Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRA KONSEPSI


DENGAN ANEMIA
DI PUSKESMAS KONANG KAB. BANGKALAN

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Stase Asuhan Kebidanan Pra


Konsepsi dan perencanaan kehamilan Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh :
Nama : YUNI ALFIA R
NIM :
Kelas :
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN STIKES NGUDIA
HUSADA MADURA
TAHUN 2022-2023
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRA KONSEPSI DENGAN ANEMIA


DI PUSKESMAS KONANG KAB. BANGKALAN

Disusun Oleh :
Nama : YUNI ALFIA R
NIM :
Kelas :

Tanggal Pemberian Asuhan 10 Januari 2023

Disetujui :

Kepala Ruangan Tanggal: 14


Januari 2023
Di: Puskesmas Konang ( Sri Yuliati, Amd.Keb )
NIP. .........................................
Pembimbing Institusi Tanggal:
14 Januari 2023 Di: Puskesmas
Konang ( Nor Indah H., S.Tr.Keb., M.Keb)
NIDN. 0713039006
Pembimbing Kasus Tanggal: 14
Januari 2023 Di: Puskesmas
Konang ( Sri Yuliati, Amd.Keb )
NIP. .........................................
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan
bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul “Asuhan
Kebidanan Pada Pra Konsepsi dengan anemia di Puskesmas Konang..
Bersama ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Dr. M. Hasinudin, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku Ketua STIKES Ngudia Husada
Madura.
2. Lelly Aprilia Vidayati, S. SiT. M. Kes, selaku Ketua Prodi Profesi Bidan STIKES
Ngudia Husada Madura.
3. Nor Indah Handayani, S.Tr. Keb., M. Keb, selaku dosen pembimbing praktek
profesi bidan stase asuhan kebidanan pada remaja / pra nikah.
4. Sri Yuliati, Amd.Keb, selaku pembimbing klinis profesi bidan stase asuhan
kebidanan pada remaja / pra nikah di Puskesmas Konang Kabupaten Bangkalan.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan laporan asuhan
kebidanan ini.
Kami menyadari bahwa asuhan kebidanan ini jauh dari sempurna tetapi
kami berharap bisa bermanfaat bagi pembaca.

Bangkalan, 1 februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................2
1.3 Tujuan……………...............................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum……………...................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus…………......................................................................................................2
1.4 Manfaat………….................................................................................................................3
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan......................................................................................................3
1.4.2 Bagi Penulis…………..........................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Asuhan Dan Manajemen Kebidanan.............................................................4
2.2 Konsep Dasar Teori Pra kosepsi...........................................................................................4
2.3 Konsep Dasar Teori Anemia ..............................................................................................21
2.4 Standar Asuhan Kebidanan Dan Model Dokumentasi.......................................................23
BAB 3 TINJAUAN KASUS..............................................................................................29
BAB 4 PEMBAHASAN.....................................................................................................35
BAB 5 PENUTUP..............................................................................................................40
5.1 Kesimpulan……….............................................................................................................40
5.2 Saran………………...........................................................................................................40
5.2.1 Bagi tenaga kesehatan ........................................................................................................40
5.2.2 Bagi pasien……………......................................................................................................40
5.2.3 Bagi keluarga………..........................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................42
LAMPIRAN........................................................................................................................43
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa prakonsepsi adalah masa sebelum hamil, wanita pra-kelahiran dianggap
sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur yang dipersiapkan untuk menjadi
seorang ibu, di mana persyaratan sehat saat ini tidak sama dengan persyaratan
sehat. anak-anak, orang muda, atau orang tua (Muh. Nur Qalbi dkk, 2014).
Prakonsepsi terdiri dari dua kata, khususnya pra dan Konsepsi. Pra berarti
sebelumnya dan konsepsi berarti berkumpulnya sel telur dan sel sperma sehingga
terjadi persiapan. Dalam arti sebenarnya asumsi adalah periode sebelum persiapan
terjadi, khususnya pertemuan sel sperma dengan sel telur. Periode inklinasi yang
telah ditetapkan sebelumnya berlangsung dari 90 hari hingga satu tahun sebelum
konsepsi, namun sebaiknya mencakup saat ovum dan sperma berkembang,
misalnya 100 hari sebelum originasi (Susilowati, et al 2016).
Pembuahan adalah awal kehamilan, di mana satu sel telur disiapkan oleh satu
sperma. Telur atau ovum manusia dikeluarkan oleh (indung telur) sejak jam
menetas. Sel konsumsi telur (sel stadium awal) mulai terbentuk dengan
mengisolasi pada 90 hari inkubasi. Pembelahan berhenti pada tahap yang terus
turun sampai pubertas dan menjadi indah ketika telur diperlakukan (Khumaira,
2012), Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan yang berlangsung
cepat dalam hal pertumbuhan fisik. Kongnitif, dan psikologi. Masa ini merupakan
masa peralihan dari anak-anak menuju remaja yang di tandai dengan banyak 2
perubahan hormone. Perubahan tersebut memperngaruhi kebutuhan gizi. Masa
remaja di bagi berdasarkan kondisi perkembangan fisik, psikologi, dan sosial.
World Health Organization (WHO) / United Nations Chlidren‟s Emergency Fund
(UNICEF) membaginya menjadi tiga fasi \, yaitu : 1. Remaja Awal (10-14 tahun),
2. Remaja pertengahan (14-17 tahun), 3. Remaja akhir (17-21 tahun)
( Susetyowati, 2016). Anemia adalah masalah kesehatan umum terbesar di dunia,
terutama di berbagai kelompok wanita usia reproduksi. Anemia Gizi adalah suatu
kondisi di mana kadar hemoglobin, hematokrit dan trombosit merah lebih rendah
dari nilai normal, karena ketidak cukupan satu atau beberapa komponen makanan
dasar yang dapat mempengaruhi awal ketidak cukupan tersebut (Arisman, 2010).
Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai
negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda
memiliki resiko yang lebih tinggi menderita anemia dibandingkan dengan laki –
laki muda karena wanita sering mengalami perdarahan menstruasi yang teratur
(Ayuningtyas dian, 2017). Anemia Defisiensi besi adalah Anemia yang timbul
akibat berkurangnya peyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi
kosong ( depeled iron store ) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan
hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi bisa di tandai oleh anemia hipokromik
mikrositer dan hasil laboratorium menunjukan cadagan besi kosong. Hal ini di
sebabkan tubuh manusia mempunyai kemapuan batas untuk menyerap besi dan
seringkali tubuh mengalami kehilangan besi yang berlebihan yang di akibatkan
pendarahan.
Data Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO)
menargetkan penurunan prevalensi anemia pada WUS sebesar 50% pada tahun
2025. Pada usia 15- 49 tahun, wanita dianggap berada pada kurun waktu masa
reproduksi, dimana wanita yang berstatus kawin pada usia tersebut dianjurkan
untuk mengatur dan merencanakan kehamilannaya untuk menceagh
masalahmasalah yang dapat timbul. Di Afrika dan Asia, anemia di perkirakan
berkontribusi lebih dari 115000 kematian ibu dan 591000 kematian perinatal
secara global pertahun dimana Prevalensi anemia diperkirakan 9% di Negara-
negara maju. Negara berkembang prevalensinya 43%. Anak-anak dan wanita usia
subur (WUS) adalah kelompok yang paling beresiko, dengan perkiraan prevalensi
anemia pada balita sebesar 47%, pada wanita hamil sebesar 42%. Dan pada wanita
yang tidak hamil usia 15-49 tahun sebesar 30% (Sandjaja Sudikno,2016).
Kementrian Kesehatan RI (2010) mendefinisikan bahwa wanita usia subur (WUS)
adalah wanita yang berada dalam priode umur antara 15-49 tahun. Wanita
pranikah merupakan bagian dari kelompok WUS perlu mempersiapkan kecukupan
gizi tubuhnya, karena sebagai calon ibu, gizi yang optimal pada wanita pranikah
akan mempengaruhi tumbuh kembang janin, kondisi kesehatan bayi yang
dilahirkan dan keselamatan selama proses melahirkan (Paratmanitya dkk.2012).
Wanita Usia Subur (WUS) Merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita
anemia gizi. Program penaggulangan anemia gizi telah dikembangkan yaitu
dimulai dari remaja, putri tingkat sekolah,SMP,SMA, dan sederajat, serta 4 wanita
di luar sekolah yang termasuk dalam kategori WUS. Penanggulagan anemia ini
dilakukan sebagai upaya strategi dalam memutus simpul siklus masalah gizi yang
prevalensinya di kalagan WUS masih tergolong dalam kategori tinggi yaitu pada
remaja wanita 26,50%, pada WUS 26,9%. Permasalahan ini mengindikasikan
anemia/ hemoglobin rendah masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia
(Depkes RI, 2015). Berdasarakan hasil Riset Keseahatan (Riskesdes) tahun 2013,
prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia dilaporkan sebesar 37,1%. Upaya
pencegahan melalui program pemberian tablet Fe pada seluruh ibu hamil pada
masa kehamilan belum memenuhi harapan, diaman cakupan pemberian tablet besi
di Indonesia pada tahu 2012 hanya sebesar 85%. Sedikit lebih tinggi
dibangdingkan dengan cakupan pemberian tablet tabah darah pada wanita hamil
tahun 2011 yaitu sebesar 83,3%. Laporan Riskesdes tahun 2013 prevalensi statis
gizi remaja umur 13-15 tahun di Indonesia adalah sangat kurus (11,1%) terdiri
dari (3,3%) sanagat kurus dan (7,8%) kurus. Prevalensi gemuk pada remaja umur
13-15 tahun di Indonesia sebesar (10,8%) terdiri dari (8,3%) gemuk dan (2,5%)
sangat gemuk (obesitas) (Kemenkes RI, 2013). Kelompok Wanita Usia Subur
(WUS) merupaka masalah keseahatan masyarakat terbesar di dunia terutama
anemia pada WUS yang dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan
kapasitas atau kemampuan dan produktifitas kerja. Anemia juga menyebabkan
rendahnya kemampuan 5 jasmanai oleh sel-sel tubuh tidak cukup mendapat
pasokan oksigen (Muh.Nur Qalbi dkk,2014). Hasil Riskedes tahun 2013
menunjukan presentase anemia pada WUS umur 15-44 tahun sebesar 35,5%.
Kondisi anemia dapat meningkatkan resiko kematian ibu pada saat
melahirkan bayi dengam berat badan lahir rendah, janin dan ibu mudah terkena
infeksi, keguguran, dan menigkatkan resiko bayi lahir prematur. Distribusi wanita
prakonsepsi berdasarkan asupan zat besi (Fe) di kota Makassar tahun 2013, hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki asupan zat besi
(Fe) kurang yaitu sebesar 98,4% dan hanya 1.6% responden yang memiliki asupan
zat besi (Fe) cukup (Juslina, Thaha, & Virani, 2013). Pada wanita pra konsepsi
yang mengalami anemia diberikan tablet penambah darah sebanyak 10 biji yang
dianjurkan untuk dikomsumsi 1 tablet perhari. Dan apabila kondisi berlanjut
mereka disarankan untuk mendatangkan layanan kesehatan seperti puskesmas
ataupun dokter praktek swasta (L.S.Ani dkk, 2018).
Menurut Agragawal S, Faktor–faktor yang menyebabkan terjadinya anemia
pada populasi melibatkan interaksi kompleks dari faktor–faktor sosial, politik,
ekologi, dan biologi. Sedangkan penyebab utama anemia adalah gizi dan infekasi
(Sandjaja Sudikno,2016).
Dari uraian di atas penulis tertarik mengambil kasus dengan judul “Asuhan
Kebidanan Pada Ny S Usia 20 tahun Dengan Anemia di Puskesmas Konang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah di antaranya:
1.2.1 Bagaimanakah konsep Pra Konsepsi ?
1.2.2 Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan Pra Konsepsi ?
1.2.3 Bagaimana konsep Anemia pada Prakonsepsi ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan
pada Ny S usia 20 tahun dengan Anemia menggunakan pendekatan tujuh langkah
varney secara komprehensif.
1.3.1.1 Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian data pada Ny S dengan Anemia di
Puskesmas Konang.
2. Dapat melakukan interpretasi data pada Ny S dengan Anemia di
Puskesmas Konang.
3. Dapat merumuskan diagnosa potensial dan antisipasi pada Ny S dengan
Anemia di Puskesmas Konang
4. Dapat melaksanakan tindakan segera pada Ny S dengan Anemia
di Puskesmas Konang.
5. Dapat membuat rencana tindakan pada Ny S dengan Anemia di
Puskesmas Konang.
6. Dapat membuat implementasi data pada Ny S dengan Anemia
di Puskesmas Konang.
7. Dapat membuat evaluasi pada Ny S dengan Anemia di Puskesmas
Konang.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan asuhan kebidanan ini dapat dijadikan acuan untuk
pengembangan keilmuan dimasa yang akan datang terutama pada pelayanan
kebidanan.
2. Bagi Penulis
Penulisan asuhan kebidanan yang dilakukan diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman mengenai kesehatan Pra Konsepsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Asuhan dan Manajeman Kebidanan


