DISUSUN OLEH :
LINDA ASMAWATI
NPM : 22390098
Disusun Oleh:
LINDA ASMAWATI
NPM : 22390098
Disetujui
Pembimbing Lapangan
Tanggal :
Di : (Elisabeth Maruliana,STr.Keb)
Pembimbing Institusi
Tanggal :
Di : (Rosmiyati, S.SiT.,M.Kes)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat ALLAH SWT atas limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya karena atas segala yang diberikan pada kesempatan dan
kekuatan untuk dapat menyelesaikan tugas kebidanan yang berjudul “Laporan
Kasus Stase Nifas”.Tujuan dari pembuatan tugas ini tidak lain untuk memenuhi
salah satu tugas mata pelajaran berfikir kritis profesi bidan Universitas Malahayati
Bandar Lampung. Dalam proses penyusunan tugas ini tidak lepas dari dukungan
banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih
kepada:
1. Dr. Achmad Farich,M.M selaku Rektor Universitas Malahayati
2. Riyanti.,M.Kes Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Malahayati
3. Vida Wira Utami.,SST.,Bdn,.M.Kes selaku Kepala Prodi Program Studi
Profesi Kebidanan.
4. Rosmiyati.,S.SiT.,M.Kes Selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
Stase Nifas, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan masukan kepada penulis.
5. Elisabeth Maruliana.,STr.Keb Selaku CI Praktik Mandiri Bidan yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan.
6. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Profesi Bidan fakultas
kedokteran Universitas Malahayati Penulis menyadari bahwa dalam tugas
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakn
kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas ini. Penulis
berharap semoga penelitian ini dapat digunakan debagai referensi yang
bermanfaat bagi banyak kalangan. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih.
Bandar Lampung,
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................ ii
KATA PENGANTAR......................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................. 2
C. Manfaat............................................................................................ 2
BAB II. TINJAUAN TEORI.............................................................. 3
A. Konsep Dasar Masa Nifas ............................................................... 3
1. Pengertian Masa Nifas................................................................. 7
2. Tujuan Masa Nifas ...................................................................... 8
3. Peran Bidan Pada Masa Nifas ..................................................... 10
4. Tahap Masa Nifas......................................................................... 13
B. Proses Laktasi dan Menyusui .......................................................... 18
1. Laktasi.......................................................................................... 18
2. ASI Menurut Stadium Laktasi..................................................... 20
C. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas ........................................... 21
1. Perubahan Sistem Produksi Masa Nifas....................................... 22
2. Perubahan Tanda-tanda Vital Masa Nifas................................... 24
3. Sistem Hematologi dan Kardiovaskuler....................................... 26
D. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas........................................... 32
1. Nutrisi dan Cairan.................................................................... 34
2. Ambulasi ................................................................................. 34
3. Eliminasi ................................................................................. 34
4. Istirahat dan Tidur .................................................................. 35
5. Aktifitas Seksual ..................................................................... 35
6. Latihan dan Senam Nifas......................................................... 36
E. Deteksi Dini dan Komplikasi Pada Masa Nifas dan Penangananya 38
1. Infeksi Masa Nifas .................................................................. 38
2. Perdarahan Masa Nifas ........................................................... 38
iv
3. Infeksi Saluran Kemih ............................................................ 39
4. Patologi Menyusui .................................................................. 39
BAB III. PENUTUP............................................................................ 40
A. Kesimpulan................................................................................... 41
B. Saran............................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR KONSUL
LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah
plasenta keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat
kandungan akan kembali pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu
minggu (Nugroho, Nurrezki, Desi, & Wilis, 2014). Nifas adalah periode mulai
2014).
Masa Nifas (Puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga
puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya
bayi dan “parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim
karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan. Darah nifas yaitu darah yang
tertahan tidak bisa keluar dari rahim dikarenakan hamil darah yang keluar
Nifas merupakan darah yang keluar dari rahim akibat melahirkan atau setelah
melahirkan. Masa nifas terhitung setelah plasenta keluar dan selesai ketika alat-
6 minggu atau 42 hari. Namun pemulihan pada masa nifas secara menyeluruh
1
memerlukan waktu 3 bulan. Masa ini disebut juga masa puerperium.
Puerperium berasal dari Bahasa latin yaitu, “puer” yang artinya bayi dan
Masa nifas atau masa puerperium merupakan masa dimana keluarnya darah
dari jalan lahir setelah melahirkan, yang lamanya berkisar 40-60 hari. Masa ini
dialami wanita dari beberapa jam setelah melahirkan bayi dan plasenta, hingga
seperti keadaan sebelum hamil. (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018).
Menurut Indriyani (2013), Masa nifas adalah masa pemulihan dari setelah
persalinan dan selesai ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan pra-
hamil yang lamanya berkisar sekitar 6-8 minggu. Waktu pemulihan yang
diperlukan pada masa nifas untuk bisa sehat sempurna bisa memakan waktu
timbulnya laktasi. Laktasi adalah pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Laktasi terjadi oleh karena pengaruh hormon estrogen dan progesterone yang
diberikan kepada bayi sejak bayi dilahirkan hingga selama enam bulan, tanpa
kenyataannya, ibu yang memiliki bayi baru lahir tidak semua menyusui
bayinya dengan baik disebabkan oleh karena faktor internal dan eksternal.
2
Faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, sedangkan
ASI dapat menimbulkan masalah pada ibu yaitu terjadinya penumpukan ASI
payudara berdampak pada psikologis ibu seperti rasa sakit, cemas karena tidak
dapat menyusui. Kondisi ini akan menyebabkan masalah psikologis pada ibu
yaitu ibu akan merasa tidak mampu menyusui bayi dan merasa cemas yang
Rochimah, 2014).
Agar tidak terjadi masalah pada masa laktasi seperti bendungan ASI yang akan
berdampak pada cakupan pemberian ASI pada bayi, dan agar mengurangi
resiko kematian pada bayi, maka ibu harus dibekali dengan pengetahuan
meminimalkan resiko kejadian bendungan ASI pada ibu dan angka kematian
ASI, karena semakin baik pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif, maka
seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Begitu juga
3
semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan ASI eksklusif (Aprilia,
2012)
B. Tujuan
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
Nifas
C. Manfaat
mahasiswa.
