Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DI PMB


ELFI YANTI STr.Keb KALIANDA
TAHUN 2022-2023

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Nifas
Program Studi Profesi Bidan

DISUSUN OLEH :
LINDA ASMAWATI
NPM : 22390098

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022-2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


DI PMB ELFI YANTI, STr.Keb KALIANDA
TAHUN 2022-2023

Disusun Oleh:

LINDA ASMAWATI
NPM : 22390098

Tanggal Pemberian Asuhan : Maret 2023

Disetujui

Pembimbing Lapangan
Tanggal :
Di : (Elisabet Maruliana,STr.Keb)

Pembimbing Institusi
Tanggal :
Di : (Rosmiyati, S.SiT.,M.Kes)

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat ALLAH SWT atas limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya karena atas segala yang diberikan pada kesempatan dan
kekuatan untuk dapat menyelesaikan tugas kebidanan yang berjudul “Laporan
Pendahuluan Stase Nifas”.Tujuan dari pembuatan tugas ini tidak lain untuk
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran berfikir kritis profesi bidan Universitas
Malahayati Bandar Lampung. Dalam proses penyusunan tugas ini tidak lepas dari
dukungan banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih kepada:
1. Dr. Achmad Farich,M.M selaku Rektor Universitas Malahayati
2. Riyanti.,M.Kes Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Malahayati
3. Vida Wira Utami.,SST.,Bdn,.M.Kes selaku Kepala Prodi Program Studi
Profesi Kebidanan.
4. Rosmiyati.,S.SiT.,M.Kes Selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
Stase Nifas, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan masukan kepada penulis.
5. Elisabet Maruliana.,STr.Keb Selaku CI Praktik Mandiri Bidan yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan.
6. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Profesi Bidan fakultas
kedokteran Universitas Malahayati Penulis menyadari bahwa dalam tugas
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakn
kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas ini. Penulis
berharap semoga penelitian ini dapat digunakan debagai referensi yang
bermanfaat bagi banyak kalangan. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih.
Bandar Lampung,
Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................ ii
KATA PENGANTAR......................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................. 2
C. Manfaat............................................................................................ 2
BAB II. TINJAUAN TEORI.............................................................. 3
A. Konsep Dasar Masa Nifas ............................................................... 3
1. Pengertian Masa Nifas................................................................. 7
2. Tujuan Masa Nifas ...................................................................... 8
3. Peran Bidan Pada Masa Nifas ..................................................... 10
4. Tahap Masa Nifas......................................................................... 13
B. Proses Laktasi dan Menyusui .......................................................... 18
1. Laktasi.......................................................................................... 18
2. ASI Menurut Stadium Laktasi..................................................... 20
C. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas ........................................... 21
1. Perubahan Sistem Produksi Masa Nifas....................................... 22
2. Perubahan Tanda-tanda Vital Masa Nifas................................... 24
3. Sistem Hematologi dan Kardiovaskuler....................................... 26
D. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas........................................... 32
1. Nutrisi dan Cairan.................................................................... 34
2. Ambulasi ................................................................................. 34
3. Eliminasi ................................................................................. 34
4. Istirahat dan Tidur .................................................................. 35
5. Aktifitas Seksual ..................................................................... 35
6. Latihan dan Senam Nifas......................................................... 36
E. Deteksi Dini dan Komplikasi Pada Masa Nifas dan Penangananya 38
1. Infeksi Masa Nifas .................................................................. 38

iv
2. Perdarahan Masa Nifas ........................................................... 38
3. Infeksi Saluran Kemih ............................................................ 39
4. Patologi Menyusui .................................................................. 39
BAB III. PENUTUP............................................................................ 40
A. Kesimpulan................................................................................... 41
B. Saran............................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR KONSUL

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah

plasenta keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat

kandungan akan kembali pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu

untuk memulihkan kesehatan ibu yang umumnya memerlukan waktu 6-12

minggu (Nugroho, Nurrezki, Desi, & Wilis, 2014). Nifas adalah periode mulai

dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan (Kementrian Kesehatan,

2014).

Masa Nifas (Puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan

akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga

puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya

bayi dan “parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim

karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan. Darah nifas yaitu darah yang

tertahan tidak bisa keluar dari rahim dikarenakan hamil darah yang keluar

sebelum melahirkan disertai tanda-tanda kelahiran, maka itu termasuk darah

nifas juga (Vita, 2018).

Nifas merupakan darah yang keluar dari rahim akibat melahirkan atau setelah

melahirkan. Masa nifas terhitung setelah plasenta keluar dan selesai ketika alat-

1
alat kandungan kembali ke keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira

6 minggu atau 42 hari. Namun pemulihan pada masa nifas secara menyeluruh

memerlukan waktu 3 bulan. Masa ini disebut juga masa puerperium.

Puerperium berasal dari Bahasa latin yaitu, “puer” yang artinya bayi dan

“parous” yang artinya melahirkan. Jadi, puerperium bermakna melahirkan

bayi. (Sari & Rimandini, 2014).

Masa nifas atau masa puerperium merupakan masa dimana keluarnya darah

dari jalan lahir setelah melahirkan, yang lamanya berkisar 40-60 hari. Masa ini

dialami wanita dari beberapa jam setelah melahirkan bayi dan plasenta, hingga

kirakira 6 minggu setelah melahirkan dan alat-alat kandungan kembali normal

seperti keadaan sebelum hamil. (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018).

Menurut Indriyani (2013), Masa nifas adalah masa pemulihan dari setelah

persalinan dan selesai ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan pra-

hamil yang lamanya berkisar sekitar 6-8 minggu. Waktu pemulihan yang

diperlukan pada masa nifas untuk bisa sehat sempurna bisa memakan waktu

berminggu-minggu, bulanan, hingga tahunan, terutama jika saat hamil atau

persalinan mengalami komplikasi.

Ketika masa nifas terjadi perubahan-perubahan penting, salah satunya yaitu

timbulnya laktasi. Laktasi adalah pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.

Laktasi terjadi oleh karena pengaruh hormon estrogen dan progesterone yang

merangsang kelenjar-kelenjar payudara ibu. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 ini sangat penting

2
diberikan kepada bayi sejak bayi dilahirkan hingga selama enam bulan, tanpa

menambahkan atau mengganti dengan makanan atau minuman. Namun pada

kenyataannya, ibu yang memiliki bayi baru lahir tidak semua menyusui

bayinya dengan baik disebabkan oleh karena faktor internal dan eksternal.

Faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, sedangkan

faktor eksternal meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas

kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula (Hanifah,

Astuti, & Susanti, 2017).

