Anda di halaman 1dari 7

Meningkatkan Kemampuan Literasi Digital Dalam Publikasi Ilmiah Di Era Revolusi Industri 4.

Seminar Nasional UNRIYO [November]


[2019]

PENGARUH PEMBERIAN PIJAT TUI NA DENGAN BERAT


BADAN ANAK BALITA

THE INFLUENCE OF TUI NA MASSAGE WITH WEIGHT OF


CHILDREN
Inayati Ceria1*, Farida Arintasari2
1,2
Prodi D III Kebidanan Universitas Respati Yogyakarta
1
*inacerya2@gmail.com, 2faridaarintasari@gmail.com
*penulis korespondensi

Abstrak
Salah satu faktor terjadinya masalah gizi karena kurangan asupan nutrisi. Masa Balita merupakan
masa periode emas pada pertumbuhan dan perkembangan. Masalah yang sering dihadapi adalah
masa anak mengalami susah makan dan memilih makanan. Orang tua banyak menggunakan cara
komplementer untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan pijat. Pijat tui na susah makan
merupakan salah satu teknik pijat untuk mengatasi kesulitan makan pada balita. Untuk melihat
pengaruh pemberian pijat tuina dengan berat badan anak balita. Jenis penelitian kuantitatif dengan
desain Quasy Eksperiment pre post test. Pengambilan sampel purposive sampling. Analisis data
menggunakan uji t dependent. Hasil uji statistik t-dependent menunjukkan berat badan anak balita
sebelum dilakukan pijat tui na sebesar 11,62 kg dan setelah pijat tui na11,81 kg, perbedaan sebesar
0,18 kg atau 180 gram dengan standar deviasi 0,164 dengan p value = 0,000. Terdapat pengaruh
yang signifikan pemberian pijat tui na dengan berat badan anak balita sebelum dan sesudah pijat tui
na. Pijat tui na mampu meningkatkan berat badan balita secara signifikan.
Kata kunci : pengaruh ; pijat tui na ; anak balita

Abstract
One factor is the occurrence of nutritional problems due to lack of nutrient intake. Toddler is a
golden period of growth and development. The problem often faced is when the child has
difficulty eating and choosing food. Many parents use a complementary way to overcome this
problem by massage. Massage tui na difficult to eat is one of the massage techniques to overcome
the difficulty of eating in toddlers. To see the effect of giving tuina massage with a toddler's body
weight. This type of quantitative research with the design of Quasy Experiment pre-post test.
Purposive sampling. Data analysis using t dependent test. The results of the t-dependent statistical
test showed the weight of a toddler before tui na massage was 11.62 kg and after massage tui
na11.81 kg, a difference of 0.18 kg or 180 grams with a standard deviation of 0.164 with p value =
0.000. There is a significant influence in giving tui na massage with toddler body weight before
and after tui na massage. Tui Na massage can significantly increase a toddler's weight.