2. Bagi Mahasiswa
4
Dapat dijadikan masukan untuk pasien (ibu) agar lebih mengerti tentang
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Nifas
5
Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan parous artinya
melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas adalah
penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah
lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum
Masa Nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologi maupun
Menurut Nurjanah, dkk, 2013 Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu puerperium
agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
c. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap terutama jika
6
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
ukuran semula.
b. Sistem Reproduksi
1. Uterus
a. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr
b. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat
d. Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis
uterus 50gr.
2. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
7
Macam-macam lochea:
hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi lahir, tangan
8
pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya
1 jari saja yang dapat masuk. Namun demikian, selesai involusi, ostium
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
2015)
5. Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama sembilan bulan
sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI
9
dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini
terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi hal ini karena
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena
mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya
overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang
adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang
a. Suhu Badan
10
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-
pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI,
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per menit atau
50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi akan
lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus
c. Tekanan Darah
d. Pernapasan
nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya,
11
penyakit asma. Bila pernapasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat,
beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir
lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa
4. Pengaruh budaya
Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru melahirkan akan
12
2. Masa Taking On (Fokus pada Bayi)
Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir tentang
ibu dalam merawat bayi semakin besar. Perasaan yang sangat sensitive
NAKES)
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada pantangan diet. Dua jam
setelah melahirkan perempuan boleh minum dan makan seperti biasa bila ingin.
Namun perlu diperhatikan jumpal kalori dan protein ibu menyusui harus lebih
besar daripada ibu hamil, kecuali apabila si ibu tidak menyusui bayinya.
Kebutuhan pada masa menyusui meningkat hingga 25% yaitu untuk produksi ASI
dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya.
Penambahan kalori pada ibu menyusi sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang
dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan
13
dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti susunanya harus seimbang ,
porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak
mengandung alcohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan
umber tenaga yang diperlukan untuk membakar tubuh dan pembentukan jaringan
baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber energy adalah karbohidrat dan lemak.
Karbohidrat berasal dari padi-padian, kentang, umbi, jagung, sagu, tepung roti,
mie, dan lain-lain. Lemak bias diambil dari hewani dan nabati.lemak hewani yaitu
mentega dan keju. Lemak nabati berasal dari minyak kelapa sawit, minyak sayur
dan margarine.
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang rusak atau
mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein nabati.
Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang kering, susu dan keju.
Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan
pengatur bias diperoleh dari semua jenis sayur dan buahbuahan segar. Beberapa
1. Zat kapur untuk membentuk tulang. Sumbernya berasal dari susu, keju, kacang-
14
2. Fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi. Sumbernya berasal dari susu, keju
dan daging.
3. Zat besi untuk menambah sel darah merah. Sumbernya berasal dari kuning
5. Kalsium merupakan salah satu bahan mineral ASI dan juga untuk pertumbuhan
a. Vitamin A untuk penglihatan berasal dari kuning telur ,hati, mentega, sayur
b. Vitamin B1 agar nafsu makan baik yang berasal dari hati, kuning telur,
e. Vitamin B6 untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan gigi dan
f. Vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan
saraf. Sumbernya antara lain telur, daging, hati, keju, ikan laut dan kerang
laut.
15
g. Vitamin C untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semua jaringan ikat
( untuk penyembuhan luka ), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan
Sumbernya berasal dari jeruk, tomat, melon, mangga, papaya dan sayur.
penyerapan kalsium dan posfor. Sumbernya berasal dari minyak ikan, ikan
bayam dan kuning telur. Untuk kebutuhan cairannya, ibu menyusui harus
meminum sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan untuk ibu minum
25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang
meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusi
sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk
produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk
teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol,
nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang
tambahan 500 kalori setiap hari, berguna untuk produksi ASI dan
16
yang mengandung alcohol. Minum air mineral 2 liter setiap hari. Tablet zat
2. Ambulasi
dimasud dengan ambiulasi dini adalah beberapa jam setelah melahirkan, segera
bangun dari tempat tidur dan segera bergerak , agar lebih kuat dan lebih baik.
Gangguan kemih dan buang air besar juga dapat teratasi. Mobilisasi sangat
(jika ada luka). Jika tidak ada kelainan , lakukan mobilisasi sedini mungkin,
yaitu dua jam setelah persalian normal. Ini berguna untuk memepercepat
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam
3. Eliminasi
usahakanlah untuk berkemih secara teratur, karena kantung kemih yang penuh
pascapersalinan sering tidak merasakan sensasi ingin buang air besar, yang
17
yang dalam beberapa hari tidak dikeluarkan akan mengeras dan dapat
Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai hari ke-5
setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume dara meningkat pada saat
hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu
belajar berkemih secara spontan dan tidak menahan buang air kecil ketika ada
rasa sakit pada jahitan. Menahan buang air kecil akan menyebabkan terjadinya
bendungan air seni dan gangguan kontraksi rahim sehingga pengeluaran cairan
vagina tidak lancar. Sedangkan buang air besar akan sulit karena ketakutan
akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena adanya haemoroid (wasir).
4. Miksi
Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat 24-48 jam pertama sampai hari ke-
5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume dara meningkat pada saat
karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi
m.sphincer ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit
b.Tidak menahan BAK ketika ada rasa sakit pada jahitan, karena akan
18
d. Bila kandung kemih penuh dan tidak dapat dimiksi sendiri, dilakukan
kateterisasi.
diatasi.
