Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Pendidikan Profesi Bidan


di UPT. BLUD Puskesmas Kotaraja
Tahun 2023/2024

Oleh

1. SITI SOFIA MARIANA


2. HARIANI
3. BAIQ MILA ASRI
4. SARI ROSIDI
5. NURHALIMAH
6. IRMA WIJAYANTI
7. ERNA BUDIANTI
8. LAILY HIDAYATI
9. SITI RABIATUN ADAWIYAH
10. DINI HARDIANTI
11. SEPTIKA LESTARI

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
202 3

i
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan pada Nn “H” dan Tn “S”

di Ruang ANC UPT BLUD Puskesmas Kotaraja

Disetujui di,…………………………………………….2023

Mahasiswa

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( Baiq Disnalia Siswari, S.ST.M.Kes. ) ( Sri Primawati, S.Keb. )


NIDN. 0819128903 NIP. 19750108 199302 2 002

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini


Nama Kelompok : UPT BLUD Puskesmas Kotaraja
Program Studi : Profesi Bidan STIKes Hamzar Lombok Timur

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan komprehensif yang saya


tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa laporan ini adalah hasil
plagiarism/ jiplakan atau mengcopy hasil orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai aturan yang sudah di tentukan dalam buku pedoman atas
perbuatan tersebut.

Lombok Timur, …. September 2023


Mahasiswa

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. Wb
Segala puji hanya bagi Allah SWT atas petunjuk dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan kebidanan pranikah
sebagai satu persyaratan untuk memenuhi tugas profesi pada stase pranikah dan
prakonsepsi diwilayah kerja Puskesmas Kotaraja.
Pada penulisan makalah ini , penulis mengucapkan terima kasih kepada.
1. Meidinaam Insya, S.Kep selaku Kepala UPT BLUD Puskesmas Kotaraja
2. Sri Primawati, S.Keb, selaku pembimbing Klinik di UPT BLUD Puskesmas
Kotaraja
3. Baiq Disnalia Siswari , S.ST.M.Kes. selaku Pembimbing Akademik di UPT
BLUD Puskesmas Kotaraja
4. Baiq isriani Susanti, SST., selaku Bidan Koordinator.
5. Eka Nurwahyuningtyas Saputri, S.Keb.Bd., selaku Pemegang Program Remaja
6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun
Akhirnya, semoga makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita
khususnya mengenai skrining pranikah dan prakonsepsi, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi siapaun yang membaca makalah ini
Akhir kata, wassalamu’alaikum wr. Wb.

Lombok Timur, September 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ......................................................iii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Tujuan .................................................................................................4
C. Manfaat ...............................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pranikah dan Prakonsepsi....................................................................6
B. KEK.....................................................................................................25
C. Anemia ...............................................................................................32
D. Dismenorhoe .......................................................................................43
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ...........................................................................................50
B. Interpretasi Data Dasar .......................................................................55
C. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial ....................................55
D. Identifikasi Kebutuhan Segera, Kolaborasi dan Rujukan ...................55
E. Intervensi ............................................................................................56
F. Implementasi .......................................................................................57
G. Evaluasi ...............................................................................................58
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................60
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................63
B. Saran ...................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Calon pengantin yang akan menikah adalah cikal bakal terbentuknya
sebuah keluarga, sehingga sebelum menikah calon pengantin perlu
mempersiapkan kondisi kesehatannya. Hal ini bertujuan supaya Wanita dapat
menjalani kehamilan dan persalinan dengan baik. Sehingga, dapat melahirkan
generasi penerus yang sehat, menciptakan keluarga yang sejahtera dan
berkualitas. Oleh karena itu, kehamilan pertama merupakan fase dalam siklus
reproduksi perempuan yang harus dipersiapkan sebaik mungkin oleh calon
pengantin (Eka dkk, 2021).
Kehamilan merupakan suatu keadaan yang istimewa bagi seorang
wanita sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi
perubahan fisik yang mepengaruhi kehidupannya. Pola makan dan gaya
hidup sehat dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim ibu. Dari ibu yang sehat dan dengan bayi yang dikandung juga sehat
adalah keindahan dan kenyamanan tersendiri untuk banyak orang terutama
untuk sang ibu. Salah satu pemeliharaan adalah dengan memperhatikan
kecukupan makanan, gizi atau hal yang sangat diperlukan oleh sang ibu
karena kebanyakan kualitas atau mutu anak dalam kandungan ibu ditentukan
oleh mutu makanan yang dikonsumsi. Maka dari itu alangkah baiknya jika
kebutuhan gizi lebih diperhatikan demi bayi dan ibu yang sehat (Irianto,
2017).
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh
karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan.
Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif
pada kondisi janin dan adaptasi fisik, serta psikologis ibu pada kehamilan
menjadi lebih baik. Pengaturan gizi yang baik juga sangat berperan dalam
proses pembentukan sperma dan sel telur yang sehat. Status gizi yang baik
dapat mencegah masalah gizi pada saat kehamilan seperti anemia, KEK,
pencegahan infeksi dan komplikasi kehamilan (Oktaria dan Juli, 2016).

1
Berdasarkan data WHO 4 dari 10 wanita mengalami kehamilan yang
tidak direncanakan, akibatnya Wanita dan pasangannya terlambat
mendapatkan intervensi Kesehatan esensial saat kehamilan hingga 40%.
Untuk itu perlu dilakukan persiapan dengan melakukan pemeriksaan
Kesehatan pranikah yang dilakukan oleh calon pengantin laki -laki dan calon
pengantin Wanita untuk mendeteksi dan memastikan status kesehatan calon
pengantin
Menurut Kemenkes RI (2022), terdapat 1,7 juta calon pengantin (Catin
yang tercatat di Indonesia sepanjang 2022, menurut laporan Statistik
Indonesia. Jumlah ini menurun 2,1% dibandingkan 2021 sebanyak 1,74 juta
calon pengantin. Adapun angka calon pengantin nasional pada tahun 2022
terendah dalam satu dekade terakhir (Kemenkes RI, 2022).
Sementara di Provinsi NTB jumlah Calon Pengantin (Catin) tahun 2022
terdapat sebanyak 1.870 calon pengantin yang mengajukan dispensasi nikah
(Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2022).
Kemudian berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kotaraja
jumlah calon pengantin terdapat sebanyak 147 orang yang terdiri dari Desa
Kotaraja sebanyak 60 orang, Desa Loyok sebanyak 25 orang, Desa Gelora
sebanyak 10 orang, Desa Tetebatu Selatan sebanyak 19 orang, Desa Tetebatu
sebanyak 20 orang, Desa Kembang Kuning sebanyak 5 orang dan Desa Jeruk
Manis sebanyak 7 orang (Puskesmas Kotaraja, 2023).
Masa pranikah dikaitkan dengan masa prakonsepsi karena setelah
menikah wanita akan menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi
merupakan masa sebelum kehamilan. Wanita usia subur (WUS) sebagai
calon ibu merupakan kelompok rawan yang harus diperhatikan status
kesehatannya, terutama status gizinya. Kualitas seorang generasi penerus
ditentukan oleh kondisi ibunya dari sebelum hamil dan selama kehamilan.
Wanita usia 20 – 35 merupakan usia yang paling tepat dalam mencegah
terjadinya masalah gizi terutama kekurangan energi kronik. Status gizi
prakonsepsi akan mempengaruhi kondisi kehamilan dan kesejahteraan bayi
yang akan lebih baik jika dilakukan sebelum hamil. Syarat gizi sempurna

2
pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat
(Susilowati, dkk. 2016)
Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki remaja. Ciri khas
kedewasaan seorang wanita pada masa remaja dimulai dengan
menstruasi.Menstruasi atau haid adalah situasi pelepasan endometrium dalam
bentuk serpihan dan perdarahan (Manuaba,2009). Umumnya setiap wanita
mengalami gangguan menstruasi, yang memiliki efek negative pada kualitas
kehidupan wanita dan keluarga, salah satunya adalah dismenorhoe.
Dismenorhoe adalah salah satu gangguang ginekologi yang diteliti
penyebab kecemasan dan ketidaknyamanan pada remaja putri. Prevelansi
kejadian di dunia antara 16-91% terjadi pada usia reproduktif, yaitu usia 20
tahun sampai 24 tahun. Sifat nyeri saat menstruasi mulai dari beberapa jam
sebelum menstruasi dan beberapa jam setelah menstruasi berlangsung, dan
nyeri pada seseorang yang mengalami dismenorhoe primer paling terasa pada
hari ke 2 dan ke 3. Nyeri yang dirasakan pada hari pertama dan kedua
menstruasi atau pada hari pertama pada 24-36 jam pertama , hal itu
disebabkan produksi prostaglandin yang sangat tinggi (Fleeson, W. 2017).
Dismenorhoe merupakan masalah yang cukup krusal bagi para remaja
perempuan karena dapat menggangu aktivitas (Muluneh, A. A., Nigussie, T.
seyuom, Gebreslasie, K. Z., Anteneh, K. T. & Kassa, Z. Y. 2018).
Dismenorhoe menyebabkan mual, muntah,diare, sakit kepala, lemas dan
nyeri pinggang sehingga dapat menurunkan konsentrasi dalam belajar (Heba
A, Abu Helwa, Areen A, Miraeb. 2018).
Nyeri saat haid dapat menggangu aktivitas sosial karena saat
mengalami nyeri, penderita cendrung diam bahkan tidak ingin berintraksi
dengan orang lain, atau justru cendrung lebih emosi (Unsal, Alaettin, dkk.
2011). Dari penelitian di Egypt, tingkat prevalansi kejadian dismenorhoe
adalah 95%. Dismenorhoe adalah gangguan menstruasi yang paling umum
93%, diikuti PMS 65% dan siklus normal 43% (Aziato L, Dedey F. Clegg-
Lamptey JNA). Di Indonesia kejadian dismenorhoe dari derajat ringan
sampai berat mencapai 74,1%, sekitar 50% wanita yang haid mengalami

3
dismenorhoe dan 10% diantaranya mempunyai gejala yang hebat sehingga
memerlukan istirahat di tempat tidur(Abdelmoty, H. I. 2015).
Terdapat beberapa faktor terjadinya dismenorhoe, antara lain adalah
kurangnya aktivitas fisik. Dari penelitian Muluneh di Palestina, aktivitas fisik
menjadi salah satu faktor penyebab dismenorhoe dengan AOR=0,39, .
Aktivitas fisik berat dapat mengurangi tingkat dismenorhoe dengan
meningkatkan sekresi endoprin, hal ini menjadi analgesic non spesifik pada
perempuan dengan dismenorhoe primer (Abbaspour M, Rostami M, Najjar
Sh. 2016).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pranikah dan
prakonsepsi untuk melakukan deteksi dini dan kolaborasi interpersonal
pada kasus dismenorhoe.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian kebidanan pada pasien kasus
dismenorhoe.
b. Mampu menginterpretasi data dasar pada pasien kasus dismenorhoe.
c. Mampu merumuskan diagnosa kebidanan pada pasien kasus
dismenorhoe.
d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan segera, kolaborasi dan rujukan
pada pasien kasus dismenorhoe.
e. Mampu melakukan rencana tindakan kebidanan pada pasien kasus
dismenorhoe.
f. Mampu melakukan implementasi kebidanan pada pasien kasus
dismenorhoe.
g. Mampu melakukan evaluasi kebidanan pada pasien kasus dismenorhoe.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menjadi informasi, menambah wawasan serta referensi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai pelayanan
pranikah.

4
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi
Hasil dari laporan kasus ini dapat dijadikan bahan bacaan dan
sumber referensi di perpustakaan untuk menambah informasi dan
wawasan pembaca.

2. Bagi Puskesmas
Laporan Kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
pranikah dan menambah pengetahuan calon pengantin mengenai
pemeriksaan pranikah.
3. Bagi Profesi Bidan
Laporan pendahuluan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bacaan dan masukan serta inovasi dalam memberikan pelayanan
pranikah sehingga calon pengantin lebih mengerti pentingnya
pemeriksaan pranikah pada calon pengantin.
4. Bagi Penulis
Dengan dilakukannya laporan kasus ini diharapkan dapat
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan dan
mengetahui secara nyata mengenai pelayanan pranikah.
5. Bagi Calon Pengantin
Laporan pendahuluan ini diharapkan dapat dijadikan tambahan
informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan
calon pengantin tentang pentingnya pemeriksaan pranikah.

5
6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pranikah dan Prakonsepsi


1. Pengertian Pranikah dan Prakonsepsi
Menurut BKKBN (2018), perempuan umur produktif (WUS)
merupakan perempuan yang rata–rata berusia 15 sampai 49 tahun baik
yang berstatus kawin ataupun yang belum kawin ataupun janda. Tidak
hanya itu kondisi organ reproduksinya berperan dengan baik antara usia
20–45 tahun.
Prakonsepsi terdiri dari dua kata, yaitu ‘pra’ dan ‘konsepsi’. ‘pra’
berarti sebelum dan ‘konsepsi’ berarti pertemuan sel ovum dengan sperma
sehingga terjadi pembuahan. Dari dua kata terebut prakonsepsi berarti
sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau
sebelum hamil (Winarsih, 2019).
Prakonsepsi merupakan masa saat sebelum terbentuknya kehamilan
ialah pada masa kanak–kanak, anak muda serta berusia. Pada masa ini
calon bunda butuh mempersiapkan diri supaya pada masa kehamilan,
persalinan serta balita yang hendak dilahirkan nantinya dalam kondisi
sehat (Bardonoso, 2015).
Wanita prakonsepsi diasumsikan selaku wanita berusia ataupun
wanita umur produktif yang siap jadi seseorang bunda, dimana kebutuhan
gizi pada masa ini berbeda dengan masak kanak–kanak, anak muda,
maupun lanjut umur. Bagi Almatsier berusia (adult) berasal dari
bahasa latin adulutus yang berarti berkembang jadi kekuatan serta
dimensi yang sempurna ataupun sudah jadi berusia (Rahman, 2017).
Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum hamil atau masa
sebelum terjalinpertemuan sel ovum (sel telur) dengan sperma. Wanita
prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur
yang siap menjadi seorang ibu. Kebutuhan gizi pada masa ini berbeda
dengan masa anak-anak, remaja, ataupun usia lanjut (Dieny, dkk, 2019).
Kesehatan Prakonsepsi baik pada perempuan maupun laki –laki
selama usia reproduktif yakni usia yang masih dapat memiliki

7
keturunan. Tujuan kesehatan prakonsepsi adalah untuk mencapai ibu
dan anak dalam kondisi sehat (Olivia Dandian, 2017)
Demikian dapat di simpulkan bahwa prakonsepsi merupakan masa
dimana belum terjadinya pertemuan sel ovum dan sel sperma, prakonsepsi
masa sebelum terjadinya kehamilan yakni pada anak-anak, remaja,
danwanita dewasa. Masa ini merupakan masa untuk mempersiapkan
ibu untuk masa kehamilan, dimana kebutuhan gizi pada masa ini berbedah
dengan masak kanak –kanak, remaja dan usia lanjut.
2. Karakteristik Periode Pranikah dan Prakonsepsi
Komponen utama pelayanan kesehatan pada wanita usia subur,
dalam rangka menurunkan faktor resiko yang mempengaruhi kehamilan
yang akan datang.
a. Karakteristik Fisiologi
Wanita dilahirkan dengan ovum yang belum matang, sekitar 7
juta ovum yang belum matang dibentuk pada awal perkembangan
janin, namun hanya 3 juta sel telur yang tersisa pada pubertas. Sekitar
400-500 sel telur akan matang selama masa subur yang dilepaskan
untuk kesuburan dan hanya sedikit sekalisel telur yang tersisa. (Dieny,
dkk, 2019).
b. Karakteristik Sosial
FasVe prakonsepsi berada pada masa dewasa awal, setelh
remaja namun sebelum dewasa akhir. Pada karakteristik sosial
terdapat masa keterasingan sosial, masa ketergantungan, dan
perubahan masa nilai.
c. Karakteristik Psikologis
Fase prakonsepsi dapat digolongkan ke dalam psikologi
perkembangan yaitu masa dewasa awal. Dari sisi psikologi, masa itu
di tandai dengan ciri-ciri kedewasaan, terjadi masa transisi fisik,
intelektual dan peran sosial. (Dieny,dkk, 2019).
3. Kesehatan Dalam Periode Prakonsepsi
Wanita usia subur adalah wanita yang berada dalam peralihan masa
remaja akhir hingga usia dewasa awal. Karakteristik Wus yang paling

