
 Suhu : 36,6 ºC
 Nadi : 80 x/menit
 Respirasi : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Antropometri
 Berat Badan : 65 kg
 Tinggi Badan : 150 kg
 IMT : 28,9 kg/m2 (gemuk)
 LILA : 27 cm (NON KEK)
3. Pemeriksaan Fisik
Kepala dan wajah : Bentuk kepala normal, tidak ada benjolan, wajah tidak pucat.
Mata : Konjungtiva merah muda dan sklera putih.
Telinga : Tidak ditemukan adanya cairan atau serumen.
Hidung : Fungsi penciuman baik dan tidak ada polip.
Mulut : Bibir lembab, tidak ada karies gigi, tidak ada pembengkakan
gusi, tidak terdapat bercak putih/jamur.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada
pembesaran limfe.
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, pernapasan teratur
Abdomen : Tidak teraba massa abnormal.
Punggung : Tidak ada kelainan skoliosis, kifosis maupun Lordosis.
Ekstremitas
a. Atas : Tidak ada bengkak, tidak ada kelainan.
b. Bawah : Tidak ada bengkak, tidak ada kelainan.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
GDA : 100 mg/dL
Kolesterol : 142 mg/dL
Asam Urat : 4,7 mg/dL
b. Kuesioner GDS (Geriatric Depression Scale)
Didapatkan skor 4 yang berarti tidak terdapat gangguan depresi.

21
c. MRS (Menopause Rating Scale)
Didapatkan skor 7 yang menandakan gejala menopause yang dialami dalam
kategori ringan
d. ADL (Activity Daily Living)
Total skor yang diapatkan yaitu 20 yang menandakan klien mandiri tidak
bergantung dengan orang.

3.2 Analisa
P2002 usia 57 tahun menopause dengan hipertensi.
3.3 Penatalaksanaan
Tanggal : 15 November 2023
Pukul : 09.45 WIB
Oleh : Afif Fironika
Tempat : Puskesmas Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto
TTD
No Tanggal Penatalaksanaan
Pelaksana
1 15 Nov 2023 1. Menjalin komunikasi interpersonal.
e/ Ibu kooperatif dan mengetahui maksud
serta tujuan dari pengkajiaan yang dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan
antropometri. TD: 150/80 mmHg, S: 36,6ºC,
N: 80 x/menit, HR: 20 x/menit. BB: 65 kg,
TB: 150 cm, LILA: 27 cm
e/ Ibu mengetahui keadaannya.
3. Menganjurkan ibu untuk mengurangi
makanan yang dapat memicu tekanan darah
menjadi tinggi.
e/ Ibu bersedia melakukan saran yang
diberikan oleh bidan.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan terapi
non farmakologis aplikasi panas dingin
dengan cara mandi air hangat, kompres panas
atau dingin dan mandi dengan berendam air

22
hangat atau dingin untuk mengatasi rasa nyeri
pada lutut.
e/ Ibu bersedia melakukan saran yang
diberikan oleh bidan.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan istirahat
yang cukup.
e/ Ibu bersedia melakukan saran yang
diberikan oleh bidan.
6. Menganjurkan ibu untuk rutin meminum obat
hipertensi yang telah diberikan oleh dokter
agar tekanan darah tidak tinggi.
e/ Ibu bersedia melakukan saran yang
diberikan oleh bidan.
7. Menganjurkan ibu untuk rutin mengikuti
kegiatan posyandu lansia.
e/ Ibu bersedia melakukan saran yang
diberikan oleh bidan.
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter di poli
umum untuk pemeriksaan pada lutut.
e/ Klien bersedia melakukan pemeriksaan di
poli umum.
9. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian vitamin tulang.
e/ Ibu bersedia untuk meminum vitamin yang
telah diberikan oleh dokter.
10. Menjadwalkan kunjungan ulang pada 18
November 2023.
e/ Ibu bersedia melakukan pertemuan
selanjutnya.

23
3.4 Catatan Perkembangan
Pertemuan Ke-2
Tanggal Pengkajian : 18 November 2023
Pukul : 15.00 WIB
Tempat : Rumah Klien
Oleh : Afif Fironika
S : Ibu mengatakan masih pusing, mata berkurang-kunang, dan susah tidur.
O : TD : 140/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Respirasi : 21x/menit
Suhu : 36,7°C
A : P2002 usia 57 tahun menopause dengan hipertensi.
P :
TTD
No Tanggal Penatalaksanaan
Pelaksana
1 18 Nov 2023 1. Menjalin komunikasi interpersonal.
e/ Ibu kooperatif dan mengetahui maksud
serta tujuan dari pengkajiaan yang dilakukan.
2. Memberitahu dan menjelaskan kepada ibu
terkait hasil pemeriksaan TTV yaitu TD ibu
masih tinggi.
e/ Ibu mengetahui keadaannya.
3. Mengevaluasi apakah ibu sudah mengurangi
makanan yang dapat memicu tekanan darah
menjadi tinggi.
e/ Ibu mengatakan sudah mengikuti anjuran
dengan mengurangi makanan asin dan
mengurangi meminum kopi untuk
menghindari tekanan darah menjadi tinggi.
4. Mengevaluasi apakah ibu sudah melakukan
anjuran untuk istirahat yang cukup.
e/ Ibu sudah melakukan anjuran yang telah
diberikan.

24
5. Mengevaluasi apakah ibu rutin untuk
meminum obat darah tinggi.
e/ Ibu sudah rutin untuk meminum obat darah
tinggi.
6. Melakukan penilaian kemandirian atau ADL
(Activity Daily Living) dan menjelaskan
hasilnya kepada ibu jika klien memiliki skor
20 yang menandakan klien mandiri tidak
bergantung dengan orang.
e/ Ibu mengerti dari hasil penilaian
kemandirian.
7. Melakukan pemeriksaan dengan
menggunakan kuesioner MRS (Menopause
Rating Scale), didapatkan skor 7 yang
menandakan gejala menopause yang dialami
dalam kategori ringan.
e/ Ibu mengerti dari hasil penilaian gejala
menopause yang dialaminya.
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan olahraga
ringan seperti berjalan, senam aerobic ringan,
dan melakukan pekerjaan rumah tangga.
e/ Ibu bersedia melakukan saran yang
diberikan oleh bidan.
9. Menganjurkan ibu untuk meminum susu yang
mengandung kalsium untuk mencegah
teradinya osteoporosis ± 2 gelas/hari.
e/ Ibu bersedia melakukan saran yang
diberikan oleh bidan.
10. Menjadwalkan kunjungan ulang pada 19
November 2023.
e/ Klien bersedia melakukan pertemuan
selanjutnya.

25
Pertemuan Ke-3
Tanggal Pengkajian : 19 November 2023
Pukul : 17.00 WIB
Tempat : Rumah Klien
Oleh : Afif Fironika

S : Ibu mengatakan pusing sudah berkurang, mata sudah tidak berkunang-kunang,


dan mulai bisa tidur.
O : TD : 135/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,6°C
A : P2002 usia 57 tahun menopause dengan hipertensi.
P :
TTD
No Tanggal Penatalaksanaan
Pelaksana
1 19 Nov 2023 1. Menjalin komunikasi interpersonal.
e/ Ibu kooperatif dan mengetahui maksud
serta tujuan dari pengkajiaan yang dilakukan.
2. Memberitahu dan menjelaskan kepada ibu
terkait hasil pemeriksaan TTV yaitu TD ibu
sudah sedikit menurun.
e/ Ibu mengetahui keadaannya.
3. Mengevaluasi apakah ibu sudah melakukan
anjuran untuk melakukan olahraga ringan.
e/ Ibu mengatakan telah mengikuti anjuran
untuk berolahraga.
4. Mengevaluasi apakah ibu sudah
mengkonsumsi susu yang mengandung
kalsium untuk mencegah terjadinya
osteoporosis.
e/ Ibu mengatakan belum meminum susu
yang dianjurkan.

26
5. Melakukan pemeriksaan dengan
menggunakan kuesioner GDS (Geriatric
Depression Scale), didapatkan skor 5 yang
menandakan tidak terdapat gangguan depresi.
e/ Ibu mengerti dari hasil penilaian yang telah
dilakukan.
6. Memberi KIE mengenai pendidikan
kesehatan tentang perubahan fisik dan
psikologi lansia saat memasuki masa
menopause.
e/ Ibu memahami dan mampu mengulang
kembali penjelasan yang telah diberikan oleh
bidan.
7. Menjadwalkan kunjungan ulang pada 23
November 2023.
e/ Ibu bersedia melakukan pertemuan
selanjutnya.