5. Defekasi
Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit, takut
jahitan terbuka atau karena adanya haemoroid. Buang air besar harus dilakukan
3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi
apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Jika
a. Mobilisasi Dini
b. Konsumsi makanan yang tinggi serat dan cukup minum Sebaiknya pada hari
kedua ibu sudah bias BAB, jika pada hari ketiga belum BAB ibu bias
19
6. Menjaga Kebersihan Diri
agak bengkak/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau
episiotomi. Anjuran :
sabun, kemudian daerah vulva sampai anus harus kering sebelum memakai
pembalut wanita, setiap kali setelah bunag air besar atau kecil, pembalut
2. Cuci tangan dengan sabun dan iar mengalir sebelum dan sesudah
4. Sarankan ibu untuk menganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
5. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan iar mengalir sebelum dan
6. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci
menggunakan sabun.
b. Pakaian
20
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena
longgar di daerah dada agar payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga
degan pakain dalam, agar tidak terjadi iritasi ( lecet) pada daerah sekitarnya
akibat lochea. Pakaian yang digunakan harus longgar, dalam keadaan kering
dan juga terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi
c. Kebersihan Rambut
Setelah bayi lahir, ibu biasanya mengalami kerontokan rambut akibat dari
kembali setelah beberapa bulan. Perawatan rambut perlu diperhatiakan oleh ibu
yaitu mencuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir
d. Kebersihan Tubuh
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam
yang dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan menjaga kulit tetap
21
Vulva harus selalu dibersikan dari depan kebelakang. Tidak perlu khwatir
jahitan akan terlepas. Justru vulva yang tidak dibersikhan akan meningkatkan
dan untuk mengurangi rasa tidak nyaman dapat dengan duduk berendam di
air hangat setelah 24 jam pasca persalinan. Bila tidak ada infeksi tidak
adalah takut sakit atau khwatir jahitan di antara anus dan vagina akan robek,
padahal ini jelas tidak benar. Menurut dr.Rudiyanti, Sp,OG, jahitan yang
dilakukan pasca persalinan oleh dokter, tidak mudah lepas. “ memang jahitan
tersebut baru akan diserap tubuh dalam waktu lima sampai tujuh hari. Jadi
beberapa hari setelah melahirkan masih terasa bila tersentu. Namun, tidak
mudah lepas.” Lain kalau alasannya takut sakit. Setelah persalinan normal,
saat vagina dibersihkan akan terasa nyeri karena ada bekas jahitan di daerah
perineum ( antara anus dan alat kelamin ). Namun bukan berarti ibu bole alpa
membersihkannya, walau terasa nyeri cebok setelah buang air kecil atau besar
tetap perlu dilakukan dengan seksama. ”Wajar saja kalau setelah melahirkan
vagina terasa sakit saat di bersihkan. Dokter biasanya akan memberikan obat
pereda rasa sakit.” Tidak beda jauh dari proses setelah persalinan normal, ibu
yang melahirkan dengan bedah sesar pun akan mengalami masa nifas selama
40 hari. Meskpun vaginanya tidak terluka, dari situ tetap akan keluar darah
22
a. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan
BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asal bersih. Basuh dari depan
vagina baik dari air seni maupun feses yang mengandung kuman dan bias
kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan
diganti. Bila seperti ini caranya maka akan percuma saja. Bukankan pembalut
tersebut sudah dinodai darah dan kotoran? Berarti bila pembalut tidak diganti,
pembalut baru. Ingat pembalut harus diganti setiap habis BAK atau BAB atau
6. Istirahat
Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca persalinan,
ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu
boleh miring kekiri atau kekanan untuk mencegah trombisis. Ibu dan bayi
ditempatkan pada satu kamar. Pada hari kedua, bila perlu dilakukan latihan
23
senam. Pada hari ketiga umumnya sudah dapat duduk, hari keempat berjalan
dan hari kelima sudah dapat dipulangkan. Makanan yang diberikan harus
bermutu tinggi dan cukup kalori, cukup protein dan banyak buah. Anjurkan
istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Memintah bantuan
suami atau keluarga ketika ibu merasa lelah. Putarkan dan dengarkan lagu-
lagu klasik disaat ibbu dan bayi sedang istirahat untuk menghilangkan rasa
7. Seksual
Setelah persalinan pada masa ini ibu menhadapi peran baru sebagai orang tua
ibu merasa percaya diri dengan peran barunya dia akan menemukan waktu
dan melihat sekelilingnya serta menyadari bahwa dia telah kehilangan aspek
lain dalam kehidupannya yang juga penting. Oleh karena itu perlu memahami
perubahan yang terjadi pada istri sehingga tidak punya perasaan diabaikan.
Anjuran :
a. Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu ibu merasakan aman untuk melakukan
24
d. Kebutuhan yang satu ini memang agak sensitive, tidak heran kalau anda
Wanita dianggap menderita infeksi puerperium jika terjadi demam pada suhu
38 derajad celcius (100,4 derajad F) atau lebih setelah 24 jam pertama setelah
melahirkan dan demam bertahan paling tidak 2 hrai dalam 10 hari pertama
yang berasal dari saluran reproduksi saluran reproduksi salama persalinan atau
a. Vulvalitis
Pada luka infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum, jaringan
sekitarnya mebengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah
b. Vaginitis
Infeksi pada vagina yang dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau
ulkus, serta getah mengandung nanah dan keluar dari daerah ulkus tersebut.
c. Servisitis
nfeksi servik sering terjadi , akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak
gejala. Luka serviks yangb dalam , luas dan langsung ke dasar ligamentum
tanda dan gejalanya yaitu rasa nyeri dan panas pada area yang terinfeksi,
25
d. Septicemia
Infeksi ini merupakan infeksi yang umum yang disebabkan oleh kuman-kuman
gejala antara lain permulaan penderita sudah sakit dan lemah, samapi hari ke-3
post partum, suhu meningkat dengan cepat dan menggigil, selanjutnya suhu
(140-160x/menit)
e. Peritonitis
perut). Pada masa nifas peritonitis terjadi akibat menyebarnya atau meluasnya
infeksi yang terjadi pada uterus melalui pembuluh darah limfe. Manifetasi
klinisnya dapat terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri perut bagian bawah, nadi
cepat dan kecil, perut kembung, muka pucat, mata cekung, kulit muka dan
akral dingin.
f. Mastitis
dan gejalanya yaitu rasa panas dingin disertai dengan peningkatan suhu tubuh,
lesu dan tidak ada nafsu makan, mammae membesar, kulit memerah dan nyeri
pada perabaan.
26
g. Thromboplebitis
Adalah penjalaran infeksi melalui vena. Hal ini terjadi pada masa nifas karena
mikroorganisme pathogen.