8
utama adalah ditandai dengan peristiwa fisiologis, seperti menstruasi dan
tercapainya puncak kesuburan dengan fungsi organ reproduksi yang sudah
berkembang dengan baik. Wus diasumsikan sebagai wanita dewasa yang
siap menjadi seorang ibu. Kebutuhan gizi pada masa ini berbeda dengan
masa anak-anak, remaja, ataupun lanjut usia. Kebutuhan zat gizi pada
masa ini menjadi penting karena merupakan masa dalam mempersiapkan
kehamilan dan menyusui.
WUS sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan yang harus
diperhatikan status kesehatannya, terutama status gizinya. Kualitas seorang
generasi penerus akan ditentukan oleh kondisi ibunya sejak sebelum hamil
dan selama kehamilan. Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa
prakonsepsi karena setelah menikah wanita akan segera menjalani proses
konsepsi.
Perkembangan beberapa penelitian telah mendukung bahwa status
gizi wanita yang tepat pada masa prakonsepsi merupakan windows
opportuniti dalam mempersiapkan periode 1000 HPK (hari pertama
kehidupan). Selain itu, status gizi juga menjadi salah satu kunci untuk
mencapai kesehatan pada masa konsepsi, seperti mendukung pertumbuhan
janin dan perkembangan otak yang optimal, pencegahan dini risiko
kehamilan tinggi, cacat lahir, kelahiran bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR), dan risiko penyakit kronis di masa dewasa. Hal ini
dikarenakan kondisi kesehatan selama k ehamilan menciptakan keadaan
metabolik khusus untuk memproduksi plasenta, jaringan janin dan volume
darah yang disediakan untuk tumbuh kembang janin.
Usia pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi “pra” berarti
sebelum, “konsepsi” berarti pertemuan sel ovum dengan sperma atau yang
disebut dengan pembuahan. Prakonsepsi merupakan masa sebelum terjadi
pertemuan sel sperma dengan ovum/pembuahan atau sebelum hamil. ada
beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum merencanakan
kehamilan. Dimulai dari masa remaja, yaitu dengan menjaga kesehatan
organ reproduksi, kebutuhan akan gizi seimbang, perilaku hidup sehat dan
lain-lain.

9
Gizi usia pranikah merupakan suatu upaya khusus untuk
memperhatikan status gizi calon pengantin demi tercapainya keluarga
yang sehat dan keturunan yang berkualitas. Pernikahan adalah salah satu
cara untuk memperoleh keturunan. Oleh karena itu, calon pengantin
wanita ataupun pria perlu memperhatikan status gizi sebelum memasuki
jenjang pernikahan. Terutama bagi wanita usia subur sebagai calon ibu
dari generasi penerus selanjutnya.
4. Imunisasi Pranikah dan Prakonsepsi
Terdapat beberapa imunisasi yang harus dilakukan sebelum menikah
dan sebelum menysiapkan masa kehamilan. Imunisasi tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Imunisasi TT
Dosis mininum kekebalan tetanus toxoid (TT) adalah dua
suntikan ke lengan atas dengan dosis 0,5 ml dengan interval 4 minggu.
Ada rumor palsu tentang kekebalan TT ini sebagai upaya untuk
mencegah kehamilan atau sebagai alat keluarga berencana. Manfaat
dari vaksinasi yang diberikan, di sisi lain, melindungi bayi baru lahir
dari kemungkinan infeksi tali pusat. Infeksi dapat menyebabkan kejang
pada bayi. Kejang berulang dapat membahayakan keselamatan hidup
dan menyebabkan kerusakan otak pada bayi.
b. Imunisasi MMR
Vaksin gondong, campak dan rubella (MMR) adalah vaksin yang
diberikan 3 bulan sebelum kehamilan. Imunisasi TT melindungi ibu
hamil dari infeksi MMR.
c. Imunisasi Hepatitis B
Vaksinasi terhadap hepatitis harus diberikan jauh sebelum
kehamilan.
5. Epidemiologi Asuhan Pranikah
Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang
sehat dan berkualitas;

10
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir;
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak
reproduksi; dan
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai
dengan perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Pengertian Kehamilan Sehat
Kehamilan yang sehat, suatu kondisi sehat fisik dan mental ibu dan
janin yang dikandungnya. Pada prinsipnya, asupan makanan ibu hamil
haruslah bergizi seimbang, beragam, bervariasi serta proporsional. Asupan
gizi yang baik selama kehamilan akan menyebabkan suplai kebutuhan gizi
untuk pertumbuhan janin terpenuhi dengan baik (Solihah, 2017).
Pada masa kehamilan terdapat perubahan fisiologis yang dialami oleh
ibu hamil. Pada trimester pertama yang sering dialami ibu hamil adalah
mual muntah, sakit kepala, kelelahan, ngidam, keputihan, nocturia dan
gatal-gatal, dan kebanyakan ibuhamil, masalah tersebut dapat hilang
dengan sendirinya (Saifudin, 2017)
Seorang wanita hamil tidak hanya mengalami proses - proses
somatik, tetapi juga mengalami implikasi - implikasi psikologik yang
mendalam dan membekas. Perkembangan proses somatik banyak
ditentukan oleh keadaan anatomik dan fisiologi, sedang sifat – sifat
pengalaman fisiologis sangat erat hubungannya dengan perasaan ibu
terhadap dirinya sendiri, terhadap anak yang dikandungnya, terhadap
suaminya, dan juga terhadap lingkungan sekitarnya. Pada trimester
pertama sering terjadi fluktuasi lebar aspek emosional sehingga periode ini
mempunyai resiko tinggi untuk terjadi gangguan kesehatan ibu dan janin
yang dikandungnya. Salah satu gangguan psikologis adalah reaksi cemas
yang ditandai dengan munculnya rasa cemas dan ketakutan yang
berlebihan, terutama sekali terhadap hal- hal yang masih tergolong wajar
(Manuaba, 2017)

11
Kehamilan merupakan peristiwa dan pengalaman penting dalam
kehidupan seorang wanita. Namun, sebagaimana tahap transisi lain dalam
fase kehidupan, peristiwa itu dapat pula menimbulkan stress, sehingga
respon yang terjadi dapat berupa kebahagiaan maupun sebaliknya, seperti
kecemasan dan juga kekecewaan (Kemenkes RI, 2015)
7. Program Skrining Pranikah
a. Pertama, pemeriksaan kesehatan secara umum
Pemeriksaan kesehatan umum ini terdiri dari :
1) Pemeriksaan fisik / klinis lengkap
Di antara manfaat pemeriksaan fisik lengkap adalah untuk
mengetahui status tekanan darah seseorang. Tekanan darah yang
normal adalah salah satu kunci kesehatan. Tekanan darah tinggi
atau hipertensi berbahaya saat perempuan hamil, karena dapat
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.
Pemeriksaan fisik juga bisa mendeteksi gejala obesitas, karena
obesitas dapat mempengaruhi tingkat kesuburan. Obesitas selama
kehamilan dapat menyebabkan munculnya beberapa resiko seperti
diabetes, pre-eklampsia, infeksi saluran kemih, sulit untuk
melahirkan tepat waktu, juga meningkatkan resiko keguguran dan
kesulitan saat melahirkan.
2) Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan darah rutin ini meliputi kadar hemoglobin (hb),
hematokrit, sel darah putih (leukosit) dan faktor pembekuan darah
(trombosit). Para calon ibu perlu mengetahui kadar hb-nya untuk
mendeteksi gejala anemia, juga perlu mengetahui adanya ganguan
faktor pembekuan darah. Dari hasil pemeriksaan darah dapat
diketahui kondisi kadar kolesterol tinggi yang meningkatkan resiko
penyakit jantung koroner dan stroke.
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan sewaktu puasa dan
tidak puasa, dapat mengetahui adanya diabetes mellitus, atau
adanya kelainan yang dapat berkembang menjadi diabetes mellitus,
seperti intoleransi glukosa. Ibu hamil yang menderita diabetes

12
tidak terkontrol dapat mengalami beberapa masalah seperti janin
yang tidak sempurna atau cacat, hipertensi, hydramnions atau
meningkatnya cairan ketuban, meningkatkan resiko kelahiran
prematur, serta macrosomia –yaitu bayi menerima kadar glukosa
yang tinggi dari Ibu saat kehamilan sehingga janin tumbuh sangat
besar.
3) Golongan darah dan rhesus
Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tiadanya
substansi antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti ditemukan
antigen-D dalam darah dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-
D. Kebanyakan warga bangsa Asia memiliki rhesus positif (+),
sedangkan kebanyakan warga bangsa Eropa memiliki negatif
(-). Banyak pasangan suami istri tidak mengetahui rhesus darah
pasangan masing-masing. Padahal, jika rhesus mereka
bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas keturunan. Jika seorang
perempuan (rhesus negatif) menikah dengan laki-laki (rhesus
positif), bayi pertamanya memiliki kemungkinan untuk memiliki
rhesus negatif atau positif.
Jika bayi mempunyai rhesus negatif, tidak ada masalah. Tetapi,
jika bayi memiliki rhesus positif, masalah mungkin timbul pada
kehamilan berikutnya. Bila ternyata kehamilan yang kedua
merupakan janin yang memiliki rhesus positif, kehamilan ini
berbahaya. Karena antibodi antirhesus dari ibu dapat memasuki sel
darah merah janin. Sebaliknya, tidak masalah jika perempuan
memiliki rhesus positif dan lelaki rhesus negatif.
Apabila ibu bergolongan darah O sedangkan bayi bukan
bergolongan darah O adalah salah satu faktor resiko jaundice atau
kuning pada bayi (ABO Incompatibility). Bila diketahui janin
memiliki rhesus positif (+) sedangkan ibu memiliki rhesus negatif
(-), akan menimbulkan inkompatibilitas rhesus yang bisa
mengakibatkan kematian pada janin. Dengan mengatahui rhesus
sebelum hamil, dokter dapat segera mengatasinya.

13
4) Urinalisis lengkap
Pemeriksaan urin penting dilakukan agar bisa diketahui adanya
infeksi saluran kemih (ISK) dan adanya kondisi darah, protein, dan
lain-lain yang menunjukkan adanya penyakit tententu. Penyakit
ISK saat kehamilan beresiko baik bagi ibu maupun bayi, seperti
kelahiran prematur, berat janin yang rendah, bahkan resiko
kematian saat persalinan.
b. Kedua, pemeriksaan penyakit hereditas
Yang dimaksud dengan penyakit hereditas adalah yang diturunkan
dari orangtua. Calon pengantin harus memiliki pemahaman bahwa bila
orangtua atau garis keturunannya mengidap penyakit genetik, maka
anak yang akan lahir nanti bisa beresiko mengidap penyakit yang
sama. Pemeriksaan ini meliputi:
1) Thalasemia
Thalasemia adalah salah satu penyakit kelainan darah.
Penderita penyakit ini tidak mampu memproduksi hemoglobin
yang normal. Thalasemia telah menjadi salah satu isu kesehatan di
Indonesia karena 3 – 10 % populasi di Indonesia adalah carrier
atau pembawa gen thalasemia beta, dan 2,6 - 11 % adalah
pembawa gen thalasemia alfa.
Jika diasumsikan terdapat 5% saja carrier dan angka kelahiran
23 per mil dari total populasi 240 juta jiwa di Indonesia, maka
diperkirakan terdapat 3.000 bayi penderita thalassemia setiap
tahunnya. Saat ini paling tidak tercatat 5.000 pasien thalasemia di
Indonesia dan diperkirakan angka ini jauh lebih rendah
dibandingkan dengan jumlah penderita thalasemia di Indonesia
yang tidak terdata.
Talasemia mayor merupakan jenis talasemia yang disebabkan
“sifat” darah yang dibawa kedua orang tua. Penyakit ini membuat
seseorang menjadi tergantung pada transfusi darah dan kesempatan

14
hidupnya terbatas. Di sisi lain, talasemia minor tidak menyebabkan
gejala berat dan penderitanya dapat hidup normal, tapi ia tetap
membawa “sifat” penyakit talasemia dalam tubuhnya. Jika kedua
orang tua mengidap talasemia minor, 25 % kemungkinan anaknya
akan mengidap talasemia mayor, 50 % akan mengidap talasemia
minor, dan 25 % akan normal.
Jika hanya salah satu orang tua mengidap talasemia minor, 50
% kemungkinan si anak akan mengidap talasemia minor dan 50 %
akan normal. Rumus penurunan talasemia berlaku juga pada
penyakit hemofilia dan albino. Dengan pengecekan darah, kita
dapat memprediksi kemungkinan yang akan muncul dan mencegah
hal yang tidak kita inginkan.
2) Hemofilia
Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku
dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada
seorang penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain
yang normal. Penderita hemofilia lebih banyak membutuhkan
waktu untuk proses pembekuan darahnya.
3) Sickle Cell Disease
Sickle Cell Disease (SCD) disebut juga penyakit sel sabit,
merupakan penyakit kelainan sel darah merah yang mudah pecah
sehingga menyebabkan anemia. Secara statistik penyakit ini lebih
banyak ditemukan pada ras Afrika, Timur Tengah dan beberapa
kasus di Asia, terutama India.
c. Ketiga, pemeriksaan penyakit menular
Beberapa penyakit menular bisa terdeteksi melalui pemeriksaan
pranikah, di antaranya adalah:
1) HIV, Hepatitis B (HBV) dan Hepatitis C (HCV)
Menurut data WHO, saat ini terdapat 4,1 juta jiwa di dunia
yang terinfeksi HIV, dimana 95% diantaranya berada di negara
berkembang seperti sub-sahara Afrika dan Asia Tenggara.
Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI, pada tahun 2012

