Anda di halaman 1dari 24

Mengenal Lebih Jauh tentang Jahe

Jahe merupakan tanaman yang termasuk rempah-rempah dengan nama latin Zingiber Officinale.
Jahe sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, terutama di bidang kesehatan. Jahe diketahui
berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Di Indonesia sendiri, tanaman
jahe relatif mudah ditemukan dan penggunaannya sudah meluas bukan hanya untuk keperluan
memasak, tetapi juga untuk kesehatan, dan kecantikan. Manfaat jahe untuk wajah juga sudah
mulai dikenal oleh masyarakat luas tidak hanya di Indonesia tapi juga mancanegara.

Dari jenis, bentuk, besar rimpang, dan warnanya, jahe dibagi atas tiga jenis, yaitu jahe putih
besar, jahe putih kecil, dan jahe merah. Jahe dapat ditanam di tanah yang memiliki ketinggian
200-600 meter di atas permukaan laut dengan rata-rata curah hujan 2.500-4.000 mm/tahun.
Namun, pada umumnya, jahe di Indonesia hanya ditanam di pekarangan rumah dan
pemanfaatannya pun sebatas untuk konsumsi rumah tangga.

Kenali Ciri-Ciri Kanker Payudara Sebelum Terlambat


Penyebab kanker payudara masih diperdebatkan, tapi dicurigai berpengaruh dari gaya hidup,
hormonal, gen dan faktor lingkungan, [...]

Berdasarkan jurnal Universitas Indonesia berjudul Analisis Kandungan Tanaman Jahe, bangsa
Cina telah memanfaatkan jahe selama 2500 tahun untuk obat pencernaan, anti mual, rematik,
mengatasi pendarahan, gigitan ular, gangguan pernapasan dan bahkan mengatasi kebotakan.

Di Indonesia, jahe sering ditemukan sebagai kandungan jamu sebagai obat untuk menaikkan
tingkat imunitas, seperti membantu mengatasi flu serta masuk angin. Selain itu, dilansir dari
buku 365 Tips for Women, manfaat jahe untuk wajah juga diketahui dapat membantu
mengurangi jerawat. Caranya adalah dengan mengonsumsi jus jahe. Manfaat jahe untuk wajah
juga dapat ditemukan pada kosmetik para Ibu karena ternyata jahe memiliki kemampuan untuk
menghasilkan minyak atsiri yang biasanya digunakan sebagai campuran bahan baku kosmetik
sebagai bahan antioksidan dan antiseptik. Namun, konsumsi jahe untuk konsumsi tubuh perlu
diperhatikan penggunaanya. Mengingat jahe bersifat panas dan kuat, jika konsumsi berlebihan
hal ini justru dapat mengganggu pencernaan Ibu dan keluarga.
Tanaman Jahe; Klasifikasi, Ciri Morfologi,
Manfaat, dan Cara Budidayannya
Oleh Materi PertanianDiposting pada 18 Januari 2019

Tanaman jahe merupakan tanaman yang telah lama dikenal dan tumbuh baik di Indonesia.
Tumbuhan jahe merupakan salah satu tanaman rempah penting memiliki rimpang yang sangat
bermanfaat antara lain sebagai bahan bumbu masak, memberi aroma serta rasa pada makanan
seperti biscuit, roti, kue, kembang gula dan berbagai minuman yang berbahan dasar dari jahe.
Jahe juga dimanfaatkan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional.
Bahkan untuk jahe yang masih muda dapat dimakan untuk lalaban, atau diolah menjadi asinan
dan acar. Selain itu, jahe dapat memberi efek rasa hangat dalam perut, maka dari itu jahe juga
dimanfaatkan sebagai bahan minuman seperti bandrek, sekoteng atau sirup.

Sejarah Jahe

Diperkirakan jahe berasal dari India, namun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa jahe
berasal dari Republik Rakyat Tiongkok Selatan. Dari daerah India, jahe dibawa sebagai rempah
perdagangan hingga Asia Tenggara, Timur Tengah, Jepang, hingga Tiongkok dan menjadi
komoditas yang populer di Eropa.

Daftar Isi

eliharaan

Pemeliharaan tanaman jahe cukup mudah yaitu cukup dengan mengatur kadar air agar tetap
lembab namun tidak tergenang, dan mengontrol dari serangan hama penyakit juga pengendalian
gulma. Jika kadar air berkurang maka cukup disiram saja sampai kondisi air terpenuhi, dan jika
terjadi serangan hama penyakit maka gunakan insektisida dan fungisida untuk
mengendalikannya.