Luka ini terjadi akibat episiotomi atau rupture/robek pada saat proses
persalinan. Tanda dan gejalanya yaitu terasa nyeri, merah dan bengkak. Bila
tidak segera ditangani akan melebar, terbuka dan mengeluarkan getah bening
Pada kehamilan cukup bulan sedikitnya 600 ml/mnt darah mengalir keuterus
yang berjumlah sekitar 120, dan arteri spiralis ini tidak memiliki lapisan
pelepasan plasenta pada kala III persalinan maka arteri spiralis akan terbuka
sehingga terjadi perdarahan. Kontraksi uterus akan menjepit arteri spiralis yang
apabila tidak terjadi kontraksi uterus segera setelah pelepasan plasenta akan
atau lebih setelah janin dan plasenta lahir (akhir kala III) pada persalinan
pervaginam atau 1000 ml atau lebih pada persalinan seksio sesarea. Definisi ini
volume plasma darah yang normal pada kehamilan yaitu rata-rata sebesar 30 –
27
60% atau 1500 – 2000 ml selama kehamilan. Oleh karena itu pengukuran kadar
ml.
atonia uteri), tissue (jaringan; retensio plasenta dan sisa plasenta), tears
utama perdarahan postpartum yaitu sebesar 70% dan sekaligus penyebab utama
kematia maternal. Trauma seperti laserasi, ruptura uteri dll. sebesar 20%, tisuue
(jaringan) seperti retensio plasenta, sisa plasenta sebesar 10% serta thrombin
PPH.
Perdarahan dibagi menjadi minor yaitu 500-1000 ml atau mayor >1000 ml.
Perdarahan mayor dapat dibagi menjadi sedang yaitu 1000-2000 ml atau berat
apabila jumlah perdarahan ≤ 1500 ml, berat (severe) > 1500 ml, dan massif >
28
haemorrhage) merupakan perdarahan yang terjadi setelah periode 24 jam
atonia uteri.
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil, kebanyakan
terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami ISK memiliki
wanita hamil untuk menderita ISK, biasanya dari escherichia coli. Wanita dengan
PMS kronis, trutama gonore dan klamidia juga memiliki resiko ISK. Bakteriuria
asimptomatik terjadi pada sekitas 5% sampai 15% wanita hamil. Jika tidak diobati
akan terjadi pielonefritis kira-kira 30% pada wanita hamil. Kelahiran dan
Biakan dan tes sensitivitas urine harus dilakukan di awal kehamilan, lebih bagus
pada kunjungan pertama, spesimen diambil dari urin yang diperoleh dengan cara
memberikan antibiotik yang sesuai selama dua sampai tiga minggu, disertai
4. Patologi Menyusui
Payudara terasa lebih penuh, tegang dan nyeri. Pembengkakan terjadi pada hari
ke-3 dan ke-4 pascasalin akibat bendungan vena dan pembuluh getah bening.
Bendungan vena dan pembuluh getah bening terjadi akibat payudara yang terisi
penuh dengan ASI. Kesemuanya ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak
disekresi, tetapi pengalirannya belum lancar.
29
Bila ibu tidak mau menyusui karena merasa nyeri, pembengkakan akan terus
berlanjut. ASI yang disekresi akan terus menumpuk, sehingga payudara
bertambah tegang, gelanggang susu menonjol dan puting mendatar. Bayi menjadi
sulit menyusu.
Pada saat ini payudara tampak lebih merah mengkilat. Ibu mengalami demam dan
nyeri berat payudara.
Pencegahan :
1. Ibu hendaknya menyusui dini, sesegera mungkin (selama 30 menit) setelah bayi
dilahirkan
Pengobatan :
2. ASI dikeluarkan sedikit sebelum menyusui agar puting lebih mudah ditangkap
5. Payudara diurut (masase) untuk mengurangi stasis divena dan pembuluh getah
b. Kelainan Putting
30
Kelainan puting hendaknya ditemukan lebih dini, yakni pada saat pemeriksaan
Penanganan :
yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah gelanggang
susu, lalu gelanggang susu diurut kearah berlawanan. Pada true inverted nipple,
perasat Hoffman tidak dapat memperbaiki keadaan dan tindakan operatif harus
dilakukan. Pada keadaan ini, ASI harus dikeluarkan secara manual atau dengan
pompa susu dan diberikan kepada bayi dengan sendok, gelas atau pipet.
Nyeri puting susu terjadi karena kesalahan posisi bayi saat menyusui, yakni bayi
hanya mengisap puting susu karena puting tidak masuk kedalam mulut bayi
sampai gelanggang susu bayi. Tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu
akan membuat puting nyeri ketika diisap, meski kulitnya masih utuh.
Sebab lain yang dapat membuat puting nyeri adalah penggunaan sabun,
cairan, krim, alkohol, dll, untuk membersihkan puting susu sehingga terjadi iritasi.
Iritasi puting juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenulum linguae)
yang pendek, sehingga bayi tidak dapat mengisap sampai gelanggang susu dan
Penanganan :
31
Teknik menyusui yang benar hendaknya disampaikan kepada ibu, khususnya
Puting yang nyeri lama-lama luka/lecet bila terus disusukan. Cara mencegahnya
antara lain:
a) Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, cairan, krim, atau
b) Untuk melepaskan isapan bayi setelah menyusui, dagu bayi ditekan atau
hidung dipijat atau jari kelingking ibu yang bersih dimasukkan kedalam
mulut bayi.
c) Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit,
dikurangi.
Apabila dengan tindakan tersebut di atas, puting tetap nyeri, sebaiknya dicari
Tekanan dapat berasal dari pemakaian BH yang terlalu ketat, tekanan jari pada
tempat yang sama setiap kali menyusui atau kelanjutan dari payudara bengkak.
32
Pencegahan dapat dilakukan dengan memakai BH dengan ukuran yang
Bila tidak ditangani dengan baik, saluran susu yang dapat menjadi mastitis
(radang payudara).
Produksi Asi yang tidak dikeluarkan akibat berbagai sebab antara lain
Obstruksi duktus,
Asi yang tidak keluarkan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri.
Thomsen (1984) menghitung leukosit dan jumlah bakteri dari Asi yang
kelompok.
1. Asi yang tidak keluar, didapatkan <106 leukosit dan <103 bakteri, akan
33
2. Inflamasi non infeksi (non-infectious mastitis), didapatkan >106
pengeluaran Asi.
payudara, merah dan nyeri. Peradangan mengenai stroma payudara yang terdiri
dari jaringan ikat, lemak, pembuluh darah dan getah bening. Biasanya terjadi pada
Mastitis biasanya didahului puting lecet, payudara bengkak atau sumbatan saluran
susu. Anemia, gizi buruk, kelelahan dan stress juga merupakan faktor
predisposisi.
Penanganan :
tidak membaik walaupun ASI telah dikeluarkan, gejala yang sudah berat,
antibiotik pada bayi dan ibunya bila dari pemeriksaan ASI didapatkan
34
kuman. Dicloxacillin 500 mg oral empat kali sehari, dapat dimulai secara
penisilin.
g) Analgesic
manual atau dengan pompa agar produksi ASI tetap baik. Dalam beberapa
35
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
IDENTITAS :
A. Data Subjektif
1. ALASAN DATANG
Kunjungan nifas
2. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan mengatakan ASI yang keluar masih sedikit.
36
Uraian Keluhan Utama:
Ibu juga mengatakan bahwa ASI yang keluar masih sedikit sehingga bayi
3. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Persalinan Nifas
Kead. Anak
Tahun UK Jenis Penol JK/BB Penyulit IMD Penyulit ASI Sekarang
ong Eksklusif
- - - - - - - - -
Abortus : 0
37
Keadaan plasenta : Lengkap, utuh
BB : 3100 gram
PB : 50 cm
LK : 33 cm
LD : 34 cm
b. Riwayat Kesehatan
Penyakit/kondisi yang pernah/sedang diderita:
38
c. Riwayat KB : Belum pernah
Jenis KB Lama Penggunaan Keluhan Alasan Dilepas
- - - -
Komposisi
b) Minum
Jumlah total 10 gelas perhari, jenis air putih, teh
Susu : - gelas perhari, jenis susu ibu menyusui
2) Eliminasi
a) Buang Air Kecil
39
Frekuensi perhari 1x, warna kecoklatan, konsistensi
lembek
3) Personal Hygiene
Mandi 2x sehari
Keramas 3x seminggu
4) Hubungan Seksual
Frekuensi : ibu belum melakukan hubungan seksual
5) Istirahat/Tidur
Tidur Siang : 1 jam – 2 jam
40
Minuman : Ibu tidak konsumsi minuman
beralkohol beralkohol
8) Pola Menyusui
Ibu mengatakan menyusui tiap 2 jam sekali,
berisi
9) Riwayat Psiko-Spiritual
a) Riwayat Perkawinan :
tahun)
sendiri
41
i) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan nifas :
Syukuran
cara memperbanyak
ASI
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
2) Kesadaran : Composmentis
4) Suhu/T : 36,7 oC
5) Nadi : 84x/menit
6) RR : 22x/menit
b. Status Present
42
Kepala : Mesocephal, rambut hitam, bersih, tidak rontok
cuping hidung
vena jugularis
c. Status Obstetri
Muka : tidak ada chloasma, tidak ada oedema
43
Mammae : payudara membesar, hiperpigmentasi areola,
puting
2. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
C. Analisa
D. Penatalaksanaan
ibu baik
hal yang normal karena lambung bayi masih kecil, selain itu bayi masih
44
bayinya walaupun ASInya belum lancar, karena rangsangan dari hisapan
kepada bayinya
ibu yang setelah melahirkan merasakan payudara penuh sekitar 2-3 hari
bentuk kapsul (450 mg/kapsul) dengan dosis dua kali sehari satu kapsul
sel sekretori kelenjar susu sehingga merangsang sel epitel alveolar untuk
menyusui yaitu nasi, sayur, lauk, cukup cairan dan tidak ada pantangan
45
hijau seperti daun katuk, daun kelor, daun kacang panjang dan daun
pepaya
ibu konsumsi banyak mengandung vitamin serta gizi dan makan dengan
pola makan yang teratur,maka produksi ASI ibu akan berjalan dengan
lancar
mengikuti pola tidur bayi, jika bayi tidur ibu ikut tidur dan meminta
ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek , kurang istirahat maka produksi
keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah tangan dan kaki,
merah disertai rasa sakit, ibu depresi dan menganjurkan ibu untuk segera
diantaranya Bayi minum ASI setiap 2-3 jam, Bayi Buang Air Kecil
46
(BAK) kurang lebih 6-8 kali dalam 24 jam, Buang Air Besar (BAB) 2 kali
atau lebih dalam waktu 24 jam pertama, Penambahan Berat Badan Bayi
ASI
gram
kemudian pada minggu kedua akan naik kembali paling lambat 14 hari
payudara ibu, Mulut bayi terbuka lebar, Bibir bawah bayi membuka
Hasil : ibu telah mencoba untuk melakukan tehnik menyusui yang benar
lecet.
47
Frekuensi Pemberian ASI (7) x Lama menyusui (10 menit) x
600 ml (1
1.
tahun pertama )
24 jam ( 1440 menit )
Hasil : 29,16 ml/hari
Rasionalisasi : pada hari ke 3 perut bayi seukuran biji kenari yamg
artinya perut bayi jumlah taksiran ini masih dalam kategori fase inisiasi
Hasil : ibu serta suami bersedia mencatat jumlah frekuensi bayi menyusu
48
CATATAN PERKEMBANGAN I
49
kekuningan)
A:
Ny. R usia 20 tahun P1A0 4 hari
postpartum
normal
P:
50
(Moringa oleifera) diberikan dalam bentuk
kapsul (450 mg/kapsul) dengan dosis dua
kali sehari satu kapsul yang diminum
sebelum makan , pagi dan sore selama 3
hari.
Hasil: ibu bersedia mengikuti anjuran yang
diberikan
Rasionalisasi : Kelor mengandung steroid
yang bersama fitosterol dapat
meningkatkan hormon prolaktin pada
serum melalui stimulasi pada sel sekretori
kelenjar susu sehingga merangsang sel
epitel alveolar untuk meningkatkan
produksi ASI
4. Menghitung taksiran volume ASI, ibu
mencatat frekuensi menyusui bayi
sebanyak 8 kali dengan lama waktu setiap
menyusui 15 menit
Hasil : setelah dilakukan penghitungan
dengan rumus taksiran volume ASI
didapatkan hasil 50 ml/hari
Rasionalisasi : pada hari keempat lambung
bayi kebutuhan Produksi ASI yang normal
akan sebanding dengan kebutuhan bayi.