1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk
mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien.

2.2. Konsep Dasar Teori Pra Konsepsi


1. Pengertian Pra Konsepsi
Masa pra konsepsi merupakan masa sebelum hamil, wanita prakonsepsi
diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur yang siap menjadi
seorang ibu, dimana kebutuhan gizi pada masa ini berbeda 17 dengan masa anak-
anak, remaja, ataupun lanjut usia (Muh. Nur Qalbi dkk,2014). Masa prakonsepsi
merupakan periode kritis dalam mencapai hidup yang sehat, terutama bagi
pasangan yang akan membagun rumah tangga. Prakonsepsi terdiri atas dua kata,
yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel
ovum dan sel sperma sehingga terjadi pembuahan. Secara harfiah prakonsepsi
adalah periode sebelum terjadinya pembuhan yaitu pertemuan sel sperma dengan
ovum. Periode prakonsepsi memiliki tentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan
sperma matur, yaitu 100 hari sebelum konsepsi. Status gizi dalam kurun waktu
tiga sampai enam bulan pada masa prakonsepsi merupakan penentu bagi bayi
yang akan dilahirkan. Wanita prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa
atau wanita usia subur (WUS) yang sudah siap menjadi seorang ibu. Pada masa
prakonsepsi kebutuhan gizi pada WUS tentunya berbeda dengan kelompok
remaja, anak-anak maupun lansia. Prasyarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi
merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat (Susilowati,dkk 2016).
2. Asuhan Gizi Prakonsepsi
Gizi yang optimal pada masa prakonsepsi berperan sangat penting dalam
proses pembuhaan dalam kehamilan. Keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil
sesungguhnya ditentukan jauh sebelumnya, yaitu pada masa dewasa dan masa
sebelum hamil (prakonsepsi) atau selama menjadi wanita usia subur (WUS)
(Indriani dkk, 2013).
Kecukupan gizi ibu hamil akan mempegaruhi konsidi janin dalam tumbuh
kembangnya selama kehamilan,menurunkan resiko kesakitan pada bayi,
menunjang fungsi optimal dari alat-alat reproduksi dan meningkatkan produksi sel
telur dan sperma yang berkualitas. Menurut Bappenas (2011) status gizi janin
dalam kandungan di pengaruhi oleh status gizi ibu hamil, bahkan status gizi ibu
pada sebelum hamil. Kurang gizi pada janin akan menyebabkan bayi berat lahir
rendah (BBLR) karena sejak dalam kandugan janin sudah mengalami kegagalan
pertumbuhan (foetal growth relardation). Bayi dengan kondisi kekuragan gizi
apabila asupan gizinya tidak segera diperbaiki maka akan berdampak pada
pertumbuhan dan perkembagannya, kondisi ini akan berlanjut samapai dewasa.
Salah satu cara untuk memutus siklus ini adalah dengan cara perbaikan gizi pada
masa prakonsepsi (Susilowati dkk, 2016).
Setidaknya akan dua alasan utama mengapa calon ibu harus menjaga kondisi
gizi sebelumn hamil, yaitu :
a. Gizi yang baik akan menunjang fungsi optimal alat-alat reproduksi, seperti
lacarnya proses pematagan sel telur, produksi sel telu dengan kualitas baik,
dan proses pembuhannya yang sempurna.
b. Gizi yang baik berperan penting dalam mempersiapkan cadagan nutrisi bagi
tumbuh kembang janin.
Bagi calon ibu, gizi yang cukup dan seimbang memegaruhi kondisi
kesehatan secara menyeluruh pada masa pembuahan (konsepsi) dan kehamilan.
Pengtahuan dan kesadaraan tentang pentingnya mengonsumsi sumber makanan
yang bergizi selama masa prakonsepsi adalah satu penyebab kekuragan gizi pada
calon ibu. Kekuragan pengetahuan dan kesadaran seimbang, pola makan yang
tidak teratur, komsumsi berlebihhan terhadap satu atau beberapa jenis makanan,
komsusi junkfood dan diet berlebihan pada masa prakonsepsi harus dihindari
sebelum terlambat (Susilowati dkk. 2016).

3. Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi


Kebutuhan gizi pada WUS tentunya mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan kebutuhan sesama bayi dan anakanak.(Patimah,2017). Gizi
yang mempegaruhi pada masa prakonsepsi adalah karabohidrat, lemak, protein,
asam folat, beberapa kelompok vitamin seperti vitamin A, E, dan B12, serta
mineral seperti zinc, besi, kalsium, dan 20 Omega-3(Patimah,2017).
Berikut zat gizi yang perlu di perhatikan dalam masa prakonsepsi agar
calon ibu dapat memenuhi kecukupan gizinya:
a. Karbohidrat
Karbohidrat dapat memenuhi 55-57% dari total kebutuhan energy
individu. Karbohidrat merupakan zat gizi yang paling berperan sebagai
penyedia energi bagi ibu dan janin(Fikawati,dkk 2015). Karbohidrat dengan
kadar indeks glikemik yang tinggi akan mengakibatkan tubuh lebih cepat
keying dan berdampak pada resiko kegemukan. Hal ini di akibatkan oleh
tingginya kadar gula sehingga akan terjadi penumpukan berupa lemak dalam
tubuh. Lemak jahat adalah Trans Fatty Acids (TFA),semakin tinggi kadar TFA
maka akan semakin tinggi resiko seseorang untuk terkena penyakit degeratif
seperti Diabetes. Hal ini karena lemak yang menumpuk akan menganggu
sistem produksi hormone, isulin dalam tubuh serta dapat merusak kualiatas
sperma pada pria. Karbohidrat yang disarakan adalah kelompok polisakarida
(seperti nasi, jagung, sereal, umbian-umbian) dan disarakan membatasi
komsumsi monosakarida (seoerti gula, sirup, makanan dan minuman yang
tinggi kadar gula) (Susilowati,dkk 2016).
b. Protein
Protein sangat dibutuhkan oleh tubuh, protein tersusun oleh asam amino,
dan salah satunya adalah arginin. Arginin berfungsi memperkuat daya tahan
hidup sperma dan mencegah 21 kemandulan.mengkomsumsi sumber protein
dapat membantu merangsang produksi hormon estrogen pada wanita dimana
hormone ini berfungsi untuk menguragi peradagan serta kram pada saat
menstruasi. Selain itu protein berperan penting dalam pembentukan dan
pemeliharaan sel yang menunjang pertumbuhan janin, perbanyaknya sel
payudara, rahim dan plasma. Protein juga dapat menjadi cadangan energi.
Cadagan ini dipakai untuk persiapan persalinan, masa sehabis melahirkan, dan
menyusui. Sebaiknyaa 2/3 porsi protein yang dikomsumsi berasal dari sumber
protein yang bernialai biologi tinggi, yaitu bersumber dari protein hewani,
seperti daging, ikan, telur, susu dan hasil olahannya (Fikawati,dkk 2015)
c. Vitamin C
Vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur dan pembentukan
sel telur. Selain sebagai antioksida (bekerja sama dengan vitamin E dan
karoten), vitamin C berperan melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan
radikal bebas (oksida) yang mempegaruhi kesehatan sistem produksi.
d. Asam Folat (Vitamin B9)
Asam folat berperan pada masa pembuahan dan kehamilan trimester
pertama. Kecukupan asam folat terbukti dapat mengurangi bayi lahir dengan
resiko kecacatan sistem syaraf dengan neural tube defect (NTD) seperti spina
bifida sebanyak 70%. Asam folat juga 22 dibutuhkan untuk pembelahan sel
normal dan sangat penting selama periode pertumbuhan dan perkembagan
janin.
e. Vitamin B6
Definisi vitamin B6 akan mengakibatkan terjadinya ketidak seimbagan
hormon. Padahal, keseimbagan hormone estrogen dan progestreron penting
untuk terjadinya kehamilan. Bersama dengan asam amino vitamin B6 akan
mensintesis hemoglobin Dan mengangkut pembentukan hem yang berdampak
pada terjadinya anemia (Patimah 2017).
f. Vitamin D
Kekuragan vitamin D akan menurukan kesuburan hingga 75% serta
gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin. Sumber vitamin D
diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan matahari, selain itu dapat diperoleh
dari susu, telur, mentega, keju, minyak ikan, ikan tuna, dan ikan salmon.
g. Vitamin B12
Kekuragan vitamin B12 dapat menyebabkan gangguan sintesis DNA dan
kekuragan dari hematopoiesis yang menimbulkan peningkatan anemia,
ditandai oleh sel darah merah lebih besar dari pada ukuran normal (anemia
makrositik), serta dapat berdampak pada perkembagan organ janin yang
abnormal yang nantinya akan berakibat cacat bawaan, jenis makanan yang
mengandung asam folat 23 yaitu hati, sayuran hijau, kacang-kacangan, daging,
jeruk dan telur (Fikawati, dkk 2015).
h. Vitamin A
Di dalam vitamin A digunakan untuk mensistesi Hb dan memobilisasi
cadagan besi ke jarigan tubuh untuk membagun sel darah baru (IHE Report
dalam patimah 2017). Kekuragan vitamin A menyebabkan gangguan
pengangkutan zat besi dari tempat penyimpanan di dalam tubuh (hepar,
sumsum tulang, sel-sel retikuloendithel) kedalam sirkulasi dan konsekuensinya
terhadap hematopoietic jarigan tubuh. Suplementasi vitamin A dapat
memperbaiki kadar hemoglobin. Kuning telur, hati dan mentega tergolong
makanan yang banyak mengadung vitamin A. Selain itu, sayuran berwarna
hijau dan buah-buahan berwarna kuning,, terutama wortel, tomat, apel, nangka
juga merupakan sumber vitamin A (Fikawati,dkk 2015).
i. Vitamin E
Vitamin E berperan dalam stabilitas membran sel darah merah,
meningkatkan fungsi dan daya tahan sel darah merah. Vitamin E yang tidak
adekuat mengakibatkan dampak yang buruk pada sel darah merah. Ketika
PUFA dalam membran lipid darah dari sel darah merah terkena radikal bebas,
maka membran akan pecah, isi sel menghilang, dan sel menajdi rusak.
Kehilagan sel darah merah secara terus menerus dapat mengakibatkan anemia
hemolitik (Patimah 2017).
j. Zinc
Zinc sangat penting bagi calon ibu karena dapat membantu produksi
materi genetik ketika pembuahan terjadi. Zinc berperan penting dalam
pertumbuhan organ seks dan juga berkontribusi untuk produksi ovum sera
kesuburan pada wanita (Patimah 2017).
k. Zat Besi
Kekuragan Zat besi pada calon ibu dapat menyebabkan anemia dengan
gejala lelah, sulit konsentrasi, dan gampang infeksi. Zat besi (Fe) juga
berperan dalam proses memperlancar ovulasi. Ketika terjadi ketidak
seimbagan besi akan menimbulkan gangguan perkembagan dari anemia
karena kekuragan zat besi yang merupakan rangkain dari perubahan cadangan
zat besi, transport besi, akhirnya terhadap fungsi metabolic yang terkait
dengan zat besi. Sumber makanan yang mengadug zat besi adalah hati,
daging, telur, kacangkacangan, dan sayuran berwarna hijau.
l. Kalsium
Kalsium sangat dibutuhkan pada masa sebelum kehamilan, karena
simpanan kalsium yang cukup akan mengcegah kelainan tulangpada janin.
Selain itu kekuragan kalsium dapat mengakibatkan janin mengambil
persedian kalsium pada tulang ibu yang menyebabkan ibu menderita
kerapuhan tulang atau osteoporosis. Sumber kalsium berasal dari susu dan
hasil olahannya seperti keju, serta kacang-kacangan dan sayuran hijau
(Fikawati,dkk 2015).
m. Fostor
Kecukupan zat fostor diperlukan agar pembuhaan dapat berlangsung
dengan baik. Fostor berhubungan dengan kalsium, sebagian besar kedua zat
gizi ini berbentuk garam kalsium fosfat di dalam jarigan keras tubuh yaitu
tukang dan gigi. Zat gizi ini bisa ditemui pada makanan berkalsium tinggi,
seperti susu dan ikan teri.
n. Selenium
Selenium berkontribusi terhadap terjadinya anemia melalui pemeliharaan
konsentrasi optimal glutation perioxidase yang merupakan antiolsida seleno-
enzim penting dalam eritrosit. Glutation perixoidase membantu
melindungi,hemoglobin melawan oksida (radikal bebas) dalam eritrosit
(Patimah 2017).
o. Asam lemak
Omega-3 Jenis asam lemak omega-3 yang sanagt bermanfaat pada calon
ibu adalah eicosapentaeonic acid (EPA) dan docosahexaeonic acid (DHA).
EPA dan DHA mampu menunjang fungsi otak, mata, dan sistem saraf pusat
sehingga penting bagi ibu pasa masa kehamilan. Peningkatan komsumsi
omega-3 terbukti dapat mencegah bayi lahir premature dan dapat
meningkatkan berat badan bayi saat lahir, makanan yang menjadi sumber
omega-3 adalah ikan dan makanan laut lainnya (Sulilowati,dkk 2016).
4. Permasalahan Gizi Masa Prakonsepsi
Masalah gizi yang terjadi pada wanita subur (WUS) dapat berakibat
intergenerasi. Siklus intergenerasi dari gagal tumbuh, pertama kali dijelaskan
oleh The Second Report on The World Nurtition Siluation (Gambar 1.) yang
menjelaskan bahwa bagaimana siklus gagal tumbuh berawal dari keadaan gizi
calon ibu yang buruk. Teori tersebut menyebutkan bahwa Wanita Usia Subur
(WUS) yang mengalami kurang Energi Kronik (KEK) akan memiliki resiko
untuk melahirkan bayi BBLR dari pada wanita yang tidak KEK. Anak yang
lahir dengan kondisi BBLR akan mengalami kegagalan dalam pertumbuhan
dan perkembagannya. Demikian halnya dengan anak perempuan yang lahir
dengan kondisi BBLR maka kemungkinan memiliki postur tubuh pendek lebih
besar. Cara untuk memutus mata rantai tersebut adalah dengan memperbaiki
status gizi WUS sehingga bayi yang dilahirkan nantinya akan sehat dan normal.

Gambar.1 Siklus Gangguan Pertumbuhan Intergenerasi


Sumber: Patimah,2017
Kerusakan di awal kehidupan akan menibulkan gangguan permanen, juga
dapat mempegaruhi generasi berikutnya, dimana perempuan yang memiliki postur
tubuh pendek, kelak akan melahirkan bayi BBLR pula nantinya (Patimah 2017).
Berat-rigannya gagal tumbuh bergantung pada statsu gizi sebelum dan
selama kehamilan, keadann kekuragan zat gizi, serta dapat menyebabkan BBLR,
kurangnya jumlah sel-sel otak dan ukuran kepala, rendahnya ukuran organ-organ
tubuh yang lain, perubahan sel-sel utama tubuh, dan organ-organ tubuh yang lain,
perubahan sel-sel utama tubuh, dan perubahan proses biokimia, serta kematian.
Namun jika anak tersebut lahir dan bertahan hidup, maka perubuahan yang
bersifat permanen terhadap struktur tubuh, fisiologi dan metabolisme akan
menjadi predisosisi untuk mengalami penyakit kordiovaskular (jantung,
hioertensi), gangguan metabolik dan endokrin pada saat usia dewasa. Nutrisi yang
tidak adekuat pada WUS akan mengakibatkan manifestasi penyakit seperti kurang
energy protein (KEK) yang akan mengakibatkan anemia dan defiensi zat
mikronutrien, sehingga akan berdampak buruk bagi bagi calon ibu. Janin, maupun
bayi yang akan dilahirkan, osteomalasia, dan kelelahan yang berlebihan serta
mudah terkena infeksi selama kehamilan (Fauziyah,2012).
Kurang energi kronik (KEK) didefinesikan sebagai suatu keadaan kekuragan
energy dalam kurun waktu yang lama yang ditandai dengan ukuran lingkar legan
atas (LILA) <23,5 cm (Almatier,2011).
Kekuragan energy kronik mengakibatkan perawakan tubuh yang pendek
(tinggi badan <145cm) merupakan penyebab terjadinya hambatan pertumbuhan
dan maturasi, memperbesar resiko obstetric (kandugan), dan berkurangnya
kapasitas kerja. WUS yang kekuragan akan berisiko mengalami komplikasi
kehamilan, seperti persalinan macet akibat pengual yang sempit, janin yang
dikandung mengalami gangguan pertumbuhan (intra uterine growth retardation),
bayi lahir berat dengan berat badan rendah (BBLR) hingga tiga generasi
berikutnya, bayi lahir prematur, lahir mati (stillbirths), dan kematian dimasa
neonatal (dari lahir-28 hari kelahiran) (Patimah 2017).
Kurang energi kronik (KEK) adalah masalah gizi yang sering menimpa
WUS. Berdasarkan hasil indeks pembagunan kesehatan masyarakat (PKM) tahun
2013 prevalensi KEK pada WUS di Indonesia menunjukan angka sebesar 20,97%.
Salah satu dampak KEK pada WUS adalah anemia gizi besi (AGB). Seeorang
dikatakan anemia apabila kadar Hemoglobin berada dibawah 12gr/dL yang akan
menyebabkan penurunan kapsitas darah untuk membawa oksigen.
5. Faktor yang mempegaruhi Status gizi
Secara umum, status gizi dipegaruhi oleh tingkat asupan dan penyakit
infeksi yang menganggu proses metabolisme, aborpsi, dan ulitas zat gizi oleh
tubuh.Status gizi wanita usia subur (WUS) merupakan kondisi tubuh yang
muncul diakibatkan adanya kesinambungan Antara konsumsi dan defisiansi zat
gizi. Masalah gizi yang terjadi pada remaja merupakan manifestasi dari
masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia zat besi, serta kekurangan maupun
kelebihan berat badan. WUS yang secara fisik tidak ideal akan berisiko
melahirkan bayi berat badan rendah, jika janin yang dikandung tumbuh normal,
jalan lahir kemudian yang menjadi masalah. Karena ukuran panggul yang
sempit dapat menyebabkan partus macet.
Ketidak berhasilan janin melewati lorong kelahiran secara alami tidak
jarang menyebabkan kematian (Patimah 2017). Selain ada beberapa faktor
yang mempengaruhi status gizi WUS sebelum memasuki masa kehamilan,
diantaranya:
a. Umur
Umur WUS pada saat pertama kali hamil kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun merupakan kehamilan yang beresiko. Hal ini dapat dijelaskan,
bahwa pada usia yang masih muda pertumbuhan seorang wanita belum
sempurna, perkembangan alat reproduksi belum optimal, dan secara psikologis
kejiwaan masih belum siap untuk memasuki masa kehamilan (Sharon, dkk
2017).
Selain itu, Kehamilan di usia muda menjadi sebuah masalah karena akan
memberikan konsekuensi terhadap gangguan obstetric dan outcome neonatal
secara biologi hal ini disebabkan kebutuhan zat gizi yang seharusnya hanya
untuk pertumbuhan WUS maka apabila sedang hamil akan terbagi dengan janin
yang dikandungnya, akibatnya WUS akan berisiko mengalami komplikasi
kehamilan (Baker, et al, 2009) . Adapun kehamilan diatas umur 35 tahun,
terjadinya komplikasi seperti anemia disebabkan oleh kemunduran fungsi faal
tubuh dan kemungkinan berisiko hipertensi, diabetes, dan beberapa penyakit
lainnya sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap
pendarahan, serta turunnya metabolisme tubuh dan kemampuan absorpsi tubuh
terhadap zat besi (Patimah 2017).
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu faktor yang memengaruhi persepsi seseorang
agar mereka dapat menerima ide-ide baru. Bagi seorang wanita, pendidikan adalah
sebuah media yang sangat memengaruhi perubahan seperti pengendalian status
kesehatan dan fertilitasnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makan
akan semakin mudah menerima informasi yang ada termasuk mengenai gizi.
Fauziyah (2012) menyatakan dalam penelitiannya bahwa semakin lama seorang
wanita menerima pendidikan maka semakin besar kemungkinan untuk
menerapkan praktik hidup sehat.
c. Status Gizi
Status gizi WUS pada masa prakonsepsi meruoakan faktor utama yang
mempengaruhi hasil konseps, selain multiparitas, jarak kehamilan, dan keadaan
kesehatan ibu. WUS yang sebelum masa kehamilannya memiliki status gizi baik
maka akan lebih mudah untuk menjalani dan memelihara kemailan, dibandingkan
dengan WUS yang kurus atau obesitas. Akan tetapi di Indonesia masih banyak
WUS yang mengalami masalah gizi seperti anemia dan KEK. (Fauziyah 2012).
d. Tinjauan Umum Tentang Anemia
Anemia yang dialami oleh WUS sebelum memasuki masa prakonsepsi
biasanya adalah anemia yang disebabkan karena defisit zat besi dan berdasarkan
Riskesdas (2013) sebanyak 35,3% WUS menderita anemia. Anemia defisiensi
besi ditandai dengan hemoglobin kurang dari 12 gram/dl dan konsentrasi serum
ferritin kurang dari 12 mcq/dl, secara fisik seseorang yang anemia akan
mengalami kondisi rambut rapuh, kuku tipis. Mudah patah dan berbentuk seperti
sendok (koilonika), lidah tampak pucat hal in disebabkan oleh atropi yang terjadi
pada papila lidah, serta bibir pecah-pecah.
1. Pengertian
a. Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah
lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan
jenis kelamin. Hemoglobin adalah zat warna di dalam darah yang berfungsi
mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam tubuh.
b. Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin
(protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.
c. Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen akibat
penurunan produksi sel darah merah, dan atau penurunan hemoglobin (Hb)
dalam darah. Anemia sering di definisikan sebagai penurunan kadar Hb dalam
darah sampai dibawah rentang normal 13,3 gr% (pria), 11,5 gr% (wanita dan
11 gr% (anak-anak) (fraser,Diare M, 2009).
d. Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen; hal
tersebut dapat terjadi akibat penurunan sel darah merah (SDM), dan / atau
penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah. (Fraser Diane dan Cooper A
marganet, 2009).
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anemia adalah
suatu keadaan dimana kadar Hb dalam tubuh di bawah batas normal karena
dipengaruhi oleh berbagai hal yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah.

2. Etiologi
Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a. Gangguan pembentukan eritrosit
Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi
substansi tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam
folat), asam amino, serta gangguan pada sumsum tulang.
b. Perdarahan
Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total
sel darah merah dalam sirkulasi.
c. Hemolisis
Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.
3. Secara umum penyebab anemia adalah:
a. Kekurangan zat gizi dalam makanan yang di komsumsi.
b. Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare,
pembedahan saluran pencernaan.
c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang
banyak, perdarahan akibat luka, perdarahan karena penyakit tertentu,
kanker (Tarwoto S.kep,dkk.2007:13).

4. Batas Normal Kadar Hb dan Metode Pengukuran Hb


Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang
mengandung besi dalam darah.Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel
darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh.
Hemoglobin terdiri oleh 4 molekul zat besi ( Hame ), 2 Molekul rantai
Globin Alpa dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta
adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta
(Yuni, 2015).
Kadar hemoglobin pada setiap golongan berbeda, kadar hemoglobin
bervariasi tergantung umur dan jenis kelamin.

