Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS


DI PMB ELFI YANTI STr.Keb KALIANDA
TAHUN 2022-2023

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Nifas
Program Studi Profesi Bidan

DISUSUN OLEH :
LINDA ASMAWATI
NPM : 22390098

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022-2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS


DI PMB ELFI YANTI, STr.Keb KALIANDA
TAHUN 2022-2023

Disusun Oleh:

LINDA ASMAWATI
NPM : 22390098

Tanggal Pemberian Asuhan : Maret 2023

Disetujui

Pembimbing Lapangan
Tanggal :
Di : (Elisabeth Maruliana,STr.Keb)

Pembimbing Institusi
Tanggal :
Di : (Rosmiyati, S.SiT.,M.Kes)

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat ALLAH SWT atas limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya karena atas segala yang diberikan pada kesempatan dan
kekuatan untuk dapat menyelesaikan tugas kebidanan yang berjudul “Laporan
Kasus Stase Nifas”.Tujuan dari pembuatan tugas ini tidak lain untuk memenuhi
salah satu tugas mata pelajaran berfikir kritis profesi bidan Universitas Malahayati
Bandar Lampung. Dalam proses penyusunan tugas ini tidak lepas dari dukungan
banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih
kepada:
1. Dr. Achmad Farich,M.M selaku Rektor Universitas Malahayati
2. Riyanti.,M.Kes Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Malahayati
3. Vida Wira Utami.,SST.,Bdn,.M.Kes selaku Kepala Prodi Program Studi
Profesi Kebidanan.
4. Rosmiyati.,S.SiT.,M.Kes Selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
Stase Nifas, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan masukan kepada penulis.
5. Elisabeth Maruliana.,STr.Keb Selaku CI Praktik Mandiri Bidan yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan.
6. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Profesi Bidan fakultas
kedokteran Universitas Malahayati Penulis menyadari bahwa dalam tugas
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakn
kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas ini. Penulis
berharap semoga penelitian ini dapat digunakan debagai referensi yang
bermanfaat bagi banyak kalangan. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih.
Bandar Lampung,
Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................ ii
KATA PENGANTAR......................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................. 2
C. Manfaat............................................................................................ 2
BAB II. TINJAUAN TEORI.............................................................. 3
A. Konsep Dasar Masa Nifas ............................................................... 3
1. Pengertian Masa Nifas................................................................. 7
2. Tujuan Masa Nifas ...................................................................... 8
3. Peran Bidan Pada Masa Nifas ..................................................... 10
4. Tahap Masa Nifas......................................................................... 13
B. Proses Laktasi dan Menyusui .......................................................... 18
1. Laktasi.......................................................................................... 18
2. ASI Menurut Stadium Laktasi..................................................... 20
C. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas ........................................... 21
1. Perubahan Sistem Produksi Masa Nifas....................................... 22
2. Perubahan Tanda-tanda Vital Masa Nifas................................... 24
3. Sistem Hematologi dan Kardiovaskuler....................................... 26
D. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas........................................... 32
1. Nutrisi dan Cairan.................................................................... 34
2. Ambulasi ................................................................................. 34
3. Eliminasi ................................................................................. 34
4. Istirahat dan Tidur .................................................................. 35
5. Aktifitas Seksual ..................................................................... 35
6. Latihan dan Senam Nifas......................................................... 36
E. Deteksi Dini dan Komplikasi Pada Masa Nifas dan Penangananya 38
1. Infeksi Masa Nifas .................................................................. 38
2. Perdarahan Masa Nifas ........................................................... 38

iv
3. Infeksi Saluran Kemih ............................................................ 39
4. Patologi Menyusui .................................................................. 39
BAB III. PENUTUP............................................................................ 40
A. Kesimpulan................................................................................... 41
B. Saran............................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR KONSUL
LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah

plasenta keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat

kandungan akan kembali pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu

untuk memulihkan kesehatan ibu yang umumnya memerlukan waktu 6-12

minggu (Nugroho, Nurrezki, Desi, & Wilis, 2014). Nifas adalah periode mulai

dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan (Kementrian Kesehatan,

2014).

Masa Nifas (Puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan

akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga

puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya

bayi dan “parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim

karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan. Darah nifas yaitu darah yang

tertahan tidak bisa keluar dari rahim dikarenakan hamil darah yang keluar

sebelum melahirkan disertai tanda-tanda kelahiran, maka itu termasuk darah

nifas juga (Vita, 2018).

Nifas merupakan darah yang keluar dari rahim akibat melahirkan atau setelah

melahirkan. Masa nifas terhitung setelah plasenta keluar dan selesai ketika alat-

alat kandungan kembali ke keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira

6 minggu atau 42 hari. Namun pemulihan pada masa nifas secara menyeluruh

1
memerlukan waktu 3 bulan. Masa ini disebut juga masa puerperium.

Puerperium berasal dari Bahasa latin yaitu, “puer” yang artinya bayi dan

“parous” yang artinya melahirkan. Jadi, puerperium bermakna melahirkan

bayi. (Sari & Rimandini, 2014).

Masa nifas atau masa puerperium merupakan masa dimana keluarnya darah

dari jalan lahir setelah melahirkan, yang lamanya berkisar 40-60 hari. Masa ini

dialami wanita dari beberapa jam setelah melahirkan bayi dan plasenta, hingga

kirakira 6 minggu setelah melahirkan dan alat-alat kandungan kembali normal

seperti keadaan sebelum hamil. (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018).

Menurut Indriyani (2013), Masa nifas adalah masa pemulihan dari setelah

persalinan dan selesai ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan pra-

hamil yang lamanya berkisar sekitar 6-8 minggu. Waktu pemulihan yang

diperlukan pada masa nifas untuk bisa sehat sempurna bisa memakan waktu

berminggu-minggu, bulanan, hingga tahunan, terutama jika saat hamil atau

persalinan mengalami komplikasi.

Ketika masa nifas terjadi perubahan-perubahan penting, salah satunya yaitu

timbulnya laktasi. Laktasi adalah pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.

Laktasi terjadi oleh karena pengaruh hormon estrogen dan progesterone yang

merangsang kelenjar-kelenjar payudara ibu. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 ini sangat penting

diberikan kepada bayi sejak bayi dilahirkan hingga selama enam bulan, tanpa

menambahkan atau mengganti dengan makanan atau minuman. Namun pada

kenyataannya, ibu yang memiliki bayi baru lahir tidak semua menyusui

bayinya dengan baik disebabkan oleh karena faktor internal dan eksternal.

2
Faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, sedangkan

faktor eksternal meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas

kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula (Hanifah,

Astuti, & Susanti, 2017).

Kondisi ini menyebabkan penundaan pemberian ASI, Penundaan pemberian

ASI dapat menimbulkan masalah pada ibu yaitu terjadinya penumpukan ASI

dalam payudara, sehingga menimbulkan pembengkakan. Pembengkakan

payudara berdampak pada psikologis ibu seperti rasa sakit, cemas karena tidak

dapat menyusui. Kondisi ini akan menyebabkan masalah psikologis pada ibu

yaitu ibu akan merasa tidak mampu menyusui bayi dan merasa cemas yang

berdampak pada semakin menurunnya produksi ASI (Deswani, Gustina, &

Rochimah, 2014).

Agar tidak terjadi masalah pada masa laktasi seperti bendungan ASI yang akan

berdampak pada cakupan pemberian ASI pada bayi, dan agar mengurangi

resiko kematian pada bayi, maka ibu harus dibekali dengan pengetahuan

tentang pentingnya pemberian ASI. Pengetahuan tentang pemberian ASI ini

bertujuan untuk meningkatkan kesiapan ibu tentang pemberian ASI dan

meminimalkan resiko kejadian bendungan ASI pada ibu dan angka kematian

bayi, maka disini dibutuhkanlah peran tenaga kesehatan untuk memberikan

dukungan berupa informasi tentang pentingnya kesiapan ibu dalam pemberian

ASI, karena semakin baik pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif, maka

seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Begitu juga

sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, maka

3
semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan ASI eksklusif (Aprilia,

2012)

B. Tujuan

a. Tujuan umum

Khusus Mahasiswa mampu menerapkan teori dan keterampilan yang telah

didapatkan dalam melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

b. Tujuan khusus

1. Mampu menjelaskan mengenai konsep dasar Nifas

2. Mampu mengidentifikasi perubahan fisiologis dan psikologis Nifas

3. Mampu Menjelasakn mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi

Nifas

4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan dasar ibu Nifas

5. Mampu menerapkan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas

C. Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan keterampilan

mahasiswa.

2. Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa mengetahui tentang perawatan atau asuhan yang diberikan

pada ibu Nifas.

b. Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapatkan dari institusi dan

menuangkannya dalam dokumentasi asuhan kebidanan.

3. Bagi Klien (ibu)

4
Dapat dijadikan masukan untuk pasien (ibu) agar lebih mengerti tentang

perawatan masa Nifas.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Nifas

1. Pengertian Nifas

5
Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan parous artinya

melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas adalah

penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah

lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum

hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2013).

Masa Nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama

6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologi maupun

psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan (Nurjanah, dkk, 2013).

Menurut Nurjanah, dkk, 2013 Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu puerperium

dini (immediate puerperium), puerperium intermedial (early puerperium) dan

remote puerperium (later puerperium). Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan di mana ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam Postpartum). Dalam

agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa di mana pemulihan dari

organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama kurang lebih 6-8 minggu.

c. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap terutama jika

selama masa kehamilan dan persalinan ibu mengalami komplikasi, waktu

untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan bahkan tahun.

2. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Masa Nifas, (Walyani, 2015).


a. Sistem Kardiovaskular

6
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah

melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan

beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi

sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh darah kembali ke

ukuran semula.

b. Sistem Reproduksi

1. Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil.

a. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr

b. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat

dengan berat uterus 750gr

c. Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat

simpisis dangan berat uterus 500gr

d. Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis

dengan berat urterus 350gr

e. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat

uterus 50gr.

2. Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.

7
Macam-macam lochea:

Perubahan Lochea berdasarkan Waktu dan Warna

Lochea Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra (cruenta) 1-3 hari Merah Berisi darah


postpartum segar dan sisa-
sisa selaput
ketuban, sel-sel
desidua, verniks
kaseosa, lanugo,
dan mekonium
Sanguinolenta 3-7 hari Berwarna merah Berisi darah dan
postpartum kekuningan lendir
Serosa 7-14 hari Merah jambu Cairan serum,
postpartum kemudian kuning jaringan desidua,
leukosit, dan
eritrosit.
Alba 2 minggu Berwarna Putih Cairan berwarna
postpartum putih seperti
krim terdiri dari
leukosit dan sel-
sel desidua.
Purulenta Terjadi infeksi,
keluar cairan
seperti nanah
berbau busuk
Locheastatis Lochea tidak
lancar keluarnya
Sumber: Saleha, 2013
3. Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur, terkulai dan

berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,

sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus

dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-

hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi lahir, tangan

8
pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya

1 jari saja yang dapat masuk. Namun demikian, selesai involusi, ostium

eksternum tidak sama seperti sebelum hamil (Rukiyah, 2011)

4. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan

kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan

tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan

muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. (Walyani,

2015)

5. Payudara

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara

alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu

produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama sembilan bulan

kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan fungsinya untuk

menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika

hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambat

kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik).

Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus posterior

pituitary untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang

reflek let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui

sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI

9
dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini

terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak (Saleha, 2013).

c. Perubahan Sistem Pencernaan

Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi

progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan konstipasi

terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi hal ini karena

kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflek

hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada perineum karena

adanya luka episiotomi (Bahiyatun, 2016).

d. Perubahan Sistem Perkemihan

Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena

saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal

setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih

mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya

overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang

tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh

adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang

setelah 24 jam postpartum (Bahiyatun, 2016).

e. Perubahan Tanda-tanda Vital

Perubahan Tanda-tanda Vital terdiri dari beberapa, yaitu: (Nurjanah, 2013)

a. Suhu Badan

10
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-

38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan

(dehidrasi) dan kelelahan karena adanya bendungan vaskuler dan

limfatik. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya

pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI,

payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila

suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi endometrium, mastitis,

tractus genetalis atau system lain.

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per menit atau

50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi akan

lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus

waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.

c. Tekanan Darah

Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole dan 10

mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak berubah (normal),

kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena

ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat

menandakan terjadinya preeklamsi pada masa postpartum.

d. Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut

nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya,

kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas contohnya

11
penyakit asma. Bila pernapasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat,

kemungkinan ada tanda-tanda syok.

6. Perubahan Sistem Kardiovaskular

Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala

tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada

beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir

minggu ke-3 postpartum (Bahiyatun, 2016).

c. Perubahan Psikologi Nifas

Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan

lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang

mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa

postpartum, yaitu: (Bahiyatun, 2016).

1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman

2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi

3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain

4. Pengaruh budaya

Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin setelah melahirkan, ibu

akan melalui fase-fase sebagai berikut: (Nurjanah, 2013)

1. Masa Taking In (Fokus pada Diri Sendiri)

Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru melahirkan akan

bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya (trauma), segala

energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang badannya. Dia akan

bercerita tentang persalinannya secara berulang-ulang.

12
2. Masa Taking On (Fokus pada Bayi)

Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir tentang

kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawabnya sebagai

ibu dalam merawat bayi semakin besar. Perasaan yang sangat sensitive

sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.

3. Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa Bantuan

NAKES)

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya

yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil langsung

tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri

dengan tuntutan ketergantungan bayinya dan terhadap interaksi social. Ibu

sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan untuk

merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

d. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

1. Nutrisi Dan Cairan

Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada pantangan diet. Dua jam

setelah melahirkan perempuan boleh minum dan makan seperti biasa bila ingin.

Namun perlu diperhatikan jumpal kalori dan protein ibu menyusui harus lebih

besar daripada ibu hamil, kecuali apabila si ibu tidak menyusui bayinya.

Kebutuhan pada masa menyusui meningkat hingga 25% yaitu untuk produksi ASI

dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya.

Penambahan kalori pada ibu menyusi sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang

dikonsumsi ibu berguna untuk melaksanakan aktivitas, metabolisme, cadangan

dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan

dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang

13
dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti susunanya harus seimbang ,

porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak

mengandung alcohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan

yang seimbang mengandung unsure-unsur , seperti sumber tenaga, pembangunan,

pengatur dan perlindung.

a. Sumber Tenaga (Energi)

umber tenaga yang diperlukan untuk membakar tubuh dan pembentukan jaringan

baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber energy adalah karbohidrat dan lemak.

Karbohidrat berasal dari padi-padian, kentang, umbi, jagung, sagu, tepung roti,

mie, dan lain-lain. Lemak bias diambil dari hewani dan nabati.lemak hewani yaitu

mentega dan keju. Lemak nabati berasal dari minyak kelapa sawit, minyak sayur

dan margarine.

b. Sumber Pembangun (Protein)

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang rusak atau

mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein nabati.

Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang kering, susu dan keju.

Sedangkan protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-

kacangan, dan lain-lain

c. Sumber pengatur dan pelindung ( mineral, air dan vitamin)

Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan

penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat

pengatur bias diperoleh dari semua jenis sayur dan buahbuahan segar. Beberapa

mineral yang penting, antara lain :

1. Zat kapur untuk membentuk tulang. Sumbernya berasal dari susu, keju, kacang-

kacangan dan sayur-sayuran berdaun hijau

14
2. Fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi. Sumbernya berasal dari susu, keju

dan daging.

3. Zat besi untuk menambah sel darah merah. Sumbernya berasal dari kuning

telur, hati, daging, kerang, kacang-kacangan dan sayuran.

4. Yodium untuk mencegah timbulnya kelemahan mental. Sumbernya berasal dari

ikan, ikan laut dan garam beryodium.

5. Kalsium merupakan salah satu bahan mineral ASI dan juga untuk pertumbuhan

gigi anak. Sumbernya berasal dari susu, keju dan lain-lain.

6. Kebutuhan akan vitamin pada masa menyusui meningkat untuk memenuhi

kebutuhan bayinya. Beberapa vitamin yang penting antara lain :

a. Vitamin A untuk penglihatan berasal dari kuning telur ,hati, mentega, sayur

berwarna hijau, wortel, tomat dan nangka.

b. Vitamin B1 agar nafsu makan baik yang berasal dari hati, kuning telur,

tomat, jeruk, nanas.

c. Vitamin B2 untuk pertumbuhan dan pencernaan berasal dari hati, kuning

telur, susu, keju, sayuran hijau.

d. Vitamin B3 untuk proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan saraf dan

pertumbuhan. Sumbernya antara lain susu, kuning telur, daging, hati,beras

merah, jamur dan tomat.

e. Vitamin B6 untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan gigi dan

gusi. Sumberny antara lain gandum, jagung, hati dan daging.

f. Vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan

saraf. Sumbernya antara lain telur, daging, hati, keju, ikan laut dan kerang

laut.

15
g. Vitamin C untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semua jaringan ikat

( untuk penyembuhan luka ), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan

terhadap infeksi dan memberikan kekuatan pada pembuluh darah.

Sumbernya berasal dari jeruk, tomat, melon, mangga, papaya dan sayur.

h. Vitamin D untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang dan gigi serta

penyerapan kalsium dan posfor. Sumbernya berasal dari minyak ikan, ikan

susu, margarine, san penyinaran kulit dengan matahari sebelum jam 9.

i. Vitamin K untuk mencegah perdarahan. Sumbernya berasal dari hati, brokoli,

bayam dan kuning telur. Untuk kebutuhan cairannya, ibu menyusui harus

meminum sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan untuk ibu minum

setiap kali menyusui) Kebutuhan pada masa menyusui meningkat hingga

25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang

meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusi

sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk

melaksanakan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses

produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk

pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu

memenuhi syarat, seperti susunanya harus seimbang , porsinya cukup dan

teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol,

nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang

mengandung unsureunsur , seperti sumber tenaga, pembangunan, pengatur

dan perlindung. Anjurkan makanan dengan menu seimbang, bergizi untuk

mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup, memperoleh

tambahan 500 kalori setiap hari, berguna untuk produksi ASI dan

mengembalikan tenaga setelah persalinan. Tidak mengonsumsi makanan

16
yang mengandung alcohol. Minum air mineral 2 liter setiap hari. Tablet zat

besi diminum minimal 40 hari pasca persalinan.

2. Ambulasi

Pada masa nifas, perempuan sebaiknya melakukan ambulasi dini. Yang

dimasud dengan ambiulasi dini adalah beberapa jam setelah melahirkan, segera

bangun dari tempat tidur dan segera bergerak , agar lebih kuat dan lebih baik.

Gangguan kemih dan buang air besar juga dapat teratasi. Mobilisasi sangat

bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas, atau sembuhnya luka

(jika ada luka). Jika tidak ada kelainan , lakukan mobilisasi sedini mungkin,

yaitu dua jam setelah persalian normal. Ini berguna untuk memepercepat

sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea).

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam

pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk

mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2

diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah

diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada

komplikasi persalinan,nifas dan sembuhnya luka.

3. Eliminasi

Rasa nyeri kadangkala menyebabkan keengganan untuk berkemih, tetapi

usahakanlah untuk berkemih secara teratur, karena kantung kemih yang penuh

dapat menyebabkan gangguan kontraksi rahim, yang dapat menyebabkan

timbulnya perdarahan dari rahim. Seperti halnya dengan berkeih, perempuan

pascapersalinan sering tidak merasakan sensasi ingin buang air besar, yang

dapat disebabkan pengosongan usus besar (klisma) sebelum melahirkan atau

ketakutan menimbulkan robekan pada jahitan dikemaluan. Sebenarnya kotoran

17
yang dalam beberapa hari tidak dikeluarkan akan mengeras dan dapat

menyulitkan dikemudian hari.

Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai hari ke-5

setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume dara meningkat pada saat

hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu

belajar berkemih secara spontan dan tidak menahan buang air kecil ketika ada

rasa sakit pada jahitan. Menahan buang air kecil akan menyebabkan terjadinya

bendungan air seni dan gangguan kontraksi rahim sehingga pengeluaran cairan

vagina tidak lancar. Sedangkan buang air besar akan sulit karena ketakutan

akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena adanya haemoroid (wasir).

Kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini, mengonsumsi

makanantinggi serat dan cukup minum.

4. Miksi

Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat 24-48 jam pertama sampai hari ke-

5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume dara meningkat pada saat

hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Hendaknya kencing dapat

dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing,

karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi

m.sphincer ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit

kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi. Anjuran :

a. Ibu perlu belajar berkemih secara spontan setelah melahirkan

b.Tidak menahan BAK ketika ada rasa sakit pada jahitan, karena akan

menyebabkan terjadinya bendungan air seni. Akibatnya skan timbul

gangguan pada kontraksi rahim sehingga pengeluaran lochea tidak lancar.

c. Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri.

18
d. Bila kandung kemih penuh dan tidak dapat dimiksi sendiri, dilakukan

kateterisasi.

e. Bila perlu dpasang dauer catheter atau indwelling catheter untuk

mengistirahatkan otot-otot kandung kencing.

f. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi dapat

diatasi.

5. Defekasi

Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit, takut

jahitan terbuka atau karena adanya haemoroid. Buang air besar harus dilakukan

3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi

apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Jika

masih belum bias dilakukan klisma. Anjuran :

a. Mobilisasi Dini

b. Konsumsi makanan yang tinggi serat dan cukup minum Sebaiknya pada hari

kedua ibu sudah bias BAB, jika pada hari ketiga belum BAB ibu bias

menggunakan pencahar berbentuk suppositoria ( pil yang dibuat dari bahan

yang mudah mencair dan mengandung obat-obatan untuk dimasukkan

kedalam liang anus). Ini penting untuk menghindari gangguan pada

kontraksi uterus yang dapat menghambat pengeluaran lochea.

c. Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca persalinan.

d. Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga akibala tertimbun di

rectum, mungkin terjadi febris.

e. Lakukan klisma atau berikan laksan per oral

f. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin, tidak jarang kesulitan

defekasi dapat diatasi.