Jika terdapat banyak gulma disekitar tanaman maka lakukan pengendalian dengan cara manual
yaitu dikoret atau menggunakan herbisida yang sesuai dengan jenis gulmanya.

Panen

Cara memanen jahe cukup mudah yaitu cukup dengan mengambil jahe yang tertanam didalam
tanah. Jahe dapat dipanen umumnya 8 bulan setelah tanam, saat panen jahe tidak perlu khawatir
untuk kehabisan karena dengan menyisakan sedikit rimpang jahe maka akan tetap dapat tumbuh
kembali.

Mengenal Tanaman Jahe

Fimela

04 Nov 2013, 21:19 WIB




13

Jenis tanaman obat apa yang familier dengan kehidupan Anda? Pasti salah satunya adalah jahe.
Ya, selain dikenal sebagai bumbu masakan, jahe juga termasuk dalam golongan tanaman obat.

Seperti dikutip dari laman iptek.net.id, jahe bukan tanaman obat asli Indonesia, lho, Ladies. Jahe
pertama kali tumbuh subur di dataran India dan Cina. Pada awalnya, jahe bukan merupakan
tanaman obat, melainkan tanaman untuk bahan minuman dan bumbu masakan.

Jahe merupakan tanaman berbatang semu dengan tinggi hanya 30 cm hingga 1 meter. Jahe
memiliki daun yang berukuran relative sempit dengan panjang 15 sampai 23 mm. Tangkai daun
jahe memiliki bulu dengan panjang tangkai berkisar antara 2-4 mm.

Tanaman jahe apa yang sering Ladies pakai? Yang berukuran besar atau kecil? Laman
diperta.jabarprov.go.id menyebutkan bahwa jenis jahe dibedakan berdasarkan dari warna, aroma,
bentuk, dan besarnya rimpang. Jenis jahe yang umum ditemui di Negara kita antara lain:
1. jahe besar
seperti namanya, jahe besar memang memiliki ukuran rimpang yang lebih besar daripada jahe
pada umumnya. Karena besarnya, jahe ini sering disebut sebagai jahe badak atau jahe gajah.
Meskipun besar, jahe ini aromanya tidak terlalu tajam dan rasanya kurang pedas

2. jahe kecil
jahe kecil inilah yang biasanya digunakan di dalam minuman dan penyedap makanan. Jahe ini
berwarna putih, berserat lembut, dan aromanya tidak terlalu tajam

3. jahe merah
rimpang jahe merah lebih kecil dari jahe kecil. Sesuai dengan namanya, jahe ini berwarna merah
dengan serat yang kasar, dan rasanya sangat pedas. Jahe ini biasa digunakan dalam industry obat-
obatan.
Pengertian Jahe (Zingiber Offcinale)
Tanaman jahe terdiri dari akar, batang, daun dan bunga. Bagian jahe yang sering digunakan
manusia adalah rimpangnnya. Rimpang jahe bercabang-cabang, berwarna kuning tua pada
bagian luar dan kuning muda pada bagian dalam, berserat, serta berbau harum (Koswara, 1995).
Menurut (Sutarno et al. 1999), dikenal 3 varietas jahe diindonesia berdasarkan bentuk, ukuran,
dan warna rimpangnya, yaitu jahe besar (sering disebut jahe gajah atau jahe badak), jahe kecil
(jahe emprit) dan jahe merah (jahe sunti).

Jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) merupakan salah satu spesies jahe yang tersebar di
wilayah Indonesia. Jahe merah secara morfologis mirip dengan jahe biasa, tetapi rimpang dari
jenis ini lebih kecil dan rasanya lebih pedas, berwarna merah di luarnya dengan kuning hingga
merah dibagian dalamnya (Koswara, 2012). Komponen utama dari jahe segar adalah senyawa
homolog fenolik keton yang dikenal sebagai gingerol. Gingerol sangat tidak stabil dengan
adanya panas dan pada suhu tinggi dan akan berubah menjadi shogaol. Shogaol lebih pedas
dibandingkan gingerol, merupakan komponen utama jahe kering (Mishra, 2009).

Top 5 Online Dating Tips


Whenever you travel there is a date Lifestyle Tips for a swag life

Rasa pedas dari jahe merah secara umumnya disebabkan kandungan senyawa gingerol yang
mempunyai aroma yang harum. Banyaknya kandungan gingerol ini dipengaruhi oleh umur
tanaman dan agroklimat tempat penanaman jahe. Sementara itu, aroma jahe disebabkan
kandungan minyak atsiri yang umumnya berwarna kuning dan sedikit kental. Kandungan minyak
atsiri rimpang jahe berkisar 0,8-3,3%. Kandungan oleoresin sekitar 3%, tergantung jenis jahe
yang bersangkutan (Lentera, 2002).