Tabel 1
Batas Normal Kadar Hemoglobin (Hb)
No
Kelompok
Hemoglobin (gr/dl)
1
Bayi Baru Lahir
17-22
2
Bayi 1 Minggu
15-20
35
3
Bayi 1 Bulan
11-15
4
Anak-anak
11-13
5
Remaja Laki-laki
14-18
6
Remaja Putri
12-16
7
Laki-laki Dewasa
14-18
8
Wanita Dewasa
12-16
9
Laki-laki Paruh Baya
12,4-14,9
10
Wanita Paruh Baya
11,7-13,8
Sumber :(Yuni, 2015)
Beberapa metode pengukuran Hb yang dapat digunakan yaitu:
a. Pemeriksaan Hb dengan metode Sahli, dalam peggunaan metode ini Hb
dihidrolisis dengan HCL (asam klorida) menjadi globin ferrp-hem (Supariasa,
2001).
b. Pemeriksaan Hb dengan metode Cyanmethemoglobin, yaitu cara pemeriksaan
hemoglobin dengan menggunakan larutan Drabskin dan diukur dengan alat
spektrofotometer pada panjang gelombang tertentu (Supariasa, 2001).
c. Pemeriksaan Hb dengan metode hemocue, metode ini dilakukan dengan
pengukuran optical density pada kuvet yang mempunyai kapasitas volume sebesar
10 mikroliter oleh sinar yang berasal dari lampu berjarak 0.133 milimeter sampai
pada dinding parallel celah optis tempat kuvet berada. Prinsip system hemocue
terdiri dari pembaca hemoglobin kecil portable, dan memakai mikrocuvettes
36
sekali pakai.
4. Penyebab Anemia
Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi, infeksi atau
ganguan genetic, yang paling sering terjadi adalah anemia yang disebabkan oleh
kekurangan asupan zat besi. Kehilangan darah yang cukup banyak, seperti saat
menstruasi, kecelakaan dan donor darah berlebihan jugadapat menghilangkan zat
besi dalam tubuh.Wanita yang mengalami menstruasi setiap bulan berisiko
menderita anemia. Kehilangan darah secara perlahan-lahan di dalam tubuh, seperti
ulserasi polip kolon dan kanker kolon juga dapat menyebabkan anemia.(Briawan,
2014).
Selain zat besi, masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul pada anak-
anak, remaja dan wanita usia subur. Aplastik anemia terjadi bila sel yang
memproduksi butiran darah merah tidak dapat menjalankan tugasnya. Hal ini
dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi atau obat tertentu. Adapun
jenis berikutnya adalah haemolityc anemia, yang terjadi karena sel darah merah
hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaharuinya.
Penyebab anemia jenis ini bermacam-macam, bisa bawaan seperti talasemia atau
sickle cell anemia(Adriani & Wirjatmadi, 2014).
5. Gejala Anemia
Menurut Natalia Erlina Yuni (2015) dalam bukunya yang berjudul kelainan darah
menyebutkan gejala anemia sebagai berikut:
a. Kulit Pucat
37
b. Detak Jantung Meningkat.
c. Sulit Bernafas.
d. Kurang Tenaga atau cepat lelah,
e. Pusing terutama saat berdiri.
f. Sakit kepala,
g. Siklus menstruasi tidak menentu.
h. Lidah yang bengkak dan nyeri.
i. Kulit mata dan mulut berwarna kuning, limpa atau hati membesar,
penyembuhan luka atau jaringan yang terganggu.
6. Dampak Anemia
Anemia memiliki dampak buruk pada kesehatan bagi penderitanya, terutama pada
golongan rawan gizi yaitu, anak balita, anak sekolah, remaja, wanita usia
subur,ibu hamil dan menyusui dan juga pekerja.
Menurtut (Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017) dampak anemia sebagai
beritkut:
a. Menurunkan Daya tahan terhadap infeksi
Defisiensi zat besi menyebabkan menurunnya daya tahan terhadap penyakit
infeksi (Thompson & Ward, 2008) dan meningkatnya kerentanan mengalami
keracunan (Bersamin et al., 2008).
Pada populasi yang mengalami kekurangan zat besi, kematian akibat penyakit
infeksi meningkat karena kurangnya zat besi berdampak pada system imun.
38
b. Mengganggu Produktivitas kerja
Selain itu, anemia juga berdampak pada produktivitas kerja dan juga
menyebabkan kelelahan .
c. Berdampak saat kehamilan
Anemia yang terjadi pada massa hamil berhubungan dengan kejadian BBLR
(Berat Bayi Lahir Rendah) dan peningkatan risiko kematian ibu dan bayi perinatal.
Selama kehamilan, anemia diasosiasikan dengan peningkatan kesakitan dan
kematian.Anemia tingkat berat diketahui merupakan faktor risiko kematian
ibu.Untuk janinnya sendiri, anemia selama kehamilan dapat meningkatkan risiko
BBLR, kelahiran prematur, dan defisiensi zat besi serta anemia pada bayi
nantinya.
7. Pencegahan Anemia dan penanggulangan Rematri dan WUS
Anemia dapat dicegah dengan cara:
a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.
b. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna
hijau tua, kacang-kacangan, tempe.
c. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin c
(daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nenas) sangat
bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
d. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah
Darah (TTD). Mengobati penyakit yang menyebabkan atau
39
memperberat anemia seperti: kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.
Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan dengan memberikan
asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan pembentukan
haemoglobin. Upaya yang dapat dilakukan adalah:
a. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi
Meningktkan asupan makanan sumber zat besi dengan pola makan bergizi
seimbang, yang terdiri dari aneka ragam makanan, terutama sumber pangan
hewani yang kaya zat besi (besi heme) dalam jumlah yang cukup sesuai dengan
AKG.Selain itu juga perlu meningkatkan sumber pangan anabatic yang kaya zat
besi (besi non- heme), walaupun penyerapannya lebih rendah dibanding dengan
hewani. Makanan yang kaya sumber zat besi dari hewani contohnya hati, ikan,
daging dan unggas, sedangkan dari nabati yaitu sayuran berwarna hijau tua dan
kacang-kacangan.
b. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi
Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat gizi kedalam
pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut.Penambahan zat gizi
dilakukan pada industry pangan, untuk itu disarankan membaca label kemasan
untuk mengetahui apakah bahan makanan tersebut sudah difortifikasi dengan zat
besi.Makanan yang sudah difortifikasi di Indonesia antara lain tepung terigu,
beras, minyak goreng, mentega, dan
40
beberapa snack.
c. Suplementasi zat besi
Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi kebutuhan terhadap
zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi. Pemberian suplementasi zat besi
secara rutin selama jangka waktu tertentu bertujuan untuk meningkatkan kadar
hemoglobin secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat
besi didalam tubuh.
Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) Pada Rematri dan WUS merupakan
salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk memenuhi asupan zat besi.
Pemberian tablet tambah darah (TTD) dengan dosis yang tepat dapat mencegah
anemia dan meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh.
Di beberapa Negara lain seperti: India, Bangladesh, dan Vietnam, Pemberian
Tablet Tambah Darah (TTD) dilakukan 1 kali seminggu dan hal ini berhasil
menurunkan prevalensi anemia di Negara tersebut.
Berdasarkan penelitian di Indonesia dan di beberapa negar lain tersebut, maka
pemerintah menetapkan kebijakan program pemberian Tablet Tambah Darah
(TTD) pada remaja putri (rematri) dan wanita usia subur (WUS) dilakukan setiap
1 kali seminggu dan sesuai dengan permenkes yang berlaku.
Untuk meningkatkan penyerapan zat besi sebaiknya Tablet
41
Tambah Darah (TTD) dikonsumsikan bersama dengan :
1) Buah –buahan sumber vitamin C ( jeruk, papaya, manga, jambu biji dan lain-
lain).
2) Sumber protein hewani, seperti hati, ikan, unggas dan daging.
3) Hindari mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) bersamaan dengan: Teh dan
kopi karena mengandung senyawa fitat dan tannin yang dapat mengikat zat besi
menjadi senyawa yang kompleks sehingga tidak dapat diserap.
4) Tablet kalsium dosis yang tinggi, dapat menghambat penyerapan zat besi.
Susus hewani umumnya mengandung kalsium dalam jumlah yang tinggi sehingga
dapat menurunkan penyerapan zat besi di mukosa usus.
D. Tinjauan Khusus Anemia Remaja
Anemia adalah suatu keadaan ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
berkurang dari normal, dengan berkurangnya hemoglobin dari normal maka
kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen keseluruh tubuh berkurang.
Akibatnya, tubuh kita kurang mendapatkan pasokan oksigen yang menyebabkan
tubuh lemas dan dapat terjadi karena sejak bayi sudah anemia, infeksi cacing
tambang, kurangnya asupan zat besi (Yuni, 2018).
Seseorang dikatakan menderita anemia apabila kadar Hemoglobin dibawah 13gr%
bagi pria dewasa, dan bagi remaja dibawah 12gr% dan kurang daei 11gr% bagi
anak-anak usia 5tahun sampai masa pubertas, dan apabila Hb dibawah normal
maka distribusi oksigen juga tidak normal maka akibatnya
42
fungsi tubuh juga terganggu. Contohnya pada otot maka akan mudah terasa lelah
bila melakukan akitivitas sebentar saja (Zein, 2010).
Anemia merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia, anemia sangat sering
terjadi pada anak-anak sekolah terutama remaja putri. Remaja putri berisiko tinggi
menderita anemia, karena pada masa ini terjadi peningkatan kebutuhan zat besi
akibat adanya pertumbuhan dan menstruasi, aktifitas sekolah, perkuliahan maupun
berbagai aktifitas yang tinggi akan berdampak pada pola makan yang tidak teratur,
selain itu kebiasaan mengkinsumsi minuman yang menghambat absorbsi zat besi
akan mempengaruhi kadar Hb seseorang (Tiaki,2017).
Briawan, 2012 Menyatakan bahwa anemia disebabkan oleh penurunan produksi
sel darah merah dan hemoglobin, peningkatan pengrusakan sel-sel merah
(hemolisis) atau kehilangan darah karena perdarahan berat. Anemia didefinisikan
suatu keadaa n yang mana nilai Hb dalam darah lebih rendah dari keadaan normal
(WHO, 2010). Batas kadar normal Hb untuk kelompok orang ditentukan menurut
umur dan jenis kelamin seperti yang diperlihatkan dalam tabel 2.1 dibawah ini :
43
Tabel 2.1
Batas Normal Kadar Hb Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok
Umur
Hb (gr/dl)
6 bulan - 59 bulan
11
Anak-anak
5 - 11 tahun
11,5
12-14 tahun
12
wanita > 14 tahun
12
Dewasa
wanita hamil
11
laki-laki >14 tahun
13
Sumber: WHO,2010
Berdasarkan etiologinya, (Titin, 2015) menerangkan anemia dapat dibagi menjadi
dua. Penyebab utama adalah meningkatnya kehilangan sel darah merah dan
gangguan atau penurunan pembentukan sel. Meningkatnya kehilangan sel darah
merah dapat disebabkan oleh perdarahan dan penghancuran sel. Perdarahan dapat
disebabkan oleh trauma atau luka, perdarahan kronik karena polip pada kolon,
penyakit keganasan, hemoroid, dan menstruasi yang abnormal.
Etiologi yang kedua adalah pembantukan sel darah merah yang terganggu. Setiap
keadaan yang mempengaruhi sumsum trulang dimasukkan dalam kelompok ini,
seperti :
1. keganasan yang tersebar seperti kanker, obat dan zat toksik, serta radiasi.
44
2. Penyakit menahun melibatkan ginjal dan hati, infeksi dan defisiensi endokrin.
Kekurangan vitamin-vitamin penting seperti vitamin B12, vitamin C dan zat besi
juga dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga
menimbulkan anemia.
Menurut Titin,2015, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya anemia,
yaitu :
1. Sebab langsung, yaitu karena ketidakcukupan zat besi dan infeksi penyakit.
Kurangnya zat besi dalam tubuh disebabkan karena kurangnya asupan makanan
yang mengandung zat besi, makanan cukup, namun bioavailabilitas rendah, serta
makanan yang dimakan mengandung zat penghambat absorpsi besi. Infeksi
penyakit yang umumnya memperbesar resiko anemia adalah cacing dan malaria.
2. Sebab tidak langsung, yaitu rendahnya perhatian keluarga terhadap wanita,
aktifitas wanita tinggi, pola distribusi makanan dalam keluarga dimana ibu dan
anak wanita tidak menjadi prioritas.
3. Sebab mendasar yaitu masalah ekonomi, antara lain rendahnya pendidikan,
redahnya pendapatan, status sosial yang rendah dan lokasi geografis yang sulit
Menurut Depkes (2016), penyebab anemia pada remaja putri dan wanita adalah:
1. Pada umumnya konsumsi makanan nabati pada remaja putri dan wania tinggi,
dibanding makanan hewani sehingga kebutuhan Fe tidak
45
terpenuhi.
2. Sering melakukan diet (pengurangan makan) karena ingin langsing dan
mempertahankan berat badannya.
3. Remaja putri dan wanita mengalami menstruasi tiap bulan yag membutuhkan
zat besi tiga kali lebih banyak dibanding laki-laki.
WHO (2010) menetapkan batasan prevalensi anemia yang merupakan masalah
kesehatan masyarakat dapat dilihat dalam tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2
Ketentuan Masalah Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Prevalensi Anemia
Kategori Masalah Kesehatan Masyarakat
Prevalensi Anemia
Tidak masalah
< 4,9
Ringan
5,0 – 19,9
Sedang
20,0 – 39,9
Berat
>40,0
Sumber: WHO, 2010
Berdasarkan batasan hemoglobin, WHO 2010 juga melakukan klasifikasi anemia,
yaitu normal atau tidak anemia, anemia ringan, anemia sedang, anemia berat, dan
anemia sangat berat. Batasan hemoglobin untuk setiap klasifikasi, dapat dilihat
pada tabel 2.3 di bawah ini :
46
Tabel 2.3 Klasifikasi Anemia Berdasarkan Batasan Hemoglobin
Klasifikasi Anemia
Batasan Hemoglobin
Normal
12 – 14 gr/dl
Ringan
11 – 11,9 gr/dl
Sedang
8 – 10,9 gr dl
Berat
5 – 7,9 gr/dl
Sangat Berat
< 5 gr/dl
Sumber:WHO, 2010.
BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
GANGGUAN REPRODUKSI PADA NN. Y USIA 19 TAHUN DENGAN
KEPUTIHAN FISIOLOGIS ATAU LEUKOREA
DI PUSKESMAS KONANG