Keywords: influence; tui na massage; toddler

PENGARUH PEMBERIAN PIJAT TUI NA DENGAN BERAT BADAN ANAK BALITA 1


1. PENDAHULUAN
Berdasarkan Riskesdas tahun 2018 prevalensi gizi kurang di Indonesia sebesar 17,7% dan
stunting sebesar 30,8%. Kekurangan gizi dapat berakibat buruk terhadap kesehatan terutama
pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian gizi kurang
antara lain faktor langsung dan tidak langsung. Faktor yang langsung berpengaruh antara lain
kurangnya asupan nutrisi dan penyakit infeksi. Faktor tidak langsung yang mempengarui antara lain
kurangnya ketahanan pangan keluarga, kurangnya pengetahuan orang tua berkaiatan pola
pengasuhan, kurangnya pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan (Andriani, 2016) [1].
Usia 1-5 tahun merupakan kelompok usia rentan gizi. Asupan nutrisi yang tidak adekuat
pada lima tahun pertama dapat berakibat gangguan pertumbuhan, perkembangan baik fisik, mental
dan otak yang bersifat irreversible (Wirandoko, 2007)[2]. Salah satu faktor risiko gizi kurang pada
balita adalah perilaku makan. Perilaku makan dapat menggambarkan ketertarikan pada makanan,
keinginan untuk makan, perasaan untuk makan, kecepatan saat makan dan pemilihan jenis makanan
baru (Wardle et al, 2001)[3]
Pengobatan komplementer sekarang banyak menjadi pilihan terapi alternative. Pengobatan
komplementer merupakan pengobatan non konvensional yang bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektivitas yang tinggi
berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik (Peraturan Menteri Kesehatan RI,
[4]
No.1109/Menkes/Per/IX/2007) . Pijat merupakan salah satu terapi komplementer yang banyak
dipilih orang tua. Menurut Kenny (2014)[5], Pijat oleh tenaga profesional dapat untuk mencapai
kesehatan dan kesejahteraan yang positif (fisik, hasil fungsional, dan psikologis) bagi tubuh.
Menurut Roesli (2013)[6], terapi sentuhan (pijat) dapat memberikan efek positif secara fisik
antaralain kenaikan berat badan.
Pijat Tui Na merupakan teknik pijat yang lebih spesifik untuk mengatasi kesulitan
makan pada balita dengan cara memperlancar peredaran darah pada limpa dan pencernaan
(Sukanta, 2010)[7]. Sentuhan pijatan ibu merupakan bentuk komunikasi yang juga dapat
membangun kedekatan oarang tua dan anaknya. Anak yang dipijat dengan perasaan
bahagia akan mendapatkan manfaat pijat secara maksimal. Penelitian Munjidah (2015) [8]
dan Maria (2016)[9] membuktikan bahwa Pijat Tui Na yang rutin dilakukan oleh orang tua
dapat menjadi stimulasi yang dapat berdampak meningkatkan nafsu makan pada anak
balita sehingga berat badan akan meningkat. Penelitian Gao L (2018) [10] dengan metode
meta-analisis untuk mengevaluasi pengaruh terapi pijat (pijat atau tuina atau manipulasi)
dengan hasil terapi pijat secara signifikan lebih baik daripada farmakoterapi dalam
mengobati anoreksia pada anak-anak.