Kondisi ini menyebabkan penundaan pemberian ASI, Penundaan pemberian

ASI dapat menimbulkan masalah pada ibu yaitu terjadinya penumpukan ASI

dalam payudara, sehingga menimbulkan pembengkakan. Pembengkakan

payudara berdampak pada psikologis ibu seperti rasa sakit, cemas karena tidak

dapat menyusui. Kondisi ini akan menyebabkan masalah psikologis pada ibu

yaitu ibu akan merasa tidak mampu menyusui bayi dan merasa cemas yang

berdampak pada semakin menurunnya produksi ASI (Deswani, Gustina, &

Rochimah, 2014).

Agar tidak terjadi masalah pada masa laktasi seperti bendungan ASI yang akan

berdampak pada cakupan pemberian ASI pada bayi, dan agar mengurangi

resiko kematian pada bayi, maka ibu harus dibekali dengan pengetahuan

tentang pentingnya pemberian ASI. Pengetahuan tentang pemberian ASI ini

bertujuan untuk meningkatkan kesiapan ibu tentang pemberian ASI dan

meminimalkan resiko kejadian bendungan ASI pada ibu dan angka kematian

bayi, maka disini dibutuhkanlah peran tenaga kesehatan untuk memberikan

3
dukungan berupa informasi tentang pentingnya kesiapan ibu dalam pemberian

ASI, karena semakin baik pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif, maka

seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Begitu juga

sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, maka

semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan ASI eksklusif (Aprilia,

2012)

B. Tujuan

a. Tujuan umum

Khusus Mahasiswa mampu menerapkan teori dan keterampilan yang telah

didapatkan dalam melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

b. Tujuan khusus

1. Mampu menjelaskan mengenai konsep dasar Nifas

2. Mampu mengidentifikasi perubahan fisiologis dan psikologis Nifas

3. Mampu Menjelasakn mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi

Nifas

4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan dasar ibu Nifas

5. Mampu menerapkan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas

C. Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan keterampilan

mahasiswa.

4
2. Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa mengetahui tentang perawatan atau asuhan yang diberikan

pada ibu Nifas.

b. Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapatkan dari institusi dan

menuangkannya dalam dokumentasi asuhan kebidanan.

3. Bagi Klien (ibu)

Dapat dijadikan masukan untuk pasien (ibu) agar lebih mengerti tentang

perawatan masa Nifas.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan parous artinya

melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas adalah

penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah

lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum

hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2013).

Masa Nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama

6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologi maupun

psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan (Nurjanah, dkk, 2013).

Menurut Nurjanah, dkk, 2013 Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu puerperium

dini (immediate puerperium), puerperium intermedial (early puerperium) dan

remote puerperium (later puerperium). Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan di mana ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam Postpartum). Dalam

agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa di mana pemulihan dari

organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama kurang lebih 6-8 minggu.

6
c. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap terutama jika

selama masa kehamilan dan persalinan ibu mengalami komplikasi, waktu

untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan bahkan tahun.

2. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Masa Nifas, (Walyani, 2015).


a. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah

melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan

beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi

sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh darah kembali ke

ukuran semula.

b. Sistem Reproduksi

1. Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil.

a. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr

b. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat

dengan berat uterus 750gr

c. Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat

simpisis dangan berat uterus 500gr

7
d. Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis

dengan berat urterus 350gr

e. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat

uterus 50gr.

2. Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.

Macam-macam lochea:

Perubahan Lochea berdasarkan Waktu dan Warna

Lochea Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra (cruenta) 1-3 hari Merah Berisi darah


postpartum segar dan sisa-
sisa selaput
ketuban, sel-sel
desidua, verniks
kaseosa, lanugo,
dan mekonium
Sanguinolenta 3-7 hari Berwarna merah Berisi darah dan
postpartum kekuningan lendir
Serosa 7-14 hari Merah jambu Cairan serum,
postpartum kemudian kuning jaringan desidua,
leukosit, dan
eritrosit.
Alba 2 minggu Berwarna Putih Cairan berwarna
postpartum putih seperti
krim terdiri dari
leukosit dan sel-
sel desidua.
Purulenta Terjadi infeksi,
keluar cairan

8
seperti nanah
berbau busuk

Locheastatis Lochea tidak


lancar keluarnya
Sumber: Saleha, 2013
3. Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur, terkulai dan

berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,

sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus

dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-

hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi lahir, tangan

pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya

1 jari saja yang dapat masuk. Namun demikian, selesai involusi, ostium

eksternum tidak sama seperti sebelum hamil (Rukiyah, 2011)

4. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan

kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan

tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan

muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. (Walyani,

2015)

9
5. Payudara

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara

alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu

produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama sembilan bulan

kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan fungsinya untuk

menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika

hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambat

kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik).

Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus posterior

pituitary untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang

reflek let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui

sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI

dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini

terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak (Saleha, 2013).

c. Perubahan Sistem Pencernaan

Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi

progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan konstipasi

terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi hal ini karena

kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflek

hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada perineum karena

adanya luka episiotomi (Bahiyatun, 2016).

10
d. Perubahan Sistem Perkemihan

Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena

saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal

setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih

mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya

overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang

tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh

adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang

setelah 24 jam postpartum (Bahiyatun, 2016).

e. Perubahan Tanda-tanda Vital

Perubahan Tanda-tanda Vital terdiri dari beberapa, yaitu: (Nurjanah, 2013)

a. Suhu Badan

Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-

38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan

(dehidrasi) dan kelelahan karena adanya bendungan vaskuler dan

limfatik. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya

pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI,

payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila

suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi endometrium, mastitis,

tractus genetalis atau system lain.

11
b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per menit atau

50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi akan

lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus

waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.

c. Tekanan Darah

Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole dan 10

mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak berubah (normal),

kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena

ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat

menandakan terjadinya preeklamsi pada masa postpartum.

d. Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut

nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya,

kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas contohnya

penyakit asma. Bila pernapasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat,

kemungkinan ada tanda-tanda syok.

6. Perubahan Sistem Kardiovaskular

Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala

tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada

12
beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir

minggu ke-3 postpartum (Bahiyatun, 2016).

c. Perubahan Psikologi Nifas

Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan

lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang

mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa

postpartum, yaitu: (Bahiyatun, 2016).

1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman

2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi

3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain

4. Pengaruh budaya

Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin setelah melahirkan, ibu

akan melalui fase-fase sebagai berikut: (Nurjanah, 2013)

1. Masa Taking In (Fokus pada Diri Sendiri)

Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru melahirkan akan

bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya (trauma), segala

energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang badannya. Dia akan

bercerita tentang persalinannya secara berulang-ulang.

2. Masa Taking On (Fokus pada Bayi)

Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir tentang

kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawabnya sebagai

13
ibu dalam merawat bayi semakin besar. Perasaan yang sangat sensitive

sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.

3. Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa Bantuan

NAKES)

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya

yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil langsung

tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri

dengan tuntutan ketergantungan bayinya dan terhadap interaksi social. Ibu

sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan untuk

merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

d. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

1. Nutrisi Dan Cairan

Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada pantangan diet. Dua jam

setelah melahirkan perempuan boleh minum dan makan seperti biasa bila ingin.

Namun perlu diperhatikan jumpal kalori dan protein ibu menyusui harus lebih

besar daripada ibu hamil, kecuali apabila si ibu tidak menyusui bayinya.

Kebutuhan pada masa menyusui meningkat hingga 25% yaitu untuk produksi ASI

dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya.

Penambahan kalori pada ibu menyusi sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang

dikonsumsi ibu berguna untuk melaksanakan aktivitas, metabolisme, cadangan

dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan

dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang

dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti susunanya harus seimbang ,

14
porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak

mengandung alcohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan

yang seimbang mengandung unsure-unsur , seperti sumber tenaga, pembangunan,

pengatur dan perlindung.

a. Sumber Tenaga (Energi)

umber tenaga yang diperlukan untuk membakar tubuh dan pembentukan jaringan

baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber energy adalah karbohidrat dan lemak.

Karbohidrat berasal dari padi-padian, kentang, umbi, jagung, sagu, tepung roti,

mie, dan lain-lain. Lemak bias diambil dari hewani dan nabati.lemak hewani yaitu

mentega dan keju. Lemak nabati berasal dari minyak kelapa sawit, minyak sayur

dan margarine.

b. Sumber Pembangun (Protein)

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang rusak atau

mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein nabati.

Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang kering, susu dan keju.

Sedangkan protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-

kacangan, dan lain-lain

c. Sumber pengatur dan pelindung ( mineral, air dan vitamin)

Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan

penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat

pengatur bias diperoleh dari semua jenis sayur dan buahbuahan segar. Beberapa

mineral yang penting, antara lain :

15
1. Zat kapur untuk membentuk tulang. Sumbernya berasal dari susu, keju, kacang-

kacangan dan sayur-sayuran berdaun hijau

2. Fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi. Sumbernya berasal dari susu, keju

dan daging.

3. Zat besi untuk menambah sel darah merah. Sumbernya berasal dari kuning

telur, hati, daging, kerang, kacang-kacangan dan sayuran.

4. Yodium untuk mencegah timbulnya kelemahan mental. Sumbernya berasal dari

ikan, ikan laut dan garam beryodium.

5. Kalsium merupakan salah satu bahan mineral ASI dan juga untuk pertumbuhan

gigi anak. Sumbernya berasal dari susu, keju dan lain-lain.

6. Kebutuhan akan vitamin pada masa menyusui meningkat untuk memenuhi

kebutuhan bayinya. Beberapa vitamin yang penting antara lain :

a. Vitamin A untuk penglihatan berasal dari kuning telur ,hati, mentega, sayur

berwarna hijau, wortel, tomat dan nangka.

b. Vitamin B1 agar nafsu makan baik yang berasal dari hati, kuning telur,

tomat, jeruk, nanas.

c. Vitamin B2 untuk pertumbuhan dan pencernaan berasal dari hati, kuning

telur, susu, keju, sayuran hijau.

d. Vitamin B3 untuk proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan saraf dan

pertumbuhan. Sumbernya antara lain susu, kuning telur, daging, hati,beras

merah, jamur dan tomat.

e. Vitamin B6 untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan gigi dan

gusi. Sumberny antara lain gandum, jagung, hati dan daging.

16
f. Vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan

saraf. Sumbernya antara lain telur, daging, hati, keju, ikan laut dan kerang

laut.

g. Vitamin C untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semua jaringan ikat

( untuk penyembuhan luka ), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan

terhadap infeksi dan memberikan kekuatan pada pembuluh darah.

Sumbernya berasal dari jeruk, tomat, melon, mangga, papaya dan sayur.

h. Vitamin D untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang dan gigi serta

penyerapan kalsium dan posfor. Sumbernya berasal dari minyak ikan, ikan

susu, margarine, san penyinaran kulit dengan matahari sebelum jam 9.

i. Vitamin K untuk mencegah perdarahan. Sumbernya berasal dari hati, brokoli,

bayam dan kuning telur. Untuk kebutuhan cairannya, ibu menyusui harus

meminum sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan untuk ibu minum

setiap kali menyusui) Kebutuhan pada masa menyusui meningkat hingga

25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang

meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusi

sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk

melaksanakan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses

produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk

pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu

memenuhi syarat, seperti susunanya harus seimbang , porsinya cukup dan

teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol,

nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang

17
mengandung unsureunsur , seperti sumber tenaga, pembangunan, pengatur

dan perlindung. Anjurkan makanan dengan menu seimbang, bergizi untuk

mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup, memperoleh

tambahan 500 kalori setiap hari, berguna untuk produksi ASI dan

mengembalikan tenaga setelah persalinan. Tidak mengonsumsi makanan

yang mengandung alcohol. Minum air mineral 2 liter setiap hari. Tablet zat

besi diminum minimal 40 hari pasca persalinan.

2. Ambulasi

Pada masa nifas, perempuan sebaiknya melakukan ambulasi dini. Yang

dimasud dengan ambiulasi dini adalah beberapa jam setelah melahirkan, segera

bangun dari tempat tidur dan segera bergerak , agar lebih kuat dan lebih baik.

Gangguan kemih dan buang air besar juga dapat teratasi. Mobilisasi sangat

bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas, atau sembuhnya luka

(jika ada luka). Jika tidak ada kelainan , lakukan mobilisasi sedini mungkin,

yaitu dua jam setelah persalian normal. Ini berguna untuk memepercepat

sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea).

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam

pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk

mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2

diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah

diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada

komplikasi persalinan,nifas dan sembuhnya luka.