PENGKAJIAN
Hari : Senin
Tanggal :10 Januari 2023
Tempat : Ruang KIA Puskesmas Konang Bangkalan
Jam : 09.00 WIB
Pemberi Asuhan : Yuni Alfia R, S.Tr.Keb.

IDENTITAS PASIEN :
Identitas Pasien Penanggungjawab
Nama : Nn. Y Nama : Ny. H
Umur : 19 tahun Umur : 48 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku/bangsa : Madura/Indonesia Suku/bangsa :
Madura/Indonesia Alamat: bandung konang Alamat : bandung
konang

I. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama :
Saat setelah menstruasi mengalami keputihan, pada hari pertama dan kedua. tidak
ada riwayat penyakit endometriosis, kista, myoma dan kelainan rahim, terganggu
karena harus sering mengganti pembalut, gatal tapi tidak berbau.
2. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan terdahulu
Tidak pernah merasakan nyeri dada sebelah kiri, tidak berdebar-debar serta tidak
pernah berkeringat pada telapak tangan, tidak pernah merasakan sesak napas,
tidak pernah batuk dalam waktu yang lama dan tidak berkeringat dimalam hari,
tidak pernah sakit pada pinggang kanan maupun kiri, tidak pernah menderita
penyakit diabetes mellitus, tidak pernah menderita penyakit malaria, dan tidak
pernah menderita penyakit HIV.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Saat ini tidak merasakan nyeri dada sebelah kiri, tidak berdebar-debar serta tidak
pernah berkeringat pada telapak tangan, tidak pernah sesak napas, tidak pernah
batuk dalam waktu yang lama dan tidak berkeringat dimalam hari, tidak pernah
sakit pada pinggang kanan maupun kiri, minum banyak dimalam hari, tidak cepat
lapar dan tidak sering kencing, tidak pernah menderita penyakit malaria, dan tidak
mempunyai penyakit HIV.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung, tidak ada yang
menderita penyakit asma, tidak ada yang menderita penyakit TBC, tidak ada yang
menderita penyakit ginjal, tidak ada yang menderita penyakit diabetes mellitus,
tidak ada yang menderita penyakit malaria, dan tidak ada yang menderita penyakit
HIV.
3. Riwayat menstruasi
Menarche usia 14 tahun, siklus haid teratur yaitu 28 hari, lama 7 hari, ganti
pembalut sebanyak 2 kali sehari, bau khas darah, warna merah gelap, konsistensi
cair disertai sedikit gumpalan darah, keluhan hari pertama dan kedua haid
dirasakan nyeri perut bagian bawah, ada keputihan berwarna bening.
4. Aktifitas sehari-hari
a. Pola nutrisi
Makan 3x sehari dengan porsi sedang dan minum 6-7 gelas per hari
b. Personal hygine
Mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti baju 2x sehari, keramas 2x
seminggu
5. Keadaan Psiko, Sosio dan Spiritual
a. Tanggapan dan dukungan keluarga tentang keluhannya
Cemas dan khawatir akan keluhannya sehingga ibunya menyuruh untuk
memeriksakan diri ke puskesmas
b. Ketaatan beribadah Selalu shalat 5 waktu.
II. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD=130/70, N=80x/m, R=20x/m,
S=370 C
d. BB : 45 Kg TB : 155,5 cm
e. Lila : 26 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : bersih, tidak ada ketombe dan rambut tidak mudah rontok.
b. Muka : tidak ada oedema
c. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
d. Hidung : tidak ada benjolan, simetris kanan dan kiri
e. Dada : tidak ada wheezing
f. Payudara : tidak ada benjolan
g. Ketiak : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
h. Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
i. Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan

III. ANALISA DATA


Nn. ”Y” remaja usia 19 tahun dengan Keputihan atau Leukorea.
IV. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 10 Januari 2023 Jam : 10.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien.
- Pasien mengerti dengan penjelasan dari bidan.
2. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang keputihan. keputihan penyebabnya
tidak jelas tetapi yang pasti selalu berhubungan dengan kebersihan dan
makanan.
- Pasien mengerti dengan penjelasan dari bidan.
3. Menganjurkan pasien untuk minum air putih hangat yang banyak (± 8 gelas
/hari).
- Pasien bersedia mengikuti anjuran dari bidan.
4. Anjurkan klien agar menjaga daerah lipatan paha supaya tetap kering.
- Pasien mengerti dengan penjelasan dari bidan.
5. Menganjurkan klien agar mengganti pakaian dalam setiap 4 jam sekali atau
sehabis BAK.
- Menjaga kelembaban daerah genetalia agar tetap kering
6. Anjurkan  agar klien segera mengeringkan daerah genetalia sehabis BAB / BAK
(sebaiknya dengan Tissue atau lap kering ).
- Menjaga kelembaban daerah genetalia.
7. Menjaga kelembaban dan tetap kering serta mencegah infeksi berulang.
- Menjaga kelembaban dan tetap kering serta mencegah infeksi berulang
8. Anjurkan memakai antiseptik larutan iodine poviden 5– 10 %  4 kali sehari.
- Mencegah berkembangnya jamur & mengurangi rasa gatal.
9. Menganjurkan pasien kontrol lagi apabila terjadi keputihan kembali.
- Pasien bersedia melakukan kunjungan ulang.
10. Melakukan pendokumentasian.
- Telah dilakukan pendokumentasian.