15
ditemukan 21.511 penderita HIV, dan jumlah ini jauh lebih banyak
dibanding tahun sebelumnya. Untuk penderita Hepatitis B saat ini
diperkirakan sebanyak 1,8 milyar manusia di dunia, dengan 350
juta jiwa sudah mengalami infeksi kronis; dan diperkirakan 170
juta jiwa di dunia terinfeksi virus Hepatitis C.
Penyakit HIV, Hepatitis B dan C adalah penyakit yang
mengancam jiwa manusia. Infeksi virus ini dapat ditularkan
melalui darah, hubungan seksual dan cairan tubuh. Penularan HIV
juga bisa melalui transfusi darah dan transplantasi organ tubuh.
Sedangkan penularan virus Hepatitis B dan C rentan terjadi pada
pemakai obat-obatan terlarang melalui jarum suntik. Pemeriksaan
tiga jenis penyakit infeksi ini sangat penting karena virus-virus ini
dapat ‘diam’ atau ‘tidur’ dalam jangka waktu yang lama tanpa
menunjukkan gejala apapun. Menikah dengan seseorang yang
membawa virus ini beresiko membahayakan pasangan dan juga
calon bayi.
Jika seorang laki-laki mengidap hepatitis B dan akan
menikah, calon istrinya harus memiliki kekebalan terhadap
penyakit ini. Caranya adalah dengan mendapatkan imunisasi
hepatitis B. Inilah manfaat pemeriksaan kesehatan pranikah.
2) TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex
Virus)
Tes TORCH berfungsi untuk menguji adanya infeksi
penyakit yang bisa menyebabkan gangguan pada kesuburan laki-
laki maupun perempuan. Tubuh yang terinfeksi TORCH dapat
mengakibatkan cacat atau gangguan janin dalam kandungan.
Infeksi TORCH saat kehamilan dapat menyebabkan keguguran,
bayi lahir prematur, atau bahkan kelainan bawaan pada bayi.
3) Venereal Disease Screen (pemeriksaan untuk penyakit syphilis)
dan IMS
Pemeriksaan untuk penyakit syphilis dan penyakit-penyakit
lain yang ditularkan melalui hubungan seksual —sexually

16
transmitted infections (STI), infeksi saluran reproduksi (ISR) atau
infeksi menular seksual (IMS)— selain dapat mendeteksi adanya
penyakit tersebut, juga sekaligus bisa melakukan pengobatan
sekaligus mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.
Penyakit seperti chlamydia, gonorrhea, dan HPV atau
Human papillomavirus, herpes, penyakit ini semua dapat
menimbulkan masalah kesuburan dan masalah saat kehamilan. Jika
salah satu calon pengantin atau keduanya menderita ISR/IMS/STI,
sebelum menikah ia harus berobat dulu sampai sembuh.
Sebuah survei yang dilakukan Durex, mengungkapkan fakta
bahwa 21 % masyarakat Indonesia tidak mengetahui apakah
pasangan mereka pernah mengidap infeksi menular seksual (IMS)
atau tidak. Sekitar 27 % laki-laki tidak mengetahui bahwa
pasangan mereka pernah menderita IMS dan hanya 13 %
perempuan yang tidak mengetahui bahwa pasangannya pernah
mengidap IMS.
d. Keempat, pemeriksaan yang berhubungan dengan organ
reproduksi dan kesuburan
Pemeriksaan kesehatan yang berhubungan dengan organ
reproduksi dan kesuburan ini dilakukan baik untuk laki-laki maupun
untuk perempuan.
1) Untuk perempuan
Pemeriksaan untuk perempuan meliputi USG, agar diketahui
kondisi rahim, saluran telur dan indung telur. Pemeriksaan lebih
lanjut seperti HSG (Hysterosalpingogram) untuk mengetahui
kondisi tuba falopii dan adakah sumbatan akibat kista, polip
endometrium, tumor fibroid, dan lain-lain.
Pemeriksaan selanjutnya diperlukan untuk perempuan yang
siklus haidnya tidak teratur atau sebaliknya berlebihan. Hormon
yang diperiksa misalnya hormon FSH (follicle stimulating
hormone), LH (lutenizing hormone) dan Estradiol (hormone
estrogen).

17
2) Untuk laki-laki
Selain dilakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan
penis, skrotum, prostat juga dilakukan pemeriksaan hormon FSH
yang berperan dalam proses pembentukan sperma serta kadar
hormon testosteron. Dapat dilakukan juga analisis semen dan
sperma.
e. Kelima, pemeriksaan tambahan
Selain berbagai jenis pemeriksaan di atas, diperlukan juga
beberapa pemeriksaan dan tindakan kesehatan lainnya, seperti :
1) Alergi
Salah satu yang sering terlewatkan adalah alergi. Alergi
adalah sistem kekebalan tubuh yang bereaksi di luar normal
terhadap beberapa substansi (alergen) yang tidak berbahaya bagi
sebagian besar manusia. Kecenderungan seseorang memiliki alergi
adalah karena faktor keturunan, walaupun tidak selalu orang tua
yang memiliki bakat alergi akan menurunkannya kepada anak-
anaknya. Penting untuk membuat daftar hal-hal yang memicu
alergi dari kedua pasangan terutama bila pasangan ada yang pernah
mengalami reaksi anafilaksis yang dapat menyebabkan kematian.
2) Vaksinasi Dewasa
Vaksin yang berkaitan langsung dengan kehamilan adalah
vaksin hepatitis B, tetanus, MMR (Measles, Mumps, Rubella),
varisela (cacar air), influenza, serta vaksin dewasa lainnya sesuai
jadwal imunisasi yang dikeluarkan oleh petugas Satgas Imunisasi
Dewasa.
f. Keenam, pemeriksaan kesehatan untuk ibu dan calon ibu
Selain pemeriksaan di atas, ada lima pemeriksaan yang juga
direkomendasikan untuk dilakukan oleh calon pengantin perempuan
karena mereka akan menjadi calon ibu, juga penting dilakukan oleh
para ibu yang sudah memiliki anak, yaitu:
1) Pemeriksaan periodontal

18
Pemeriksaan ini meliputi pembersihan rutin dan pemeriksaan
gusi untuk menjaga gigi dan gusi agar tetap sehat dan bebas dari
infeksi serta penyakit. Bagian yang diperiksa adalah sambungan
antara gusi dan gigi serta kemungkinan adanya peradangan di
sekitar gusi.
Hal ini menjadi penting karena perempuan yang memiliki
penyakit gusi berisiko 7 kali lipat lebih tinggi melahirkan prematur.
Selain itu pada ibu hamil lebih rentan mengalami peradangan gusi
akibat adanya perubahan hormon. Karenanya ibu hamil harus lebih
sering memeriksakan diri ke dokter yaitu setiap 3-4 bulan sekali,
terutama jika sering mengalami gusi berdarah.
2) Pemeriksaan thyroid stimulating hormone (TSH)
Pemeriksaan ini akan menunjukkan apakah kadar hormon
tiroid seseorang kurang aktif (hipotiroid) atau justru terlalu aktif
(hipertiroid). karena kadar hormon ini bisa mempengaruhi
kesehatan perempuan. Pemeriksaan ini penting karena gangguan
tiroid dapat mengganggu kesempatan seseorang untuk hamil,
misalnya perempuan yang mengalami hipotiroid akan terganggu
proses ovulasinya sedangkan hipertiroid bisa meningkatkan risiko
keguguran atau kelahiran prematur.
3) Pemeriksaan hitung darah lengkap (complete blood count/CBC)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi seberapa
baik sumsum tulang belakang dan sistem kekebalan tubuh bekerja.
Jika sel darah putihnya tinggi, hal ini menunjukkan adanya infeksi.
Jika kadar hemoglobin rendah, menunjukkan adanya anemia, dan
jika kadar platelet rendah menunjukkan adanya masalah dalam
pembekuan darah.
Setelah seseorang perempuan memiliki anak, cenderung
memiliki periode menstruasi yang berat sehingga membuat
seseorang rentan terhadap anemia. Selain itu untuk mengetahui
apakah ada gangguan dalam jumlah komponen darahnya.
4) Pap smear

19
Pap smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan prakanker
atau kanker pada leher rahim. Biasanya dokter akan mengambil
sedikit sampel cairan di leher rahim dan memeriksakannya di
laboratorium. Pemeriksaan ini penting dilakukan oleh perempuan
yang sudah menikah. Deteksi dini bisa menjegah kondisi yang
lebih serius seperti kanker leher rahim.
5) Pemeriksaan kepadatan mineral tulang
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kepadatan
mineral tulang yang dapat memicu osteoporosis. Kondisi ini terjadi
saat tulang mulai tipis dan lemah. Untuk memeriksanya biasanya
digunakan mesin yang disebut dengan dual energy photon
absorptiometer (DEXA). Pemeriksaan ini lebih penting lagi untuk
dilakukan bagi perempuan yang memiliki riwayat osteoporosis,
atau mengkonsumsi obat tiroid dan steroid.
Masalah bisa bertambah parah saat seorang ibu menyusui.
Jika ia tidak mendapatkan kalsium yang cukup, maka tubuh akan
mengambilnya dari tulang dan diberikan pada bayi. Karenanya
penting untuk mengetahui apakah kepadatan mineral tulangnya
masih baik atau sudah berkurang.
8. Metode Masa Subur
Mengetahui kapan tubuh berovulasi merupakan cara utama untuk
melacak masa subur dan menentukan waktu terbaik untuk hamil. Ada
beberapa metode untuk menghitung masa subur, yaitu:
a. Metode kalkulator masa subur
Kalkulator masa subur merupakan salah satu cara untuk melacak
panjang siklus menstruasi. Metode ini dapat memperkirakan kapan
kamu akan berovulasi dengan menghitung muncul 14 hari dari hari
perkirakan menstruasi berikutnya. Apabila siklus menstruasi 28 hari,
maka periode berikutnya harus dimulai 28 hari dari hari pertama
menstruasi terakhir.
Perlu kamu pahami, masa subur mencakup hari ovulasi dan lima
hari sebelumnya. Namun, kamu lebih mungkin untuk hamil selama

20
tiga hari terakhir dari jangka waktu tersebut. Sebenarnya saat ini sudah
banyak fitur-fitur aplikasi sebagai kalkulator masa subur. Jika
menghitungnya secara konvensional, berikut ini rumus yang dapat
digunakan:
Ketahui siklus menstruasi terpendek kamu, misalnya, 27 hari.
Kurangi angka tersebut dengan 18. Hasilnya adalah 9 hari. Nah, angka
ini adalah hari pertama masa subur kamu. Ketahui siklus terpanjang
kamu, misalnya, 30 hari. Kurangi angka tersebut dengan 11. Hasilnya
adalah 19 hari. Nah, angka ini adalah hari terakhir masa subur kamu.
Sebagai contoh agar kamu lebih paham tentang cara yang paling tepat
untuk menghitung masa subur pada wanita, yaitu:
Jika siklus menstruasi rata-rata kamu adalah 28 hari, maka ovulasi
dapat terjadi sekitar hari ke-14 dan hari-hari paling subur adalah hari
ke-12, 13, dan 14. Jika siklus menstruasi rata-rata adalah 35 hari,
ovulasi terjadi sekitar hari ke-21 dan hari-hari paling subur adalah hari
ke-19, 20, dan 21. Jika siklus menstruasi yang terjadi lebih pendek,
sebagai contoh 21 hari, maka ovulasi dapat terjadi sekitar hari ke-7 dan
hari paling subur adalah hari ke-5, 6, dan 7.
Beberapa wanita memiliki siklus yang sangat tidak teratur atau
merasa sulit untuk menghitung panjang siklus rata-rata pada dirinya.
Hal ini dapat menyulitkan untuk berolahraga saat ovulasi terjadi. Jika
terlalu sulit untuk menghitung masa subur wanita, cobalah untuk
berhubungan intim setiap 2–3 hari agar peluang untuk hamil lebih
tinggi.
b. Mengenali tanda-tanda masa subur wanita
Untuk memperkuat perkiraan masa subur, kamu juga bisa
mengamati tanda-tanda masa subur wanita berikut ini:
1) Meningkatnya suhu basal tubuh
Suhu basal tubuh adalah suhu tubuh saat kamu bangun di pagi
hari. Normalnya, suhu basal tubuh adalah 35,5–36,6 derajat
Celsius. Namun, suhu tersebut akan meningkat ketika kamu sedang
dalam masa ovulasi.

21
2) Nyeri akibat ovulasi
Satu dari lima wanita mengalami nyeri yang berhubungan
dengan terjadinya ovulasi pada tubuh. Rasa sakit ini dapat terjadi
sebelum, selama, atau setelah masa subur pada wanita. Gejala ini
dapat menimbulkan rasa sakit yang tajam dan kram. Meski begitu,
gangguan ini jarang menimbulkan rasa sakit yang parah.
3) Perubahan pada air liur
Air liur wanita dapat berubah sesuai dengan jumlah hormon
estrogen yang ada di dalam tubuhnya. Selama siklus bulanan
wanita, ada peningkatan besar dalam estrogen dalam beberapa hari
sebelum masa subur tiba dan kenaikan kecil beberapa hari sebelum
waktunya tiba.
4) Muncul lendir serviks
Selama siklus menstruasi wanita, jenis dan jumlah lendir
serviks dapat berubah. Lendir ini merupakan sekresi yang dibuat
oleh kelenjar di leher rahim. Pada masa subur, lendir serviks atau
lendir yang ada di mulut rahim berwarna bening, licin, dan elastis,
seperti putih telur mentah. Namun, cairan yang dihasilkan juga
dapat lengket, putih, atau bahkan keruh. Lendir ini berguna untuk
mendukung sperma agar dapat mencapai sel telur.
5) Merasa bergairah
Ketika sedang dalam masa subur, kamu akan merasa dirimu
menarik dan lebih bergairah untuk melakukan hubungan intim.
Kamu pun juga terlihat menarik di mata pasangan, karena tubuh
secara alami akan mengeluarkan wangi yang berbeda dari
biasanya.
6) Nyeri payudara
Tanda ini merupakan dampak dari perubahan hormon yang
terjadi dalam tubuh sebelum dan sesudah masa ovulasi. Itulah
beberapa cara untuk mengetahui masa subur wanita. Jika merasa
ada gangguan terkait kesuburan, kamu bisa melakukan 5 Hal yang
Mampu Meningkatkan Kesuburan Wanita.

22
9. Nutrisi Pada Masa PraKonsepsi
Kesehatan ibu ketika mempersiapkan kehamilan sangat menunjang
kelahiran bayi yang sehat. Secara Umum gizi yang baik dapat mendukung
kelahiran bayi sehat tanpa kompikasi. Periode prakonsepsi adalah periode
selama sebelum kehamilan atau satu bulan sebelum pembuahan
(konsepsi) sampai 2-3 bulan sesudah pembuahan yang menentukan
kualitas kehidupan.
Adapun pentingnya menjaga kecukupa gizi untuk wanita prakonsepsi
saat sebelum kehamilan diakibatkan karena gizi yang baik hendak
mendukung fungsi optimal alat-alat reproduksi semacam lancarnya proses
pematangan telur, produksi sel telur dengan kualitas baik, serta proses
pembuahan yang sempurna. Gizi yang baik juga bisa berfungsi penting
dalam penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh-kembang bakal janin.
Untuk calon ibu, gizi yang cukup serta seimbang hendak mempengaruhi
keadaan kesehatan secara merata pada masa konsepsi seta kehamilan
danakan dapat memutuskan mata rantai permasalahankekurangan gizi
pada masa kehamilan (Susilowati dkk. 2016)
Masa konsepsi yang didukung dengan kondisi gizi yang baik pada
calon ibu akan menunjang fungsi yang optimal reprodusi. Gizi yang baik
juga akan mempersiapkan cadangan energi untuk tumbuh kembang janin.
Pentingnya masa konsepsi dalam menunjang kesehatan bayi yang sehat
dapat dilakukan dengan cara :
a. Melengkapi pola makan yang bervariasi untuk nutrisi yang
seimbang. Hindari makanan siap saji yang tidak sehat pada 6 bulan
sebelum kehamilan
b. Cermati jumlah komsumsi makanan, sehingga terhindar dari kondisi
makanan berlebihan.
c. Mengurangi konsumsi makanan dengan bahan pengawet. Makanan
yang diawetkan seperti makanan kaleng, instan dan minuman dengan
bahan kimia merupakan jenis makanan yang kurang mendukung dalam
proses regenerasi sel tubuh.

23
d. Melengkapi menu makanan dengan nutrisi penting untuk
pembentukan janin dengan memngkomsumsi seperti asam folat pada
sayuran hijau, hati sapi, kedelai, alpukat dan jeruk. Zat besi bisa
ditemukan pada kuning telur, jeruk, hati, dan daging mentah, dan
kalsium.

Tabel Kebutuhan Nutrisi Pasa Masa Prakonsepsi


Kelompok Umur
Jenis Zat Gizi
15-18 19-29 30-49
Energi (kkl) 2475-2675 2250 2150
Protein (g) 66-72 56 57
Lemak (g) 85-89 75 60
Karbohidrat (g) 340-368 309 323
Serat (g) 35-37 32 30
Air (ml) 2000-2200 2300 2300
Vitamin A (RE) 600 600 600
Vitamin D (ug) 15 1 15
Vitamin E (mg) 12-15 15 15
Vitamin K (ug) 55 65 65
Vitamin B1 (mg) 1.2-1.3 1.4 1.3
Vitamin B2 (mg) 1.5-1.6 1.6 1.6
Vitamin B3 (mg) 14-15 15 14
Vitamin B6 (mg) 1.3 1.3 1.3
Vitamin B12 (ug) 2.4 2.4 2.4
Vitamin C (mg) 90 90 90
As. Folat (ug) 400 400 400
Fe (mg) 26 26 26
I (ug) 150 150 150
Zn (mg 16 14 10
Mn (mg) 1.6 1.6 1.8
Ca (mg) 120 120 110
Se (ug) 30 30 30

10. Kebutuhan Gizi Prakonsepsi


Gizi yang mempengaruhi prakonsepsi merupakan karbohidrat,
lemak, protein, asam folat, vitamin A, E, dan B12, mineral zinc,
besi,kalsium, setaomega-3. Pasangan yang akan melakukan pernikahan
hendaknyamulai menggantipola makan menjadi teratur dan baik paling
lambat 6 bulan sebulan sebelum kehamilan. Hal ini bisa menolong

24
mempbetulkan tingkatan kecukupan gizi pasangan (Susilowati &
Kuspriyanto, 2016).
Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi merupakan karbohidrat,
lemak dan protein, oksidasi zat-zat gizi ini membentuk energi yang
diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Ketiga zat
gizi termasuk zat organik yang mengandung karbon yang dapat
dibakar, jumlah zat gizi yang paling banyak terdapat dalam pangan
sertadisebut juga zat pembakar (Almatsier, 2017).
Gizi pada ibu memiliki peranan penting dalam penurunan angka
kesakitan dan kematian ibu. Gizi ibu mengacu pada status gizi seorang
ibu dalam periode WUS yang secara berkala dapat mempengaruhi
kesehatan janin dan bayinya. Status pada gizi seorang wanita selama
kehamilan merupakan masa paling kritis karena dapat menyebabkan
malzat gizi yang akan meningkatkan resiko bayi lahir dengan berat
badan rendah (Astria, 2019).
Periode prakonsepsi atau periode sebelum kehamilan menentukan
kualitas kehidupan implantasi plasenta mulai 5 hari setelah konsepsi dan
lengkap dalam 9-10 hari. Periode yang paling kritis terjadi gangguan
perkembangan struktual adalah 17-56 hari sesudah pembuahan
(konsepsi). Beberapa permasalahan gizi juga sering ditemukan pada masa
ini seperti status kurang gizi, status gizi kurang dikaitkan dengan berat
badan lahir rendah pada bayi yang dilahirkan, peningkatan resiko
kesakitan dan kematian pada bayi (Astria, 2019).
Peningkatan status gizi pada wanita sebelum hamil memberikan
manfaat terhadap masa kehamilan. Jika wanita usia subur telah terbiasa
mengkomsumsi makanan yang bervariasi dalam jumlah yang adekuat
maka hal ini akan sangat membantu dalam mengoreksi ketidak
seimbangan. Kecukupan gizi pada masa kehamilan merupakan siklus di
mana ketika ibu mengalami kekurangan gizi maka akan menyebabkan
janin dan kandunganya juga mengalami kekurangan gizi (Astria, 2019).
Adapun zat gizi yang mempengaruhi gizi prakonsepsi adalah
karbohidrat, lemak, protein, asam folat, vitamin (A.E, dan B12),

25
mineral zink, besi, kalsium, dan omega 3. Menurut Bardonoso
2012, bahwa bagi pasangan yang akan melangsungkan pernikahan
sebaiknya mulai mengubah pola makan enam bulan sebelum
kehamilan agardapat membantu memperbaiki tingkat kecukupan gizi
pasangan, pada wanita prakonsepsi sangat penting mengkomsumsi
mineral dan vitamin (Astria, 2019).
B. Kekurangan Energi Kronik (KEK)
1. Definisi
Kekurangan Energi Kronik (KEK adalah keadaan dimana ibu
menderita keadaan kekurangan kalori dan protein (malnutrisi yang
berlangsung menahun (kronis yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada wanita usia subur dan ibu hamil (Simbolon, 2018).
Ibu hamil kekurangan energi kronik (KEK dengan LILA <23,5 cm
adalah keadaan dimana ibu hamil mengalami kekurangan gizi (kalori dan
protein) yang berlangsung lama atau menahun disebabkan karena ketidak
seimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi dibutukan tubuh tidak
tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan tubuh baik fisik
ataupun mental tidak sempurna seperti seharusnya (Yosephin, 2019).
Kekurangan Energi Kronik Suatu keadaan dimana Ibu hamil
menderita kekurangan makanan yang berlangsung selama menahun
(kronis), sehingga menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu hamil. Hal
tersebut bisa terjadi bila LILA kurang dari 23,5 cm yang menunjukkan ibu
hamil tersebut berisiko KEK dan juga terdapat beberapa yang menjadi
kriteria :
a. Berat badan ibu sebelum hamil <42 kg.
b. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III <45 kg.
c. Ibu menderita anemis (Hb <11 gr %).
d. Tinggi badan ibu <145 cm.
e. Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil <17,0. (Paramashanti, 2019)
Ibu hamil KEK berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
atau BBLR (berat kurang dari 2500 gr). Bayi yang dilahirkan BBLR akan
mengalami hambatan perkembangan, kemunduran pada fungsi

26
intelektualnya, dan mempunyai risiko kematian. Masalah BBLR terkait
dengan anemia ibu hamil (Hb <11 gr%) dan KEK yang menggambarkan
kekurangan gizi dalam jangka panjang dalam jumlah maupun kualitasnya.
Ada hubungan yang saling terkait antara KEK dengan anemia, dan bayi
berat lahir rendah. Ibu hamil dengan KEK berisiko 2 kali untuk
melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak KEK (Yosephin,
2019).
2. Tanda Gejala Kekurangan Energi Kronik
Untuk menentukan seorang ibu hamil mengalami KEK dapat diukur
dengan pita LILA. Ibu hamil yang berisiko mengalami KEK jika hasil
pengukuran LILA kurang atau sama dengan 23,5 cm atau di bagian merah
pita LILA, apabila hasil pengukuran lebih dari 23,5 cm maka tidak
berisiko mengalami KEK (Simbolon, 2018).
Dengan ditunjukkan beberapa gejala yang mengalami KEK adalah
sebagai berikut:
1) Lingkar lengan atas sebelah kiri kurang dari 23,5 cm.
2) Kurang cekatan dalam bekerja.
3) Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai.
4) Jika hamil cenderung melahirkan anak secara prematur bayi yang
dilahirkan akan memiliki berat badan lahir yang rendah atau kurang
dari 2.500 gram (Paramashanti, 2019).
Pengkajian lain yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi ibu
hamil mengalami KEK selain dilakukan dengan pengukuran lingkar
lengan atas, pengukuran (IMT, dan pemeriksaan laboratorium. Ibu hamil
dikatakan mengalami KEK apabila LILA <23,5 cm, gizi kurang apabila
IMT <18,5 kg/𝑚2 serta kadar hemoglobin ibu hamil dikatakan anemia
kurang dari 11 gr/Dl (Suryaningsih, 2018)
Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk deteksi dini yang mudah
dapat dilaksanakan oleh masyarakat, untuk mengetahui kelompok berisiko
KEK. Dengan risiko KEK di Indonesia sendiri adalah 23,5 cm. Apabila
hasil dari pengukuran LILA tersebut kurang dari 23,5 cm artinya
mempunyai risiko kekurangan energi kronik (Supariasa, 2020)

27
Penghitungan IMT ibu hamil dapat menjadi indikator pertumbuhan
janin. Bahwa kenaikan 1 kg berat badan maternal pada trimester 1
berkorelasi dengan kenaikan berat badan bayi baru lahir sebesar 31
gram. Setiap 1 kg berat badan pada trimester 2, berkolerasi dengan
kenaikan berat badan bayi baru lahir sebesar 26 gram. Sedangkan
kenaikan berat badan maternal pada trimester 3 tidak berkolerasi dengan
kenaikan berat badan bayi baru lahir (Husin, 2015).
3. Cara Mengetahui Resiko dengan Pengukuran LILA
Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK
Ibu hamil, wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA
tidak dapat digunakan memantau perubahan status gizi dalam jangka
pendek. Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan
sentimeter, dengan batas 23,5 cm (batas antara merah dan putih di pita
LILA). Apabila tidak tersedia pita LILA dapat digukan pita sentimeter
atau metlin yang biasa digunakan penjahit pakaian. Ukuran LILA kurang
dari 23,5 cm artinya mengalami resiko KEK. Ibu hamil yang
mempunyai resiko KEK, segera dirujuk ke puskesmas atau sarana
kesehatan lain. Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengukuran dengan
pita LILA:
1) Pengukuran dilakukan di bagian tangan antara bahu dan siku
lengan yang tidak dominan digunakan dalam aktivitas.
2) Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam
keadaan tidak tegang atau kencang.
Alat pengukuran dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau
sudah dilipat- lipat, sehingga permukaannya sudah tidak rata (Yosephin,
2019)
4. Deteksi Dini Kekurangan Energi Kronik (KEK)
1) Dilakukan pada kontak pertama dengan pelayanan kesehatan dengan
pengukuran lingkar lengan atas (LILA dengan memakai pita LILA.
2) Pada ibu hamil dengan LILA <23,5 cm berarti menderita risiko KEK,
harus dirujuk ke puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan konseling dan PMT ibu hamil.

28
3) Pengikuran LILA dapat dilakukan oleh kader.
4) Konseling dapat dilakukan oleh kader atau petugas gizi di puskesmas
atau di sarana kesehatan (Yosephin, 2019).
5. Pencegahan KEK pada ibu hamil
Cara mengatasi KEK ini dengan cara mengonsumsi makanan
bergizi seimbang dengan pola makan yang sehat (Paramashanti, 2019).
Untuk mengatasi resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita
usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik dengan LILA tidak
kurang dari 23,5 cm, apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka
tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak berisiko melahirkan
BBLR.
Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera ditindaklanjuti sebelum
usia kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan tambahan yang
tinggi energi dan tinggi protein melalui pemberian PMT ibu hamil selama
90 hari dan dipadukan dengan penerapan porsi kecil tapi seringakan
berhasil menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200-
450 kalori dan 12-20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin. Makan makanan yang
bervariasi dan cukup mengandung energi dan protein termasuk makanan
pokok seperti nasi, ubi, dan kentang setiap hari dan makanan yang
mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau
susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega
dapat ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan energi.
PMT dan pemberian zat besi pada ibu hamil yang menderita KEK dapat
meningkatkan konsentrasi Hb (Yosephin, 2019)
Tujuan gizi seimbang ibu hamil:
1) Untuk memenuhi kebutuhan selama proses pertumbuhan janin.
2) Untuk menunjang proses pertumbuhan bagi organ ibu hamil yang
mendukung proses kehamilan seperti pembesaran uterus dan mamae
serta pertumbuhan plasenta.
3) Menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil tetap optimal selama kehamilan,
persalinan, dan pasca persalinan.

29
4) Persiapan laktasi untuk meningkatkan produksi ASI.
5) Menghindari cacat bawaan, IUGR, prematur, BBLR (Sukarni, 2017)
6. Penyabab Kekurangan Energi Kronik
Faktor-faktor yang mempengaruhi KEK menurut paramashanti
(2019) adalah sebaga berikut:
a. Kondisi kesehatan
Kondisi kesehatan adalah hal yang paling utama pada ibu
hamil. Jika ibu hamil sedang berada dalam kondisi sakit, maka
asupan energi ibu hamil tidak boleh dilupakan. Kondisi tubuh yang
sakit adalah peringatan bahwa tubuh sedang membutuhkan perhatian
dan zat gizi lebih, apabila jika seorang sedang mengalami kehamilan,
maka asupan zat gizi yang diperlukan sudah pasti lebih banyak. Saat
hamil seorang ibu disarankan untuk mengonsumsi berbagai tablet yang
mengandung zat besi atau berbagai makanan yang mengandung zat
besi, agar kehamilan selalu berada dalam kondisi yang baik. Sehingga
saat kelahiran seorang ibu hamil harus selalu mendapat tambahan
protein, mineral, vitamin, dan energi (Paramashanti, 2019)
b. Jarak kelahiran
Jarak kelahiran harus juga selalu diperhatikan oleh seorang
perempuan yang sudah pernah mengalami kehamilan khususnya
kehamilan yang pertama. Statusgizi seorang ibu hamil baru akan
benar-benar pulih sebelum dua tahun pasca persalinan sebelumnya.
Oleh karena itu, seorang perempuan yang belum berjarak dua tahun
dari kelahiran anak pertamanya, tentu belum siap untuk mengalami
kehamilan berikutnya. Selama dua tahun dari kelahiran pertama,
seorang perempuan harus benar-benar memulihkan kondisi tubuh serta
meningkatkan status gizi dalam tubuhnya (Paramashanti, 2019)
c. Usia Ibu Hamil
1) Ibu hamil yang usianya kurang dari 20 tahun
Ibu hamil yang usianya kurang dari 20 tahun memiliki
tingkat risiko kehamilan yang sangat tinggi. Risiko itu biasanya
terjadi terhadap dirinya sendiri maupun terhadap bayi yang

30
dikandungnya. Risiko yang tinggi ini bisa terjadi karena
pertumbuhan linear atau tinggi badan, pada umumnya baru
selesai pada usia 16-18 tahun. Pertumbuhan itu kemudian
dilanjutkan dengan pematangan pertumbuhan rongga
panggulbeberapa tahun setelah pertumbuhan linear selesai dan
pertumbuhan linear itu selesai pada usia sekitar 20 tahun.
Akibatnya, seorang ibu hamil yang usianya belum menginjak 20
tahun akan mengalami berbagai komplikasi persalinan dan
gangguan penyelesaian pertumbuhan optimal. Hal ini dikarenakan,
proses pertumbuhan dirinya sendiri memang belum selesai dan
karena berbagai asupan gizi tidak atau belum mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan dirinya yang memang masih tumbuh.
2) Ibu hamil yang usianya lebih dari 35 tahun
Seorang perempuan yang mengalami kehamilan pertama
pada usia 35 tahun lebih juga amat berisiko. Pada usia lebih dari 35
tahunseorang yang mengalami kehamilan akan lebih mudah
terserang penyakit. Organ kandungan pada perempuan itu akan
semakin menua dan jalan lahir juga semakin kaku. Pada usia lebih
dari 35 tahun, ada risiko untuk mendapatkan anak cacat,terjadi
persalinan macet, dan perdarahan pada ibu hamil akan terbuka
lebih besar (Paramashanti, 2019)
d. Paritas
Salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi status gizi ibu
hamil adalah paritas. Paritas adalah faktor yang berpengaruh terhadap
hasil konsepsi kehamilan. Seorang perempuan harus selalu waspada,
terutam seorang perempuan yang pernah hamil atau pernah melahirkan
anak sebanyak empat kali atau lebih. Kewaspadaan ini diperlukan
karena pasti akan ditemui berbagai keadaan seperti ini
1. Kondisi kesehatan yang mungkin saja cepat berubah. Ibu hamil
akan sangat mudah terganggu kesehatannya, misalnya karena
anemia, ataupun mengalami kekurangan asupan gizi.
2. Seorang ibu hamil bisa mengalami kekendoran pada dinding perut