19
6. Menjaga Kebersihan Diri

Menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik

pada luka jahitan maupun kulit.

a. Kebersihan alat Genitalia Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi

agak bengkak/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau

episiotomi. Anjuran :

1. Menjaga kebersihan alat genetalia dengan mencucinya menggunakan air dan

sabun, kemudian daerah vulva sampai anus harus kering sebelum memakai

pembalut wanita, setiap kali setelah bunag air besar atau kecil, pembalut

diganti minimal 3 kali sehari

2. Cuci tangan dengan sabun dan iar mengalir sebelum dan sesudah

membersikan daerah genetalia.

3. Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan

daeran disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru

kemudian membersikan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali

buang air kecil atau besar.

4. Sarankan ibu untuk menganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua

kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan

telah dikeringkan dibawah matahari atau disetrika.

5. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan iar mengalir sebelum dan

sesudah membersikan daerah kelaminnya

6. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu

untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci

menggunakan sabun.

b. Pakaian

20
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena

produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna

untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak

longgar di daerah dada agar payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga

degan pakain dalam, agar tidak terjadi iritasi ( lecet) pada daerah sekitarnya

akibat lochea. Pakaian yang digunakan harus longgar, dalam keadaan kering

dan juga terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi

keringat menjadi banyak ( disamping urun). Produksi keringat yang tinggi

berguna untuk menghilangkan ektra volime saat hamil.

c. Kebersihan Rambut

Setelah bayi lahir, ibu biasanya mengalami kerontokan rambut akibat dari

gangguan perubahan hormone sehingga rambut menjadi lebih tipis

dibandingkan keadaan normal. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih

kembali setelah beberapa bulan. Perawatan rambut perlu diperhatiakan oleh ibu

yaitu mencuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir

yang lembut dan hindari penggunaan pengering rambut.

d. Kebersihan Tubuh

Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan

dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan

pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam

minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasa jumlah keringat

yang dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan menjaga kulit tetap

dalam keadaan kering.

e. Menjaga Kebersihan Vagina

21
Vulva harus selalu dibersikan dari depan kebelakang. Tidak perlu khwatir

jahitan akan terlepas. Justru vulva yang tidak dibersikhan akan meningkatkan

terjadinya infeksi. Apabila ada pembengkakan dapat di kompres dengan es

dan untuk mengurangi rasa tidak nyaman dapat dengan duduk berendam di

air hangat setelah 24 jam pasca persalinan. Bila tidak ada infeksi tidak

diperlukan penggunaan antiseptic, cukup dengan air besih saja. Walau

caranya sederhanan dan mudah, banyak ibu yang ragu-ragu membersihkan

daerah vaginanya di masa nifas. Beberapa alasan yang sering dikeluhkan

adalah takut sakit atau khwatir jahitan di antara anus dan vagina akan robek,

padahal ini jelas tidak benar. Menurut dr.Rudiyanti, Sp,OG, jahitan yang

dilakukan pasca persalinan oleh dokter, tidak mudah lepas. “ memang jahitan

tersebut baru akan diserap tubuh dalam waktu lima sampai tujuh hari. Jadi

beberapa hari setelah melahirkan masih terasa bila tersentu. Namun, tidak

mudah lepas.” Lain kalau alasannya takut sakit. Setelah persalinan normal,

saat vagina dibersihkan akan terasa nyeri karena ada bekas jahitan di daerah

perineum ( antara anus dan alat kelamin ). Namun bukan berarti ibu bole alpa

membersihkannya, walau terasa nyeri cebok setelah buang air kecil atau besar

tetap perlu dilakukan dengan seksama. ”Wajar saja kalau setelah melahirkan

vagina terasa sakit saat di bersihkan. Dokter biasanya akan memberikan obat

pereda rasa sakit.” Tidak beda jauh dari proses setelah persalinan normal, ibu

yang melahirkan dengan bedah sesar pun akan mengalami masa nifas selama

40 hari. Meskpun vaginanya tidak terluka, dari situ tetap akan keluar darah

dan kotoran (lochea) yang merupakan sisa jaringan di dalam rahum.

Langkah-langkah untuk menjaga kebersihan vagina yang benar adalah :

22
a. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan

BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asal bersih. Basuh dari depan

kebelakang sehingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel disekitar

vagina baik dari air seni maupun feses yang mengandung kuman dan bias

menyebabkan infeksi pada luka jahit.

b. Vagina boleh di cuci menggunakan sabun atau cairan antiseptic karena

dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut

memegang daerah tersebut dengan seksama.

c. Bila ibu benar-benar takut menyentu lukah jahitan, upaya menjaga

kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan

antiseptic selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB.

Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak

diganti. Bila seperti ini caranya maka akan percuma saja. Bukankan pembalut

tersebut sudah dinodai darah dan kotoran? Berarti bila pembalut tidak diganti,

maka vagina akan tetap lembab dan kotor.

d. Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan anduk lembut, lalu gunakan

pembalut baru. Ingat pembalut harus diganti setiap habis BAK atau BAB atau

maksimal 3 jam setelah atau bila sudah ditarasaka tidak nyaman.

e. Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep

antibiotic yang diresepkan oleh dokter.

6. Istirahat

Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca persalinan,

ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu

boleh miring kekiri atau kekanan untuk mencegah trombisis. Ibu dan bayi

ditempatkan pada satu kamar. Pada hari kedua, bila perlu dilakukan latihan

23
senam. Pada hari ketiga umumnya sudah dapat duduk, hari keempat berjalan

dan hari kelima sudah dapat dipulangkan. Makanan yang diberikan harus

bermutu tinggi dan cukup kalori, cukup protein dan banyak buah. Anjurkan

untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, usahakan untuk rileks dan

istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Memintah bantuan

suami atau keluarga ketika ibu merasa lelah. Putarkan dan dengarkan lagu-

lagu klasik disaat ibbu dan bayi sedang istirahat untuk menghilangkan rasa

tegang dan lelah.

7. Seksual

Setelah persalinan pada masa ini ibu menhadapi peran baru sebagai orang tua

sehingga sering melupakan perannya sebagai pasagan. Namun segera setelah

ibu merasa percaya diri dengan peran barunya dia akan menemukan waktu

dan melihat sekelilingnya serta menyadari bahwa dia telah kehilangan aspek

lain dalam kehidupannya yang juga penting. Oleh karena itu perlu memahami

perubahan yang terjadi pada istri sehingga tidak punya perasaan diabaikan.

Anjuran :

a. Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan suami istri begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam

vagina tanpa rasa nyeri. Begitu ibu merasakan aman untuk melakukan

hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri

sampai waktu tertentu setelah 40 hari atau 6 minggu pasca persalinan.

Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.

c. Kerjasama dengan pasangan dalam merawat dan memberikan kasih saying

kepada bayinya sangat dianjurkan.

24
d. Kebutuhan yang satu ini memang agak sensitive, tidak heran kalau anda

dan suami jadi serba salah.

E. Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas dan Penangananya

1. Infeksi Masa Nifas

Wanita dianggap menderita infeksi puerperium jika terjadi demam pada suhu

38 derajad celcius (100,4 derajad F) atau lebih setelah 24 jam pertama setelah

melahirkan dan demam bertahan paling tidak 2 hrai dalam 10 hari pertama

paska melahirkan(Joyce Y , 2010). Infeksi puerperium adalah infeksi bakteri

yang berasal dari saluran reproduksi saluran reproduksi salama persalinan atau

puerperium. Menurut Ari dan Esti, 2010 :

a. Vulvalitis

Pada luka infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum, jaringan

sekitarnya mebengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah

terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus.

b. Vaginitis

Infeksi pada vagina yang dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau

melalui luka perineum.Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan terjadi

ulkus, serta getah mengandung nanah dan keluar dari daerah ulkus tersebut.

c. Servisitis

nfeksi servik sering terjadi , akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak

gejala. Luka serviks yangb dalam , luas dan langsung ke dasar ligamentum

latum dapat menyebabkan infeksi yang menjelar ke parametrium. Adapun

tanda dan gejalanya yaitu rasa nyeri dan panas pada area yang terinfeksi,

kadangkadang perih bila kencing, nadi dibawah 100x/menit, getah radang

dapat keluar, suhu sekitar 38-40 derajad celcius.

25
d. Septicemia

Infeksi ini merupakan infeksi yang umum yang disebabkan oleh kuman-kuman

yang sangat pathogen.Infeksi ini sangat berbahaya dan tergolong 50%

penyebab kematian karena infeksi nifas.Septicemia adalah infeksi yang terjadi

akibat kuman-kuman langsung masuk keperedaran darah umum dan

menyebabkan infeksi umum.Adanya septicemia dapat diartikan bahwa

merupakan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Adapun tanda dan

gejala antara lain permulaan penderita sudah sakit dan lemah, samapi hari ke-3

post partum, suhu meningkat dengan cepat dan menggigil, selanjutnya suhu

berkisar antara 39- 40 derajad celcius, ku memburuk, nadi cepat

(140-160x/menit)

e. Peritonitis

Adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada peritoneum(selaput dinding

perut). Pada masa nifas peritonitis terjadi akibat menyebarnya atau meluasnya

infeksi yang terjadi pada uterus melalui pembuluh darah limfe. Manifetasi

klinisnya dapat terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri perut bagian bawah, nadi

cepat dan kecil, perut kembung, muka pucat, mata cekung, kulit muka dan

akral dingin.

f. Mastitis

Merupakan peradangan atau infeksi yang terjadi pada payudara atau

mammae.Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada

mammae.Penyebab infeksi paling sering adalah staphylococcus aureus.Tanda

dan gejalanya yaitu rasa panas dingin disertai dengan peningkatan suhu tubuh,

lesu dan tidak ada nafsu makan, mammae membesar, kulit memerah dan nyeri

pada perabaan.

26
g. Thromboplebitis

Adalah penjalaran infeksi melalui vena. Hal ini terjadi pada masa nifas karena

terbukanya vena-vena selama proses persalinan sehingga memudahkan

mikroorganisme pathogen.

h. Infeksi Luka Perinium

Infeksi ini terjadi akibat masuknya mikroorganisme ke dalam luka perineum.

Luka ini terjadi akibat episiotomi atau rupture/robek pada saat proses

persalinan. Tanda dan gejalanya yaitu terasa nyeri, merah dan bengkak. Bila

tidak segera ditangani akan melebar, terbuka dan mengeluarkan getah bening

2. Perdarahan Masa Nifas

Pada kehamilan cukup bulan sedikitnya 600 ml/mnt darah mengalir keuterus

melalui ruang-ruang interviler plasenta. Darah masuk melalui arteri spiralis

yang berjumlah sekitar 120, dan arteri spiralis ini tidak memiliki lapisan

muskularis akibat adanya remodeling oleh invasi trofoblast. Apabila terjadi

pelepasan plasenta pada kala III persalinan maka arteri spiralis akan terbuka

sehingga terjadi perdarahan. Kontraksi uterus akan menjepit arteri spiralis yang

terbuka sehingga perdarahan berhenti. Selanjutnya diikuti terbentuknya

bekuan-bekuan darah yang menyumbat lumen arteri spiralis. Sebaliknya

apabila tidak terjadi kontraksi uterus segera setelah pelepasan plasenta akan

terjadi perdarahan postpartum yang hebat dan membahayakan jiwa.

Sejak lama perdarahan postpartum diartikan sebagai kehilangan darah 500 ml

atau lebih setelah janin dan plasenta lahir (akhir kala III) pada persalinan

pervaginam atau 1000 ml atau lebih pada persalinan seksio sesarea. Definisi ini

dirasakan terlalu sederhana apabila dikaitkan dengan adanya pertambahan

volume plasma darah yang normal pada kehamilan yaitu rata-rata sebesar 30 –

27
60% atau 1500 – 2000 ml selama kehamilan. Oleh karena itu pengukuran kadar

hematokrit sangat penting menilai jumlah perdarahan yang terjadi selain

pengukuran secara kwantitatif. Secara umum diterima apabila kadar hematokrit

turun sebesar 3% itu berarti sudah terjadi kehilangan darah sebanyak

pertambahan volume darah kehamilan normal (30-60%) ditambah dengan 500

ml.

Penyebab perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi 4 T yaitu tone (tonus;

atonia uteri), tissue (jaringan; retensio plasenta dan sisa plasenta), tears

(laserasi; laserasi perineum, vagina, serviks dan uterus) dan thrombin

(koagulopati; gangguan pembekuan darah). Atonia uteri merupakan penyebab

utama perdarahan postpartum yaitu sebesar 70% dan sekaligus penyebab utama

kematia maternal. Trauma seperti laserasi, ruptura uteri dll. sebesar 20%, tisuue

(jaringan) seperti retensio plasenta, sisa plasenta sebesar 10% serta thrombin

(koagulopati) atau gangguan pembekuan darah seperti idiopathic

thrombocytopenic purpura (ITP), thombotic thrombocytopenic purpura,

penyakit von Willebrand dan hemofilia, menyumbang 1% sebagai penyebab

PPH.

a. Klasifikasi perdarahan post partum

Perdarahan dibagi menjadi minor yaitu 500-1000 ml atau mayor >1000 ml.

Perdarahan mayor dapat dibagi menjadi sedang yaitu 1000-2000 ml atau berat

>2000 ml Pembagian lain menurut Sibai adalah perdarahan ringan (mild)

apabila jumlah perdarahan ≤ 1500 ml, berat (severe) > 1500 ml, dan massif >

2500 ml. Berdasarkan waktu terjadinya dibagi menjadi perdarahan postpartum

primer { primary post partum haemorrhage) yaitu perdarahan yang terjadi

dalam 24 jam pertama postpartum, sedangkan sekunder (secondary post partum

28
haemorrhage) merupakan perdarahan yang terjadi setelah periode 24 jam

sampai 6 minggu postpartum. Penyebab utama perdarahan postpartum adalah

atonia uteri.

3. Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil, kebanyakan

terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami ISK memiliki

kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu hamil. Servisitis, vaginitis, obstruksi

ureter yang flaksid, refluks vesikoureteral, dan trauma lahir mempredisposisi

wanita hamil untuk menderita ISK, biasanya dari escherichia coli. Wanita dengan

PMS kronis, trutama gonore dan klamidia juga memiliki resiko ISK. Bakteriuria

asimptomatik terjadi pada sekitas 5% sampai 15% wanita hamil. Jika tidak diobati

akan terjadi pielonefritis kira-kira 30% pada wanita hamil. Kelahiran dan

persalinan prematur juga dapat lebih sering terjadi.

Biakan dan tes sensitivitas urine harus dilakukan di awal kehamilan, lebih bagus

pada kunjungan pertama, spesimen diambil dari urin yang diperoleh dengan cara

bersih. Jika didiagnosis adanya infeksi, pengobatan akan dilakukan dengan

memberikan antibiotik yang sesuai selama dua sampai tiga minggu, disertai

peningkatan asupan air dan obat antispasmodik traktus urinarius.

4. Patologi Menyusui

a. Payudara Bengkak (engorgement)

Payudara terasa lebih penuh, tegang dan nyeri. Pembengkakan terjadi pada hari
ke-3 dan ke-4 pascasalin akibat bendungan vena dan pembuluh getah bening.
Bendungan vena dan pembuluh getah bening terjadi akibat payudara yang terisi
penuh dengan ASI. Kesemuanya ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak
disekresi, tetapi pengalirannya belum lancar.

29
Bila ibu tidak mau menyusui karena merasa nyeri, pembengkakan akan terus
berlanjut. ASI yang disekresi akan terus menumpuk, sehingga payudara
bertambah tegang, gelanggang susu menonjol dan puting mendatar. Bayi menjadi
sulit menyusu.

Pada saat ini payudara tampak lebih merah mengkilat. Ibu mengalami demam dan
nyeri berat payudara.

Pencegahan :

1. Ibu hendaknya menyusui dini, sesegera mungkin (selama 30 menit) setelah bayi
dilahirkan

2. Bayi disusui tanpa dijadwal (atas permintaan).

3. ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa bila produksinya melebihi


kebutuhan bayi.

4. Payudara pasca salin senantiasa dirawat.

Pengobatan :

1. Payudara dikompres hangat agar menjadi lebih lembek.

2. ASI dikeluarkan sedikit sebelum menyusui agar puting lebih mudah ditangkap

dan diisap oleh bayi.

3. Sisa ASI dikeluarkan sesudah bayi kenyang.

4. Payudara juga dikompres dingin untuk mengurangi rasa sakit.

5. Payudara diurut (masase) untuk mengurangi stasis divena dan pembuluh getah

bening, mulai dari puting ke arah korpus.

b. Kelainan Putting

30
Kelainan puting hendaknya ditemukan lebih dini, yakni pada saat pemeriksaan

kehamilan, agar segera dapat dikoreksi sebelum menyusui.

Kelainan puting yang mengganggu proses menyusui antara lain:

1. Puting susu datar.

2. Puting susu tenggelam (inverted).

Penanganan :

Puting datar dan tenggelam dapat diperbaiki dengan perasat Hoffman,

yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah gelanggang

susu, lalu gelanggang susu diurut kearah berlawanan. Pada true inverted nipple,

perasat Hoffman tidak dapat memperbaiki keadaan dan tindakan operatif harus

dilakukan. Pada keadaan ini, ASI harus dikeluarkan secara manual atau dengan

pompa susu dan diberikan kepada bayi dengan sendok, gelas atau pipet.

c. Nyeri puting susu

Nyeri puting susu terjadi karena kesalahan posisi bayi saat menyusui, yakni bayi

hanya mengisap puting susu karena puting tidak masuk kedalam mulut bayi

sampai gelanggang susu bayi. Tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu

akan membuat puting nyeri ketika diisap, meski kulitnya masih utuh.

Sebab lain yang dapat membuat puting nyeri adalah penggunaan sabun,

cairan, krim, alkohol, dll, untuk membersihkan puting susu sehingga terjadi iritasi.

Iritasi puting juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenulum linguae)

yang pendek, sehingga bayi tidak dapat mengisap sampai gelanggang susu dan

lidahnya menggeser keputing.

Penanganan :

31
Teknik menyusui yang benar hendaknya disampaikan kepada ibu, khususnya

mengenai letak puting dalam mulut bayi:

1. Bibir bayi menutup areola sehingga tidak tampak.

2. Puting ditempatkan diatas lidah bayi.

3. Areola ditempatkan diantara gusi atas dan bawah.

Puting yang nyeri lama-lama luka/lecet bila terus disusukan. Cara mencegahnya

antara lain:

a) Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, cairan, krim, atau

obat-obatan iritan lainnya.

b) Untuk melepaskan isapan bayi setelah menyusui, dagu bayi ditekan atau

hidung dipijat atau jari kelingking ibu yang bersih dimasukkan kedalam

mulut bayi.

c) Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit,

sambil menghindari tekanan lokal pada puting dengan mengubah-ubah

posisi menyusui. Frekuensi dan lama menyusui diputing yang sakit

dikurangi.

Apabila dengan tindakan tersebut di atas, puting tetap nyeri, sebaiknya dicari

sebab-sebab lain (misalnya Moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan

payudara terinfeksi (Mastitis).

d. Sumbatan Saluran Susu

Sumbatan saluran susu disebabkan oleh tekanan yang terus menerus.

Tekanan dapat berasal dari pemakaian BH yang terlalu ketat, tekanan jari pada

tempat yang sama setiap kali menyusui atau kelanjutan dari payudara bengkak.

32
Pencegahan dapat dilakukan dengan memakai BH dengan ukuran yang

memadai dan mampu menopang payudara dengan baik, pengurutan payudara

yang teratur dan teknik menyusui yang baik.

Pengobatan dilakukan dengan memberi kompres hangat payudara sebelum

menyusui, pengurutan payudara, pengeluaran sisa ASI setelah menyusui dan

kompres dingin usai menyusui untuk mengurangi nyeri

e. Radang Payudara (Mastitis)

Bila tidak ditangani dengan baik, saluran susu yang dapat menjadi mastitis

(radang payudara).

Penyebab utama terjadinya mastitis antra lain :

 Produksi Asi yang tidak dikeluarkan akibat berbagai sebab antara lain

Obstruksi duktus,

 Frekuensi dan lamanya pemberian Asi yang kurang,

 Isapan bayi yang tidak kuat

 Produksi Asi yang berlebih

 Rasa sakit pada waktu menyusui

Asi yang tidak keluarkan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri.

Thomsen (1984) menghitung leukosit dan jumlah bakteri dari Asi yang

dikeluarkan dari penderita mastitis dan mengklasifikasi mastitis menjadi tiga

kelompok.

1. Asi yang tidak keluar, didapatkan <106 leukosit dan <103 bakteri, akan

menjadi baik hanya dengan pengeluaran Asi.

33
2. Inflamasi non infeksi (non-infectious mastitis), didapatkan >106

leukosit dan <103 bakteri, diterapi dengan sesering mungkin

pengeluaran Asi.

3. Infectious mastitis, didapatkan >106 leukosit dan >103 bakteri, diterapi

dengan pengeluaran Asi dan Antibiotik sistemik

Proses infeksi payudara menimbulkan pembengkakan lokal atau seluruh

payudara, merah dan nyeri. Peradangan mengenai stroma payudara yang terdiri

dari jaringan ikat, lemak, pembuluh darah dan getah bening. Biasanya terjadi pada

minggu kedua. Ibu mengalami demam umum seperti influenza.

Mastitis biasanya didahului puting lecet, payudara bengkak atau sumbatan saluran

susu. Anemia, gizi buruk, kelelahan dan stress juga merupakan faktor

predisposisi.

Penanganan :

a) Ibu harus tetap menusui agar payudara kosong.

b) Kompres hangat dan dingin seperti pada payudara bengkak.

c) Posisi menyusui diperbaiki, terutama bila puting lecet.

d) Istirahat cukup dan makan makanan yang bergizi.

e) Minum sekitar 2 liter perhari.

f) Antibiotik. Indikasi pemberiannya bila disertai luka pada puting, gejala

tidak membaik walaupun ASI telah dikeluarkan, gejala yang sudah berat,

kultur dan jumlah bakteri dari ASI menunjukkan infeksi. Pemberian

antibiotik selama 10-14 hri. Beberapa penulis menganjurkan pemberian

antibiotik pada bayi dan ibunya bila dari pemeriksaan ASI didapatkan

34
kuman. Dicloxacillin 500 mg oral empat kali sehari, dapat dimulai secara

empiris;Eritromisin diberikan kepada wanita yang sensitif trhadap

penisilin.

jika infeksi disebabkan oleh stafilokokus penghasil penisilinase yang

resisten, atau dicurigai terdapatnya organisme yang resisten ketika

menunggu hasil kultur, maka vancomycin atau anti mikroba anti-MRSA

lainnya harus diberikan. Walaupun respons klinis cepat terlihat, namun

terapi harus dilanjutkan selama 10-14 hari.

g) Analgesic

Dicurigai Abses jika penurunan demam tidak terjadi dalam 48 sampai 72

jam setelah terapi mastitis, atau teraba massa.

Berbeda dengan mastitis, pada abses payudara :

a) Infeksi mengenai jaringan parenkim dan bernanah banyak.

b) Payudara yang sakit tidak boleh disusukan, sedangkan payudara yang

sehat tetap disusukan.

c) Merupakan komplikasi dari mastitis.

d) Ditangani dengan antibiotik dan analgetik

e) Bila perlu, abses diinsisi.

Payudara yang sakit sementara tidak disusukan, ASI tetap dikeluarkan

manual atau dengan pompa agar produksi ASI tetap baik. Dalam beberapa

hari dapat disusukan kembali.

35
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS NIFAS PADA NY. R 20 TAHUN


P1A0 POSTPARTUM HARI KE 3 DENGAN KELUAHAN
ASI SEDIKIT DI PMB ELFI YANTI. STr.Keb

PENGKAJIAN

Tanggal : 05 Maret 2023


Waktu : 11.00 WIB
Tempat : PMB Elfi Yanti STr.Keb

IDENTITAS :

Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. Y

Umur : 20 tahun Umur : 21 tahun

Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Kalianda Alamat : Kalianda

A. Data Subjektif

1. ALASAN DATANG
Kunjungan nifas
2. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan mengatakan ASI yang keluar masih sedikit.

36
Uraian Keluhan Utama:

Ibu juga mengatakan bahwa ASI yang keluar masih sedikit sehingga bayi

masih rewel setelah disusui. Ibu mengatakan khawatir ASInya tidak

cukup untuk bayinya.

3. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun

Siklus : 28 hari

Warna darah : Merah kecoklatan

Banyaknya : 3-4x ganti pembalut perhari

Nyeri haid : Tidak ada

Lama : 5-7 hari

Leukhorea : Ada, tidak berbau, tidak berwarna

b. Riwayat Persalinan dan Nifas yang lalu

Persalinan Nifas
Kead. Anak
Tahun UK Jenis Penol JK/BB Penyulit IMD Penyulit ASI Sekarang
ong Eksklusif

- - - - - - - - -

a. Riwayat Persalinan Sekarang


Paritas : 1

Abortus : 0

Tempat Persalinan : PMB Elfi Yanti, STr.Keb

Jenis Persalinan : Normal

Masalahdalam persalinan : Tidak ada

37
Keadaan plasenta : Lengkap, utuh

Keadaan tali pusat : Normal, bersih, tidak ada cairan yang


keluar

Keadaan bayi : Hidup, sehat

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal/Jam lahir : 03 Maret 2023/ 09.30 WIB

Apgar Score : Baik 9/10

BB : 3100 gram

PB : 50 cm

LK : 33 cm

LD : 34 cm

Kelainan bawaan : Tidak ada

b. Riwayat Kesehatan
Penyakit/kondisi yang pernah/sedang diderita:

Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit hipertensi :

pusing, kepala berat, jantung : berdebar-debar, nyeri dada, DM :

sering kencing, mudah haus, TBC : batuk darah, hepatitis : sakit

perut, mual, demam, PMS/HIV/AIDS : keputihan banyak, gatal,

berbau dan tidak ada alergi obat maupun makanan.

c. Riwayat penyakit dalam keluarga (menular maupun menurun):


Ibu mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit

menular seperti TBC, hepatitis, PMS, dan penyakit menurun seperti

hipertensi, DM, jantung dan tidak ada keturunan kembar.

38
c. Riwayat KB : Belum pernah
Jenis KB Lama Penggunaan Keluhan Alasan Dilepas

- - - -

Rencana KB : KB suntik 3 bulan


d. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1) Nutrisi
a) Makan
 Frekuensi makan pokok : 3 x perhari

 Komposisi

Nasi : 3 x @ 1 piring (sedang)

Lauk : 3 x @ 1 potong (sedang), jenisnya ayam, ikan,

telur, tahu, tempe

Sayuran : 3 x @ ¼ mangkuk sayur, jenis bayam, sop,

kangkung, kacang pancang

Buah : 1 x sehari, jenis pepaya, jeruk, pisang

Camilan : 2x perhari, keripik, biskuit

 Pantangan : Tidak ada

b) Minum
 Jumlah total 10 gelas perhari, jenis air putih, teh
 Susu : - gelas perhari, jenis susu ibu menyusui
2) Eliminasi
a) Buang Air Kecil

 Frekuensi perhari 7x, warna kuning jernih

 Keluhan/masalah : tidak ada

b) Buang Air Besar

39
 Frekuensi perhari 1x, warna kecoklatan, konsistensi

lembek

 Keluhan/masalah : tidak ada

3) Personal Hygiene
Mandi 2x sehari

Keramas 3x seminggu

Gosok gigi 2x sehari

Ganti pakaian 2x sehari, celana dalam 3-4x sehari

Kebiasaan memakai alas kaki : Iya, ibu biasa menggunakan alas

kaki saat keluar rumah

4) Hubungan Seksual
Frekuensi : ibu belum melakukan hubungan seksual

Keluhan : tidak ada

5) Istirahat/Tidur
Tidur Siang : 1 jam – 2 jam

Tidur Malam : 5 jam

Keluhan : tidak ada

6) Aktivitas Fisik dan Olahraga


Aktivitas fisik : Ibu bekerja sebagai IRT, mengurus
pekerjaan rumah, anak dan suami

Olahraga : Jalan-jalan pagi hari

Senam nifas : Tidak

7) Kebiasaan yang merugikan kesehatan


Merokok : Ibu tidak merokok

40
Minuman : Ibu tidak konsumsi minuman

beralkohol beralkohol

Obat-obatan : Ibu tidak konsumsi obat-obatan bebas

Jamu : Ibu tidak konsumsi jamu

8) Pola Menyusui
Ibu mengatakan menyusui tiap 2 jam sekali,

payudara masih terasa kosong dan tidak merasakan penuh serta

berisi

Frekuensi pemberian ASI 24 jam : 7 kali

Lama Menyusui : 10 menit

9) Riwayat Psiko-Spiritual
a) Riwayat Perkawinan :

Status perkawinan (menikah), umur waktu menikah (22

tahun)

Pernikahan ini yang ke 1 sah, lamanya 1 tahun

Hubungan dengan suami : baik

b) Kehamilan ini diharapkan oleh ibu, suami, keluarga

c) Mekanisme koping : musyawarah dengan suami

d) Ibu tinggal serumah dengan anak dan suami

e) Pengambil keputusan utama dalam keluarga adalah suami

f) Dalam keadaan emergensi ibu dapat mengambil keputusan

sendiri

g) Orang terdekat ibu adalah suami

h) Yang menemani ibu kunjungan PNC yaitu suami

41
i) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan nifas :

Syukuran

j) Penghasilan perbulan Rp <3.000.000, cukup

k) Praktek agama yang berhubungan dengan nifas : Tidak ada

l) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan

 Ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan

yang diberikan oleh nakes wanita maupun pria

m) Tingkat pengetahuan ibu


(1) Hal-hal yang sudah diketahui ibu :

Ibu sudah mengetahui tentang ASI eksklusif

(2) Hal-hal yang belum diketahui :

cara memperbanyak

ASI

(3) Hal-hal yang ingin diketahui :

cara memperbanyak ASI

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Tensi : 100/80 mmHg

4) Suhu/T : 36,7 oC

5) Nadi : 84x/menit

6) RR : 22x/menit

b. Status Present

42
Kepala : Mesocephal, rambut hitam, bersih, tidak rontok

Muka : Simetris, tidak oedema, tidak pucat

Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva tidak anemis

Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan

cuping hidung

Mulut : Bersih, tidak stomatitis, tidak ada caries gigi

Telinga : Simetris, tidak ada sekret

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan

vena jugularis

Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Dada : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada

Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak nyeri tekan,

tidak ada pembesaran hepar

Lipat paha : Tidak ada varises

Vulva : Tidak ada oedema, tidak ada varises

Ekstremitas : Tidak ada oedema, tidak ada varises, jumlah jari

lengkap, tidak ada tanda tromboflebitis

Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang

Anus : Tidak ada hemoroid

c. Status Obstetri
Muka : tidak ada chloasma, tidak ada oedema

43
Mammae : payudara membesar, hiperpigmentasi areola,

puting

susu menonjol, ASI kolostrum sudah keluar

Abdomen : TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi keras

Genitalia : lochea rubra, tidak ada jahitan perineum.

2. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
C. Analisa

Ny. R usia 23 tahun P1A0 3 hari postpartum normal

D. Penatalaksanaan

Tanggal : 05 Maret 2023 Jam : 11.10 WIB


1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa kondisi

ibu baik

Hasil : Ibu mengerti dan merasa senang

Rasionalisasi : memberikan informasi mengenai hasil pemeriksan


terhadap pasien merupakan hak pasien yang sebaiknya dilakuakn oleh
bidan
2. Memberitahu ibu bahwa pada hari ketiga nifas ASI keluar sedikit adalah

hal yang normal karena lambung bayi masih kecil, selain itu bayi masih

mempunyai cadangan makanan yang didapat ketika masih dalam

kandungan dan menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif yaitu

pemberian ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan apapun dan

diberikan secara on demand atau tiap 2 jam sekali, jangan menunggu

sampai bayi menangis dan memberitahu ibu untuk tetap menyusui

44
bayinya walaupun ASInya belum lancar, karena rangsangan dari hisapan

bayi dapat membantu meningkatkan produksi ASI

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk memberikan ASI Eksklusif

kepada bayinya

Rasionalisasi : Menyusui hari ke 3 saat nifas adalah fase laktogensis II

yang mana Penanda biokimiawia mengindikasikan jika proses

laktogenesis II di mulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, akan tetapi

ibu yang setelah melahirkan merasakan payudara penuh sekitar 2-3 hari

setelah melahirkan. Jadi dari proses laktogenesis II menunjukkan bahwa

produksi ASI itu tidak langsung di produksi setelah melahirkan

3. Memberikan Kapsul Daun kelor (Moringa oleifera) diberikan dalam

bentuk kapsul (450 mg/kapsul) dengan dosis dua kali sehari satu kapsul

yang diminum sebelum makan , pagi dan sore selama 3 hari.

Hasil : Ibu mengatakan bersedia untuk mengkonsumsi kapsul daun kelor

untuk membantu meningkatkan produsksi ASI

Rasionalisasi : Daun Kelor mengandung steroid yang bersama fitosterol

dapat meningkatkan hormon prolaktin pada serum melalui stimulasi pada

sel sekretori kelenjar susu sehingga merangsang sel epitel alveolar untuk

meningkatkan produksi ASI

4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi gizi seimbang untuk ibu

menyusui yaitu nasi, sayur, lauk, cukup cairan dan tidak ada pantangan

makanan apapun dan memperbanyak konsumsi protein seperti daging,

ikan, putih telur untuk mempercepat penyembuhan luka dan

memperbanyak produksi ASI serta memperbanyak konsumsi sayuran

45
hijau seperti daun katuk, daun kelor, daun kacang panjang dan daun

pepaya

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk mengkonsumsi makanan gizi

seimbang dan tidak pantang terhadap makan apapun

Rasionalisasi : Makanan yang dikonsumsi ibu waktu menyusui sangat

berpengaruh terhadap kelancaran produksi ASI. Apabila makanan yang

ibu konsumsi banyak mengandung vitamin serta gizi dan makan dengan

pola makan yang teratur,maka produksi ASI ibu akan berjalan dengan

lancar

5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahatnya yaitu dengan

mengikuti pola tidur bayi, jika bayi tidur ibu ikut tidur dan meminta

bantuan suami untuk bergantian merawat bayi

Hasil : ibu bersedia untuk bersitirahat ketika bayi tidur

Rasionalisasi : Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran

ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek , kurang istirahat maka produksi

ASI juga berkurang

6. Memberikan pendkes tentang tanda bahaya masa nifas yaitu perdarahan,

keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah tangan dan kaki,

sakit kepala hebat, kejang-kejang, demam tinggi, payudara bengkak,

merah disertai rasa sakit, ibu depresi dan menganjurkan ibu untuk segera

periksa ke faskes tersekat apabila ditemukan tanda bahaya tersebut

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan

7. Memberitahu ibu dan keluarga dengan tanda –tanda kecukupan ASI

diantaranya Bayi minum ASI setiap 2-3 jam, Bayi Buang Air Kecil

46
(BAK) kurang lebih 6-8 kali dalam 24 jam, Buang Air Besar (BAB) 2 kali

atau lebih dalam waktu 24 jam pertama, Penambahan Berat Badan Bayi

Hasil : ibu mengerti mengenai penjelasan bidan terkait tanda kecukupan

ASI

Rasionalisasi : tanda – tandakecukupan ASI merupakan hal yang harus

dievaluasi sebagai indikator ASI dikonsumsi oleh bayi secara optimal

8. Melakukan penimbangan berat badan bayi


Hasil : telah dilakukan penimbangan berat badan bayi dengan hasil 3000

gram

Rasionalisasi : penurunan berat badan pada bayi di awal kehidupan wajar

terjadi pada minggu pertama akan turun rata- rata 7% maksimal 10 %,

kemudian pada minggu kedua akan naik kembali paling lambat 14 hari

sudah kembali berat lahir

9. Mengajarkan tehnik pelekatan menyusui yang benar kepada ibu serta

keluarga yang mendampingi ibu dengan cara dagu bayi menempel

payudara ibu, Mulut bayi terbuka lebar, Bibir bawah bayi membuka

keluar, Areola bagian atas ibu tampak lebih banyak

Hasil : ibu telah mencoba untuk melakukan tehnik menyusui yang benar

Rasionalisasi : pelekatan yang tepat serta optimal akan membantu dalam

proses meningkatkan produksi ASI serta mengindarai terjadinya puting

lecet.

10. Melakukan penghitungan taksiran volume ASI dengan cara menghitung

frekuesnsi pemberian ASI di kalikan dengan lama menyusui dalam menit

dikalikan 600 ml dibagi 24 jam (1440 menit)

47
Frekuensi Pemberian ASI (7) x Lama menyusui (10 menit) x
600 ml (1
1.
tahun pertama )
24 jam ( 1440 menit )
Hasil : 29,16 ml/hari
Rasionalisasi : pada hari ke 3 perut bayi seukuran biji kenari yamg

artinya perut bayi jumlah taksiran ini masih dalam kategori fase inisiasi

dimana tubuh ibu belajar memproduksi ASI

11. Memberi informasi kepada ibu untuk melakukan pencatatan dirumah

berkaitan dengan jumlah frekuensi pemberian ASI selama 24 jam serta

lamanya bayi setiap menyusu pada payudara.

Hasil : ibu serta suami bersedia mencatat jumlah frekuensi bayi menyusu

serta lama bayi menyusu di lembar pencatatan

Rasionalisasi: sebagai dokumentasi bentuk pencatatan yang akan

digunakan untuk menghitung taksiran volume ASI

12. Mendokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan

48
CATATAN PERKEMBANGAN I

Nama Pasien : Ny. R No. RM : Ruang: Rumah Ny. R

Umur : 20 tahun Tanggal : 06 Maret 2023

Tanggal CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) Nama dan


dan Jam Paraf

06 Maret S: Elfi Yanti


2023/ Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Ibu
mengatakan ASI nya sudah mulai keluar,
15.30 WIB
payudara sudah terasa agak berisi
O:

1. Keadaan umum : baik


2. Kesadaran : composmentis
3. Tekanan darah : 110/70 mmHg
4. Nadi : 82 x/menit
5. Respirasi : 20 x/menit
6. Suhu : 36,6°C
7. Payudara : membesar, putting
menonjol, hiperpigmentasi areola, ASI
keluar
8. TFU : pertengahan pusat –
sympisis pubis, kontraksi keras
9. Lokhea : Sanguinolenta (merah

49
kekuningan)
A:
Ny. R usia 20 tahun P1A0 4 hari
postpartum
normal

P:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang


telah dilakukan bahwa kondisi ibu baik
Hasil: ibu senang mengetahui bahwa
kondisi ibu baik
Rasionalisasi : memberikan informasi
mengenai hasil pemeriksan terhadap pasien
merupakan hak pasien yang sebaiknya
dilakuakn oleh bidan
2. Memastikan bahwa ibu cukup nutrisi yaitu
dengan makan makanan yang bergizi
seimbang dan cukup minum
Hasil : Ibu mengatakan sehari makan 3x,
dengan porsi sedang dan komposisi nasi,
lauk, sayur. Ibu mengkonsumsi buah setiap
hari. Ibu juga mengkonsumsi air putih 5
botol ukuran 500 ml.
Rasionalisasi : Makanan yang dikonsumsi
ibu waktu menyusui sangat berpengaruh
terhadap kelancaran produksi ASI. Apabila
makanan yang ibu konsumsi banyak
mengandung vitamin serta gizi dan makan
dengan pola makan yang teratur,maka
produksi ASI ibu akan berjalan dengan
lancar
3. Mengingatkan kembali untuk
menkonsusmsi Kapsul Daun kelor

50
(Moringa oleifera) diberikan dalam bentuk
kapsul (450 mg/kapsul) dengan dosis dua
kali sehari satu kapsul yang diminum
sebelum makan , pagi dan sore selama 3
hari.
Hasil: ibu bersedia mengikuti anjuran yang
diberikan
Rasionalisasi : Kelor mengandung steroid
yang bersama fitosterol dapat
meningkatkan hormon prolaktin pada
serum melalui stimulasi pada sel sekretori
kelenjar susu sehingga merangsang sel
epitel alveolar untuk meningkatkan
produksi ASI
4. Menghitung taksiran volume ASI, ibu
mencatat frekuensi menyusui bayi
sebanyak 8 kali dengan lama waktu setiap
menyusui 15 menit
Hasil : setelah dilakukan penghitungan
dengan rumus taksiran volume ASI
didapatkan hasil 50 ml/hari
Rasionalisasi : pada hari keempat lambung
bayi kebutuhan Produksi ASI yang normal
akan sebanding dengan kebutuhan bayi.
5. Memastikan bahwa ibu cukup istirahat
Hasil: Ibu mengatakan bahwa pola
istirahatnya mengikuti bayinya. Apabila
bayinya tidur maka ibu ikut tidur. Ibu tidur
siang selama 1 jam sampai 1,5 jam. Tidur
malam bergantian dengan suaminya, dan
ibu bangun setiap 2 jam sekali untuk
menyusui bayinya.
Hasil : ibu mengatakan sudah ikut istirahat

51
di sela bayi tidur
Rasionalisasi : Faktor istirahat
mempengaruhi produksi dan pengeluaran
ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek ,
kurang istirahat maka produksi ASI juga
berkurang
6. Memastikan bahwa ibu tidak ada masalah
dalam menyusui dan merawat bayinya
H: Ibu mengatakan tidak ada masalah
dalam menyusui. Bayinya menyusu secara
aktif setiap 2 jam sekali. Ibu mengatakan
sudah bisa merawat bayinya.
7. Melakukan penimbangan berat badan bayis
Pada hari ke 4
Hasil : 3020 gram
Rasionalisasi : penurunan berat badan pada
bayi di awal kehidupan wajar terjadi pada
minggu pertama akan turun rata- rata 7%
maksimal 10 %, kemudian pada minggu
kedua akan naik kembali paling lambat 14
hari sudah kembali berat lahir
8. Mendokumentasikan seluruh hasil
pemeriksaan
Hasil : Telah dilakukan pendokumentasian

CATATAN PERKEMBANGAN II

Nama Pasien : Ny. R No. RM : Ruang: Rumah Ny. R

Umur : 20 tahun Tanggal : 07 Maret 2023

Tanggal CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) Nama dan

52
dan Jam Paraf CI

07 Maret S : ibu mengatakan payudara sudah terasa lebih Elfi Yanti


2023/ berisi dari hari sebelumnya, ASI sudah keluar
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
15.30 WIB
O:

1. Keadaan umum : baik


2. Kesadaran : composmentis
3. Tekanan darah : 100/80 mmHg
4. Nadi : 84 x/menit
5. Respirasi : 20 x/menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Payudara : membesar, putting
menonjol, hiperpigmentasi areola, ASI
keluar
8. TFU : pertengahan pusat –
sympisis pubis, kontraksi keras
10. Lokhea : Sanguinolenta (merah
kekuningan)
Evaluasi menyusui

Frekuensi menyusui : 9 kali

Durasi menyusui : 15 menit

A:
Ny. R usia 23 tahun P1A0 5 hari postpartum
normal

P:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang


telah dilakukan bahwa kondisi ibu baik
Hasil: ibu senang mengetahui bahwa
kondisi ibu baik
Rasionalisasi : memberikan informasi

53
mengenai hasil pemeriksan terhadap pasien
merupakan hak pasien yang sebaiknya
dilakuakn oleh bidan
2. Memastikan kembali untuk menkonsusmsi
Kapsul Daun kelor (Moringa oleifera)
diberikan dalam bentuk kapsul (450
mg/kapsul) dengan dosis dua kali sehari
satu kapsul yang diminum sebelum
makan , pagi dan sore selama 3 hari.
Hasil: ibu mengatakan ini hari kedua
konsumsi kapsul daun kelor
Rasionalisasi : Kelor mengandung steroid
yang bersama fitosterol dapat
meningkatkan hormon prolaktin pada
serum melalui stimulasi pada sel sekretori
kelenjar susu sehingga merangsang sel
epitel alveolar untuk meningkatkan
produksi ASI
3. Memastikan bahwa ibu cukup nutrisi yaitu
dengan makan makanan yang bergizi
seimbang dan cukup minum
Hasil : Ibu mengatakan sehari makan 3x,
dengan porsi sedang dan komposisi nasi,
lauk, sayur. Ibu mengkonsumsi buah setiap
hari. Ibu juga mengkonsumsi air putih 5
botol ukuran 500 ml.
Rasionalisasi : Makanan yang dikonsumsi
ibu waktu menyusui sangat berpengaruh
terhadap kelancaran produksi ASI. Apabila
makanan yang ibu konsumsi banyak
mengandung vitamin serta gizi dan makan
dengan pola makan yang teratur,maka
produksi ASI ibu akan berjalan dengan

54
lancar
4. Mangjurkan ibu untuk cukup istirahat,
yaitu ibu tidur saat bayi tidur dan meminta
suami untuk ikut serta membantu ibu
dalam merawat bayinya
Hasil: Ibu mengerti dan suami bersedia
membantu ibu dalam merawat bayinya
Rasionalisasi : Faktor istirahat
mempengaruhi produksi dan pengeluaran
ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek ,
kurang istirahat maka produksi ASI juga
berkurang
5. Memastikan kembali tehnik menyusui ibu
dengan benar dengan cara dagu bayi
menempel payudara ibu, Mulut bayi
terbuka lebar, Bibir bawah bayi membuka
keluar, Areola bagian atas ibu tampak
lebih banyak
Hasil : ibu telah mencoba untuk melakukan
tehnik menyusui yang benar
Rasionalisasi : pelekatan yang tepat serta
optimal akan membantu dalam proses
meningkatkan produksi ASI serta
mengindarai terjadinya puting lecet
6. Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya
secara on demand yaitu sesuai dengan
kemauan bayi dan setiap 2 jam sekali
Hasil: Ibu bersedia mengikuti anjuran yang
diberikan
Rasionalisasi : semakin sering bayi disusui
maka akan semakin meningkatkan
produksi ASI
7. Menghitung taksiran volume ASI dengan

55
menggunakan rumus menghitung frekuensi
pemberian ASI di kalikan dengan lama
menyusui dalam menit dikalikan 600 ml
dibagi 24 jam (1440 menit)
Hasil : 56,25 ml/hari
Rasionalisasi : pada hari kelima Produksi
ASI yang normal akan sebanding dengan
kebutuhan bayi
8. Melakukan evaluasi penimbangan berat
badan bayi
Hasil : Berat badan bayi 3030 gram

Rasionalisasi : penurunan berat badan


pada bayi di awal kehidupan wajar terjadi
pada minggu pertama akan turun rata- rata
7% maksimal 10 %, kemudian pada
minggu kedua akan naik kembali paling
lambat 14 hari sudah kembali berat lahir

9. Mendokumentasikan seluruh hasil


pemeriksaan
Hasil : Telah dilakukan pendokumentasian

CATATAN PERKEMBANGAN III

Nama Pasien : Ny. R No. RM : Ruang: Rumah Ny. R

Umur : 20 tahun Tanggal : 08 Maret 2023

Tanggal CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) Nama dan


dan Jam Paraf CI

08 Maret S: Elfi Yanti


Ibu mengatakan sudah lebih percaya diri

56
2023/ saat menyusui, ASI sudah keluar lebih
banyak, payudara terasa penuh
15.30 WIB
O:

1. Keadaan umum : baik


2. Kesadaran : composmentis
3. Tekanan darah : 100/80 mmHg
4. Nadi : 84 x/menit
5. Respirasi : 20 x/menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Payudara : membesar, putting
menonjol, hiperpigmentasi areola, ASI
keluar
8. TFU : pertengahan pusat –
sympisis pubis, kontraksi keras
11. Lokhea : Sanguinolenta (merah
kekuningan)
Evaluasi menyusui

Frekuensi menyusui : 10 kali

Durasi menyusui : 20 menit

A:
Ny. R usia 23 tahun P1A0 6 hari postpartum
normal

P:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang


telah dilakukan bahwa kondisi ibu baik
Hasil: ibu senang mengetahui bahwa
kondisi ibu baik
Rasionalisasi : memberikan informasi
mengenai hasil pemeriksan terhadap pasien
merupakan hak pasien yang sebaiknya

57
dilakuakn oleh bidan
2. Memastikan kembali untuk menkonsusmsi
Kapsul Daun kelor (Moringa oleifera)
diberikan dalam bentuk kapsul (450
mg/kapsul) dengan dosis dua kali sehari
satu kapsul yang diminum sebelum
makan , pagi dan sore selama 3 hari.
Hasil: ibu telah meneylesaikan tereapi
pemberian kapsul daun kelor selama 3 hari
yang dikonsumsi pagi dan sore sebelum
makan, dan kini merasa ASI nya lebih
banyak dan lancer , serta bayi sudah dapat
menyusu dengan puasa serta bayi dalam
tanda kecukupan ASI
Rasionalisasi : Kelor mengandung steroid
yang bersama fitosterol dapat
meningkatkan hormon prolaktin pada
serum melalui stimulasi pada sel sekretori
kelenjar susu sehingga merangsang sel
epitel alveolar untuk meningkatkan
produksi ASI
3. Memastikan bahwa ibu cukup nutrisi yaitu
dengan makan makanan yang bergizi
seimbang dan cukup minum
Hasil : Ibu mengatakan sehari makan 3x,
dengan porsi sedang dan komposisi nasi,
lauk, sayur. Ibu mengkonsumsi buah setiap
hari. Ibu juga mengkonsumsi air putih
botol ukuran 1000 ml.
Rasionalisasi : Makanan yang dikonsumsi
ibu waktu menyusui sangat berpengaruh
terhadap kelancaran produksi ASI. Apabila
makanan yang ibu konsumsi banyak

58
mengandung vitamin serta gizi dan makan
dengan pola makan yang teratur,maka
produksi ASI ibu akan berjalan dengan
lancar
4. Mangjurkan ibu untuk cukup istirahat,
yaitu ibu tidur saat bayi tidur dan meminta
suami untuk ikut serta membantu ibu
dalam merawat bayinya
Hasil: Ibu mengerti dan suami bersedia
membantu ibu dalam merawat bayinya
Rasionalisasi : Faktor istirahat
mempengaruhi produksi dan pengeluaran
ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek ,
kurang istirahat maka produksi ASI juga
berkurang
5. Memastikan kembali tehnik menyusui ibu
dengan benar dengan cara dagu bayi
menempel payudara ibu, Mulut bayi
terbuka lebar, Bibir bawah bayi membuka
keluar, Areola bagian atas ibu tampak
lebih banyak
Hasil : ibu telah mencoba untuk melakukan
tehnik menyusui yang benar
Rasionalisasi : pelekatan yang tepat serta
optimal akan membantu dalam proses
meningkatkan produksi ASI serta
mengindarai terjadinya puting lecet
6. Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya
secara on demand yaitu sesuai dengan
kemauan bayi dan setiap 2 jam sekali
Hasil: Ibu bersedia mengikuti anjuran yang
diberikan
Rasionalisasi : semakin sering bayi disusui

59
maka akan semakin meningkatkan
produksi ASI
7. Menghitung taksiran volume ASI dengan
menggunakan rumus menghitung frekuensi
pemberian ASI di kalikan dengan lama
menyusui dalam menit dikalikan 600 ml
dibagi 24 jam (1440 menit)
Hasil : 75 ml/hari
Rasionalisasi : pada hari keenam
Produksi ASI yang normal akan sebanding
dengan kebutuhan bayi
8. Melakukan evaluasi penimbangan berat
badan bayi
Hasil : Berat badan bayi 3055 gram

Rasionalisasi : penurunan berat badan


pada bayi di awal kehidupan wajar terjadi
pada minggu pertama akan turun rata- rata
7% maksimal 10 %, kemudian pada
minggu kedua akan naik kembali paling
lambat 14 hari sudah kembali berat lahir
9. Mendokumentasikan seluruh hasil
pemeriksaan
Hasil : Telah dilakukan pendokumentasian

60
Tabel Observasi Efek Kapsul Daun Kelor Terhadap Peningkatan Volume ASI
pada Ny.R

Tanggal Kapsul Frekuensi Durasi TaksiranVolume BB Bayi


daun menyusi ASI
kelor Dalam 24 jam

05-3-2013 - 7 10 29,16 ml/hari 3000 gram


(nifas hari ke-3)

06-3-2013 √ 8 15 50 ml/hari 3020 gram


(nifas hari ke -
4)

07-3-2013 √ 9 15 56,25 ml/hari 3030 gram


(nifas hari ke 5)

08-3-2013 √ 10 20 75 ml/hari 3055 gram


(nifas hari ke 6)

09-3-2013 √ 11 20 91,6 ml/ hari 3070 gram


(nifas hari ke 7)

61
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penulis melakukan pengkajian pada ibu nifas. Berdasarkan pengkajian yang

dilakukan pada tanggal 05 Maret , penulis menemukan bahwa Ny. R berusia 20

tahun, melahirkan satu kali, tidak pernah abortus, dua hari postpartum. Data

subyektif diperoleh penulis saat ibu melakukan kunjungan PMB Elfi Yanti

STr.Keb, yaitu ibu mengeluh ASI yang keluar masih sedikit.. Pengeluaran ASI

yang masih sedikit mengakibatkan bayi masih rewel setelah disusui.

Ny. R belum pernah menggunakan KB sebelumnya dan memiliki rencana

KB setelah nifas yaitu KB suntik 3 bulan. Pola nutrisi ibu makan 3x perhari

dengan komposisi nasi, jenis lauk ayam, ikan, telur, tahu dan tempe; jenis sayur

berupa sayur bayam, sop, sayur kangkung dan kacang panjang. Ibu

mengkonsumsi buah 1x sehari jenis pepaya, jeruk dan pisang, camilan 2x perhari

jenisnya keripik dan biskuit. Ibu mengkonsumsi nutrisi yang lebih banyak

mengandung protein hewani yang berguna untuk mempercepat penyembuhan

luka. Menurut Almatzier (2009), protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat

digantkan oleh zat gizi lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan

jaringan tubuh. setiap sel didalam tubuh mengandung protein, baik sebagai suatu

bagian membran sel itu sendiri maupun dalam sitoplasma sel. protein merupakan

62
zat penting untuk struktur dan fungsi tubuh serta penting untuk sintesis dan

pembelahan sel yang sangat vital untuk penyembuhan luka.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mukarramah dan Ismail (2013)

bahwa nutrisi sangat perpengaruh terhadap pemulihan fisik serta produksi ASI

karena pada ibu nifas yang sudah mengerti tentang pemenuhan nutrisi dan mau

mengonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, maupun ikan, daging, dan telur dalam

masa nifas sehingga proses pemulihan masa nifas serta produsksi AS Ilebih baik

dan cepat. diet yang diberikan pada ibu nifas harus bermutu, bergizi tinggi, cukup

kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan.

Data obyektif diperoleh melalui pemeriksaan fisik pada pasien, pemeriksaan

fisik meliputi keadaan umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan head to toe. Hasil

pemeriksaannya yaitu TD 100/70 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 22x/menit, Suhu

36,7oC. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa mamae atau payudara ibu

membesar, putting menonjol, terdapat hiperpigmentasi areola dan ASI sudah

keluar sedikit (kolustrum). Sedangkan pada pemeriksaan abdomen didapatkan

hasil TFU teraba 3 jari di bawah pusat dan pada genetalia PPV lochea rubra serta

Berdasarkan pengkajian data subyektif dan data obyektif yang diperoleh

penulis dapat ditegakkan diagnosa bahwa Ny. R usia 20 tahun, P1A0 2 hari

Postpartum fisiologis.

Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh, penulis memberikan asuhan

sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik di

lapangan. Asuhan yang diberikan pada Ny. R Kapsul Daun kelor (Moringa

oleifera) diberikan dalam bentuk kapsul (450 mg/kapsul) dengan dosis dua kali

sehari satu kapsul yang diminum sebelum makan , pagi dan sore selama 3 hari,

dimana Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan Galaktogog pharmaceutical

63
diketahui belum cukup terbukti dalam meningkatkan volume ASI. Sementara itu,

galaktogog herbal diketahui dapat meningkatkan BB bayi dan volume ASI ibu.

Namun, keterbatasan data yang dikaji membuat penelitian tersebut masih perlu

dikaji kembali. (Fungtammasan et al, 2021)

Keluhan produksi ASI yang tidak lancar pada 3 hari postpartum adalah hal

yang normal, untuk itu diperlukan edukasi tentang fisiologis produksi ASI pada

ibu postpartum.dikarenakan pada hari ketiga post partum adalah fase laktogenesis

II yang mana Penanda biokimiawia mengindikasikan jika proses laktogenesis II di

mulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, akan tetapi ibu yang setelah

melahirkan merasakan payudara penuh sekitar 2-3 hari setelah melahirkan. Jadi

dari proses laktogenesis II menunjukkan bahwa produksi ASI itu tidak langsung

di produksi setelah melahirkan (Rini Yuli Astutik, 2014).. Selain itu asuhan yang

diberikan yaitu menganjurkan ibu untuk konsumsi gizi seimbang, perbanyak

sayuran hijau seperti daun katuk, daun kelor, daun kacang panjang, dan daun

pepaya. ASI merupakan air susu yang bersumber dari payudara ibu sehingga

diperlukan perawatan payudara untuk memperlancar ASI dan Kapsul Daun kelor

(Moringa oleifera) yang berperan membantu dalam produksi ASI.

Pengaruh pemberian terapi kapsul daun kelor (Moringa Oliefera) cukup

signifikan , hal ini dapat dinilai dari penambahan volume produksi ASI sebelum

dan setelah dilakukan pemberian terapi kapsul daun kelor. Ditunjukan dengan

taksiran volume ASI sebelum dilakukan pemeberian kapsul daun kelor dengan

jumlah 29,16 ml/hari setelah diberikan terapi kapsul daun kelor yang dimulai

dari hari ketiga post partum terdapat peningkatan jumlah produksi ASI di hari, ke

-4 (50ml/hari), hari ke -5 (56,25 ml/hari), hari ke -6 (75 ml/hari) dan hari ke -7

(91,6 ml/hari) , peningkatan volume ASI cukup signifikan setelah pasien Ny.R

64
mendapatkan terapi kapsul daun kelor (Moringa oleifera) yang dikonsumsi

selama 3 hari berturut dengan aturan pemberian 2x 450 mg , diminum sebelum

makan pagi dan sore.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Fungtammasan et al, 2021),

bahwa terdapat perbedaan volume ASI sebelum dan sesudah diberikan kapsul

daun kelor (Moringa oleifera) . yang mana dapat memperlancar produksi ASI

sebesar 30 % kali lebih besar dibandingkan dengan ibu menyusui yang tidak

diberikan kapsul daun kelor (Moringa oleifera). Daun Kelor mengandung steroid

yang bersama fitosterol dapat meningkatkan hormon prolaktin pada serum melalui

stimulasi pada sel sekretori kelenjar susu sehingga merangsang sel epitel alveolar

untuk meningkatkan produksi ASI

Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum dan menyusui meningkat 25%, kar

ena berguna untuk proses penyembuhan setelah melahirkan dan untuk produksi A

SI untuk pemenuhan kebutuhan bayi. Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali

dari kebutuhan biasa menjadi sekitar 3000-3800 kalori. Nutrisi yang dikonsumsi b

erguna untuk melakukan aktifitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses me

mproduksi ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ibu

nifas dan menyusui memerlukan makan makanan yang beraneka ragam yang men

gandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-buahan. Me

nu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tida

k terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta baha

n pengawet atau pewarna. Sedangkan kebutuhan cairan ibu menyusui sedikitnya

minum 3-4 liter setiap hari (anjurkan ibu minum setiap kali selesai menyusui). Ke

butuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan pertama minimal adalah 14 g

65
elas (setara 3-4 liter) perhari, dan pada 6 bulan kedua adalah minimal 12 gelas (set

ara 3 liter) (Wahyuni, 2018).

Agar proses pemulihan pada ibu nifas tidak terhambat maka kebutuhan dasa

r berupa gizi harus tercukupi yaitu dengan cara makan makanan yang mengandun

g cukup karbohidrat, protein, sayuran dan buah-buahan dengan asupan cairan 3 lit

er/hari, 2 liter didapat dari air minum dan satu liter didapat dari cairan yang ada pa

da kuah sayur (Suherni, 2009).

Ada beberapa makanan yang dapat di konsumsi oleh ibu nifas untuk

memperbanyak produksi ASI sesuai dengan evidence based practice salah satunya

adalah daun kelor. Adapun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Endang

(2015) menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan konsumsi ekstrak daun

kelor terhadap kecukupan ASI, hal ini disebabkan daun katuk mengandung

hampir 7% protein dan 19% serat kasar, vitamin K, pro-vitamin A, Vitamin B dan

C. Mineral yang dikandung adalah kalsium, zat besi, kalium, fisfor dan

magnesium. Sehingga ibu menyusui disarankan untuk dapat mengkonsumsi daun

kelor sebagai variasi menu makanan untuk meningkatkan kecukupan ASI

Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Semuel (2016)

bahwa konsumsi menu luhu (katuk saorophus androginus) dapat meningkatkan

produksi ASI sekaligus dapat menambah berat badan bayi karena mengandung

nilai gizi yang tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sormin (2018) bahwa untuk

menjaga agar ASI tetap lancar dan cukup untuk bayi, responden ibu-ibu Suku

Timor di Kelurahan Kolhua Kecamatan Maulafa Kupang mempunyai kebiasaan

mengkonsumsi makanan berupa kacang-kacangan dan daun-daunan seperti daun

katuk dan daun kelor yang diyakini berkhasiat meningkatkan atau melancarkan

66
produksi ASI, disamping melakukan perawatan payudara dan lebih sering

menyusui bayi.

Berdasarkan hasil pengkajian kunjungan ketiga, Ny. R mengatakan tidak

ada keluhan, ASI sudah keluar lancar. Asuhan yang diberikan yaitu informasi

tehnik menyusui ibu dengan benar dengan cara dagu bayi menempel payudara

ibu, Mulut bayi terbuka lebar, Bibir bawah bayi membuka keluar, Areola bagian

atas ibu tampak lebih banyak , hal ini dilakukan agar penenuhan ASI terhadap

bayi dapat dilakuakn dengan optimal erta menghindari resiko terjadinya puting

lecet serta maslah menyusui lainya. (Buku Saku Pelayanan Neonatal Essensial,

2018)

67
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan Kebidanan pada Ny. R Usia 20 tahun P1A0 dengan Nifas

Normal di PMB Elfi Yanti STr.Keb Kalianda Lampung Selatan. Pada

kasus Ny. R penulis melakukan pengkajian dan upaya pendekatan

Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas.

Mahasiswa mampu memberikan asuhan kehamilan dan di dapatkan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Mahasiswa mampu melakukan anamesa dan mengumpulkan data

Subjektif pada

Ny.R dengan melakukan Tanya jawab.

2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang

pada Ny. R dengan melakukan pengkajian

3. Mahasiswa mampu melakukan analisi kasus berdasarkan data

subjektif dan objektif pada Ny. R

4. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan kasus pada Ny. R

dengan melakukan informed consent dan ibu bersedia, memberitahu

ibu hasil pemeriksaan, dan ibu mengerti, dan melakukan

penatalaksanaan ibu nifas dengan masalah ASI sedikit

B. Saran

68
a. Bagi mahasiswa

Dapat memberikan atau menyarankan pemberian asuhan Nifas yang sesuai

dengan standar.

b. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan dapat melakukan pelayanan asuhan kebidanan pada ibu Nifas

sesusai SOP secara mandiri maupun kolaboratif.

c. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat khususnya ibu Nifas agar dapat meningkatkan

pengetahuan berkaitan dengan kesehatan dalam masa Nifas.

69
DAFTAR PUSTAKA

Achsin, A., Rusli, N., Ahmad, T.R., Musdah, M., Syahrul, R & Sri’ah, A.L. 2003
Untukmu ibu Tercinta. Bogor : Prenada
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Pelajar
Anggraeni, A. C. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. 2004. Maternity Nursing. Edisi
4. Jakarta : EGC
Budiyanto, M.A.K. 2002. Gizi dan Kesehatan. Malang : Bayu Media
Chumbley, Jane. 2006. Menyusui. Jakarta : Erlangga
Cuningham, F.G., Norman, F.G., Kenneth, J.L., Larry, C.G., John, C.H., &
Katharine, D.W. 2006. Obstetri Williams, Volume 1. Jakarta :
EGC
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2012. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Rajawali Pers
Dewi, V.N.L & Tri, S. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta Salemba
Medika
Dowshen, N.I & Elizabeth, B. 2002. Petunjuk Lengkap untuk Orang Tua. Jakarta
: Raja Grafindo
Gibney, M.J., Barrie, M.M., John, M.K., & Leonore, A. 2009. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : EGC
Gigante, D.P., Victoria, C.G.,Barros, Fernando.C. 2000. Breast-Feeding Has
Limited Long-Term Effect on Anthropometry and Body Composition of
Brazilian Mothers. The Journal of Nutrition. http://www.Jn.nutrition.org,
diakses: September 2012

Hatsu, Irene E., Dawn M,M., & Alex, K.A. 2008. Effect of Infant Feeding on

70
Maternal Body Composition. International Breastfeeding Journal
http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content/3/1/18, di
akses : September 2012

71
Hidayat, A.A. 2008. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Indonesia Menyusui. Jakarta : Badan


Penerbit IDAI

Keller, C., Tood, M., & Ainsworth, B. 2013. Overweight, Obesity, and
Neighborhood Charachteritics among Postpartum Latinas. Journal of
Obesity. http://dx.doi.org/10.1155/2013/916468, diakses:Agustus 2013

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Peuperium Care”.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :

Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Notoadmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka


Cipta

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Peuperium Care”.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

Notoadmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.


Jakarta : Rineka Cipta

Siswosudarmo, R & Ova, E. 2008. Obstetri Fisiologi.


Yogyakarta : Pustaka Cendekia Saleha, S. 2009.

Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika


LEMBAR KONSULTASI
KEGIATAN BIMBINGAN PRA KLINIK
PROFESI BIDAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

Nama : Linda Asmawati


Nim : 22390098
Pembimbing : Rosmiyati,S.SiT,M.Kes
Judul : Laporan Kasus Asuhan Pada Nifas

No Tanggal Catatan Pembimbing Paraf

1. 07/03/2023 - ACC JURNAL

2. 10/03/2023 - Perbaiki Jurnal Reading


- Perbaiki Jurnal Refleksi

3. 12/03/2023 - Perbaiki teori sesuai dengan


Logbook

4. 14/03/2023
- Acc LK

- Acc Cetak

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

(Rosmiyati,S.SiT,M.Kes)

73

Anda mungkin juga menyukai