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien: No. RM Ruang: Poli


Nn. H KIA
Umur: 19 tahun Tanggal: 10 Januari 2023
Tanggal/Jam:
Catatan
10 Perkembangan (SOAP) Nama dan Paraf
Januari 2023
Jam 11.00 WIB
Nn. Y mengatakan sudah mengetahui tentang
hasil pemeriksaan.
O= Tensi:130/70 mmhg, Nadi:80x/menit
Respirasi:20x/ menit, Suhu:370C
A= Nn. “Y” remaja usia 19 tahun dengan Keputihan
fisiologis.
- Menganjurkan pasien untuk minum air putih
hangat yang banyak (± 8 gelas /hari).
Anjurkan klien agar menjaga daerah lipatan
paha supaya tetap kering.
Menganjurkan klien agar mengganti pakaian
dalam setiap 4 jam sekali atau sehabis BAK.
Anjurkan  agar klien segera mengeringkan
daerah genetalia sehabis BAB / BAK (sebaiknya
dengan Tissue atau lap kering ).
Menjaga kelembaban dan tetap kering serta
mencegah infeksi berulang.
Anjurkan memakai antiseptik larutan iodine
poviden 5– 10 %  4 kali sehari.
- Melakukan pendokumentasian.

Bangkalan, 10 Januari 2023

Praktikan

(Yuni Alfia R)
Mengetahui,

Pembimbing Prodi Pembimbing Klinis

(Nor Indah Handayani, S.Tr.Keb., M. Keb) NIDN. (Sri Yuliati, Amd.Keb.) NIP.
0713039006
BAB IV PEMBAHASAN

Masa remaja merupakan masa peralihan dari pubertas ke dewasa, yaitu pada
umur 11 - 20 tahun. Pada masa peralihan tersebut individu matang secara
fisiologik, psikologik, mental, emosional, dan sosial. Masa remaja ditandai
dengan munculnya karakteristik seks primer, hal tersebut dipengaruhi oleh mulai
bekerjanya kelenjar reproduksi. Kejadian yang muncul saat pubertas adalah
pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarke,
dan perubahan psikis..
Keputihan atau leukorea yaitu keluarnya cairan yang berlebihan dari vagina
yang terkadang disertai perasaan gatal, nyeri, rasa terbakar di bibir kemaluan, atau
kerap juga disertai bau busuk dan rasa nyeri sewaktu berkemih atau
bersenggamadapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal
(fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan bukan suatu penyakit
tetapi hanya suatu gejala penyakit, sehingga penyebab pastinya perlu ditetapkan
melalui berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari alat genitalia tersebut. Akan
tetapi keputihan muncul biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, parasit,
benda asing dalam vagina, ketidakseimbangan hormon, penyakit kronis, penyakit
pada organ kandungan dan adanya fistel pada vagina. Gejala dari keputihan
sendiri tergantung dari jenis keputihannya jika keputihan fisiologis cairan
berwarna putih, tidak bau, tidak terasa gatala dan tidak menimbulkan nyeri.
Sedangkan keputihan patologis ditandai dengan keluranya lendir berwarna putih
keruh kekuning-kuningan disertai rasa gatal, nyeri, dan berbau amis.
Penatalaksanaannya sendiri yaitu dengan melakukan pemeriksaan untuk
mengetahuai jenis keputihan dan mengkonsultasikan ke dokter untuk
pengobatanya. Tetapi yang paling penting yaitu tetap menjaga pola kebersihan diri
untuk mencegah keputihan timbul kembali.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengkajian asuhan kebidanan gangguan reproduksi
pada Nn. Y usia 19 tahun dengan Keputihan atau leukorea di Puskesmas Konang
Bangkalan, penulis dapat mengambil kesimpulan :
5.1.1 Dengan manajement varney dapat meningkatkan keterampilan dan sikap yangan
harus dilakukan bidan dalam memberikan asuhan secara tepat, cermat,
menyeluruh
5.1.2 Dengan manajement varney dapat meningkatkan kemampuan bidan dalam hal
pengetahuan didapatkan hasil pengkajian pada Nn. Y umur 19 tahun dengan
Keputihan leokorea: Alasan data keputihan yang berlebihan setelah datang bulan.
Keadaan umum : Baik, Kesadaran : composmentis, TD : 130/70 mmHg, N :
80x/menit, R : 24x/menit, S : 37oC, tidak ada riwayat penyakit yang
membahayakan, pasien sudah tau apa yang terjadi dengan dirinya. Asuhan
Kebidanan yang diberikan yaitu memberikan informasi tentang keputihan.
mengajarkan teknik/cara kebersihan, pasien mau minum air putih ± 8 gelas
perhari, pasien sudah mendapatkan terapi, dan pasien bersedia kembali bila belum
sembuh.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi tenaga kesehatan
Bagi tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan kebidanan pelayanan dan
penyuluhan kepada masyarakat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
khususnya pada remaja putri dengan keputihan fisiologis.
5.2.2 Bagi pasien
Setelah diberikan asuhan kebidanan, pasien diharapkan memahami cara
mengurangi keputihan.
5.2.3 Untuk Keluarga
Hendaknya memberikan dukungan kepada pasien baik mental maupun spiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Badiad, A. 2002. Endokrin. Jakarta: Media Aeskulapius.


Bobak, L. J 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Calis, K. A 2017, Dysmenorrhea.https://emedicine.medscape.com/article/253812-
overview
Harry. Mekanisme endorphin dalam tubuh. 2007. Available at
Http:/klikharry.files.wordpress.com/2007/02/1.doc + endorphin + dalam + tubuh.
Diposkan tanggal 10 Januari 2009
Handrawan.H. 2008. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan bina pustaka.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=+penanganan+dys
minore+pada+remaja&btnG=
Hawari, D 2007, ‘Our Children OurFuture, Dimensi Psikoreligi Pada Tumbuh Kembang
Anak Dan Remaja’, Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Hendrik, 2006, Problema Haid: Tinjauan Syariat Islam Dan Medis, PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, Solo.
Irianto, K 2015, Kesehatan Reproduksi, Alfabeta, Bandung. Kowalak, J 2011,
Buku Ajar Patofisiologi, EGC, Jakarta.
Lowdermilk, D, Shannon, P, Mary, C.C, 2013, Keperawatan Maternitas, Ed. 8.
Elsevier, Singapura.
Mansjoer A, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Asculapins.
Manuaba, Ida Bagus. 1999. Memahami Kesehatan reproduksi Wanita.
Manuaba, I. A. C, 2009, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, edisi 2, EGC,
Jakarta.
Ababa, M. 2003. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Ercon

Abidin, T. 2009. Flour Albus/Loukorea. http://flour-albus/loukorea.html. Diakses 14


Mei 2017
Clayton C, 1998. Seri Kesehatan Wanita, Keputihan dan Infeksi Jamur Candida Lain.
Jakarta: Arcan.
Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I. Trubus Agriwidya.
Anggota IKAPI. Jakarta : PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.
Febiliawanti, IA. 2009. Kenali ciri keputihan vagina abnormal. Didapat dari:
http://kesehatan.kompas.com/read/2009/10/26/14125869/kenali.ciri.keputihan.vag
ina.abnormal
Manuaba, I.B.G. 1999. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi. Cetakan I. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B.G. 2001. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi. Cetakan II. Jakarta : EGC
Nenk.(2009). Penatalaksanaan Keputihan.
http://sobatbaru.blogspot.com/2009/2017/pentalaksanaan-keputihan.html. Diakes
14 Mei 2017
Setiaputri. 2009. Leukorea. http://pabrian.blogspot.com.2009.10.leukorea.html. Diakses
14 Mei 2017
Solikhah, R. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan dengan Perilaku
Remaja Putri dalam Menjaga Kebersihan Diri di Desa Bandung Kecamatan
Kebumen Kabupaten Kebumen. 2010. Didapat dari:
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/23/jtstikesmuhgo-gdl-rizqisolik-
1131-2-hal.63--0.pdf
LAMPIRAN

JURNAL REFLEKSI KRITIS


PEMBELAJARAN PRAKTIK KEBIDANAN REMAJA DAN PRA NIKAH
DENGAN DISMENORHEA PRIMER DI PUSKESMAS BANGKALAN
KABUPATEN BANGKALAN
Nama Mahasiswa : YUNI ALFIA R
Tempat Praktek : ……………………
Periode 1
Pembimbing Prodi : NOR INDAH HANDAYANI, S.Tr.Keb.,
M.Keb.
A. Harapan akan Proses Pembelajaran Klinik

Kenapa saya mempelajari materi ini ?

Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas Anjurkan memakai antiseptik larutan


iodine poviden 5– 10 %  4 kali sehari dalam penurunan keputihan
Apa yang saya siapkan dalam mempelajari topik ini?

Mempersiapkan pasien alat- alat, dan bahan yang di butuhkan sesuai SOP
Apa yang saya harapkan dalam mempelajari topik ini ?

Dengan adanya penelitian ini saya berharap kejadian keputihan berkurang


sehingga tidak terlalu mengganggu aktivitas mereka sehari-hari

Apa yang perlu saya perhatikan dalam mempelajari topik ini ? Bagaimana
perencanaannya ?

- Anjurkan memakai antiseptik larutan iodine poviden 5– 10 %  4 kali sehari.