Di dalam rimpang jahe merah terkandung zat gingerol, oleoresin, dan minyak atsiri yang tinggi.
Minyak atsiri ini komponen yang memberi bau harum khas jahe. Jahe juga mengandung
oleoresin yang merupakan zat pembentuk rasa pedas pada jahe. Umumnya oleoresin jahe
tersusun oleh gingerol, zingeron, shogaol, dan resin. Semakin tua umur rimpang jahe, semakin
besar pula kandungan oleoresinnya (Koswara, 1995). Komposisi kimia rimpang jahe
mempengaruhi tingkat aroma dan rasa pedasnya.

Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat.
Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas
disebabkan senyawa keton bernama zingeron. Selain zingeron, juga ada senyawa oleoresin
(gingerol, shogaol), senyawa paradol yang turut menyumbang rasa pedas ini (Koswara, 1995).

Selain menghangatkan badan, jahe juga bermanfaat untuk membangkitkan nafsu makan dan jahe
dapat merangsang kelenjar pencernaan. Hal ini dimungkinkan karena terangsangnya selaput
lenser perut besar dan usus oleh minyak atsiri yang dikeluarkan rimpang jahe. Minyak jahe berisi
gingerol yang berbau harum dan khas jahe, berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan
muntah (Koswara, 2006).

Berdasarkan aroma, warna, bentuk, dan besarnya rimpang dikenal tiga jens jahe, yakni jahe
besar, yang sering disebut jahe gajah atau jahe badak, jahe kecil atau lebih sering disebut jahe
emprit, dan jahe merah atau lebih dikenal dengan jahe sunti. Ketiga jenis jahe secara umum
sebagai berikut :

1. Jahe Gajah, Jahe Badak, atau Jahe Besar

Batang jahe gajah berbentuk bulat, berwarna hijau muda, diselubungi pelepah daun, sehingga
agak keras. Jahe besar memiliki ukuran rimpang yang lebih besar dibandingkan dengan jenis
jahe yang lainnya. Jika diiris melintang, rimpang berwarna putih kekuningan. Rimpang memiliki
aroma yang kurang tajam dan rasanya pun kurang pedas.

2. Jahe Kecil atau Jahe Emprit

Batang jahe kecil berbentuk bulat, berwarna hijau muda, dan diselubungi pelepah daun, sehingga
agak keras. Ukuran rimpang relative kecil dan berbentuk pipih, berwarna putih sampai kuning.
Rimpang jahe kecil aromanya agak tajam dan terasa pedas.

3. Jahe Merah atau Jahe Sunti

Batang jahe merah bebentuk bulat kecil, berwarna hijau kemerahan, dan agak keras karena
diselubungi oleh pelapah daun. Rimpang jahe ini berwarna merah hingga jingga muda. Ukuran
rimpang pada jahe merah lebih kecil dibandingkan dengan kedua jenis jahe. Jahe merah memiliki
aroma yang tajam dan rasanya sangat pedas (Lentera, 2002).

Di Indonesia ada berbagai macam jenis jahe, berdasarkan warna bentuk, besarnya rimpang,
aroma jahe dikategorikan menjadi tiga jenis jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah (Prayitno,
2002).

Secara umum, komponen senyawa kimia yang terkandung dalam jahe terdiri dari minyak
menguap (volatile oil), minyak tidak menguap (non volatile oil), dan pati. Minyak atsiri termasuk
jenis minyak menguap dan merupakan suatu komponen yang memberi bau yang khas.
Kandungan minyak tidak menguap disebut oleoresin, yakni suatu komponen yang memberikan
rasa pahit dan pedas. Rimpang jahe merah selain mengandung senyawa-senyawa kimia tersebut,
juga mengandung gingerol, 1,8-cineole, 10-dehydrogingerdione, 6-gingerdione, a-linolenic acid,
aspartic, β-sitosterol, caprylic acid, capsaicin, chlorogenis acid, farnesal, farnesene, farnesol, dan
unsur pati seperti tepung kanji, serta serat-serat resin dalam jumlah sedikit (Lentera, 2002).

Pemakaian ketiga jenis jahe memiliki perbedaan yang disebabkan kandungan kimia dari setiap
jenis jahe yang berbeda. Jahe gajah dengan aroma dan rasa yang kurang tajam lebih banyak
digunakan untuk masakan, minuman, permen, dan asinan. Jahe kecil dengan aroma yang lebih
tajam dari jahe gajah digunakan sebagai rempah-rempah, penyedap makanan, minuman dan
bahan minyak atsiri. Sementara jahe merah mempunyai keunggulan dibandingkan dengan jenis
lainnya terutama jika ditinjau dari segi kandungan senyawa kimia dalam rimpanganya. Di dalam
rimpang jahe merah terkandung zat gingerol, oleoresin, dan minyak atsiri yang tinggi, sehingga
lebih banyak digunakan sebagai bahan baku obat-obatan tradisional (Lentera, 2002). Untuk jahe
yang telah dikeringkan, harus disimpan pada keadaan kering untuk mencegah serangan kapang.
Penyimpanan jangan terlalu lama karena dapat merusak aroma, flavour, dan kepedasannya
(Lentera, 2002).
DEFINISI JAHE / GINGER 13 Maret 2012
Filed under: Jahe,Rempah-Rempah — RACHMAN GENERAL TRADING @ 05:39

JAHE/GINGER

Tanaman jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di negara kita. Jahe merupakan salah satu
rempah-rempah penting. Rimpangnya sangat luas dipakai, antara lain sebagai
bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula dan
berbagai minuman. Jahe juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional.
Jahe muda dimakan sebagai lalaban, diolah menjadi asinan dan acar. Disamping itu, karene dapat
memberi efek rasa panas dalam perut, maka jahe juga digunakan sebagai bahan minuman seperti
bandrek, sekoteng dan sirup.

Jahe yang nama ilmiahnya Zingiber officinale sudah tak asing bagi kita, baik sebagai bumbu dapur
maupun obat-obatan. Begitu akrabnya kita, sehingga tiap daerah di Indonesia mempunyai sebutan
sendiri-sendiri bagi jahe. Nama-nama daerah bagi jahe tersebut antara lain halia (Aceh), bahing
(Batak karo), sipadeh atau sipodeh (Sumatera Barat), Jahi (Lampung), jae (Jawa), Jahe (sunda),
jhai (Madura), pese (Bugis) lali (Irian)

Jahe tergolong tanaman herba, tegak, dapat mencapai ketinggian 40 – 100 cm dan dapat berumur
tahunan. Batangnya berupa batang semu yang tersusun dari helaian daun yang pipih memanjang
dengan ujung lancip. Bunganya terdiri dari tandan bunga yang berbentuk kerucut dengan kelopak
berwarna putih kekuningan. Akarnya sering disebut rimpang jahe berbau harum dan berasa pedas.
Rimpang bercabang tak teratur, berserat kasar, menjalar mendatar. Bagian dalam berwarna kuning
pucat.

Kandungan Rimpang Jahe


Sifat khas jahe disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan
oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas. Mnnyak atsiri dapat
diperoleh atau diisolasi dengan destilasi uap dari rhizoma jahe kering. Ekstrak minyak jahe
berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki
komponen pembentuk rasa pedas. Kandungan minyak atsiri dalam jahe kering sekitar 1 – 3 persen.
Komponen utama inyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan
zingiberol. Oleoresin jahe banyak mengandung komponen pembentuk rasa pedas yang
tidak menguap. Komponen dalam oleoresin jahe terdiri atas gingerol dan zingiberen,
shagaol, minyak atsiri dan resin. Pemberi rasa pedas dalam jahe yang utama adalah zingerol.

Khasiat Jahe
Sejak dulu Jahe dipergunakan sebagai obat, atau bumbu dapur dan aneka keperluan lainnya. Jahe
dapat merangsang kelenjar pencernaan, baik untuk membangkitkan nafsu makan dan
pencernaan. Jahe yang digunakan sebagai bumbu masak terutama berkhasiat untuk
menambah nafsu makan, memperkuat lambung, dan memperbaiki pencernaan. Hal ini
dimungkinkan karena terangsangnya selaput lendir perut besar dan usus oleh minyak asiri
yang dikeluarkan rimpang jahe. Minyak jahe berisi gingerol yang berbau harum khas jahe,
berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan muntah, misalnya karena mabuk kendaraan atau
pada wanita yang hamil muda. Juga rasanya yang tajam merangsang nafsu makan, memperkuat
otot usus, membantu mengeluarkan gas usus serta membantu fungsi jantung. Dalam
pengobatan tradisional Asia, jahe dipakai untuk mengobati selesma, batuk, diare dan penyakit
radang sendi tulang seperti artritis. Jahe juga dipakai untuk meningkatkan pembersihan
tubuh melalui keringat.

Penelitian modern telah membuktikan secara ilmiah berbagai manfaat jahe, antara lain :

 Menurunkan tekanan darah. Hal ini karena jahe merangsang pelepasan hormon adrenalin dan
memperlebar pembuluh darah, akibatnya darah mengalir lebih cepat dan lancar dan
memperingan kerja jantung memompa darah.
 Membantu pencernaan, karena jahe mengandung enzim pencernaan yaitu protease dan lipase,
yang masing-masing mencerna protein dan lemak..
 Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Jadi mencegah
tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama stroke, dan serangan jantung. Gingerol juga
diduga membantu menurunkan kadar kolesterol. • Mencegah mual, karena jahe mampu
memblok serotonin, yaitu senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi, sehingga
timbul rasa mual. Termasuk mual akibat mabok perjalanan.
 Membuat lambung menjadi nyaman, meringankan kram perut dan membantu mengeluarkan
angin.
 Jahe juga mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang disebabkan
oleh radikal bebas di dalam tubuh. Jahe sebagai Obat Praktis Jahe merupakan pereda rasa sakit
yang alami dan dapat meredakan nyeri rematik, sakit kepala, dan migren. Caranya, minum
wedang jahe 3 kali sehari. Bisa juga minum wedang ronde, mengulum permen jahe,
atau menambahkan jahe saat pada soto, semur, atau rendang.
Daun jahe juga berkhasiat, antara lain dengan di tumbuk dan diberi sedikit air dapat dipergunakan
sebagai obat kompres pada sakit kepala dan dapat dipercikan ke wajah orang yang sedang
menggigil. Sedangkan rimpangnya ditumbuk dan direbus dalam air mendidih selama lebih kurang
½ jam, kemudian airnya dapat diminum sebagai obat untuk memperkuat pencernaan makanan dan
mengusir gas di dalamnya, mengobati hati yang membengkak, batuk dan demam. Untuk
mengobati rematik rematik siapkan 1 atau 2 rimpang jahe. Panaskan rimpang tersebut di atas api
atau bara dan kemudian ditumbuk. Tempel tumbukan jahe pada bagian tubuh yang sakit rematik.
Cara lain adalah dengam menumbuk bersama cengkeh, dan ditempelkan pada bagian tubuh yang
rematik. Jahe juga dapat digunakan untuk mengobati luka karena lecet, ditikam benda
tajam, terkena duri, jatuh, serta gigitan ular. Caranya rimpang jahe merah ditumbuk
dan ditambahkan sedikit garam. Letakkan pada bagian tubuh yang terluka.
Rimpang tumbuk juga dapat dipakai sebagai obat gosok pada penyakit gatal karena sengatan
serangga.

Rimpang yang ditumbuk, dengan diberi sedikit garam, kemudian ditempelkan pada luka bekas
gigitan ular beracun (hanya sebagai pertolongan pertama sebelum penderita dibawa ke dokter).
Dengan dicampur lobak, jahe dapat digunakan untuk mengobati eksim. Parutan lobak dicampur
dengan air jahe. Air jahe dapat diperoleh dengan memarut rimpang jahe, lalu diperas. Ramuan ini
dioleskan ke bagian kulit yang terkena eksim. Biasanya dalam waktu 2 minggu saja penyakit sudah
berkurang.
Untuk mencegah mabuk perjalanan, ada baiknya minum wedang jahe sebelum bepergian.
Caranya: pukul-pukul jahe segar sepanjang satu ruas jari. Masukkan ke dalam satu gelas air panas,
beri madu secukupnya, lalu diminum. Bisa juga menggunakan sepertiga sendok teh jahe bubuk,
atau kalau tahan, makan dua kerat jahe mentah.
eranda PELUANG USAHA Tips Cara Menanam Jahe yang Benar Sesuai Anjuran Balai Pengkajian Pertanian
(Cara...

 PELUANG USAHA

Tips Cara Menanam Jahe yang Benar Sesuai


Anjuran Balai Pengkajian Pertanian (Cara
Budidaya Jahe)
Penulis

Fajrin

Facebook

Twitter

Linkedin

Pinterest

Print
Cara Budidaya Jahe – Jahe atau nama biologinya Zingiber Officinale Rosc
adalah tanaman herbal yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomi
tinggi. Banyaknya manfaat dari jahe ini membuat para petani bersemangat
untuk membudidayakannya, maka dari itu kami akan memberikan informasi
mengenai cara menanam jahe yang benar.

Sebagai pengetahuan awal, umumnya jahe memiliki masa panen sekitar 8


sampai 12 bulan, tergantung dari keperluan jahe tersebut. Misalnya saja jika
jahe dipergunakan untuk kebutuhan rumah tanangga seperti bumbu masak,
maka umur panen jahe dikisaran 8 bulan. Sementara untuk pembibitan bisa
dipanen pada bulan ke 10 atau lebih dan untuk keperluan asinan jahe
umumnya lebih cepat berada pada kisaran 3 sampai 4 bulan.

Melihat permintaan yang sangat tinggi dari dalam negeri, maka usaha
tanaman jahe ini sangat menjanjikan. Saat ini, produksi jahe dalam negeri
belum dapat memenuhi pasar, sehingga masih mendatangkannya dari luar
seperti cina.

Menurut pertanian.go.id, keuntungan rata-rata yang bisa diperoleh setiap


hektar tanaman jahe sekitar 21 juta rupiah. Melihat keuntungan sebesar itu,
apakah Anda belum tertarik dengan usaha budidaya jahe ini?
Syarat Tumbuh Tanaman Jahe (jahe gajah,
jahe emprit dan jahe merah)
Pembentukan umbi atau rimpang jahe sangat dipengaruhi oleh 3 hal yaitu,
persediaan air, oksigen tanah dan pencahayaan. Tanaman jahe tumbuh
dengan baik pada daerah dengan curah hujan 2500-4000 mm/tahun dan
memiliki pH tanah antara 6,8 – 7,4.

Untuk tanah dengan pH yang rendah, sebelum dilakukan penanaman perlu


pemberian kapur sekitar 1-3 ton per hektar atau dolomit 0,5 – 2 ton per
hektar.

Macam Bibit Jahe


Saat ini jenis jahe yang banyak di budidayakan adalah jahe putih besar
(jahe gajah), jahe putih kecil (jahe emprit) dan jahe merah.

Ciri-ciri jahe

Jahe gajah memiliki rimpang/umbi yang besar, berwarna putih kekuning-


kuningan dengan diameter 8 – 8,5 cm, aroma tajam dengan tinggi rimpang
6 – 11,3 cm dan panjang 15 – 32 cm. Daun dan batang berwarna hijau
muda dengan kadar minyak atsiri 0,8 – 2,8 %.

Jahe emprit memiliki rimpang yang kecil berlapis-lapis dengan aroma yang
tajam, berwarna putih kekuning-kuningan dengan diameter 3 – 4 cm, tinggi
rimpang 6 – 11 cm dan panjang 6 – 32 cm. Warna batang dan daun hijau
muda dengan kadar minyak atsiri sekitar 1,5 – 3,5 %.

Jahe merah memiliki rimpang kecil berlapis dengan aroma yang sangat
tajam dan berwarna antara jingga muda sampai warna merah. Diameter 4 –
4,5 cm, tinggi rimpang 5 – 11 cm dan panjang sekitar 12 – 13 cm. Warna
daun hijau muda dengan warna batang hijau kemerahan. Memiliki kadar
atsiri 2,8 – 3,9 %.

Cara Pembibitan Jahe yang Baik


Cara memperbanyak tanaman jahe yaitu dengan menggunakan stek
rimpang yang telah berumur minimal 10 bulan. kondisi fisik untuk
mengetahui rimpang yang sudah tua bisa dilihat dari kandungan serat yang
tinggi dan kasar, kulit licin serta keras dan tidak mudah terkelupas dengan
tampilan kulit mengkilat.

Benih bibit yang digunakan harus jelas asal usulnya, sehat dan tidak
tercampur dengan varietas lain. Rimpang yang dapat dijadikan bibit memiliki
2 – 3 bakal mata tunas yang baik dengan berat sekitar 25 – 60 gram untuk
jahe gajah. Sementara untuk jahe emprit dan merah berat berada pada
kisaran 20 – 40 gram.

Bagian rimpang/umbi yang baik untuk dijadikan bibit berada pada ruas
kedua dan ketiga.

Kebutuhan bibit per hektarnya untuk jahe gajah sekitar 2 – 3 ton dan untuk
jahe emprit dan merah 1 – 1,5 ton.

Cara mempersiapkan bibit jahe yang baik

Bibit yang akan ditanam terlebih dahulu disemai untuk menimbulkan tunas
kecilnya dengan cara rimpang dihampar di atas jerami atau alang-alang
yang tipis, di gudang penyimpanan atau tempat yang teduh. Kalau
pentunasan dilakukan dalam gedung, bisa menggunakan alas dari bambu
atau kayu dengan dilakukan penyiraman setiap hari sesuai dengan
kebutuhan untuk menjaga kelembaban rimpang.
Bibit yang siap ditanam adalah rimpang yang memiliki tunas sekitar 1 – 2
cm. Sebelum penanaman, terlebih dahulu diseleksi tunas rimpang yang baik
dan dipotong menurut ukuran. Lakukan perendaman antibiotik sesuai
anjuran setelah dilakukan pemotongan untuk menghindari terjadinya infeksi
bakteri kemudian dikering anginkan.

Persiapan Lahan
Lakukan pengolahan lahan sebelum bibit ditanam untuk memperoleh tanah
yang gembur, subur, berhumus, memiliki drainase dan aerasi udara yang
baik dan menghilangkan gulma penggangu tanaman.

Tujuan dari penggemburan tanah agar rimpang jahe dapat tumbuh dengan
leluasa. Tanah yang berliat jika tidak dilakukan pengolahan dengan baik
maka akan menyebabkan rimpang jahe tertekan dan tidak akan tumbuh
dengan subur, sementara tanah yang berkerikil akan menyebabkan rimpang
tergores sehingga hasil tanaman yang baik tidak akan diperoleh.

Drainase yang baik juga sangat dibutuhkan tanaman jahe untuk mencegah
serangan penyakit seperti layu karena tergenag air. Sementara aerase udara
yang baik akan memberikan ruang gerak akar untuk menyerap unsur hara
dan air serta dapat mengurangi pembentukan senyawa anorganik yang
bersifat racun dalam tanah.

Cara pengolahan tanah

Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara dibajak, digaru ataupun


dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm dan semua ranting atau
tanaman yang usah lapuk dibersihkan. Kemudian pembentukan bedengan
dengan lebar 60 – 120 cm, tinggi 25 – 30 cm dan jarak antara bedengan
sekitar 30 cm. Untuk lubang tanam, kedalaman antara 5 sampai 7 cm
dengan jarak untuk jahe gajah (panen tua; 80 cm x 40 cm/60 cm x 40 cm,
panen muda; 40 cm x 30 cm), jahe emprit dan merah bisa dengan jarak 60
cm x 40 cm.

Cara Menanam Jahe


Waktu penanaman bisa disesuaikan dengan kondisi daerah, misalnya untuk
daerah dengan curah hujan yang tinggi bisa dilakukan penanaman
sepanjang tahun, sementara pada daerah yang memiliki curah hujan yang
rendah apalagi tanah tegalan (tanah yang tidak memiliki sistem irigasi)
maka sebaiknya dilakukan penanaman diawal musim hujan.
Untuk jarak tanaman, sudah dijelaskan sebelumnya baik untuk jahe gajah,
jahe emprit maupun jahe merah. Perlu menjadi perhatian dan menjadi tolak
ukur tentang jarak tanaman adalah semakin subur tanah ladang, maka jarak
penanaman sebaiknya semakin diperjarang guna memberikan keleluasaan
rimpang tumbuh dengan baik secara maksimal.

Setelah dilakukan penanaman, perlu diberikan penutup berupa alang-alang


atau jerami untuk melindungi tunas yang baru muncul dari teriknya
matahari. Selain dari manfaat tersebut, manfaat lainnya terhadap
penggunaan jerami/alang-alang bisa memperbaiki kondisi permukaan tanah
serta mengurangi erosi akibat aliran air.

Pemupukan
Untuk meningkatkan unsur hara, memperbaiki tekstur dan aerasi tanah
dalam meningkatkan hasil rampang/umbi maka perlu dilakukan pemupukan.
Berikut dosis pemupukan tanaman jahe yang baik:

Penyulaman Tanaman
Penyulaman tanaman dilakukan pada bulan ke 1 – 1,5 setelah penanam
dilakukan untuk tanaman yang mati atau memiliki pertumbuhan yang
kurang baik (menggunakan bibit cadangan yang telah dipersiapkan
sebelumnya). Hal ini dilakukan untuk memperoleh tanaman dengan
pertumbuhan yang seragam sehingga dapat dilakukan panen secara
serentak.
Perlu menjadi perhatian, jika tanaman mati yang disebabkan penyakit layu
bakteri jangan menggantinya dengan bibit baru. Berikan kapur pada bekas
tanaman untuk menghindari penularan tanaman yang berada disekitarnya.

Penyiangan Tanaman
Gulma yang dibiarkan tumbuh di sekitar tanaman jahe sampai umur 6 bulan
akan menurunkan hasil panen sampai 60 %. Jadi seharunya dilakukan
penyiangan secara berkala, lakukan penyiangan pertama pada umur 2 – 4
minggu, kemudian selanjutnya bisa dilakukan setiap 4 – 6 minggu sekali
tergantung tingkat pertumbuhan gulma.

Penyiangan yang dilakukan pada umur 4 bulan ke atas harus dilakukan


secara hati-hati agar tidak merusak perakaran dan melukai rimpang/umbi
jahe yang bisa menjadi jalan masuknya penyakit.

Penyiangan bisa dilakukan dengan cara mencabut gulma atau menggunakan


herbisida.

Pembumbunan Tanah
Pembumbunan dilakukan setelah anakan jahe terbentuk 4 – 5 rimpang.
Selain untuk mencegah rimpang yang timbul dari sengatan matahari,
pembumbunan juga bertujuan untuk menggemburkan tanah.

Rimpang jahe yang terkena sinar matahari akan berwarna hijau dan keras
sehingga kualitas rimpang akan turun.

Pembumbunan dapat dilakukan sesering mungkin, apalagi pada tanah


berliat dan daerah yang memililki curah hujan yang tinggi. Sebaiknya
dilakukan sebelum pemupukan.

Pengendalian Hama dan Penyakit


Untuk mengendalikan hama dan penyakit dari tanaman jahe, dapat
dilakukan sesuai dengan tabel berikut:
Sistem Tanam
Dalam sistem penanaman jahe bisa dilakukan dengan cara monokultur
maupun sistem tumpangsari. Sistem tumpangsari dilakukan untuk
meningkatkan produktifitas lahan, bisa disisipkan satu atau dua baris
tanaman tumpang sari seperti jagung, kacang tanah, cabai, kedelai dan lain-
lain.

Tahap Panen dan Pasca Panen Jahe


Panen jahe

Umur panen jahe sesuai dengan tujuan penggunaannya yaitu untuk


keperluan bumbu dapur umur panen 8 bulan, untuk bibit umur 10 – 12
bulan, untuk asinan jahe umur 3 – 4 bulan.

Cara pemanenan dilakukan dengan membongkar semua tanaman dengan


menggunakan garpu atau cangkul, kemudian langsung dibersihkan dari
kotoran atau tanah yang menempel (tanah yang dibiarkan mengering akan
susah dibersihkan).

Setelah dipanen, selanjutnya diangkut ke tempat pencucian untuk disemprot


air mengalir. Rimpang tidak boleh digosok karena bisa mengakibatkan
rimpang menjadi lecet dan menurunkan nilainya.

Kualitas rimpang berdasarkan grade

Grade I : Berat 250 gram/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak


mengandung benda asing dan kapang (jamur).

Grade II : Berat 150 – 249 gram/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak


mengandung benda asing dan kapang.

Grade III : Berat sesuai analisa, kulit terkelupas maksimal 10 % dari setiap
rimpang, benda asing maksimal 3 % dan kapang tidak lebih dari 10 %.

Pasca panen jahe

Setelah rimpang jahe disemprot dan dibersihkan dari kotoran yang


menempel, lakukan pengeringan dengan cara dikering anginkan.
Selanjutnya siap untuk dijual dengan tempat pengemasan menggunakan
box dari kayu yang berongga untuk mendapatkan sirkulasi udara yang
baik.

Baca Juga : 9 Langkah Praktis Cara Membuka Usaha Travel Modal Kecil

Bisa juga dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk memperoleh jahe


dengan kadar kekeringan yang cukup (simplisia). Cara mengolahnya yaitu
diiris-iris dengan ketebalan sekitar 1 sampai 4 mm, kemudian dijemur
sampai kandungan air mencapai 8 – 10 %. Selanjutnya lakukan
pengemasan dengan plastik yang higienis dan siap dipasarkan baik dalam
industri jamu, makanan dan minuman.
Analisa Usaha Budidaya Jahe
1. Analisa usaha jahe putih besar (jahe gajah)

* Analisa di
atas untuk luas lahan 1 ha
2. Analisa usaha jahe putih kecil (jahe emprit)

* Analisa di atas
untuk luas lahan 1 ha
3. Analisa usaha jahe merah

* Analisa di atas untuk luas lahan 1 ha

Sekian cara budidaya jahe yang benar, semoga dapat menjadi rujukan.
Salam

Sumber : pertanian.go.id
https://www.anakdagang.com/cara-budidaya-jahe-yang-benar/

https://www.google.com/search?q=berbagai+cara+pengembangbiakan+tanaman+jahe&ie=utf-
8&oe=utf-8

https://dosenpertanian.com/tanaman-jahe/

https://www.google.com/search?q=penjelasan+lengkap+mengenai+tanaman+jahe&ie=utf-8&oe=utf-8

https://www.fimela.com/beauty-health/read/3830293/mengenal-tanaman-jahe

https://bukuteori.com/2017/12/28/pengertian-jahe-zingiber-offcinale/

https://www.sahabatnestle.co.id/content/kesehatan/mengenal-lebih-jauh-tentang-jahe.html

https://bukuteori.com/2017/12/28/pengertian-jahe-zingiber-offcinale/

https://bandungrcmbisnis.wordpress.com/2012/03/13/depinisi-jahe-ginger/

Anda mungkin juga menyukai