5. Memastikan bahwa ibu cukup istirahat
Hasil: Ibu mengatakan bahwa pola
istirahatnya mengikuti bayinya. Apabila
bayinya tidur maka ibu ikut tidur. Ibu tidur
siang selama 1 jam sampai 1,5 jam. Tidur
malam bergantian dengan suaminya, dan
ibu bangun setiap 2 jam sekali untuk
menyusui bayinya.
Hasil : ibu mengatakan sudah ikut istirahat
51
di sela bayi tidur
Rasionalisasi : Faktor istirahat
mempengaruhi produksi dan pengeluaran
ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek ,
kurang istirahat maka produksi ASI juga
berkurang
6. Memastikan bahwa ibu tidak ada masalah
dalam menyusui dan merawat bayinya
H: Ibu mengatakan tidak ada masalah
dalam menyusui. Bayinya menyusu secara
aktif setiap 2 jam sekali. Ibu mengatakan
sudah bisa merawat bayinya.
7. Melakukan penimbangan berat badan bayis
Pada hari ke 4
Hasil : 3020 gram
Rasionalisasi : penurunan berat badan pada
bayi di awal kehidupan wajar terjadi pada
minggu pertama akan turun rata- rata 7%
maksimal 10 %, kemudian pada minggu
kedua akan naik kembali paling lambat 14
hari sudah kembali berat lahir
8. Mendokumentasikan seluruh hasil
pemeriksaan
Hasil : Telah dilakukan pendokumentasian
CATATAN PERKEMBANGAN II
52
dan Jam Paraf CI
A:
Ny. R usia 23 tahun P1A0 5 hari postpartum
normal
P:
53
mengenai hasil pemeriksan terhadap pasien
merupakan hak pasien yang sebaiknya
dilakuakn oleh bidan
2. Memastikan kembali untuk menkonsusmsi
Kapsul Daun kelor (Moringa oleifera)
diberikan dalam bentuk kapsul (450
mg/kapsul) dengan dosis dua kali sehari
satu kapsul yang diminum sebelum
makan , pagi dan sore selama 3 hari.
Hasil: ibu mengatakan ini hari kedua
konsumsi kapsul daun kelor
Rasionalisasi : Kelor mengandung steroid
yang bersama fitosterol dapat
meningkatkan hormon prolaktin pada
serum melalui stimulasi pada sel sekretori
kelenjar susu sehingga merangsang sel
epitel alveolar untuk meningkatkan
produksi ASI
3. Memastikan bahwa ibu cukup nutrisi yaitu
dengan makan makanan yang bergizi
seimbang dan cukup minum
Hasil : Ibu mengatakan sehari makan 3x,
dengan porsi sedang dan komposisi nasi,
lauk, sayur. Ibu mengkonsumsi buah setiap
hari. Ibu juga mengkonsumsi air putih 5
botol ukuran 500 ml.
Rasionalisasi : Makanan yang dikonsumsi
ibu waktu menyusui sangat berpengaruh
terhadap kelancaran produksi ASI. Apabila
makanan yang ibu konsumsi banyak
mengandung vitamin serta gizi dan makan
dengan pola makan yang teratur,maka
produksi ASI ibu akan berjalan dengan
54
lancar
4. Mangjurkan ibu untuk cukup istirahat,
yaitu ibu tidur saat bayi tidur dan meminta
suami untuk ikut serta membantu ibu
dalam merawat bayinya
Hasil: Ibu mengerti dan suami bersedia
membantu ibu dalam merawat bayinya
Rasionalisasi : Faktor istirahat
mempengaruhi produksi dan pengeluaran
ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek ,
kurang istirahat maka produksi ASI juga
berkurang
5. Memastikan kembali tehnik menyusui ibu
dengan benar dengan cara dagu bayi
menempel payudara ibu, Mulut bayi
terbuka lebar, Bibir bawah bayi membuka
keluar, Areola bagian atas ibu tampak
lebih banyak
Hasil : ibu telah mencoba untuk melakukan
tehnik menyusui yang benar
Rasionalisasi : pelekatan yang tepat serta
optimal akan membantu dalam proses
meningkatkan produksi ASI serta
mengindarai terjadinya puting lecet
6. Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya
secara on demand yaitu sesuai dengan
kemauan bayi dan setiap 2 jam sekali
Hasil: Ibu bersedia mengikuti anjuran yang
diberikan
Rasionalisasi : semakin sering bayi disusui
maka akan semakin meningkatkan
produksi ASI
7. Menghitung taksiran volume ASI dengan
55
menggunakan rumus menghitung frekuensi
pemberian ASI di kalikan dengan lama
menyusui dalam menit dikalikan 600 ml
dibagi 24 jam (1440 menit)
Hasil : 56,25 ml/hari
Rasionalisasi : pada hari kelima Produksi
ASI yang normal akan sebanding dengan
kebutuhan bayi
8. Melakukan evaluasi penimbangan berat
badan bayi
Hasil : Berat badan bayi 3030 gram
56
2023/ saat menyusui, ASI sudah keluar lebih
banyak, payudara terasa penuh
15.30 WIB
O:
A:
Ny. R usia 23 tahun P1A0 6 hari postpartum
normal
P:
57
dilakuakn oleh bidan
2. Memastikan kembali untuk menkonsusmsi
Kapsul Daun kelor (Moringa oleifera)
diberikan dalam bentuk kapsul (450
mg/kapsul) dengan dosis dua kali sehari
satu kapsul yang diminum sebelum
makan , pagi dan sore selama 3 hari.
Hasil: ibu telah meneylesaikan tereapi
pemberian kapsul daun kelor selama 3 hari
yang dikonsumsi pagi dan sore sebelum
makan, dan kini merasa ASI nya lebih
banyak dan lancer , serta bayi sudah dapat
menyusu dengan puasa serta bayi dalam
tanda kecukupan ASI
Rasionalisasi : Kelor mengandung steroid
yang bersama fitosterol dapat
meningkatkan hormon prolaktin pada
serum melalui stimulasi pada sel sekretori
kelenjar susu sehingga merangsang sel
epitel alveolar untuk meningkatkan
produksi ASI
3. Memastikan bahwa ibu cukup nutrisi yaitu
dengan makan makanan yang bergizi
seimbang dan cukup minum
Hasil : Ibu mengatakan sehari makan 3x,
dengan porsi sedang dan komposisi nasi,
lauk, sayur. Ibu mengkonsumsi buah setiap
hari. Ibu juga mengkonsumsi air putih
botol ukuran 1000 ml.
Rasionalisasi : Makanan yang dikonsumsi
ibu waktu menyusui sangat berpengaruh
terhadap kelancaran produksi ASI. Apabila
makanan yang ibu konsumsi banyak
58
mengandung vitamin serta gizi dan makan
dengan pola makan yang teratur,maka
produksi ASI ibu akan berjalan dengan
lancar
4. Mangjurkan ibu untuk cukup istirahat,
yaitu ibu tidur saat bayi tidur dan meminta
suami untuk ikut serta membantu ibu
dalam merawat bayinya
Hasil: Ibu mengerti dan suami bersedia
membantu ibu dalam merawat bayinya
Rasionalisasi : Faktor istirahat
mempengaruhi produksi dan pengeluaran
ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek ,
kurang istirahat maka produksi ASI juga
berkurang
5. Memastikan kembali tehnik menyusui ibu
dengan benar dengan cara dagu bayi
menempel payudara ibu, Mulut bayi
terbuka lebar, Bibir bawah bayi membuka
keluar, Areola bagian atas ibu tampak
lebih banyak
Hasil : ibu telah mencoba untuk melakukan
tehnik menyusui yang benar
Rasionalisasi : pelekatan yang tepat serta
optimal akan membantu dalam proses
meningkatkan produksi ASI serta
mengindarai terjadinya puting lecet
6. Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya
secara on demand yaitu sesuai dengan
kemauan bayi dan setiap 2 jam sekali
Hasil: Ibu bersedia mengikuti anjuran yang
diberikan
Rasionalisasi : semakin sering bayi disusui
59
maka akan semakin meningkatkan
produksi ASI
7. Menghitung taksiran volume ASI dengan
menggunakan rumus menghitung frekuensi
pemberian ASI di kalikan dengan lama
menyusui dalam menit dikalikan 600 ml
dibagi 24 jam (1440 menit)
Hasil : 75 ml/hari
Rasionalisasi : pada hari keenam
Produksi ASI yang normal akan sebanding
dengan kebutuhan bayi
8. Melakukan evaluasi penimbangan berat
badan bayi
Hasil : Berat badan bayi 3055 gram
60
Tabel Observasi Efek Kapsul Daun Kelor Terhadap Peningkatan Volume ASI
pada Ny.R
61
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
tahun, melahirkan satu kali, tidak pernah abortus, dua hari postpartum. Data
subyektif diperoleh penulis saat ibu melakukan kunjungan PMB Elfi Yanti
STr.Keb, yaitu ibu mengeluh ASI yang keluar masih sedikit.. Pengeluaran ASI
KB setelah nifas yaitu KB suntik 3 bulan. Pola nutrisi ibu makan 3x perhari
dengan komposisi nasi, jenis lauk ayam, ikan, telur, tahu dan tempe; jenis sayur
berupa sayur bayam, sop, sayur kangkung dan kacang panjang. Ibu
mengkonsumsi buah 1x sehari jenis pepaya, jeruk dan pisang, camilan 2x perhari
jenisnya keripik dan biskuit. Ibu mengkonsumsi nutrisi yang lebih banyak
luka. Menurut Almatzier (2009), protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat
digantkan oleh zat gizi lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan
jaringan tubuh. setiap sel didalam tubuh mengandung protein, baik sebagai suatu
bagian membran sel itu sendiri maupun dalam sitoplasma sel. protein merupakan
62
zat penting untuk struktur dan fungsi tubuh serta penting untuk sintesis dan
bahwa nutrisi sangat perpengaruh terhadap pemulihan fisik serta produksi ASI
karena pada ibu nifas yang sudah mengerti tentang pemenuhan nutrisi dan mau
masa nifas sehingga proses pemulihan masa nifas serta produsksi AS Ilebih baik
dan cepat. diet yang diberikan pada ibu nifas harus bermutu, bergizi tinggi, cukup
fisik meliputi keadaan umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan head to toe. Hasil
36,7oC. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa mamae atau payudara ibu
hasil TFU teraba 3 jari di bawah pusat dan pada genetalia PPV lochea rubra serta
penulis dapat ditegakkan diagnosa bahwa Ny. R usia 20 tahun, P1A0 2 hari
Postpartum fisiologis.
sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik di
lapangan. Asuhan yang diberikan pada Ny. R Kapsul Daun kelor (Moringa
oleifera) diberikan dalam bentuk kapsul (450 mg/kapsul) dengan dosis dua kali
sehari satu kapsul yang diminum sebelum makan , pagi dan sore selama 3 hari,
63
diketahui belum cukup terbukti dalam meningkatkan volume ASI. Sementara itu,
galaktogog herbal diketahui dapat meningkatkan BB bayi dan volume ASI ibu.
Namun, keterbatasan data yang dikaji membuat penelitian tersebut masih perlu
Keluhan produksi ASI yang tidak lancar pada 3 hari postpartum adalah hal
yang normal, untuk itu diperlukan edukasi tentang fisiologis produksi ASI pada
ibu postpartum.dikarenakan pada hari ketiga post partum adalah fase laktogenesis
mulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, akan tetapi ibu yang setelah
melahirkan merasakan payudara penuh sekitar 2-3 hari setelah melahirkan. Jadi
dari proses laktogenesis II menunjukkan bahwa produksi ASI itu tidak langsung
di produksi setelah melahirkan (Rini Yuli Astutik, 2014).. Selain itu asuhan yang
sayuran hijau seperti daun katuk, daun kelor, daun kacang panjang, dan daun
pepaya. ASI merupakan air susu yang bersumber dari payudara ibu sehingga
diperlukan perawatan payudara untuk memperlancar ASI dan Kapsul Daun kelor
signifikan , hal ini dapat dinilai dari penambahan volume produksi ASI sebelum
dan setelah dilakukan pemberian terapi kapsul daun kelor. Ditunjukan dengan
taksiran volume ASI sebelum dilakukan pemeberian kapsul daun kelor dengan
jumlah 29,16 ml/hari setelah diberikan terapi kapsul daun kelor yang dimulai
dari hari ketiga post partum terdapat peningkatan jumlah produksi ASI di hari, ke
(91,6 ml/hari) , peningkatan volume ASI cukup signifikan setelah pasien Ny.R
64
mendapatkan terapi kapsul daun kelor (Moringa oleifera) yang dikonsumsi
bahwa terdapat perbedaan volume ASI sebelum dan sesudah diberikan kapsul
daun kelor (Moringa oleifera) . yang mana dapat memperlancar produksi ASI
sebesar 30 % kali lebih besar dibandingkan dengan ibu menyusui yang tidak
diberikan kapsul daun kelor (Moringa oleifera). Daun Kelor mengandung steroid
yang bersama fitosterol dapat meningkatkan hormon prolaktin pada serum melalui
stimulasi pada sel sekretori kelenjar susu sehingga merangsang sel epitel alveolar
Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum dan menyusui meningkat 25%, kar
ena berguna untuk proses penyembuhan setelah melahirkan dan untuk produksi A
SI untuk pemenuhan kebutuhan bayi. Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali
dari kebutuhan biasa menjadi sekitar 3000-3800 kalori. Nutrisi yang dikonsumsi b
mproduksi ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ibu
nifas dan menyusui memerlukan makan makanan yang beraneka ragam yang men
nu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tida
k terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta baha
minum 3-4 liter setiap hari (anjurkan ibu minum setiap kali selesai menyusui). Ke
butuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan pertama minimal adalah 14 g
65
elas (setara 3-4 liter) perhari, dan pada 6 bulan kedua adalah minimal 12 gelas (set
Agar proses pemulihan pada ibu nifas tidak terhambat maka kebutuhan dasa
r berupa gizi harus tercukupi yaitu dengan cara makan makanan yang mengandun
g cukup karbohidrat, protein, sayuran dan buah-buahan dengan asupan cairan 3 lit
er/hari, 2 liter didapat dari air minum dan satu liter didapat dari cairan yang ada pa
Ada beberapa makanan yang dapat di konsumsi oleh ibu nifas untuk
memperbanyak produksi ASI sesuai dengan evidence based practice salah satunya
adalah daun kelor. Adapun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Endang
(2015) menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan konsumsi ekstrak daun
kelor terhadap kecukupan ASI, hal ini disebabkan daun katuk mengandung
hampir 7% protein dan 19% serat kasar, vitamin K, pro-vitamin A, Vitamin B dan
C. Mineral yang dikandung adalah kalsium, zat besi, kalium, fisfor dan
Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Semuel (2016)
produksi ASI sekaligus dapat menambah berat badan bayi karena mengandung
menjaga agar ASI tetap lancar dan cukup untuk bayi, responden ibu-ibu Suku
katuk dan daun kelor yang diyakini berkhasiat meningkatkan atau melancarkan
66
produksi ASI, disamping melakukan perawatan payudara dan lebih sering
menyusui bayi.
ada keluhan, ASI sudah keluar lancar. Asuhan yang diberikan yaitu informasi
tehnik menyusui ibu dengan benar dengan cara dagu bayi menempel payudara
ibu, Mulut bayi terbuka lebar, Bibir bawah bayi membuka keluar, Areola bagian
atas ibu tampak lebih banyak , hal ini dilakukan agar penenuhan ASI terhadap
bayi dapat dilakuakn dengan optimal erta menghindari resiko terjadinya puting
lecet serta maslah menyusui lainya. (Buku Saku Pelayanan Neonatal Essensial,
2018)
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Subjektif pada
B. Saran
68
a. Bagi mahasiswa
dengan standar.
c. Bagi Masyarakat
69
DAFTAR PUSTAKA
Achsin, A., Rusli, N., Ahmad, T.R., Musdah, M., Syahrul, R & Sri’ah, A.L. 2003
Untukmu ibu Tercinta. Bogor : Prenada
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Pelajar
Anggraeni, A. C. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. 2004. Maternity Nursing. Edisi
4. Jakarta : EGC
Budiyanto, M.A.K. 2002. Gizi dan Kesehatan. Malang : Bayu Media
Chumbley, Jane. 2006. Menyusui. Jakarta : Erlangga
Cuningham, F.G., Norman, F.G., Kenneth, J.L., Larry, C.G., John, C.H., &
Katharine, D.W. 2006. Obstetri Williams, Volume 1. Jakarta :
EGC
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2012. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Rajawali Pers
Dewi, V.N.L & Tri, S. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta Salemba
Medika
Dowshen, N.I & Elizabeth, B. 2002. Petunjuk Lengkap untuk Orang Tua. Jakarta
: Raja Grafindo
Gibney, M.J., Barrie, M.M., John, M.K., & Leonore, A. 2009. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : EGC
Gigante, D.P., Victoria, C.G.,Barros, Fernando.C. 2000. Breast-Feeding Has
Limited Long-Term Effect on Anthropometry and Body Composition of
Brazilian Mothers. The Journal of Nutrition. http://www.Jn.nutrition.org,
diakses: September 2012
Hatsu, Irene E., Dawn M,M., & Alex, K.A. 2008. Effect of Infant Feeding on
70
Maternal Body Composition. International Breastfeeding Journal
http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content/3/1/18, di
akses : September 2012
71
Hidayat, A.A. 2008. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika
Keller, C., Tood, M., & Ainsworth, B. 2013. Overweight, Obesity, and
Neighborhood Charachteritics among Postpartum Latinas. Journal of
Obesity. http://dx.doi.org/10.1155/2013/916468, diakses:Agustus 2013
4. 14/03/2023
- Acc LK
- Acc Cetak
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
(Rosmiyati,S.SiT,M.Kes)
73