B. Refleksi Kritis dari Materi yang Dipelajari

Sebutkan Learning outcome yang tertera pada panduan:

1. Mampu menerapkan secara professional efektifitas Anjurkan memakai antiseptik


larutan iodine poviden 5– 10 %  4 kali sehari mengurangi keputihan
2. Mampu menerapkan secara evidence based midwifery dalam upaya penanganan
keputihan pada remaja
3. Mampu berkontribusi dalam memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensip
khususnya memberikan kenyamanan pada pada remaja
4. Melakukan penelitian dasar, klinik dan komunitas dengan keunggulan midwifery
critical care, menggunakan metode ilmiah yang tepat dan teruji

Bagi saya, satu hal yang paling penting dalam learning outcome tersebut adalah:

Anjurkan memakai antiseptik larutan iodine poviden 5– 10 %  4 kali sehari dapat


mengurangi keputihan pada remaja
Saya mengidentifikasi sumber informasi menarik dalam topik pembelajaran ini
adalah:

Pengurangan skala k e p u t i h a n pada saat sebelum dan sesudah dilakukan


memakai antiseptik larutan iodine poviden 5– 10 %  4 kali sehari.
Learning outcome yang paling saya butuhkan untuk terus saya kerjakan adalah :
Pembelajaran tentang memakai antiseptik larutan iodine poviden 5– 10 %  4 kali
sehari pada remaja putri
Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dalam satu
kelompok (one group pre test – post test design)
Saya akan mengembangkan pembelajaran saya di bidang ini melalui :

Quasi eksperimen dalam satu kelompok (one group pre test – post test design)

Selama pembelajaran klinik, masalah-masalah yang menghalangi proses


pembelajaran saya adalah:

Remaja putri yang sebagian menolak untuk melakukan Anjurkan memakai


antiseptik larutan iodine poviden 5– 10 %  4 kali sehari. tidak akan berpengaruh
pada keputihannya.

Masalah-masalah yang saya temui selama proses pembelajaran klinik pada topik
ini adalah, dan Saya berencana untuk membahasnya melalui:

Penyuluhan kepada remaja putri tentang Anjurkan memakai antiseptik larutan


iodine poviden 5– 10 %  4 kali sehari.

C. Refleksi Kritis pada Pembelajaran melalui Literatur dengan menggunakan


Lembar Kerja EBM (Evidence Based Medicine) Terapi
1. Apakah hasil penelitian valid?

Apakah pasien pada penelitian Ya


dirandomisasi?
Apakah cara melakukan randomisasi Ya
dirahasiakan?
Apakah follow-up kepada pasien cukup Ya
panjang dan lengkap?
Apakah pasien dianalisis di dalam grup Ya
di mana mereka dirandomisasi?
Apakah pasien, klinisi, dan peneliti Ya
blind terhadap terapi?
Apakah grup pasien diperlakukan Ya
sama, selain dari terapi yang
diberikan?
Apakah karakteristik grup pasien sama Ya
pada awal penelitian, selain dari terapi
yang diberikan?

2. Apakah hasil penelitian penting?

Seberapa penting hasil penelitian ini? Sangat penting


Seberapa tepat estimasi dari efek terapi? Cukup tepat

Anjurkan memakai Ada efek Tidak ada efek


antiseptik larutan iodine
poviden 5– 10 %  4 kali
sehari.
memakai 15 0
Tidak memakai 0 15

Control event rate (CER) = c/ c+d=0 Experimental event rate (EER) = a/ a+b=1
Relative Risk Absolute Risk Number Needed to
Reduction (RRR) Reduction Treat (NNT)
(ARR)
CER EER CER-EER/ CER CER-EER 1/ARR
0 1 0 0 1
95% CI
95% CI = +/- 1,96 √[CER x (1-CER)/ #pasien kontrol + EER x (1-EER)/ #
pasien eksperimen]
3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat
diterapkan) dalam praktek sehari-hari?

Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien kita?


Apakah karakteristik pasien kita Tidak
sangat berbeda dibandingkan pasien
pada penelitian sehingga hasilnya
tidak dapat diterapkan?
Apakah hasilnya mungkin dikerjakan Ya
di tempat kerja kita?
Apa kemungkinan benefit dan harm dari terapi tersebut?
Metode I: f Risiko terhadap pasien kita, relatif
terhadap pasien pada penelitian

Diekspresikan dalam bentuk


desimal: 0,5

NNT/f =1/0,5 = 2

(NNT bagi pasien kita)


Metode II: 1/ (PEERxRRR) PEER (patient’s expected event rate)
adalah event rate dari pasien kita bila
mereka menerima kontrol pada
penelitian tersebut = 0,5

1/ (PEERxRRR) = 1/0 = 1

(NNT bagi pasien kita)


Apakah value dan preferensi pasien dipenuhi dengan terapi ini?
Apakah kita dan pasien kita mempunyaiYa
penilaian yang jelas dan tepat akan value
dan preferensi pasien
kita?
Apakah value dan preferensi pasien kita Ya
dipenuhi dengan terapi yang akan
kita berikan?
f adalah faktor dorongan. f merupakan perkiraan berapa tinggi atau rendahnya
risiko kematian pasien kita dibandingkan pasien pada penelitian. Bila pasien kita
kemungkinan meninggalnya 2 kali lebih besar dibandingkan pasien pada
penelitian, maka besar f adalah 2. Bila pasien kita kemungkinan meninggalnya 2
kali lebih kecil dibandingkan pasien pada penelitian, maka besar f adalah 0,5.
D. Evaluasi Pembelajaran

Topik: Anjurkan memakai antiseptik larutan iodine poviden 5– 10 % 


Tanggal:10 Januari 2023
Jenis pemeriksaan, dan lingkup tindakan/asuhan :

Penerapan memakai antiseptik larutan iodine poviden 5– 10 %  mengurangi


keputihan. Melakukan pemantauan keputihan setelah pemberian antiseptic
larutan iodine poviden 5-10%
Informasi/ keterampilan yang baru bagi saya

memakai antiseptik larutan iodine poviden 5– 10 % .memiliki pengaruh yang


cukup signifikan dalam mengurangi keputihan
Bagaimana hal ini bisa berguna ?

Hal ini bisa berguna bagi remaja putri, dengan kurangnya keputihan maka
aktivitas keseharian remaja tidak akan terganggu.
Sesi pembelajaran ini membuat saya berfikir tentang:

Pentingnya penerapan memakai antiseptik larutan iodine poviden 5– 10 %  bagi


semua remaja putri
Kontribusi saya dalam pembelajaran ini adalah:

Dapat membantu memberikan penyuluhan kepada remaja putri tentang


pemberian antiseptic larutan iodine poviden 5-10%.
Pertanyaan yang diajukan selama sesi diskusi

Berapa kali Anjurkan memakai antiseptik larutan iodine poviden 5– 10 % .

Tindak lanjut yang akan saya lakukan adalah :

Melakukan penelitian tentang berapa memakai antiseptik larutan iodine


poviden 5– 10 %
DAFTAR PRESENSI MAHASISWA

NAMA : YUNI ALFIA R


NIM : …………………..
RUANGAN : POLI KIA
PKM/ RS : PUSKESMAS KONANG

NO RUANGAN HARI/TGL DATANG PULANG PARAF PARAF


MHS CI
1. POLI KIA SENIN /  
09-01-2023
2. POLI KIA SELASA /  
10-01-2023
3. POLI KIA RABU /  
10-01-2023
4. POLI KIA KAMIS /  
11-01-2023
5. POLI KIA JUMAT / 12-  
01-2023
6. POLI KIA SABTU /  
13-01-2023
7. POLI KIA SENIN /  
15-01-2023
8. POLI KIA SELASA /  
16-01-2023
9. POLI KIA RABU /  
17-01-2023
10. POLI KIA KAMIS /  
18-01-2023
11. POLI KIA JUMAT /  
19-01-2023
12. POLI KIA SABTU /  
20-01-2023
LAPORAN KEGIATAN HARIAN

NAMA : YUNI ALFIA R


NIM : …………….

RUANGAN : POLI KIA

PKM/ RS : PUSKESMAS KONANG

HARI/TGL : ….. JANUARI 2023 S/D ….. JANUARI 2023

NO PUKUL KEGIATAN TTD


PEMBIMBING
1 09.00 WIB Menerima pasien yang baru datang

2 09.05 WIB Mengkaji identitas pasien

3 09.10 WIB Melakukan anamnesa kepada pasien


seperti keluhan dan lain - lain.
4 09.15 WIB Memeriksa keadaan umum pasien dan
TTV pasien
6 09.30 WIB Menjelaskan kepada pasien tentang
hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan
7 09.35 WIB Menjelaskan kepada pasien dan
keluarga tentang dismenore
8 09.45 WIB Memberikan KIE kepada pasien

9 10.00 WIB Menganjurkan kepada pasien untuk


melakukan senam dismenore
10 10.10 WIB Mengajarkan kepada pasien tentang
cara senam dismenore.
11 10.30 WIB Memberikan terapi kepada pasien yaitu
antiseptik larutan iodine poviden 5– 10
%  4 kali sehari.

12 10.45 WIB Menganjurkan pasien kontrol lagi


apabila terjadi keputihan hebat
13 11.00 WIB Melakukan pendokumentasian.
STASE
ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DAN PRA
NIKAH

Nama Mahasiswa : YUNI ALFIA R

NIM : …………………

Ruang : POLI KIA

Tanggal Praktik : ….. JANUARI 2023 - ….. JANUARI 2023

Pembimbing : NOR INDAH HANDAYANI, S.Tr.Keb., M.Keb.

Berkas Yang Dikumpulkan : 1 ASKEB PANJANG, 1 ASKEB KELOMPOK,


JURNAL REFLEKSI, REFLEKSI KASUS,
LEMBAR BIMBINGAN, LAPORAN
KEGIATAN HARIAN, DAFTAR PRESENSI
MAHASISWA

Hari, Tanggal Penyerahan : SELASA, 10 JANUARI 2023

Penerima : NOR INDAH HANDAYANI, S.Tr.Keb., M.Keb.


DOKUMENTASI

Tanggal 10 Januari 2023 memberikan asuhan kebidanan kepada remaja / pranikah


yaitu Nn. Y usia 19 tahun dengan dismenorhea primer dan didampingi oleh
pembimbing klinis.

Anda mungkin juga menyukai