2. DASAR TEORI /MATERIAL DAN METODOLOGI/PERANCANGAN


2.1. Dasar Teori
Pijat merupakan terapi tertua dan terpopuler yang dikenal manusia. Pijat pada dasarnya
berfingsi membuat rileks dan meredakan atau menyembuhkan sakit meskipun penyembuhannya
secara bertahap. Tui Na merupakan salah satu terapi dari Cina yang berarti meraih dan menekan,
meskipun pelaksanaannya juga mengurut, meremas, menguyek, menggetarkan. Pijat Tui Na ini
merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk mengatasi kesulitan makan pada balita
dengan cara memperlancar peredaran darah pada limpa dan pencernaan, melalui modifikasi
dari akupunktur tanpa jarum, teknik ini menggunakan penekanan pada titik meridian tubuh
atau garis aliran energi sehingga relatif lebih mudah dilakukan dibandingkan akupuntur
(Sukanta, 2010)[7].
Metode pijat tui na aman dilakukan, anak akan merasakan rileks, nafsu makan
bertambah, dan pemenuhan serta penyerapan gizi di tubuh anak bisa maksimal. Jika anak
kurang gizi akan berpengaruh terhadap pertumbuhannya, mulai dari turunnya kecerdasan,
berat dan tinggi badan yang kurang, serta sulit beraktivitas. Langkah-Langkah Pijat Tui Na
Pijat Tui na hanya boleh dilakukan 1 kali dalam sehari selama 6 hari berturut-turut. Pijat tui
na bisa dipraktekkan di rumah secara mandiri. Langkah-langkah pijat tui na antara lain :
1) Posisi anak tengkurap :
a) Melakukan pijatan menggunakan 2 jari di kiri dan kanan pada daerah tulang
belakang dari atas ke bawah, diulang sebanyak 5 kali.
b) Mengurut pada tilang scapula ( enthong-enthong) kanan dan kiri, dilanjutkan
mengurut kanan dan kiri tulang belakang masing-masing diulang sebanyak 5
kali
2) Posisi anak miring :
a) Miring Kiri untuk memijat kaki kiri sebelah dalam, dimulai dari belakang
mata kaki, naik keatas sampai lipatan lutut sebanyak 5 kali. Lanjutkan
mengurut ke atas sebanyak 5 kali.
b) Miring kanan untuk memijat kaki kanan, dimulai dari belakang mata kaki,
naik keatas sampai lipatan lutut sebanyak 5 kali. Lalu dilanjutkan dengan
mengurut ke atas sebanyak 5 kali.
3) Posisi anak berbaring terlentang :
a) Menekuk kaki kiri lalu menekan dan diputar (diuyek) pada titik lambung 36
yang terletak 4 jari di bawah pojok tulang bawah tempurung lutut sebelah luar
sebanyak 40 kali. Titik ini berfungsi mengatasi gangguan pencernaan, susah
BAB, perut kembung, nyeri lambung dan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh.
b) Menekuk kaki kanan lalu menekan dan diputar (diuyek) pada titik lambung 36
yang terletak 4 jari di bawah pojok tulang bawah tempurung lutut sebelah luar
sebanyak 40 kali
4) Memijat daerah tangan kanan dan kiri sebelah dalam :
a) Memijat yang dimulai dari lipatan siku kearah bawah hingga pergelangan
tangan sebanyak 5 kali
b) Menekan putar (uyek) sebanyak 40 kali yang terletak 3 jari di atas
pergelangan tangan bagian tengah, yang berfungsi untuk menenangkan
emosi.
c) Mengurut dari atas ke bawah (dari lipatan siku ke arah batas pergelangan
tangan ) sebanyak 5 kali.
d) Menekan putar (uyek) pada daerah usus besar, yang terletak di punggung
tangan pada tempat yang paling tinggi jika ibu jari dan jari telunjuk dirapatkan
sebanyak 40 kali. Berfungsi untuk melonggarkan daerah lambung,
melancarkan penyaluran makanan dan pembuangan.
Ketentuan pijat ini 1 set terapi sama dengan1 x protokol terapi per hari, selama
6 hari berturut-turut, bila perlu mengulang terapi beri jeda 1-2 hari dan pijat salah
satu sisi tangan saja, tidak perlu kedua sisi, jangan paksa anak makan karena akan
menimbulkan trauma psikologis. berikan asupan makanan yang sehat, bergizi dan
bervariasi.
2.2. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasy Eksperiment dengan
pre test dan post test. Penelitian ini telak dilaksanakana pada tanggal 9-17 September
2019. Tempat penelitian di Wilayah Puskesmas Depok I Sleman Yogyakarta, lokasi
di Posyandu Dusun Karangnongko. Sampel dalam penelitian ini adalah anak balita
usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Depok 1 Sleman Yogyakarta. Tekhnik
Pengambilan sampel secara purposive sampling. Jumlah sampel 30 anak balita.
Kriteria inklusi yaitu :
a. Balita berusia 1-5 tahun
b. Status gizi BB/U Normal
c. Tidak sedang sakit berat
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pijat Tui Na. Variabel tergantung pada
penelitian ini adalah Berat Badan anak balita. Definisi Operasional Penelitian sebagai
berikut:
a. Pijat Tui Na : Tehnik pemijatan dengan titik refleksi yang tefokus pada titik pijat titik
meridian limfa dan lambung pada tangan, kaki dan punggung yang bertujuan untuk
menormalkan sistem pencernaan dan metabolisme tubuh. Penilaian a. Rutin dilakukan :
bila dilakukan selama 6 hari berturut-turut dengan 8 gerakan. b. Tidak rutin dilakukan :
bila tidak dilakukan < 6 hari berturut-turut atau tidak dengan 8 gerakan. Skala ordinal
b. Berat Badan Anak Balita : Massa tubuh anak balita yang diukur menggunakan
timbangan digital dengan satuan kilogram. Skala rasio.
Penelitian diawali dengan menjelaskan dan meminta persetujuan inform
consent. Tahap awal melakukan pre test dengan mengukur berat badan anak balita
kelompok ekperimen secara langsung dan memberikan kuesioner singkat berisi
kebiaaan makan anak balita. Peneliti melakukan pertemuan dengan ibu balita
kelompok eksperimen untuk memberikan informasi dan mengajari langkah-langkah
pijat Tui Na sampai ibu benar melakukan. Ibu balita mendapatkan lembar observasi
dalam melakukan pijat Tui Na 1 kali/hari selama 1 kali protokol (6 hari berturut-
turut). Tidak boleh memaksa anak makan, tetapi berikan anak asupan makan sehat,
bergizi, dan bervariasi. Tahap post test peneliti mengukur kembali berat badan anak
balita kelompok ekperimen secara langsung.
Analisis data dilakukan dengan analisis Univariat dan Bivariat.
1. Univariat. Melihat distribusi frekuensi dari karakteristik responden yang meliputi umur,
jenis kelamin, kebiasaan makan, riwayat sakit dan variabel Berat Badan Balita dan Pijat
Tui Na.
2. Bivariat. Melihat Kenaikan BB pre dan post pijat Tuina pada kelompok ekperimen.
Sebelumnya melakukan uji normalitas data. Apabila data normal uji statistik
menggunakan Uji T Berpasangan atau uji t dependent. Bila Tidak Normal
menggunakan Uji Wilcoxon. Dalam penelitian ini hasil uji normalitas data
menunjukkan data berdistribusi normal, sehingga menggunakan uji t dependent.
3. PEMBAHASAN
3.1. Analisis Univariat
Tabel. 3.1
Karakteristik Responden
Karakteristik Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 47
Perempuan 53
Umur
1-3 Tahun 66,67
3-5 Tahun 33,33
Masalah Makan
Ya 56,7
Tidak 43,3
Riwayat Sakit (3 bln)
Sakit 73,3
Tidak sakit 26,7
Berdasarkan karakteristik responden dapat dilihat bahwa separoh responden
mempunyai masalah makan sebesar 56,7 %. Masa Balita merupakan masa rentan anak
mengalami masalah atau gangguan makan seperti pilih-pilih makanan atau sulit makan.
Anak yang kurang asupan akan menjadikan daya tahan tubuh menurun. Akibat daya tahan
tubuh menurun menyebabkan anak mudah sakit. Sebagian besar responden dalam 3 bulan
mengalami sakit seperti batuk, pilek, panas, diare, Infeksi Saluran kencing (ISK).