31
dan dinding rahim. Kondisi ini tentu amat menggelisahkan bagi
beberapa perempuan, maka hal ini perlu menjadi hal yang
diwaspadai.
3. Kondisi paritas ini berarti menampakan seorang ibu yang perutnya
tampak menggantung. Kondisi ini amat mungkin terjadi pada
beberapa perempuan yang sedang atau sudah mengalami
kehamilan, dan bagi banyak perempuan hal ini tentu
menggelisahkan (Paramashanti, 2019).

e. Faktor sosial ekonomi


1) Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan penting.
Informasi yang berkaitan dengan kehamilan sangat dibutuhkan ibu
hamil. Penguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan seseorang. Bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin baik juga pengetahuannya. Pada ibu hamil tingkat
pendidikan yang rendah kadang tidak cukup mendapatkan
informasi mengenai kesehatannya, sehingga tidak tahu bagaimana
cara melakukan perawatan kehamilan yang benar (Sulistyawati,
2019).
2) Pekerjaan
Pekerjaan seorang akan menggambarkan aktivitas dan tingkat
kesejahteraan ekonomi yang akan didapatkan. Jika ibu yang
bekerja mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik, karena
ibu yang bekerja lebih banyak untuk mendapatkan informasi
(Sulistyawati, 2019)
3) Pendapatan
Pendapatan atau penghasilan merupakan gambaran tingkat
kehidupan seseorang dalam masyarakat yang sangat berperan
dalam menentukan status kesehatan seseorang. Hal ini bisa
menjadi tolak ukur karena dapat mempengarui berbagai aspek

32
kehidupan setiap hari atau memberi asupan gizi ke dalam
tubuhnya sehari-hari (Paramashanti, 2019).
4) Aktivitas ibu hamil
Jika aktivitas ibu hamil tinggi kebutuhan energi juga akan
semakin tinggi. Semakin banyak kegiatan dan aktivitas fisik yang
dikeluarkan asupan gizi juga akan semakin besar dibutuhkan.
Jumlah asupan gizi akan sangat menentukan berapa besar energi
yang dapat dikeluarkan oleh tubuh seseorang (Paramashanti,
2019).
f. Pengetahuan
Mengenai pengetahuan gizi pada masa kehamilan amat diperlukan
oleh seorang ibu hamil. Pengetahuan ini amat bermanfaat agar ibu
hamil dapat merencanakan menu makan yang sehat dan bermanfaat.
Pengetahuan ini juga amat diperlukan agar ibu hamil dapat mengatur
makanan, terutama untuk menangani berbagai keluhan kehamilan
pada setiap trimesternya. Pada trimester awal kehamilan, seorang ibu
hamil biasanya akan mengalami berbagai keluhan, seperti mual atau
muntah. Kondisi inilah yang akan membuat selera makan dariibu
hamil berkurang banyak. Selera makan yang berkurang akan
berdampak pada asupan makanan ibu hamil. Dengan pengetahuan
yang memadai, ibu hamil juga bisa menyiasati dengan makan sedikit-
sedikit tapi intensitasnya lebih sering. Ibu hamil juga dianjurkan untuk
mengonsumsi menu seimbang (Paramashanti, 2019).
g. Latar belakang adat dan kebudayaan
Hal ini juga amat berpengaruh terhadap status gizi ibu hamil.
Berbagai pantangan makanan karena adanya kepercayaan terhadap
adat dan budaya, amat dapat memengaruhi asupan makan pada ibu
hamil. Contohnya, kepercayaan antara ibu hamil bahwa ketika hamil
seorang perempuan dilarang makan ikan. Dengan memakan ikan,
beberapa adat mempercayai bahwa si bayi akan cacingan dan berbau
amis. Padahal konsumsi ikan terutama ikan laut, justru sangat
dianjurkan karena mengandung omega 3 dan omega 6 (Sukarni, 2015)

33
C. Anemia Pada Ibu Hamil
1. Pengertian
Anemia adalah penyakit kekurangan sel darah merah. Anemia
dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) < 11
gr/dl pada trimester I dan III sedangkan pada trimester II kadar
hemoglobin < 10,5 gr/dl (Bobak dalam Yanti, dkk, 2015).
Menurut American Society of Hematology, anemia merupakan
penurunan jumlah hempglobin dari batas normal sehingga tidak dapat
memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen dalam jumlah yang cukup
ke jaringan perifer (Putri dan Hastina, 2020).

2. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan


Ada beberapa klasifikasi anemia dalam kehamilan, diantaranya :
1) Menurut WHO
Klasifikasi anemia berdasarkan derajat keparahan yaitu :
a. Anemia ringan : 10,0 – 10,9 gr/dl
b. Anemia sedang : 7,0 – 9,9 gr/dl
c. Anemia berat : < 7,0 gr/dl ( Liananiar, 2020)
2) Menurut Prawiroharjo (2017)
Anemia dalam kehamilan terbagi atas anemia defisiensi besi,
anemia megaloblastik, anemia hipoplastik, anemia hemolitik, dan
anemia lainnya.
a) Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia akibat kekurangan zat
besi. Kekurangan ini disebabkan kurangnya pasokan unsur besi
dalam makanan, gangguan reabsorpsi, terlampau banyak zat besi
yang keluar dari badan (misalnya perdarahan).
b) Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi asam folat.
Gejala yang tampak adalah malnutrisi, glositis berat, diare, dan
kehilanan nafsu makan.

34
c) Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik terjadi akibat sumsum tulang belakang
kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
d) Anemia hemolotik
Anemia hemolotik disebabkan oleh penghancuran sel darah
merah yang berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya. Ibu
dengan anemia hemolotik biasanya sulit hamil. Jika ia hamil,
biasanya akan terjadi anemia berat. 5)
e) Anemia lainnya
Seorang wanita yang menderita suatu jenis anemia, baik
anemia turunan, anemia karena malaria, cacing tambang, penyakit
ginjal menahun, penyakit hati, dan sebagainya. Jika hamil, dapat
dapat berpotensi menimbulkan anemia yang berat. Dalam hal ini,
anemia berat akan berpengaruh negatif terhadap ibu dan janinnya
(Arantika, dkk, 2019).
3. Etiologi Anemia dalam Kehamilan
1) Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan
2) Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil,
masa tumbuh kembang pada remaja
3) Meningkatnya volume plasma yang tidak sebanding dengan
peningkatan volume sel darah merah. Ketidaksesuaian antara kenaikan
volume plasma dan eritrosit paling sering terjadi pada kehamilan
trimester kedua.
4) Penyakit kronis, seperti tuberculosis dan infeksi lainnya.
5) Perdarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang, malaria,
haid yang berlebihan dan melahirkan.
6) Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan, karena saat hamil
kebutuhan zat-zat makanan bertambah untuk memproduksi sel darah
merah yang lebih banyak untuk ibu dan janin yang dikandungnya, dan
pada saat hamil terjadi perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum
tulang (Simbolon, dkk, 2018).
4. Patofisiologi

35
Peningkatan plasma mengakibatkan meningkatnya volume darah ibu
dalam kehamilan. Peningkatan plasma tersebut tidak mengalami
keseimbangan dengan jumlah sel darah merah sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan kadar hemoglobin. Pada ibu yang sebelumnya telah
menderita anemia, hemodilusi mengakibatkan kadar Hb dalam tubuh ibu
semakin encer. Akibatnya transport O2 dan nutrisi pada sel akan
terganggu dan menyebabkan terjadinya gejala lemah, letih, lesu dan
mengantuk (Husin, 2015).
Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar
800-1000 mg untuk mencukupi kebutuhan, seperti terjadi peningkatan sel
darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncak
pada usia kehamilan 32 minggu-34 minggu, janin membutuhkan zat besi
sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang selama melahirkan. Jika
cadangan zat besi sebelum kehamilan berkurang maka pada saat hamil ibu
dengan mudah mengalami kekurangan zat besi (Riswan, 2017).
5. Tanda dan Gejala
Gejala anemia kehamilan antara lain cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan berkurang, hilang
konsentrasi, napas pendek, dan mual muntah berlebihan. Tanda-tanda
anemia yaitu :
1) Peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi
oksigen lebih banyak ke jaringan
2) Peningkatan pernapasan karena tubuh berusaha menyediakan lebih
banyak oksigen dalam darah
3) Pusing karena berkurangnya darah ke otak
4) Terasa lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ termasuk
otot tulang dan rangka
5) Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi
6) Mual akibat penurunan aliran darah saluran pencernaan dan susunan
saraf pusat
7) Penurunan kualitas rambut dan kulit (Soebroto, 2020).
6. Faktor Resiko Anemia dalam Kehamilan

36
Faktor resiko kejadian anemia paling utama adalah umur. Umur ibu
hamil berhubungan erat dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang ideal adalah 20-35 tahun. Ibu hamil yang berusia kurang
dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun dapat beresiko mengalami anemia.
Paritas, adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran
maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Kurang Energi Kronis
(KEK), ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk menderita
anemia. Infeksi dan Penyakit, pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil
akan kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya. Jarak
kehamilan, ibu hamil dengan jarak kehamilan terlalu dekat beresiko terjadi
anemia, karena cadangan zat besi ibu hamil pulih akhirnya berkurang
untuk keperluan janin yang dikandungnya (Simbolon, dkk, 2018).
Menurut Priyanti, dkk (2020) anemia pada kehamilan dipengaruhi
oleh umur ibu, paritas, kekurangan energi kronik (KEK), jarak kehamilan,
pendidikan, sosial ekonomi, pendapatan, pengetahuan, kunjungan ANC,
riwayat kesehatan, pola konsumsi tablet Fe, dan penyakit infeksi.
1) Umur ibu hamil
Anemia pada kehamilan berhubungan signifikan dengan umur ibu
hamil. Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang
hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan.
Kurangnya pemenuhan zat-zat gizi selama hamil terutama pada usia
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun akan meningkatkan resiko
terjadinya anemia. Ibu hamil yang berusia lebih dari 35 tahun akan
mempengaruhi kondisi janinnya, pada proses pembuahan kualitas sel
telur wanita usia ini sudah menurun jika dibandingkan dengan usia
reproduksi sehat sehingga menyebabkan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan janin seperti IUGR (Intra Uterine
Growth Retardation) yang berakibat BBLR (Priyanti, dkk, 2020)
2) Paritas
Penelitian oleh Abriha et al (2015) menunjukkan bahwa ibu
dengan paritas dua atau lebih, berisiko 2,3 kali lebih besar mengalami
anemia daripada ibu dengan paritas kurang dari dua. Hal ini dapat

37
dijelaskan karena wanita yang memiliki paritas tinggi umumnya dapat
meningkatkan kerentanan untuk perdarahan dan deplesi gizi ibu.
Dalam kehamilan yang sehat, perubahan hormonal menyebabkan
peningkatan volume plasma yang menyebabkan penurunan kadar
hemoglobin namun tidak turun di bawah tingkat tertentu (misalnya
11,0 g / dl). Dibandingkan dengan keadaan tidak hamil, setiap
kehamilan meningkatkan risiko perdarahan sebelum, selama, dan
setelah melahirkan. Paritas yang lebih tinggi memperparah risiko
perdarahan. Di sisi lain, seorang wanita dengan paritas tinggi memiliki
ukuran jumlah anak yang besar yang berarti tingginya tingkat berbagi
makanan yang tersedia dan sumber daya keluarga lainnya dapat
mengganggu asupan makanan wanita hamil (Padmi, 2018).
3) Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk
penapisan status gizi kekurangan energi kronik. LILA yang rendah
encerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake makanan
sehari-hari yang biasanya diiringi dengan kekurangan zat gizi lain
seperti besi (Priyanti, dkk, 2020).
Anemia lebih tinggi terjadi pada ibu hamil dengan Kurang Energi
Kronis (LILA < 23,5 cm) dibandingkan dengan ibu hamil yang bergizi
baik. Hal tersebut mungkin terkait dengan efek negatif kekurangan
energi protein dan kekurangan nutrisi mikronutrien lainnya dalam
gangguan bioavailabilitas dan penyimpanan zat besi dan nutrisi
hematopoietik lainnya (asam folat dan vitamin B12) (Padmi, 2018).
4) Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai
waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali
ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat
beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi
ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang
dikandungnya (Priyanti, dkk, 2020).
5) Pendidikan

38
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa anemia yang di
derita masyarakat adalah banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan
malnutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan dengan
jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat
sosial ekonomi rendah. Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki
pengaruh terhadap peningkatan kemapuan berpikir. Seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang
lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal
baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan rendah.
Pendidikan formal yang dimiliki seseorang akan memberikan wawasan
kepada orang tersebut terhadap fenomena lingkungan yang terjadi,
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin luas
wawasan berpikir sehingga keputusan yang akan diambil akan lebih
realistis dan rasional. Dalam konteks kesehatan tentunya jika
pendidikan seseorang cukup baik, gejala penyakit akan lebih dini
dikenali dan mendorong orang tersebut untuk mencari upaya yang
bersifat preventif (Notoatmodjo, 2018).
6) Sosial Ekonomi
Perilaku seseorang dibidang kesehatan dipengaruhi oleh latar
belakang sosial ekonomi. Sekitar 2/3 wanita hamil di negara
berkembang diperkirakan menderita anemia dibanding negara maju.
Kondisi anak yang terlahir dari ibu yang kekurangan gizi dan hidup
dalam lingkungan miskin akan menghasilkan generasi yang
kekurangan gizi dan mudah terinfeksi penyakit. Dengan kata lain
kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu
sebelum atau selama hamil (Priyanti, dkk, 2020). Ibu hamil yang tidak
bekerja tidak dapat melakukan kunjungan ANC lebih awal dan kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi (Padmi, 2018).
7) Pendapatan
Pendapatan yaitu suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari
pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota
keluarga lainnya. Pemenuhan akan kebutuhan seseorang menjadi

39
terbatas Keadaan perekonomian ibu hamil yang rendah akan
mempengaruhi biaya daya beli dan tingkat konsumsi ibu akan
makanan yang membantu penyerapan zat besi, sehingga akan
berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi ibu hamil. Kebanyakan
ibu rumah tangga hanya bergantung pada pendapatan suami mereka
dalam kaitannya dengan kebutuhan finansial (Priyanti, dkk, 2020).
8) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menstimulasi atau
merangsang terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan. Apabila
ibu hamil mengetahui dan memahami akibat anemia dan cara
mencegah anemia maka akan mempunyai perilaku kesehatan yang
baik dengan harapan dapat terhindar dari berbagai akibat atau risiko
dari terjadinya anemia kehamilan. Perilaku kesehatan yang demikian
berpengaruh terhadap penurunan kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu
hamil yang mempunyai pengetahuan kurang tentang anemia dapat
berakibat pada kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat
besi selama kehamilan yang dikarenakan oleh ketidaktahuannya
(Purbadewi, 2017).
9) Kunjungan ANC
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik
kesehatan ibu yang mengandung ataupun janin sehingga dalam masa
kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini
dilakukan untuk menghindari gangguan sedini mungkin dari segala
sesuatu yang membahayakan kesehatan ibu dan janin (Kemenkes RI,
2017).
Kunjungan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilan
berpengaruh terhadap kejadian anemia. Hal tersebut sesuai dengan
tujuan ANC yaitu mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan, dan pendarahan (Prawirohardjo,
2018).

40
Kunjungan ibu hamil yang sesuai standar akan memberikan
kemudahan tenaga kesehatan (dokter dan bidan) untuk mendeteksi
kelainan-kelainan yang akan timbul setiap saat termasuk kejadian
anemia. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) menjelaskan
tentang kebijakan program kunjungan ANC sebaiknya dilakukan
paling sedikit empat kali selama kehamilan yaitu satu kali pada
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada
trimester ketiga. Standar minimal yang diberikan termasuk 10 T:
a) Timbang berat badan dan ukur berat badan
b) Ukur tekanan darah
c) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)
d) Ukur tinggu fundus uteri/tinggi rahim
e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
f) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus bila
diperlukan
g) Beri tablet tambah darah
h) Tes/periksa laboratorium
i) Tata laksana/penanganan kasus
j) Temu wicara/konseling
Kunjungan pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan untuk
mendeteksi secara dini kejadian anemia pada ibu hamil dan
penangananya yaitu dengan pemberian TTD. Dokter atau bidan akan
sulit mengevaluasi keadaan anemia seseorang apabila ibu hamil tidak
pernah memeriksakan diri atau tidak teratur memeriksakan
kehamilannya karena setiap saat kehamilan dapat berkembang menjadi
masalah pada ibu maupun janin. j. Riwayat Kesehatan Riwayat
kesehatan dan penggunaan obat membantu dokter dalam penyiapan
gizi khusus bagi ibu hamil. Wanita berpenyakit kronis memerlukan
bukan hanya zat besi untuk mengatasi penyakitnya, juga untuk
kehamilannya yang sedang dijalani (Priyanti, dkk, 2020)
Pola Konsumsi Tablet Fe Kepatuhan konsumsi tablet tambah
darah sangat penting dalam keberhasilan pengobatan anemia.

41
Kepatuhan adalah menurut perintah, taat pada perintah atau aturan, dan
berdisiplin (Depdiknas, 2018). Tablet tambah darah sering disebut
tablet zat besi. Zat besi merupakan mineral yang diperlukan oleh
semua sistem biologi di dalam tubuh. Zat besi adalah komponen dari
hemoglobin, mioglobin, enzim katalase, serta peroksidase. Besi
merupakan mineral mikron yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh 15 manusia dewasa (Almatsier, 2019).
Zat besi mempunyai fungsi esensial di dalam tubuh yaitu sebagai
alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai
reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Sulistyawati, 2019). Apabila
terjadi kekurangan zat besi maka reaksi enzim dalam tubuh akan
terganggu. Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang
diprioritaskan dalam program suplementasi. Dosis suplementasi yang
dianjurkan dalam satu hari adalah dua tablet (satu tablet mengandung
60 mg besi dan 200 mg asam folat) yang diminum selama paruh kedua
kehamilan karena pada saat tersebut kebutuhan akan zat besi sangat
tinggi (Kemenkes RI, 2017).
Pemberian tablet tambah darah merupakan program pemerintah
yaitu dengan jumlah pemberian 90 tablet selama kehamilan. Tablet
tambah darah yang menjadi program pemerintah ini mengandung
komposisi Ferro Sulfat 200 mg (setara dengan besi elemen 60 mg),
Asam Folat 0,25 mg dengan kemasan isi 30 tablet pada setiap
bungkusnya. Suplementasi TTD seharusnya dimulai pada waktu
sebelum hamil untuk BBLR dan lahir preterm. Mayoritas wanita di
Denmark dan USA direkomendasikan untuk mengonsumsi TTD di
awal kehamilan yaitu pada umur kehamilan 10 minggu atau saat
kunjungan pertama kali ANC (Milman, 2015).
Dengan suplementasi sebelum hamil, diharapkan sel darah merah
meningkat sebelum umur kehamilan 12 minggu karena zat besi sangat
penting untuk perkembangan awal dari otak janin. l. Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi seperti TBC, cacing 59 usus dan malaria juga
penyebab terjadinya anemia karena menyebabkan terjadinya

42
peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya eritrosit
(Wiknjosastro H, 2017).
7. Diagnosa Anemia
1) Data Subyektif
Hasil anamnesa terdapat keluhan lelah, pusing seperti melayang,
lemah, dan terkadang disertai sulit bernafas.
2) Data Obyektif
Hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah cenderung rendah,
pemeriksaan nadi palpitasi dan tachikardi, konjungtiva terlihat pucat
tanda hipoksia sel, hasil pemeriksaan lab penunjang kadar hemoglobin
< 11 gr/dl (Husin, 2017).
8. Dampak Anemia
Dampak anemia pada ibu hamil adalah abortus, persalinan prematur,
hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, rentan terkena infeksi,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, saat persalinan dapat
mengakibatkan gangguan His, kala pertama dalam persalinan dapat
berlangsung lama dan terjadi pertus terlantar, pada kala nifas terjadi
subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan postpartum memudahkan
infeksi puerperium, serta berkurangnya produksi ASI (Aryanti, dkk, dalam
Astriana, 2017)
Anemia pada ibu hamil akan menambah resiko melahirkan bayi berat
lahir rendah (BBLR), resiko perdarahan saat persalinan bahkan
menyebabkan kematian pada ibu dan bayinya jika ibu mengalami anemia
berat. Komplikasi ringan antara lain kelainan kuku, atrofi papil lidah,
stomatitis dan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit, gangguan
pada pertumbuhan sel tubuh dan sel otak, penurunan kognitif, rendahnya
kemampuan fisik gangguan motorik dan koordinasi, pengaruh psikologis
dan perilaku penurunan prestasi belajar (Nurbadriyah, 2019)
9. Penanganan Anemia
Ibu hamil dengan anemia dapat diberikan suplemen Fe dosis rendah
30 mg pada trimester III, sedangkan pada ibu hamil dengan anemia
defisiensi besi dapat diberikan suplemen sulfat 325mg sebanyak 1-2 kali

43
dalam sehari. Anemia yang disebabkan oleh defisiensi asam folat, dapat
diberikan asam folat 1mg/hari atau vitamin B12 dengan dosis 100-200
mcg/hari. Penanganan dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan
mengandung asam folat seperti ayam, hati, ikan, daging, telur, sayuran
hijau (brokoli, bayam, daun ubi jalar), asparagus, air jeruk dan kacang-
kacangan. Pemberian suplemen folat pada TM I sebanyak 280mg/hari, TM
II sebanyak 660mg/hari, dan TM III sebanyak 470mg/hari atau sedikitnya
ibu hamil mendapatkan suplemen asam folat sebanyak 400
mikrogram/hari (Simbolon, dkk, 2018).

D. Dismenorhoe
1. Pengertian Dismenorhoe
Dismenorhoe berasal dari bahasa yunani yaitu dysmenorhoe, terdiri
atas “dys” berarti sulit, “meno” berarti bulan dan “rhoe” berarti aliran
sehingga dismenore dapat diartikan sebagai gangguan aliran darah
menstruasi (Chauhan, M. & Kala, J. 2016). Dismenorhoe timbul akibat
kontraksi disritmik lapisan miometrium yang menampilkan satu atau lebih
gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat pada abdomen bagian bawah,
daerah pinggang dan sisi medial paha (Manuaba, 2019).
2. Klasifikasi Dismenorhoe
Dismenorhoe dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada
tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri haid
dismenorhoe di bagi menjadi nyeri spasmodic dan nyeri kongestif (Cerika,
R., RR. Wijayanti & Amelia A.L. 2017)
a. Nyeri Spasmodik
Nyeri spasmodic terasa di bagian bawah perut dan berawal
sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Banyak

44
perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri
sehingga ia tidak dapat mengerjakan apapun. Ada diantara mereka yang
pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar muntah,
kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda walaupun dijumpai
pula pada kalangan yang berusia 40 tahun keatas.Nyeri spasmodic dapat
diobati atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama
walaupun banyak pula perempuan yang tidak mengalami hal seperti itu.
b. Nyeri Kongestif
Penderita nyeri kongestif yang biasanya akan tahu sejak berhari-
hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Dia mungkin
akan mengalami pegal pada paha, sakit pada buah dada, perut kembung
tidak menentu, sakit kepala, sakit pinggang,merasa lelah atau sulit
dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi
ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar dipaha atau lengan atas,
semua itu berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang 2 minggu.
Sedang berdasarkan ada tidaknya kelainan ginekologik, dismenorhoe
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Dismenorhoe Primer
Adalah nyeri saat menstruasi dengan anatomi panggul
normal.Biasanya dimulai saat remaja (Unsal, A., Ayranci, U., Tozun,
M., Arslan, G. & Calik, E. 2016). Dismenorhoe primer terjadi jika tidak
ada penyakit organic, biasanya dari bulan ke enam sampai tahun ke dua
setelah menarche. Dismenorhoe bentuk ini diperkirakan disebakan oleh
kontraksi uterus yang dipicu oleh prostaglandin yang biasanya
terbentuk sebagai konsekuensi penghentian estrogen progesterone pada
akhir ovulasi normal. Nyeri mungkin mendahului sampai 24 jam
pengeluaran darah menstruasi, tapi biasanya muncul bersamaan dengan
keluarnya darah menstruasi (Gary Cunningham, 2018).
b. Dismenorhoe sekunder
Dismenorhoe sekunder merupakan nyeri menstruasi yang ditandai
dengan adanya kelainan pada panggul yang nyata. Terjadi akibat
berbagai kondisi patologis seperti endometritis, salfingitis, adenomiosis

45
uteri, stenosis serviks, kista ovarium, mioma uteri dan lain-lain (Unsal,
A., Ayranci, U., Tozun, M., Arslan, G. & Calik, E. 2016). Sering terjadi
pada usia lebih dari 30 tahun dimana semakin bertambahnya umur rasa
nyeri akan semakin buruk.
3. Gejala klinis dismenorhoe
Gejala klinis dismenorhoe primer ditandai dengan kram pada
panggul, nyeri biasanya datang sesaat sebelum atau pada awal menstruasi
yang akan berlangsung 1 sampai 3 hari (Unsal, A., Ayranci, U., Tozun, M.,
Arslan, G. & Calik, E. 2017). Selain dirasakan pada suprapubik, nyeri juga
dapat menjalar ke permukaan dalam paha dan dirasakan paling berat pada
hari pertama atau kedua bersamaan dengan waktu pelepasan maksimal
prostaglandin kedalam cairan menstruasi (Dawood, M.Y. 2016).

4. Penyebab Dismenorhoe (Gary Cunningham, 2018)


Beberapa faktor yang diduga berperan dalam timbulnya dismenorhoe:
a. Prostaglandin
Prostaglandin adalah hormon yang menyebabkan kontraksi pada
miometrium. Prostaglandin mempunyai efek yang dapat meningkatkan
kontraksi dari otot uterus dan mempunyai efek vasokontriksi yang pada
akhirnya dapat menyebabkan iskemi pada otot uterus yang dapat
menimbulkan rasa nyeri. Jika hormone prostaglandin dilepaskan dalam
jumlah berlebihan, maka akan timbul pula gejala lain seperti diare,
nausea, muntah dan flushing.
b. Faktor Emdokrin
Dismenorhoe terjadi karena di pengaruhi hormon progesteron
dari korfus luteum yang terbentuk saat ovulasi. Ovulasi dan produksi
progesteron berpengaruh miotonik dan vasospastik terhadap arteriol
miometrium dan endometrium.
c. Susunan Saraf (neorogik)
Saraf uterus adalah saraf otonom yang memiliki dua reseptor,

46
yaitu alfa dan beta (penghambat). Hasil penelitian Taubert (1982)
ditemukan bahwa estrogen meningkatkan aktivitas sel sel saraf pusat
sedangkan progesteron menurunkan aktivitas tersebut. Penurunan
estrogen secara cepat sebelum haid memberikan reaksi simpatikonik
terhadap ambang rangsang sehingga rangsangan sensible yang biasanya
berambang rendah berkembang menjadi nyeri.
d. Vasopresin
Peningkatan kadar vasopressin selama menstruasi pada wanita
dengan dismenorhoe dapat meningkatkan kontraksi uterus yang
disritmik sehingga aliran darah di uterus menurun dan menyebabkan
hipoksia pada uterus.
e. Psikis
Nyeri berhubungan dengan susunan saraf pusat (thalamus dan
kortek). Banyak wanita yang mengalami dismenorhoe yang dipicu atau
diperberat oleh ketidak matangan psikis berupa psikoseksual. Sering
juga terjadi gangguan psikis berupa kecemasan dan tegang yang sering
dijumpai pada remaja.
5. Etiologi Dismenorhoe
Dismenorhoe ditimbulkan karena ketidak seimbangan pengendalian
sistem saraf otonom terhadap miometrium. Pada keadaan ini terjadi
perangsangan yang berlebihan oleh saraf simpatis sehingga serabut-serabut
sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik.
Penyebab dari dismenorhoe primer adalah karena terjadinya peningkatan
atau produksi yang tidak seimbnag dari prostaglandin endometrium selama
menstruasi. Prostaglandin akan meningkatkan tonus uteri dan kontraksi
sehingga timbul rasa sakit pelepasan prostaglandin diinduksi oleh adanya
lisis endometrium dan rusaknya membran sel akibat pelepasan lisosim.
6. Resiko Dismenorhoe
Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi dismenorhoe :
a. Usia Menarche
Usia menarche yang awal yaitu usia kurang dari 12 tahun,
meningkatkan angka kejadian dismenorhoe, sedangkan wanita yang

47
terlambat mengalami menstruasi menurunkan angka kejadian
dismenorhoe, hal itu berkaitan dengan penyebab yaitu adanya
peradangan saat menstruasi dan dimulai saat siklus ovulasi (Shiferaw
MT, Wubshet M, Tegabu D. 2018).
b. Usia
Penelitian di Euthopia, usia menjadi salah satu faktor resiko
kejadian dismenorhoe, dengan nilai OR=1,38. Dalam penelitian
tersebut, usia yang berisiko terjadinya dismenorhoe adalah usia 14-24
tahun, yaitu usia reproduktif bagi wanita (Shiferaw MT, Wubshet M,
Tegabu D. 2018).
c. Lama Menstruasi
Menstruasi yang berkepanjangan menjadi faktor yang dapat
meningkatkan intensitas dismenorhoe, hal ini bekaitan dengan
inflamantori saat menstruasi.

d. Aktifitas fisik
Dalam penelitian Abebaw (2016) didapatkan bahwa wanita
dengan aktivitas fisik yang rendah berisiko 0,39 kali mengalami
dismenorhoe primer (Shiferaw MT, Wubshet M, Tegabu D. 2018).
Penelitian Fajaryati (2016) mendapatkan bahwa intensitas dismenorhoe
mengalami penurunan dari 4,48 menjadi 1,91 setelah melakukan
aktifitas secara rutin (Fajaryati, N. 2016). Terjadi peningkatan derajat
dimenorhoe pada wanita yang memiliki aktifitas fisik rendah atau tidak
berolah raga dapat disebabkan karena oksigen tidak dapat tersalurkan
ke pembuluh-pembuluh darah di organ reproduksi yang saat itu terjadi
vasokonstriksi.Pada seseorang yang mempunyai kebugaran jantung,
paru paru dan pembuluh darah yang baik maka berbagai sistem dalam
tubuhnya dapat bekerja secara optimal untuk menghantarkan oksigen
dan nutrisike organ dan jaringan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Saat
tubuh melakukan aktivitas fisik , maka akan terjadi fase dilatasi otot
akibat peningkatan metabolism. Sejumlah faktor yang terpenting dalam
meningkatkan curah jantung adalah vasodilatasi yang terdapat pada otot

48
selama berolahraga. Seseorang yang melakukan aktivitas fisik yang
ternyata kekuatan tekanan arterinya hanya naik 20-40 mmHg. Hal itu
dikarenakan adanya pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) yang
memperlancar peredaran oksigen dan makanan ke seluruh tubuh. Ketika
terjadi dismenorhoe primer, nyeri akan berkurang karena darah dan
oksigen dapat tersalurkan ke pembuluh darah yang mengalami
vasokontriksi akibat prostaglandin(WHO. 2018).
Berdasarkan jenis kegiatannya, aktivitas fisik dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
1) Kegiatan ringan :
Kegiatan yang menyebabkan perubahan dalam pernafasan
atau ketahanan dan hanya memerlukan sedikit tenaga. Ketahanan
yang dihasilkan sangat berguna untuk organ paru-paru, otot dan
sirkulasi darah. Durasi kegiatan yang diperlukan untuk
mendapatkan ketahanan hanya selama 30 menit (4-7 hari/ minggu).
Contoh kegiatan: berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci kendaraan
dan bermain bersama teman.
2) Kegiatan sedang
Kegiatan yang memerlukan tenaga, gerakan otot dan
kelenturan. Sama halnya kegiatan ringan, durasi yang diperlukan
dalam kegiatan sedang selama 30 menit (4-7 hari per minggu).
Contoh kegiatan ini adalah : mencuci pakaian, menguras kamar
mandi, mengepel dan membersihkan halaman.
3) Kegiatan berat
Kegiatan yang berhubungan dengam olahraga dan
membutuhkan kekuatan. Durasi yang diperlukan dalam kegiatan
berat selama 30 menit (2-4 hari per minggu). Contoh kegiatan :
berlari, bersepeda, futsal, senam atau aerobik, dan naik turun
tangga.
7. Penanganan Dismenorhoe

49
a. Kompres dengan botol panas atau hangat pada bagian yang terasa sakit
atau nyeri, atau keram(bisa perut atau pinggang bagian belakang), suhu
hangat bisa mengurangi ketegangan otot dan rileks.
b. Mandi air hangat, dapat ditambahkan minyak aroma terapi untuk
relaksasi.
c. Berendam dengan air hangat di beri tetesan aroma terapi agar otot di
seluruh tubuh menjadi rileks.
d. Lakukan pijatan lembut dan gososk-gosok bagian tubuh yang terasa
pegal, sakit atau tegang dengan balsam atau minyak aroama terapi.
e. Tarik napas dalam dalam secara perlahan lahan untuk relaksasi.
f. Coba ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah,
ini bisa membnatu relaksasi otot rahim, sehingga nyeri berkurang atau
mereda.
g. Minum minuman hangat, the yang mengandung mint, sari jahe atau
kunir yang hangat dapat membantu mengurangi atau meringankan rasa
sakit nyeri, atau keram terutama bagian perut.
h. Anjurkan untuk berolah raga dan banyak bergerak akan memperlancar
aliran darah dan tubuh akan terangsang untuk memproduksi endofrin
yang bekerja untuk mengurangi rasa sakit dan menimbulkan rasa
gembira.
i. Berbaring pada satu sisi tubuh, lalu tarik lutut sampai ke batas dada,
lakukan beberapa kali akan membantu meringankan rasa pegal dan
sakit pada punggung.
j. Makan makanan yang bergizi dan hindari konsumsi garam dan kafein.
k. Konsultasi dengan dokter untuk pemberian obat penghilang rasa nyeri.

50
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI PADA Nn ”H”


DAN TN”S” DENGAN PEMERIKSAAN PRANIKAH
DI UPT BLUD PUSKESMAS KOTARAJA

Tanggal Pengkajian : 16 Agustus 2023


Waktu Pengkajian : 11.00 – 12.00 Wita
Tempat : Ruang KIA
Pengkaji : Kelompok Kotaraja

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Pasien
Identitas Pasien
Nama Klien : Nn “H” Nama KK : Tn. “S”
Umur : 21 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Repok Are Alamat : Kembang Seri
2. Alasan Datang
1. Nn ”H” dan Tn ”S” datang ke Puskesmas Karena ingin melakukan
pememeriksakan pranikah sebagai persyaratan KUA.
2. Nn”H” mengeluh perut yang sakit setiap menstruasi
3. Persiapan perencanaan kehamilan sehat
4. Konseling persiapan pernikahan
3. Keluhan Utama
a. Catin Perempuan
1) Nn ”H” mengatakan akan menikah pada bulan agustus tahun
2023 dan ingin berkonsultasi serta melakukan pemeriksakan
kesehatannya.

51
2) Nn”H” datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah saat
haid hari ke -2.
c. Catin Laki-laki
Tn”S” mengatakan akan menikah pada bulan agustus tahun 2023
dan ingin berkonsultasi serta melakukan pemeriksakan
kesehatannya.
4. Riwayat Menstruasi
Umur menarche : 12 tahun
Lama haid : 7 hari
Jumlah darah haid : 3 kali ganti pembalut
Haid terakhir : 14 Agustus 2023
Gangguan Haid : Nyeri haid saat hari pertama dan kedua
Flour albous : Tidak ada
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Klien
1) Catin Perempuan
Riwayat kesehatan Nn“H” : Pasien mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit
2) Catin laki-laki
Riwayat Kesehatan Tn”S” : Pasien mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Catin Perempuan
Pasein mengatakan riwayat penyakit hipertensi: tidak ada, asma
: tidak ada, jantung : tidak ada, alergi : tidak ada, diabetes:
tidak ada, jiwa : tidak ada
b) Catin Laki-laki
Pasein mengatakan riwayat penyakit hipertensi: tidak ada, asma
: tidak ada, jantung : tidak ada, alergi : tidak ada, diabetes:
tidak ada, jiwa : tidak ada
6. Riwayat Imunisasi TT
Nn”H” mengatakan tidak pernah diberikan imunisasi Tetanus Toksoid

52
7. Riwayat Sosial Budaya
a. Catin Perempuan
Nn”H” mengatakan tidak ada kepercayaan dalam budaya pada
pranikah.
b. Catin Laki-laki
Tn”S” mengatakan tidak ada kepercayaan dalam budaya pada
pranikah.
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi dan Cairan
1) Nutrisi
Pola kebiasaan Nn”H” Tn “S” Keluhan
Jenis makanan Dalam 1 Dalam 1 Tidak ada
dan asupan piring piring
terdapat terdapat
nasi 2-3 nasi 3-4
sendok, sendok,
sayur, ikan sayur, ikan
dan telur dan telur
Frekuensi 2-3 kali 2-3 kali -
sehari sehari
Alergi Tidak ada Tidak ada -
2) Cairan
Pola kebiasaan Nn”H” Tn “S” Keluhan
Minum >5 gelas air >5 gelas air
putih sehari putih sehari
1 gelas kopi
Kebiasaan Tidak Tidak Tidak ada
minum alkohol pernah pernah
b. Pola Istirahat
Istirahat dan tidur
Pola kebiasaan Nn”H” Tn “S” Keluhan
Waktu dan lama Saat siang Saat malam Siang berdagang
istirahat dan malam hari saja
hari
Tidur Siang 2-3 Malam 5-6 Tidak ada
jam jam
keluhan_
Malam 5-6
jam

53
c. Pola Aktifitas
Pola kebiasaan Nn”H” Tn “S” Keluhan
Aktifitas Melakukan Bekerja Tidak ada
pekerjaan sebagai
rumah karyawan
PLN
Olahraga Tidak pernah Tidak Tidak ada
pernah
Lama bekerja Tidak ada 6-7 jam Tidak ada
perhari
sebagai
karyawan
PLN

d. Pola Eliminasi
Pola kebiasaan Nn”H” Tn “S” Keluhan
Urine
Frekuensi >6 kali sehari >6 kali sehari
Warna Jernih Jernih
Feses
Frekuensi 1 kali sehari 1-2 kali Tidak ada
Konsistensi Lunak sehari Tidak ada
Warna Kekuningan Lunak/padat Tidak ada
kekuningan

e. Pola Personal Hygiene


Pola kebiasaan Nn”H” Tn “S” Keluhan
Mandi 2-3 kali 1-2 kali Tidak ada
Gosok gigi sehari sehari Tidak ada
Keramas 2 kali sehari 2-3 kali Tidak ada
Ganti baju 2 kali sehari sehari Tidak ada
Cuci tangan 2 kali sehari 1kali sehari Tidak ada
Sebelum dan Sebelum dan
setelah setelah
makan makan

f. Pola Kebiasaan
Pola kebiasaan Nn”H” Tn “S” Keluhan
Merokok Tidak Tidak Tidak ada
Begadang Ya merokok
Minum jamu- Tidak Ya
jamuan tidak Ya
Obat terlarang Tidak

54
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Nn”H” Tn “S”
Keadaan Umum : Baik Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmenthis Kesadaran :
Tanda Vital Composmenthis
Tekanan Darah : 100/70 mmHg Tanda Vital
Nadi : 82 x/menit Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,5 ֠C Nadi : 80 x/menit
RR : 18 x/menit Suhu : 36,5 ֠C
antropometri RR : 21 x/menit
BB : 39 kg antropometri
TB : 147 cm BB : 57 kg
LILA : 22,5 cm TB : 167 cm
IMT : 18 IMT : 20.4

2. Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Nn”H” Tn “S”
1) Kepala
Wajah Tidak pucat Tidak pucat
Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
pucat,Sclera tidak pucat,Sclera tidak
kuning kuning
Mulut dan gigi Bibir tidak pucat dan Bibir tidak pucat dan
tidak kering, tidak ada tidak kering, tidak ada
sariawan, gigi tidak ada sariawan, gigi caries
yang berlubang
2) Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid vena kelenjar thyroid vena
jugularis dan kelenjar jugularis dan kelenjar
limfe limfe
3) Dada Tidak ada rektrasi dada
4) Payudara Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
5) Abdomen Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
6) Genetalia Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
7) Ekstermitas
Atas Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada
Bawah oedema oedema
Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada
oedema, lutut dan oedema, lutut dan
persendian tidak ada persendian tidak ada
terasa kaku terasa kaku

55
3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 16 Agustus 2023
Pemeriksaan Nn”H” Tn “S” Nilai rujukan
HB 11,9 gr% 14,9 gr% L : 13,5-17 gr%
HBSAg Non reaktif Non reaktif P : 12-15 gr%
HIV Non reaktif Non reaktif Non reaktif
Golda A+ O+ Non reaktif

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Dx : Nn”H” umur 21 tahun dengan dismenorhea
Ds :Klien mengatakan ingin melakukan pemeriksaan pranikah
sebagai persyaratan menikah sesuai dengan pertimbangan
KUA, belum pernah diberikan imunisasi TT, klien
mengeluh nyeri perut karena menstruasi
Do : Keadaan Umum baik, kesadaran composmentis, TD: 100
/70 mmHg, N:82 x/menit, S:36,5 ֠C, RR:18 X/menit, TB:
147 cm, BB: 39 kg, LILA: 22.5 cm. HB: 11,9 gr%, IMT:
18
Masalah : dismenorhoe
Kebutuhan : Pemenuhan kebutuhan nyaman nyeri

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Masalah pontensial : tidak ada
Nn " H" membuat perencanaan kehamilan sehat

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA, KOLABORASI DAN


RUJUKAN
Kebutuhan segera : - mengajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
- Pemberian imunisasi TT
- Konseling pranikah dan prakonsepsi
Kolaborasi :-
Rujukan : tidak ada

56
V. INTERVENSI
Tanggal: 16 Agustus 2022 pukul 11.30 wita
1. Jelaskan imform consent kepada psien mengenasi prosedur pemeriksaan
yang dilakukan
2. Lakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital pada pasien
3. Anjurkan unuk melakukan pemeriksaan laboratorium
4. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
5. Berikan KIE tentang tehnik meringankan keluhan nyeri saat haid
a. Kompres dengan botol panas atau hangat pada bagian yang terasa
sakit atau nyeri, atau keram(bisa perut atau pinggang bagian
belakang), suhu hangat bisa mengurangi ketegangan otot dan rileks.
b. Mandi air hangat, dapat ditambahkan minyak aroma terapi untuk
relaksasi.
c. Berendam dengan air hangat di beri tetesan aroma terapi agar otot di
seluruh tubuh menjadi rileks.
d. Lakukan pijatan lembut dan gososk-gosok bagian tubuh yang terasa
pegal, sakit atau tegang dengan balsam atau minyak aroama terapi.
e. Tarik napas dalam-dalam secara perlahan-lahan untuk relaksasi.
f. Coba ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah,
ini bisa membantu relaksasi otot rahim, sehingga nyeri berkurang atau
mereda.
g. Minum minuman hangat, teh yang mengandung mint, sari jahe atau
kunir yang hangat dapat membantu mengurangi atau meringankan
rasa sakit nyeri, atau keram terutama bagian perut.
h. Anjurkan untuk berolahraga dan banyak bergerak akan memperlancar
aliran darah dan tubuh akan terangsang untuk memproduksi endofrin
6. Berikan pendidikan kesehatan kepada klien tentang pentingnya konsmsi
tablet tambah darah untuk persiapan kehamilan yang sehat dan resiko
yang ditimbulkan

57
7. Berikan pendidikan kesehatan kepada klien entang perencanaan
penundaan kehamilan selama satu bulan dan beserta resiko yang bisa
terjadi
8. Berikan pendidikan kesehatan pernikahan yang ideal
9. Berikan pendidikan kesehatan kepada klien tentang PHBS bagi
lingkungan rumah tangga
10. Berikan pendidikan kesehatan untuk menjaga kesehatan
11. Anjurkan untuk tetap menjaga kesehatan reproduksi
12. Motivasi klien untuk mempersiakan mental dan fisikisnya untuk persiapa
pernikhan
13. Berikan imunisasi TT untuk mencega calon pengantin terhindar dari
penyakit tetanus toksoid
14. Berikan terapi tablet tambah darah
15. Anjurkan utuk kontrol satu bulan lagi

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 16 Agustus 2023 jam 11.40 wita
1. Menjelaskan imform consent kepada psien mengenasi prosedur
pemeriksaan yang dilakukan
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital pada pasien
3. Menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
4. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
5. Berikan KIE tentang tehnik meringankan keluhan nyeri saat haid
a. Kompres dengan botol panas atau hangat pada bagian yang terasa
sakit atau nyeri, atau keram(bisa perut atau pinggang bagian
belakang), suhu hangat bisa mengurangi ketegangan otot dan rileks.
b. Mandi air hangat, dapat ditambahkan minyak aroma terapi untuk
relaksasi.
c. Berendam dengan air hangat di beri tetesan aroma terapi agar otot di
seluruh tubuh menjadi rileks.
d. Lakukan pijatan lembut dan gososk-gosok bagian tubuh yang terasa
pegal, sakit atau tegang dengan balsam atau minyak aroama terapi.
e. Tarik napas dalam-dalam secara perlahan-lahan untuk relaksasi.