18
3. Eliminasi

Rasa nyeri kadangkala menyebabkan keengganan untuk berkemih, tetapi

usahakanlah untuk berkemih secara teratur, karena kantung kemih yang penuh

dapat menyebabkan gangguan kontraksi rahim, yang dapat menyebabkan

timbulnya perdarahan dari rahim. Seperti halnya dengan berkeih, perempuan

pascapersalinan sering tidak merasakan sensasi ingin buang air besar, yang

dapat disebabkan pengosongan usus besar (klisma) sebelum melahirkan atau

ketakutan menimbulkan robekan pada jahitan dikemaluan. Sebenarnya kotoran

yang dalam beberapa hari tidak dikeluarkan akan mengeras dan dapat

menyulitkan dikemudian hari.

Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai hari ke-5

setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume dara meningkat pada saat

hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu

belajar berkemih secara spontan dan tidak menahan buang air kecil ketika ada

rasa sakit pada jahitan. Menahan buang air kecil akan menyebabkan terjadinya

bendungan air seni dan gangguan kontraksi rahim sehingga pengeluaran cairan

vagina tidak lancar. Sedangkan buang air besar akan sulit karena ketakutan

akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena adanya haemoroid (wasir).

Kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini, mengonsumsi

makanantinggi serat dan cukup minum.

4. Miksi

Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat 24-48 jam pertama sampai hari ke-

5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume dara meningkat pada saat

19
hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Hendaknya kencing dapat

dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing,

karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi

m.sphincer ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit

kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi. Anjuran :

a. Ibu perlu belajar berkemih secara spontan setelah melahirkan

b.Tidak menahan BAK ketika ada rasa sakit pada jahitan, karena akan

menyebabkan terjadinya bendungan air seni. Akibatnya skan timbul

gangguan pada kontraksi rahim sehingga pengeluaran lochea tidak lancar.

c. Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri.

d. Bila kandung kemih penuh dan tidak dapat dimiksi sendiri, dilakukan

kateterisasi.

e. Bila perlu dpasang dauer catheter atau indwelling catheter untuk

mengistirahatkan otot-otot kandung kencing.

f. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi dapat

diatasi.

5. Defekasi

Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit, takut

jahitan terbuka atau karena adanya haemoroid. Buang air besar harus dilakukan

3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi

apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Jika

masih belum bias dilakukan klisma. Anjuran :

20
a. Mobilisasi Dini

b. Konsumsi makanan yang tinggi serat dan cukup minum Sebaiknya pada hari

kedua ibu sudah bias BAB, jika pada hari ketiga belum BAB ibu bias

menggunakan pencahar berbentuk suppositoria ( pil yang dibuat dari bahan

yang mudah mencair dan mengandung obat-obatan untuk dimasukkan

kedalam liang anus). Ini penting untuk menghindari gangguan pada

kontraksi uterus yang dapat menghambat pengeluaran lochea.

c. Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca persalinan.

d. Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga akibala tertimbun di

rectum, mungkin terjadi febris.

e. Lakukan klisma atau berikan laksan per oral

f. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin, tidak jarang kesulitan

defekasi dapat diatasi.

6. Menjaga Kebersihan Diri

Menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik

pada luka jahitan maupun kulit.

a. Kebersihan alat Genitalia Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi

agak bengkak/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau

episiotomi. Anjuran :

1. Menjaga kebersihan alat genetalia dengan mencucinya menggunakan air dan

sabun, kemudian daerah vulva sampai anus harus kering sebelum memakai

pembalut wanita, setiap kali setelah bunag air besar atau kecil, pembalut

diganti minimal 3 kali sehari

21
2. Cuci tangan dengan sabun dan iar mengalir sebelum dan sesudah

membersikan daerah genetalia.

3. Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan

daeran disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru

kemudian membersikan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali

buang air kecil atau besar.

4. Sarankan ibu untuk menganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua

kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan

telah dikeringkan dibawah matahari atau disetrika.

5. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan iar mengalir sebelum dan

sesudah membersikan daerah kelaminnya

6. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu

untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci

menggunakan sabun.

b. Pakaian

Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena

produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna

untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak

longgar di daerah dada agar payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga

degan pakain dalam, agar tidak terjadi iritasi ( lecet) pada daerah sekitarnya

akibat lochea. Pakaian yang digunakan harus longgar, dalam keadaan kering

dan juga terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi

22
keringat menjadi banyak ( disamping urun). Produksi keringat yang tinggi

berguna untuk menghilangkan ektra volime saat hamil.

c. Kebersihan Rambut

Setelah bayi lahir, ibu biasanya mengalami kerontokan rambut akibat dari

gangguan perubahan hormone sehingga rambut menjadi lebih tipis

dibandingkan keadaan normal. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih

kembali setelah beberapa bulan. Perawatan rambut perlu diperhatiakan oleh ibu

yaitu mencuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir

yang lembut dan hindari penggunaan pengering rambut.

d. Kebersihan Tubuh

Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan

dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan

pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam

minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasa jumlah keringat

yang dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan menjaga kulit tetap

dalam keadaan kering.

e. Menjaga Kebersihan Vagina

Vulva harus selalu dibersikan dari depan kebelakang. Tidak perlu khwatir

jahitan akan terlepas. Justru vulva yang tidak dibersikhan akan meningkatkan

terjadinya infeksi. Apabila ada pembengkakan dapat di kompres dengan es

dan untuk mengurangi rasa tidak nyaman dapat dengan duduk berendam di

air hangat setelah 24 jam pasca persalinan. Bila tidak ada infeksi tidak

diperlukan penggunaan antiseptic, cukup dengan air besih saja. Walau

23
caranya sederhanan dan mudah, banyak ibu yang ragu-ragu membersihkan

daerah vaginanya di masa nifas. Beberapa alasan yang sering dikeluhkan

adalah takut sakit atau khwatir jahitan di antara anus dan vagina akan robek,

padahal ini jelas tidak benar. Menurut dr.Rudiyanti, Sp,OG, jahitan yang

dilakukan pasca persalinan oleh dokter, tidak mudah lepas. “ memang jahitan

tersebut baru akan diserap tubuh dalam waktu lima sampai tujuh hari. Jadi

beberapa hari setelah melahirkan masih terasa bila tersentu. Namun, tidak

mudah lepas.” Lain kalau alasannya takut sakit. Setelah persalinan normal,

saat vagina dibersihkan akan terasa nyeri karena ada bekas jahitan di daerah

perineum ( antara anus dan alat kelamin ). Namun bukan berarti ibu bole alpa

membersihkannya, walau terasa nyeri cebok setelah buang air kecil atau besar

tetap perlu dilakukan dengan seksama. ”Wajar saja kalau setelah melahirkan

vagina terasa sakit saat di bersihkan. Dokter biasanya akan memberikan obat

pereda rasa sakit.” Tidak beda jauh dari proses setelah persalinan normal, ibu

yang melahirkan dengan bedah sesar pun akan mengalami masa nifas selama

40 hari. Meskpun vaginanya tidak terluka, dari situ tetap akan keluar darah

dan kotoran (lochea) yang merupakan sisa jaringan di dalam rahum.

Langkah-langkah untuk menjaga kebersihan vagina yang benar adalah :

a. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan

BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asal bersih. Basuh dari depan

kebelakang sehingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel disekitar

vagina baik dari air seni maupun feses yang mengandung kuman dan bias

menyebabkan infeksi pada luka jahit.

24
b. Vagina boleh di cuci menggunakan sabun atau cairan antiseptic karena

dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut

memegang daerah tersebut dengan seksama.

c. Bila ibu benar-benar takut menyentu lukah jahitan, upaya menjaga

kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan

antiseptic selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB.

Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak

diganti. Bila seperti ini caranya maka akan percuma saja. Bukankan pembalut

tersebut sudah dinodai darah dan kotoran? Berarti bila pembalut tidak diganti,

maka vagina akan tetap lembab dan kotor.

d. Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan anduk lembut, lalu gunakan

pembalut baru. Ingat pembalut harus diganti setiap habis BAK atau BAB atau

maksimal 3 jam setelah atau bila sudah ditarasaka tidak nyaman.

e. Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep

antibiotic yang diresepkan oleh dokter.

6. Istirahat

Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca persalinan,

ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu

boleh miring kekiri atau kekanan untuk mencegah trombisis. Ibu dan bayi

ditempatkan pada satu kamar. Pada hari kedua, bila perlu dilakukan latihan

senam. Pada hari ketiga umumnya sudah dapat duduk, hari keempat berjalan

dan hari kelima sudah dapat dipulangkan. Makanan yang diberikan harus

bermutu tinggi dan cukup kalori, cukup protein dan banyak buah. Anjurkan

25
untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, usahakan untuk rileks dan

istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Memintah bantuan

suami atau keluarga ketika ibu merasa lelah. Putarkan dan dengarkan lagu-

lagu klasik disaat ibbu dan bayi sedang istirahat untuk menghilangkan rasa

tegang dan lelah.

7. Seksual

Setelah persalinan pada masa ini ibu menhadapi peran baru sebagai orang tua

sehingga sering melupakan perannya sebagai pasagan. Namun segera setelah

ibu merasa percaya diri dengan peran barunya dia akan menemukan waktu

dan melihat sekelilingnya serta menyadari bahwa dia telah kehilangan aspek

lain dalam kehidupannya yang juga penting. Oleh karena itu perlu memahami

perubahan yang terjadi pada istri sehingga tidak punya perasaan diabaikan.

Anjuran :

a. Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan suami istri begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam

vagina tanpa rasa nyeri. Begitu ibu merasakan aman untuk melakukan

hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri

sampai waktu tertentu setelah 40 hari atau 6 minggu pasca persalinan.

Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.

c. Kerjasama dengan pasangan dalam merawat dan memberikan kasih saying

kepada bayinya sangat dianjurkan.

26
d. Kebutuhan yang satu ini memang agak sensitive, tidak heran kalau anda

dan suami jadi serba salah.

E. Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas dan Penangananya

1. Infeksi Masa Nifas

Wanita dianggap menderita infeksi puerperium jika terjadi demam pada suhu

38 derajad celcius (100,4 derajad F) atau lebih setelah 24 jam pertama setelah

melahirkan dan demam bertahan paling tidak 2 hrai dalam 10 hari pertama

paska melahirkan(Joyce Y , 2010). Infeksi puerperium adalah infeksi bakteri

yang berasal dari saluran reproduksi saluran reproduksi salama persalinan atau

puerperium. Menurut Ari dan Esti, 2010 :

a. Vulvalitis

Pada luka infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum, jaringan

sekitarnya mebengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah

terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus.

b. Vaginitis

Infeksi pada vagina yang dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau

melalui luka perineum.Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan terjadi

ulkus, serta getah mengandung nanah dan keluar dari daerah ulkus tersebut.

c. Servisitis

nfeksi servik sering terjadi , akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak

gejala. Luka serviks yangb dalam , luas dan langsung ke dasar ligamentum

latum dapat menyebabkan infeksi yang menjelar ke parametrium. Adapun

tanda dan gejalanya yaitu rasa nyeri dan panas pada area yang terinfeksi,

27
kadangkadang perih bila kencing, nadi dibawah 100x/menit, getah radang

dapat keluar, suhu sekitar 38-40 derajad celcius.

d. Septicemia

Infeksi ini merupakan infeksi yang umum yang disebabkan oleh kuman-kuman

yang sangat pathogen.Infeksi ini sangat berbahaya dan tergolong 50%

penyebab kematian karena infeksi nifas.Septicemia adalah infeksi yang terjadi

akibat kuman-kuman langsung masuk keperedaran darah umum dan

menyebabkan infeksi umum.Adanya septicemia dapat diartikan bahwa

merupakan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Adapun tanda dan

gejala antara lain permulaan penderita sudah sakit dan lemah, samapi hari ke-3

post partum, suhu meningkat dengan cepat dan menggigil, selanjutnya suhu

berkisar antara 39- 40 derajad celcius, ku memburuk, nadi cepat

(140-160x/menit)

e. Peritonitis

Adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada peritoneum(selaput dinding

perut). Pada masa nifas peritonitis terjadi akibat menyebarnya atau meluasnya

infeksi yang terjadi pada uterus melalui pembuluh darah limfe. Manifetasi

klinisnya dapat terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri perut bagian bawah, nadi

cepat dan kecil, perut kembung, muka pucat, mata cekung, kulit muka dan

akral dingin.

f. Mastitis

Merupakan peradangan atau infeksi yang terjadi pada payudara atau

mammae.Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada

28
mammae.Penyebab infeksi paling sering adalah staphylococcus aureus.Tanda

dan gejalanya yaitu rasa panas dingin disertai dengan peningkatan suhu tubuh,

lesu dan tidak ada nafsu makan, mammae membesar, kulit memerah dan nyeri

pada perabaan.

g. Thromboplebitis

Adalah penjalaran infeksi melalui vena. Hal ini terjadi pada masa nifas karena

terbukanya vena-vena selama proses persalinan sehingga memudahkan

mikroorganisme pathogen.

h. Infeksi Luka Perinium

Infeksi ini terjadi akibat masuknya mikroorganisme ke dalam luka perineum.

Luka ini terjadi akibat episiotomi atau rupture/robek pada saat proses

persalinan. Tanda dan gejalanya yaitu terasa nyeri, merah dan bengkak. Bila

tidak segera ditangani akan melebar, terbuka dan mengeluarkan getah bening

2. Perdarahan Masa Nifas

Pada kehamilan cukup bulan sedikitnya 600 ml/mnt darah mengalir keuterus

melalui ruang-ruang interviler plasenta. Darah masuk melalui arteri spiralis

yang berjumlah sekitar 120, dan arteri spiralis ini tidak memiliki lapisan

muskularis akibat adanya remodeling oleh invasi trofoblast. Apabila terjadi

pelepasan plasenta pada kala III persalinan maka arteri spiralis akan terbuka

sehingga terjadi perdarahan. Kontraksi uterus akan menjepit arteri spiralis yang

terbuka sehingga perdarahan berhenti. Selanjutnya diikuti terbentuknya

bekuan-bekuan darah yang menyumbat lumen arteri spiralis. Sebaliknya

29
apabila tidak terjadi kontraksi uterus segera setelah pelepasan plasenta akan

terjadi perdarahan postpartum yang hebat dan membahayakan jiwa.

Sejak lama perdarahan postpartum diartikan sebagai kehilangan darah 500 ml

atau lebih setelah janin dan plasenta lahir (akhir kala III) pada persalinan

pervaginam atau 1000 ml atau lebih pada persalinan seksio sesarea. Definisi ini

dirasakan terlalu sederhana apabila dikaitkan dengan adanya pertambahan

volume plasma darah yang normal pada kehamilan yaitu rata-rata sebesar 30 –

60% atau 1500 – 2000 ml selama kehamilan. Oleh karena itu pengukuran kadar

hematokrit sangat penting menilai jumlah perdarahan yang terjadi selain

pengukuran secara kwantitatif. Secara umum diterima apabila kadar hematokrit

turun sebesar 3% itu berarti sudah terjadi kehilangan darah sebanyak

pertambahan volume darah kehamilan normal (30-60%) ditambah dengan 500

ml.

Penyebab perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi 4 T yaitu tone (tonus;

atonia uteri), tissue (jaringan; retensio plasenta dan sisa plasenta), tears

(laserasi; laserasi perineum, vagina, serviks dan uterus) dan thrombin

(koagulopati; gangguan pembekuan darah). Atonia uteri merupakan penyebab

utama perdarahan postpartum yaitu sebesar 70% dan sekaligus penyebab utama

kematia maternal. Trauma seperti laserasi, ruptura uteri dll. sebesar 20%, tisuue

(jaringan) seperti retensio plasenta, sisa plasenta sebesar 10% serta thrombin

(koagulopati) atau gangguan pembekuan darah seperti idiopathic

thrombocytopenic purpura (ITP), thombotic thrombocytopenic purpura,

30
penyakit von Willebrand dan hemofilia, menyumbang 1% sebagai penyebab

PPH.

a. Klasifikasi perdarahan post partum

Perdarahan dibagi menjadi minor yaitu 500-1000 ml atau mayor >1000 ml.

Perdarahan mayor dapat dibagi menjadi sedang yaitu 1000-2000 ml atau berat

>2000 ml Pembagian lain menurut Sibai adalah perdarahan ringan (mild)

apabila jumlah perdarahan ≤ 1500 ml, berat (severe) > 1500 ml, dan massif >

2500 ml. Berdasarkan waktu terjadinya dibagi menjadi perdarahan postpartum

primer { primary post partum haemorrhage) yaitu perdarahan yang terjadi

dalam 24 jam pertama postpartum, sedangkan sekunder (secondary post partum

haemorrhage) merupakan perdarahan yang terjadi setelah periode 24 jam

sampai 6 minggu postpartum. Penyebab utama perdarahan postpartum adalah

atonia uteri.

3. Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil, kebanyakan

terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami ISK memiliki

kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu hamil. Servisitis, vaginitis, obstruksi

ureter yang flaksid, refluks vesikoureteral, dan trauma lahir mempredisposisi

wanita hamil untuk menderita ISK, biasanya dari escherichia coli. Wanita dengan

PMS kronis, trutama gonore dan klamidia juga memiliki resiko ISK. Bakteriuria

asimptomatik terjadi pada sekitas 5% sampai 15% wanita hamil. Jika tidak diobati

akan terjadi pielonefritis kira-kira 30% pada wanita hamil. Kelahiran dan

persalinan prematur juga dapat lebih sering terjadi.

31
Biakan dan tes sensitivitas urine harus dilakukan di awal kehamilan, lebih bagus

pada kunjungan pertama, spesimen diambil dari urin yang diperoleh dengan cara

bersih. Jika didiagnosis adanya infeksi, pengobatan akan dilakukan dengan

memberikan antibiotik yang sesuai selama dua sampai tiga minggu, disertai

peningkatan asupan air dan obat antispasmodik traktus urinarius.

4. Patologi Menyusui

a. Payudara Bengkak (engorgement)

Payudara terasa lebih penuh, tegang dan nyeri. Pembengkakan terjadi pada hari
ke-3 dan ke-4 pascasalin akibat bendungan vena dan pembuluh getah bening.
Bendungan vena dan pembuluh getah bening terjadi akibat payudara yang terisi
penuh dengan ASI. Kesemuanya ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak
disekresi, tetapi pengalirannya belum lancar.

Bila ibu tidak mau menyusui karena merasa nyeri, pembengkakan akan terus
berlanjut. ASI yang disekresi akan terus menumpuk, sehingga payudara
bertambah tegang, gelanggang susu menonjol dan puting mendatar. Bayi menjadi
sulit menyusu.

Pada saat ini payudara tampak lebih merah mengkilat. Ibu mengalami demam dan
nyeri berat payudara.

Pencegahan :

1. Ibu hendaknya menyusui dini, sesegera mungkin (selama 30 menit) setelah bayi
dilahirkan

2. Bayi disusui tanpa dijadwal (atas permintaan).

3. ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa bila produksinya melebihi


kebutuhan bayi.

32
4. Payudara pasca salin senantiasa dirawat.

Pengobatan :

1. Payudara dikompres hangat agar menjadi lebih lembek.

2. ASI dikeluarkan sedikit sebelum menyusui agar puting lebih mudah ditangkap

dan diisap oleh bayi.

3. Sisa ASI dikeluarkan sesudah bayi kenyang.

4. Payudara juga dikompres dingin untuk mengurangi rasa sakit.

5. Payudara diurut (masase) untuk mengurangi stasis divena dan pembuluh getah

bening, mulai dari puting ke arah korpus.

b. Kelainan Putting

Kelainan puting hendaknya ditemukan lebih dini, yakni pada saat pemeriksaan

kehamilan, agar segera dapat dikoreksi sebelum menyusui.

Kelainan puting yang mengganggu proses menyusui antara lain:

1. Puting susu datar.

2. Puting susu tenggelam (inverted).

Penanganan :

Puting datar dan tenggelam dapat diperbaiki dengan perasat Hoffman,

yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah gelanggang

susu, lalu gelanggang susu diurut kearah berlawanan. Pada true inverted nipple,

perasat Hoffman tidak dapat memperbaiki keadaan dan tindakan operatif harus

dilakukan. Pada keadaan ini, ASI harus dikeluarkan secara manual atau dengan

pompa susu dan diberikan kepada bayi dengan sendok, gelas atau pipet.

33
c. Nyeri puting susu

Nyeri puting susu terjadi karena kesalahan posisi bayi saat menyusui, yakni bayi

hanya mengisap puting susu karena puting tidak masuk kedalam mulut bayi

sampai gelanggang susu bayi. Tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu

akan membuat puting nyeri ketika diisap, meski kulitnya masih utuh.

Sebab lain yang dapat membuat puting nyeri adalah penggunaan sabun,

cairan, krim, alkohol, dll, untuk membersihkan puting susu sehingga terjadi iritasi.

Iritasi puting juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenulum linguae)

yang pendek, sehingga bayi tidak dapat mengisap sampai gelanggang susu dan

lidahnya menggeser keputing.

Penanganan :

Teknik menyusui yang benar hendaknya disampaikan kepada ibu, khususnya

mengenai letak puting dalam mulut bayi:

1. Bibir bayi menutup areola sehingga tidak tampak.

2. Puting ditempatkan diatas lidah bayi.

3. Areola ditempatkan diantara gusi atas dan bawah.

Puting yang nyeri lama-lama luka/lecet bila terus disusukan. Cara mencegahnya

antara lain:

a) Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, cairan, krim, atau

obat-obatan iritan lainnya.

b) Untuk melepaskan isapan bayi setelah menyusui, dagu bayi ditekan atau

hidung dipijat atau jari kelingking ibu yang bersih dimasukkan kedalam

mulut bayi.

34
c) Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit,

sambil menghindari tekanan lokal pada puting dengan mengubah-ubah

posisi menyusui. Frekuensi dan lama menyusui diputing yang sakit

dikurangi.

Apabila dengan tindakan tersebut di atas, puting tetap nyeri, sebaiknya dicari

sebab-sebab lain (misalnya Moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan

payudara terinfeksi (Mastitis).

d. Sumbatan Saluran Susu

Sumbatan saluran susu disebabkan oleh tekanan yang terus menerus.

Tekanan dapat berasal dari pemakaian BH yang terlalu ketat, tekanan jari pada

tempat yang sama setiap kali menyusui atau kelanjutan dari payudara bengkak.

Pencegahan dapat dilakukan dengan memakai BH dengan ukuran yang

memadai dan mampu menopang payudara dengan baik, pengurutan payudara

yang teratur dan teknik menyusui yang baik.

Pengobatan dilakukan dengan memberi kompres hangat payudara sebelum

menyusui, pengurutan payudara, pengeluaran sisa ASI setelah menyusui dan

kompres dingin usai menyusui untuk mengurangi nyeri

e. Radang Payudara (Mastitis)

Bila tidak ditangani dengan baik, saluran susu yang dapat menjadi mastitis

(radang payudara).

Penyebab utama terjadinya mastitis antra lain :

35
 Produksi Asi yang tidak dikeluarkan akibat berbagai sebab antara lain

Obstruksi duktus,

 Frekuensi dan lamanya pemberian Asi yang kurang,

 Isapan bayi yang tidak kuat

 Produksi Asi yang berlebih

 Rasa sakit pada waktu menyusui

Asi yang tidak keluarkan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri.

Thomsen (1984) menghitung leukosit dan jumlah bakteri dari Asi yang

dikeluarkan dari penderita mastitis dan mengklasifikasi mastitis menjadi tiga

kelompok.

1. Asi yang tidak keluar, didapatkan <106 leukosit dan <103 bakteri, akan

menjadi baik hanya dengan pengeluaran Asi.

2. Inflamasi non infeksi (non-infectious mastitis), didapatkan >106

leukosit dan <103 bakteri, diterapi dengan sesering mungkin

pengeluaran Asi.

3. Infectious mastitis, didapatkan >106 leukosit dan >103 bakteri, diterapi

dengan pengeluaran Asi dan Antibiotik sistemik

Proses infeksi payudara menimbulkan pembengkakan lokal atau seluruh

payudara, merah dan nyeri. Peradangan mengenai stroma payudara yang terdiri

dari jaringan ikat, lemak, pembuluh darah dan getah bening. Biasanya terjadi pada

minggu kedua. Ibu mengalami demam umum seperti influenza.

36
Mastitis biasanya didahului puting lecet, payudara bengkak atau sumbatan saluran

susu. Anemia, gizi buruk, kelelahan dan stress juga merupakan faktor

predisposisi.

Penanganan :

a) Ibu harus tetap menusui agar payudara kosong.

b) Kompres hangat dan dingin seperti pada payudara bengkak.

c) Posisi menyusui diperbaiki, terutama bila puting lecet.

d) Istirahat cukup dan makan makanan yang bergizi.

e) Minum sekitar 2 liter perhari.

f) Antibiotik. Indikasi pemberiannya bila disertai luka pada puting, gejala

tidak membaik walaupun ASI telah dikeluarkan, gejala yang sudah berat,

kultur dan jumlah bakteri dari ASI menunjukkan infeksi. Pemberian

antibiotik selama 10-14 hri. Beberapa penulis menganjurkan pemberian

antibiotik pada bayi dan ibunya bila dari pemeriksaan ASI didapatkan

kuman. Dicloxacillin 500 mg oral empat kali sehari, dapat dimulai secara

empiris;Eritromisin diberikan kepada wanita yang sensitif trhadap

penisilin.

jika infeksi disebabkan oleh stafilokokus penghasil penisilinase yang

resisten, atau dicurigai terdapatnya organisme yang resisten ketika

menunggu hasil kultur, maka vancomycin atau anti mikroba anti-MRSA

lainnya harus diberikan. Walaupun respons klinis cepat terlihat, namun

terapi harus dilanjutkan selama 10-14 hari.

37
g) Analgesic

Dicurigai Abses jika penurunan demam tidak terjadi dalam 48 sampai 72

jam setelah terapi mastitis, atau teraba massa.

Berbeda dengan mastitis, pada abses payudara :

a) Infeksi mengenai jaringan parenkim dan bernanah banyak.

b) Payudara yang sakit tidak boleh disusukan, sedangkan payudara yang

sehat tetap disusukan.

c) Merupakan komplikasi dari mastitis.

d) Ditangani dengan antibiotik dan analgetik

e) Bila perlu, abses diinsisi.

Payudara yang sakit sementara tidak disusukan, ASI tetap dikeluarkan

manual atau dengan pompa agar produksi ASI tetap baik. Dalam beberapa

hari dapat disusukan kembali.

38
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asuhan Pada Masa Nifas Yaitu untuk Meningkatkan kesejahteraan fisik dan

psikologi ibu dan bayi Dengan diberikannya asuhan, ibu akan mendapatkan

fasilitas dan dukungan dalam upaya untuk menyesuaikan peran barunya sebagai

ibu (pada kasus ibu dengan kelahiran anak pertama) dan pendampingan keluarga

dalam membuat pola baru saat kelahiran anak kedua. Jika ibu dapat melewati

masa ini dengan baik maka kesejahteraan fisik dan psikologis bayipun akan

meningkat Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus

diberikan oleh tenaga kesehatan. Misalnya ibu dianjurkan untuk menjaga

kebersihan seluruh tubuh, sedangkan bidan mengajarkan pada ibu bagaimana

membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, dengan memastikan bahwa

ia mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke

belakang dan setelah itu membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan ibu untuk

mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah

kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi pada perimium

sarankan ibu untuk menghindari atau tidak menyentuh daerah luka.

Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya

permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga penangananya

dapat lebih maksimal.

39
Melaksanakan skrining secara komprehensif dengan mendeteksi masalah,

mengobati, dan merujuk apabila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

Seorang bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi

pemeriksaan plasenta, pengawasan Tinggi Fundus Uteri, pengawasan perdarahan,

pengawasan konsistensi Rahim, dan pengawasan keaadan umum ibu. Bila

ditemukan permasahalan, maka harus segera melakukan tindakan sesuai dengan

standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.

Mendukung dan meningkatkan keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk

mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya khusus Pada

saat memberikan asuhan nifas, keterampilan seorang bidan sangat di tuntut untuk

memberikan pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga. Keterampilan yang

harus di kuasai oleh bidan, antara lain berupa materi pendidikan, teknik

penyampaian, dan media yang digunakan, serta pendekatan psikologis yang

efektif sesuai dengan budaya setempat. Hal tersebut sangat penting untuk

diperhatikan karena banyak pihak yang beranggapan bahwa jika bayi telah lahir

dengan selamat dan kodisi ibu dan bayi tidak ada cacat secara fisik maka sebuah

pendampingan dianggap tidak perlu dilakukan. Padahal bagi para ibu (terutama

ibu baru), saat menjalani peran barunya sangatlah berat sehingga membutuhkan

sebuah pendampingan untuk kesehatan ibu dan bayi baik secara fisik maupun

psikis.

40
B. Saran

a. Bagi mahasiswa

Dapat memberikan atau menyarankan pemberian asuhan Nifas yang sesuai

dengan standar.

b. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan dapat melakukan pelayanan asuhan kebidanan pada ibu Nifas

sesusai SOP secara mandiri maupun kolaboratif.

c. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat khususnya ibu Nifas agar dapat meningkatkan

pengetahuan berkaitan dengan kesehatan dalam masa Nifas.

DAFTAR PUSTAKA

Achsin, A., Rusli, N., Ahmad, T.R., Musdah, M., Syahrul, R & Sri’ah, A.L. 2003
Untukmu ibu Tercinta. Bogor : Prenada
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Pelajar
Anggraeni, A. C. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. 2004. Maternity Nursing. Edisi
4. Jakarta : EGC
Budiyanto, M.A.K. 2002. Gizi dan Kesehatan. Malang : Bayu Media
Chumbley, Jane. 2006. Menyusui. Jakarta : Erlangga
Cuningham, F.G., Norman, F.G., Kenneth, J.L., Larry, C.G., John, C.H., &
Katharine, D.W. 2006. Obstetri Williams, Volume 1. Jakarta : EGC
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2012. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Rajawali Pers
Dewi, V.N.L & Tri, S. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta Salemba
Medika

41
Dowshen, N.I & Elizabeth, B. 2002. Petunjuk Lengkap untuk Orang Tua. Jakarta
: Raja Grafindo
Gibney, M.J., Barrie, M.M., John, M.K., & Leonore, A. 2009. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : EGC
Gigante, D.P., Victoria, C.G.,Barros, Fernando.C. 2000. Breast-Feeding Has
Limited Long-Term Effect on Anthropometry and Body Composition of
Brazilian Mothers. The Journal of Nutrition. http://www.Jn.nutrition.org,
diakses: September 2012

Hatsu, Irene E., Dawn M,M., & Alex, K.A. 2008. Effect of Infant Feeding on
Maternal Body Composition. International Breastfeeding Journal
http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content/3/1/18, di
akses : September 2012
Hidayat, A.A. 2008. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Indonesia Menyusui. Jakarta : Badan


Penerbit IDAI

Keller, C., Tood, M., & Ainsworth, B. 2013. Overweight, Obesity, and
Neighborhood Charachteritics among Postpartum Latinas. Journal of
Obesity. http://dx.doi.org/10.1155/2013/916468, diakses:Agustus 2013

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Peuperium Care”.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :

Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Notoadmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka


Cipta

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Peuperium Care”.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

Notoadmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.


Jakarta : Rineka Cipta

42
Siswosudarmo, R & Ova, E. 2008. Obstetri Fisiologi.
Yogyakarta : Pustaka Cendekia Saleha, S. 2009.

Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika

43
LEMBAR KONSULTASI
KEGIATAN BIMBINGAN PRA KLINIK
PROFESI BIDAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

Nama : Linda Asmawati


Nim : 22390098
Pembimbing : Rosmiyati,S.SiT,M.Kes
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Pada Nifas

No Tanggal Catatan Pembimbing Paraf

1. 07/03/2023 - ACC JURNAL

2. 10/03/2023 - Perbaiki Jurnal Reading


- Perbaiki Jurnal Refleksi

3. 12/03/2023 - Perbaiki teori sesuai dengan


Logbook

4. 14/03/2023
- Acc LP

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

(Rosmiyati,S.SiT,M.Kes)

44

Anda mungkin juga menyukai