Pertemuan Ke-4
Tanggal Pengkajian : 23 November 2023
Pukul : 15.00 WIB
Tempat : Rumah Klien
Oleh : Afif Fironika

S : Ibu mengatakan sudah tidak pusing, mata sudah tidak berkunang-kunang, dan
mulai bisa tidur dengan nyenyak.
O : TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,7°C
A : P2002 usia 57 tahun menopause dengan hipertensi.
P :

27
TTD
No Tanggal Penatalaksanaan
Pelaksana
1 23 Nov 2023 1. Menjalin komunikasi interpersonal.
e/ Ibu kooperatif dan mengetahui maksud serta
tujuan dari pengkajiaan yang dilakukan.
2. Memberitahu dan menjelaskan kepada ibu terkait
hasil pemeriksaan TTV yaitu TD ibu sudah
membaik.
e/ Ibu mengetahui keadaannya dan senang
mendengarnya.
3. Mengevaluasi apakah ibu sudah mengkonsumsi
susu yang mengandung kalsium untuk mencegah
terjadinya osteoporosis.
e/ Ibu mengatakan sudah meminum susu yang
telah dianjurkan.
4. Memberikan health eduaction mengenai penyakit
degenerative. Penyakit degenerative adalah istilah
medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang
muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh
yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk.
Contoh penyakit degenerative adalah diabetes
melitus, stroke, jantung koroner, kardiovaskular,
obesitas, dislipidemia, hipertensi, penyakit
jantung, asam urat dan sebagainya.
e/ Ibu mengerti dan memahami yang dimaksud
dengan penyakit degeneratif.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan
olahraga, mengkonsumsi makanan sehat, serta
mengkonsumsi vitamin.
e/ Ibu bersedia mengikuti saran yang telah
diberikan oleh bidan.
6. Menganjurkan ibu datang ke Puskesmas jika
mengalami keluhan.
e/ Ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan
oleh bidan.

28
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada pengkajian data subjektif didapatkan Ny “T” umur 57 tahun, dengan keluhan lutut
kanan terasa nyeri, pusing, susah untuk tidur, dan mata berkunang-kunang. Selain itu, Ny “T” juga
mempunyai penyakit hipertensi. Menurut Widjayanti dan Yethi (2020) mengemukakan bahwa
hormon estrogen sangat berperan dalam mempertahankan keseimbangan kerja osteoblast
(pembentukan tulang) dan osteoklast (penyerapan tulang). Estrogen akan berikatan dengan
reseptor estrogen pada osteoblast yang secara langsung memodulasi aktivitas osteoblastik dan
secara tidak langsung mengatur pembentukan osteoklast yang bertujuan menghambat resorpsi
tulang sehingga apabila kadar estrogen turun maka tidak ada yang menghambat resorpsi tulang
yang mengakibatkan gangguan pada proses tulang tersebut yang kemudian menyebabkan
pengeroposan tulang sehingga timbul rasa tidak nyaman pada tulang dan persendian. Berdasarkan
hasil penelitian Ardiani et al. dalam Estin dan Nunik (2020) didapatkan usia wanita >61 tahun,
memiliki risiko 2,7 kali lebih besar untuk mengalami
hipertensi jika dibandingkan dengan wanita usia 40-50 tahun. Hal ini diakibatkan karena berbagai
perubahan fisiologis terjadi bagi wanita yang berusia lanjut, salah satunya adalah terjadi penebalan
dinding arteri akibat penumpukan kolagen di dalam lapisan otot. Selain itu pada wanita usia lanjut
juga bisa mengakibatkan kekakuan pembuluh darah, yang dapat menghambat sirkulasi dalam
pembuluh darah. Pada sistem renal juga mengalami perubahan saat seorang wanita berusia lanjut,
akibat adanya peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik serta menurunnya laju filtrasi
glomerulus. Penelitian lainnya yang sejalan dengan hasil di atas adalah hasil penelitian Zilberman
et al. dalam Estin dan Nunik (2020) yang menyatakan bahawa semakin bertambahnya usia seorang
wanita menopause, akan berisiko untuk mengalami hipertensi, yang diakibatkan karena depresi
dan kecemasan yang sering dialami oleh wanita menopause.
Pengkajian data objektif pada pemeriksaan fisik didapatkan kulit tipis dan kurang elastis,
selain itu pada wajah juga muncul keriput. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
Suparni dan Astutik (2019) penipisan kulit, kulit menebal mencapai puncak pada usia 35-49 tahun
dan kemudian mulai menipis sesuai bertambahnya usia. Sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Nurlina (2021) bahwa kadar estrogen yang rendah juga berpengaruh pada kolagen yang
merupakan bagian dari jaringan penunjang. Hilangnya kolagen menyebabkan kulit kering dan
keriput, rambut rontok, gigi mudah goyang, gusi berdarah, sariawan, kuku rusak, dan rasa nyeri
pada persendian.

29
Pengkajian data objektif pada pemeriksaan tanda – tanda vital didapatkan TD : 150 / 80
mmHg. Menurut Slamet Suyono (2018) manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah
meningkatnya tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing atau migrain, rasa
berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang- kunang, lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh
rendah.
Pengkajian data objektif pada pemeriksaan antropometri didapatkan IMT : 23,1 kg/m2
yang dimana termasuk kedalam kategori gemuk. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh
Widjayanti dan Yethi (2020) bahwa sebanyak 29% wanita pada masa menopause mengalami
kenaikan berat badan dan 20% diantaranya memperlihatkan kenaikan yang mencolok. Hal ini
disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak.
Selain itu juga disebabkan oleh kurangnya aktivitas wanita pada usia menopause.
Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan analisa Ny “T” P2A0 usia
57 tahun menopause dengan hipertensi.
Pada penatalaksanaan disesuaikan dengan penatalaksanaan yang ditentukan oleh
Kepmenkes RI No 229/MENKES/SK/II/2010, dan ditambahkan beberapa pendidikan kesehatan
seperti Perilaku Hidup Sehat dan tentang penyakit degeneratif yang sering terjadi pada masa
menopause.

30
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hasil pengkajian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa:
1. Ny. “T” berada pada masa menopause.
2. Tanda dan gejala menopause yang mulai muncul diantaranya penambahan berat badan
serta gangguan tulang dan persendian.
3. Masalah yang muncul pada masa menopause ini diantaranya perubahan pada kulit dan
mulai muncul penyakit degeneratif seperti hipertensi.
4. Pendidikan kesehatan yang telah diberikan dapat diterima baik oleh klien.

5.2 Saran
1. Bagi Klien
Diharapkan dapat meningkatkan perilaku hidup sehat dengan mengkonsumsi
makanan dengan gizi seimbang, rutin beraktifitas fisik, dan lebih meningkatkan
pengetahuan mengenai menopause yang telah digunakan melalui media informasi yang
tersedia dan menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit degenerative serta tetap
melakukan anjuran yang telah dianjurkan pengkaji.
2. Bagi Penyusun
Diharapkan penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh serta menambah
wawasan dan pengalaman dalam asuhan kebidanan pada menopause.
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan bagi lahan praktik agar mempertahankan dan meningkatkan pelayanan
sesuai dengan standar komprehensif.

31
LAMPIRAN

32
DAFTAR PUSTAKA

Brizendine. (2020). The Female Brain. Jakarta : Ufuk Press


Estin dan Nunik. (2020). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Wanita
Menopause di Desa Kayen Kidul Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri. ISSN 2548-
2246 (online). ISSN 2442-9139 (print)
Ika. (2020). Hubungan kecemasan dan tipe kepribadian introvert dengan dyspepsia fungsional.
Primary Care Companion Journal Clin Psychiatry 2010.
Mayo Clinic. (2019). Perimenopause.
https://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/perimenopause/symptomscauses/syc-
20354666, diakses 10 November 2020 pukul 20.00
O'Sullivan, Susan :Schmitz, Thomas. (2007). Physical Rehabilitation (Fifth Ed). Philadelphia:
FA.Davis Company. Pane, D.C Merry. (2020). Faringitis.
https://www.alodokter.com/faringitis, diakses 05 November 2022 pukul 05.00
Riyadina, W. (2019). Hipertensi Pada Wanita Menopause. Jakarta: LIPI Press. Salim, Amanda
Rosa. (2019). (Un)Complicated Perimenopause. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Satrio, dkk. (2021). Literature Review : Hubungan Hipertensi Pada Wanita Menopause Dan Usia
Lanjut Terhadap Kualitas Hidup. Volume 4 no 2.
Sukarmin. (2019). Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Suparni,
I.E dan Astutik, R.Y. (2019). Menopause Masalah dan Penanganannya. Yogyakarta :
Deepublish
Sulistyawati. (2018). Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika Web
MD. (2019). Perimenopause.
https://www.webmd.com/menopause/guide/guideperimenopause#1, diakses 05 November
2022 pukul 20.00
Willy, Tjin. (2019). Perimenopause. https://www.alodokter.com/perimenopause,diakses 10
November 2020 pukul 20.00 49 LAMPIRAN Lampiran 1 FORM INFORM CONSEN

Anda mungkin juga menyukai