58
f. Coba ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah,
ini bisa membantu relaksasi otot rahim, sehingga nyeri berkurang atau
mereda.
g. Minum minuman hangat, teh yang mengandung mint, sari jahe atau
kunir yang hangat dapat membantu mengurangi atau meringankan
rasa sakit nyeri, atau keram terutama bagian perut.
h. Anjurkan untuk berolahraga dan banyak bergerak akan memperlancar
aliran darah dan tubuh akan terangsang untuk memproduksi endofrin
6. Berikan pendidikan kesehatan kepada klien tentang pentingnya konsmsi
tablet tambah darah untuk persiapan kehamilan yang sehat dan resiko
yang ditimbulkan
7. Berikan pendidikan kesehatan kepada klien tentang perencanaan
kehamilan selama
8. Berikan pendidikan kesehatan pernikahan yang ideal
9. Berikan pendidikan kesehatan kepada klien tentang PHBS bagi
lingkungan rumah tangga
10. Berikan pendidikan kesehatan untuk menjaga Kesehatan
11. Anjurkan untuk tetap menjaga kesehatan reproduksi
12. Motivasi klien untuk mempersiakan mental dan fisikisnya untuk persiapa
pernikhan
13. Memberikan imunisasi TT untuk mencega calon pengantin terhindar dari
penyakit tetanus toksoid
14. Memberikan terapi tablet tambah darah
15. Menganjurkan utuk kontrol satu bulan lagi.

VII.EVALUASI
Tanggal 16 Agustus 2023 jam 11.45 wita
1. Klien mengerti dengan penjellasan yang diberika dan ingin melakukan
pemeriksaan calon pengantin sesuai yang diajurkan
2. Klien mengikuti arahan pemeriksan TTV dan fisik dengan baik dan
kooperatif serta mengetahui hasil pemeriksaan dirinya
3. Klien bersedia untuk menjalankan anjuran yang diberikan yaitu seperti
menjaga kesehatan reproduksi, pemeriksaan diri secara rutin dan

59
mengonsumsi tablet tambah darah sesuai anjuran yang diberikan
4. Ibu mengerti tentang KIE yang diberikan dan dapat mengulang Kembali
materi yang diberikan
5. Ibu sudah mendapatkan imunisasi TT
6. Klien sudah siap pada pernikahannya pada bulan Agustus 2023
7. Memberikan tablet tabah darah
8. Klien bersedia untuk control ulang satu bulan lagi pada puskesmas
kotaraja pada tanggal 16 September 2023 untuk pemeriksaan ulang dan
pemberian TT ulangan

60
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini Nn. “H” dan Tn. “S” sedang melakukan persiapan
pernikahan. Berdasarkan pengkajian data subyektif diperoleh bahwa Nn. “H”
berusia 21 tahun dan Tn. “S” berusia 26 tahun. Menurut BKKBN (2017), umur
ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi
wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria. Dan, umur Nn. “H”
sudah memasuki umur ideal yang matang secara biologis dan umur Tn. “S”
termasuk usia yang sudah sangat matang. Sehingga sehingga disarankan untuk
rencana kehamilan agar tidak terjadi komplikasi pada Nn. “H”
dan janin nantinya jika kehamilan terlalu lama ditunda sehingga dapat
menyebabkan kehamilan terlalu dekat untuk kehamilan berikutnya. Maka masalah
yang terdapat dalam kasus ini yaitu pengetahuan yang kurang tentang
kematangan/pertumbuhan organ reproduksi, serta menimbulkan kecemasan
ketidaksiapan menjadi orang tua. Sehingga perlu dilakukan antisipasi
penatalaksanaan yaitu pemberian KIE resiko penundaan kehamilan dan resiko
terlalu dekat usia kehamilan.
Riwayat psikososial didapatkan bahwa kedua calon pengantin sudah siap
secara mental untuk menikah dan tetapi belum siap untuk hamil setelah menikah,
bahkan ingin menunda kehamilan. Keputusan yang dibuat oleh kedua calon
pengantin masih belum tepat dan harus segera dilakukan perencanaan kehamilan,
karena usia Nn. “H” saat ini sudah 21 tahun dimana menurut teori dalam buku
Ilmu Kandungan oleh Prawirohardjo (2018) mengatakan bahwa usia reproduksi
sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Hal ini
dikarenakan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah yang memicu
terjadinya berbagai komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
Begitupun pria, disarankan untuk menikah pada usia kurang dari 40 tahun, karena
di atas usia tersebut motilitas, konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA
telah mengalami penurunan kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan
janin.
Pada riwayat menstruasi diperoleh bahwa calon pengantin wanita
memiliki siklus haid 27 – 33 hari teratur tiap bulan, lama sekitar 7 hari, ada nyeri

61
haid 1 – 2 hari tapi tidak mengganggu aktivitas, dan nada nyeri pinggang dan
mood swing 1-2 hari sebelum menstruasi. Siklus menstruasi pada wanita normal
berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28
hari (Proverawati & Misaroh, 2019). Sedangkan untuk lama menstruasi
normalnya berlangsung 3-7 hari (Ramaiah, 2016), sementara itu menurut
Proverawati dan Misaroh (2019) lama mestruasi berlangsung selama 3-5 hari dan
ada juga yang 7-8 hari. Dengan demikian tidak ada gangguan pada Nn. “H”
terkait menstruasi. Bila ditemukan gangguan menstruasi, baik siklus, lama
menstruasi, nyeri haid berlebihan, maka dapat berakibat pada gangguan
kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Adapun fluor albus yang kadang-
kadang dialami Nn. “H” memiliki sifat bening, sebelum dan setelah menstruasi,
tidak gatal, tidak berbau merupakan fisiologis atau normal. Sebagaimana
diungkapkan oleh Saifuddin (2018), bahwa keputihan normal adalah tidak berbau,
berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai
adanya kemungkinan infeksi alat genital.
Riwayat kesehatan keluarga ditemukan bahwa ayah Nn. “H”
tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus, begitupun ibu
Tn. “S” tidak memiliki penyakit diabetes melitus. Beberapa penyakit yang dapat
diturunkan ialah hipertensi dan diabetes mellitus. Sebagian besar wanita dengan
hipertensi kronis dapat mengharapkan kelahiran seorang bayi yang normal dan
sehat. Sasaran utama pada periode prakonsepsi ialah menghindarai penggunaan
penghambat ACE dan antogonis reseptor angiotensin. Wanita harus diberi
pendidikan kesehatan tentang risiko pereeklampsia dan hambatan pertumbuhan
janin. Pada laki-laki tekanan darah tinggi dapat menyebabkan masalah gangguan
ereksi baik secara langsung maupun karena efek samping obat (Varney, 2017).
Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko hipertensi dan diabetes
mellitus diharapkan keturunan penderita dapat melakukan pencegahan dengan
modifikasi diet/gaya hidup, seperti pola makan seimbang, olahraga rutin,
menghindari stress, olahraga rutin, dan cek kesehatan secara rutin sehingga dapat
terhindar dari hipertensi dan diabetes mellitus maupun komplikasinya (Kemenkes,
2014).

62
Oleh karena itu, kedua catin dianjurkan untuk pola makan seimbang,
mengurangi makanan yang mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan
kadar gula tinggi, mengurangi makanan cepat saji, mencegah stress berlebihan,
menghentikan kebiasan merokok, melakukan olahraga secara rutin, dan kontol
kesehatan secara rutin.
Pada data objektif, Nn “H” memiliki IMT 18 kg/m2 dan Lila 22,5 cm
yang termasuk dalam kategori tidak normal. IMT normal ialah 18,5 – 25 kg/m2
(Kemenkes, 2017). Sedangkan, ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di
Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LILA < 23,5 cm atau IMT < 18,5 kg/m2,
artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK atau gizi kurang, dan diperkirakan
akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak
(Supariasa, dkk, 2016).
Status nutrisi pada wanita pranikah perlu dikaji karena berhubungan
dengan kesehatan reproduksi. Mempertahankan status nutrisi yang baik, mencapai
berat badan ideal, mengontrol gangguan makan, dan mengembangkan kebiasaan
diet nutrisi yang seimbang, dapat membantu mempertahankan kesehatan sistem
reproduksi (Soetjiningsih, 2017). Jika IMT > 30 kg/m2, dapat meningkatkan
komplikasi pada kehamilan seperti preeklamsi, diabetus gestasional, kelainan
kongenital,persalinan preterm, dan lain-lain (Lisa, dkk, 2018).
Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/kriteria National Cancer Institute,
anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g%
pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan
keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan
keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya (Oehadian, 2018).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk deteksi dini ada/tidaknya penyakit
menular seksual yang nantinya dapat ditularkan kepada janin jika ibu berencana
untuk hamil. Sesuai dengan panduan dari CDC (center for Disease Control and
Prevention) US bahwa deteksi dini HIV dapat rutin pada wanita dengan sex tidak
aman, dan semua wanita yang tidak memiliki risiko virus HIV, sedangkan untuk
deteksi dini hepatitis B dilakukan pada wanita yang memiliki risiko, dan belum
pernah vaksin. Penyakit HIV dan hepatitis B dapat ditularkan saat didalam

63
kandungan melalui aliran darah plasenta yang dapat menyebabkan abortus
spontan, IUGR, kelainan kongenital (Lisa, dkk, 2018).
Keterampilan dasar prakonsepsi, KB, dan ginekologi yang terdapat dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar
profesi bidan sudah sesuai dengan penatalaksanaan pada kasus Nn. C akan tetapi
ada kesenjangan dalam penatalaksanaan khususnya pemeriksaan laboratorium
untuk catin. Dalam KMK No.369 tahun 2007 terdapat keterampilan dasar berupa
pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi potensi kehamilan yang
sehat.
Sementara itu, pada pemeriksaan yang dilakukan pada pasangan tidak
dilakukan pemeriksaan laboratorium khususnya pemeriksaan Hb dan golongan
darah. Hal ini terdapat kesenjangan dikarenakan alat pemeriksaan yang terbatas
dan dilakukan pada ibu hamil usia kehamian trimester I dan II. Sehingga tindakan
dalam penatalaksanaan dilakukan yaitu pemberian pendidikan kesehatan
mengenai Hb normal dan untuk catin perempuan dianjurkan untuk mengkonsumsi
Tablet Tambah Darah, serta mengkonsumsi makanan kaya zat besi dalam
perencanaan kehamilan nantinya, dan memberikan penkes tentang pemeriksaan
deteksi dini mengenai penyakit menular.
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka dilakukan
analisis terhadap Nn. “H” dan Tn. “S” yaitu pasangan usia subur dengan
persiapan pernikahan dan penundaan kehamilan. Penatalaksanaan yang diberikan
pada Nn “H” diantaranya dengan pemberian konseling pranikah yang didalamnya
meliputi tentang kesehatan reproduksi, khususnya penundaan kehamian dengan
usia minimal 20 tahun, persiapan kehamilan dan masa subur. Pengetahuan tentang
penundaan kehamilan dan masa subur pada pasangan calon pengantin dengan
perencanaan kehamilan sangatlah penting. Karena dengan menunda kehamilan
muda dapat mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dan janin, serta pada
pemberian penkes mengenai masa subur adalah suatu masa dalam siklus
menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah, sehingga bila
perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi
kehamilan (Indriarti, dkk, 2017).

64
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status
T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana
dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam
hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian imunisasi dasar dan
lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang
bersangkutan menjadi calon pengantin (Kemenkes, 2017). Berdasarkan tahun
kelahiran Nn. “H” mengaku selalu ikut imunisasi yang diadakan saat SD yakni
kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 yang masing-masing diberikan 2 dosis imunisasi (5
dosis), sehingga status imunisasi TT Nn. C adalah TT5 atau lengkap dengan
perlindungan > 25 tahun atau seumur hidup.
Persiapan kehamilan lainnya yakni dengan menganjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi asam folat seperti sayur hijau, susu mengandung asam folat, serta
mengkonsumsi makanan kaya zat besi seperti hati, daging sapi, sayuran hijau
tua,kacang-kacangan,ikan. Berperan dalam perkembangan sistem saraf pusat dan
darah janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem
saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam folat yang
cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan, maka dapat membantu
mencegah kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi (BKKBN, 2016).

65
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan Asuhan Kebidanan pada Nn”H” di dapatkan hasil Ds :
Klien mengatakan ingin memeriksakan keadaannya dan calon suami. Do :
Kondisi umum ibu baik, kesadaran composmentis, Tanda-tanda vital dalam
batas normal Tekanan Darah: 100/70 mmHg, Suhu: 36,5 ֠C, Nadi: 82x/menit,
Pernafasan : 18x/menit. Serta diberikan implementasi yaitu menyampaikan
hasil pemeriksaan kepada ibu dan memberikan KIE tentang perencanaan
kehamilan sehat dengan Evaluasi Klien dapat menjelaskan kembali mengenai
penjelasan yang diberikan mengenai hasil pemeriksaannya, Klien dapat
menjelaskan kembali hasil konseling yang diberikan mengenai persiapan
kehamilan yang sehat.
B. Saran
1. Puskesmas
Diharapkan Laporan kasus ini dapat menjadi masukan dalam
melakukan pelayanan peningkatan asuhan kebidanan pada pasien Pranikah
dan Prakonsepsi.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan Laporan kasus ini di harapkan dapat menjadi bahan
pustaka yang dapat memberikan gambaran pengetahuan mengenai
Pranikah dan Prakonsepsi.
3. Profesi Kebidanan
Diharapkan laporan kasus ini dapat dijaikan bahan acuan bagi tenaga
kesehatan untuk mengadakan penyuluhan pranikah dan prakonsepsi

66
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeny Olivia, 2017. Gizi Prakonsepsi, Kehamilan, dan Menyusui. Malang :


Herwinda Kususma Rahayu.

Bahan Materi Kuliah. FIP. Yogyakarta: UNY.

Chakrawati Fitria, 2010. Panduan Super Lengkap Hamil Sehat. Jakarta : Niaga
Swadaya.

Evrianasari, dkk, 2017. Pengaruh Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual
Bagi Catin Terhadap Pengetahuan Catin Tentang Reproduksi dan
Seksual. Jurnal Kebidanan Vol 3 No. 4.

Mirza, M. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan. Jogjakarta: Kata Hati.

Nurul, C. 2013. Panduan Super Lengkap Kehamilan Kelahiran dan Tumbuh


Kembang Anak. Surakarta: Ahad Books.

Oktalia, 2016. Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan dan Faktor-Faktor yang


Mempengaruhinya. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan. Vol. 3 No. 2.

Paramita, D. A., dkk. 2016. Penyakit Jantung Bawaan pada Kehamilan. CDK-
244.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Proverawati, A. dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Makna.
Purnawati, D., dkk. 2012. Konsumsi Jamu Ibu Hamil sebagai Faktor Risiko
Asfiksia Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 6 (6):
267 – 272.
Purwandari. 2011. Permulaan Kehidupan Manusia (Perkembangan Pranatal).
Reeder, Sharon J., Martin LL., and Griffin K. 2011. Keperawatan Maternitas :
Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga (Ed 18) Vol 1 (Yti A, Imami NR,
dan Sri Djuwatiningsih, penerjemah). Jakarta : EGC
Rochjati, P. 2011. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya: Airlangga
University Press.
Sumanti Ayu, 2015. Pengaruh Penyuluhan Risiko 4 terlalu terhadap motivasi
Calon Pengantin Menghindari Faktor 4 Terlalu di KUA Umbulharjo
Yogyakarta. Vol. 24 No. 3.
Yulizawati, dkk, 2016. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode PEER Education
Mengenai Skrining Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Wanita Usia Subur di Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2016.
Yogyakarta: Nuha Medika. Vol. 13 No. 6

Anda mungkin juga menyukai