Tabel. 3.2
Berat Badan Sebelum dan sesudah
Berat Badan n Mean Min Max Std. Dev
Sebelum 30 11,62 7,8 17,90 2,44
Sesudah 30 11,81 7,9 18,10 2,45

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-rata berat badan responden sebelum


(pengukuran pertama) dan sesudah (pengukuran kedua) menunjukkan ada peningkatan berat
badan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.2 dimana rata-rata berat badan anak balita pada
pengukuran pertama 11,62 kg menjadi 11,81 kg pada pengukuran kedua. Berat badan
merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena digunakan untuk
memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan yang meningkat
mengindikasikan status gizi yang baik. Status gizi yang baik dapat dicapai bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang adekuat, sehingga memungkinkan terjadinya
pertumbuhan fisik. Dengan zat gizi yang adekuat dapat memperlancar proses pertumbuhan
yang seimbang untuk pengangkutan oksigen dan nutrisi agar sel-sel dapat tumbuh untuk
menjalankan fungsinya dengan normal (Irva dkk, 2014) [11].

Tabel. 3.3
Pelaksanaan Pijat Tui Na
Variabel n Persentase
Kelompok Intervensi Pijat Tuina
Rutin 26 86,67 %
Tidak Rutin 4 13,33 %
Total 30 100 %

Hasil penelitian pada kelompok intervensi atau mendapatkan perlakuan pijat tuina
sebanyak 30 responden. Sebagian besar responden melakukan pijat tuina dengan rutin
selama 7 hari sebesar 86,67 %. Hasil ini menunjukkan antusiasme/ kemauan dari orang tua
yang cukup baik dengan harapan berat badan balita meningkat dengan dilakukan pemijatan.
Orang tua responden yang tidak melakukan pijat tui na dengan rutin sebanyak 13,33%.
Alasan tidak melakukan pijat tuina dengan rutin dikarenakan anak tidak terbiasa di pijat,
sehingga baru dilakukan pemijatan beberapa langkah anak sudah menolak.
Pijat Tui Na ini merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk mengatasi kesulitan
makan pada balita dengan cara memperlancar peredaran darah pada limpa dan pencernaan,
melalui modifikasi dari akupunktur tanpa jarum, teknik ini menggunakan penekanan pada
titik meridian tubuh atau garis aliran energi sehingga relatif lebih mudah dilakukan
dibandingkan akupuntur (Sukanta, 2010)[7]. Langkah dalam pemijatan tuina ini relatif lebih
mudah dilakukan, sehingga memudahkan orang tua dapat memijat anaknya secara mandiri
agar anak tidak menangis atau trauma di pijat oleh orang lain. Penelitian yang dilakukan
Munjidah (2015)[8] dan Maria (2016)[9] menunjukkan Pijat Tui Na yang rutin dilakukan oleh
orang tua dapat menjadi stimulasi yang dapat berdampak meningkatkan nafsu makan pada
anak balita sehingga berat badan akan meningkat

3.2. Analisisis Bivariat

Tabel 3.4
Distribusi Rata-Rata Berat Badan Responden Sebelum dan Sesudah Intervensi Pijat
Tuina pada Kelompok Intervensi

Variabel Mean SD SE p-value n


Berat Badan
Sebelum 11,62 2,44 0,44 0,000 30
Sesudah 11,81 2,46 0,45

Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok intervensi (mendapatkan pijat tuina)


menunjukkan rata-rata berat badan responden pada kelompok intervensi 11,62 kg dengan
standar deviasi 0,44 kg, sedangkan rata-rata berat badan pengukuran sesudah intervensi
sebesar 11,81 kg dengan standar deviasi 0,45 kg. Terlihat nilai mean perbedaan antara BB
sebelum dan sesudah adalah 0,18 kg dengan standar deviasi 0,164. Hasil uji statistik
menggunakan paired sample test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kenaikan
berat badan sebelum dengan berat badan sesudah dilakukan pijat tuina dengan nilai p-value
0,000. Berat badan pada kelompok intervensi menunjukkan sebagian besar mengalami
kenaikan berat badan. Hasil wawancara dengan orang tua menunjukkan setelah dilakukan
pemijatan nafsu makan balita meningkat dengan sangat baik. Responden kelompok
intervensi dengan berat badan tidak naik sebanyak 3 responden. Hasil identifikasi
menunjukkan 1 responden mengalami sakit demam dan 2 tidak rutin melakukan pijat tuina.
Pijat Tui Na menggunakah tehnik pijat pada titik-titik tubuh untuk meningkatkan
nafsu makan yang tefokus pada titik pijat untuk menormalkan sistem pencernaan dan
metabolisme tubuh yang berada di kaki, tangan dan punggung. Pijat tuina membantu
menguatkan titik pada lambung dan limfa sehingga efek yang ditimbulkan nafsu makan
meningkat yang akan berpengaruh pada kenaikan berat badan. Penelitian (Gao L, 2018) [10]
dengan meta analisis mengevaluasi kemanjuran terapi pijat (pijat atau tuina atau manipulasi)
dengan kesimpulan bahwa terapi pijat secara signifikan lebih baik daripada farmakoterapi
dalam mengobati anoreksia pada anak-anak. Hal penting yang dapat dicapai dari keefektifan
pijat Tui Na sebagai cara efektif mengatasi permasalahan gizi pada anak, berat badan anak
akan normal sesui umur dan menurunkan angka gizi kurang pada anak balita. Penelitian
Munjidah (2015)[8] menunjukkan pijat Tui Na efektif mengatasi kesulitan makan pada balita
dengan nilai p 0,009.
4. KESIMPULAN
4.1. Karakteristik responden sebagian besar perempuan, berumur 1-3 tahun, mengalami
masalah makan dan dalam 3 bulan pernah sakit.
4.2. Rata-rata berat badan responden pada pengukuran pertama 11,62 kg dan 11,81 kg
pengukuran kedua
4.3. Sebagian besar responden (86,67%) melaksanakan pijat tuina dengan rutin.
4.4. Hasil uji statistik menggunakan uji t dependent menunjukkan ada pengaruh signifikan
kenaikan berat badan responden sebelum dan sesudah dilakukan pijat tui na dengan
nilai p = 0,000.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Adriani, M., Wirjatmadi, B. 2016. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta : Kencana.
[2] Wirandoko, H,. I.2007. Determinan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Puskesmas
Tlogosari Wetan, Kecamatan Pedurungan, Semarang. Tesis. Universitas Diponegoro.
[3] Wardle J, Guthrie CA, Sanderson S, Rapoport L. Development of the children’s eating
behavior questionnaire. J Child Psycol Psciat 2001.
[4] Peraturan Menteri Kesehatan RI, No 1109/Menkes/per/IX/2007 tentang penyelenggaraan
pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan .
[5] Kenny, C.,W. 2014. The Effectiveness of Massage Therapy A Summary of EvidenceBased
Research. https://www.researchgate.net/publication/229429563 diakses 28 Agustus 2018
[6] Roesli, U., 2013. Pedoman Pijat Bayi. Trubus Agriwidya, Jakarta 12. Irva dkk (2014).
Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi. JOM PSIK Vol I No 2
Oktober 2014
[7] Sukanta, P. Okta. 2010. Pijat Akupresur Untuk Kesehatan. Penebar Plus. Jakarta
[8] Munjidah, A. 2015. Efektifitas Pijat Tui Na Dalam Mengatasi Kesulitan Makan Pada Balita
Di Rw 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus
2015, hal 193-199.
[9] Maria, D. 2016. Modifikasi Tindakan : Pijat Tui Na dan Coaching pada Keluarga
Menurunkan Status Resiko Gizi Kurang Anak Usia Sekolah. Jurnal Keperawatan Respati
Yogyakarta Volume 3, No 2(2016).
[10] Gao L, Jia CH, Ma SS, Wu T. Pediatric massage for the treatment of anorexia in children: A
meta- analysis. World J Tradit Chin Med 2018;4:96- 104.
[11] Irva, dkk. 2014. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi. JOM PSIK
Vol I No 2 Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai